• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan kadar air dan kadar abu pada kopi arabika, robusta dan luwak yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan kadar air dan kadar abu pada kopi arabika, robusta dan luwak yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENETAPAN KADAR AIR DAN KADAR ABU PADA KOPI

ARABIKA, ROBUSTA DAN LUWAK YANG BERASAL

DARI DATARAN TINGGI GAYO

TUGAS AKHIR

Oleh:

SALIHIN AMTA

NIM 122410060

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang

berjudul “Penetapan kadar air dan kadar abu pada kopi arabika, robusta dan luwak

yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo”. Percobaan ini diajukan sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepadaProf. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,

selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian,

kepada Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara, kepada Bapak Prof, Dr. Jansen Silalahi,

M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih kepada

Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan dengan iklas dan sabar. Penulis juga

menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Maruahal Situmorang, M.

Si., Kepala Baristand Industri Medan dan Bapak Kusno, ST., Kepala Seksi

Standarisasi dan Serifikasi Baristand Industri Medan. Terima kasih kepada Bapak

Alhamra, Kepala Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian dan Ibu Sri

(4)

iv

Baristand Industri Medan di Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian di

Baristand Industri Medan.

Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih serta penghargaan yang

tulus dan tak terhingga kepada orangtua tersayang Ayahanda Alimin dan Ibunda

Aminah atas doa dan dukungan baik moril maupun materildanabangda syaifulah

yang senantiasa memberi masukan dan kritikan pada penulisan ini,sahabat-sahabat

penulis Uswa, Ulfa dan Febry, dan teman-teman semua atas motivasi dan segala

bantuan dalam penyelesaian percobaan ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penulisan percobaan ini.Penulis

menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu

sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

guna memperbaikan Tugas Akhir ini.Akhir kata penulis berharap semoga Tugas

Akhir ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Medan, Juni2015 Penulis,

(5)

v

2.3.3 Persyaratan Mutu Kopi Bubuk... 10

2.4 Penetapan Kadar Kopi ... 11

2.4.1 Penetapan Kadar Air ... 11

(6)

vi

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ... 14

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan ... 14

3.2 Alat-alat... 14

3.3 Pengambilan Sampel ... 14

3.4 Prosedur Kerja ... 15

3.4.1 Penetapan Kadar Air ... 15

3.4.2 Penetapan Kadar Abu Total ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1 Hasil dan Pembahasan ... 17

4.1.1 Hasil Uji Organoleptik ... 17

4.1.2Hasil Penetapan Kadar Air ... 18

4.1.3Hasil Penetapan Kadar Abu ... 19

BAB VKESIMPILAN DAN SARAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

5.2 Saran ... 21

(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.GambarSampelKopi ... 24

Lampiran 2.Gambar Alat ... 25

Lampiran 3.Bagan Alir Prosedur PercobaanKadar Air... 26

Lampiran 4.Bagan Alir Prosedur Percobaan Kadar Abu ... 27

Lampiran 5.Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri ... 28

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut SNI 01-3542-2004 kopi bubuk adalah biji kopi yang disangrai

kemudian digiling dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu

tanpa mengurangi rasa dan aromanya serta tidak membahayakan kesehatan.

Kopi bubuk merupakan proses pengolahan kopi yang paling sederhana,

dimana biji kopi yang telah disangrai kemudian dihancurkan dan dikemas,

pembuatan kopi bubuk banyak dilakukan oleh petani, pedagang pengecer, industri

kecil dan pabrik. Pembuatan kopi bubuk oleh petani biasanya hanya dilakukan

secara tradisional dan alat-alat sederhana. Pembuatan kopi bubuk dibagitiga tahap

yaitu tahap penyangraian, pendinginan dan tahap penggilingan (Najiyati dan

Danarti, 1997).

