• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Higiene Dan Sanitasi Penyelenggaraan Makanan Dan Minuman Pada Kantin SMA Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kondisi Higiene Dan Sanitasi Penyelenggaraan Makanan Dan Minuman Pada Kantin SMA Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SMA DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

Lidya Natalia Hutagalung NIM : 091000260

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SMA DI KECAMATAN PERBAUNGAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

LIDYA NATALIA HUTAGALUNG NIM. 091000260

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Kondisi Higiene Dan Sanitasi Penyelenggaraan Makanan Dan Minuman Pada Kantin Sma Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

Nama Mahasiswa : LIDYA NATALIA HUTAGALUNG No Induk Mahasiswa : 091000260

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Kesehatan Lingkungan Tanggal Lulus : 11 September 2013

Disahkan Oleh

Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

dr. Surya Dharma, MPH Prof. Dr.Dra.Irnawati Marsaulina, MSi

NIP. 19700219 199802 2 001 NIP.19681101 199303 2 005

Medan, April 2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat

(4)

ABSTRAK

Kantin sekolah adalah sebuah ruangan dalam sebuah sekolah yang dapat digunakan pengunjung untuk makan, baik makanan yang dibawa sendiri maupun yang dibeli di sana. Kantin sendiri harus mengikuti prosedur tentang cara mengolah dan menjaga kebersihan kantin. Makanan yang disediakan kantin haruslah bersih dan halal. Kebersihan makanan dan sanitasi penting untuk diingat bahwa makanan disajikan kepada konsumen harus dijaga dan dijamin kualitas demi keamanan pangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi higiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan dan minuman pada kantin sekolah menengah atas (SMA) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kondisi higiene sanitasi penyelenggaraan makanan pada kantin sekolah menengah atas (SMA). Populasi berjumlah 15 sekolah dan sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi yaitu 15 kantin sekolah. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan fly grill untuk pengukuran tingkat kepadatan lalat. Hasil akan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

Dari hasil penelitian kondisi higiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan diperoleh kondisi fisik lokasi dan bangunan, serta 6 prinsip higiene sanitasi pengelolaan makanan sudah baik tetapi dari segi fasilitas kantin, proses pengolahan makanan dan penyajian tergolong kurang baik. Tingkat kepadatan lalat dalam kategori sedang (3-5) dan rendah (0-2).

Kesimpulan penelitian ini adalah kondisi fisik lokasi dan bangunan serta 6 prinsip higiene sanitasi ke-15 kantin sekolah sudah baik. Tingkat kepadatan lalat dalam kategori sedang dan rendah. Diharapkan kepada pihak kantin agar lebih meningkatkan lagi 6 prinsip higiene sanitasi pengelolaan makanan dan fasilitas sanitasi yang menunjang higiene sanitasi pengelolaan makanan. Dan kepada pihak sekolah agar memperhatikan kondisi kantin yang ada di lingkungan sekolah.

(5)

Abstract

School canteen is a room in a school that can be used the visitors to eat, both brought their own food or bought there. Canteen itself must follow the procedures on how to cultivate and maintain the cleanliness canteen. The food provided should be clean and kosher. Food hygiene and sanitation is important to remember that food presented to the consumer must be maintained and guaranteed quality for the sake of food safety.

The purpose of this reseach is to know the condition of hygiene and sanitation implementation of food and beveranges in the school canteen of high schools in the district of Perbaungan Serdang Bedagai.

The research was a descriptive survey in order to get an description of condition hygiene and sanitation implementation of food in the school canteen of high schools. The population of research same with the sample of research was 15 school canteens. The data gathering was done by the observation sheet and fly grill for density measurementsof flies . The results will be presented in the form of a frequency distribution table.

The results of research obtained the location and physical condition of buildings, and the 6 principles of food hygiene and sanitation management are good but in terms of school canteen facilities, the food cultivation and serving proses is not so goot yet. The amount of flies in the medium category (3-5 ) and low (0-2 ).

The conclusion of this reseach is the physical condition and the location of buildings and the 6 principles of hygiene and sanitation to-15 school canteen has been well.The density of flies in the medium and low categories. Expected to be more attention to the school canteen in order to further improve 6 principles management of hygiene and sanitation and further improve sanitation facilities that support the management of food hygiene and sanitation. To the school to pay attention to the atmosphere of school canteen that exist in the school environment.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lidya Natalia Hutagalung

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 08 Juni 1987

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 8 orang

Anak ke : 2 (dua) dari 6 (enam) bersaudara

Alamat Rumah : Desa Limbong, Kec.Dolok Merawan

Kab. Serdang Bedagai.

Riwayat Pendidikan

1. 1991-1993 : TK Tunas Harapan Gunung Para

2. 1993-1999 : SDN No.102124 Dolok Merawan

3. 1999-2002 : SMP Swasta YPAK PTPN-3 Gunung Para

4. 2002-2005 : SMA Swasta Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi

5. 2005-2008 : Akademi Kesehatan Lingkungan Depkes Jakarta II

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas rahmat dan Kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat di Universitas Sumatera Utara, dengan judul “KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam memperkaya isi skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga khususnya kepada Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina MSi selaku Dosen Pembimbing Skripsi II, yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran serta petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Drs.Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dra. Nurmaini, MKM dan dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. dr. Yusniwarti Yusad, MSi, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. 5. Seluruh Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

khususnya Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

(8)

7. Teman-teman seperjuangan stambuk 2009 yang telah bersama-sama menghadapi berbagai dinamika baik suka maupun duka selama di FKM. 8. Abang yang selalu memberi semangat dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ayahanda L. Hutagalung dan Ibunda L. Manik SPd yang selalu mendoakan dan memberi semangat pada anaknya.

2. Kakakku Lady dan Adik- adikku tercinta Leo, Lauren, Luther, Lilis yang selalu memberikan dorongan dan semangat.

Demikian kata pengantar dari penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karuania-Nya bagi kita semua.

Medan, September 2013

(9)

DAFTAR ISI

2.2. Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan ... 12

2.3. Tujuan Higiene dan Sanitasi Makanan ... 14

2.4. Pengertian Penyelenggaraan Makanan ... 14

2.5. Jenis Penyelenggaraan Makanan ... 15

2.6. Upaya Higiene Sanitasi Penyelenggaraan Makanan ... 15

2.6.1. Pemilihan Bahan Makanan ... 16

2.8. Pengaruh Makanan Terhadap Kesehatan ... 37

2.9. Penjamah Makanan ... 38

2.10. Kantin Sekolah ... 40

2.11. Lalat ... 48

2.12. Kepadatan Lalat ... 49

(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

4.2. Hasil Observasi Higiene Sanitasi Kantin ... 61

4.2.1. Observasi Lokasi dan Bangunan ... 61

4.2.2. Observasi Fasilitas Sanitasi ... 62

4.2.3. Observasi Dapur, Ruang Makan, dan Gudang Bahan Makanan ... 63

4.2.4. Observasi Pemilihan Bahan Makanan ... 65

4.2.5. Observasi Penyimpanan Bahan Makanan ... 66

4.2.6. Observasi Pengolahan makanan ... 67

4.2.7. Observasi Tempat penyimpanan makanan jadi ... 68

4.2.8. Observasi Pengangkutan dan Penyajian makanan ... 69

4.2.9. Observasi Peralatan ... 70

4.2.10. Observasi Tenaga kerja ... 71

4.3. Tingkat Kepadatan Lalat ... 72

BAB V PEMBAHASAN ... 74

5.1. Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan Di Kantin Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Perbaungan ... 74

