Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
PENGGUNAAN BAHAN PENJERAP ETILEN PADA PENYIMPANAN PISANG BARANGAN DENGAN KEMASAN
ATMOSFER TERMODIFIKASI AKTIF
SKRIPSI
OLEH :
HOTMAN FEBRIANTO SIAGIAN 050305007/THP
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
PENGGUNAAN BAHAN PENJERAP ETILEN PADA PENYIMPANAN PISANG BARANGAN DENGAN KEMASAN
ATMOSFER TERMODIFIKASI AKTIF
SKRIPSI OLEH :
HOTMAN FEBRIANTO SIAGIAN 050305007/THP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing,
Dr. Ir. Elisa Julianti, M. Si Dr. Ir. Herla Rusmarilin, M.S
Ketua Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
ABSTRACT
THE UTILIZATION OF ETHYLENE ADSORBERS IN STORAGE OF BARANGAN BANANA IN ACTIVE MODIFIED ATMOSPHERE
PACKAGING
The aim of this research was to find the effect of ethylene adsorbers and storage time in maintaining the quality of barangan banana. The research had been performed using completely randomized design with two factors : i.e : ethylene adsorber type : A1 =
KMnO4; A2 = zeolite; A3 = active carbon and storage time : L1 = 0 day, L2 = 5 days, L3 =
10 days, L4 = 15 days. Parameters analyzed were water content, weight loss, vitamin C
content, sugar content, organoleptic value of color, texture (using texturometer) and organoleptic value of texture.
The result showed that the ethylene adsorber type had highly significant effect on weight loss and sugar content and had significant effect on vitamin C content and organoleptic value of color but had no significant effect on water content, texture (using texturometer) and organoleptic value of texture. Storage time had highly significant effect on all parameters. The interaction of ethylene adsorber type and storage time had highly significant effect on weight loss and total sugar but had no significant effect on the rest of the parameters. KMnO4 preserved the quality of barangan banana during 15 days of
storage.
Keywords : barangan banana, ethylene adsorbers, storage time.
ABSTRAK
PENGGUNAAN BAHAN PENJERAP ETILEN PADA PENYIMPANAN PISANG BARANGAN DENGAN KEMASAN ATMOSFER
TERMODIFIKASI AKTIF
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan penjerap etilen dan lama penyimpanan dalam mempertahankan mutu buah pisang barangan. Penelitian dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri dari dua faktor yaitu jenis penjerap etilen : A1 = KMnO4, A2 = zeolit, A3 = karbon aktif dan lama penyimpanan L1 = 0 hari, L2 = 5 hari, L3 = 10 hari, L4 = 15 hari. Parameter yang diamati meliputi kadar air, susut bobot, kadar vitamin C, kadar gula, uji organoleptik warna, uji tekstur dengan teksturometer dan uji tekstur secara organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis penjerap etilen berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap susut bobot dan kadar gula dan berpengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar vitamin C dan nilai organoleptik warna tetapi berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air, tekstur (menggunakan teksturometer) dan nilai organoleptik tekstur. Lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter. Interaksi jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap susut bobot dan kadar gula dan berbeda tidak nyata terhadap parameter yang lain. Jenis penjerap KMnO4 dapat mempertahankan mutu buah pisang barangan selama penyimpanan 15 hari.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
RIWAYAT HIDUP
HOTMAN FEBRIANTO SIAGIAN, dilahirkan di Pematangsiantar pada
tanggal 17 Februari 1987, anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak
F. Siagian dan Ibu R. br. Sitorus, beragama Kristen Protestan.
Adapun pendidikan formal yang pernah ditempuh, pada tahun 1993
penulis memasuki SD Budi Mulia I Pematangsiantar, lulus tahun 1999. Tahun
1999 penulis memasuki SLTP Bintang Timur Pematangsiantar, lulus tahun 2002.
Tahun 2002 penulis memasuki SMU Negeri 3 Pematangsiantar, lulus tahun 2005.
Tahun 2005 penulis memasuki Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian,
Departemen Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
melalui jalur Panduan Minat dan Prestasi (PMP).
Selama kuliah penulis pernah menjadi anggota Ikatan Mahasiswa
Teknologi Hasil Pertanian (IMTHP). Pada bulan Juli 2008, penulis mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PMKS Gunung Melayu II Asian Agri
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan anugerah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini berjudul “Penggunaan Bahan Penjerap Etilen pada Penyimpanan Pisang
Barangan dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif.” Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Elisa Julianti, M. Si selaku
Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS selaku Anggota
Komisi Pembimbing penulis yang telah membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua
orangtua penulis, Bapak F. Siagian dan Ibu R. br. Sitorus, juga kepada adik-adik
saya Fridaningsih F. Siagian, Horas F. Siagian dan Fransiska W. Siagian, yang
telah memberikan doa, kasih sayang, nasehat, semangat kepada penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan guru-guru yang berjasa
mulai dari SD sampai sekarang : Daniel C. Samosir, Rimhot P. Sitorus, Aris M.
Simamora, Sihar Naibaho, Bobby A. H. Sihombing, Linda C. Aritonang, Mardin
W. A. Saragih, Juandri Simamora, Markam A. Sinaga, David C. Napitupulu,
Andikabul Siregar, Dewi R. Silitonga, semua teman IPA1 SMUN 3 P. Siantar,
(Alm.) Johansen Simangunsong, M. Iqbal, Pak K. Sirait, Ibu R. Nadeak, Pak G.
Marbun, Pak E.L. Fau, Pak J. Tambunsaribu, Pak J. Sirait, Pak M. Hutapea, dan
kepada dosen statistika Pak Ahmad Ilmuwan, kepada teman-teman kuliah:
Nehemia F. T. Simanjuntak dan keluarga yang telah ikut serta membimbing saya,
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Gulo, Veronika, dan teman-teman stambuk 2005 serta seluruh pihak yang tidak
sempat tertulis, atas segala bantuan moral, doa serta motivasinya kepada penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan untuk
kepentingan penelitian selanjutnya.
Medan, Agustus 2009
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT... i
ABSTRAK... i
RIWAYAT HIDUP... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI . ... v
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Pisang ... 5
Pisang Barangan... 7
Komposisi Kimia Pisang Barangan ... 10
Manfaat Pisang Barangan ... 10
Sifat Fisiologis Buah Klimakterik ... 11
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respirasi ... 12
Perubahan-Perubahan yang Terjadi Selama Pematangan dan Penuaan .... 13
Tinjauan Umum Etilen ... 16
Bahan Penjerap Etilen ... 17
Penyimpanan dengan Kemasan Termodifikasi Aktif ... 21
Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Pengemas………... 25
Penggunaan Kemasan Film...………... 26
BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian ... 27
Bahan Penelitian ... 27
Reagensia ... 27
Alat Penelitian ... 27
Metode Penelitian... 28
Model Rancangan... 29
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Pengamatan dan Parameter Mutu
Penentuan Kadar Air (%) ... 31
Penentuan Susut Bobot (%) ... 31
Penentuan Kadar Vitamin C (mg/100 g) ... 32
Penentuan Kadar Gula (%) ... 32
Uji Organoleptik Warna (skor)………. 33
Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm2) ... 34
Uji Tekstur (organoleptik) (skor) ... 34
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Parameter yang Diamati ... 36
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati ... 37
Kadar Air (%) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Air (%) ... 38
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ... 38
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)... 39
Susut Bobot Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Susut Bobot (%) ... 40
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%) ... 41
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%) ... 42
Penentuan Kadar Vitamin C (mg/100 g) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g) .. 44
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g) .... 46
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g) ... 47
Penentuan Kadar Gula (%) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Gula (%) ... 48
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula (%) ... 49
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula (%) ... 51
Uji Organoleptik Warna (skor) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Uji Organoleptik Warna (skor) 53 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Uji Organoleptik Warna (skor) . 54
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Uji Organoleptik Warna (skor) ... 56
Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm2) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Tekstur (g/mm2) ... 56
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (g/mm2) ... 56
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (g/mm2) ... 58
Uji Tekstur (Organoleptik) (Skor) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Tekstur (Organoleptik) (Skor) 58
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (Organoleptik) (Skor) .. 59
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Standar Mutu Buah Pisang Barangan...
