UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-1
FAKULTAS EKONOMI DEPARTEMEN AKUNTANSI
SKRIPSI
PERBANDINGAN PROFITABILITAS SEBELUM DAN
SESUDAH PENERAPAN PROGRAM
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITIES
(Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan)
OLEH:
NAMA : NURFADILLAH UMMI
NIM : 060503004
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Perbandingan Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penerapan Program
Corporate Social Responsibilities (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia
I Medan.
Adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 19 Februari 2010 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta'ala,
karena berkat rahmat, hidayah, dan petunjukNya yang selalu memberikan
bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perbandingan Profitabilitas Sebelum dan Sesudah
Penerapan Corporate Social Responsibilities Pada PT. Pelabuhan Indonesia I
Medan”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun
materil yaitu :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi., Ak, selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. M Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing
yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding / penguji
I dan Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak,selaku dosen pembanding/ penguji
5. Bapak Drs. Rustam, Msi, Ak., selaku dosen wali penulis, seluruh dosen
Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi
ilmu pengetahuan dan nasihat pada penulis selama masa perkuliahan, serta
seluruh Staff dan Pegawai Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh Staff dan Pegawai PT. Pelabuhan Indonesia I Medan yang
memberikan izin dan data bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Kedua orang tua yang paling saya sayangi dan selalu ingin saya
bahagiakan, Ayahanda Drs. H. Zulfahri, MM dan Ibunda Hj. Nilmawati,
yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan,
motivasi, dan doa yang diberikan kepada penulis.
8. Abang saya yang tercinta Ahmad Fahmi Nirwansyah, SE. dan adik saya
yang tersayang Nasrin Nabila, yang selalu memberikan dukungan dan
semangat bagi saya, serta semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan
di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 19 Februari 2010 Penulis,
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang ada atau tidaknya perbedaan profitabilitas sebelum dan sesudah penerapan Program Corporate Social Responsibilities (CSR) pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Data yang digunakan adalah laporan keuangan, khususnya Neraca dan Laporan Laba Rugi, lima tahun sebelum penerapan Program CSR (tahun 1998-2002) dan lima tahun sesudah penerapan Program CSR (tahun 2004-2008). Variabel untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Asset (ROA). Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis Kolmogorov-Smirnov, dan uji t untuk dua sampel berpasangan.
Hasil dari uji t dua sampel berpasangan menghasilkan nilai Assymp Sig. (2-tailed) Profitabilitas Perusahaan adalah 0.005, sedangkan taraf nyata 0.05. Oleh karena itu, nilai Assymp Sig. (2-tailed) < 0.05, sehingga menunjukkan adanya perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR adalah sebesar 0.07480120 (7,48 %), dimana Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum penerapan Program CSR adalah 0.1853180 (18,53 %) dan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sesudah penerapan Program CSR adalah 0.1105168 (11,05 %).
ABSTRACT
The objective of this research is to get empirical evidence whether or not have differences in Profitability in PT. Pelabuhan Indonesia I Medan that is before and after Corporate Social Responsibilities (CSR) applied.
The kind of this research is comparative research. The data which is use to measure financial reporting, especially for Balance Sheet and Income Statement, is five years before applied Corporate Social Responsibilities (1998-2002) and five years after applied Corporate Social Responsibilities (2004-2008). Variable to measure profitability is Return On Asset (ROA). The analysis of the data used statistic analysis that is Kolmogorov-Smirnov and Paired T-Sample test.
The result of Paired T-Sample Test is the Assymp Sig. (2-tailed) of Profitability is 0.005 and probability 0.05 (Asymp.Sig (2-tailed) < probability), it shows that Corporate Profitability have differences before and after Corporate Social Responsibilities is applied in PT. Pelabuhan Indonesia I Medan. The differences of Profitability is 0.07480120 (7,48 %), which before applied Corporate Social Responsibilities is 0.1853180 (18,53%) and after applied Corporate Social Responsibilities is 0.1105168 (11,05%).
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 9. Latar Belakang Masalah ... 1
10.Batasan Penelitian ... 6
11.Perumusan Masalah ... 6
12.Tujuan Penelitian ... 6
13.Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Corporate Social Responsibilities... 8
1. Pengertian Corporate Social Responsibilities ... 8
2. Komponen Utama CSR ... 9
3. Faktor yang Mempengaruhi CSR ... 11
4. Tahapan Penerapan CSR ... 12
5. Ukuran Keberhasilan Program CSR ... 15
7. Manfaat Kegiatan CSR ... 17
8. Hambatan/Tantangan Penerapan Program CSR ... 19
9. Penerapan CSR pada BUMN ... 19
B. Profitabilitas Perusahaan... 24
1. Pengertain Profitabilitas ... 24
2. Metode Perhitungan Profitabilitas Perusahaan ... 25
3. Return on Assets (ROA) ... 27
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 29
1. Kerangka Konseptual ... 29
2. Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32
B. Populasi dan Sampel ... 32
C. Jenis dan Sumber Data ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Variabel Penelitian ... 34
F. Definisi Operasional ... 35
G. Metode Analisis Data ... 36
1.Uji Asumsi Klasik ... 36
2.Uji Hipotesis ... 37
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. ... Data Penelitian ... 39
a. Sejarah Perusahaan ... 39
b. Visi dan Misi Perusahaan ... 40
c. Kebijakan Perusahaan ... 42
d. Sasaran dan Strategi Perusahaan ... 42
e. Kegiatan Usaha ... 46
f. Penataan dan Pengembangan Pelabuhan... 49
g. Prospek Bisnis Perusahaan ... 52
h. Penghargaan dan Sertifikat ... 54
i. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas ... 55
2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
a. Kebijakan Program CSR di Perusahaan ... 69
b. Profitabilitas Perusahaan ... 75
B. Analisis Hasil Penelitian ... 76
1. Hasil Analisis ... 76
2. Pembahasan Hasil Analisis Statistik ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87
B. Keterbatasan Penelitian ... 88
C. Saran ... 88
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual………30
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 : Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29
Tabel 3.1 : Definisi Operasional ... 36
Tabel 4.1 : Realisasi Program Kemitraan ... 72
Tabel 4.2 : Realisasi Program Bina Lingkungan ... 73
Tabel 4.3 : Realisasi Program Bantuan Sosial (CSR) ... 74
Tabel 4.4 : Profitabilitas Sebelum Penerapan Program CSR ... 75
Tabel 4.5 : Profitabilitas Sesudah Penerapan Program CSR ... 76
Tabel 4.6 : Test of Normality Kolmogorov – Smirnov (α=5%) ... 76
Tabel 4.7 : Hasil Uji Hipotesis Paired SampleT-test... 77
Tabel 4.8 : Laba Bersih, Total Aktiva, dan ROA... 79
Tabel 4.9 : Pendapatan, Biaya Operasi, dan Biaya Umum... 82
Tabel 4.10 : Tingkat Kolektibilitas Dana Pinjaman ... 85
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
Lampiran i : Surat Balasan Riset PT (Persero) Pelindo I ………..92
Lampiran ii : Struktur Organisasi Perusahaan …………..………..……93
Lampiran iii : Laporan Laba Rugi dan Neraca tahun 1998-2002 ..……..94
Lampiran iv : Laporan Laba Rugi dan Neraca tahun 2004-2008 ..……..99
Lampiran v : Laporan Realisasi PKBL Tahun 2004-2008………103
Lampiran vi : Hasil Analisis SPSS Paired Sample T-Test ………106
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang ada atau tidaknya perbedaan profitabilitas sebelum dan sesudah penerapan Program Corporate Social Responsibilities (CSR) pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Data yang digunakan adalah laporan keuangan, khususnya Neraca dan Laporan Laba Rugi, lima tahun sebelum penerapan Program CSR (tahun 1998-2002) dan lima tahun sesudah penerapan Program CSR (tahun 2004-2008). Variabel untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Asset (ROA). Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis Kolmogorov-Smirnov, dan uji t untuk dua sampel berpasangan.