Dataran tinggi Gayo yang merupakan salah satu daerah penghasil kopi

yang sudah dikenal di Indonesiadan salah satu daerah yang banyak

mengembangkan tanaman kopi adalah di Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten

Gayo lues.Areal yang cukup luas, kondisi tanah yang subur dan iklim tropika

basah di kawasan ini sesuai untuk pengembangan agribisnis kopi. Banyak

wisatawan dalam dan luar negeri yang datang langsung ke wilayah ini untuk

menyaksikan proses pembuatan kopi, mulai dari meninjau langsung ke

perkebunan penduduk, penggilingan dan pembuatan kopi bubuk. Hal ini

(9)

2

perdagangan dan perkebunan kopi mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk

menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor dari berbagai penjuru dunia banyak

orang yang suka minum kopi.

Ada dua jenis tumbuhan kopi yang ada di daerah Dataran tinggi Gayo

yaitu kopi arabika dan robusta.Kopi arabika merupakan kopi tradisional dengan

cita rasa terbaik.Konsumen lebih banyak menyukai kopi dari jenis arabika karena

memiliki biji kopi berkualitas baik. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi

kelas dua karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam dan mengandung kafein

dalam kadar yang jauh lebih banyak (Budiman, 2012).

Selain dua jenis kopi di atas, kopi lain yang di kenal oleh masyarakat Gayo

yaitu kopi luwak, kopi ini berasal dari sisa kotoran hewan luwak (musang), yang

memakan buah kopi yang telah matang sempurna (merah), kemudian biji kopi

keluar bersama kotorannya setelah melalui proses pecernaan luwak, sehingga

muncul aroma dan citarasa kopi yang istimewa (Rahmat, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hayati dkk (2013) mengenai

pengaruh fermentasi dan suhu pengeringan pada mutu biji kakao. Kadar air kadar

abu dalam biji kakao ditentukan dengan metode gravimetri, diperoleh kadar air

dan kadar abu masing-masing sebesar 6,86% dan 2,31%. Menurut SNI

01-3542-2004 salah satu persyaratan mutu kopi bubuk adalah kadar air dan kadar abu.

Berdasarkan hal di atas, penulismerasa perlu melakukan percobaan ini untuk

mengetahui kandungan kadar air dan kadar abu pada kopi yang berasal dari

(10)

3

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar air dan kadar abu dalam kopi bubuk arabika, kopi

bubuk robusta dan kopi bubuk luwak.

1.2.2 Manfaat

Untuk memberikan informasi tentang kadar air dan kadar abu dalam kopi

(11)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama

dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.Konsumsi kopi dunia

mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% kopi robusta.Kopi

berasal dari Afrika yaitu daerah pegunungan Ethiopia.Namun, kopi sendiri baru

dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar

daerah asalnya yaitu Yaman di bagian selatan Arab melalui para pedagang Arab

(Rahardjo, 2012).

Di Indonesia kopi dibawa oleh Vereenigde Oost Indische Compagnie

(VOC). Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau Jawa dan hanya

sekedar mencoba tetapi hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup

menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke

berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).

Penyebarankopi mula-mula ke berbagai wilayah cukup lambat, karena

minuman kopi pada waktu itu hanya dikenal sebagai minuman berkhasiat

menyegarkan badan yang terbuat dari biji kopi menjadi kopi bubuk yang diseduh

dengan air panas. Namun semenjak ditemukan cara pengolahan buah kopi yang

lebih baik, ternyata kopi menjadi minuman disamping berkhasiat juga mempunyai

aroma yang khas dan rasanya nikmat, akirnya kopipun menjadi terkenal sehingga

(12)

5

Kopi terkenal dengan kandungan kafeinnya yang tinggi.Kafein merupakan

zat perangsang saraf yang sangat penting, kafein terdapat dibagian biji kopi.

Kandungan kafein kopi arabika 1,2% sedangkan untuk kopi robusta 2,2% (Ria

dan Djumidi, 2000).