Komposisi Kimia Buah Pisang Barangan per 100 g Bahan...
Perbandingan Umur Simpan Produk pada Udara Normal dan Udara Terkendali………...
Nilai Numerik 1 – 8 untuk Menunjukkan Warna Buah Pisang Barangan pada Berbagai Tingkat Kematangan...
Skala Uji Hedonik Organoleptik Tekstur………..
Hasil Analisis Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Parameter yang Diamati...
Hasil Analisis Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati………..
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)...
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Penjerap terhadap Susut Bobot (%)...
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%)……….
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%)……….
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g)...
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g)...
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Gula (%)………..
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
16
17
18
19
20
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula (%)………..
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap OrganoleptikWarna (Skor)...
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Organoleptik Warna (Skor)...
Uji LSR Efek Pengaruh Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (g/mm2)...
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (Organoleptik) (Skor)………
51
53
54
57
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Berbagai Tingkat Kematangan Buah Pisang…………...
Skema Penelitian...
Grafik Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)...
Hubungan Jenis Penjerap Etilen terhadap Susut Bobot (%)…………
Grafik Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%)…...
Grafik Hubungan Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot………...
Grafik Hubungan Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g)………...
Grafik Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g)...
Histogram Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Gula (%)……….
Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan terhadap
Kadar Gula (%)...
Grafik Hubungan Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula………
Histogram Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Organoleptik Warna (Skor)………
Grafik Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Organoleptik Warna (Skor)...
Grafik Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (g/mm2)……
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1
2
3
4
5
6
7
8
Data Pengamatan Analisis Kadar Air (%)……...
Data Pengamatan Analisis Susut Bobot ……….
Data Pengamatan Analisis Kadar Vitamin C (mg/100 g)………
Data Pengamatan Analisis Kadar Gula (%)……….
Data Pengamatan Uji Organoleptik Warna (Skor)………..
Data Pengamatan Analisis Uji Tekstur dengan Teksturometer
(g/mm2)………..
Data Pengamatan Analisis Uji Tekstur (Organoleptik) (Skor)………..
Kurva Standar Konsentrasi Gula (mg) terhadap Absorbansi…………. 66
67
68
69
70
71
72
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang merupakan jenis buah lokal yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai bahan makanan, karena selain dapat dimakan dalam bentuk segar, juga
dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, seperti keripik, pisang sale dan
sebagainya. Salah satu varietas pisang yang unggul dan banyak ditanam di
Sumatera Utara adalah pisang barangan (Musa acuminata) yang disukai
masyarakat daerah ini. Pisang barangan lebih disukai dikonsumsi dalam keadaan
segar, dan banyak disajikan di restoran-restoran sebagai makanan pencuci mulut.
Pemasaran pisang dalam bentuk segar untuk pasar dalam negeri cukup
baik mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar dan hampir semua orang
menyukai dan mengkonsumsi buah pisang sehingga tak heran bila angka
konsumsi buah pisang lebih tinggi dibandingkan dengan buah-buah lainnya. Hal
ini karena pisang tidak bersifat musiman, harganya murah dan nilai gizinya tinggi.
Tingkat konsumsi pisang segar dari tahun 2005 sampai 2010 diasumsikan
meningkat dari 8,2 menjadi 10 kg/kapita/tahun. Berdasarkan proyeksi peningkatan
jumlah penduduk dari 220 juta ke 230 juta jiwa, diperkirakan kebutuhan konsumsi
pisang segar dari dalam negeri akan mencapai 1,8 – 2,3 juta ton per tahun.
Kebutuhan konsumsi pisang segar ini hanya 40 – 50 % dari total produksi pisang
nasional tahun 2004, yaitu 4.400.000 ton dengan luas panen 300.000 ha.
Berdasarkan hal ini maka pemanfaatan pisang dan hasil sampingannya dalam
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Mutu buah pisang barangan ditentukan dari derajat kematangan,
kebersihan, bentuk, ada tidaknya buah kembar (dempet), buah yang lepas, serta
terkena hama atau penyakit. Buah dipanen pada saat sudah cukup matang. Dengan
pemilihan pisang barangan yang bermutu baik, maka prospek pengembangannya
sebagai komoditas unggulan dapat ditingkatkan bukan hanya untuk pemasaran
lokal tetapi juga untuk ekspor.
Buah pisang mempunyai sifat yang mudah rusak terutama karena kondisi
lingkungan yang tidak sesuai seperti suhu yang tinggi dan udara yang lembab,
yang dapat mempercepat proses kerusakan dan meningkatkan kehilangan
pascapanen. Hal ini menjadi masalah dalam menyediakan pisang yang bermutu
baik bagi konsumen baik untuk pasar lokal maupun ekspor.
Metode penyimpanan produk buah-buahan dan sayuran segar yang saat ini
banyak dikembangkan adalah metode penyimpanan dengan sistem kemasan
modifikasi atmosfir, yaitu pengemasan produk dengan menggunakan bahan
kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di
dalam kemasan berubah, laju respirasi menurun, mengurangi pertumbuhan
mikroba, kerusakan oleh enzim berkurang serta dapat memperpanjang masa
simpan.
Penyimpanan pisang dengan sistem modifikasi atmosfer sudah diterapkan
pada beberapa varietas pisang. Dari hasil penelitian Chauhan, et al., (2006),
diketahui kondisi atmosfer termodifikasi yang sesuai untuk penyimpanan pisang
varietas Pachbale adalah 3 % O2, 5 % CO2 dan 92 % N2. Pisang yang dikemas
dengan kemasan atmosfer termodifikasi yaitu dengan kemasan polietilen yang
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
memperpanjang masa simpan 5 hari lebih panjang daripada penyimpanan tanpa
kemasan. Pisang yang telah disimpan dengan kemasan atmosfer termodifikasi ini
juga memiliki mutu yang lebih baik setelah diberi perlakuan etilen di akhir
penyimpanan (Ahmad, Perviez, Thompson dan Ullah, 2007).
Dari hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk
memperpanjang masa simpan buah pisang barangan dengan kemasan
termodifikasi aktif, menggunakan bahan penjerap etilen dengan harapan akan
dapat mempertahankan buah pisang baik secara kualitatif maupun kuantitatif
ketika sampai di tangan konsumen.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
berbagai bahan penjerap etilen dalam mempertahankan mutu buah pisang
barangan.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai sumber informasi dalam upaya mempertahankan dan
memperpanjang masa simpan buah pisang barangan.