Hasil dari uji t dua sampel berpasangan menghasilkan nilai Assymp Sig. (2-tailed) Profitabilitas Perusahaan adalah 0.005, sedangkan taraf nyata 0.05. Oleh karena itu, nilai Assymp Sig. (2-tailed) < 0.05, sehingga menunjukkan adanya perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Program CSR adalah sebesar 0.07480120 (7,48 %), dimana Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum penerapan Program CSR adalah 0.1853180 (18,53 %) dan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sesudah penerapan Program CSR adalah 0.1105168 (11,05 %).
ABSTRACT
The objective of this research is to get empirical evidence whether or not have differences in Profitability in PT. Pelabuhan Indonesia I Medan that is before and after Corporate Social Responsibilities (CSR) applied.
The kind of this research is comparative research. The data which is use to measure financial reporting, especially for Balance Sheet and Income Statement, is five years before applied Corporate Social Responsibilities (1998-2002) and five years after applied Corporate Social Responsibilities (2004-2008). Variable to measure profitability is Return On Asset (ROA). The analysis of the data used statistic analysis that is Kolmogorov-Smirnov and Paired T-Sample test.
The result of Paired T-Sample Test is the Assymp Sig. (2-tailed) of Profitability is 0.005 and probability 0.05 (Asymp.Sig (2-tailed) < probability), it shows that Corporate Profitability have differences before and after Corporate Social Responsibilities is applied in PT. Pelabuhan Indonesia I Medan. The differences of Profitability is 0.07480120 (7,48 %), which before applied Corporate Social Responsibilities is 0.1853180 (18,53%) and after applied Corporate Social Responsibilities is 0.1105168 (11,05%).
BAB I PENDAHULUAN
14.Latar Belakang Masalah
Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani
untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia
bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan
filterisasi terhadap dunia usaha yg tengah berkembang di masyarakat. Hal ini
menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin
bertanggungjawab.
Seiring dengan hal tersebut, dunia usaha pun semakin menyadari bahwa
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single
bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam
kondisi keuangannya saja, yaitu untuk mencari profit. Perusahaan juga harus
memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Oleh karena itu, lahirlah konsep
Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan kepedulian perusahaan
yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines,
yaitu: Profit (keuntungan), People (masyarakat) dan Planet (lingkungan).
CSR dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam
menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada
masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan
ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. Artinya, CSR bukan lagi
dillihat sebagai sentra biaya (cost center), melainkan sebagai sentra laba (profit
center) di masa mendatang.
Kesadaran tentang pentingnya CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin
maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk yang ramah lingkungan.
Di samping itu, beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini juga ikut
menyadarkan akan arti penting penerapan CSR, sebagai contoh kasus PT. Freeport
Indonesia di Papua, kasus TPST Baojong di Bogor, kasus PT. Newmont di Buyat,
dan kasus PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo. Kasus tersebut tentu saja
mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan secara khusus,
maupun masyarakat pada umumnya.
Upaya perusahaan untuk meningkatkan peran mereka dalam pembangunan
kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi multi pihak
yang solid dan baik, yaitu kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan
masyarakat, yang disebut dengan Kemitraan Tripartit. Peraturan perundangan
diperlukan sebagai dasar perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR. Peraturan
tersebut terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas, khususnya dalam pasal 74, yang mewajibkan
perseroan menganggarkan dana pelaksanaan tanggung jawab sosial yang diakui
dan diperhitungkan sebagai Biaya Perseroan. Peraturan pelaksanaan kegiatan
tanggung jawab sosial selanjutnya akan diatur dalam peraturan pemerintah.
BUMN adalah institusi bisnis pemerintah yang dituntut untuk dapat
BUMN juga dituntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan nasional dan
berperan sebagai institusi sosial. CSR merupakan hal yang mandatory bagi
BUMN, dimana peraturannya dituangkan dalam Keputusan Menteri BUMN
Nomor: KEP-236/MBU/2003 pada 17 Juni 2003, yang mengikat BUMN untuk
menyelenggarakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).
Keputusan tersebut disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan.
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan salah satu BUMN yang
melaksanakan kegiatan di bidang Pelayanan Jasa Kepelabuhanan. Saat ini PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia I mengelola lima belas Cabang Pelabuhan, sebelas
Pelabuhan Perwakilan, dan empat Unit Usaha Lainnya yang meliputi Unit
Terminal Peti Kemas, Rumah Sakit Pelabuhan Medan, Unit Galangan Kapal serta
Unit Depo Peti Kemas. Wilayah kerja PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
meliputi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau dan
Kepulauan Riau. Secara geografis, letaknya sangat strategis karena berada di jalur
perdagangan internasional.
