• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan sikap terhadap thin-ideal dan kecendrungan gangguan makan pada mahasiswi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan sikap terhadap thin-ideal dan kecendrungan gangguan makan pada mahasiswi"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SIKAP TERHADAP

DAN

KECENDERUNGAN GANGGUAN MAKAN PADA

MAHASISWI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

ALMIRA RAHMA DEVI

NIM : 106070002190

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Motto

My motto, comes from my fave Inspiration & author Goethoe and Rhonda byne. It’s figure me how to be a dreamer.

Yes, I fully admit that I’m a dreamer.

“Whatever I can do or dream, i can do” (Goethoe) “Chanelling the universe” (Rhonda bynes)

The key of my happiness is having dream, the key of my success is making that dreams come true.

LIVE MY FAB LIFE

Full surprises and unexpected moment Much pleasure that i can be found

love of my life!

Cheers and regard

(3)

Dedicated

(4)

 

KATA PENGANTAR

In the name of Allah, the Beneficient, The Merciful

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, The Greatest Almighty God of Universe, thy Lord who createth, and teacheth by pen. I’m slave

when I prayeth. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Sikap terhadap

Thin-ideal dan Kecenderungan Gangguan Makan pada Mahasiswi”. Shalawat

serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup dibawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Jahja Umar, Ph. D yang telah banyak memberikan pengarahan dan perhatian kepada penulis selama ini menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

2. Pembimbing akademik Ibu S. Evangeline I. Suaidy, M.Si.,Psi atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan.

3. Pembimbing skripsi Bapak Abdul Rahman Shaleh, M.Si dan Ibu S. Evangeline I. Suaidy, M.Si., P.Si. Terimakasih banyak telah membimbing, mengarahkan serta memberikan saran dan wawasan sebagai masukan dalam penyusunan skripsi ini pada penulis.

(5)

masukan dalam penyusunan skripsi ini pada penulis.

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. 6. Yang paling penulis hormati dan sayangi, Bapak Alfian Rustam dan Ibu

Asnita Dewi yang senantiasa memberikan dukungan serta doa dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. My lovely sista, Ms. Ade. Yang sukses buat Mama&Papa bangga. I’ll be the next,sista!! d^_^b

8. Yang selalu support penulis dan saling mengingatkan untuk selesaikan skripsi sebaik mungkin, Jeng Baiti, Jeng Merylin, Susi, Likha, Muti, dan Qori.

9. Para mahasiswi yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. 10.Teman-teman seperjuangan penulis untuk mendapatkan ilmu di kelas A

angkatan 2006

11.Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini.

Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yag berlipat ganda dari Allah SWT, amiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.

Jakarta, 29 November 2010

(6)

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi

(B) November 2010 (C) Almira Rahma Devi

(D) Hubungan Sikap terhadap Thin-ideal dan Kecenderungan Gangguan Makan pada Mahasiswi

(E) 53 Halaman + 23 Lampiran

Seiring meningkatnya gaya hidup konsumtif, dewasa ini restoran cepat saji dengan berbagai menu makanan menjamur, demikian juga tempat-tempat makan cepat saji, dan banya majalah serta program televisi tentang masak-memasak hingga jajanan kuliner. Pada saat yang sama, pengurangan berat badan menjadi keinginan besar pada remaja untuk bertubuh langsing dan menarik. Melihat minat yang sangat besar terhadap makanan dan makan itu sendiri, tidak mengherankan bahwa aspek perilaku manusia ini dapat mengalami gangguan. Gangguan fungsional pada perilaku yang berkaitan dengan makan ini dikenal dengan istilah gangguan makan.

Berbagai faktor penyebab gangguan makan, adalah model sosial-budaya. Pada model ini, faktor gender, identitas, dan ruang sosial mempengaruhi munculnya gangguan makan. Penelitian ini mengangkat tiga komponen gangguan makan yang dikemukakan Garner et.al (1982) yaitu perilaku diet, bulimia dan kesenangan pada makanan, dan kontrol oral.

Pada perilaku diet yang merupakan salah satu aspek dari gangguan makan, memiliki peran penting pada minat terhadap kurus yang dipengaruhi sikap terhadap thin-ideal. Berdasarkan studi sebelumnya desire becoming thinner and keinginan untuk kurus dan semakin lebih percaya diri menjadi alasan remaja putri dan perempuan untuk melakukan diet.

Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap terhadap thin-ideal dan kecenderungan gangguan makan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan metode korelasi untuk mengetahui apakah ada hubungan sikap terhadap thin-ideal dan kecenderungan gangguan makan.

Responden penelitian berjumlah 100 orang yang ditentukan dengan teknik

accidental sampling dengan karakteristik usia 17-23 tahun dengan status

mahasiswi mewakili tahap perkembangan masa remaja akhir dan dewasa awal yang menurut Santrock, rentan mengalami gangguan makan.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa skala yang terdiri dari skala sikap terhadap thin-ideal dengan jumlah 32 item dan skala EAT-26 yang berjumlah 16 item dengan nilai reliabilitas masing-masing skala. Untuk skala sikap terhadap thin-ideal dengan nilai reliabilitas sebesar 0909, dan skala EAT-26 dengan nilai reliabilitas sebesar 0,907.

(7)

antara sikap terhadap thin-ideal dan kecenderungan gangguan makan. Arah kedua variabel ini negatif, dengan kata lain, semakin negatif sikap terhadap

thin-ideal semakin tinggi kecenderungan gangguan makan.

Hasil dari diskusi ini adalah sikap terhadap thin-ideal berhubungan dengan kecenderungan gangguan makan pada mahasiswi ini berarti langkah selanjutnya dalam penelitian kecenderungan gangguan makan selajutnya diharapkan memperhatikan variabel sikap terhadap thin-ideal.