Hipotesa Penelitian
- Perbedaan jenis penjerap etilen berpengaruh terhadap mutu buah pisang
barangan.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
- Interaksi antara jenis penjerap etilen dan lama penyimpanan berpengaruh
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tanaman Pisang
Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara
(termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan
Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Penyebaran
tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia, yakni meliputi daerah
tropis dan sub tropis, dimulai dari Asia Tenggara ke timur melalui Lautan Teduh
sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui
Samudera Atlantik, Kepulauan Kanari sampai Benua Amerika
(Suyanti dan Supriyadi, 2008).
Pisang merupakan tanaman semak yang berbatang semu (pseudostem),
tingginya bervariasi antara 1 – 4 meter, tergantung varietasnya. Daunnya melebar,
panjang, tulang daunnya besar, dan tepi daunnya tidak mempunyai ikatan yang
kompak sehingga mudah robek bila terkena tiupan angin kencang. Batangnya
mempunyai bonggol (umbi) yang besar sekali dan terdapat banyak mata yang
dapat tumbuh menjadi tunas anakan. Bunganya tunggal, keluar pada ujung batang
dan hanya sekali berbunga selama hidupnya (monokarpik) (Sunarjono, 2000).
Tanaman pisang yang dibudidayakan untuk diambil manfaatnya bagi
kesejahteraan hidup manusia sebenarnya berasal dari jenis-jenis herba berumpun
yang hidup menahun. Secara garis besar, jenis-jenis pisang dapat dikelompokkan
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
1. Pisang serat (Musa textilis)
Pisang serat adalah pisang yang tidak untuk diambil buahnya, tetapi untuk
diambil seratnya. Pada awal abad ke – 16, penduduk asli Filipina memanfaatkan
serat pisang sebagai bahan baku pembuatan pakaian. Oleh karena itu, pisang ini
dinamakan Musa textilis.
2. Pisang hias (Heliconia indica Lamk)
Seperti halnya pisang serat, pisang hias juga tidak dimanfaatkan untuk
diambil buahnya. Jenis pisang ini mempunyai morfologi daun yang indah
sehingga cocok dijadikan sebagai tanaman penghias halaman rumah atau pinggir
jalan. Berdasarkan jenisnya, pisang hias terbagi dua, yaitu pisang kipas dan
pisang-pisangan. Disebut pisang kipas karena bentuknya persis seperti kipas.
Sedangkan pisang-pisangan memiliki batang semu berukuran kecil-kecil dan
tumbuh secara berumpun sehingga indah bila dipandang.
3. Pisang buah (Musa paradisiaca Linnaeus)
Berdasarkan Satuhu dan Supriyadi (2008), pisang buah dapat digolongkan
menjadi 4 jenis :
a. Pisang yang dapat dimakan langsung setelah matang, misalnya pisang
kepok, pisang susu, pisang hijau, pisang mas, pisang raja dan pisang
barangan.
b. Pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya
pisang tanduk, pisang uli, pisang kapas dan pisang bangkahulu.
c. Pisang yang dapat dimakan langsung setelah matang maupun diolah
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
d. Pisang yang dapat dikonsumsi sewaktu masih mentah, misalnya pisang
klutuk atau pisang batu untuk campuran membuat rujak.
Pisang Barangan
Kedudukan pisang barangan dalam taksonomi tumbuhan menurut
Suprapti (2005) adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Scitaminae
Famili : Musaceae
Sub famili : Muscoideae
Genus : Musa
Spesies : Musa acuminata Linn.
Petunjuk memilih buah pisang barangan yang baik dapat dilihat pada
standar mutu buah pisang barangan (Tabel 1) yang dikeluarkan oleh Standar
Nasional Indonesia. Standar mutu ini disusun untuk memudahkan transaksi
perdagangan, melindungi konsumen, sebagai dasar pengujian dan sertifikasi mutu
serta menyediakan bahan informasi yang dapat digunakan untuk bahan
pembinaan kepada petani/konsumen/pedagang eksportir buah pisang barangan
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Tabel 1. Standar mutu buah pisang barangan
Berat tandan : 12 – 20 kg
Jumlah sisir : 8 – 12 sisir per tandan
Berat sisir : 1 – 2,5 kg
Banyak buah : 12 – 20 buah per sisir
Ukuran buah : panjang 12 – 20 cm
diameter 2 – 4 cm
Kulit buah matang : berwarna kuning jingga tebal
Daging buah : agak keras dan berwarna kejinggaan
Rasa : manis dengan aroma yang kuat
Sumber : Standar Nasional Indonesia, (1999).
Pisang yang ditanam secara komersial dipanen dalam keadaan hijau pada
berbagai tingkat kemasakan. Bila harus diangkut ke tempat-tempat yang jauh,
pisang itu dipetik dalam keadaan kurang matang, kira-kira 75 – 80 % matang,
yang sudah menampakkan sudut-sudutnya dengan jelas, dan yang akan matang
dalam kira-kira 3 minggu. Pisang untuk pengapalan antar pulau dipetik dalam
keadaan 85 – 95 % matang (Pantastico, 1993).
Perubahan utama yang terjadi pada pematangan buah pisang adalah
berkurangnya pati secara nyata bersamaan dengan kenaikan kadar gula. Dalam
buah hijau kadar gula daging buah sekitar 1 – 2 %, sedangkan pada buah matang
penuh menjadi 15 – 20 %. Kadar pati turun dari 20 % pada daging buah hijau
menjadi 1 – 2 % pada daging buah matang. Kadar asam askorbat menjadi dua kali
lipat bila diperam dalam keadaan hijau menjadi kuning kecoklatan
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Berikut adalah gambar berbagai tingkat kematangan buah pisang
barangan :
gambar 1. Berbagai tingkat kematangan buah pisang Sumber : Satuhu dan Supriyadi, (2000).
Keterangan :
No Warna kulit % Pati % Gula Kriteria
1 Hijau 20 0,5 Keras, belum matang
2 Hijau kekuningan 18 2,5 Mulai terjadi pematangan
3 Hijau lebih banyak
daripada kuning
16 4,5 -
4 Kuning lebih banyak
daripada hijau
13 7,5 -
5 Kuning dengan ujung
berwarna hijau
7 13,5 -
6 Kuning penuh 2,5 18 Matang penuh
7 Kuning penuh dengan
bercak cokelat
1,5 19 Matang penuh dengan
aroma yang kuat
8 Kuning dengan bercak
coklat yang lebih luas
1 19 Lewat matang, daging buah
lunak, aroma sangat kuat
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Komposisi Kimia Pisang Barangan
Secara umum, komposisi kimia pisang barangan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia buah pisang barangan per 100 g bahan
Komposisi Kimia Jumlah
Kalori (kal) 120
Protein (gr) 1,2
Lemak (gr) 0,2
Karbohidrat (gr) 31,8
Kalsium (mg) 10
Fosfor (mg) 22
Besi (mg) 0,8
Vitamin A (S.I) 950
Vitamin B1 (mg) 0,06
Vitamin C (mg) 10
Air (gr) 65,8
Bagian yang dapat dimakan (%) 70
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R. I., (1996).
Manfaat Pisang Barangan
Dalam pengobatan, daun pisang yang masih tergulung digunakan sebagai
obat sakit dada dan tapal dingin untuk kulit yang bengkak atau lecet. Air yang
keluar dari pangkal batang pisang digunakan untuk mengobati penyakit raja singa,
disentri dan diare. Air ini juga digunakan untuk menghentikan rontoknya rambut
dan merangsang pertumbuhan rambut. Cairan yang keluar dari akar bersifat anti
demam dan memiliki daya pemulihan kesehatan kembali. Dalam bentuk tepung,
pisang digunakan dalam kasus anemia dan rasa letih pada umumnya, serta untuk
yang kekurangan gizi. Buah yang belum matang merupakan sebagian dari diet
bagi orang yang menderita penyakit batuk darah (haemoptysis) dan kencing
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
dibuat dari pisang digunakan untuk gangguan pencernaan yang disertai perut
kembung dan kelebihan asam (Widyastuti dan Paimin, 1993).