5.1.1. Lokasi dan Bangunan ... 74

5.1.2. Fasilitas Sanitasi ... 75

5.1.3. Dapur,Ruang Makan, dan Gudang Bahan Makanan ... 78

5.1.4. Pemilihan Bahan Makanan ... 78

5.1.5. Penyimpanan Bahan Makanan ... 80

5.1.6. Pengolahan Bahan Makanan ... 81

(11)

5.1.8. Pengangkutan dan Penyajian Makanan ... 83

5.1.9. Peralatan ... 83

5.1.10. Tenaga Kerja ... 85

5.2. Tingkat Kepadatan Lalat ... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

6.1. Kesimpulan ... 87

6.2. Saran ... 87

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi Higiene Dan Sanitasi Penyelenggaraan Makanan Dan Minuman Pada Kantin Sekolah Menengah Atas (SMA)

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Lampiran 3. Balasan Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Serdang Bedagai.

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Kondisi Lokasi dan Bangunan di Kantin Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2013 ... .... 61 Tabel 4.2 Kondisi Fasilitas Sanitasi di Kantin Sekolah Menengah Atas

di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2013 ... ... ... 62 Tabel 4.3 Kondisi Dapur, Ruang Makan, dan Gudang bahan Makanan

di Kantin Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 ... ... ... 64 Tabel 4.4 Kondisi Pemilihan Bahan Makanan di Kantin Sekolah

Menengah Atas di Kecamatan Rantau Perbaungan Kabupaten

Serdang Bedagai Tahun 2013 ... 65 Tabel 4.5 Kondisi Tempat Penyimpanan Bahana Makanan di Kantin

Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 ... ... ... 66 Tabel 4.6 Kondisi Pengolahan Makanan di Kantin Sekolah Menengah Atas

di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2013 ... …... 67 Tabel 4.7 Kondisi Tempat Penyimpanan Makanan Jadi di Kantin

Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Perbaungan Kabupaten

(14)

Tabel 4.8 Kondisi Penyajian Makanan di Kantin Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2013 ...……. 69 Tabel 4.9 Kondisi Peralatan di Kantin Sekolah Menengah Atas

di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2013 ... ... ... 70 Tabel 4.10 Kondisi Tenaga Kerja di Kantin Sekolah Menengah Atas

di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2013 ... ... 71 Tabel 4.11 Kepadatan Lalat Dihitung Dengan Fly Grill Pada Kantin

Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Perbaungan Kabupaten

(15)

ABSTRAK

Kantin sekolah adalah sebuah ruangan dalam sebuah sekolah yang dapat digunakan pengunjung untuk makan, baik makanan yang dibawa sendiri maupun yang dibeli di sana. Kantin sendiri harus mengikuti prosedur tentang cara mengolah dan menjaga kebersihan kantin. Makanan yang disediakan kantin haruslah bersih dan halal. Kebersihan makanan dan sanitasi penting untuk diingat bahwa makanan disajikan kepada konsumen harus dijaga dan dijamin kualitas demi keamanan pangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi higiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan dan minuman pada kantin sekolah menengah atas (SMA) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kondisi higiene sanitasi penyelenggaraan makanan pada kantin sekolah menengah atas (SMA). Populasi berjumlah 15 sekolah dan sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi yaitu 15 kantin sekolah. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan fly grill untuk pengukuran tingkat kepadatan lalat. Hasil akan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

Dari hasil penelitian kondisi higiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan diperoleh kondisi fisik lokasi dan bangunan, serta 6 prinsip higiene sanitasi pengelolaan makanan sudah baik tetapi dari segi fasilitas kantin, proses pengolahan makanan dan penyajian tergolong kurang baik. Tingkat kepadatan lalat dalam kategori sedang (3-5) dan rendah (0-2).

Kesimpulan penelitian ini adalah kondisi fisik lokasi dan bangunan serta 6 prinsip higiene sanitasi ke-15 kantin sekolah sudah baik. Tingkat kepadatan lalat dalam kategori sedang dan rendah. Diharapkan kepada pihak kantin agar lebih meningkatkan lagi 6 prinsip higiene sanitasi pengelolaan makanan dan fasilitas sanitasi yang menunjang higiene sanitasi pengelolaan makanan. Dan kepada pihak sekolah agar memperhatikan kondisi kantin yang ada di lingkungan sekolah.

(16)

Abstract

School canteen is a room in a school that can be used the visitors to eat, both brought their own food or bought there. Canteen itself must follow the procedures on how to cultivate and maintain the cleanliness canteen. The food provided should be clean and kosher. Food hygiene and sanitation is important to remember that food presented to the consumer must be maintained and guaranteed quality for the sake of food safety.

The purpose of this reseach is to know the condition of hygiene and sanitation implementation of food and beveranges in the school canteen of high schools in the district of Perbaungan Serdang Bedagai.

The research was a descriptive survey in order to get an description of condition hygiene and sanitation implementation of food in the school canteen of high schools. The population of research same with the sample of research was 15 school canteens. The data gathering was done by the observation sheet and fly grill for density measurementsof flies . The results will be presented in the form of a frequency distribution table.

The results of research obtained the location and physical condition of buildings, and the 6 principles of food hygiene and sanitation management are good but in terms of school canteen facilities, the food cultivation and serving proses is not so goot yet. The amount of flies in the medium category (3-5 ) and low (0-2 ).

The conclusion of this reseach is the physical condition and the location of buildings and the 6 principles of hygiene and sanitation to-15 school canteen has been well.The density of flies in the medium and low categories. Expected to be more attention to the school canteen in order to further improve 6 principles management of hygiene and sanitation and further improve sanitation facilities that support the management of food hygiene and sanitation. To the school to pay attention to the atmosphere of school canteen that exist in the school environment.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah

dijelaskan bahwa upaya penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui

kegiatan-kegiatan kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, kesehatan jiwa, pemberantasan penyakit,

pemulihan kesehatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pengawasan farmasi dan

alat kesehatan, pengawasan zat aditif, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga,

pengobatan tradisional dan kesehatan mata. Upaya-upaya tersebut telah dilaksanakan

dalam pembangunan kesehatan namun hasilnya masih perlu ditingkatkan lagi agar

derajat kesehatan masyarakat dapat lebih baik dan sesuai dengan arah dan kebijakan

kesehatan yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1992).

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan dari kualitas anak-anak

saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini,

sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang

optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantiítas yang baik serta

benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan

pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna (Cahyadi, 2009).

Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama dan paling mendasar bagi

manusia. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas

(18)

menghilangkan rasa lapar, tetapi semakin kompleks. Masyarakat semakin sadar

bahwa makanan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi seperti

protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan tubuh

(Purnawijayanti, 2001).

Makanan jajanan adalah makanan atau minuman yang diolah oleh pengrajin

makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk

dijual bagi umum selain yang disajikan jasaboga, rumah makan/restoran dan hotel

(Kepmenkes RI No 942/Menkes/SK/VII/2003).