Menurut Ditjen POM (1995), kafein memiliki:

Rumus struktur :

Rumus Molekul : C8H10N4O2

Berat Molekul : 194,19

Nama Kimia : Coffein

Kandungan :Tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari

101,0%C8H10N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian : Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih;

biasanya menggumpal; tidak berbau; rasa pahit.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam etanol, mudah

(13)

6

2.1.1 Sistematika Tanaman

Menurut Ria dan Djumidi (2000) sistematika tanaman kopi adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Sub Devisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea arabika

Coffea robusta

Tanaman kopi terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah dan biji yang

tumbuh tegak, bercabang dan biladibiarkan dapat tumbuh mencapai tinggi 12 m

serta memiliki daunberbentuk bulat telur dengan ujung yang agak

meruncing.Buah kopi berbentuk bulat seperti kelerengdengan diameter sekitar 1

cm yang merupakan bagian utama dari pohon ini, karena bagian inilah yang

dimanfaatkan sebagai bahan minuman.Saat masih muda, kulit kopi berwarna hijau

kemudian menjadi kuning dan setelah masak berwarna merah. Biji kopi

merupakan bagian dalam dari buah kopi yang berwarna coklat kehijauan. Lapisan

luar biji kopi berupa kuliat ari yang sangat tipis dan bagian dalam berupa

endospermae yang membentuk belahan tepat dibagian tengah buah, sehingga buah

(14)

7

2.1.2 Jenis Kopi

Ada beberapa jenis kopi yang telah dibudidayakan yaitu kopi arabika dan

robusta.

1. Kopi Arabika

Kopi ini ditanam pada dataran tinggi sekitar 1350-1850 m dari

permukaan laut, sedangkan di Indonesia kopi ini dapat tumbuh pada ketinggian

1000 – 1750 m dari permukaan laut(Najiyati dan Danarti, 1997).

Kopi pada umumnya memiliki dua keping biji. Biji kopi arabika berbentuk

agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi, celah tengah dibagian

datar tidak lurus memanjang kebawah tetapi berlekuk. Untuk biji yang sudah

dikeringkan, celah tengah terlihat putih (Pangabean, 2012).

2. Kopi Robusta

Kopi ini dapat tumbuh pada ketinggian 1.700 m dari permukaan laut dan

dapat juga tumbuh di ketinggian yang lebih rendah dibandingka dengan lokasi

perkebunan arabika.Jenis kopi ini berasal dari Afrika (Aak, 1980).

Kopi robusta juga disebut kopi Canephora. Kopi robusta memiliki biji

yang agak bulat, lengkungan biji lebih tebal dibandingkan kopi arabika dan garis

tengah dari atas kebawah hampir rata (Pangabean, 2012).

2.2 Kopi Luwak

Kopi luwak adalah kopi yang diproduksi dari biji kopi yang telah dimakan

dan melewati saluran pencernaan hewan luwak(musang) liar atau luwak yang

(15)

8

makanannya.Untuk luwak yang memakan kopi ada dua macam yaitu luwak liar

dan luwak yang dipelihara. Luwak liar memilih dan mencari makanannya sendiri

kemudian membuang kotorannya di sekitar areal perkebunan kopi tersebut.

Sedangkan luwak yang dipelihara, makanannya telah disediakan sehingga mudah

untuk mendapatkan kotoran luwak tersebut. Dalam proses pencernaan, biji kopi

yang dilindungi kulit keras tidak ikut tercerna danakan keluar bersama kotoran

luwak(Rahmat, 2014).

Kopi luwak merupakan kopi denganrasa yang khas menjadi alasan utama

tingginya harga jual dibandingkan dengan kopi arabika dan robusta. Harga satu

kilogram kopi arabika sebesar Rp60.000,00, robusta Rp40.000,00 dan luwak

Rp120.000,00 (Budiman, 2012).

2.3 Kopi Bubuk

Kopi bubuk adalah biji kopi yang sudah diproses dan digiling halus dalam

bentuk butiran-butiran kecil sehingga mudah diseduh dengan air panas dan

dikonsumsi. Proses untuk membuat kopi bubuk, dari buah kopi matang hingga

menjadi kopi bubuk sampai dikemas(Najiyanti dan Danarti, 2004).