Sifat Fisiologis Buah Klimakterik
Pisang tergolong buah klimakterik, ditandai dengan peningkatan CO2
secara mendadak, yang dihasilkan selama pematangan. Klimakterik adalah suatu
periode mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selama proses
tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses
pembentukan etilen, hal tersebut ditandai dengan terjadinya proses pematangan.
(Syarief dan Irawati, 1988).
Buah-buahan non-klimakterik menghasilkan sedikit etilen dan tidak
memberikan respon terhadap etilen kecuali dalam hal degreening (penurunan
kadar klorofil) pada jeruk dan nenas. Buah klimakterik menghasilkan lebih
banyak etilen pada saat matang dan mempercepat serta lebih seragam tingkat
kematangannya pada saat pemberian etilen (Sakti, 2008).
Untuk membedakan buah klimakterik dari buah non-klimakterik adalah
responnya terhadap pemberian etilen (C2H4) yang merupakan gas hidrokarbon
yang secara alami dikeluarkan oleh buah-buahan dan mempunyai pengaruh dalam
peningkatan respirasi. Buah non-klimakterik akan bereaksi terhadap pemberian
etilen pada tingkat manapun baik pada tingkat pra-panen maupun pasca panen.
Sedangkan buah klimakterik hanya akan mengadakan reaksi respirasi bila etilen
diberikan dalam tingkat pra klimakterik dan tidak peka lagi terhadap etilen setelah
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respirasi
Respirasi adalah suatu proses metabolisme biologis dengan menggunakan
oksigen dalam perombakan senyawa kompleks (seperti karbohidrat, protein dan
lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan sejumlah besar elektron-elektron. Pada
umumnya bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses respirasi
serta metabolisme lain sampai bahan tersebut rusak dan proses kehidupan berhenti
(Syarief dan Irawati, 1988).
Adanya aktivitas respirasi pada hasil-hasil pertanian dapat menyebabkan
hasil pertanian menjadi matang dan menjadi tua. Proses matangnya hasil pertanian
merupakan perubahan dari warna, aroma, dan tekstur berturut-turut menuju ke
arah hasil pertanian yang dapat dimakan/dapat digunakan dan memberikan hasil
sebaik-baiknya. Proses menjadi tua (senescence) merupakan proses
secara normal menuju ke arah kerusakan sejak lewat masa optimal
(Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi terbagi dua, yaitu :
1. Faktor Internal
Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2
yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, dimana
pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi
akan semakin cepat. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal,
maka laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
2. Faktor Eksternal
Umumnya laju respirasi meningkat 2 – 2,5 kali tiap kenaikan suhu 10 ˚C.
Pemberian etilen pada tingkatan pra-klimakterik, akan meningkatkan respirasi
buah klimakterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu
diperhatikan karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin
cepat. Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat memperpanjang masa simpan
buah-buahan dan sayur-sayuran, karena CO2 menimbulkan gangguan respirasi pada
produk tersebut. Kerusakan atau luka pada produk sebaiknya dihindari, karena
dapat memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk semakin pendek
(Pantastico, 1993).
Perubahan-Perubahan yang Terjadi Selama Pematangan dan Penuaan
1. Perubahan Warna
Perubahan warna adalah perubahan yang paling menonjol, pada waktu
pematangan, terjadi sintesa pigmen tertentu, seperti karotenoid dan flavonoid
disamping terjadinya perombakan klorofil. Terjadinya warna kuning pada
pisang disebabkan hilangnya klorofil dan menyebabkan timbulnya karotenoid
yang kuning (Apandi, 1984).
2. Perubahan Tekstur
Zat-zat pektin terutama dilekatkan dalam dinding sel dan lamela
tengah dan berfungsi sebagai bahan perekat. Zat-zat itu merupakan derivat
asam poligalakturonat dan terdapat dalam bentuk protopektin, asam-asam
pektinat, pektin dan asam pektat. Jumlah zat-zat pektat bertambah selama
perkembangan buah. Pada waktu buah menjadi matang, kandungan pektat dan
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
menurun. Selama pematangan buah, terjadi 2 proses pada zat-zat pektin :
depolimerisasi (pemendekan rantai) dan de-esterifikasi (penghilangan gugus
metil dari polimernya). Dengan perubahan pektin, ketegaran buah berkurang
(Pantastico, 1993).
Selama penyimpanan terjadi degradasi pektat, lignin, selulosa dan
hemiselulosa oleh aktivitas enzim pektin metil esterase dan poligalakturonase
dalam proses pematangan buah sehingga terjadi perubahan tekstur dari keras
menjadi lunak (Kartasapoetra, 1994).
Salah satu bentuk penilaian bahwa suatu produk pertanian masih layak
simpan untuk dikonsumsi adalah ketika tekstur buah masih cukup keras. Pada
penyimpanan dengan suhu ruang, buah cepat menjadi lunak. Penurunan
tingkat kekerasan ini terjadi akibat proses pematangan sehingga komposisi
dinding sel berubah menyebabkan menurunnya tekanan turgor sel dan
kekerasan buah menurun. Perubahan kekerasan ini dapat dijadikan indikator
tingkat kematangan buah (Hartanto dan Sianturi, 2008).
3. Perubahan Karbohidrat
Perubahan komponen kimia terbesar dalam pematangan adalah
perubahan karbohidrat yang menyebabkan perubahan rasa dan tekstur buah.
Semakin matang buah, semakin tinggi kadar gula. Karena gula merupakan zat
yang dominan dalam bahan padat yang terlarut pada buah maka tingkat
kematangan sering ditentukan dengan soluble solid (Purba dan Sitinjak, 1987).
Konsentrasi pati pada daging buah meningkat sampai 70 hari pada
masa pertumbuhan buah pisang dan kemudian menurun. Kandungan pati pada
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
2 – 5 % saja yang mampu diubah menjadi gula dan sebagian dilepas dalam
bentuk gas CO2 melalui proses respirasi. Pada awal pertumbuhan buah
konsentrasi gula total, gula reduksi dan bukan reduksi sangat rendah. Tetapi
saat proses pemasakan, gula total meningkat tajam dalam bentuk glukosa dan
fruktosa. Naiknya kadar gula yang tiba-tiba ini dapat digunakan sebagai
indeks kimia kemasakan. Pada saat pemasakan buah terjadi peningkatan
respirasi, produksi etilen serta terjadi akumulasi gula (Sumadi, et al., 2004).
4. Perubahan Vitamin C
Kandungan asam askorbat (vitamin C) akan mengalami penurunan
selama penyimpanan terutama pada suhu penyimpanan yang tinggi.
Kandungan asam askorbat setelah penyimpanan kira-kira setengah sampai dua
per tiga dari waktu panen. Hal ini disebabkan asam askorbat mudah
teroksidasi, misalnya oleh enzim asam askorbat oksidase yang terdapat dalam
jaringan tanaman (Pantastico, 1993).
5. Perubahan Berat
Pengurangan berat pada bahan hasil pertanian terutama buah-buahan
mempunyai korelasi positif dengan jumlah gas CO2 dan air yang dilepaskan.
