• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pemilihan Moda angkutan Penumpang antara Kapal Feri (PT. ASDP) & Kapal Cepat rute Sibolga-Gunung Sitoli (Dengan Metode Stated Preference)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model Pemilihan Moda angkutan Penumpang antara Kapal Feri (PT. ASDP) & Kapal Cepat rute Sibolga-Gunung Sitoli (Dengan Metode Stated Preference)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG

KAPAL FERI (PT.ASDP) & KAPAL CEPAT (SWASTA)

RUTE SIBOLGA – GUNUNG SITOLI

(DENGAN METODE STATED PREFERENCE)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan

melengkapi syarat untuk menempuh

Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

050404025

ACHMAD AFANDI TANJUNG

BIDANG STUDI TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perilaku perjalanan pengguna

transportasi laut yakni Kapal Laut yaitu untuk mengetahui dan menganalisis

karakteristik pengguna Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat rute Sibolga –

Gunung Sitoli dan melihat preferensi pemilihan moda akibat perubahan biaya

perjalanan, waktu perjalanan, frekuensi perjalanan, jadwal keberangkatan,

kenyamanan kapal, dan keamanan/keselamatan kapal. Yaitu, apakah pemilihan

Kapal lebih dipengaruhi oleh perubahan biaya, waktu, frekuensi, jadwal

keberangkatan, kenyamanan, atau keamanan.

Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi survei awal dan survei utama

yaitu melalui pembagian kuesioner yang disusun dengan metode stated preference.

Penelitian ini dilakukan kepada 110 responden dan terkumpul sebanyak 99 yang

memenuhi syarat (valid). Kuesioner tersebut dibagikan pada saat survei lapangan

langsung diatas Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat di pelabuhan Sibolga.

Hasil kuesioner selanjutnya diolah untuk mendapatkan karakteristik

pengguna kapal dan model pemilihan Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat.

Beberapa karakteristik pengguna Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat rute

Sibolga Nias sebagai berikut : Tujuan perjalanan sebagian besar adalah perjalanan

dinas untuk pengguna Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan urusan keluarga/sosial untuk

pengguna Kapal Cepat. Dari segi penghasilan pengguna kedua kapal ini

berpenghasilan antara Rp. 1.000.000 – 2.000.000, sedangkan alasan pemilihan moda

adalah pertimbangan kenyamanan untuk Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan alasan Lebih

Cepat bagi pengguna Kapal Cepat.

Model pemilihan moda antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat

yang telah diperoleh dalam bentuk persamaan linier yaitu : UKapalFeri – UKapalCepat =

-3,169 – 0,00000798X1 + 0,534X2 + 1,134X3 – 0,100X4 + 0,059X5 + 0,089X6.

Dengan 6 atribut yaitu : X1 = ∆ Cost, X2 = ∆ Time, X3 = ∆ Frequency, X4 = ∆

Departure X5 = ∆ Service, X6 = ∆ Safety. Hasil pengukuran persentase pengaruh

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Model Pemilihan Moda angkutan

Penumpang antara Kapal Feri (PT. ASDP) & Kapal Cepat rute Sibolga – Gunung Sitoli (Dengan Metode Stated Preference)”. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata I (S1) di

Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari

bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak. Penulis hanya dapat

mengucapkan terima kasih atas segala jerih payah, motivasi dan doa yang diberikan

hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Teknik Sipil Fekultas

Teknik Universitas Sumatera Utara, terutama kepada :

1. Bapak Medis S Surbakti, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk membantu,

membimbing dan mengarahkan penulis hingga selesainya tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Kepala Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.sc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Jeluddin Daud, Bapak Yusandy Aswad, ST, MT, dan Ibu Filiyanti

Bangun, ST, M.ENG.SC, selaku Dosen Pembanding/Penguji yang telah

memberikan masukan dan kritikan yang membangun dalam menyelesaikan

(4)

5. Bapak /Ibu Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara.

6. Ayahanda G. Tanjung dan Ibunda Z. Pasaribu tercinta, yang selalu

mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

7. Kepada adik-adikku Dumalina Tanjung, Taufik Ismail Tanjung, Ikhsan

Anugrah Tanjung, dan Dona Alyandra Fitri Tanjung terima kasih untuk

semua dukungannya.

8. Untuk teman-teman satu kampus Teknik Sipil USU khususnya angkatan 2005

yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas bantuan

dan dukungannya.

9. Untuk abang-abang senior 04 yang telah membantu dalam menyelesaikan

tugas akhir ini saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya,

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semua, dan atas dukungan yang telah diberikan penulis ucapkan terima

kasih. Akhirnya, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2010 Hormat Saya

(5)

DAFTAR ISI

II.4 Teknik Stated Preference ... 30

II.4.1 Pengertian Teknik Stated Preference ... 30

II.4.2 Design Eksperimental ... 31

II.4.3 Identifikasi Pemilihan ... 32

II.5 Studi Terdahulu ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

III.1 Prosedur Penelitian... 38

III.2 Studi Pendahuluan dan Kajian Pustaka ... 39

III.3 Pendekatan dan Pemecahan Masalah ... 39

III.4 Pengumpulan Data Primer ... 40

(6)

III.4.3 Lokasi Survei... 44

III.4.4 Waktu Survei ... 44

III.5 Analisa Data... 44

III.6 Pembahasan ... 45

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 47

IV.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ... 47

IV.2 Survei Pengumpulan Data Primer... 48

IV.2.1 Teknik Pengumpulan Data... 48

IV.2.2 Jumlah Sampel ... 48

IV.2.3 Penentuan Ukuran Sampel ... 49

IV.3 Pelaksanaan Survei Pengumpulan Data ... 51

IV.4 Pemaparan Hasil Survei ... 53

IV.5 Analisa Regresi Linier... 62

IV.5.1 Analisa Persamaan Fungsi Selisih Utilitas ... 62

IV.5.2 Kompilasi Data... 64

IV.5.3 Korelasi ... 65

IV.5.4 Alternatif Persamaan Fungsi Selisih Utilitas ... 66

IV.5.5 Persamaan Model ... 72

IV.6 Sensitivitas Model ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

V.1 Kesimpulan ... 81

V.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Transportasi Gunung Sitoli, Nias dalam Peta Wilayah

Sumatera Utara.

Gambar 2.1 Proses pemilihan dua moda (angkutan umum dan mobil)

Gambar 2.2 Proses Pemilihan moda untuk Indonesia

Gambar 2.3 Perilaku Perjalanan

(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Distribusi Responden Pengguna Kapal Feri (Kelas Bisnis) untuk

perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Grafik 4.2 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna Kapal Feri (Kelas

Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Grafik 4.3 Distribusi Profesi/Pekerjaan Responden Pengguna Kapal Feri (Kelas

Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Grafik 4.4 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Kapal Feri (Kelas

Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Grafik 4.5 Distribusi Penghasilan per bulan Responden Pengguna Kapal Feri

(Kelas Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Grafik 4.6 Distribusi Alasan Pemilihan Moda Responden Pengguna Kapal Feri

(Kelas Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Grafik 4.7 Grafik Pemilihan Moda antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal

Cepat

Grafik 4.8 Grafik Sensitivitas (Cost) antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal

Cepat

Grafik 4.9 Grafik Sensitivitas (Time) antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal

Cepat

Grafik 4.10 Grafik Sensitivitas (Frequency) antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan

Kapal Cepat

Grafik 4.11 Grafik Sensitivitas (Departure) antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan

(9)

Grafik 4.12 Grafik Sensitivitas (Service) antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan

Kapal Cepat

Grafik 4.13 Grafik Sensitivitas (Safety) antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan

(10)

DAFTAR TABEL Table 2.1 Kriteria Angkutan Umum Ideal

Tabel 3.1 Perbandingan atribut perjalanan Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal

Cepat

Tabel 4.1 Probabilitas Individu Memilih Moda Kapal Feri (Kelas Bisnis)

Tabel 4.2 Kuesioner yang tidak memenuhi syarat

Tabel 4.3 Distribusi Responden Pengguna Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal

Cepat untuk Perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Tabel 4.4 Distribusi Tujuan Perjalanan Responden Pengguna Kapal Feri (Kelas

Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Tabel 4.5 Distribusi Profesi/Pekerjaan Responden Pengguna Kapal Feri (Kelas

Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Kapal Feri (Kelas

Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Tabel 4.7 Distribusi Penghasilan per bulan Responden Pengguna Kapal Feri

(Kelas Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Tabel 4.8 Distribusi Alasan Pemilihan Moda Responden Pengguna Kapal Feri

(Kelas Bisnis) untuk perjalanan Sibolga – Gunung Sitoli

Tabel 4.9 Tabel frekuensi rata – rata pengguna Kapal Cepat

Tabel 4.10 Tabel frekuensi rata - rata pengguna Kapal Feri (Kelas Bisnis)

Tabel 4.11 Nilai Skala Numerik

(11)