(F) Bahan bacaan : 13 (dari tahun 1982-2010) + 1 skripsi + 4 jurnal + 4 pustaka online.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(8)

DAFTAR ISI

DAFTARISI

MOTTO DEDICATED

KATAPENGANTAR

ABSTRACT

DAFTARISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...1-9 1.2 Identifikasi Masalah ...9-10

1.2.1Pembatasan Masalah ...9

1.2.2Perumusan Masalah ...10

1.3 Tujuan Penelitian ...10

1.4 Sistematika penulisan ...11

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengantar ...12

2.2 Kajian Teori ...12

2.2.1 Gangguan Makan 2.2.1.1 Pengertian Gangguan Makan ...12

2.2.1.2 Macam-macam Gangguan Makan ...13

2.2.1.3 Aspek-aspek Gangguan Makan ...18

(9)

2.2.2.2 Ciri-ciri Sikap ...22

2.2.2.3 Komponen Sikap ...22

2.2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ...23

2.2.2.5 Pengertian Thin-ideal ...25

2.2.2.6 Sikap terhadap Thin-ideal ...28

2.3 Hubungan Sikap terhadap Thin-ideal dan Kecenderungan Gangguan Makan ...30

2.4 Hipotesis Penelitian ...30

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ...31

3.2 Populasi dan Sampel ...32-33 3.2.1 Populasi ...32

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...32

3.3 Variabel Penelitian ...33

3.3.1 Definisi Konseptual Variabel ...33

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ...34

3.4 Pengumpulan Data ...35

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ...35

3.4.2 Instrumen Penelitian ...35

3.5 Uji Instrumen ...38

3.5.1 Uji validitas ...38

3.5.2 Uji Reliabilitas ...39

3.6 Prosedur Penelitian ...39

(10)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian ...42

4.2 Deskripsi Data ...42

4.4 Hasil Uji Hipotesis ...45

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...46

5.2 Diskusi ...47

5.3 Saran ...51

5.3.1 Saran Teoritis ...51

5.3.2 Saran Praktis ...52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Akibat Anoreksia dalam Masalah Kesehatan ...15

Gambar 2.2. Akibat Bulimia dalam Masalah Kesehatan ...17

Gambar 2.3. Penyebab Gangguan Makan ...19

Gambar 2.4. Aspek-aspek Sikap ...23

Gambar 2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ...24

Gambar 2.6. Pengertian Bentuk Tubuh ...25

Gambar 2.7. Perbandingan Jumlah Populasi antara Rata-rata Berat Badan, Berat Badan yang sehat, dan Ukuran Berat Badan Ideal “Thin-ideal” ...26

Gambar 2.8. Tren Thin-ideal pada BMT Pemenang Kontes Kecantikan Miss Amerika ...27

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Statistik Prevalensi Gangguan Makan ...1

Tabel 3.1. Skoring Respon Jawaban/Bobot Nilai Jawaban ...36

Tabel 3.2. Blue Print Skala Sikap terhadap Thin-ideal ...3

Tabel 3.3. Blue Print Skala Gangguan Makan (EAT-26) ...38

Tabel 4.1. Nilai Maksimum, Minimum, Rata-rata, Deviasi, dan Jumlah Total (Sum) Sikap terhadap Thin-ideal ...42.

Tabel 4.2. Kategorisasi Sikap terhadap Thin-ideal ...43

Tabel 4.3. Nilai Maksimum, Minimum, Rata-rata, Deviasi, dan Jumlah Total (Sum) Kecenderungan Gangguan Makan ...44

Tabel 4.4. Kategorisasi Gangguan Makan ...44

Tabel 4.5. Korelasi Parametrik ...45

 

 

 

 

 

 

 

 

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Try Out

Lampiran 2 Nomor Butir Pernyataan Try Out Skala Sikap terhadap Thin-ideal Lampiran 3 Reliabilitas dan Validitas Skala Sikap terhadap Thin-ideal

Lampiran 4 Nomor Butir Pernyataan Try Out Skala Gangguan Makan (EAT-26) Lampiran 5 Reliabilitas dan Validitas Skala Gangguan Makan

Lampiran 6 Skala Penelitian

Lampiran 7 Nomor Butir Pernyataan Hasil Penelitian Skala Sikap terhadap Thin-ideal

Lampiran 8 Nomor Butir Pernyataan Hasil Penelitian Skala Gangguan Makan Lampiran 9 Uji Hipotesis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(14)

 

DAFTAR PUSTAKA

Amy; Barbara; James. 2008. Internalization of the Ultra-Thin Ideals: Positive Implicit Associations with Underweight Fashion Models are Associated with Drive for Thinnes in Young Woman. Eating Disorder, 16, 294-307. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Dumas, J.E. Nilsen, W.J. 2003. Abnormal Child & Adolescent Psychology. United States of America: Allyn & Bacon Press.

Davidson, . 2004. Abnormal Psychology Ninth edition. United States of America: John Wiley & Sons.

Garner, D et.al. 1982. The Eating Attitude Test: Psychometric Features and Clinical Correlates. Great Britain : Psychology Medical, 21, 871-878. Janet, A. 2000. Abnormal Psychology: A Discover Approach. London: Mayfield

Publishing.

Kreipe, R. 2006. Eating Disorders and Adolescents. Diambil tanggal 17 September 2010 dari www.actforyouth.net.

Kristen et.al. 2003. Dictionary of Child. London: Hemilton Press. Luthfi,I. Saloom, G. Yasun. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: UIN Press.

Ogden, J. 2010. Psychology of Eating: 2nd edition. London: John Wiley & Sons. Pennington.et al. 1999. Social Psychology. USA: Oxford University Press Inc. Pintarawan, P. 2009. Skripsi Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan

Kecenderungan Anoreksia Nervosa. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Reina. 2009. Era “Twiggy” dan Industri Produk Diet. Jurnal Perempuan, 15, 66-70.

Santrock. 2008. Adolescene Twelfth edition. USA: McGraw-Hill Inc.

Sarwono, S.W, Meinarno, A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

(15)

Sage Publication.

Sukamto, M.E. 2006. Citra Tubuh Perempuan di Media Massa. Anima:

Indonesian Psychological Journal, 3, 299-305.

Thompson, K. 2002. Body Image, Eating Disorder, and Obesity. United States of America: American Psychological Association.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(16)

Lampiran 1 Skala Try Out

PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr, Wb.