Menurut Fardiaz & Fardiaz (1994), pangan jajanan adalah makanan siap

makan atau diolah di lokasi jualan seperti di daerah pemukiman, pertokoan, terminal,

pasar, atau dijajakan dengan cara berkeliling. Selain berkontribusi positif di bidang

ekonomi, pangan jajanan juga mengandung risiko terhadap kesehatan akibat

kontaminasi mikroba, bahan kimia dan pemakaian bahan tambahan non pangan.

Persoalan ini timbul mulai dari proses persiapan, pengolahan, dan saat penyajian

makanan di lokasi jualan.

Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat menyebabkan

makanan tersebut dapat menjadi media bagi suatu penyakit. Makanan yang sudah

tercemar biasanya secara visual tidak terlihat atau tampak tidak membahayakan,

misalnya dari segi warna, rasa dan penampakannya normal dan tidak ada tanda-tanda

kerusakan. Karena itu kita sering terkecoh dan mengkonsumsi makanan tersebut

tanpa ada rasa curiga sedikit pun.Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang

terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borned diseases) (Susanna,

(19)

Dewasa ini masalah keamanan makanan sudah merupakan masalah global,

sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan

masyarakat. Letusan penyakit akibat makanan (foodborne disease) dan

kejadian-kejadian pencemaran makanan terjadi tidak hanya di berbagai negara berkembang

dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara

maju.

Ditahun 1993, WHO melaporkan bahwa sekitar 70 % kasus diare yang terjadi

di Negara berkembang disebabkan oleh makanan yang telah tercemar. Pencemaran

ini sebagian besar berasal dari industri boga dan rumah makan. Berdasarkan hasil

survey di Amerika Serikat, 20 % kasus terjadi di rumah makan dan3 % ditemukan di

Industri pangan. Sementara di Eropa, sumber kontaminasi terbesar justru berasal dari

rumah (46 %), restoran/hotel (15 %), jamuan makan (8%), fasilitas kesehatan dan

kantin ( masing-masing 6%) dan sekolah (5 %) (Arisman, 2009).

Di Indonesia sendiri kasus keracunan makanan sering kita temui seperti kasus

yang belakangan ini terjadi yaitu sebanyak 65 orang warga kampung Bantarkalong

mengalami keracunan makanan akibat hidangan yang telah disajikan (pikiran-rakyat,

27/2/2011).

Hasil monotoring dan verifikasi profil keamanan pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) nasional tahun 2008 oleh SEAFAST, PT. Sucofindo dan Badan POM RI

menunjukkan (71.4%) penjaja pangan jajanan anak sekolah ( PJAS ) menyatakan

bahwa pangan jajanan yang mereka jual aman dan 14.3% mempunyai presepsi bahwa

PJAS yang dijual tidak aman, untuk praktek keamanan pangan (>70.0%) penjaja

(20)

PJAS yang mengaku menambahkan BTP ke dalam produk minuman. Kondisi usaha

makanan jajanan yang belum dibarengi dengan perhatian khusus terhadap aspek fisik,

lokalisasi, kontrol higiene, pembinaan manajemen, ketiadaan pengaturan dan

ketidakpastian keamanan dalam berusaha akan menimbulkan ketiadaan kontrol dan

pengarahan terhadap kualitas makanan yang dijual dan pengolahan makanan yang

higiene menyebabkan penjaja PJAS menangani pengolahan makanan menurut

pengetahuan yang mereka miliki (Fardiaz & Fardiaz, 1994).

Pada tahun 2006 Badan POM menguji makanan jajanan anak sekolah di 195

Sekolah Dasar di 18 provinsi. Diantaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar

Lampung, Denpasar dan Padang. Jumlah makanan yang di sajikan sampel sebanyak

861 contoh. Dari hasil uji didapatkan, 39,95% atau 344 contoh tidak memenuhi syarat

keamanan pangan, untuk es sirup atau buah sebesar 48,19% dan minuman ringan,

62,50% juga mengandung bahan berbahaya (Naiboho, 2005).

Menurut Linda dan Venter (2003), faktor yang berkontribusi terhadap

kejadian outbreaks dikarenakan oleh penyakit akibat makanan yang tercemar oleh

bakteri dapat dipengaruhi oleh bahan makanan yang tidak baik, penyimpanan

makanan, higiene perorangan yang kurang, sanitasi dapur dan peralatan yang tidak

baik, pengolahan yang tidak memenuhi syarat, penyimpanan yang tidak memenuhi

syarat dan lamanya makanan sejak disajikan sampai dengan dikonsumsi.

Penelitian Yunaenah (2009) di kantin sekolah dasar wilayah Jakarta Pusat

menunjukkan bahwa ada hubungan antara fasilitas sanitasi dengan kontaminasi E.

coli pada makanan jajanan anak sekolah dasar (p=0,000, OR=9,214), dan variabel

(21)

makanan jajanan anak sekolah dasar ( p=0,001, OR=7,404). Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa penyimpanan makanan matang yang tidak memenuhi syarat

beresiko 6,78 kali untuk terkontaminasi E. coli dibandingkan dengan penyimpanan

makanan yang memenuhi syarat. Penyajian makanan juga memiliki hubungan yang

signifikan terhadap kontaminasi E. coli pada makanan jajajanan anak sekolah dasar

(p=0,003, OR=6,118).

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Arisman (2000) di Kota Palembang

didapatkan hasil bahwa hanya 6,6% penjamah makanan yang mengenakan celemek

pada saat bekerja dan ditemukan 11,1% penjamah makanan yang mempunyai

perilaku suka menggaruk kepala dan hidung pada saat sedang bekerja.

Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa di Palembang, sarana penjaja

makanan berupa lemari makanan yang dipajang di warung dan kantin sebagian besar

dalam keadaan tidak tertutup. Kalaupun ada, penutup itu hanya berupa kain bekas

gorden tipis yang jarang sekali dirapatkan terutama ketika tamu sedang ramai. Oleh

karena itu, beberapa lalat dapat dengan mudah mencemari makanan yang dijajakan.

Penelitian Swandatitak (2008) menyebutkan bahwa sanitasi kantin di

lingkungan Universitas Airlangga yang terdiri dari 12 kantin belum memenuhi syarat

kesehatan. Dan indeks kepadatan lalat tertinggi adalah kantin FKM dengan nilai 18,8

dan termasuk dalam kategori populasi padat dan perlu dilakukan pengamanan.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Puskesmas Perbaungan,

penulis memperolah data penyakit yang berhubungan dengan penyelenggaraan

makanan dan minuman di kecamatan tersebut yaitu : Diare ( ± rata-rata 90 kasus ) per

(22)

Menengah Atas ( SMA ) kurangnya kebersihan penjamah makanan dalam

penyelenggaraan makanan dan minuman, masih adanya penjual tidak menutup lemari

makanannya, dan kondisi kantin yang kurang bersih. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai kondisi higiene dan sanitasi

penyelenggaraan makanan dan minuman pada kantin SMA di Kecamatan Perbaungan

dan hasil yang didapat akan penulis sesuaikan dengan Kepmenkes RI No.

1098/Menkes/SK/VII/2003.