DAFTAR ISTILAH

Correlation : Mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan

nilai variabel

Deterministic : Dapat diukur

Option : Pilihan jawaban

Surveyor : Petugas survei

Kalibrasi : Proses penentuan nilai parameter dalam suatu

persamaan

Probability : Peluang dalam memilih

Sensitivity : Perubahan nilai probabilitas dilakukan dengan

perubahan atribut

Utilitas : Ukuran istimewa seseorang dalam menentukan pilihan

terbaiknya

Random Utility : Utilitas acak

Skala Semantik : Pilihan terhadap jawaban yang diberikan

Skala Numerik : Suatu nilai yang menyatakan respon individu terhadap

pilihan

Interview survey : Survei wawancara

Stated Preference : Teknik pernyataan pilihan berdasarkan apa yang

diinginkan seseorang

Cost : Biaya

Time : Waktu

Frequency : Frekuensi Perjalanan

Departure : Jadwal Keberangkatan

Service : Kenyamanan

Safety : Keamanan

Model logit biner : Model dimana pengambilan keputusan dihadapkan

(12)

DAFTAR NOTASI

a : Konstanta regresi

b1, b2...., bn : Koefisien masing-masing atribut/parameter model

g : Galat yang dikehendaki

k : Jumlah atribut

n : Jumlah observasi

฀in : Kesalahan acak (random error)

PKapal Feri(Kelas Bisnis) : Probabilitas memilih Kapal Feri (Kelas Bisnis)

PKapal Cepat : Probabilitas memilih Kapal Cepat

Pin : Probabilitas memilih alternatif i bagi individu n

R2 : Koefisien deterministik

Uin : Utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n

Vin : Fungsi deterministik utilitas i bagi individu n

xi...xn : Nilai atribut pelayanan

Zα : Nilai kritis distribusi

α : Tingkat keberartian

σ : Standart deviasi sampel

T – test : Uji t, yaitu pengujian hipotesa terhadap koefisien

regresi

F – test : Uji f, yaitu pengujian hipotesa terhadap variasi nilai

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perilaku perjalanan pengguna

transportasi laut yakni Kapal Laut yaitu untuk mengetahui dan menganalisis

karakteristik pengguna Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat rute Sibolga –

Gunung Sitoli dan melihat preferensi pemilihan moda akibat perubahan biaya

perjalanan, waktu perjalanan, frekuensi perjalanan, jadwal keberangkatan,

kenyamanan kapal, dan keamanan/keselamatan kapal. Yaitu, apakah pemilihan

Kapal lebih dipengaruhi oleh perubahan biaya, waktu, frekuensi, jadwal

keberangkatan, kenyamanan, atau keamanan.

Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi survei awal dan survei utama

yaitu melalui pembagian kuesioner yang disusun dengan metode stated preference.

Penelitian ini dilakukan kepada 110 responden dan terkumpul sebanyak 99 yang

memenuhi syarat (valid). Kuesioner tersebut dibagikan pada saat survei lapangan

langsung diatas Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat di pelabuhan Sibolga.

Hasil kuesioner selanjutnya diolah untuk mendapatkan karakteristik

pengguna kapal dan model pemilihan Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat.

Beberapa karakteristik pengguna Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat rute

Sibolga Nias sebagai berikut : Tujuan perjalanan sebagian besar adalah perjalanan

dinas untuk pengguna Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan urusan keluarga/sosial untuk

pengguna Kapal Cepat. Dari segi penghasilan pengguna kedua kapal ini

berpenghasilan antara Rp. 1.000.000 – 2.000.000, sedangkan alasan pemilihan moda

adalah pertimbangan kenyamanan untuk Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan alasan Lebih

Cepat bagi pengguna Kapal Cepat.

Model pemilihan moda antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat

yang telah diperoleh dalam bentuk persamaan linier yaitu : UKapalFeri – UKapalCepat =

-3,169 – 0,00000798X1 + 0,534X2 + 1,134X3 – 0,100X4 + 0,059X5 + 0,089X6.

Dengan 6 atribut yaitu : X1 = ∆ Cost, X2 = ∆ Time, X3 = ∆ Frequency, X4 = ∆

Departure X5 = ∆ Service, X6 = ∆ Safety. Hasil pengukuran persentase pengaruh

(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa

konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Demikian pula yang terjadi pada pergerakan

Sibolga – Gunung Sitoli. Secara geografis wilayah Sibolga dan Gunung Sitoli berada

dipantai barat Sumatera Utara dan terpisahkan oleh laut. Seperti yang terlihat pada

Gambar 1.1, hubungan transportasi untuk mencapai Gunung Sitoli, Pulau Nias bisa dilalui dengan dua cara yakni :

1. Jalur Udara, menggunakan moda transportasi Pesawat Terbang

2. Jalur Laut, menggunakan moda transportasi Kapal Laut

Untuk Jalur 1 yakni Jalur Udara, ketersediaan moda pesawat terbang untuk

rute ke Gunung Sitoli hingga saat ini hanya bisa diakses lewat Bandara Polonia, Kota

Medan. Pesawat Terbang yang melayani rute ini termasuk tipe pesawat kecil dengan

kapasitas 35 penumpang. Dengan kisaran harga tiket normal Rp 400.000 – Rp

500.000, membuat moda transportasi ini relatif tergolong untuk mereka yang

berpendapatan tinggi.

Sementara untuk Jalur 2 yakni Jalur laut, tersedia moda Kapal Laut yang

merupakan akses utama transportasi untuk mencapai Gunung Sitoli, yang bisa

diakses dari Kota Sibolga. Hal ini dikarenakan, pelayaran Kapal Laut rute Sibolga –

Gunung Sitoli telah lama dibuka. Moda Kapal laut ini juga bisa menampung lebih

(15)

normal kelas ekonomi Rp 66.000 dan kelas bisnis Rp 100.000 – Rp 136.000,

membuat Cost (Biaya) moda Kapal laut relatif tergolong sedang dan bisa dijangkau

dari golongan menengah ke atas bahkan yang berpendapatan rendah sekalipun.

1

2

(16)

Ketersediaan Kapal Laut untuk rute Sibolga – Gunung Sitoli yang telah lama

dikelola oleh PT. ASDP, baru beberapa tahun terakhir ini telah mendapatkan pesaing

dari pihak swasta yakni PT. Surya Gemilang yang telah diberi izin oleh pemerintah

setempat untuk mengoperasikan Kapal Laut dengan rute yang sama. Armada yang

dioperasikan oleh PT.ASDP berupa Kapal Feri atau Kapal Roro (roll on – roll off),

sementara armada yang dioperasikan pihak perusahaan swasta PT. Surya Gemilang

berupa Kapal Cepat. Kapal Cepat ini merupakan moda transportasi baru yang hadir

dalam pelayaran laut rute Sibolga – Gunung Sitoli. Kehadiran Kapal Cepat yang

dikelola oleh pihak swasta ini secara langsung memberikan alternatif pilihan moda

transportasi Kapal Laut kepada calon penumpang transportasi laut rute tersebut.

Antara Kapal Feri yang dikelola PT. ASDP dan Kapal Cepat yang dikelola

Perusahaan Swasta masing-masing memiliki karakteristik dalam hal jasa yang

ditawarkan kepada calon penumpang. Akan tetapi, probabilitas terpilihnya moda

antara Kapal Feri dan Kapal Cepat tersebut sangat bergantung pada preferensi

pengguna jasa angkutan umum terhadap beberapa atribut perjalanan dalam

hubungannya dengan jasa angkutan yang ditawarkan masing-masing kapal tersebut.

Dengan kata lain, dalam hal ini terjadi kompetisi antara Kapal Feri dan Kapal Cepat

untuk memperoleh penumpang.

Berkaitan dengan hal adanya kompetisi tersebut, penulis tertarik untuk

mengetahui Bagaimanakah Kompetisi antara Kapal Feri dan Kapal Cepat dalam

memperoleh penumpang ?. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian

untuk mendapatkan “Model Pemilihan Moda Angkutan Penumpang antara Kapal

Feri (PT. ASDP) dan Kapal Cepat (Swasta) dengan Metode Stated Preference.”

(17)

Hal ini dikarenakan layanan Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat untuk

wilayah pantai barat Sumatera Utara terdapat dan dirintis pada rute Sibolga –

Gunung Sitoli. Selain itu, penulis juga sudah tidak asing lagi dengan wilayah

penelitian karena penulis merupakan penduduk asli Sibolga, sehingga diharapkan

dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga. Kapal Laut yang dijadikan sampel disini

adalah Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat yang dianggap berimbang

pelayanannya, terutama dari segi Biaya dan Kenyamanannya.

I.2 Permasalahan

Sebagai penyedia jasa angkutan umum penting bagi perusahaan angkutan

untuk mengetahui perilaku calon penumpang untuk rute yang dilayaninya. Terlebih

bila dalam suatu pasar atau rute terdapat beberapa pesaing yang memberikan

pelayanan yang hampir-hampir sama. Perilaku penumpang yang dimaksud adalah

preferensinya terhadap suatu moda yang dipilih. Preferensi tersebut muncul dari

perbandingan atribut-atribut perjalanan yang dimiliki moda-moda yang tersedia.