Saya mahasiswi semester IX Fakultas Psikologi UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, sedang melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir atau skripsi berjudul: "Hubungan Sikap terhadap Thin-ideal dan Kecenderungan Gangguan Makan pada Mahasiswi"

Untuk itu dengan segala hormat, saya meminta kesediaan anda untuk turut serta membantu penelitian yang saya lakukan ini, dengan mengemukakan pendapat terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan pada lembar angket yang saya sediakan. Bagi anda yang bersedia, harap terlebih dahulu mengisi lembar indentitas sebagai responden.

Hasil penelitian ini akan sangat bergantung pada kejujuran jawaban yang anda berikan. jawaban yang anda berikan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya dipergunakan untuk tujuan penelitian. Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang anda berikan sesuai dengan apa yang diminta. Sebelum diserahkan kepada saya, sudilah kiranya anda memeriksa kembali kelengkapan seluruh jawaban atas pernyataan yang tersedia.

Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu serta segala kerjasamanya

Jakarta, 8 November 2010

(17)

Nama: Usia: Semester:

Tanggal pengisian: Tanda tangan:

Petunjuk Pengisian

Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai bagaimana seseorang, berpikir, merasa, dan bertingkah laku. Anda diminta untuk menyatakan seberapa jauh anda setuju atau tidak setuju pada setiap pernyataan.

Pilihlah jawaban yang paling menggambarkan diri anda dengan memberi tanda silang (X) atau checklist pada salah satu dari empat alternatif jawaban yang tersedia, dengan ketentuan sebagai berikut:

Silanglah kolom STS ; Jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

Silanglah kolom TS ; Jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

Silanglah kolom S ; Jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut

Silanglah kolom SS ; Jika anda Sangat setuju dengan pernyataan tersebut

Perlu diperhatikan bahwa tidak ada jawaban benar dan salah

Contoh pengisian :

Pernyataan STS TS S SS

Saya senang memelihara binatang peliharaan X

(18)

A. SKALA SIKAP TERHADAP THIN-IDEAL

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya merasa menarik dengan tubuh yang langsing

2 Saya terpana melihat perempuan bertubuh kurus menarik 3 Tubuh kurus tampak awet muda

4 Saya menikmati makan makanan manis dan berlemak

5 Sesudah makan makanan mengandung karbohidrat, lemak, dan gula tinggi membuat saya merasa bersalah

6 Saya merasa dilecehkan/dicemooh dengan bertubuh gemuk 7 Saya menjaga bentuk tubuh kurus, sebagaimana pentingnya

perawatan wajah

8 Saya berusaha untuk memiliki tubuh kurus meskipun usaha itu menyakitkan

9 Tubuh yang kurus itu cantik

10 Saat berfoto, saya meperhatikan bagaimana saya terlihat kurus 11 Perempuan dengan berat badan berlebih menjadi bahan lelucon

(cemooh)

12 Saya meluangkan waktu untuk mencari informasi mengenai usaha membentuk dan menjaga tubuh kurus

13 Saya memikirkan terus-menerus pegurangan timbunan lemak di bagian tubuh

14 Pujian akan penampilan saya yang semakin kurus, membuat saya senang

15 Saya gemar melakukan perawatan untuk menghindari timbunan lemak (misalnya akupuntur penghilang nafsu makan)

16 Saya melakukan perawatan untuk memiliki tubuh kurus

17 Saya merasa lebih mudah mengikuti trend fashion dengan ukuran tubuh kecil

18 Secara selektif, berbagai produk kesehatan yang menunjang usaha penurunan berat badan saya pilih

19 Badan gemuk akan menyulitkan perempuan mendapatkan pasangan

20 Saya gemar menjaga penampilan tubuh kurus bebas dari timbunan lemak

21 Saya didera rasa bersalah saat tubuh saya kurus, saya seperti mengidap penyakit

(19)

24 Saya menjalani perawatan usaha penurunan berat badan untuk memiliki bentuk tubuh kurus

25 Tubuh langsing bukanlah tubuh ideal

26 Terpaan informasi berbagai usaha penurunan berat badan menarik perhatian saya

27 Perempuan bertubuh gemuk lebih riang dan menyenangkan 28 Penampilan tubuh kurus berandil dalam gambaran tubuh ideal

saya

29 Rasa sesal dan bersalah akan timbunan lemak bukanlah hal yang patut saya rasakan

30 Komentar atas berat badan saya yang semakin bertambah membuat saya kesal

31 Saya merencanakan program diet ketika merasa ada yang salah dengan timbunan lemak dan bentuk tubuh saya

32 Saya menggunakan beragam produk yang menunjang usaha penurunan berat badan

33 Saya merasa menarik dengan apapun betuk tubuh saya 34 Saya memperhatikan bahwa kepribadian lebih menarik

daripada ukuran tubuh

35 Penampilan tubuh yang kurus memberikan kesan lebih dipercaya, dinamis, dan aktif

36 Timbunan lemak ditubuh adalah hal yang saya usahakan untuk hindari

37 Saya terlihat percaya diri dengan apapun bentuk tubuh saya 38 Ketika timbunan lemak muncul, saya tidak menginginkan itu

dan merencanakan usaha penurunan berat badan yang tepat 39 Saya merencanakan usaha penurunan berat badan, untuk

memiliki tubuh kurus yang ideal

40 Bukanlah tubuh kurus yang saya gemari, tubuh gemuk terlihat lebih sehat

41 Saya percaya diri ketika berdekatan dengan orang yang memiliki tubuh yang lebih kurus dari saya

42 Saya kurang peduli dengan lemak ditubuh

(20)

B.SKALA GANGGUAN MAKAN

No Pernyataan STS TS S SS

1 Menurut saya kelebihan berat badan menakutkan 2 Saya menghindari makanan ketika saya lapar 3 Bagi saya makanan membuat saya senang

4 Saya menjadi makan banyak, disaat saya merasa tidak sanggup menghentikannya (misalnya: terhadap makanan kesukaan, makan saat stress)