Peneliti memilih Sekolah Menengah Atas ( SMA ) di Kecamatan Perbaungan

sebagai objek penelitian dikarenakan Kecamatan Perbaungan merupakan wilayah

dengan jumlah Sekolah Menengah Atas dan sederajat terbanyak dibandingkan dengan

kecamatan lain yang ada di kabupaten serdang bedagai, dan masing-masing sekolah

memiliki kantin.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kondisi higiene dan sanitasi

penyelenggaraan makanan dan minuman pada kantin Sekolah Menengah Atas (SMA)

di Kecamatan Perbaungan tahun 2013”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran Kondisi Higiene dan Sanitasi Penyelenggaraan

Makanan dan Minuman di Kantin Sekolah Menengah Atas ( SMA ) di Kecamatan

(23)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui keadaan Lokasi dan Bangunan di Kantin Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Perbaungan Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui fasiltas sanitasi di kantin Sekolah Menengah Atas (SMA)

di Kecamatan Perbaungan Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui 6 prinsip higiene sanitasi mulai dari pemilihan bahan baku,

penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan

jadi, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan di Kantin Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Perbaungan Tahun 2013.

4. Untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat pada kantin Sekolah Menengah

Atas ( SMA ) di Kecamatan Perbaungan Tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dalam upaya pencegahan,

pengurangan dan penanggulangan keracunan makanan dan minuman pada

anak sekolah di Kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para pemilik

kantin.

3. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan

kegiatan penelitian.

4. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Makanan

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan

memerlukan pengolahan yang baik dan bener agar bermanfaat bagi tubuh, karena

makanan sangat diperlukan untuk tubuh. Menurut Departemen Kesehatan RI (2000:3)

Makanan adalah semua bahan dalam bentuk olahan yang dimakan manusia kecuali

air dan obat-obatan.

Makanan menurut Permenkes No.329 tahun 1976 adalah barang yang

digunakan sebagai makanan atau minuman manusia, termasukpermen karet dan

sejenisnya tetapi bukan obat. Makanan penting untuk pertumbuhan karena sebagai

bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan tubuh, untuk

memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit dan memberikan energi untuk

bekerja.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman

bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan

bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan ataupembuatan

makanan dan minuman ( UU No. 7 Th. 1996 ).

Makanan dapat juga terkontaminasi oleh mikroba. Beberapa mikroba

pembuat racun baik exotoxin maupun endotoxin, adalah yang tergolong Salmonella,

Staphylococcus, Clostridium, Bacillus cocovenans, Bacillus cereus, dan lain-lainnya.

(25)

mikroba yang menimbulkan gejala gastero-intestinal ( GI ) masih sering didapat.

(Soemirat,2009)

Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan secara

nyata dari penyakit bawaan air. Yang dimaksud dengan penyakit bawaan makanan

adalah penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan sesuatu

makanan yang terkontaminasi mikroba patogen, kecuali keracunan.

Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal :

1. Mengolah makanan atau makan dengantangan kotor

2. Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan

3. Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotaqn bersih,

dan lain-lainnya

4. Dapur, alat masak dan makanan yang kotor

5. Makanan yang sudah jatuh ke tanah masih dimakan

6. Makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat

menjangkaunya

7. Makanan mentah dan matang disimpan bersama-sama

8. Makanan dicuci dengan air kotor

9. Makanan terkontaminasi kotoran akibat hewan yang berkeliaran di

sekitarnya

10. Sayuran dan buah-buahan yang ditanam pada tanag yang terkontaminasi

11. Memakan sayuran dan buah-buahan yang terkontaminasi

12. Pengolah makanan yang sakit

(26)

Cara-cara intervensi kontaminasi sehingga kontaminasi penyakit bawaan

makanan dapat dicegah :

1. Pemilihan bahan baku yang sehat, tidak busuk, warna yang segar

2. Penyimpanan bahan baku jangan sampai terkena serangga, tikus atau

jangan sampai membususk

3. Pengolahan makanan yang higienis serta prosesnya dapat mematikan

penyebaba penyakit, peralatan masak harus bersih

4. Pengolahan makanan bukan pembawa penyakit, dan tidak sakit

5. Penyajian makanan tidak terkena lalat, debu, dan udara kotor, peralatan

makan yang higienis ( terutama di tempat umum )

6. Penyaji makanan harus mendapat surat keterangan sehat

7. Penyimpanan makanan matang jangan samapai terkontaminasi dan

membusuk

Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam 2 (dua) cara, yaitu :

1. Pencemaran langsung, yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke

dalam makanan secara langsung, baik disengaja maupun tidak

disengaja.

Contoh : masuknya rambut ke dalam nasi, penggunaan zat pewarna

makanan, dan sebagainya.

2. Pencemaran silang, yaitu pencemaran yang terjadi secara tidak

(27)

Contoh : makanan bercampur dengan pakaian atau peralatan kotor,

menggunakan pisau pada pengolahan bahan mentah untuk bahan

makanan jadi (makanan yang sudah terolah) (Depkes RI, 1994).

2.2 Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan

Higiene dan sanitasi merupakan suatu tindakan atau upaya untuk

meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui pemeliharaan dini setiap individu

dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, agar individu terhindar dari ancaman

kuman penyebab penyakit ( Depkes RI, 1994 ).

Menurut Depkes RI (2004) higiene adalah upaya kesehatan dengan cara

memelihara dan melindungi kebersihan individu subjeknya. Misalnya mencuci

tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan

piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan

secara keseluruhan.

Menurut Azrul Azwar, sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang

menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang

mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat (Azwar, 2000).

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan

kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari

segala bahaya yang dapat menganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan

diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai

pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada

masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin

(28)

penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan atau

pemborosan makanan ( WHO, 2007 ).

Langkah penting dalam mewujudkan higiene dan sanitasi makanan (Depkes,

2007), adalah :

a. Mencapai dan mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan suhu hidangan

(panas atau dingin)

b. Penyajian, penanganan yang layak terhadap penanganan makanan yang

dipersiapkan lebih awal

c. Memasak tepat waktu dan suhu

d. Dilakukan oleh pekerja dan penjamah makanan yang sehat mulai dari penerimaan

hingga distribusi

e. Memantau setiap waktu suhu makanan sebelum dibagikan

f. Inspeksi teratur terhadap bahan makanan mentah dan bumbu-bumbu sebelum

dimasak

g. Panaskan kembali suhu makanan menurut suhu yang tepat (74 ºC)

h. Menghindari kontaminasi silang antara bahan makanan mentah, makanan masak

melalui orang (tangan), alat makan, dan alat dapur

i. Bersihkan semua permukaan alat/ tempat setelah digunakan untuk makanan

(29)

2.3 Tujuan Higiene Dan Sanitasi Makanan

Menurut Prabu (2008) sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin keamanan

dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan

makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan/pemborosan

makanan. Higiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor

makanan, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan

penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

Tujuan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman (Depkes RI, 2007) :

1. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen

2. Menurunnya kejadian risiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui

makanan

3. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan di

institusi

2.4 Pengertian Penyelenggaraan Makanan

Menurut Moehyi (1992) penyelenggaraan makanan adalah suatu proses

menyediakan makanan dalam jumlah besar dengan alasan tertentu. Sedangkan

Depkes (2003) menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian

kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan

kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui

pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan

evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian

(30)

2.5 Jenis Penyelenggaraan Makanan

Menurut Moehyi (1992) penyelenggaraan makanan berdasarkan waktu

dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Penyelenggaraan makanan hanya satu kali saja, baik berupa makanan

lengkap atau hanya berupa makanan kecil (snack food). Yang termasuk

ke dalam jenis ini adalah penyelenggaraan untuk pesta atau jamuan

makan atau snack pada acara tertentu.