Dalam hal ini, perbandingan moda yang akan diteliti adalah antara Kapal

Laut yakni antara Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat. Penelitian ini akan

mengambil survei atas penumpang Kapal Cepat dan Kapal Feri (kelas bisnis), karena

kedua kapal tersebut memiliki beberapa atribut – atribut perjalanan yang

hampir-hampir sama dan bersaing dalam hal penawaran jasa angkutan seperti biaya (cost),

frekuensi, service (kenyamanan) dan juga safety (keamanan/keselematan),

sebagaimana terlihat dari tabel Perbandingan atribut perjalanan antara Kapal Feri

(18)

Tabel 1.1 Perbandingan atribut perjalanan Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat

Atribut Perjalanan Kapal Feri

(Kelas Bisnis)

Dari atribut perjalanan kedua kapal diatas bisa dilihat masing-masing

memiliki kelebihan ataupun kekurangan.

Bila kita menganalisa atribut perjalanan yang dimiliki kapal cepat, beberapa

(19)

1. Segi biaya perjalanan, penumpang yang memilih kapal cepat harus

mengeluarkan biaya yang lebih besar dari biaya bila memilih kapal feri (kelas

bisnis) dengan selisih Rp 36.000 lebih mahal kapal cepat.

2. Segi service ataupun fasilitas kenyamanan yang ditawarkan, kapal cepat yang

memiliki dimensi fisik yang lebih kecil hanya bisa memberikan fasilitas TV,

AC dan Toilet.

Namun, keunggulan yang dimiliki oleh kapal cepat adalah di point Time

yakni waktu tempuh perjalanan, bila menggunakan kapal cepat hanya membutuhkan

waktu 4 - 5 jam untuk mencapai daerah Gunung Sitoli Pulau Nias dari Pelabuhan

Sibolga.

Kemudian, bila kita menganalisa atribut perjalanan yang dimiliki oleh Kapal

Feri, beberapa kelebihanya yakni :

1. Segi Biaya Perjalanan, Biaya Perjalanan Kapal Feri (kelas bisnis) lebih murah

Rp 36.000 bila dibandingkan dengan biaya perjalanan kapal cepat.

2. Segi Service Perjalanan, Dengan dimensi fisik kapal yang lebih besar kapal

feri (kelas bisnis) menawarkan fasilitas kenyamanan yang lebih dibandingkan

kapal cepat, selain TV, AC, Toilet, kapal feri juga menyediakan Kafe yang

melayani kebutuhan makanan dan minuman penumpang. Ditambah dengan

kebebasan ruangan (space) yang lebih luas dibandingkan dengan kapal cepat.

Namun, kapal feri juga memiliki kekurangan yakni dari segi Time ataupun

waktu perjalanan. Kapal feri (kelas bisnis) membutuhkan waktu perjalanan yang

lebih lama atau lambat dibanding kapal cepat yakni 9 – 10 jam untuk mencapai

(20)

Disamping Point Kelebihan dan Kekurangan masing-masing kapal diatas

terdapat beberapa point atribut perjalanan kapal yang berimbang yakni :

1. Frekuensi, banyaknya perjalanan dalam satu hari. Masing-masing kapal, baik

Kapal feri (kelas bisnis) maupun kapal cepat hanya mengoperasikan satu unit

kapal perhari untuk melayani rute Sibolga – Gunung Sitoli.

2. Departure, Jadwal keberangkatan. Meskipun berbeda jadwal keberangkatan,

dimana Kapal Feri berangkat pada malam hari dan Kapal Cepat pada pagi

hari, keduanya dianggap berimbang karena pemilihan berdasarkan Jadwal

keberangkatan sangat bergantung dari kebutuhan calon penumpang bisa saja

ingin berangkat pagi bisa juga ingin berangkat malam hari.

3. Safety, Keamanan. Fasilitas keamanan kedua kapal juga dianggap berimbang

karena masing-masing memiliki Life raft (rakit penolong), pemadam api, dan

juga pelampung tentunya.

Dari Point Kelebihan, Kekurangan, dan Berimbang diatas ingin dilihat

preferensi ataupun karakteristik perilaku pelaku perjalanan terhadap pilihan moda

yang dipilihnya dilakukan survey pendekatan terhadap perilaku individu dengan

menggunakan metode Stated Preference.

Adapun kapal-kapal yang melayani rute penelitian ini yakni rute Sibolga –

Gunung Sitoli adalah Kapal Feri (Kelas Bisnis) yakni Kapal Feri (Kelas Bisnis)

Belanak dan Kapal Feri (Kelas Bisnis) Barau yang dikelola oleh PT. ASDP,

sementara itu Kapal Cepat, yakni Kapal Cepat Surya Gemilang II dan Kapal Cepat

Ocean Mikonata yang dikelola oleh pihak swasta dalam hal ini PT.Surya Gemilang.

Dari beberapa atribut perjalanan yang ada, penulis ingin mengetahui faktor

(21)

Sitoli dalam memilih moda kapal laut yang dipilihnya serta melihat bagaimanakah

karakteristik kondisi sosial ekonomi penumpang kedua jenis kapal tersebut.

I.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh suatu model pemilihan moda yang dapat menjelaskan

probabilitas pemilihan masing-masing moda.

2. Untuk menguji sensitivitas pelaku perjalanan dalam penentuan pemilihan

moda apabila dilakukan perubahan terhadap atribut perjalanannya.

3. Untuk mengetahui variabel identitas diri atau karakteristik penumpang yang

menggunakan moda dalam hubungan dengan terpilihnya suatu moda.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau

pertimbangan bagi perencana transportasi setempat dan juga bagi penyedia jasa

angkutan transportasi laut baik itu dari pemerintah ataupun pihak perusahaan swasta

dalam usaha untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan angkutan Kapal Laut rute

Sibolga – Gunung Sitoli.

I.4 Ruang Lingkup Studi

Pada penulisan Tugas Akhir ini, penulis membatasi masalah pada penentuan

Model Pemilihan Moda Angkutan Penumpang antara Kapal Feri dan Kapal Cepat

(22)

angkutan umum terhadap atribut perjalanan. Dengan pertimbangan tersebut maka

ruang lingkup studi dibatasi pada :

• Studi ini hanya mengambil pergerakan satu arah yakni Sibolga – Gunung

Sitoli.

• Moda transportasi dibatasi pada angkutan umum Kapal Feri dan Kapal Cepat

yang melayani rute Sibolga – Gunung Sitoli.

• Responden yang dipilih adalah penumpang Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan

penumpang Kapal Cepat.

• Pengambilan data dilakukan di Pelabuhan utama Kota Sibolga, langsung

diatas Kapal Feri (kelas bisnis) dan Kapal Cepat.

• Atribut perjalanan yang dipakai adalah Cost (Biaya), Time (Waktu Tempuh),

Frekuensi Perjalanan, Departure (Jadwal Keberangkatan), Service

(Kenyamanan), dan Safety (Keamanan).

• Penelitian ini tidak membahas pentarifan angkutan umum.

• Penelitian ini tidak membahas fungsi kapal sebagai alat angkutan umum

barang maupun kelengkapan Kapal Laut dengan fasilitasnya.

• Analisis dilakukan dengan menggunakan Teknik Stated Preference.

I.5 Metodologi Penelitian

1) Kajian Pustaka atau Studi Literatur yaitu dengan mengumpulkan

bahan-bahan yang berhubungan dengan Tugas Akhir ini yang bersumber dari

buku-buku, masukan dari dosen, serta referensi lainnya sebagai pendekatan teori

maupun sebagai perbandingan untuk mengkaji penelitian ini. Dalam hal ini

(23)

buku “Perencanaan dan Pemodelan Transportasi” oleh Ofyar Z. Tamin dan

buku “Perencanaan Transportasi” oleh Fidel Miro serta tulisan-tulisan

mengenai pemilihan moda transportasi yang berasal dari beberapa tugas

akhir, jurnal, maupun thesis.

2) Pengambilan data, dalam penelitian ini digunakan dua data sumber yaitu :

• Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan teknik stated preference yang didapat dengan

pengamatan langsung. Data ini berupa dokumentasi pengamatan langsung

dilapangan dengan melakukan wawancara langsung kepada pengguna

kapal laut baik kapal feri (kelas bisnis) dan kapal cepat. Hasil kuesioner

diperoleh melalui dua tahap yakni :

a. Dalam pelaksanaannya, surveyor membawa lembar kuesioner dan

menyebar kuisioner kepada responden secara acak pada kedua

kapal tinjauan, dalam hal ini penumpang angkutan umum Kapal

Laut Sibolga – Gunung Sitoli.

b. Survei dengan teknik wawancara langsung kepada pengguna

moda angkutan kapal feri (kelas bisnis) dan kapal cepat yang

dilakukan oleh surveyor.