2.3.1 Proses Pengolahan Kopi Bubuk

Menurut Pangabean (2012) proses pengolahan kopi bubuk terdiri dari

beberapa tahapan proses yaitu sebagai berikut:

1. Penyangraian

Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini

(16)

9

dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak

senyawa organik untuk membentuk citarasa dan aroma khas kopi.Waktu

penyangraian ditentukan atas dasar warna biji kopi penyangraian atau sering

disebut derajat sangrai.Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai

mendekati cokelat tua kehitaman.

2. Pendinginan Biji Sangrai

Setelah proses penyangraian selesai, biji kopi harus segera didinginkan

dalam bak pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses

penyangraian berlanjut dan biji kopi menjadi gosong. Selama pendinginan biji

kopi diaduk secara manual agar proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain

itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari yang terlepas dari

biji kopi saat proses sangrai.

Proses pendinginan biji kopi yang telah disangrai sangat perlu dilakukan.

Hal ini untuk mencengah agar tidak terjadi pemanasan lanjutan yang dapat

mengubah warna, rasa dan tingkat kematangan biji yang diinginkan.Beberapa cara

dapat dilakukan untuk pendinginan biji sangrai antara lain pemberian kipas

ataudengan menaruhnya kebidang datar.

3. Penghalusan/Pengilingan Biji Kopi Sangrai

Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh

butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu.Butiran kopi bubuk mempunyai luas

permukaan yang relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh.Dengan

demikian senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut

(17)

10

2.3.2 Manfaat danEfek Negatif Kopi Untuk Kesehatan

Manfaat kopi untuk kesehatan yaitu dapat mengurangi resiko

diabetes,sebagai pembangkit stamina, mengurangi sakit kepala dan melegakan

nafas. Kopi juga memiliki efek negatif yaitu dapat menimbulkan jantung

berdebar-debar dan sulit tidur (Budiman, 2012).

2.3.3 Persyaratan Mutu Kopi Bubuk

Persyaratan mutu kopi bubuk dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Persyarat mutu kopi bubuk

NO Kreteria Uji Satuan Persyaratan

I II

7 Bahan-bahan yang

lain

10.1 Angka lempeng total koloni/g maks.106 maks.106

10.2 Kapang koloni/g maks. 104 maks. 104

(18)

11

2.4 Penetapan Kadar Kopi

2.4.1 Penetapan Kadar Air

Menurut SNI 01-2891-1992 tentang cara uji makanan dan minuman,

prinsip penetapan kadar air adalah kehilangan bobot pada pemanasan 105°C

dinggap sebagai kadar air yang terdapat pada sampel tersebut. Menurut

Sudarmadji dkk (1989) penentuan kadar air dalam bahan makanan dapat

ditentukan dengan berbagai cara antara lain: metode gravimetri dan metode

destilasi.

1. Metode Gravimetri

Prinsip penentuan kadar air dengan metode gravimetri adalah menguapkan

air yang ada dalam bahan dengan pemanasan, kemudian menimbang bahan

sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Pada umumnya

penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu

105-110°C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan (bobot tetap).

Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang

diuapkan.

Pengeringan sampai bobot tetap berarti pengeringan harus dilanjutkan

hingga pada perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,50

mg untuk tiap gram zat yang digunakan, penimbangan kedua dilakukan setelah

dipanaskan lagi selama satu jam (Ditjen POM, 1995).

Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah bahan lain

disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya

(19)

12 2. Metode Destilasi

Menurut SNI 01-2891-1992 prinsip metode destilasi adalah pemisahan

azeotropik air dengan pelarut organik.Sudarmadji dkk (1989) penentuan kadar air

dengan destilasiadalah menguapkan air dengan cairan kimia yang mempunyai titik

didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta

mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air.