Sebelum penerapan Program CSR, banyak terjadi kasus yang berhubungan
dengan masyarakat sekitar perusahaan. Ada beberapa kasus pencemaran
lingkungan yang terjadi pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, diantaranya
adalah Pelabuhan Batam dan Belawan. Kasus pencemaran laut yang terjadi
disebabkan oleh limbah dari kapal-kapal yang singgah maupun limbah dari
laut secara sembarangan tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan
rusaknya ekosistem dan biota laut, serta berbagai penyakit yang timbul dan
berdampak buruk bagi penduduk sekitar. Selain itu, terdapat pula kasus
penyimpangan patok areal tanah, dimana PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
dianggap telah menguasai lahan di wilayah Belawan, bahkan telah merusak jalur
hijau yang seharusnya dipertahankan. Pertentangan antara masyarakat dan
perusahaan pun terjadi. Hal tersebut dipicu karena kurangnya perhatian
perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungannya. Perusahaan akhirnya
menerima keluhan masyarakat dan mengevaluasi diri, kemudian memutuskan
untuk mengubah paradigma perusahaan dengan lebih memperhatikan lingkungan,
yaitu melalui Program CSR. Program CSR yang dijalankan PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I berupa Penyaluran Pinjaman, Penyaluran Dana Hibah,
Program Bina Lingkungan, Dana pendidikan, dan Bantuan Kemanusiaan lainnya.
Program tersebut diutamakan untuk masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan.
Setelah penerapan Program CSR, keadaan hubungan sosial perusahaan mulai
berubah. Pertentangan dengan masyarakat sekitar mulai berkurang dan telah
dibuat fasilitas pengolahan limbah, sehingga pencemaran lingkungan pun dapat
berkurang. Hal ini berarti bahwa nilai perusahaan (corporate value) telah
meningkat di mata masyarakat. Perusahaan telah berupaya memperhatikan
kepentingan masyarakat dan lingkungannya, terutama kualitas pelayanan dan
kesehatan lingkungan hidup.
Penelitian tentang penerapan Program CSR dan bagaimana pengaruhnya
sebelumnya. Namun ada dua penelitian yang menunjukkan hasil yang tidak
konsisten. Hasil penelitian Chatrine (2008) menunjukkan bahwa program CSR
dan Profitabilitas Perusahaan tidak berhubungan secara nyata atau program CSR
tidak berdampak langsung terhadap perusahaan. Sedangkan hasil penelitian
Tresnawati (2008) menunjukkan bahwa Program Corporate Social Responsibility
membawa pengaruh yang positif terhadap Profitabilitas Perusahaan. Hal tersebut
dapat dilihat dari peningkatan Profitabilitas setelah diterapkannya Program CSR.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali apakah
penerapan Program CSR dapat menimbulkan perbedaan tingkat Profitabilitas
perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan
Tresnawati (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara
lain:
1. Pada penelitian sebelumnya, penelitian dilakukan di PT. Telkom
Bandung. Sedangkan penelitian ini dilakukan di PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Medan.
2. Pada penelitian sebelumnya menggunakan laporan keuangan tahun
1997-2006. Sedangkan penelitian ini menggunakan laporan keuangan tahun
1998-2008, dimana tahun 2003 merupakan cut-off atau tahun pembatas.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas tentang
bagaimana penerapan program CSR yang selama ini telah dilaksanakan oleh PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia I dan seberapa besar perbedaan Tingkat
''Perbandingan Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penerapan Program
Corporate Social Responsibilities (Studi Kasus pada PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I)''.
15.Batasan Penelitian
Penelitian ini memberikan batasan masalah sebagai berikut:
10. Penelitian ini difokuskan pada Tingkat Profitabilitas perusahaan selama
lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I menerapkan Program CSR.
11. Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio
Return On Asset (ROA).
16.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang yang dikemukakan
sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas
antara sebelum dan sesudah penerapan Program CSR pada PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I?”
17.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas
Pelabuhan Indonesia I.
18.Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat, antara lain :
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
wawasan dan memberikan pemahaman mendalam yang berkaitan
dengan Program CSR serta seberapa besar perbedaan Tingkat
Profitabilitas yang dicapai perusahaan antara sebelum dan sesudah
penerapan Program CSR.
4. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai
bahan referensi akan pendalaman tentang CSR itu sendiri dan untuk
mengetahui pengaruh yang dapat ditimbulkan atas pelaksanaan program
CSR terhadap Profitabilitas perusahaan.
5. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
19.Corporate Social Responsibilities (CSR)
B. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibilities merupakan suatu elemen penting dalam
kerangka keberlanjutan perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan
dan sosial budaya. Sebuah organisasi dunia World Bisnis Council for Sustainable
Development (WBCSD) yang dikutip oleh Wibisono (2007:7), mendefenisikan
CSR sebagai berikut :
CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam ekonomi pembangunan berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Dari defenisi di atas, dapat dikatakan bahwa CSR adalah sebuah pendekatan
dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi binsis
mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan
(Stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Bila kita telaah
lebih dalam, CSR dapat dikatakan sebagai tabungan masa depan bagi perusahaan
untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan sekedar
bentuk finansial melainkan rasa kepercayaan dari masyarakat sekitar dan
stakeholders lainnya terhadap perusahaan. Kepercayaan inilah yang sebenarnya
CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari
komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan
taraf pekerjaannya beserta seluruh keluarga. CSR merupakan cara perusahaan
untuk mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas.
Hubungan mutualisme dapat diwujudkan sehingga tidak hanya perusahaan yang
akan beruntung karena tujuan utamanya tercapai, yaitu untuk mendapatkan profit.
Namun, masyarakat serta lingkungan juga mendapat manfaat akan keberadaan
perusahaan, sehingga masyarakat serta lingkungan bersedia menerima perusahaan
bahkan ikut menjaga terjaminnya keberlanjutan hidup perusahaan.
H. Komponen Utama CSR
Menurut Wibisono (2007:134), CSR terdiri dari beberapa komponen utama,
yaitu :
j. Perlindungan lingkungan
Organisasi lingkungan memiliki peranan sebagai wadah kontrol sosial
yang fokus terhadap pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan
aspek-aspek lingkungan hidup. Program perlindungan lingkungan ini berfungsi agar
perusahaan dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan berwawasan
lingkungan. Contohnya: pengolahan limbah.
k. Perlindungan dan jaminan karyawan
Karyawan merupakan faktor penting bagi perusahaan. Apabila perusahaan
kinerja karyawan akan positif. Contohnya: pelatihan/kemajuan karir.
l. Interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat
Masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dapat mempengaruhi
arah dan kebijakan sebuah perusahaan. Peran masyarakat menjadi penting karena
masyarakat merupakan salah satu bagian dari komponen stakeholder perusahaan.