Penguapan air dari produk holtikultura adalah suatu proses yang
terus-menerus pada semua buah dan sayuran. Hal ini merupakan penyebab
kehilangan berat secara langsung. Pengaruh yang lebih nyata akibat
kehilangan air adalah perubahan pada rupa (penampakan), kelayuan atau
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
6. Perubahan Asam-Asam Organik
Keasaman (total asam) buah sebelum dipanen tinggi, karena adanya
asam sitrat, asam malat, asam tartarat, asam oksalat dan asam laktat.
Asam-asam organik ini dapat dipandang sebagai energi tambahan untuk buah dan
oleh karenanya diperkirakan banyak menurun selama aktivitas metabolisme
(Sitinjak, et al., 1993).
Tingkat kematangan buah sering ditunjukkan oleh rasio gula dan asam.
Buah yang telah matang, kandungan gulanya mengalami kenaikan dan kadar
asamnya menurun sehingga rasio gula/asam akan mengalami perubahan yang
drastis. Hal ini berlaku bagi komoditi klimakterik, sedangkan pada produk non
klimakterik perubahan rasio gula/asam tidak menunjukkan keteraturan pola
(Winarno dan Aman, 1981).
Tinjauan Umum Etilen
Etilen adalah suatu senyawa kimia yang mudah menguap yang dihasilkan
selama proses masaknya hasil pertanian terutama pada buah-buahan dan
sayur-sayuran. Pada hasil hasil pertanian klimakterik, produksi etilen sangat efektif
selama fase permulaan klimakterik, sedangkan pada hasil-hasil pertanian yang
non klimakterik, produksi etilen terlihat meningkat setelah hasil tersebut dipanen
(Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).
Etilen dapat memberi pengaruh negatif terhadap produk segar, karena
etilen akan mempercepat proses pematangan pada produk seperti pisang dan
tomat, sehingga produk menjadi cepat busuk, tetapi jika digunakan pada produk
seperti jeruk, maka dapat menghilangkan warna hijau (degreening), sehingga
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Secara umum, etilen merupakan bahan yang tidak diinginkan untuk penyimpanan
produk segar, sehingga etilen harus disingkirkan dari lingkungan penyimpanan,
karena :
- dalam jumlah sedikit sudah dapat menurunkan mutu dan masa simpan
produk,
- dapat meningkatkan laju respirasi sehingga akan mempercepat pelunakan
jaringan dan kebusukan buah
- mempercepat degradasi klorofil yang kemudian akan menyebabkan
kerusakan-kerusakan pasca panen lainnya
(Julianti dan Nurminah, 2006).
Produksi etilen erat hubungannya dengan aktivitas respirasi, yaitu
banyaknya penggunaan oksigen pada kehidupannya, karena itu apabila produksi
etilen banyak maka biasanya aktivitas respirasi meningkat dengan ditandai oleh
meningkatnya penggunaan oksigen oleh tanaman. Namun, pemacuan aktivitas
respirasi oleh etilen mempunyai sifat yang berbeda pada tanaman klimakterik dan
non klimakterik. Pada tanaman klimakterik, tidak banyak oksigen yang diserap
untuk respirasi, sedangkan pada buah non klimakterik, makin tinggi produksi
etilen, aktivitas respirasi semakin meningkat, yang ditandai dengan makin
banyaknya oksigen yang diserap (Kartasapoetra, 1994).
Bahan Penjerap Etilen
Penjerap yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium permanganat
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
A. Kalium Permanganat (KMnO4)
Kalium permanganat mengoksidasi etilen menjadi etanol dan asetat, dan
didalam proses ini terjadi perubahan warna KMnO4 dari warna ungu menjadi
coklat yang menandakan proses penjerapan etilen. Pada aplikasinya, KMnO4 tidak
boleh terkontak langsung dengan bahan pangan, karena KMnO4 bersifat racun
(Coles, et al., 2003).
Kalium permanganat merupakan senyawa yang dapat berperan sebagai
oksidator yang kuat. Senyawa ini mudah sekali bereaksi dengan cara apa saja,
tergantung seberapa besar pH larutannya. Kekuatan oksidator dari kalium
permanganat bergantung pada keadaan pH larutannya ketika bereaksi. Faktor
penyebab keragaman dari reaksi kimia senyawa ini adalah karena perbedaan
valensi dari unsur Mn (mangan) mulai dari 1 – 7 yang hampir semuanya stabil
kecuali 1 dan 5.
Adapun sifat dan karakteristik dari KMnO4 adalah sebagai berikut :
1. Kristal berwarna ungu jelas atau hampir gelap
2. Larut 16 bagian dalam air pada suhu 20 ˚C dan membentuk larutan ungu
3. Berat jenis 2,703 g/cc
4. Berat molekul 158
5. KMnO4 merupakan bahan pengoksidasi dan bahan antiseptik
6. KMnO4 mudah rusak bila terkena cahaya matahari langsung, yakni akan
terbentuk MnO2 yang mengendap. Karena itu, KMnO4 harus disimpan dalam
botol yang tidak tembus cahaya
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
B. Zeolit
Dewasa ini, banyak produsen kemasan film muncul di pasaran
memadukan kemampuan mineral tanah untuk menjerap etilen dan menghasilkan
pancaran anti mikroba. Ada beberapa jenis mineral aktif yaitu tanah liat, batu
apung, zeolit, koral, keramik dan batu oya dari Jepang. Mineral-mineral ini
dicampurkan atau disimpan ke dalam kemasan film yang digunakan untuk
mengemas produk segar (Day, 2003).
Secara umum, zeolit memiliki struktur molekul yang unik, dimana atom
silikon dikelilingi oleh 4 atom oksigen sehingga membentuk semacam jaringan
dengan pola yang teratur. Zeolit memiliki beberapa sifat, antara lain mudah
melepas air akibat pemanasan, tetapi juga mudah mengikat kembali molekul air
dalam udara lembab, sehingga sering digunakan sebagai bahan pengering. Zeolit
juga mudah melepas kation dan diganti dengan kation lainnya
(Wikipedia, 2008 a).
Kerangka dasar struktur zeolit terdiri dari unit-unit tetrahedral AlO4 dan
SiO4 yang saling berhubungan melalui atom O dan di dalam struktur tersebut Si 4+
dapat diganti dengan Al 3+, sehingga rumus empiris zeolit menjadi :
M2nO.Al2O3.xSiO2.yH2O
Keterangan :
M = kation alkali atau alkali tanah
n = valensi logam alkali
x = bilangan tertentu (2 s/d 10)
y = bilangan tertentu (2 s/d 7)
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Menurut proses pembentukannya, zeolit dapat digolongkan menjadi
2 kelompok, yaitu zeolit alam dan zeolit sintesis.
1. Zeolit Alam
Zeolit alam terbentuk karena proses perubahan alam (zeolitisasi) dari
batuan vulkanik tuf, sedangkan zeolit sintesis direkayasa oleh manusia secara
kimiawi.
Jenis zeolit alam dibedakan menjadi 2 kelompok :
a. Zeolit yang terdapat di antara celah-celah bebatuan atau di antara
lapisan bautan. Zeolit ini biasanya terdiri dari beberapa jenis
mineral zeolit bersama-sama dengan mineral lainnya seperti kalsit,
kuarsa, renit, klorit, fluorit, mineral sulfida dan lain-lain.
b. Zeolit yang berupa batuan. Hanya sedikit jenis zeolit yang
berbentuk batuan, diantaranya adalah klinoptilotit, analsim
laumontit, mordenit, filipsit, erionit, kabasit, dan heulandit.