2.4.2 Penetapan Kadar Abu Total

Menurut SNI 01-2891-1992 prinsip penetapan kadar abu total adalah pada

proses pengabuan zat-zat organikmenjadi anorganik. Menurut Sudarmadji dkk

(1989) penetapan kadar abu dapat dilakukan secara langsung (cara kering) dan

secara tidak langsung (cara basah) sebagai berikut:

1. Penetapan kadar abu secara langsung (cara kering)

Prinsip penetapan kadar abu langsung adalah dengan mengoksidasi semua

zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500o-600oC yang kemudian

melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran.

Bahan yang mempunyai kadar air tinggi sebelum pengabuan harus

dikeringkan labih dahulu. Bahan yang mempunyai kandungan zat yang mudah

menguap dan berlemak pengabuan dilakukan dengan suhu mula-mula rendah

sampai asam hilang, kemudian dinaikkan suhunya.

2. Penetapan kadar abu secara tidak langsung (cara basah)

Prinsip penetapan kadar abu tidak langsung adalah memberikan reagen

kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Bahan kimia yang

(20)

13

a. Asam sulfat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk membantu

mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. Asam sulfat merupakan bahan

pengoksidasi yang kuat.

b. Campuran asam sulfat dan potasium sulfat berfungsi untuk mempercepat reaksi

pada sampel.

c. Campuran asam sulfat dan asam nitrat, yang berfungi untuk mempercepat

proses pengabuan

d. Penggunaan asam perklorat dan asam nitrat, yang berfungsi untuk bahan yang

(21)

14

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan

Pengujian dilakukan di Laboratorium Makanan Minuman dan Hasil

Pertanian (MMHP) Balai Riset dan Standarisasi (Baristand) Industri Medan yang

berada di Jalan Sisingamangaraja No. 24 Medan, pada bulan Februari 2015.

3.2 Alat-alat

Alat yang digunakan adalah cawan bertutup, eksikator, krus porselin,

lemari asam, neraca analitik, oven, spatula, tanur.

3.3 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive yaitu sampel dipilih

hanya atas dasar pertimbangan peneliti yang menganggap unsur-unsur yang ingin

diteliti sudah mewakili seluruh anggota sampel.Sampel yang digunakanadalah

kopi bubuk arabika, kopi bubuk robusta dan kopi bubuk luwak. Untuk sampel

kopi bubuk luwak, hewan yang digunakan yaitu luwak liar yang berasal dari

dataran tinggi Gayojln takengon, desa Atu Kapur, kecamatan Pantan

(22)

15

3.4 Prosedur Percobaan

3.4.1Penetapan Kadar Air

Panaskan cawan beserta tutupnya dalam oven pada suhu 105°C selama

kurang lebih satu jam dan dinginkan dalam eksikator selama 30menit, kemudian

timbang dengan neraca analitik (Cawan dan tutupnya) (W0). Masukkan 1-2 g(kopi

bubuk arabika, kopi bubuk robusta dan kopi bubuk luwak) ke dalam cawan, tutup

dan timbang (W1). Kemudian panaskan cawan yang berisi sampel tersebut dalam

keadaan terbuka dengan meletakkan tutup cawan disamping cawan di dalam oven

pada suhu 105°C selama 3 jam setelah suhu oven 105°C. Tutup cawan ketika

masih di dalam oven, pindahkan segera ke dalam eksikator dan dinginkan selama

30 menit sehingga suhunya sama dengan suhu ruangan kemudian timbang (W2).

Lakukan pengerjaan duplo (SNI 01-2891-1992).

Perhitungan:

Kadar air = �1−�2

�1−�0 x 100%

Dimana :

W0 = Bobot cawan kosong, dinyatakan dalam gram

W1 = Bobot cawan sebelum dikeringkan, dinyatakan dalam gram

W2 = Bobot cawan setelah dikeringkan, dinyatakan dalam gram

3.4.2 Penetapan Kadar Abu Total

Panaskan cawan dalam tanur listrik pada suhu maksimum 550°C selama

kurang lebih 1 jam dan dinginkan dalam eksikator sehingga suhunya sama dengan

suhu ruang kemudian timbang dengan neraca analitik (W0).Masukkan 2-3 g (kopi

(23)

16

timbang (W1).Kemudian arangkan di atas nyala pembakaran, lalu abukan dalam

tanur listrik pada suhu maksimum 550°C sampai pengabuan sempurna (sekali-kali

pintu tanur dibuka sedikit, agar oksigen bias masuk).Dinginkan dalam eksikator,

lalu timbang sampai bobot tetap. Lakukan pengerjaan duplo (SNI 01-2891-1992).