2. Penyelenggaraan makanan secara tetap untuk jangka waktu tidak terbatas,

biasanya adalah makanan lengkap, baik untuk satu kali makan atau setiap

hari seperti penyelenggaraan makanan untuk asrama, panti asuhan, rumah

sakit dan kampus.

3. Penyelenggaraan makanan dalam keadaan darurat yang persediannya

dilakukan untuk jangka waktu tertentu seperti kebakaran, tsunami, dll.

2.6 Upaya Higiene Sanitasi Penyelenggaraan Makanan

Makanan yang sehat adalah makanan yang tidak tercemar oleh bakteri

ataupun benda lain yang masuk kedalam makanan itu sendiri. Untuk mendapatkan

makanan yang sehat kita harus memperhatikan higiene dan sanitasi dalam

penyelenggaraan makanan. Untuk mencapai tujuan tersedianya makanan yang sehat

maka upaya tersebut harus berdasarkan prinsip HSM ( Higiene Sanitasi makanan).

Menurut Depkes RI (1994) prinsip-prinsip higiene sanitasi makanan antara lain :

1. Pemilihan bahan makanan

2. Penyimpanan bahan makanan

(31)

4. Penyimpanan makanan masak

5. Pengangkutan makanan

6. Penyajian makanan

2.6.1. Pemilihan Bahan Makanan

Pemilihan bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak

termasuk bahan tambahan makanan dan bahan penolong (Kepmenkes RI No.

1098/Menkes/SK/VII/2003). Bahan makanan perlu dipilih yang sebaik-baiknya

dilihat dari segi kebersihan, penampilan dan kesehatan. Penjamah makanan dalam

memilih bahan yang akan diolah harus mengetahui sumber-sumber makanan yang

baik serta memperhatikan ciri-ciri bahan yang baik.

Beberapa hal yang harus diingat tentang pemilihan bahan makanan :

1. Hindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber yang tidak

jelas.

2. Gunakan catatan tempat pembelian bahan makanan.

3. Mintalah informasi atau keterangan asal-usul bahan yang dibeli.

4. Belilah bahan di tempat penjualan resmi dan bermutu seperti : rumah

potong pemerintah atau tempat potong resmi yang diawasi pemerintah,

tempat pelelangan ikan resmi dan pasar bahan dengan sistem pendingin.

5. Tidak membeli bahan makanan yang sudah kadaluwarsa atau membeli

daging/unggas yang sudah terlalu lama disimpan, khususnya organ dalam

(jeroan) yang potensial mengandung bakteri.

6. Membeli daging dan unggas yang tidak terkontaminasi dengan racun/toksin

(32)

Pemilihan bahan makanan dibagi menjadi 3 (Depkes, 2007) yaitu;

a. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan

sebelum dihidangkan seperti daging, beras, kentang dan sebagainya.

b. Bahan makanan terolah (pabrikan) yaitu bahan makanan yang sudah

dapat langsung dimakan tetapi harus menggunakan proses pengolahan

lebih lanjut seperti tempe, ikan kaleng, nugget, kornet.

c. Bahan makanan siap santap yaitu bahan makanan yang dapat langsung

dimakan tanpa pengolahan seperti bakso, soto dsb.

Menurut Depkes RI (2004) pemilihan bahan makanan dianjurkan membeli

bahan makanan di tempat yang telah diawasi oleh pemerintah seperti pasar swalayan,

rumah potonghewan atau supplier bahan makanan yang telah berijin. Makanan yang

kering seperti herbal, kacang – kacangan dan rempah – rempah sering kali

terkontaminasi oleh spora dalam jumlah banyak walaupun aman karena dalam

keadaan kering, akan tetapi jika direhidrasi maka harus diperlakukan seperti halnya

makanan sehat.

2.6.2. Penyimpanan Bahan Makanan

Setelah bahan makanan dibeli, hendaknya disimpan dalam penyimpanan

bahan makanan. Departemen Kesehatan (2006) mensyaratkan tersedianya ruang atau

gudang untuk menyimpan bahan makanan dan terdapat sarana untuk penyimpanan

bahan makanan dingin. Menurut Betty C dalam Depkes (2006) ada 4 cara

penyimpanan bahan makanan yaitu

a. Penyimpanan sejuk (cooling) yaitu penyimpanan pada suhu 100ºC-150ºC

(33)

b. Penyimpanan dingin (chilling) penyimpanan pada suhu 40ºC-100ºC untuk

bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali.

c. Penyimpanan dingin sekali (Freeezing), penyimpanan pada suhu

0ºC-40ºC untuk jenis bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk

jangka waktu sampai 24 jam.

d. Penyimpanan beku (frozen), yaitu penyimpanan pada suhu < 0ºC untuk

bahan makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.

Syarat-syarat penyimpanan bahan makanan menurut Kepmenkes RI No.

1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah:

1. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan

bersih

2. Penempatannya terpisah dengan makanan jadi.

3. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan makanan

yaitu :

a. Dalam suhu yang sesuai.

b. Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm.

c. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80-90%.

4. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya tidak

menempel pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jarak makanan dengan lantai 15 cm.

b. Jarak makanan dengan dinding 5 cm.

(34)

5. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak

sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan.

Bahan makanan yang disimpan lebih dahulu digunakan dahulu (antri),

sedangkan bahan makanan yang masuk belakangan terakhir dikeluarkan.

Pengambilan dengan cara seperti ini disebut cara First In First Out (FIFO).

Sedangkan menurut Depkes RI (2004) dalam penyimpanan bahan makanan

hal-hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan

memenuhi syarat.

2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah

untuk mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi

serangga dan tikus, tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk

bahan-bahan yang mudah membusuk harus disediakan tempat penyimpanan

dingin.

3. Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan

untuk riwayat keluar masuk barang dengan sistem FIFO (First In First

Out).

2.6.3. Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan yang mengikuti prinsip

hygiene dan sanitasi. Menurut Dewi yang mengutip dari Anwar dkk (1997)

pengolahan makanan menyangkut 4 (empat) aspek, yaitu :

(35)

Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan mulai

dari mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam

penyajian makanan. Pengetahuan, sikap dan perilaku seorang penjamah

mempengaruhi kualitas makanan yang dihasilkan.

Penjamah juga dapat berperan sebagai penyebar penyakit, hal ini bisa terjadi

malalui kontak anatara penjamah makanan yang menderita penyakit menular

dengan konsumen yang sehat, kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah

yang membawa kuman.

Kriteria penjamah makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan adalah

(Depkes RI, 2003) :

1. Seorang penjamah makanan harus mempunyai temperamen yang baik

2. Seorang penjamah makanan harus mengetahui hIgiene perorangan

(Personal Hygiene) yang terdiri dari kebersihan panca indera, kebersihan

kulit, kebersihan tangan, kebersihan rambut dan kebersihan pakaian

pekerja.

3. Harus berbadan sehat dengan mempunyai surat keterangan kesehatan.

4. Memiliki pengetahuan tentang higiene perorangan dan sanitasi makanan.

2. Cara Pengolahan Makanan

Ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan dalam pengolahan makanan

(Depkes RI, 2005) :

1. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung

(36)

2. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dapat dilakukan dengan

menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok garpu, dan

sejenisnya.

3. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai

celemek/apron, tutup rambut, sepatu dapur, tidak merokok, tidak makan atau

menguyah, tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang tidak berhias,

tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluan, selalu

mencuci tangan sebelum bekerja, selalu mencuci tangan sebelum dan setelah

keluar dari kamar mandi, selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang

tidak dipakai di luar rumah sakit.

4. Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat vaksinasi chotypa dan

baku kesehatan yang berlaku.

3. Tempat Pengolahan Makanan

Tempat pengolahan makanan, dimana makanan diolah sehingga menjadi

makanan jadi biasanya disebut dengan dapur, menurut Depkes RI (1994) yang

perlu diperhatikan kebersihan tempat pengolahan tersebut serta tersedianya air

bersih yang cukup.

Menurut Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 persyaratan tempat

pengolahan makanan terdiri dari :

1. Lantai yang memenuhi persyaratan kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air,rata, tidak licin

(37)

b. Semua sudut-sudut antara lantai dan dinding harus melengkung bulat

dengan jari-jari tidak kurang dari 7,62 cm dari lantai dan tidak boleh

membuat sudut mati.

c. Lantai harus selalu dalam keadaan bersih, terpelihara sebelum dan sesudah

melakukan pekerjaan.

2. Dinding yang memenuhi persyaratan kesehatan :

a. Permukaan dalam dinding harus rata, tidak menyerap dan mudah

dibersihkan.

b. Kontruksi dinding tidak boleh di buat rangkap.

c. Dinding yang selalu menerima kelembaban atau percikan air harus rapat air

dan atau dilapisi dengan perselen setinggi 2 m dari lantai.

3. Atap dan langit-langit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan adalah :

a. Atap terbuat dari bahan rapat air dan tidak bocor.

b. Mudah dibersihkan.

c. Tinggi langit – langit sekurang – kurangnya 2,4 meter.

4. Penerangan atau pencahayaan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan

adalah :

a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan

pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan

ruang.

b. Di setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan dan

(38)

c. Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar merata

sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan yang nyata.

5. Ventilasi yang dianjurkan adalah :

Harus cukup mencegah udara yang melampui batas, mencegah pengembunan

dan pembentukan kelembaban pada dinding serta bau tidak sedap.

6. Pintu yang di anjurkan adalah:

a. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.

b. Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar.

c. Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi logam.

d. Jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.

7. Harus ada persediaan air yang cukup untuk memenuhi syarat-syarat

kesehatan.

8. Harus ada tempat sampah yang memenuhi persyaratan kesehatan

a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.

mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa

bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk.

b. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah

yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.

c. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.

d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan dan

(39)

e. Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari seranga,

tikus atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh

kendaraan pengangkut sampah.

9. Harus ada pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan.

10.Tersedia tempat pencuci tangan dan alat-alat dapur.

11.Perlindungan dari serangga dan tikus.

12.Barang-barang yang mungkin dapat menimbulkan bahaya tidak diperbolehkan

disimpan di dapur, seperti racun hama, peledak, dan lain-lain.

13.Tersedia alat pemadam kebakaran.

Untuk persyaratan Dapur, ruang makan, dan gudang makanan adalah sebagai

berikut:

a. Dapur.

1. Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari

luas bangunan.

2. Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air

limbah.

3. Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur,

permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan.

4. Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun

bau-bauan/exhauster yang dipasang setinggi 2 (dua) meter dari lantai

dan kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur.

5. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood), alat perangkap

(40)

6. Semua tungku terletak di bawah sungkup asap (hood).

7. Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan

pintu bagian luar membuka ke arah luar.

8. Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya

serangga yang dapat menutup sendiri.

9. Ruangan dapur terdiri dari :

1). Tempat pencucian peralatan

2). Tempat penyimpanan bahan makanan

3). Tempat pengolahan

4). Tempat persiapan

5). Tempat administrasi

10.Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle

(fc).

11.Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin

kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan asap dan debu.

12.Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.

13.Udara di dapur tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari

5juta/gram.

14.Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas

penyimpanan dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang

berfungsidan terpelihara dengan baik.

15.Harus dipasang tulisan “Cucilah tangan anda sebelum menjamah

(41)

16. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC,

peturasan/urinoirkamar mandi dan tempat tinggal.

b. Ruang Makan

1. Setiap kursi tersedia ruangan minimal 0,85m².

2. Pintu yang berhubungan dengan halaman dibuat rangkap, pintu bagian

luar membuka ke arah luar.

3. Meja, kusi dan taplak meja harus dalam keadaan bersih.

4. Tempat untuk menyediakan//peragaan makanan jadi harus dibuat

fasilitas khusus yang menjamin tidak tercemarnya makanan.

5. Rumah makan dan restoran yang tidak mempunyai dinding harus

terhindar dari pencemaran.

6. Tidak boleh mengandung gas-gas beracun sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

7. Tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram.

8. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC,

peturasan/urinoir,kamar mandi dan tempat tingal.

9. Harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.

10.Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu bersih, warna terang

11.Perlengkapan set kursi harus bersih

12.Perlengkapan set kursi tidak boleh mengandung kutu busuk/kepinding

dan serangga pengganggu lainnya.

(42)

1. Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran

gudang.

2. Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain

selain makanan.

3. Pencahayaan gudang minimal 4 foot candle pada bidang setinggi lutut.

4. Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan.

5. Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi udara.

6. Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga dan tikus.

4. Perlengkapan/Peralatan dalam Pengolahan Makanan

Menurut Anwar (1997) Prinsip dasar persyaratan perlengkapan/peralatan

dalam pengolahan makanan adalah aman sebagai alat/perlengkapan pengolahan

makanan. Aman ditinjau dari bahan yang digunakan dan juga desain

perlengkapan tersebut. Syarat bahan perlengkapan mencakup :

1. Persyaratan umum, terdiri dari bahan yang digunakan untuk membuatnya atau

bahan yang digunakan untuk perbaikan harus anti karat, kedap air, halus,

mudah dibersihkan, tak berbau dan tak berasa. Hindari bahan-bahan Antimon

(An), Cadmium (Cd), Timah hitam (Pb).

2. Bila digunakan sambungan, gunakan bahan yang anti karat dan aman.

3. Bila digunakan plastik, dianjurkan yang aman dan mudah dibersihkan

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan dalam pengumpulan data alat usap

makanan oleh Kepmenkes Nomor.1098/Menkes/SK/VII/2003 yang disajikan

(43)

koloni/cm² permukaan alat dan tidak mengandung E.coli. Persyaratan Peralatan

Makan adalah sebagai berikut:

1. Peralatan tidak rusak,retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap

makanan.

2. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut

mati, rata halus dan mudah dibersihkan.

3. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.

4. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak

boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak

boleh mengandung E.coli.

5. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :

a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen, air

dingin,air panas sampai bersih.

b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas

80°C selama 2 menit.

6. Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat

sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak

boleh dilap dengan kain.

7. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam

keadaan kering dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak lembab,

terlindung dari sumber pengotoran/kontaminasi binatang perusak (Depkes

(44)

Menurut Depkes RI (2003) teknik pencucian yang benar akan memberikan

hasil pencucian yang sehat dan aman. Tahapan-tahapan pencucian yang perlu

diikuti agar hasil pencucian sehat dan aman sebagai berikut :

1. Scraping (membuang sisa kotoran), yaitu memisahkan kotoran dan

sisa-sisa makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci, seperti sisa-sisa

makanan diatas piring,gelas,sendok,garpu dan lain-lain.Kotoran tersebut

dikumpulkan di tempat sampah (kantong plastik) selanjutnya diikat dan

dibuang di tempat yang kedap air.