2. Zeolit Sintetis
Zeolit sintetis dapat diproduksi dengan cara hidrotermal dan kebanyakan
diproduksi di bawah kondisi tidak seimbang, akibatnya zeolit yang
dihasilkan merupakan bahan metalabil (mudah berubah).
(Wikipedia, 2007).
C. Karbon Aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang
dengan membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
organik lainnya yang terdiri dari fixed carbon, abu, air persenyawaan yang
mengandung nitrogen dan sulfur (Ketaren, 1986).
Karbon aktif, atau sering juga disebut dengan arang aktif, adalah suatu
jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini dapat
dicapai dengan mengaktifkan karbon tersebut. Dari satu gram karbon aktif, akan
didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan kira-kira sebesar 500 m2
(didapat dari pengukuran gas). Pengaktifan bertujuan untuk memperluas
permukaannya saja, dan meningkatkan kemampuan penjerapan karbon aktif itu
sendiri (Wikipedia, 2008 b).
Karbon aktif dengan berbagai katalis logam juga secara efektif menjerap
etilen. Karbon aktif telah banyak digunakan untuk menghilangkan etilen pada
gudang penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran dan juga diproduksi dalam
kemasan sachet yang dimasukkan ke dalam kantongan pengemas atau kotak kayu
pada penyimpanan hasil pertanian (Abeles, et al., 2002).
Penyimpanan dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif
Kemasan atmosfer termodifikasi aktif adalah cara pengemasan suatu
produk yang mudah rusak di mana komposisi udara dalam kemasan telah diubah,
sehingga komposisi udara tersebut tidak sama lagi dengan kondisi atmosfer
(Hintlian dan Hotchkiss, 1986).
Pengemasan atmosfir termodifikasi adalah pengemasan produk dengan
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga
konsentrasi gas di dalam kemasan berubah, dan ini menyebabkan laju respirasi
produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikroba, mengurangi kerusakan oleh
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Ada 2 jenis kemasan atmosfir termodifikasi (AT), yaitu AT aktif dan AT
pasif. Pada AT aktif, produk disimpan dengan atmosfir terkendali dimana udara di
dalam kemasan awalnya dikontrol dengan menarik semua udara dalam kemasan
kemudian diisi kembali dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga
keseimbangan langsung dicapai. Sedangkan pada AT pasif, keseimbangan antara
O2 dan CO2 diperoleh melalui pertukaran udara dalam kemasan (mengandalkan
permeabilitas kemasan) (Julianti dan Nurminah, 2006).
Meningkatkan kadar gas CO2 dengan konsentrasi 2 % atau lebih pada
kemasan dapat menguntungkan bagi penyimpanan produk. Menaikkan kadar CO2
dapat mengurangi sensitivitas produk terhadap etilen, dan juga memperlambat
perombakan klorofil pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Meningkatkan kadar
CO2 juga dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis jamur yang dapat
menyebabkan kebusukan. Kadar O2 dan CO2 harus diperhatikan agar tidak
dibawah batas toleransi. Konsentrasi O2 dibawah batas toleransi akan
menyebabkan respirasi anaerob dan terbentuk aroma yang tidak diinginkan.
Konsentrasi CO2 dibawah batas toleransi menyebabkan kerusakan fisiologis pada
buah-buahan dan sayur-sayuran (Jobling, 2001).
Memperhatikan kadar oksigen penting saat pengemasan buah-buahan dan
sayur-sayuran segar karena buah-buahan dan sayur-sayuran tersebut masih
melakukan respirasi. Ketiadaan oksigen dapat menyebabkan respirasi anaerob,
sehingga meningkatkan kelayuan dan kebusukan. Konsentrasi O2 yang terlalu
tinggi dapat meningkatkan laju respirasi. Umumnya, kadar oksigen yang sesuai
untuk buah-buahan dan sayur-sayuran untuk masa simpan yang optimal sekitar
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Pengemasan aktif adalah suatu konsep inovatif yang mengubah kondisi
pengemasan untuk memperlama masa simpan atau meningkatkan penampakan
dan keselamatan produk, dan sekaligus mempertahankan mutu produk tetap
tinggi. Untuk itu, ke dalam kemasan dimasukkan bahan tambahan. Berbagai
bahan tambahan yang dikenal saat ini dapat berfungsi secara khusus, misalnya
mampu menyerap O2 dan etilen, menyerap dan melepas CO2, mengatur
kelembapan, bersifat antimikroba, melepas antioksidan, melepas atau penyerap
flavor atau bau buah. Penurunan konsentrasi O2 (atau sebaliknya, peningkatan
konsentrasi CO2) hingga konsentrasi yang belum memicu terjadinya fermentasi
menjadi salah satu parameter utama teknologi pengemasan buah. Pada umumnya,
penurunan O2 akan menurunkan laju respirasi, yang selanjutnya akan
menghambat pemasakan buah, sehingga mampu memperpanjang masa simpannya
(Wikipedia, 2008 b).
Saat ini Modified Atmosphere Packaging (MAP) telah berkembang dengan
sangat pesat, hal ini didorong oleh kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat
menghasilkan kemasan dengan permeabilitas gas yang luas serta tersedianya
penjerap untuk O2, CO2, etilen dan air. Ahli-ahli pengemasan sering menganggap
bahwa MAP merupakan satu dari bentuk kemasan aktif, karena banyak metode
kemasan aktif juga memodifikasi komposisi udara di dalam kemasan bahan
pangan (Hurme, et al., 2002).
Keterbatasan dalam mengatur kondisi atmosfir terkendali (MA) secara
pasif, menyebabkan MA aktif lebih disukai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengeluarkan semua gas dari dalam kemasan dan mengisinya kembali dengan gas
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
dengan penggunaan bahan-bahan penjerap O2, CO2, dan / atau etilen (C2H4).
Meski cara ini membutuhkan tambahan biaya, tetapi kondisi atmosfir yang
diinginkan lebih cepat tercapai. Adsorber etilen dapat memperlambat laju respirasi
yang merupakan masalah dalam buah-buahan klimakterik. Adsorber CO2 dapat
mencegah meningkatnya konsentrasi CO2 ke level yang menyebabkan kebusukan
dan mungkin terjadi pada kondisi penyimpanan MA secara pasif
(Kader dan Watkins, 2000).
Penyimpanan pisang dengan sistem modifikasi atmosfer sudah diterapkan
pada beberapa varietas pisang. Dari hasil penelitian Chauhan, et al. (2006),
diketahui kondisi atmosfer termodifikasi yang sesuai untuk penyimpanan pisang
varietas Pachbale adalah 3 % O2, 5 % CO2 dan 92 % N2. Pisang yang dikemas
dengan kemasan atmosfer termodifikasi yaitu dengan kemasan polietilen yang
tebalnya 0,025 mm dan 0,037 mm memberikan mutu pisang yang baik dan dapat
memperpanjang masa simpan 5 hari lebih panjang daripada penyimpanan tanpa
kemasan. Pisang yang telah disimpan dengan kemasan atmosfer termodifikasi ini
juga memiliki mutu yang lebih baik setelah diberi perlakuan etilen di akhir
penyimpanan (Ahmad dan Thompson, 2007).