Perhitungan :

Kadar abu = �2−�0

�1−�0 x 100%

Dimana :

W0 = Bobot cawan kosong, dinyatakan dalam gram

W1 = Bobot cawan dan sampel sebelum diabukan, dinyatakan dalam gram

(24)

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Hasil Uji Organoleptik

Sampel yang digunakan untuk uji organoleptik, kadar air dan kadar abu

yaitu kopi bubuk arabika, kopi bubuk robusta dan kopi bubuk luwak.

Hasil uji organoleptik pada kopi arabika, kopi robusta dan kopi luwak

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil uji organoleptik pada kopi arabika, kopi robusta dan kopi luwak.

Dari tabel 4.1 diatas, dapat dilihat untuk uji organoleptik seperti bau,

hasilnya berbau khas kopi maka dinyatakan normal, rasa sesuai dengan rasa kopi

maka dinyatakan normal dan berwarna khas kopi cokelat kehitaman maka

dinyatakan normal.

Menurut Fadhilah dkk (2013) uji organoleptik merupakan salah satu cara

yang dapat dilakukan pada uji bau, warna dan rasa. Kopi dinyatakan normal

apabila memenuhi standar organoleptik yaitu memiliki aroma yang sangat tajam,

warna yang agak hitam dan rasa yang pahit.

No Sampel

Uji Organoleptik

Bau Warna Rasa

1 Arabika Normal Normal Normal

2 Robusta Normal Normal Normal

(25)

18

4.1.2 Hasil Penetapan Kadar Air

Hasil penetapan kadar air pada kopi bubuk arabika, kopi bubuk robusta

dan kopi bubuk luwak dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil kadar air pada kopiarabika, kopi robusta dan kopi luwak.

No Sampel Kadar air

(%)

Kadar air maksimal (%) (SNI-01-3542-2004)

1 Arabika 4,43 7,00

2 Robusta 4,56 7,00

3 Luwak 3,81 7,00

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dilihat kadar air kopiarabika, kopi

robusta dan kopiluwak masing-masing sebesar 4,43%, 4,56%, 3,81%. Hal ini

menunjukkan bahwa kopiarabika, kopi robusta dan kopi luwak memenuhi

persyaratan SNI 01-3542-2004.

Kadar air kopiarabika, kopi robusta dan kopiluwak memenuhi prsyaratan.

Namun, kadar air kopi luwak lebih baik dibandingkan kopi arabika dan kopi

robusta. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kopi kopi luwak yang baik. Rendah

kadar air dalam kopi luwak kemungkinan karena proses pengeringan biji kopi dan

proses penyangraian yang terlalu lama, sebab hal ini berpengaruh pada kadar air.

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga menghambat

perkembangan organisme pembusuk pada biji. Apabila kadar air tinggi pada kopi

maka akan menimbulkan adanya jamur, bakteri dan serangga akan hidup sehingga

(26)

19

Menurut Yusdiali (2013) suhu dan lama penyangraian sangat berpengaruh

terhadap kadar air. Semakin tinggi suhu maka semakin banyak pula kadar air

bahan yang menguap, sedangkan lama penyangraian mengakibatkan kadar air

bahan juga mengalami pengurangan dan menguap sehingga kadar air semakin

berkurang.

4.1.3Hasil Penetapan Kadar Abu

Hasil penetapan kadar abu yang dilakukan pada kopi bubukarabika, kopi

bubuk robusta dan kopi bubuk luwak dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3Hasil kadarabu pada kopi arabika, kopi robusta dan kopi luwak.