Contohya: memperkerjakan tenaga lokal.
m. Kepemimpinan dan pemegang saham
Pemegang saham merupakan pihak yang sangat berkuasa dalam
perusahaan. Para direksi maupun manajer yang diangkat dalam RUPS harus
mengetahui keinginan dari para pemegang saham dan memberikan informasi
secara transparan mengenai keadaan perusahaan. Contohnya: semua informasi
tentang program atau kegiatan yang dijalankan perusahaan dapat melibatkan
pemegang saham dalam hal-hal yang bersifat non-finansial.
n. Penanganan pelanggan/produk
Menciptakan hubungan baik dengan pelanggan akan memberikan
keuntungan yang besar bagi perusahaan. Jika pelanggan mendapatkan kepuasan
dari perusahaan, bisnis akan terus bergulir dengan adanya repeat order dari
pelanggan. Contohnya: keterlibatan pelanggan dalam pengembangan produk.
o. Pemasok (supplier)
Pemasok merupakan pihak yang menguasai jaringan distribusi. Hubungan
yang baik dengan pemasok menguntungkan perusahaan karena pemasok telah
mengetahui keinginan perusahaan dan akan memenuhinya sesuai dengan
p. Komunikasi dan laporan
Komunikasi dan pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem
informasi, baik bagi stakeholder maupun shareholder. Sistem informasi ini
diperlukan baik dalam proses pengambilan keputusan maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Contohnya:
memasukkan data kontribusi sosial ke dalam laporan tahunan.
c. Faktor yang mempengaruhi CSR
Menurut Chatrine (2008), pada umumnya implementasi CSR di perusahaan
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
3. Komitmen pimpinan perusahaan
Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah sosial tidak
akan memperdulikan aktivitas sosial. Perusahaan secara keseluruhan sebaiknya
meyakini bahwa CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan
usaha. Dengan kata lain, CSR bukan lagi dilihat dari sentra biaya (cost center)
melainkan sentra laba (profit center) di masa mendatang. Dengan demikian, CSR
bukan lagi sekedar aktivitas sampingan atau suatu hal yang dapat dikorbankan
demi mencapai efisiensi. Namun, CSR telah menjadi bagian penting dalam
perusahaan, dimana CSR jika disikapi secara strategis dapat digunakan untuk
memperbaiki konteks kompetitif perusahaan yang berupa kualitas lingkungan
bisnis tempat perusahaan beroperasi.
4. Ukuran dan kematangan perusahaan
memberikan kontribusi daripada perusahaan kecil dan belum mapan. CSR adalah
wujud kesadaran perusahaan yang merupakan bagian dari masyarakat, dimana
sebaiknya antara perusahaan dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat
simbiosis mutualisme sehingga tercipta harmonisasi hubungan bahkan
meningkatkan citra dan performa perusahaan.
5. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur oleh pemerintah
Regulasi dan penataan sistem pajak yang kacau akan memperkecil
ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada
masyarakat. Peran aktif pemerintah sangat diperlukan sehingga perusahaan dapat
menjadi penolong dalam mengatasi masalah sosial yang ada di negara ini. Bisa
dipastikan pemerintah tidak akan sanggup mengatasi berbagai permasalahan
sosial secara sepihak. Untuk itu, sekecil apapun kedermawanan yang diberikan
oleh perusahaan akan sangat besar artinya bagi pemerintah maupun masyarakat.
Jika sistem regulasi kondusif dan insentif pajak semakin besar diberikan akan
lebih berpotensi dalam memberikan semangat pada perusahaan untuk
berkontribusi pada masyarakat.
C. Tahapan penerapan CSR
Dalam melaksanakan CSR, perlu dibuat suatu perencanaan matang yang
menyeluruh dan dapat dijalankan secara matematis. Menurut Umar (2003:349),
Program jangka panjang suatu perusahaan diturunkan dari perencanaan jangka
menengah dan jangka pendek. Program CSR merupakan perencanaan jangka
usaha. Untuk mendukung perencanaan jangka panjang perusahaan perlu dibuat
program-program yang mendukung pencapaian dari tujuan tersebut.
Melaksanakan program CSR membutuhkan langkah-langkah pembentukan dan
persiapan hingga akhirnya dapat dilaksanakan. Menurut Rahendrawan (2006), ada
beberapa langkah persiapan dan penerapan CSR, yaitu :
D. Perencanaan CSR, yang terdiri dari:
C. mempersiapkan target dan tujuan dari pelaksanaan CSR untuk
perusahaan
D. mempersiapkan alat ukur kinerja dan alat ukur status dari CSR
E. mengidentifikasi inovasi dan/atau intervensi terhadap sistem yang
sedang diterapkan
F. mengidentifikasi masalah CSR yang relevan dengan kegiatan
operasional perusahaan
G. mengidentifikasi tingkat kesiapan pelaksanaan CSR, baik dengan unit
organisasi dan/atau dari kematangan CSR itu sendiri
H. menentukan daerah operasi perusahaan yang akan diterapkan CSR di
dalamnya
I. mengidentifikasi stakeholders perusahaan, dan melibatkan pihak-pihak
yang relevan dalam merancang CSR
J. mempersiapkan program-program dari CSR
E. Persiapan aktivitas CSR, yang terdiri dari:
C. proses pengambilan keputusan dan pengesahan program-program CSR
E. organisasi program-program CSR, baik internal maupun eksternal
F. sumber daya internal dari perusahaan (sumber daya manusia, modal,
dll)
F. Pengimplementasian CSR, yang terdiri dari:
C. menghubungkan program-program CSR dengan para stakeholders,
yang keterlibatannya akan ditentukan berdasarkan kondisi, prioritas,
dan anggaran perusahaan
D. mengimplementasikan program
E. person(s) in charge, orang yang memimpin pelaksanaan program CSR
G. Evaluasi, yang terdiri dari:
C. metode pengawasan dan perangkatnya
D. metode evaluasi dan perangkatnya
E. mekanisme pengembangan terus menerus
F. person(s) in charge, orang yang ditugaskan untuk memimpin jalannya
evaluasi
H. Pelaporan, yang terdiri dari:
C. mekanisme dan sistem pelaporan internal dan eksternal
D. komunikasi internal dan sistem koordinasi
E. sistem komunikasi eksternal
C. Ukuran Keberhasilan Program CSR
Menurut Wibisono (2007:145), untuk melihat sejauh mana efektivitas
program CSR, diperlukan parameter atau indikator untuk mengukurnya.