5 Saya memotong makanan saya sampai kecil-kecil

6 Saya peduli dengan jumlah kalori pada makanan yang saya makan

7 Saya menghindari makanan mengandung karbohidrat tinggi (contohnya: nasi, roti, kentang, dlln)

8 Saya merasa bahwa orang lain lebih menyukai saya jika saya makan banyak

9 Saya memuntahkan apa yang sudah saya makan

10 Saya merasa bersalah sesudah makan

11 Saya keasyikkan dengan keinginan untuk lebih kurus

12 Saat berolahraga, saya memikirkan berapa banyak kalori yang terbuang

13 Menurut saya, orang lain berpikiran saya terlalu kurus

14 Pikiran saya terpaku pada berapa banyak lemak di tubuh saya 15 Saya butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan daripada

orang lain

16 Saya menghindari makanan mengandung gula 17 Saya memgkonsumsi makanan diet

18 Saya merasa makanan mengontrol hidup saya

19 Saya menunjukkan kontrol diri saya terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan makanan (jadwal makan, makanan yang dimakan, dlln)

20 Saya merasa bahwa orang lain menekan saya untuk makan 21 Saya menghabiskan banyak waktu dan pikiran terhadap makanan 22 Saya merasa tidak nyaman sesudah makan makanan manis 23 Saya terpaku dengan usaha diet

24 Saya merasa senang saat perut saya kosong

25 Saya termotivasi untuk memuntahkan apa yang sudah saya makan 26 Saya menikmati mencoba macam-macam makanan baru yang

(21)
(22)
(23)

Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Skala Sikap Terhadap Thin-ideal

Reliability Statistics

,909 32 Cronbach's

(24)
(25)
(26)

Lampiran 5

(27)

Skala Penelitian (Field Study)

PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr, Wb.

Saya mahasiswi semester IX Fakultas Psikologi UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, sedang melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir atau skripsi berjudul:

"Hubungan Sikap terhadap Thin-ideal dan Kecenderungan Gangguan Makan pada Mahasiswi".

Untuk itu dengan segala hormat, saya meminta kesediaan anda untuk turut serta membantu penelitian yang saya lakukan ini, dengan mengemukakan pendapat terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan pada lembar angket yang saya sediakan. Bagi anda yang bersedia, harap terlebih dahulu mengisi lembar indentitas sebagai responden.

Hasil penelitian ini akan sangat bergantung pada kejujuran jawaban yang anda berikan. jawaban yang anda berikan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya dipergunakan untuk tujuan penelitian. Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang anda berikan sesuai dengan apa yang diminta. Sebelum diserahkan kepada saya, sudilah kiranya anda memeriksa kembali kelengkapan seluruh jawaban atas pernyataan yang tersedia.

Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu serta segala kerjasamanya

Jakarta, 16 November 2010

(28)

IDENTITAS RESPONDEN Nama:

Usia: Semester:

Tanggal pengisian: Tanda tangan:

Petunjuk Pengisian

Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai bagaimana seseorang, berpikir, merasa, dan bertingkah laku. Anda diminta untuk menyatakan seberapa jauh anda setuju atau tidak setuju pada setiap pernyataan.

Pilihlah jawaban yang paling menggambarkan diri anda dengan memberi tanda silang (X) atau checklist pada salah satu dari empat alternatif jawaban yang tersedia, dengan ketentuan sebagai berikut:

Silanglah kolom STS ; Jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

Silanglah kolom TS ; Jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

Silanglah kolom S ; Jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut

Silanglah kolom SS ; Jika anda Sangat setuju dengan pernyataan tersebut

Perlu diperhatikan bahwa tidak ada jawaban benar dan salah

Contoh pengisian :

Pernyataan STS TS S SS

Saya senang memelihara binatang peliharaan X

(29)

A.SKALA SIKAP TERHADAP THIN-IDEAL

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya merasa menarik dengan tubuh yang langsing

2 Saya terpana melihat perempuan bertubuh kurus menarik 3 Tubuh kurus tampak awet muda

4 Sesudah makan makanan mengandung karbohidrat, lemak, dan gula tinggi membuat saya merasa bersalah

5 Saya merasa dilecehkan/dicemooh dengan bertubuh gemuk

6 Saya menjaga bentuk tubuh kurus, sebagaimana pentingnya perawatan wajah

7 Saya berusaha untuk memiliki tubuh kurus meskipun usaha itu menyakitkan

8 Tubuh yang kurus itu cantik

9 Saat berfoto, saya meperhatikan bagaimana saya terlihat kurus 10 Saya meluangkan waktu untuk mencari informasi mengenai usaha

membentuk dan menjaga tubuh kurus

11 Saya memikirkan terus-menerus pegurangan timbunan lemak di bagian tubuh

12 Pujian akan penampilan saya yang semakin kurus, membuat saya senang 13 Saya gemar melakukan perawatan untuk menghindari timbunan lemak

(misalnya akupuntur penghilang nafsu makan)

14 Saya merasa lebih mudah mengikuti trend fashion dengan ukuran tubuh kecil

15 Saya gemar menjaga penampilan tubuh kurus bebas dari timbunan lemak 16 Saya didera rasa bersalah saat tubuh saya kurus, saya seperti mengidap

penyakit

17 Saat berfoto, saya mengeluh dengan timbunan lemak di tubuh 18 Saya menggunakan produk diet yang menunjang keinginan saya

menghindari timbunan lemak ditubuh

19 Saya menjalani perawatan usaha penurunan berat badan untuk memiliki bentuk tubuh kurus

20 Tubuh langsing bukanlah tubuh ideal

21 Terpaan informasi berbagai usaha penurunan berat badan menarik perhatian saya

22 Penampilan tubuh kurus berandil dalam gambaran tubuh ideal saya 23 Komentar atas berat badan saya yang semakin bertambah membuat saya

kesal

(30)

25 Saya merasa menarik dengan apapun betuk tubuh saya

26 Penampilan tubuh yang kurus memberikan kesan lebih dipercaya, dinamis, dan aktif

27 Timbunan lemak ditubuh adalah hal yang saya usahakan untuk hindari 28 Saya terlihat percaya diri dengan apapun bentuk tubuh saya