No Sampel Kadar abu

(%)

Kadar abu maksimal (%) (SNI 01-3542-2004)

1 Arabika 4,82 5,00

2 Robusta 5,34 5,00

3 Luwak 4,55 5,00

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, dapat dilihat kadar abu total pada

kopiarabika, kopi robusta dan kopi luwak masing-masing sebesar 4,82%, 5,34%,

4,55. Hal ini menunjukkan kopi arabika dan kopi luwak memenuhi persyaratan

SNI, sedangkan kopi robusta tidak memenuhi persyaratan SNI.

Penetapan kadar abu total pada kopi bubuk robusta tidak memenuhi

persyarat SNI, hal ini dipengaruhi oleh banyak hal seperti kemungkinan masuknya

pasir dan abu pada saat penjemuran, karena penjemuran kopi robusta biasanya

dilakukan dipinggir jalan dengan menggunakan alas terpal sehingga kemungkinan

(27)

20

dijemur diatas semen khusus dan lebih diperhatikan kebersihannya seperti kulit

tanduk dan kulit ari karena kopi arabika lebih banyak dijual serta masuknya kulit

ari dan kulit tanduk saat penyangraiaan dan kurangnya tingkat kebersihan kopi

bubuk pada proses penyangraiaan.

Penetapan kadar abu berguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan.

Hal ini menunjukkaan bahwa kadar abu yang terdapat di dalamnya akan

berpengaruh terhadap kualitas mutu nilai gizi kopi bubuk tersebut karena terdapat

adanya kandungan abu cukup tinggi yang menunjukkan adanya pasir atau kotoran

(28)

21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar air pada kopi bubuk arabika, kopi bubuk robusta dan kopi bubuk

luwak memenuhi persyaratan masing-masing sebesar 4,43%, 4,56%, 3,81%.

Kadar abu pada kopi bubuk arabika, bubuk luwak memenuhi persyaratan

masing-masing sebesar 4,82% dan 4,55%, sedangkan kopi bubuk robusta tidak

memenuhi persyaratan sebesar 5,34%.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji parameter

(29)

22

DAFTAR PUSTAKA

Aak.(1980). Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Halaman

11; 19; 29.

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Makanan Dan Minuman. SNI

01-2891-(1992). Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional.Kopi Bubuk. SNI 01-3542-2004. Jakarta: Dewan

Standarisasi Nasional.

Budiman, H. (2012). Prospek Tinggi Bertanam Kopi Pedoman Meningkatkan

Kualitas Perkebunan Kopi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Halaman 19-20; 45-49; 51.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Fadillah, E., Kusumaningtyas, C., Oktokenia, I.R,. Asy, Z.S. (2013). Laporan

Praktikum Ilmu Teknologi Pangan dan Uji Organoleptik. Semarang: Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Diakses Tanggal 4 Juni 2015.

Hayati, R., Yusmanizar., Fauzi, H. (2013) Pengaruh Fermentasi dan Suhu

Pengeringan Pada Mutu Biji Kakao (Theobroma cacao L). Banda Aceh: Fakultas Pertanian. Unsiyah. Diakses tanggal 30 mei 2015.

Najiyati.S., dan Danarti.(1997). Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca

Panen. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1; 5-6.

Najiyati.S., dan Danarti.(2004). Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca

Panen. Jakarta: Penebar Swadaya.Halaman 15.

Pangabean, E. (2012). Buku Pintar Kopi. Jakarta: PT Wahyumedia.

Rahardjo, P. (2012). Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan

Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rahmat, R. (2014). Untung Selangit dari Agribisnis Kopi.Yogyakarta: Pustaka

Nasional. Halaman 19;35-37.

Ria, J.H., dan Djumidi. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1.

(30)

23

Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan

Pertanian, Yogyakarta: Liberty. Halaman 151; 152-157.