Setidaknya, ada dua indikator keberhasilan yang dapat digunakan, yaitu:
a. Indikator Internal 1) Ukuran Primer
a) Minimize, yaitu meminimalkan perselisihan, konflik, atau potensi
konflik antara perusahaan dengan masyarakat dengan harapan
terwujudnya hubungan yang harmonis dan kondusif.
b) Asset, yaitu aset perusahaan yang terdiri dari pemilik, pemimpin
perusahaan, karyawan, pabrik, dan fasilitas pendukungnya terjaga
dan terpelihara dengan aman.
c) Operational, yaitu seluruh kegiatan perusahaan berjalan aman dan
lancar.
2) Ukuran Sekunder
a) Tingkat penyaluran dan kolektibilitas (umumnya untuk PKBL
BUMN).
b)Tingkat complience pada aturan yang berlaku.
b. Indikator Eksternal 1) Indikator Ekonomi
3. Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum.
4. Tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis.
berkelanjutan.
2) Indikator Sosial
1. Frekuensi terjadinya gejolak atau konflik sosial
2. Tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan
masyarakat.
3. Tingkat kepuasan masyarakat.
6. Jenis-jenis perusahaan berdasarkan karakteristik tanggung jawab perusahaan
Klasifikasi konseptual CSR dikemukakan oleh Carol (1991) dalam Chatrine
(2008), memberikan karakteristik tanggung jawab perusahaan yang didasarkan
pada empat tipe perusahaan sebagai berikut :
a. tipe perusahaan reaktif (reactive), dengan karakteristik sebagai berikut :
1) tidak adanya dukungan dari manajemen
2) manajemen merasa entitas sosial itu tidak penting
3) tidak adanya laporan tentang lingkungan sosial perusahaan
4) tidak adanya dukunga pelatihan tentang entitas sosial kepada karyawan
b. tipe perusahaan defensif (defensive), dengan karakteristik sebagai berikut :
1) isu lingkungan hanya diperhatikan jika dipandang perlu
2) sikap perusahaan tergantung pada kebijakan pemerintah tentang
dampak lingkungan yang harus dilaporkan
3) sebagian kecil karyawan mendapat dukungan untuk mengikuti
c. tipe perusahaan akomodatif (accomodative), dengan karakteristik sebagai
berikut:
1) terdapatnya beberapa kebijakan top management tentang lingkungan
sosial
2) kegiatan akuntansi sosial dilaporkan, baik secara internal maupun
eksternal
3) terdapat beberapa karyawan yang mendapat dukungan untuk
mengikuti pelatihan tentang lingkungan sosial perusahaan
d. tipe perusahaan proaktif (proactive), dengan karakteristik sebagai berikut :
1) top management mendukung sepenuhnya mengenai isu-isu lingkungan
sosial perusahaan
2) kegiatan akuntansi sosial dilaporkan, baik secara internal maupun
eksternal
3) karyawan memperoleh pelatihan secara berkesinambungan tentang
akuntansi dan lingkungan sosial perusahaan
7. Manfaat kegiatan CSR
Menurut Rogovsky (2000) dalam Wibisono (2007:131), ada berbagai macam
manfaat yang dapat diperoleh apabila program CSR diterapkan oleh perusahaan,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. manfaat bagi individu karyawan, yaitu :
2) menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam
lingkungan baru
3) mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru
4) memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan
memberi kontribusi bagi komunitas lokal
5) mendapatkan persepsi baru atas bisnis
b. manfaat bagi penerima program, yaitu :
1) mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak
dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya
2) mendapatkan keterampilan manajemen yang membawa pendekatan
yang segar dan kreatif dalam memecahkan masalah
3) memperoleh pengalaman dari organisasi seperti menjalankan tugas
c. manfaat bagi perusahaan, yaitu :
1) memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas
bekerja sama dengan komunitas
2) peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas
3) meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal
4) meningkatkan citra dan profil perusahaan di masa masyarakat karena
8. Hambatan/tantangan penerapan program CSR
Menurut Rudito (2007:240), terdapat faktor penghambat/tantangan dalam
menjalankan program CSR, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kualitas sumber daya yang rendah. Dalam konteks ini, sumber daya yang
tersedia kurang dapat memenuhi kebutuhan dari perusahaan. Di samping
itu, pola hidup komunitas lokal sangat berbeda dengan pola hidup dari
industri itu sendiri.
b. Jumlah staf yang kurang memadai. Ini merupakan dampak dari sumber
daya lokal yang kurang memadai sedangkan perusahaan dituntut untuk
mempekerjakan penduduk lokal sebagai konsekuensi dari keberadaan
perusahaan di wilayah tersebut.
c. Kurangnya dukungan pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Hal ini
terkait dengan sistem dan keadaan politik di daerah tersebut.
d. Perbedaan persepsi di pihak internal dan atau pihak eksternal perusahaan.
Pihak internal tentu saja ingin memaksimalkan keuntungan. Dengan
adanya Program CSR, tentu saja akan menambah biaya bagi perusahaan.
Namun, program CSR harus tetap dijalankan karena menyangkut
kepentingan pihak eksternal, seperti masyarakat sekitar.
9. Penerapan CSR pada BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi
dalam perekonomian nasional, disamping usaha swasta dan koperasi. Dalam
jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan kemakmuran masyarakat. Peran
BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan perintis dalam sektor
usaha yang belum diminati oleh swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai
peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan
swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi.
BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan
dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden, hasil penerimaan lainnya.
Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada
hampir seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan,
perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan
telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, perdagangan, dan konstruksi.
Sebagai institusi bisnis, BUMN dituntut untuk dapat menghasilkan laba
sebagaimana layaknya perusahaan bisnis lainnya. Namun di sisi lain, pada saat
yang bersamaan BUMN dituntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan
nasional dan berperan sebagai institusi sosial. Peran sosial ini mengisyaratkan
bukan saja pemilikan dan pengawasannya oleh publik, tetapi juga
menggambarkan konsep public purpose (sasarannya adalah masyarakat) dan
public interest (orientasinya pada kepentingan masyarakat).
Menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2003, dikenal dua bentuk Badan
Usaha Milik Negara, yaitu Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum
(Perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51%
Sedangkan Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan
tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan jasa sekaligus mencari keuntungan.