2. Flusing (merendam dalam air ), yaitu mengguyur air ke peralatan yang

akan dicuci sehingga terendam seluruh permukaan peralatan.

3. Washing ( mencuci dengan deterjen ), yaitu mencuci peralatan dengan

cara menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atau

deterjen.

4. Rinsing ( membilas dengan air bersih ), yaitu mencuci peralatan yang

telah digosok deterjen sampai bersih dengan cara dibilas dengan air

bersih. Setiap peralatan yang dibersihkan dibilas dengan cara

menggosok-gosok dengan tangan sampai terasa kesat, tidak licin.

5. Sanitizing/Desinfection (membebashamakan),yaitu membebashamakan

peralatan setelah proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu

dijamin aman dari mikroba dengan cara desinfeksi.

6. Towelling (Mengeringkan), yaitu mengusap kain lap bersih atau

mengeringkan dengan menggunakan kain atau handuk dengan maksud

(45)

sebagai akibat proses pencucian seperti noda deterjen, noda klor dan

sebagainya.

2.6.4. Penyimpanan Makanan Masak

Makanan masak sangat disukai oleh bakteri karena suasananya cocok untuk

tempat berkembang biaknya bakteri. Oleh karena itu, cara penyimpannya harus

memperhatikan wadah penyimpanan makanan masak (setiap makanan yang masak

memiliki wadah yang terpisah, pemisah didasarkan pada jenis makanan dan setiap

wadah harus memiliki tutup tetapi tetap berventilasi) (Depkes, 2007).

Menurut Depkes RI (1994) penyimpanan makanan dimaksudkan untuk

mengusahakan makanan agar dapat awet lebih lama. Kualitas makanan yang telah

diolah sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan untuk

perkembangbiakan bakteri patogen dan pembusuk pada suhu yang sesuai dengan

kondisinya.

Dalam Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003, penyimpanan makanan

jadi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus dan hewan

lainnya.

2. Disimpan dalam ruangan bertutup dan bersuhu dingin (10º-18ºC).

3. Makan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5 ºC atau lebih, atau

disimpan dalam suhu dingin 4 ºC atau kurang.

4. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)

(46)

5. Tidak tercampur antara makanan yang siap untuk dimakan dengan bahan

makanan mentah dan tidak disajikan ulang.

2.6.5. Pengangkutan Makanan

Makanan yang telah selesai diolah di tempat pengolahan, memerlukan

pengangkutan untuk selanjutnya disajikan atau disimpan. Bila pengangkutan

makanan kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik kualitasnya, kemungkinan

pengotoran dapat terjadi sepanjang pengangkutan (Depkes Rim 1994).

Menurut Depkes RI (2000) Makanan perlu diperhatikan dalam cara

pengangkutannya, yaitu sebagai berikut :

1. Makanan jadi tidak diangkut bersama dengan bahan makanan mentah

2. Makanan diangkut dalam wadah tertutup sendiri-sendiri

3. Pengisian wadah tidak sampai penuh agar tersedia udara untuk ruang gerak

4. Penempatan wadah dalam kendaraan harus tidak saling mencemari atau

menumpahi

5. Alat pengangkut yang tertutup khusus dan permukaan dalamnya mudah

dibersihkan

2.6.6. Penyajian Makanan

Menurut Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003, persyaratan

penyajian makanan adalah sebagai berikut :

1. Harus terhindar dari pencemaran.

2. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya.

3. Harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang bersih.

(47)

5. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

b. Di tempat yang bersih.

c. Meja ditutup dengan kain putih atau plastik

d. Asbak tempat abu rokok setiap saat dibersihkan

e. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit

sudah dicuci.

Prinsip penyajian makanan harus memperhatikan (Depkes, 2005) :

1. Prinsip pewadahan yaitu setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah yang

terpisah dan memiliki tutup untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.

2. Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi baru

dicampur menjelang penyajian untuk menghindari makanan cepat basi.

3. Prinsip edible part yaitu setiap bahan yang disajikan merupakan bahan yang

dapat dimakan hal ini bertujuan untuk menghindari kecelakaan salah makan.

4. Prinsip pemisah yaitu makanan yang disajikan dalam dus harus tetap terpisah

satu sama lain.

5. Prinsip panas yaitu penyajian makanan yang harus disajikan dalam keadaan

panas. Hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan

meningkatkan selera makan.

6. Prinsip bersih yaitu setiap wadah yang digunakan harus dalam keadaan bersih

dan baik.

7. Prinsip handling yaitu setiap penanganan makanan tidak boleh kontak

(48)

8. Prinsip tempat penyajian yaitu tempat penyajian harus disesuaikan dengan

kelas perawatan.

2.7 Aspek Higiene Sanitasi Makanan

Menurut Depkes RI (2004) aspek higiene sanitasi makanan adalah aspek

pokok dari higiene sanitasi makanan yang mempengaruhi terhadap keamanan

makanan. Aspek higiene sanitasi makanan terdiri dari 4 bagian,yaitu :

1. Kontaminasi.

Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam makanan

yang tidak dikehendaki, yang dikelompokkan dalam 4 (empat) macam yaitu :

1. Pencemaran mikroba, seperti bakteri, jamur, cendawan dan virus.

2. Pencemaran fisik, seperti rambut, debu, tanah, serangga dan kotoran lainnya

3. Pencemaran kimia, seperti pupuk, pestisida, Mercury, Cadmium, Arsen, HCN

4. Pencemaran radioaktif, seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radioaktif.

Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam 3 (tiga) cara, yaitu : (Depkes RI,2001)

1. Pencemaran langsung (direct contamination) yaitu adanya bahan pencemar

yang masuk ke dalam makanan secara langsung, baik disengaja maupun tidak

disengaja. Contoh : masuknya rambut ke dalam nasi, penggunaan zat pewarna

makanan dan sebagainya.

2. Pencemaran silang (cross contamination), yaitu pencemaran yang terjadi

secara tidak langsung sebagai akibat ketidaktahuan dalam pengolahan

makanan. Contoh: makanan bersentuhan dengan pakaian atau peralatan kotor,

menggunakan pisau pada pengolahan bahan mentah untuk bahan makanan

(49)

3. Pencemaran ulang (recontamination), yaitu pencemaran yang terjadi terhadap

makanan yang telah dimasak sempurna. Contoh : nasi yang tercemar dengan

debu atau lalat karena tidak dilindungi dengan tutup.

2. Keracunan

Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau

gangguan kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan yang tidak hygienis.

Makanan yang menjadi penyebab keracunan biasanya telah tercemar oleh

unsur-unsur fisika, mikroba ataupun kimia dalam dosis yang membahayakan. Adapun yang

menjadi penyebabnya adalah :

1. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah mengandung

racun, seperti jamur beracun, ikan, buntel, ketela hijau, gadung atau umbi

racun.

2. Infeksi mikroba (Bacterial Food Infection), yaitu disebabkan bakteri pada

saluran pencernaan makanan yang masuk ke dalam tubuh atau tertelannya

mikroba dalam jumlah besar, yang kemudian hidup dan berkembang biak,

seperti Salmonellosis dan Streptoccocus.