Yusdiali, W. (2013).Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian Terhadap Tingkat

(31)

24

Lampiran 1.GambarSampelKopi

Gambar 1.Biji Kopi Arabika Gambar 3.Kopi Bubuk Arabika

Gambar 2.Biji Kopi Robusta Gambar 4.Kopi Bubuk Robusta

(32)

25

Lampiran 2.GambarAlat

Gambar

6.Timbangan AnalitikGambar 7. Oven

Gambar 8. Tanur

(33)

26

←Dipanaskan cawan beserta tutupnya

dalam kedalamoven suhu 105oC selama

1 jam

←Dinginkan dalam eksikator selama 30

menit

←Ditimbang dengan neraca analitik

cawan dan tutupnya

←Ditimbang masing-masing ±1-2 g kopi

bubuk arabika, kopi bubuk robusta, kopi bubuk luwak

←Dikeringkan pada oven pada suhu

1050C selama 3 jam

←Dinginkan dalam eksikator 30 menit

←Ditimbang bobot cawan setelah

dikeringkan

←Lakukan penimbangan sampai bobot

tetap dan lakukan pengerjaan duplo

(34)

27

Lampiran 4.Bagan Alir Prosedur Percobaan Kadar Abu

←Dipanaskan cawan porselin dalam

tanur listrik pada suhu 5500C selama 1

jam

←Didinginkan dalam eksikator selama 30

menit

←Ditimbangmasing-masing ± 2-3 g kopi

bubuk arabika, kopi bubuk robusta dan kopi bubuk luwak kedalam cawan yang telah diketahui bobotnya

←Diarangkan di atas nyala pembakaran

←Diabukan dalam tanur listrik pada suhu

5500C

←Dinginkan dalam eksikator selama 30

menit

←Ditimbang sampai bobot tetap dan

lakukan pengerjaan duplo.

Lampiran 5. Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri

Kopi bubuk

(35)

28

Kadar air = �1−�2

�1−�0 x 100%

Dimana:

W0 = Bobot cawan kosong, dinyatakan dalam gram

W1 = Bobot cawan sebelum dikeringkan, dinyatakan dalam gram

W2 = Bobot cawan setelah dikeringkan, dinyatakan dalam gram

Contoh Perhitungan Kopi Arabika:

W0 = 57,5339 g

(36)

29

Kadar abu = �2 −�0

�1 −�0 x 100% Dimana:

W0 = Bobot cawan kosong, dinyatakan dalam gram

W1 = Bobot cawan sebelum diabukan, dinyatakan dalam gram

W2 = Bobot cawan sesudah diabukan, dinyatakan dalam gram

Contoh Perhitungan Kopi Arabika :

Gambar

Tabel 2.1 Persyarat mutu kopi bubuk
Tabel 4.1 Hasil uji organoleptik pada kopi arabika, kopi robusta dan kopi luwak.
Tabel 4.3Hasil kadarabu pada kopi arabika, kopi robusta dan kopi luwak.
Gambar 2.Biji Kopi Robusta
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya.Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850

Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya.Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850

Hasil penelitian pada pengolahan kopi arabika dan kopi robusta bubuk dengan penambahan beras hitam dengan hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa persentasi pencampuran

golongan pirazin yang paling tinggi terdapat pada sampel A2B2 sebesar 13,25 diatas kontrol (kopi luwak (9,4%); kopi robusta (9,58%)), dan yang paling rendah terdapat

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa golongan pirazin yang paling tinggi terdapat pada sampel A2B2 sebesar 13,25 diatas kontrol (kopi luwak (9,4%); kopi robusta

Faktor – Faktor Pendorong dan Penarik Alih Fungsi Usaha Tani Kopi Robusta ke Kopi Arabika:.. Umur

Kesimpulan penelitian adalah idiotipe genotipe kopi robbika, yakni kopi arabika yang mempunyai batang bawah kopi robusta dan berbatang atas kopi arabika lebih baik

Meskipun hasil perhitungan finansial kopi arabika lebih menguntungkan, petani masih menanam kopi robusta karena belum adanya dukungan dari para pihak untuk mengembangkan kopi arabika