Upaya perusahaan untuk meningkatkan peran mereka dalam pembangunan
kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi multi pihak
yang solid dan baik, yaitu kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan
masyarakat, yang disebut dengan Kemitraan Tripartit. Ketentuan perundangan
diperlukan sebagai dasar perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR, yaitu
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas, khususnya dalam pasal 74, yang terbagi menjadi 4
ayat, yaitu:
Ayat (1) : Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Ayat (2) : Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Ayat (3) : Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (4) : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan
Perseroan (Persero). Pada saat itu, biaya pembinaan usaha kecil dibebankan
No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11 November 1989 tentang Pedoman
Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui Badan Usaha Milik
Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba sebesar 1%-5%
dari laba setelah pajak. Nama program saat itu lebih dikenal dengan Program
Pegelkop.
Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil
dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
No.:316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan
Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan
Usaha Milik Negara. Memperhatikan perkembangan ekonomi dan kebutuhan
masyarakat, pedoman pembinaan usaha kecil tersebut beberapa kali mengalami
penyesuaian, yaitu melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor:
Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, dan terakhir melalui Peraturan
Menteri Negara BUMN Nomor: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil dalam bentuk pinjaman, baik untuk modal usaha maupun pembelian
perangkat penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri.
Sementara Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat untuk tujuan memberikan manfaat kepada masyarakat di
merupakan wujud kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitarnya atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR).
Peraturan pelaksanaan program PKBL tertuang dalam Peraturan Menteri
Negara BUMN Nomor: Per-05/MBU/2007, terutama pasal 9 dan pasal 11, yaitu
sebagai berikut:
Pasal 9 (1) Dana Program Kemitraan bersumber dari :
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen);
b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional; c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
(2) Dana Program BL bersumber dari :
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen); b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL.
(3) Besarnya dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh :
a. Menteri untuk Perum; b. RUPS untuk Persero;
(4) Dalam kondisi tertentu besarnya dana Program Kemitraan dan dana Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak dapat ditetapkan lain dengan persetujuan Menteri/RUPS.
(5) Dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), disetorkan ke rekening dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari setelah penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(6) Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program BL dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.
Pasal 11
(1) Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :
a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan;
b. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan;
1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan;
2) Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan;
3) Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binan.
(2) Dana Program BL :
a. Dana Program BL yang tersedia setiap tahun terdiri dari saldo kas awal tahun, penerimaan dari alokasi laba yang terealisir, pendapatan bunga jasa giro dan/atau deposito yang terealisir serta pendapatan lainnya.
b. Setiap tahun berjalan sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia dapat disalurkan melalui Program BL BUMN Pembina.
c. Setiap tahun berjalan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia diperuntukkan bagi Program BL BUMN Peduli. d. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa kas dana Program BL BUMN
Pembina dan BUMN Peduli, maka sisa kas tersebut menjadi saldo kas awal tahun dana Program BL tahun berikutnya.
e. Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Pembina : 1) Bantuan korban bencana alam;
2) Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; 3) Bantuan peningkatan kesehatan;
4) Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; 5) Bantuan sarana ibadah;
6) Bantuan pelestarian alam;
f. Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Peduli ditetapkan oleh Menteri.
B. Profitabilitas Perusahaan 1. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah suatu angka yang menunjukkan kemampuan suatu
entitas usaha untuk menghasilkan laba. Profitabilitas merupakan hasil dari
sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Menurut Gitman (2003:599).
“Profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the
Menurut IAI, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan, paragraf 17, menyatakan bahwa :
“Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya”.
Di dalam dunia usaha, perusahaan diharapkan untuk dapat menciptakan
penghasilannya secara optimal. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya
mendapat perhatian penting, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu
perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa
adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik
modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan, dan terutama sekali pihak
manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena disadari
benar pentingnya arti dari profit terhadap kelangsungan dan masa depan
perusahaan.
Profitabilitas dapat diterapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang
relevan. Salah satu tolak ukurnya adalah dengan menggunakan rasio keuangan
sebagai salah satu alat di dalam menganalisis kondisi keuangan hasil operasi dan
tingkat Profitabilitas perusahaan.
2. Metode Perhitungan Profitabilitas Perusahaan
Van Horne dan Wachowicz (2005:222) mengemukakan rasio profitabilitas
dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya
dengan investasi. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan terdiri atas
Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) dan Marjin Laba Bersih (Net Profit
Margin). Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi terdiri atas Tingkat
Pengembalian Aktiva (ROA) dan Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE).
Menurut Brigham dan Houston (2006:107–110), ada empat macam rasio
profitabilitas (profitability ratio) yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat
profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini akan menunjukkan kombinasi efek dari
likuditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio-rasio
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Rasio margin laba atas penjualan (Profit Margin on Sales) . Rasio ini
mengukur jumlah laba bersih per nilai rupiah penjualan, yang diperoleh
dengan cara membagi laba bersih dengan hasil penjualan.
b. Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (Basic Earning Power
–BEP). Rasio ini mengindikasikan kemampuan dari aktiva-aktiva
perusahaan untuk menghasilkan laba operasi, yang diperoleh dengan cara
membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan
total aktiva.
c. Rasio tingkat pengembalian total aktiva (Return on Assets-ROA). Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva
yang dimiliki. ROA diperoleh dengan cara membagi laba bersih dengan
total aktiva.
d. Rasio tingkat ekuitas saham (Return on Equity-ROE). Rasio ini
setiap rupiah modal dari pemilik, yang diperoleh dengan cara membagi
laba bersih dengan total ekuitas saham.
3. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio untuk mengukur
profitabilitas perusahaan, yaitu merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan rata-rata total aktiva. Dimana rata-rata total aktiva dapat diperoleh dari
total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun dibagi dua. Menurut
Syahyunan (2004:85), “Return on Assets menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan”.
Return on Assets bisa diperoleh dari Net Profit Margin dikalikan dengan
Asset Turn Over. Asset Turn Over adalah penjualan bersih dibagi rata-rata total
aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Return on Asset (ROA)
mengukur berapa persentase laba bersih terhadap total aktiva perusahaan tersebut.
Rumus Return on Assets (ROA) adalah:
Dengan mengetahui rasio ini, dapat dinilai apakah perusahaan telah efisien
dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini
juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan, karena
menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
ROA = ×
Aktiva Total
Bersih Laba
i. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ada dua penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini, yaitu:
a.Chatrine E.Y. Sitorus (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Chatrine berjudul “ Analisis terhadap
Hubungan antara Program Corporate Social Resposibilities dengan
Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus PT. Toba Pulp Lestari Tbk)”.