3. Racun/toxin mikroba (Bacterial Food Poisoning), yaitu racun atau toksin

yang dihasilkan oleh mikroba dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh

dengan jumlah yang membahayakan, seperti racun Botulism yang disebabkan

oleh Clostridium botulism, Staphylococcus dan keracunan tempe bongkrek,

(50)

4. Kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh

dalam jumlah yang membahayakan, seperti arsen, antimon, cadmium,

pestisida dengan gejala depresi pernafasan sampai koma dan dapat meninggal.

5. Alergi, yaitu bahan allergen di dalam makanan yang menimbulkan reaksi

sensitif kepada orang-orang yang rentan, seperti histamin pada udang,

tongkol, bumbu masak dan sebagainya.

3. Pembusukan

Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan,

baik sebagian atau seluruhnya pada makanan dari keadaan yang normal menjadi

keadaan yang tidak normal yang tidak dikehendaki sebagai akibat pematangan alam

(maturasi), pencemaran (kontaminasi), sengaja dipelihara (fermentation) atau sebab

lain (Depkes RI, 2004).

Pembusukan dapat terjadi karena :

1. Fisika, yaitu pembusukan makanan karena kekurangan air (layu, mengkerut),

karena benturan/tekanan (pecah) atau diganggu hewan/serangga (berlubang,

bekas gigitan).

2. Enzym, yaitu pembusukan akibat aktivitas zat kimia pada proses pematangan

buah-buahan sehingga makanan menjadi rusak karena terlalu/kelewat matang.

Contohnya enzym amilase pemecah tepung, enzym lipase pemecah lemak dan

enzym protease pemecah peotein.

3. Mikroba, yaitu bakteri atau cendawan yang tumbuh dan berkembang biak di

(51)

menjadi basi, merusak rasa, bau dan warnanya. Khusus pada fermentasi akan

terjadi perubahan zat gizi.

4. Pemalsuan

Pemalsuan adalah upaya perubahan tampilan makanan dengan cara

menambah, mengurangi atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya yang dapat berdampak

buruk kepada konsumen.

2.8 Pengaruh Makanan Terhadap Kesehatan

Menurut Chandra (2007) penyakit – penyakit yang dapat ditularkan melalui

makanan dan minuman disebut sebagai food-and milk-borne disease (penyakit

bawaan makanan dan susu). Penyakit- penyakit tersebut dapat disebabkan oleh :

1. Parasit, parasit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan pada manusia

antara lain : T.saginata, T.solium, D.latum,dan sebagainya. Parasit ini masuk

kedalam tubuh melalui daging sapi,daging babi, atau ikan yang terinfeksi

yang dikonsumsi manusia.

2. Mikroorganisme, misalnya S.typhii, Sh.dysentry, Richettsia,dan virus hepatitis

yang menggunakan makanan sebagai media perantaranya. Pencegahan

penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme adalah dengan memasak

semua bahan makanan sampai matang, melindungi makanan dari kontaminasi

binatang pengerat, menyimpan makanan pada <15ºC dan memanaskan

(52)

3. Toksin, misalnya bakteri stafilokokus memproduksi enterotoksin, clostrodium

memproduksi eksotoksin. Disini makanan berfungsi sebagai media

pembiakan.

4. Zat-zat yang membahayakan kesehatan yang secara sengaja (karena

ketidaktahuan) dimasukkan kedalam makanan, misalnya zat pengawet dan zat

pewarna, ataupun yang secara tidak sengaja, misalnya insketisida (suatu bahan

yang beracun yang sering dikira gula/tepung)

5. Penggunaaan makanan yang sudah beracun, misalnya jamur, singkong, tempe

bongkrek,dan jengkol.

Adapun penyakit bersumber dari makanan dapat digologkan sebagai berikut:

1. Foodborne disease

Suatu gejala penyakit yang terjadi akibat mengonsumsi makanan yang

mengandung mikroorganisme dan toksin baik yang berasal dari tumbuhan,

bahan kimia, kuman maupun binatang.

2. Food infection

Suatu gejala penyakit yang muncul akibat masuk dan berkembangbiaknya

mikroorganisme dalam tubuh manusia (usus) melalui makanan yang

dikonsumsinya.

3. Food intoxication

Suatu gejala penyakit yang muncul akibat mengkonsumsi yang ada dalam

makanan.

(53)

Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan

makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,

pengangkutan sampai dengan penyajian. Peran makanan, higiene perorangan dan

mempunyai kebiasaan bekerja, minat maupun perilaku sehat (WHO dan Depkes RI, 2004).

Penjamah makanan sangat penting dan merupakan salah satu faktor dalam penyediaan

makanan/minuman yang memenuhi syarat kesehatan. Personal higiene dan perilaku

sehat penjamah makanan harus diperhatikan. Seorang penjamah makanan harus

beranggapan bahwa sanitasi makanan harus merupakan pandangan hidupnya serta

menyadari akan pentingnya sanitasi.

Syarat-syarat penjamah makanan (Depkes RI, 2003) :

1. Tidak menderita penyakit mudah menular, missal : batuk, pilek,influenza, diare,

penyakit perut sejenisnya.

2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya).

3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.

4. Memakai celemek dan tutup kepala.

5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.

6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan.

Persyaratan higiene perilaku penjamah makanan, khususnya pada kantin sesuai

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003

meliputi, antara lain :

1. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung

(54)

2. Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan : sarung

tangan plastik, penjepit makanan, sendok garpu dan sejenisnya.

3. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai celemek

dan penutup rambut.

4. Setiap tenaga penjamah makanan pada saat bekerja harus berperilaku :

a. Tidak makan atau mengunyah makanan kecil/permen.

b. Tidak memakai perhiasan (cincin).

c. Tidak bercakap-cakap.

d. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari

kamar kecil.

e. Tidak memanjangkan kuku.

f. Selalu memakai pakaian yang bersih.

2.10 Kantin Sekolah

Kantin adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya

menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Kantin

merupakan salah satu bentuk fasilitas umum, yang keberadaannya selain sebagai tempat

untuk menjual makanan dan minuman juga sebagai tempat bertemunya segala macam

masyarakat dalam hal ini anak sekolah maupun guru yang berada di lingkungan

sekolah, dengan segala penyakit yang mungkin dideritanya (Depkes RI, 2003).

Kantin atau warung sekolah merupakan salah satu tempat jajan anak sekolah

selain penjaja pangan jajanan anak sekolah (PJAS) diluar sekolah. Kantin sekolah

mempunyai peranan penting dalam mewujudkan pesan-pesan kesehatan dan dapat

Gambar

Tabel 4.1  Kondisi Lokasi dan Bangunan di Kantin Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013
Tabel 4.2 Kondisi Fasilitas Sanitasi di Kantin Sekolah Menengah Atas di  Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013
Tabel 4.3 Kondisi Dapur, Ruang Makan, dan Gudang Bahan Makanan di
Tabel 4.4   Kondisi Pemilihan Bahan Makanan di Kantin Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Jarak Kandang

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Kualitas Minuman Es Dawet Pada Beberapa

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunianyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan Tugas Akhir yang berjudul “PEMBUATAN DAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih sayang-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan salah satu syarat penyelesaian

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pengetahuan