29 Ketika timbunan lemak muncul, saya tidak menginginkan itu dan merencanakan usaha penurunan berat badan yang tepat

30 Saya merencanakan usaha penurunan berat badan, untuk memiliki tubuh kurus yang ideal

31 Saya percaya diri ketika berdekatan dengan orang yang memiliki tubuh yang lebih kurus dari saya

32 Saya kurang peduli dengan lemak ditubuh  

B.SKALA GANGGUAN MAKAN

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya menghindari makanan ketika saya lapar

2 Saya menghindari makanan mengandung karbohidrat tinggi (contohnya: nasi, roti, kentang, dlln)

3 Saya memuntahkan apa yang sudah saya makan 4 Saya merasa bersalah sesudah makan

5 Saya keasyikkan dengan keinginan untuk lebih kurus

6 Saat berolahraga, saya memikirkan berapa banyak kalori yang terbuang 7 Pikiran saya terpaku pada berapa banyak lemak di tubuh saya

8 Saya menghindari makanan mengandung gula 9 Saya memgkonsumsi makanan diet

10 Saya merasa makanan mengontrol hidup saya

11 Saya menunjukkan kontrol diri saya terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan makanan (jadwal makan, makanan yang dimakan, dlln)

12 Saya menghabiskan banyak waktu dan pikiran terhadap makanan 13 Saya merasa tidak nyaman sesudah makan makanan manis 14 Saya terpaku dengan usaha diet

15 Saya termotivasi untuk memuntahkan apa yang sudah saya makan

16 Saya menikmati mencoba macam-macam makanan baru yang mengemukkan (berlemak)

(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

Lampiran 8

Nomor Butir Pernyataan Skala Gangguan Makan

(37)
(38)

80  3  1  1  4  4  4  3  2  2  2  4  3  2  2  2  3 

81  3  1  3  2  3  2  2  2  2  3  3  2  4  2  2  2 

82  2  2  2  1  2  2  4  1  2  2  4  1  1  2  2  3 

83  2  2  3  2  3  2  1  1  4  3  2  2  2  2  3  2 

84  2  2  2  2  1  1  1  1  3  2  2  1  1  2  2  3 

85  2  4  3  1  1  1  1  1  2  3  4  2  2  2  2  2 

86  1  1  3  2  4  2  3  1  1  2  3  3  4  2  2  1 

87  3  2  3  2  2  2  2  3  2  2  3  2  2  2  2  3 

88  1  2  3  3  4  2  3  4  2  1  3  3  2  1  1  3 

89  2  2  3  2  2  2  2  2  4  3  1  1  1  1  2  3 

90  2  2  2  2  2  2  2  2  1  2  3  2  1  3  2  3 

91  2  2  2  2  2  4  3  2  3  4  2  1  3  1  1  1 

92  3  1  1  1  2  2  3  2  1  1  2  3  3  2  3  2 

93  3  2  2  2  2  3  3  3  2  2  2  3  2  2  2  2 

94  2  1  2  1  1  2  2  3  2  4  3  2  1  3  3  1 

95  2  2  2  2  2  3  3  4  2  3  2  2  2  2  2  2 

96  2  2  2  2  1  2  3  3  3  4  3  2  2  3  2  3 

97  1  2  2  2  2  1  2  2  2  3  3  2  3  2  2  2 

98  2  3  3  3  2  3  2  3  4  2  1  2  2  3  4  2 

99  3  1  1  2  1  2  3  1  2  2  2  3  4  3  3  2 

(39)

Uji Hipotesis

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

(40)

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1Latar Belakang Masalah

Seiring meningkatnya gaya hidup konsumtif, dewasa ini restoran cepat saji dengan berbagai menu makanan menjamur, demikian juga tempat-tempat makan cepat saji, dan banyaknya majalah serta program televisi tentang masak-memasak hingga jajanan kuliner. Pada saat yang sama, pengurangan berat badan menjadi keinginan besar pada remaja untuk bertubuh langsing dan menarik. Melihat minat yang sangat besar terhadap makanan dan makan itu sendiri, tidak mengherankan bahwa aspek perilaku manusia ini dapat mengalami gangguan. Gangguan fungsional pada perilaku yang berkaitan dengan makan ini dikenal dengan istilah gangguan makan.

Awalnya gangguan makan terjadi di negara maju di barat seperti Amerika dan Eropa. Namun, pada saat ini gangguan makan juga ditemukan di negara berkembang. Abou Shaleh, et.al. (dalam Davidson, et.al., 2004) menjelaskan bahwa perubahan sosial yang berkaitan dengan pengadopsian berbagai praktik budaya barat di beberapa negara berkembang telah mempelopori meningkatnya jumlah kasus gangguan makan. Davidson, et.al. (2004) meninjau kembali, melalui wawancara dengan seorang profesional kesehatan di Asia yang menggambarkan bahwa prevalensi gangguan

(41)

gangguan makan di Amerika, dan di negara barat lainnya.

Gangguan makan merupakan gangguan fungsional pada beberapa perilaku yang berkaitan dengan makan (Dumas&Nielsen, 2003). Santrock (2006) mengatakan, "Dua jenis gangguan makan yang sering muncul pada remaja adalah anoreksia dan bulimia nervosa". Selain itu, Santrock (2006) mengemukakan bahwa anoreksia khususnya muncul pada tahap perkembangan remaja awal hingga pertengahan, sedangkan bulimia dimulai pada akhir remaja akhir atau dewasa awal.

Pendapat ini juga didukung dengan hasil penelitian National Institutes of Health di Amerika, bahwa lebih dari 90 persen penderita gangguan makan dialami wanita usia 12-25 tahun (dalam Davidson et al, 2004). Dumas&Nielsen menambahkan, “...frekuensi gangguan makan banyak terjadi pada masa remaja dan dewasa awal”.

Salah satu penelitian mengenai gangguan makan diantaranya adalah kecenderungan anoreksia, dilakukan oleh Prihanto dan Sukamto dari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebesar 48,33% sampel memiliki kecederungan anoreksia sedang, 10% sampel memiliki kecenderungan anoreksia nervosa sangat tinggi. Sedangkan 36,67% sampel memiliki kecederungan anoreksia yang rendah. Data tersebut didapat dari sejumlah 120 sampel siswi SMA Santo Paulus di Surabaya (Pintarawan, 2009).