Variabel independen yang digunakan adalah Program CSR, sedangkan
variabel dependen adalah Profitabilitas Perusahaan. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa program CSR dan Profitabilitas Perusahaan tidak
berhubungan secara nyata. Meskipun koefisien korelasi menyatakan
hubungan yang kuat antara Program CSR dengan Profitabilitas, namun
disebabkan signifikansi yang nilainya terlalu besar, mengakibatkan
hubungan tersebut tidak nyata atau tidak berdampak langsung terhadap
perusahaan (hubungan negatif).
b. Rina Tresnawati (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Rina berjudul “Pengaruh Sebelum dan
Setelah Penerapan Program Corporate Social Responsibility terhadap
Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus terhadap PT. TELKOM). Variabel
independen yang digunakan adalah Program CSR, sedangkan variabel
dependen adalah Profitabilitas Perusahaan. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Program Corporate Social Responsibility
tersebut dapat dilihat dari peningkatan Profitabilitas setelah
diterapkannya Program CSR yang didukung oleh pengujian hipotesis.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Metodologi
Penelitian
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2010
sesudah penerapan Program Corporate Social Responsibility. Variabel yang
diukur yaitu Profitabilitas Perusahaan dan Program Corporate Social
Responsibility. Profitabilitas Perusahaan diukur dengan Rasio Profitabilitas, yaitu
menggunakan Rasio Return on Asset (ROA). Dalam hai ini, ROA yang diteliti
berasal dari laporan keuangan Tahun 1998-2008. Sedangkan Program CSR diukur
berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17
Juni 2003 dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007.
Hasil penelitian ini akan dapat menjawab apakah Tingkat Profitabilitas PT.
Pelabuhan Indonesia I sesudah penerapan Program CSR mengalami peningkatan
atau penurunan dibandingkan sebelum penerapan Program CSR.
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis, maka dapat dirumuskan
kerangka konseptual sebagai berikut:
Sebelum: Sesudah:
dibandingkan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Peneliti, 2010
Profitabilitas Perusahaan
Profitabilitas Perusahaan Program CSR
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008:49), “Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris, yang menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih.” Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan landasan teori dan kerangka
konseptual yang telah disusun, maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut:
“Terdapat perbedaaan Tingkat Profitabilitas antara sebelum dan sesudah
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji
hipotesis penelitian.
20. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Metode Penelitian
Komparatif. Menurut Sugiyono (2006:11), “Penelitian Komparatif adalah suatu
penelitian yang bersifat membandingkan antara dua variabel untuk sampel yang
lebih dari satu atau dalam kurun waktu yang berbeda.” Dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara membandingkan profitabilitas sebelum dan sesudah
penerapan program CSR.
Jenis pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Studi Kasus. Dengan
menggunakan metode ini, penelitian dilakukan secara lebih rinci mengenai suatu
objek tertentu selama kurun waktu tertentu, dengan cukup mendalam dan
menyeluruh termasuk kondisi dan lingkungan masa lalunya. Selanjutnya peneliti
berusaha menemukan hubungan antara faktor-faktor tersebut.
C. Populasi dan Sampel
Menurut Erlina (2008:74), “Populasi adalah sekelompok entitas yang
lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai
Tingkat Profitabilitas PT. Pelabuhan Indonesia I.
Menurut Erlina (2008:75), “Sampel adalah bagian populasi yang digunakan
untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel yang diambil untuk
penelitian ini terdiri dari Sepuluh tahun yang terbagi atas dua kelompok, yaitu:
1. Kelompok I (Sebelum Penerapan CSR), yaitu Tingkat Profitabilitas PT.
Pelabuhan Indonesia I tahun 1998-2002
2. Kelompok II (Sesudah Penerapan CSR), yaitu Tingkat Profitabilitas PT.
Pelabuhan Indonesia I tahun 2004-2008
Dalam hal ini, tahun 2003 merupakan Cut-Off antara dua kelompok, karena
tahun 2003 merupakan awal pelaksanaan Program CSR di PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I secara terstruktur. Cut-Off ini berfungsi sebagai pembatas untuk
membedakan tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan dalam kurun waktu
beberapa tahun yang dapat dipengaruhi oleh penerapan Program CSR.
D. Jenis dan Sumber Data
Data penelitian adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu
skala numerik. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder. “Data Sekunder
adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Erlina, 2008:24). Data
sekunder yang digunakan adalah data Laporan Keuangan Konsolidasi PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia I, yaitu laporan keuangan tahun 1998-2008. selain
kegiatan CSR yang telah diterapkan perusahaan, sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi, dan data kelengkapan lainnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh informasi yang diperlukan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang merupakan data yang telah dikumpulkan
sebelumnya dan telah menjadi dokumentasi.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
1. Penelitian Lapangan (Field Research) adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian langsung pada objek yang hendak
diteliti.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) adalah penelitian yang
merupakan dasar atau landasan untuk digunakan dalam penelitian
lapangan dan untuk mendapatkan data pendukung.
F. Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Perbandingan Profitabilitas
Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Corporate Social Responsibilities”,
maka terdapat 2 macam variabel yang menjadi atribut dalam penelitian yang
dilakukan, yaitu :
1. Variabel Bebas (Independen), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi
positif ataupun negatif bagi variabel dependen. Dalam hal ini, variabel
independen adalah Program CSR (variabel x).
2. Variabel Terikat (Dependen), yaitu variabel yang dapat dipengaruhi oleh
Variabel Independen. Dalam hal ini, Variabel Dependen adalah
Profitabilitas Perusahaan (variabel y). Profitabilitas diukur dengan
menggunakan rasio Return On Asset (ROA).
G. Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan definisinya adalah
sebagai berikut:
1. Program CSR adalah cara perusahaan utnuk mengatur proses usaha
guna memproduksi dampak positif pada komunitas dan berdasarkan
tiga prinsip dasar, yaitu Profit, People, dan Planet. Variabel ini
menggunakan skala rasio, yang diukur berdasarkan Keputusan Menteri
BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal
27 April 2007.
2. Profitabilitas Perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Variabel ini menggunakan skala rasio, yang diukur
dengan Rasio Return On Asset (ROA). Cara pengukurannya adalah
dengan rumus:
ROA = ×
Aktiva Total
Bersih Laba
Tabel 3.1 Definisi Operasional Jenis
Variabel
Definisi Indikator Pengukuran
Independen tanggal 17 Juni 2003 dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007
Sumber : Hasil Olahan Peneliti,2010
H. Metode Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
dengan pengujian hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih
dahulu melakukan uji asumsi klasik.
c) Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas data yang
bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau
tidak. Untuk menguji normalitas data pada penelitian ini digunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat α = 5%. Ketentuannya adalah sebagai
6. Distribusi data tidak normal jika Nilai Assymp Sig. (2-tailed) < 0,05
7. Distribusi data normal jika Nilai Assymp Sig (2-tailed) > 0,05
d) Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menganalisis apakah terdapat
perbedaan Tingkat Profitabilitas perusahaan antara sebelum dan sesudah
diterapkannya Program CSR dengan menggunakan Uji Beda (Paired
SampleT-test). “Paired SampleT-test digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan
rata-rata dua sampel bebas yang berpasangan. Dua sampel yang dimaksud adalah
sampel yang sama namun mengalami proses pengukuran maupun perlakuan yang
berbeda” (Nugroho, 2005:29).