Format kuesioner disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan

tidak menimbulkan keraguan responden untuk menjawab. Data yang

dikumpulkan akan terangkum dalam lembar kuisioner yang meliputi

data-data :

(24)

Jenis Kelamin ; Pendapatan Perbulan ; Usia ; Pendidikan ; Pekerjaan ;

Maksud perjalanan yang dapat berupa bekerja, berdagang, sekolah,

rekreasi, ataupun sosial ; Frekuensi perjalanan ; Kapal Laut yang

digunakan.

b. Persepsi penumpang apabila dilakukan perubahan terhadap atribut

perjalanan yang dapat dibagi menjadi 5 kategori :

 Pasti pilih Kapal Feri,  Mungkin pilih Kapal Feri,  Pilihan berimbang,

 Mungkin pilih Kapal Cepat, dan  Pasti pilih Kapal Cepat.

• Data Sekunder yaitu data yang sudah tersusun yang didapat dari instansi –

instansi tertentu. Data ini berupa data mengenai operator-operator Kapal

laut yang melayani rute Sibolga – Gunung Sitoli, Jumlah rata-rata

penumpang dalam satu kali keberangkatan, Kapasitas muatan penumpang

dalam angkutan umum, tarif angkutan.

3) Penganalisaan data. Data yang didapat kemudian diolah dan disajikan

menyangkut hasil penelitian di lapangan menggunakan Metode Stated

Preference. Adapaun data yang dianalisa adalah :

a. Pengolahan data pertama menyangkut kompilasi data hasil

karakteristik sosial/ekonomi pengguna kapal feri (kelas bisnis)

ataupun kapal cepat, yang merupakan jawaban responden pada lembar

(25)

b. Pengolahan data yang kedua menyangkut kompilasi data hasil Stated

Preference, yang merupakan jawaban dari hasil kuesioner lembar

kedua. Penyajian data ini diselesaikan dengan Program SPSS 13.

4. Pembahasan data, setelah didapat analisa data berupa kompilasi data hasil

maka langkah selanjutnya adalah :

a. Validasi uji statistik, dengan program SPSS 13, kompilasi data hasil

diuji untuk mendapatkan model utilitas pemilihan moda kapal feri

(kelas bisnis) dan kapal cepat dengan nilai R2 yang tertinggi. Validasi

terhadap model dilakukan untuk menguji tingkat kepercayaan

terhadap model yang diperoleh, yaitu dengan mengukur

kemampuannya dalam mengestimasi nilai utilitas pemilihan moda.

Sehingga dengan model tersebut bisa didapat probabilitas terpilihnya

masing-masing kapal tersebut, yakni antara Kapal Feri (kelas bisnis)

dan Kapal Cepat.

b. Uji sensitifitas, dengan program Excel, Uji sensitivitas dilakukan

untuk memahami perubahan nilai probabilitas pemilihan Kapal Feri

seandainya dilakukan perubahan nilai atribut pelayanannya. Untuk

menggambarkan sensitivitas ini dilakukan beberapa perubahan atribut

terhadap model pada masing-masing kelompok, yakni :

 Biaya Perjalanan dikurangi atau ditambah

 Waktu Tempuh Perjalanan diperlambat atau dipercepat  Frekuensi Perjalanan dikurangi atau ditambah

 Jadwal Keberangkatan diubah

(26)

 Tingkat keamanan/keselamatan dikurangi atau ditingkatkan.

Enam atribut dalam kasus ini diuji sensitivitasnya dengan

memasukkan nilai rata-rata atribut kapal feri(kelas bisnis) dan kapal

cepat terhadap model yang telah didapatkan dari validasi uji statistik.

Dengan demikian didapatkan perubahan probabilitas pemilihan moda

akibat sensitivitas yang dilakukan yakni perubahan atribut perjalanan.

5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan disini menyangkut temuan hasil studi yakni model pemilihan

moda, karakteristik sosial-ekonomi pengguna kapal feri(kelas bisnis) dan

kapal cepat rute Sibolga – Gunung Sitoli, dan juga hasil analisa

Sensitivitasnya. Disamping kesimpulan, tentunya diberikan beberapa saran

(27)

Gambar 1.2 Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian

Mulai

Kajian Pustaka

Pengumpulan bahan dan studi literatur

DATA PRIMER Data hasil kuesioner berupa

 Data karakteristik

penumpang

 Data Stated Preference

DATA SEKUNDER  Data operator kapal

trayek Sibolga-Gunung Sitoli

 Data rata-rata penumpang Sekali berangkat

 Kapasitas penumpang

ANALISA DATA

Pengolahan Data Hasil Survei Lapangan dengan menggunakan Metode Stated Preferensi

PEMBAHASAN

 Validasi dengan uji statistik (t-test, f-test, dan R2)  Uji sensitivitas pelaku perjalanan

Kesimpulan dan Saran

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Angkutan Umum Penumpang

II.1.1 Pengertian Angkutan Umum

Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau

barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok

orang menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari

tempat asalnya ke tempat tujuannya. Prosesnya dapat dilakukan dengan

menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan. Sementara Angkutan Umum

Penumpang adalah angkutan penumpang yang menggunakan kendaraan umum yang

dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan

umum penumpang adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan

air, dan angkutan udara. (Warpani, 1990)

Angkutan Umum Penumpang bersifat massal sehingga biaya angkut dapat

dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang yang menyebabkan biaya

per penumpang dapat ditekan serendah mungkin. Karena merupakan angkutan

massal, perlu ada kesamaan diantara para penumpang, antara lain kesamaan asal dan

tujuan. Kesamaan ini dicapai dengan cara pengumpulan di terminal dan atau tempat

perhentian. Kesamaan tujuan tidak selalu berarti kesamaan maksud. Angkutan umum

massal atau masstransit memiliki trayek dan jadwal keberangkatan yang tetap.

Pelayanan angkutan umum penumpang akan berjalan dengan baik apabila tercipta

keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan. Oleh karena itu, Pemerintah perlu

(29)

Beberapa kriteria ideal angkutan umum menurut Harries (1976) dapat dilihat

dalam Tabel 2.1

Table 2.1 Kriteria Angkutan Umum Ideal

Keandalan Kenyamanan Keamanan Murah Waktu Perjalanan

oSetiap saat

Sumber : Harries (1976, dikutip dari Thesis ITB, Ratna Dewi Anggraeni, 2009)

II.1.2 Peranan Angkutan Umum

Angkutan Umum berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia akan

pergerakan ataupun mobilitas yang semakin meningkat, untuk berpindah dari suatu

tempat ke tempat lain yang berjarak dekat, menengah ataupun jauh. Angkutan umum

juga berperan dalam pengendalian lalu lintas, penghematan bahan bakar atau energi,

dan juga perencanaan & pengembangan wilayah. (Warpani, 1990)

Esensi dari operasional angkutan umum adalah memberikan layanan

(30)

untuk masyarakat yang mampu memiliki kendaraan pribadi sekalipun (Choice), dan

terutama bagi masyarakat yang terpaksa harus menggunakan angkutan umum

(Captive). Ukuran pelayanan angkutan umum yang baik adalah pelayanan yang

aman, cepat, murah, dan nyaman. (Warpani, 1990)

II.2 Konsep Pemilihan Moda

II.2.1 Pengertian Pemilihan Moda

Pemilihan Moda merupakan bagian dari empat tahap perencanaan

transportasi, yakni :

1) Bangkitan Perjalanan/Pergerakan (Trip Generation)

2) Distribusi/Sebaran Perjalanan/Pergerakan (Trip Distribution)

3) Pilihan Moda Transportasi (Modal Split) 4) Pilihan Rute (Route Choice)

Pemilihan moda masuk pada tahap ketiga perencanaan transportasi setelah

tahap untuk mendapatkan bangkitan perjalanan dan distribusi pergerakan. Pada tahap

ketiga ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaku perjalanan terbagi-bagi ke

dalam (atau memilih) moda angkutan yang berbeda-beda. Dengan kata lain, tahap

pemilihan moda merupakan suatu proses perencanaan angkutan yang bertugas untuk

menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah (dalam arti proporsi)

orang dan atau barang yang akan menggunakan atau memilih berbagai moda

transportasi yang tersedia untuk melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi

beberapa maksud perjalanan tertentu pula. (Fidel Miro, 2002)

Beberapa prosedur pemilihan moda memodelkan pergerakan dengan hanya

(31)

negara Barat terdapat pilihan lebih dari dua moda, misalnya London mempunyai

kereta api bawah tanah, kereta api, bus, dan mobil. Di Indonesia terdapat beberapa

jenis moda kendaraan bermotor (termasuk ojek) ditambah becak dan pejalan kaki.

Pejalan kaki termasuk penting di Indonesia. Jones (1977) menekankan dua

pendekatan umum tentang analisis sistem dengan dua buah moda, seperti terlihat

pada gambar 2.1 (Ofyar Tamin, 2000)

Total Pergerakan Total Pergerakan

Bergerak Tidak Bergerak Bergerak Tidak bergerak

Mobil Angkutan Umum Mobil Angkutan

Umum 2

Angkutan Angkutan Angkutan

Umum 1 Umum 2 Umum 1

Gambar 2.1 Proses pemilihan dua moda (angkutan umum dan mobil) Ofyar Tamin, 2000.