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kecenderungan anoreksia pada siswi Santo Paulus Surabaya besar. Selain itu, hasil penelitian Herzog et.al mengemukakan bahwa gangguan makan anoreksia, sangat mengancam jiwa, yang mana angka

(42)

kematian penderita anoreksia berjumlah sepuluh kali lebih besar dibanding pada populasi umum. Jumlah tersebut dua kali lebih besar dibanding pada para pasien yang menderita berbagai gangguan psikologis lainnya. Berbeda dengan anoreksia, resiko kematian jauh lebih sedikit pada bulimia (Herzog et.al dalam Davidson et.al, 2004).

Seperti yang diuraikan di atas, bahwa faktanya resiko gangguan makan secara bertahap membahayakan kesehatan hingga resiko kematian. Namun penderita gangguan makan yang melakukan pemulihan dan pengobatan relatif masih sangat sedikit. Hal tersebut dilaporkan oleh Eating Disorder Association (dalam Simbolon, 2010), bahwa sekitar 60.000 hingga 90.000 atau hanya sekitar 0,7 persen dari jumlah 1,15 juta penderita gangguan makan di Inggris pada tahun 2009, yang menjalani pemulihan dan pengobatan.

Penelitian Royal College of Psychiatrists di Inggris mengemukakan bahwa, “Selama paradigma cantik identik dengan langsing tak memudar, maka penderita gangguan makan juga akan terus bertambah” (dalam Simbolon, 2010). Idealnya seseorang yang memiliki kecenderungan gangguan makan yang tinggi, menyetujui paradigma thin-ideal ini. Hal ini lah yang melatarbelakangi penulis tinjau lebih dalam dari segi sikap.

Istilah Thin-ideal merupakan bentuk idealisasi, yang mana memberikan pemahaman ide-ide bahwa bentuk tubuh kurus adalah ideal bagi perempuan. Baik, individu tersebut telah mendapat informasi atau tidak mengenai rumusan berat badan ideal/sehat yang dikenal dengan BMI (Body Mass index). Thin-ideal mengemukakan

(43)

adalah berotot, yaitu muscular-ideal.

Walaupun thin-ideal memiliki definisi secara jelas, beberapa peneliti sering menggunakan thinnes, slender body, slim, ultra-slender body atau ultra-thin body untuk menjelaskan idealisasi kurus tersebut. Diantaranya Hesse-Biber, dalam bukunya “The cult of thinnes”, ia juga kerap menggunakan istilah ultra-slenderideal. Agar tidak membingungkan pembaca dalam penggunaan istilah yang berbeda untuk konsep yang sama, maka untuk seterusnya akan digunakan istilah thin-ideal.

Sesungguhnya, terdapat berbagai paradigma yang berubah, mengenai bentuk tubuh ideal di masa lalu. Reina (2009) mengemukakan bahwa pada awal tahun sebelum masehi, bentuk tubuh yang ideal bagi perempuan adalah “perempuan rumahan", dengan bentuk tubuh perempuan yang berdaging, penuh lemak dengan lengan dan bahu yang berisi, gemuk, untuk mencerminkan tingkat kemakmuran dan citra kesuburan seseorang perempuan.

Kemudian pada tahun 1940-an, paradigma bentuk tubuh perempuan ideal bergeser pada perempuan berbuah dada yang besar, perempuan yang memiliki tubuh padat dan berlekuk-lekuk bak gelas jam atau disebut tipe tubuh curvy, dengan rambut berombak, sebagaimana yang dimiliki Marylin Monroe dan Jacqueline Onasis (Reina, 2009).

Paradigma ini kembali bergeser mulai tahun 1960-an hingga sekarang ini, perempuan yang diidealkan adalah perempuan yang memiliki tubuh sangat kurus dan ceking atau lebih dikenal sebagai thinness (Sukamto, 2006). Demam bentuk tubuh

(44)

Twiggy telah mendorong perempuan diseluruh dunia yang mengidolakannya sebagai patokan atau standar kecantikan, berusaha mati-matian melangsingkan tubuh mereka sendiri yang kemudian menjadi tren bagi perempuan untuk ingin telihat cantik dan menarik dengan bentuk tubuh sangat kurus.

Selain itu, Kimberly (dalam Kristen et.al, 2003) mengatakan bahwa, keinginan perempuan untuk kurus terkait dengan ciri positif seperti; popularitas, penampilan semakin menarik di sekolah dan lingkungan kerja, serta sebagai daya tarik bagi lawan jenis. Senada dengan hal tersebut, Kreipe (2006) menyatakan, "...Finally, you are

surrounded by 'you can never be too’thin' messages from a variety of sources". Hal

ini menunjukkan bagaimana pengaruh thin-ideal dengan ide, bahwa untuk benar-benar kurus dan agar berpenampilan menarik itu tidak gampang.

Sebagaimana penjelasan diatas bahwa keinginan perempuan bertubuh kurus sangatlah besar, hal ini digambarkan juga oleh hasil penelitian Sukamto (2006) sebagai berikut:

Pada sebuah kesempatan, penulis mewancarai seorang apoteker yang bertugas di Apotek “X” di Surabaya mengenai proporsi konsumen yang membeli jamu maupun obat pelangsing. Menurut pengamatan apoteker tersebut, sekitar 95% konsumen yang membeli jamu atau obat pelangsing adalah perempuan dan hanya 5% konsumen laki-laki, yang kondisinya memang sudah mengalami obesitas. Sedangkan 95% konsumen tersebut, sekitar 70% memang tergolong overweight (kelebihan berat badan), namun sisanya (sekitar 30%) sebenarnya sudah memiliki tubuh yang langsing.

Pada kesempatan lain, penulis juga mewancarai seorang dokter yang bertugas di sebuah klinik kecantikan di Surabaya. Menurut dokter tersebut, dari keseluruhan klien perempuan yang mengikuti perawatan perlangsingan tubuh, ternyata yang benar-benar mengalami kelebihan berat badan atau obesitas kira-kira 50%. Sedangkan sisanya, sekitar 50% sebenarnya telah memiliki bentuk

(45)

kurus lagi.