Hipotesis statistik yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan
dengan ada tidaknya perbedaan profitabilitas perusahaan sebelum dan setelah
penerapan program CSR, yaitu sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum
dan sesudah penerapan Program CSR.
Ha : Terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan
sesudah penerapan Program CSR.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
Ha diterima jika : Nilai probabilitas Sig. (2-tailed) < 0,05
Ha ditolak jika : Nilai probabilitas Sig. (2-tailed) > 0,05
t-hitung < t-tabel
4) Jadwal dan Lokasi Penelitian
Untuk keperluan ini, penulis melakukan penelitian pada PT. Pelabuhan
Indonesia I, Jl. Krakatau Ujung No. 100, Medan 20241. Waktu penelitian adalah
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum PT Pelindo I a. Sejarah Perusahaan
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah SH No. 1
tanggal 1 Desember 1992 sebagaimana dimuat dalam Tambahan Berita Negara Rl
No. 8612 Tahun 1994, beserta perubahan terakhir sebagaimana telah diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara Rl tanggal 2 Januari 1999 Nomor 1. Nama
lengkap perusahaan adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I disingkat PT.
Pelabuhan I, berkantor pusat di Jalan Krakatau Ujung No. 100 Medan 20241,
Sumatera Utara, Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda perseroan ini diberi nama ”Haven
Badrift”. Selanjutnya setelah kemerdekaan Rl tahun 1945 s.d. 1950, perseroan
berstatus sebagai Jawatan Pelabuhan. Pada tahun 1960 s.d. 1969, Jawatan
Pelabuhan berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status Perusahaan
Negara Pelabuhan disingkat dengan nama ”PN Pelabuhan”. Pada periode 1969
s.d. 1983, PN Pelabuhan berubah menjadi Lembaga Penguasa Pelabuhan dengan
nama ”Badan Pengusahaan Pelabuhan” atau BPP. Pada tahun 1983, berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1983 Badan Pengusahaan Pelabuhan diubah
Pemerintah No. 56 Tahun 1991 Perumpel I berubah status menjadi ”PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I” yang berkedudukan dan berkantor pusat di Medan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 64 thn 2001 kedudukan, tugas dan
kewenangan Menteri Keuangan selaku pemegang saham pada Persero/Perseroan
Terbatas dialihkan kepada Menteri BUMN. Pembinaan Teknis operasional berada
ditangan Departemen Perhubungan dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut.
b. Visi dan Misi Perusahaan 1) Visi Perusahaan
Visi Perusahaan dirumuskan sebagai berikut: "Mewujudkan pelayanan
kepelabuhanan berkualitas dan berada didalam jaringan transportasi laut global
serta mampu memenuhi harapan stakeholder". Visi mengandung makna sebagai
berikut :
I. Perusahaan berorientasi pasar, berdaya saing dan berdaya cipta tinggi
serta memiliki core bussines dan core competence yang memberikan
high added value.
J. Perusahaan memiliki ciri kemandirian, sehat, transparansi, memiliki
sumber daya manusia yang professional.
K. Memiliki pelabuhan andalan yang tangguh dalam jaringan transportasi
L. Merupakan andalan dan kebanggaan masyarakat serta Pemerintahan
Daerah dalam kepedulian terhadap lingkungan (community
development).
2) Misi Perusahaan
Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang jasa
kepelabuhanan, PT (Persero) Pelabuhanan Indonesia I mempunyai dua misi.yaitu
corporate mission untuk memperoleh laba, dan port mission untuk mengembang
wilayah didalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi Perusahaan
dirumuskan sebagai berikut: "Menyediakan jasa kepelabuhanan berkualitas yang
berperan sebagai pusat logistik, memberikan nilai tambah, serta mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah".
Misi tersebut mengandung enam hal yang merupakan pondasi dalam
mengelola perusahaan sabagai berikut:
4. Bisnis inti perusahaan adalah pengusahaan jasa kepelabuhanan.
5. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah untuk memuaskan pelanggan
dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
6. Laba yang diperoleh dapat meningkatkan pertumbuhan usaha dan
memberikan kontribusi kepada negara.
7. Kepuasan pelanggan dicapai melalui produk yang berkualitas.
8. Produk berkualitas dicapai melalui peningkatan dan pemberdayaan sumber
daya manusia dan keandalan alat produksi.
9. Pengusahaan dan pengelolaan jasa kepelabuhanan dilaksanakan dalam
c. Kebijakan Perusahaan
Kebijakan perusahaan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
Direksi sebagai pegangan manajemen dalam melaksanakan kegiatan usaha, yaitu :
1) Pengembangan kemitraan yang berfokus kepada nilai pelanggan (customer
value) dan kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
2) Pengalihan kegiatan yang bukan core bisnis menjadi anak perusahaan.
3) Penerapan sistem pentarifan yang berfokus kepada customer value,
customer satisfaction dan mendorong produktivitas kerja di Pelabuhan.
4) Pembangunan/pemeliharaan pelabuhan didasarkan pada rencana induk
pelabuhan, yang harus disesuaikan dengan perkembangan hinterland dan
tuntutan teknologi.
5) Peningkatan pengendalian pelaksanaan Sispro dan pemenuhan kebutuhan
fasilitas dan peralatan serta penerapan ISPS Code.
6) Perubahan struktur organisasi yang lebih terfokus pada kepentingan
pelanggan.
7) Pengalihan sebagian wewenang Kantor Pusat kepada Cabang dengan
maksud untuk meningkatkan otonomi Cabang.
d. Sasaran dan Strategi Perusahaan 1) Sasaran Perusahaan
Sasaran yang ditentukan di dalam RKAP Tahun 2009 pada dasarnya
merupakan penjabaran dari sasaran-sasaran yang ditetapkan di dalam RJPP