Menurut Jobling (2001), berikut adalah beberapa produk yang disimpan
dalam udara terkendali, yang ternyata memiliki umur simpan lebih lama dari
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Tabel 3. Perbandingan umur simpan produk pada udara normal dan udara terkendali
Produk Suhu
(˚C)
O2 (%) CO2 (%) Umur simpan
udara normal (hari)
Umur simpan udara terkendali (hari) Apel Gala 0 - 2 1,5 - 2,5 1 - 5 120 180
Apokat 5 - 13 3 - 10 3 - 10 42 84
Pisang 13 - 16 2 - 5 2 - 5 28 49
Buncis 4 - 8 4 - 7 4 - 7 7 14
Brokoli 0 - 1 5 -15 5 - 15 28 56
Lettuce 0 - 1 < 1 < 1 21 28
Pir - 1 - 1 0 - 1 0 - 1 90 180
Lada 7 -12 2 - 5 2 - 5 21 28
Strawberry - 0,5 - 0 15 - 20 15 - 20 14 21
Sumber : Jobling, (2001).
Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Pengemas
Saat ini styrofoam banyak digunakan sebagai wadah pengemas bahan
pangan, karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain dapat mempertahankan
panas atau dingin produk yang dikemasnya, tetap dapat mempertahankan
bentuknya saat dipegang, ringan, murah, memiliki kekuatan yang baik, ukurannya
dapat diatur, tidak menimbulkan alergi, tahan terhadap kelembaban dan
permeabilitas terhadap uap sangat rendah (Vedder, 2008).
Styrofoam dibuat dari polimer polistiren yang terdiri atas
monomer-monomer stiren. Monomer-monomer-monomer ini dapat bermigrasi ke dalam bahan
makanan yang dikemas. Dewasa ini penggunaan styrofoam sebagai pengemas
mulai dibatasi karena stiren dapat bersifat karsinogenik (memacu timbulnya
kanker). Styrofoam sebagai pengemas tidak dianjurkan untuk dipakai dalam
pengemasan bahan pangan yang masih panas, mengandung banyak lemak,
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Penggunaan Kemasan Film
Polietilen densitas rendah (LDPE = Low Density Polyethylene) dihasilkan
dengan cara polimerisasi pada tekanan tinggi, mudah di kelim dan harganya
murah. Plastik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk
putus yang tinggi. Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,
mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik. Sifat-sifat plastik
polietilen adalah :
- Tembus pandang (transparan), bersih dan jernih
- Tahan terhadap suhu tinggi (300 °C)
- Permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah
- Tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buah-buahan,
sehingga dapat digunakan untuk mengemas minuman sari buah
(Julianti dan Nurminah, 2006).
Permeabilitas film akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini
perlu diperhitungkan dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan
digunakan. Dalam beberapa hal peningkatan permeabilitas ini diinginkan,
misalnya pada produk-produk yang berespirasi, yaitu untuk mencegah terjadinya
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2009 di Laboratorium
Analisa Kimia Bahan Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah pisang barangan dengan tingkat
kematangan matang fisiologis. Buah pisang barangan diperoleh dari petani pisang
barangan dari Kecamatan Medan Denai, Kelurahan Tegal Sari, Mandala III. Buah
pisang barangan diangkut ke lokasi penelitian 1 hari setelah pemanenan. KMnO4,
zeolit dan karbon aktif diperoleh dari Rudang Jaya Simpang Kampus USU,
Medan.
Reagensia
Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, pereaksi
Anthrone, alkohol 80 %, HPO3 3 % , 2,6-diklorofenol indofenol.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium foil, oven,
desikator, timbangan, mortar, alu, beaker glass, teksturometer, gelas ukur, pipet
tetes, pH meter, tabung reaksi, spektrofotometer, styrofoam, kertas saring,
polyetilen, tabung gas, Cosmoprotector tipe XPO – 318, Cosmoprotector tipe
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metode Rancang Acak Lengkap (RAL)
faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu :
Faktor I : Jenis Penjerap Etilen (A)
A1 = KMnO4
A2 = Zeolit
A3 = Karbon Aktif
Faktor II : Lama Penyimpanan (L)
L1 = 0 hari
L2 = 5 hari
L3 = 10 hari
L4 = 15 hari
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 3 x 4 = 12, maka jumlah ulangan (n)
adalah sebagai berikut :
Tc (n-1) ≥ 15
12 (n-1) ≥ 15
12 n – 12 ≥ 15
12 n ≥ 27
n ≥ 2,25 ……….. dibulatkan menjadi n = 3
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan model :
ijk = µ + i + j + ( )ij + ijk
ijk : Hasil pengamatan dari faktor A dari taraf ke – i dan faktor L pada
taraf ke – j dengan ulangan ke – k
µ : Efek Nilai Tengah
i : Efek dari Faktor A pada taraf ke – i
j : Efek dari Faktor L pada taraf ke – j
( )ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke – i dan faktor L pada
taraf ke – j
ijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke – i dan faktor L pada taraf
ke – j dalam ulangan ke – k.
Pelaksanaan Penelitian
- Disortasi pisang dan ditimbang beratnya sebanyak ± 300 gram
- Dimasukkan ke dalam styrofoam
- Bahan penjerap etilen dimasukkan ke dalam kertas saring yang dibentuk
menjadi bungkusan kecil
- Styrofoam ditutup dengan kemasan plastik dengan cara sebagai berikut :
pinggiran styrofoam diberi double tape 1 cm dan pada badan styrofoam
digunakan selotip 2,5 cm untuk meletakkan film polyetilen. Film kemasan
tidak menutupi bagian bawah styrofoam . Untuk pengaturan gas O2 dan CO2
di dalam kemasan, dibuat 2 lubang pada salah satu sisi kemasan yang
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
- Kemasan yang telah berisi produk disegel dengan lilin dan selang dijepit
dengan penjepit
- Komposisi atmosfir di dalam kemasan dimodifikasi dengan cara mengurangi
konsentrasi gas O2 menggunakan gas Nitrogen hingga konsentrasinya
mencapai 6 ± 2 % O2 yang diukur dengan menggunakan Cosmoprotector
tipe XPO – 318, sedangkan gas CO2 ditambahkan dari tabung gas CO2
hingga konsentrasinya 4 ± 2 % CO2 yang diukur dengan menggunakan
Cosmoprotector tipe XP – 314
- Disimpan pada suhu ruang
- Dilakukan pengamatan dalam selang waktu tertentu yaitu 5, 10, 15 dan 20
hari
Pengamatan dan Parameter Mutu
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai
dengan parameter sebagai berikut :
1. Penentuan Kadar Air
2. Susut Bobot
3. Penentuan Kadar Vitamin C
4. Penentuan Kadar Gula
5. Uji Organoleptik Warna
6. Uji Tekstur dengan Teksturometer
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
1. Penentuan Kadar Air (Apriyantono, et al., 1989)
- Ditimbang contoh seberat 5 gram dalam aluminium foil yang telah
diketahui beratnya
- Dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ˚C selama 3 jam. Kemudian
didinginkan dalam desikator selama 15 menit, lalu ditimbang
- Dipanaskan kembali dalam oven selama 30 menit, didinginkan