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, penilaian yang didasari kesetujuan terhadap paradigma thin-ideal memiliki hubungan dengan kecenderungan tinggi rendahnya gangguan makan. Kecenderungan psikologis yang mengekspresikan penilaian berupa derajat suka (setuju) atau tidak suka tersebut didefinisikan Eagley & chaiken sebagai sikap (Penningthon et.al, 1999). Sikap bukan merupakan perilaku, melainkan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap (Sarwono, 2009). Sedangkan obyek, ide, situasi, atau nilai merupakan bentuk obyek sikap (Luthfi et.al, 2009).

Dalam penelitian ini, obyek sikap yang akan diteliti adalah thin-ideal. Jadi, sikap terhadap thin-ideal merupakan kecenderungan psikologis yang mengekspresikan penilaian berupa derajat suka (setuju) atau tidak suka terhadap thin-ideal. Dengan adanya penilaian individu baik suka atau tidak suka terhadap thin-ideal, kita bisa memastikan kecenderungan perilaku individu, yaitu kecenderungan gangguan makan.

Menurut Luthfi et.al (2009), beberapa ciri-ciri sikap adalah: berupa kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi obyek sikap, mempunyai daya pendorong atau motivasi, mengandung aspek penilaian, serta berasal dari pengalaman. Seperti dalam kehidupan saat ini, Peneliti berasumsi bahwa kebebasan berekspresi melalui penggunaan teknologi dalam upaya menyampaikan pesan terkait sikap untuk menggambarkan kecenderungan persepsi,

(46)

fikiran, dan tindakan seseorang pada status akunnya di jaringan sosial semakin meningkat.

Menurut asumsi penulis, hal tersebut bisa terjadi karena dukungan teknologi komunikasi virtual yang memberi peluang dan memudahkan individu untuk mengemukakan prinsip, nilai-nilai, dan ide terhadap obyek sikap semakin besar. Secara instingtif pun, manusia selalu ingin mengungkapkan penilaiannya. Disini penulis berasumsi bahwa manusia secara naluriah, memiliki keinginan untuk mengemukakan sikap masing-masing, baik itu positif atau pro, dan negatif atau kontra serta bersikap netral.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa sikap berasal dari pengalaman, yang mana proses pembelajaran memperkaya pengalaman seseorang dan mempengaruhi bagaimana ia bersikap. Ada empat pembelajaran yang membentuk sikap seseorang menurut Sarwono (2009) yaitu: pembelajaran melalui pengondisian klasik, pengondisian instrumental, serta pembelajaran melalui pengamatan dan perbandingan sosial.

Pembelajaran tersebut menyajikan informasi mengenai obyek sikap dan membentuk sikap seiring semakin seringnya terpaan informasi tersebut diterima. Sehingga, dapat ditinjau seberapa besar pembelajaran tersebut mempengaruhi komponen sikap seseorang, dilihat aspek kognitif yaitu bagaimana persepsi dan pemikirannya terhadap obyek sikap, aspek afektif mencakup emosi yang menyertai, serta aspek konatif yaitu kecenderungan berperilaku.

(47)

dikemukakan Mazel (dalam Ogden, 2010) yang dalam bukunya “Beverly Hills Diet” mengatakan bahwa jika seseorang berkomentar,”Kamu makin kurus yah,” kamu akan menjawab, “Terimakasih”. Ogden (2010) menambahkan bahwa bahkan majalah mempublikasikan cerita sukses wanita yang mengurangi berat badan dan digambarkan merasa semakin bahagia, dan bagaimana hidupnya berubah.

Penulis tertarik meneliti hubungan sikap terhadap thin-ideal dan kecenderungan gangguan makan karena penulis ingin mengetahui keterkaitan lebih jauh, yakni seberapa besar sumbangsih sikap terhadap thin-ideal tersebut pada kecenderungan gangguan makan.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan masalah

Dalam penelitian ilmiah ini, penulis memberikan batasan masalah yang akan dibahas. Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

a. Sikap terhadap thin-ideal yang penulis maksud disini adalah adalah kecenderungan psikologis yang mengekspresikan penilaian berupa derajat suka (setuju) atau tidak suka terhadap thin-ideal. Kecenderungan psikologis tersebut ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan konatif dalam mengidentifikasikan sikap terhadap idealisasi bahwa tubuh kurus itu ideal atau yang dikenal thin-ideal.

(48)

b. Gangguan makan yang dimaksud yaitu gangguan disfungsional pada perilaku makan. Penelitian ini mengkaji gangguan makan anoreksia dan bulimia nervosa yang ditinjau dari aspek perilaku diet, bulimia dan menghindari makanan, serta oral control.

c. Subjek penelitian adalah mahasiswi. Berusia antara 17-23 tahun. Sedangkan status mahasiswi peneliti maksud untuk mewakili remaja putri dengan tahap remaja akhir dan dewasa awal.

1.2.2 Perumusan masalah

Dengan mengetahui batasan masalah tersebut diatas, maka peneliti menetapkan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap thin-ideal dan gangguan makan pada mahasiswi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara sikap terhadap thin-ideal dan gangguan makan pada mahasiswi.

1.3.2 Manfaat penelitian

1.3.2.1 Manfaat teoritis. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada, sebagai usaha berpartisipasi memberikan sumbangsih pemikiran tentang pentingnya keterkaitan sikap terhadap thin-ideal dengan kecenderungan gangguan makan.

1.3.2.2 Manfaat praktis. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan positif pada penelitian mengenai masalah dan penelitian

(49)

10   

mahasiswi tentang hubungan sikap terhadap thin-ideal dengan kecenderungan gangguan makan.

1.4 Sistematika Penulisan Skripsi

Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang akan digambarkan berikut ini:

BAB 1 : Pendahuluan: latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 2 : Kajian Pustaka: sub bab gangguan makan, sub variabel yang

mempengaruhi yaitu sikap terhadap thin-ideal, kerangka berpikir, serta hipotesis penelitian.

BAB 3 : Metode Penelitian: Pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan

sampel, variabel penelitian, pengumpulan data, uji instrumen, dan prosedur penelitian, serta teknik analisis data.