Gambar kiri mengasumsikan pemakai jalan membuat pilihan antara bergerak

dan tidak bergerak. Jika diputuskan untuk membuat pergerakan, pertanyaannya

adalah dengan angkutan umum atau pribadi. Jika angkutan umum yang dipilih,

pertanyaan selanjutnya apakah bus atau kereta api. Sementara gambar sebelah kanan

mengasumsikan bahwa begitu keputusan menggunakan kendaraan diambil, pemakai

jalan memilih moda yang tersedia. Model pemilihan moda yang berbeda tergantung

(32)

mungkin lebih cocok untuk kondisi di Indonesia. Akan tetapi, khusus untuk

Indonesia, pendekatan yang lebih cocok adalah seperti yang diperlihatkan pada

gambar 2.2

Total Pergerakan

Bergerak Tidak bergerak

Berjalan kaki Berkendaraan

Umum Pribadi

Bermotor Tidak Bermotor Tidak Bermotor Bermotor

(Becak) (Sepeda)

Jalan Rel Jalan Raya Mobil Sepeda Motor

Bus Paratransit

Gambar 2.2 Proses Pemilihan moda untuk Indonesia, Ofyar Tamin, 2000.

Selain itu, pemilihan moda juga mempertimbangkan pergerakan yang

menggunakan lebih dari satu moda dalam perjalanan. Jenis pergerakan inilah yang

sangat umum dijumpai di Indonesia karena geografi Indonesia yang terdiri dari

banyak pulau, yang memisahkan antara suatu daerah daratan dengan daerah

(33)

dari ke suatu titik asal ataupun tujuan seperti gabungan antara angkutan darat dan

angkutan air/laut yakni misalnya menggunakan kombinasi Mobil/Bus dengan Kapal

Laut. (Ofyar Tamin, 2000)

II.2.2 Pengelompokan Pelaku Perjalanan & Moda Transportasi

Masyarakat pelaku perjalanan (konsumen jasa transportasi), dapat kita

kelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu :

1) Golongan paksawan (Captive) merupakan jumlah terbesar di negara

berkembang, yaitu golongan masyarakat yang terpaksa menggunakan

angkutan umum karena ketiadaan kendaraan pribadi. Mereka secara ekonomi

adalah golongan masyarakat lapisan menengah ke bawah (miskin atau

ekonomi lemah).

2) Golongan Pilihwan (Choice), merupakan jumlah terbanyak di negara-negara

maju, yaitu golongan masyarakat yang mempunyai kemudahan (akses) ke

kendaraan pribadi dan dapat memilih untuk menggunakan angkutan umum

atau angkutan pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan masyarakat

lapisan menengah ke atas (kaya atau ekonomi kuat).

Secara umum, ada 2 (dua) kelompok besar moda transportasi yaitu :

1) Kendaraan Pribadi (Private Transportation), yaitu :

Moda transportasi yang dikhususkan buat pribadi seseorang dan seseorang itu

bebas memakainya ke mana saja, di mana saja dan kapan saja dia mau,

bahkan mungkin juga dia tidak memakainya sama sekali (misal : mobilnya

(34)

 Jalan kaki

 Sepeda untuk pribadi  Sepeda motor untuk pribadi  Mobil pribadi

 Kapal, pesawat terbang, dan kereta api yang dimiliki secara pribadi

(jarang terjadi).

2) Kendaraan Umum (Public Transportation), yaitu :

Moda transportasi yang diperuntukkan buat bersama (orang banyak),

kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama, mempunyai arah dan

titik tujuan yang sama, serta terikat dengan peraturan trayek yang sudah

ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan dan para pelaku perjalanan

harus wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan tersebut apabila

angkutan umum ini sudah mereka pilih.

Contoh kendaraan umum seperti :

 Ojek sepeda, sepeda motor  Becak, bajaj, bemo

 Mikrolet

 Bus umum (kota dan antar kota)  Kereta api (kota dan antar kota)  Kapal Feri, Sungai & Laut

 Pesawat yang digunakan secara bersama.

(35)

II.2.3 Faktor yang mempengaruhi pemilihan moda

Memilih moda angkutan di daerah bukanlah merupakan proses acak,

melainkan dipengaruhi oleh faktor kecepatan, jarak perjalanan, kenyamanan,

kesenangan, keandalan, ketersediaan moda, ukuran kota, serta usia, komposisi, dan

sosial-ekonomi pelaku perjalanan. Semua faktor ini dapat berdiri sendiri atau saling

bergabung (Bruton 1975).

Ada 4 (empat) faktor yang dianggap kuat pengaruhnya terhadap perilaku

pelaku perjalanan atau calon pengguna (trip maker behavior). Masing-masing faktor

ini terbagi lagi menjadi beberapa variable yang dapat diidentikkan. Variable-variabel

ini dinilai secara kuantitatif dan kualitatif. Faktor – faktor atau variabel-variabel

tersebut adalah :

I. Faktor Karakteristik Perjalanan (Travel Characteristics Factor)

Pada kelompok ini terdapat beberapa variabel yang dianggap kuat pengaruhnya

terhadap perilaku pengguna jasa moda transportasi dalam memilih moda

angkutan, yaitu :

1. Tujuan Perjalanan seperti (trip purpose) bekerja, sekolah, sosial dan lain-lain.

2. Waktu Perjalanan seperti (time of trip made) seperti pagi hari, siang hari,

tengah malam, hari libur dan seterusnya.

3. Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik (kilometer) antara asal

dengan tujuan, termasuk panjang rute/ruas, waktu pembanding kalau

menggunakan moda-moda lain, di sini berlaku bahwa semakin jauh

perjalanan, semakin orang cenderung memilih naik angkutan umum.

(36)

II. Faktor Karakteristik Pelaku Perjalanan (Traveler Characteristics Factor)

Pada kelompok faktor ini, seluruh variabel berhubungan dengan individu si

pelaku perjalanan. Variabel-variabel dimaksud ikut serta berkontribusi

mempengaruhi perilaku pembuat perjalanan dalam memilih moda angkutan.

Menurut Bruton, variabel tersebut diantaranya adalah :

1. Pendapatan (income), berupa daya beli sang pelaku perjalanan untuk

membiayai perjalanannya, entah dengan mobil pribadi atau angkutan umum.

2. Kepemilikan kendaraan (car ownership), berupa tersedianya kendaraan

pribadi sebagai sarana melakukan perjalanan.

3. Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru dll)

4. Kepadatan permukiman (density of residential development)

5. Sosial-ekonomi lainnya, seperti struktur dan ukuran keluarga (pasangan

muda, punya anak, pensiun atau bujangan, dan lain-lain), usia, jenis kelamin,

jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan, punya lisensi mengemudi (SIM) atau tidak,

serta semua variabel yang mempengaruhi pilihan moda. Fidel Miro, 2002

III.Faktor Karakteristik Sistem Transportasi (Transportation System Characteristics

Factor)

Pada faktor ini, seluruh variabel yang berpengaruh terhadap perilaku si pembuat

perjalanan dalam memilih moda transportasi berhubungan dengan kinerja

pelayanan sistem transportasi seperti berikut :

1. Waktu relatif (lama) perjalanan (relative travel time) mulai dari lamanya

waktu menunggu kendaraan di pemberhentian (terminal), waktu jalan ke

(37)

2. Biaya relatif perjalanan (Relative Travel Cost), merupakan seluruh biaya

yang timbul akibat melakukan perjalanan dari asal ke tujuan untuk semua

moda yang berkompetisi seperti tarif tiket, bahan bakar, dan lain-lain.

3. Tingkat pelayanan relatif (Relative Level of Service), merupakan variabel

yang cukup bervariasi dan sulit diukur, contohnya adalah variabel-variabel

kenyamanan dan kesenangan, yang membuat orang mudah gonta-ganti moda

transportasi.

4. Tingkat akses/indeks daya hubung/kemudahan pencapaian tempat tujuan.

5. Tingkat kehandalan angkutan umum disegi waktu (tepat waktu/reliability),

ketersediaan ruang parkir dan tarif.

Variabel nomor 1 dan 2 merupakan kelompok variabel yang dapat diukur

(dikuantifikasikan), sementara ketiga variabel terakhir (3,4,5) merupakan kelompok

variabel yang sangat subjektif sehingga sulit diukur (dikuantifikasikan) dan masuk

kelompok variabel kualitatif. Fidel Miro, 2002

IV.Faktor karakteristik kota dan zona (Special Characteristics Factor)

Variabel yang ada dalam kelompok ini, contohnya ;

1. Variabel jarak kediaman dengan tempat kegiatan (CBD)

2. Variabel kepadatan penduduk (population density).

Fidel Miro, 2002 II.2.4 Perilaku Perjalanan

Proses yang mendasari perilaku perjalanan ditunjukkan pada gambar 2.3.