kembali dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang. Perlakuan ini
diulangi sampai didapat berat yang konstan
- Dihitung pengurangan berat yang merupakan banyaknya air dalam
bahan dengan perhitungan :
% Kadar air = Berat awal – Berat Akhir x 100 % Berat awal
2. Penentuan Susut Bobot
- Ditimbang berat awal bahan sebelum perlakuan
- Ditimbang berat akhir bahan setelah perlakuan
- Dihitung pengurangan berat bahan sebagai susut bobot, dengan
perhitungan :
Susut bobot = Wa – Wb x 100 % Wa
dimana Wa = berat awal bahan sebelum perlakuan
Wb = berat akhir bahan setelah perlakuan
Untuk susut bobot 0 hari, angka 0 diganti dengan cara
data ditransformasikan menggunakan persamaan (y + 0,5)0,5
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
3. Penentuan Kadar Vitamin C (Apriyantono, et al., 1989)
- Dihancurkan 5 g sampel
- Dimaserasikan dengan 25 ml larutan 3 % HPO3
- Disentrifus pada 4000 rpm selama 15 menit dan kemudian disaring
- Dipipet 5 ml filtrat
- Dibuat larutan pencelup (dye solution) dari 50 g 2,6-diklorofenol
indofenol didalam aquadest panas yang mengandung 42 mg sodium
bikarbonat
- Dititrasi dengan larutan pencelup (dye solution) hingga terbentuk
warna merah jambu
- Dihitung kadar vitamin C
Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) = T x F x FP x 100 W
Dimana : T = jumlah ml titrasi
F = faktor dye (mg/ml)
FP = faktor pengenceran
W = berat sampel (g)
4. Penentuan Kadar Gula (Apriyantono, et al., 1989)
- Diambil 25 g sampel (daging buah pisang barangan)
- Ditambahkan alkohol 80 % dengan perbandingan 1 : 1
- Diblender dan disaring bubur buah dengan menggunakan kapas
- Dicuci sisa padatan sampai seluruh gula terekstrak
- Ditepatkan filtrat hingga 100 ml
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
- Diatur pH, jika larutan asam maka ditambahkan 2 g CaCO3
- Dipanaskan pada penangas air (100 ˚C) selama 30 menit, didinginkan
dengan cepat dan disaring dengan kertas saring
- Dipanaskan kembali filtrat pada suhu 85 ˚C sampai alkoholnya
menguap, kemudian dipipet 10 ml dan diencerkan lagi hingga 100 ml
- Dimasukkan 1 ml filtrat akhir ke dalam tabung reaksi dan ditambah
dengan pereaksi Anthrone
- Direndam dalam air mendidih selama 15 menit
- Dipindahkan ke dalam kuvet
- Dibaca absorbansinya pada = 630 nm
- Ditentukan kadar gula dengan menggunakan kurva standar dengan
persamaan kurva standar = 2,4625 x + 0,12
- Dihitung kadar gula pada pisang barangan dengan rumus:
Total gula (%) = A x FP x 100 % W x 1000
Dimana A = Absorbansi
FP = Faktor Pengencer
W = berat bahan (g)
5. Uji Organoleptik Warna (Skor) (Satuhu dan Supriyadi, 2000)
Penentuan tingkat kematangan buah pisang barangan dilakukan dengan
kriteria warna kulit luar berdasarkan tingkat yang paling muda (hijau) sampai
tingkat yang paling matang (kuning bercak coklat), berdasarkan kadar Color
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Tabel 4. Nilai numerik 1 – 8 untuk menunjukkan warna buah pisang barangan pada berbagai tingkat kematangan
Skor Warna Kulit Pisang
1 Warna hijau, keras belum matang 2 Warna kulit hijau tanda kuning sedikit
3 Warna kulit hijau lebih banyak daripada kuning 4 Warna kulit kuning lebih banyak daripada warna hijau 5 Warna kulit kuning dengan ujung berwarna hijau 6 Warna kulit kuning penuh
7 Warna kulit kuning dengan sedikit bercak coklat 8 Bercak coklat lebih melebar/banyak
6. Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm2) ( Muchtadi, 1997)
- Diambil bahan, diletakkan pada teksturometer
- Diukur tekstur bahan pada bagian pangkal, tengah dan ujungnya
- Dihitung tekstur rata-rata dengan menggunakan rumus :
Tekstur = 250 x / 10
dimana x = nilai rata-rata pengukuran pada tiga tempat yang
berbeda dari buah pisang
250 = berat beban teksturometer (g)
10 = pembacaan skala pada teksturometer (1 cm = 10 mm)
7. Uji Tekstur (Organoleptik) (Skor) (Soekarto, 1981)
- Diambil buah pisang barangan dan ditekan dengan jari tangan
- Diberi skala kekerasan tekstur pisang barangan :
Tabel 5. Skala uji hedonik organoleptik tekstur (numerik)
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Keras 4
Keras 3
Agak Keras 2
[image:47.595.112.512.676.751.2]Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Dimasukkan kedalam styrofoam yang telah ditutup dengan polyetilen
Diberi 2 lubang pada salah satu sisi styrofoam untuk pengaturan gas O2 dan CO2
Analisa
[image:48.595.52.575.82.694.2]
Gambar 2. Skema Penelitian
Penjerap Etilen
A1 = KmnO4
A2 = Zeolit
A3 = Karbon aktif
Lama Penyimpanan
L1 = 0 hari
L2 = 5 hari
L3 = 10 hari
L4 = 15 hari
1. Kadar Air 2. Susut Bobot 3. Kadar Vitamin C 4. Kadar Gula 5. Uji Organoleptik
Warna 6. Uji Tekstur
dengan
Teksturometer 7. Uji Tekstur secara
Organoleptik
Dimasukkan penjerap ke dalam kertas saring yang dibentuk menjadi sachet
Dimasukkan ke dalam styrofoam Disortasi pisang dan ditimbang
Modifikasi atmosfer dalam kemasan; Konsentrasi O2 : 6 ± 2 %,
Konsentrasi CO2 : 4 ± 2 %
dan N2 hingga 100 %
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, jenis penjerap etilen
memberikan pengaruh terhadap kadar air, susut bobot, kadar vitamin C, kadar
[image:49.595.88.550.277.375.2]gula, organoleptik warna dan tekstur, yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil analisis pengaruh jenis penjerap etilen terhadap parameter yang diamati
Jenis Penjerap Etilen (A)
Kadar Air (%)
Susut Bobot
(%)
Kadar Vitamin C (g/100 gr)
Kadar Gula
(%)
Tekstur (g/mm2)
Organoleptik (Skor)
Tekstur Warna
A1 = KMnO4 66,510 3,000 4,620 12,567 577,900 3,120 2,620
A2 = Zeolit 66,540 3,580 4,760 13,358 514,040 3,050 2,670
A3 = Karbon
Aktif
66,580 3,400 4,850 13,813 565,430 3,100 2,680
Dari Tabel 6 dapat dilihat kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A3
yaitu sebesar 66,58 % dan terendah pada perlakuan A1 sebesar 66,51 %. Susut
bobot tertinggi diperoleh pada perlakuan A2 sebesar 3,58 % dan terendah pada
perlakuan A1 sebesar 3,00 %. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan
A3 sebesar 4,85 mg/100 g dan terendah pada perlakuan A1 sebesar 4,62 mg/100 g.
Kadar gula tertinggi diperoleh pada perlakuan A3 sebesar 13,813 % dan terendah
pada perlakuan A1 sebesar 12,567 %. Tekstur bahan (menggunakan
teksturometer) tertinggi diperoleh pada perlakuan A1 sebesar 577,90 g/mm2 dan
terendah pada perlakuan A2 sebesar 514,04 g/mm2. Nilai organoleptik tekstur
terbesar diperoleh pada perlakuan A1 sebesar 3,12 % dan terendah pada perlakuan
A2 sebesar 3,05 %. Nilai organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, secar