Dalam mengamati perilaku perjalanan terdapat dua macam golongan elemen yaitu

elemen eksternal dan elemen internal. Elemen eksternal adalah elemen yang dapat

(38)

elemen yang tidak teramati yakni elemen persepsi ataupun sikap individu pelaku

perjalanan. Walaupun demikian elemen-elemen persepsi, sikap, preferensi, maupun

perilaku individu tersebut juga mempengaruhi perilaku perjalanan tersebut. Untuk

mengetahui karakteristik elemen-elemen tak teramati tersebut digunakanlah

pendekatan metode Stated Preference.

Gambar 2.3 Perilaku Perjalanan

Elemen yang teramati

Elemen yang tidak teramati

Sumber : Pearmain (1991), dikutip dari Thesis ITB Karnawan Joko Setyono, 2002)

Karakteristik Sosial-Ekonomi dan pengalaman Individu

Atribut dari Alternatif Perjalanan

Informasi tentang Alternatif Perjalanan

Persepsi

Perilaku Perjalanan Keterbatasan pada alternatif yang tersedia Keterbatasan Individu

Sikap

Preferensi

(39)

II.2.5 Atribut Pelayanan Jasa Transportasi

Dalam proses pemilihan jasa transportasi, atribut pelayanan jasa transportasi

sangat berpengaruh terhadap keputusan pelaku perjalanan. Pada prosesnya pengguna

jasa angkutan umum yang berbeda akan memilih moda angkutan yang memiliki

atribut yang berbeda sesuai dengan tingkat kepuasan (utilitas) yang diinginkannya

dan sesuai dengan kemampuan ekonominya.

Dalam melakukan penilaian terhadap pelayanan moda angkutan, Manheim

(1979) seperti yang dikutip dalam Thesis ITB, Ratna Dewi Anggraeni 2009

memaparkan beberapa atribut sebagai berikut :

1. Atribut yang berhubungan dengan waktu

 Total waktu perjalanan

 Reliabilitas (variansi waktu perjalanan)  Waktu yang dihabiskan pada titik transfer  Frekuensi perjalanan

 Daftar/rencana perjalanan

2. Atribut yang berhubungan dengan ongkos

 Ongkos langsung : tiket, tol, bensin

 Ongkos operasional : ongkos muat, dokumentasi, peron  Ongkos tidak langsung : gedung, tingkat bunga, asuransi

3. Keamanan

 Kemungkinan rusaknya angkutan  Kemungkinan kecelakaan

(40)

4. Kesenangan dan Kenyamanan

 Jarak berjalan kaki  Jumlah ganti kendaraan

 Kenyamanan : temperature, kelembaban, kebersihan, kualitas angkutan  Keramahan : kemudahan bagasi, kemudahan tiket, layanan makanan dan

minuman

 Kesenangan perjalanan  Estetika Perjalanan

5. Pelayanan Eskpedisi

 Hak pengiriman kembali  Asuransi

Sementara menurut Schumer (1974) mengidentifikasikan atribut-atribut

tingkat pelayanan sebagai berikut :

1. Kecepatan, periode yang dilalui penumpang atau barang sejak memulai

sampai tiba di tempat tujuan, dalam hal ini termasuk waktu bongkar mua,

pengisian bahan bakar, dan perbaikan peralatan.

2. Keselamatan, meliputi keselamatan orang atau barang yang diangkut serta

keamanan bagi yang lain.

3. Kapasitas, yaitu kesediaan sarana dengan kapasitas yang memadai untuk tiap

tingkat permintaan yang dapat diterima

4. Frekuensi, yaitu keteraturan kedatangan dan keberangkatan

5. Keteraturan, waktu-waktu tertentu dari alat transportasi tersebut berjalan

(41)

7. Tanggung jawab, yaitu pertanggungjawaban yang sah atas pengusahaan alat

transportasi dan kemampuan membayar kompensasi jika terjadi klaim dari

pengguna jasa atas ketidakpuasan mereka terhadap kualitas pelayanan.

8. Kenyamanan dalam perjalanan, meliputi tempat duduk, sirkulasi, dan

pengaturan suhu serta fasilitas perjalanan jarak jauh seperti akomodasi dan

pelayanan makan & minum.

9. Ekonomis, yaitu ongkos yang wajar dan dapat diterima.

Dalam studi ini, atribut yang dipakai dalam penelitian preferensi pilihan

moda adalah :

1. Cost : Biaya perjalanan

2. Time : Waktu perjalanan

3. Frekuensi : Banyaknya Perjalanan

4. Departure : Jadwal Keberangkatan

5. Service : Tingkat Pelayanan

(42)

II.3 Model Pemilihan Moda.

II.3.1 Definisi Model

Dalam proses perencanaan transportasi, salah satu langkah yang harus kita

lalui adalah menganalisis setiap data dan informasi yang relevan sebagai landasan

untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Data dan

informasi ini bisa berupa data sekunder, yaitu data yang sudah tersusun yang didapat

dari instansi atau badan-badan terkait, namun bisa pula berupa data primer yaitu data

dan informasi yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan atau di dunia

nyata.

Hal ini menyebabkan data primer, yang diperoleh dari aktifitas mengamati

secara langsung, sulit untuk dianalisis dan tidak dapat dijadikan sebagai dasar

prakiraan (prediksi) kejadian dan hasil-hasil pada masa yang akan datang. Untuk

keperluan prakiraan (estimasi) atas hasil tersebut, data dan informasi realistis ini

perlu disederhanakan dan diringkas seoptimal mungkin, tanpa menyimpang dari

maksud, tujuan, dan substansi dari data dan informasi terkait.

Aktifitas meringkas dan menyederhanakan kondisi realistis (nyata) tersebut

dikenal sebagai aktifitas Pemodelan. Dengan demikian, model dapat didefinisikan

sebagai berikut :

− Model adalah suatu representasi ringkas dari kondisi riil dan berwujud suatu

bentuk rancangan yang dapat menjelaskan atau mewakili kondisi riil tersebut

untuk suatu tujuan tertentu (Black, 1981)

− Model adalah suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu yang

(43)

− Model adalah suatu kerangka utama atau formalisasi informasi/data tentang

kondisi nyata yang dikumpulkan untuk mempelajari/menganalisis sistem

nyata tersebut (Gordon, 1978).

Beberapa defenisi model diatas pada dasarnya bernada sama, yaitu

sama-sama menekankan bahwa model itu berupa bentuk (wujud rancangan) yang berfungsi

sebagai media (alat) penyampai pesan tentang apa yang terjadi di dunia nyata dan

dapat mewakili dunia nyata secara keseluruhan sehingga memudahkan pemahaman

bagi orang yang ingin mengamatinya.

Bentuk dari model yang dimaksud diatas dapat berupa :

− Model Fisik (model arsitek, model teknik sipil, dan lain-lain).

− Peta dan diagram (grafis)

− Model Statisitika dan matematika (persamaan) yang menerangkan beberapa

aspek fisik, sosial-ekonomi, dan model transportasi.

Adapun peranan model dalam perencanaan transportasi diantaranya adalah :

1. Sebagai alat bantu (media) untuk memahami cara kerja sistem (Tamin, O.Z.

1997)

2. Untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya perkiraan terhadap

hasil-hasil atau akibat-akibat dari langkah-langkah/alternative yang diambil

dalam proses perencanaan dan pemecahan masalah pada masa yang akan

datang.

3. Untuk memudahkan kita menggambarkan dan menganalisis realita.

(44)

Utilitas berarti nilai-nilai kepuasan pelaku perjalanan (user) dalam

menggunakan moda transportasi alternatif yang dipengaruhi dan berhubungan

dengan variabel-variabel yang memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku pelaku

perjalanan. Bentuk hubungannya dapat dilihat melalui fungsi utility berikut (Akiva

and Lernman, 1985) :

U = f (V1, V2, V3,…,Vn)... (2.1)

di mana :

U = Nilai kepuasan pelaku perjalanan menggunakan moda

transportasi

V1 s/d Vn = Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap nilai

kepuasan menggunakan moda transportasi tertentu

f = Hubungan fungsional matematis

Sebagai catatan dalam pemilihan moda ini, yang perlu diketahui adalah

bahwa fungsi kepuasan pelaku perjalanan dalam menggunakan moda pilihannya

seperti persamaan (2.1) dalam dunia nyata banyak mengandung unsur relative atau

random sehingga fungsi kepuasan bersifat acak atau disebut Utilitas Acak (Random

Utility). Manski, orang yang pertama kali mencetuskan konsep utilitas acak

menyebutkan 4 sumber penyebab keacakan fungsi utilitas tersebut, yaitu :

1. Terdapatnya karakteristik sistem transportasi (variabel) yang tidak teramati

(unobserved attributes) atau ada faktor “X” yang bermain dalam pengamatan.

2. Adanya variasi selera pelaku perjalanan yang tak teramati (Unobserved

variations).

3. Adanya kesalahan pengukuran (measurement errors) dan data yang kurang

(45)

4. Adanya variabel acak yang bersifat instrumental (instrumental variabel) atau

proxy

Sehingga ketika fungsi utilitas pada persamaan (2.1) tidak memasukkan

semua informasi yang diperlukan oleh semua individu, maka fungsi utilitas tersebut

dimodifikasi dengan memasukkan kemungkinan variasi dalam perilaku pilihan

dengan menggabungkan komponen random (ε) sebagai berikut :

U = f (V1, V2, V3,…,Vn) + (ε) ... (2.2)

dimana,

U = Nilai kepuasan pelaku perjalanan menggunakan moda

transportasi.

f (V1, V2, V3,…,Vn) = mewakili komponen utilitas terukur, dan

(ε) = mewakili komponen utilitas tak terukur seperti persepsi

dan selera individu.

Hasil estimasi yang terbaik adalah yang memiliki nilai (ε) = 0 atau

sekurang-kurangnya mendekati 0.

Berkaitan dengan Utilitas acak, Dommencich dan McFadden (1975) dan

Williams (1977) mengemukakan hal berikut :

1. Individu yang berada dalam suatu populasi (Q) yang homogen akan bertindak

secara rasional dan memiliki informasi yang tepat sehingga biasanya dapat

menentukan pilihan yang dapat memaksimumkan utilitas individunya

(46)

2. Terdapat suatu set A = {A1, …, Aj, …, An) alternatif yang tersedia dan suatu

set vektor atribut individu X dan alternatifnya. Setiap individu (q) akan

mempunyai atribut x∈X dan set pilihan A(q)∈A.

3. Setiap pilihan Aj∈A mempunyai utilitas Ujq untuk setiap indvidu q.

Pemodelan yang juga merupakan pengamat sistem tersebut tidak mempunyai

informasi yang lengkap tentang semua unsur yang dipertimbangkan

olehsetiap individu yang menentukan pilihan sehingga pemodel

mengasumsikan bahwa Ujq dinyatakan dalam dua komponen, yaitu :

a. Vjq yang terukur sebagai fungsi dari atribut terukur x; dan

b. Bagian acak ∈jq yang mencerminkan hal tertentu dari setiap individu

termasuk kesalahan yang dilakukan oleh pemodel. Jadi, pemodel

dapat menuliskan :

Ujq = Vjq + ∈jq ... (2.3)

yang dapat menjelaskan dua hal yang tidak rasional. Contohnya, dua

individu dengan atribut yang sama dan mempunyai set pilihan yang

sama mungkin memilih pilihan yang berbeda, dan beberapa individu

tidak selalu memilih alternative yang terbaik.

c. Individu q akan memilih alternatif yang memaksimumkan utilitas.

Ofyar Tamin, 2000 II.3.3 Model Pemilihan Diskret

Terdapat beberapa alternatif pendekatan model pemilihan dalam

menyelesaikan kasus ini, yakni :

a) Model 2 moda yang dipilih (Angkutan Umum dan Angkutan Pribadi)

(47)

c) Model Pemilihan Diskrit.

a). Model 2 moda yang dipilih (Angkutan Umum dan Angkutan Pribadi)

Model pemilihan ini mengamati 2 moda yang dipilih yakni antara Angkutan

Umum dan Angkutan Pribadi. Proses pilihan moda pada model ini adalah sebagai

berikut :

Total Perjalanan Total Perjalanan

(Potensial) (Potensial)

Melakukan Tidak melakukan Melakukan Tidak melakukan

Perjalanan Perjalanan Perjalanan Perjalanan

Mobil Pribadi Angkutan Umum Mobil Pribadi Angkutan Umum 2

Angkutan Angkutan Angkutan

Umum 1 Umum 2 Umum 1

a) Model lebih dari 2 moda yang dipilih (Apa saja modanya)

Prosesnya sangat tergantung pada kondisi geografis wilayah dan ketersediaan

(48)

Melakukan Perjalanan Tidak melakukan perjalanan

Berjalan Kaki Berkendaraan

Angkutan umum Mobil Pribadi

Bermotor Tidak Bermotor Tidak Bermotor Bermotor (Becak/Ojek Sepeda) (Sepeda)

Jalan Rel (Kereta api) Jalan Raya Sepeda motor Mobil (roda 4) (roda 2)

Bus Taksi

Total Perjalanan Potensial

c). Model Pemilihan Diskrit.

Secara umum, model pemilihan diskrit dinyatakan sebagai :

“The probability of individuals choosing a given option is a function of their

socio-economic characteristics and the relative attractiveness of the option”.

“Peluang setiap individu memilih suatu pilihan merupakan fungsi cirri

sosio-ekonomi dan daya tarik pilihan tersebut”.

Untuk menyatakan daya tarik suatu alternatif, digunakan konsep utilitas

(49)

Sementara dasar teori, kerangka, atau paradigma dalam menghasilkan model

pemilihan diskret adalah teori utilitas acak.

Model pemilihan diskret ini menganalisis pilihan konsumen (pelaku

perjalanan) dari sekumpulan alternatif pilihan moda yang saling bersaing dan tidak

bisa dipilih (digunakan) secara bersama-sama lebih dari satu moda (mutually

exclusive), seperti kalau kita sudah memakai bus kota, secara bersamaan/pada waktu

yang sama tidak mungkin kita menggunakan kereta api.

Akiva dan Lerman (1985) dalam bukunya “Discrete Choice Analysis :

Theory and Application to Travel Demand” yang dikutip oleh Ofyar Tamin dalam

buku Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, lebih menekankan model ini pada

analisis pilihan konsumen untuk memaksimalkan kepuasannya dalam mengkonsumsi

pelayanan yang diberikan oleh suatu moda transportasi pilihan. Konsumen sebagai

seorang pembuat keputusan, akan menyeleksi berbagai alternatif dan memutuskan

memilih moda transportasi yang memiliki nilai kepuasan tertinggi (highest utility).

Prosedur model ini diawali dengan menentukan nilai-nilai parameter

(koefisien regresi) dari sebuah fungsi kepuasan yang dipengaruhi oleh beberapa

variabel bebas. Nilai-nilai parameter (koefisien regresi) masing-masing moda

diperoleh dari kalibrasi statistic dari data survei primer dan diolah melalui program

SPSS (Statsitical Package Social Science).

Adapun persamaan regresi fungsi kepuasan dimaksud dengan

mempertimbangkan juga pengaruh utilitas acak (random/stokastik), sebagai berikut :

U / Vin = a + β1 xin1 + β2 xin2 + …. + βk xink + ein ... (2.4)

di mana :

(50)

xin 1 s/d xin k = Sekelompok variabel bebas yang mempengaruhi kepuasan

maksimum

β1 s/d βk = Koefisien regresi/parameter variabel bebas

ein = Random variabel (error) yang bersifat stokastik,

Ofyar Tamin 2000

II.3.4 Model Logit Biner

Model Pemilihan Diskrit terbagi dalam 3 alternatif yakni :

a). Model Probit (Binary Probit)

b). Model multi Nomial Logit (MNL)

c). Model Logit Biner

a). Model Probit (Binary Probit)

Model ini mengamati 2 moda alternatif, tetapi model ini menekankan untuk

menyamakan peluang (kemungkinan) individu untuk memilih moda 1, bukan moda 2

dan berusaha menghubungkan antara jumlah perjalanan dengan variabel bebas yang

mempengaruhi, misalnya biaya (cost) dan ini harus berdistribusi normal. Bentuknya

adalah :

P1 = ɸ (Gk )

Dimana :

P1 = Peluang moda 1 untuk dipilih

ɸ = Kumulatif standar normal

Gk = Nilai manfaat moda 1

(51)

b). Model Multi Nomial Logit (MNL)

Model ini merupakan model pilihan diskret yang paling terkenal dan populer.

Tetapi model pilihan ini untuk pilihan moda yang cukup banyak yakni lebih dari 2

moda sebagai contoh ada moda kendaraan pribadi, ada mikrolet, taxi, sepeda motor,

kereta api dll. Sehingga bentuk model ini digambarkan melalui persamaan berikut :

P(i) =

Dimana :

P(i) = Peluang moda i untuk dipilih

Ui = Nilai manfaat menggunakan moda i

Ujn = Sejumlah nilai manfaat moda-moda lain selain moda i. (Moda j1.... jn)

e = Eksponen

c). Model Logit Biner

Setelah nilai U/Vin didapat dan juga U/Vjn didapat, maka selanjutnya nilai-nilai

tersebut dimasukkan dalam beberapa Model Pemilihan Diskrit. Dalam hal ini model

yang dipakai adalah Model Logit Biner.

Model Logit Biner ini hanya digunakan untuk pilihan 2 moda transportasi

alternatif misalnya moda i dan j. Bentuk model Logit Biner ini adalah sebagai berikut

(52)

di mana :

P(i), P(j) = Probabilitas terpilihnya moda i atau moda j

e = eksponensial

Ui, Uj = Utilitas atau Nilai parameter kepuasan menggunakan moda i dan

moda j.

Dalam hal ini, moda yang akan dipilih adalah antara Kapal Feri dan Kapal

Cepat, jadi model Logit Binernya adalah :

Logit Binernya adalah :

P(KF) = UKF UKC

P(KF), P(KC) = Probabilitas terpilihnya Kapal Feri atau Kapal Cepat

UKF, UKC = Utilitas atau Nilai parameter kepuasan menggunakan moda

Kapal Feri dan moda Kapal Cepat.

II.4 Teknik Stated Preference

II.4.1 Pengertian Teknik Stated Preference

Berasal dari ilmu psikologi matematika, Henster (1994). Stated Preference

merupakan pengembangan dari Revealed Preference. Perbedaan paling mendasarnya

adalah jawaban pada data Revealed Preference berdasarkan data aktual yang terjadi

sementara jawaban pada data Stated Preference berdasarkan dugaan-dugaan yang

(53)

Teknik Stated Preference secara luas dipergunakan dalam bidang transportasi

atau dalam kajian pasar angkutan untuk mengukur atau memperkirakan pemilihan

moda perjalanan yang belum ada atau melihat bagaimana reaksi mereka terhadap

sesuatu yang baru (Hypothetical Situation). Karena dalam perancangan fasilitas

publik seseorang tidak dapat langsung membangun dan melihat perubahan perilaku

pengguna. Stated Preference disini berisikan beberapa kondisi hipotesis pilihan yang

ditawarkan kepada pengguna dalam bentuk kuesioner yang dirancang secara

sistemik.

Hal ini berarti preferensi tentang suatu alternatif dibanding dengan

alternatif-alternatif yang lain dalam menentukan alternatif-alternatif rancangan yang terbaik dalam

analisis potensi demand suatu rancangan moda transportasi baru (belum ada). Output

dari Stated Preference adalah preferensi pilihan moda tertentu, relatif terhadap

perbedaan utilitas moda yang berkompetisi dan bobot masing-masing atribut relatif

sesamanya, sebagai refleksi tingkat sensitivitas atribut terhadap perubahan pilihan.

Sifat utama dari Stated Preference adalah sebagai berikut :

1. Stated Preference didasarkan pada pernyataan pendapat responden tentang

bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternatif hipotesa.

2. Setiap pilihan dipresentasikan sebagai paket dari atribut yang berbeda seperti

time, cost, service dan lain-lain.

3. Peneliti membuat alternatif hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh

individu pada setiap atribut dapat diestimasi, ini diperoleh dengan teknik

design eksperimen (eksperimental design).

4. Alat interview (questionnaire) harus memberikan alternatif hipotesa yang

(54)

5. Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan (option) dengan

melakukan rangking/rating/ dan choice pendapat terbaiknya dari sepasang

atau sekelompok pernyataan.

6. Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk

mendapatkan ukuran kuantitatif mengenai hal yang penting (reality) pada

setiap atribut.

Untuk membangun keseimbangan dalam penggunaan Stated Preference, dibuat

tahap-tahap berikut :

1. Identifikasi atribut kunci dari setiap alternatif dan buat “paket” yang

mengandung pilihan; seluruh atribut penting harus dipresentasikan dan

pilihan harus dapat diterima dan realistis.

2. Cara yang digunakan di dalam memilih akan disampaikan pada responden

dan responden diperkenankan untuk mengekspresikan apa yang lebih

disukainya. Bentuk penyampaian alternatif harus mudah dimengerti, dalam

konteks pengalaman responden dan dibatasi.

3. Strategi sampel harus dilakukan untuk menjamin perolehan data yang

representatif.

Adapun kelebihan dan kekurangan Metode Stated Preference dibandingkan

dengan metode lain seperti AHP dan metode Simple Additive Weighting Method

(SAW), yaitu:

(55)

- Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan

input utamanya adalah persepsi manusia.

- AHP memberikan suatu skala pengukuran dan memberikan metode untuk

menetapkan prioritas.

- AHP memberikan penilaian terhadap konsistensi logis dari

pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

 Kekurangan:

- Pengisisan kuesioner sulit, karena responden diminta untuk

membandingkan satu per satu tiap kriteria dengan range penilaian yang

sangat luas dan memerlukan ketelitian dalam mengisi kuesioner.

- Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara

statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang

terbentuk.

- Bila kriteria atau alternatif yang dibandingkan jumlahnya banyak,

sebaiknya tidak menggunakan metode ini karena akan membutuhkan

waktu yang sangat lama serta tingkat kekonsistenan yang tinggi dalam

proses pengolahan.

- Untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap awal

 Kelebihan:

Metode Simple Additive Weighting Method (SAW)

- Menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan

dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternative terbaik dari

(56)

- Penilaian akan lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot

preferensi yang sudah ditentukan.

 Kekurangan:

- Digunakan pada pembobotan lokal.

- Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bilangan crisp maupun

fuzzy.

- Adanya perbedaan perhitungan normalisasi matriks sesuai dengan nilai

atribut (antara nilai benefit dan cost).

 Kelebihan:

Metode Stated Preference

- Dapat menggunakan data terbatas.

- Berisikan pilihan pelayanan dengan kondisi baik dan buruk serta tingkat.

kepuasan dibuat dengan perangkingan dalam skala ordinal.

- Tidak menggunakan asumsi dan prediksi yang terlalu banyak atau yang

bersifat subtansial.

 Kekurangan:

- Hasil perhitungan sering tidak tepat/akurat.

- Kuesionernya berisikan beberapa kondisi hipotesis.

- Tidak mampu menangkap pengaruh aspek-aspeknya.

- Mengukur probabilitas tingkat kepuasan.

- Perlu dilakukan analisa faktor dan regresi serta uji sensitivitas model.

(57)

2.4.2 Design Eksperimental

Untuk membuat alternatif hipotesa yang akan disampaikan kepada responden,

pengguna stated preference disarankan menggunakan design eksperimen. Dalam

Design eksperimen ataupun rancangan penelitian yang terdapat variabel-variabel

bebas seperti waktu, ongkos dan lain-lain, juga variabel yang non manipulated yakni

variabel identitas diri seperti umur, jenis kelamin, pendapatan yang merupakan

variabel data yang tidak bisa diubah-ubah (dimanipulasi).

Design eskperimental harus memastikan bahwa kombinasi atribut yang

diwakili oleh variabel bebas terkait disampaikan kepada responden bervariasi tetapi

tidak tumpang tindih atau saling terkait satu dengan yang lainnya. Tujuannya agar

hasil dari efek setiap level atribut atas berbagai tanggapan lebih mudah dipisahkan.

Design eksperimen dalam penyampaiannya harus berisi tiga tahap :

1. Penyeleksian level atribut dan kombinasi susunan alternatif.

2. Design eksperimen apa yang akan disampaikan mengenai alternatif

(presentation of alternatif).

3. Persyaratan responden yang akan didapatkan dari jawaban responden

(specification of responses).

2.4.3 Identifikasi Pemilihan

Dalam Teknik Stated Preference, responden akan diminta untuk

mengekspresikan pilihan terbaiknya terhadap setiap alternatif pilihan yang

ditawarkan kepadanya. Ada 3 pendekatan untuk mengumpulkan informasi preferensi

Gambar

Gambar 1.1 Hubungan Transportasi Gunung Sitoli, Nias dalam Peta Wilayah
Tabel 1.1 Perbandingan atribut perjalanan Kapal Feri (Kelas Bisnis) dan Kapal Cepat
Gambar 1.2 Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian
Table 2.1 Kriteria Angkutan Umum Ideal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan pembangunan perlu ada kerja sama antara bagian satu dengan bagian yang lain dalam suatu organisasi karena kerjasama itu penting dalam rangka untuk

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa di dalam suatu mata pelajaran yang telah diturunkan dari

Uraian diatas juga beriringan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Margaretha & Pambudhi, 2015) dimana dalam penelitiannya pada mahasiswa Fakultas Ekonomi

SETTING RELE ARUS LEBIH ADAPTIF PADA SISTEM DISTRIBUSI MESH DENGAN PEMBANGKIT TERSEBAR BERBASIS LEARNING VECTOR QUANTIZATION..

1.. Perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan Universitas Wiraraja. Sistem Informasi Perpustakaan yang terdiri dari bagian pendaftaran, sirkulasi peminjaman,

Dari hasil respon siswa terhadap tugas atau masalah yang diberikan dapat kita ketahui bagaimana tingkat kemampuan kognitif siswa dalam menjawab soal atau menyelesaikan

Sehingga Laporan Penciptaan Karya Tugas Akhir Karya Seni Lukis dengan judul VISUALISASI BLINK-182 DALAM SENI LUKIS dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat

Walaupun demikian, dalam kajian ini, proses penilaian perisian adalah berdasarkan kesesuaiannya dari aspek objektif, isi kandungan, reka bentuk antaramuka, reka bentuk interaksi