BAB 4 : Hasil Penelitian: Gambaran umum responden penelitian, deksripsi

data, dan hasil uji hipotesis.

BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi dan Saran: Kesimpulan hasil penelitian, diskusi

hasil penelitian dan rujukan teori yang digunakan, serta saran baik secara teoritis maupun praktis untuk penelitian selanjutnya.

(50)

BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengantar

Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Ada pun sub bab yang akan dipaparkan terdiri dari empat sub bab yaitu sub bab tentang deskriptif teoritis yang membahas tentang teori gangguan makan dan variabel-variabel yang mempengaruhi gangguan makan, yaitu sikap terhadap thin-ideal, serta kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Gangguan Makan

2.2.1.1 Pengertian gangguan makan

Menurut American Psychologist Association (dalam Davidson et al, 2004), gangguan makan merupakan karakter dengan gangguan berat pada perilaku makan. Dumas&Nielsen (2003) mengatakan bahwa gangguan makan merupakan gangguan fungsional pada beberapa perilaku yang berkaitan dengan makan.

Berdasarkan definisi diatas, peneliti menggunakan pengertian gangguan makan secara konseptual dari Dumas&Nielsen yang menyebutkan bahwa gangguan makan merupakan gangguan fungsional pada perilaku yang berkaitan dengan makan. Sedangkan untuk jenis gangguan makan yang diteliti dalam penelitian ini adalah Anoreksia nervosa dan Bulimia nervosa. Hal ini berdasarkan pendapat yang

(51)

muncul pada remaja adalah anoreksia dan bulimia nervosa".   2.2.1.2 Macam-macam gangguan makan

1. Anoreksia nervosa

Istilah Anoreksia diperkenalkan pertama kali pada pertengahan abad ke-17 oleh Charles Lasegue di Prancis yaitu pada tahun 1873. Lasegue menamakan gangguan ini awalnya dengan istilah “L’anorexie hysterique” (Ogden, 2010). Selain itu, pada tahun 1874 di London, Sir William Gull yang merupakan doktor pribadi Ratu Victoria, menerbitkan sebuah makalah berjudul “Appetite Loss”. Gull kemudian menjadi terkenal dengan studi kasus tersebut, yaitu mengenai bagaimana seorang remaja yang berusaha dengan bebas untuk melaparkan diri hingga berakhir dengan kematian (Dumas&Nielsen, 2003).

Menurut Davidson, et.al. (2004), istilah anoreksia berarti hilangnya selera makan, dan nervosa mengindikasikan bahwa hilangnya selera makan tersebut memiliki sebab emosional. Santrock (2006) menambahkan bahwa, "Anoreksia merupakan gangguan makan dengan adanya keinginan yang keras untuk mendapatkan tubuh yang kurus dengan cara melaparkan diri”. Selain itu, Janet (2000) mendefinisikan anoreksia nervosa sebagai sebuah gangguan makan dengan ciri adanya obsesi pada makanan dan menjadi kurus.

Davidson, et.al. (dalam Santrock, 2006) menjelaskan pengertian gangguan makan melalui tiga karakteristik anoreksia nervosa sebagai berikut, yaitu: berkurangnya berat badan hingga 85% dari apa yang menjadi berat badan normal

(52)

berdasar usia dan tinggi badan, memiliki ketakutan yang intens terkait penambahan berat badan, dan memiliki gangguan citra tubuh terutama mengenai bentuk tubuh.

Berdasarkan pengertian anoreksia nervosa diatas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengertian menurut Santrock (2006) bahwa Anoreksia merupakan gangguan makan dengan adanya keinginan yang keras untuk mendapatkan tubuh yang kurus dengan cara melaparkan diri.

a. Kriteria DSM-IV-TR untuk Anoreksia nervosa

Menurut Davidson et.al. (2004) menjelaskan bahwa dalam DSM-IV-TR, kriteria diagnosis gangguan makan anoreksia nervosa yaitu: penderita menolak untuk mempertahankan berat badan normal, meskipun berat badannya sangat kurang, namun penderita masih memiliki ketakutan yang amat sangat menjadi gemuk, dan mengalami gangguan citra tubuh, serta pada perempuan yang telah mengalami menstruasi, terjadi amenorea.

b. Subtipe Anoreksia nervosa

Berdasarkan pendapat Davidson et.al. (2004), “DSM-IV-TR membedakan dua tipe anoreksia nervosa. Dalam tipe terbatas, penurunan berat badan dicapai penderita dengan sangat membatasi asupan makanan; dalam tipe makan berlebihan-pengurasan, penderita secara rutin juga makan secara berlebihan dan kemudian memuntahkannya.”

c. Simptom pada umumnya dari Anoreksia

Menurut Kevin (2002) dalam bukunya “Body Image, Eating Disorder, and

Obesity“ Simptom umum dari gangguan makan anoreksia nervosa yaitu: penderita

(53)

badan, kelelahan penurunan energi, cemas berlebihan, gangguan tidur. Penderita gampang marah, depresi, dan perubahan kepribadian, mengalami sakit kepala, sakit perut/konstipasi, dan tidak toleran akan suhu dingin, serta Amenorhea.

d. Akibat Anoreksia dalam masalah kesehatan

Masalah kesehatan terkait anoreksia nervosa dapat dipahami dalam istilah komplikasi fisik dan psikis (Ogden, 2010), sebagaimana gambaran berikut ini:

Gambar 2.1

Akibat Anoreksia dalam Masalah Kesehatan Kematian:

- Anak yang tidak sehat

Kardiovaskular:

e. Prognosis pada Anoreksia nervosa

(54)

Menurut Stober, et.al. (dalam Davidson et.al , 2004) sekitar 70% pasien anoreksia akhirnya dapat sembuh. Meskipun demikian, penyembuhan dapat berlangsung selama enam atau tujuh tahun, dan kekambuhan umum terjadi sebelum tercapainya pola makan yang stabil dan dipertahankannya berat badan.

2. Bulimia nervosa

Bulimia secara formal diperkenalkan pertama kalinya oleh Russell (dalam Ogden, 2010) pada tahun 1979. Rusell mengatakan bahwa bulimia terdiri atas tiga faktor: episode makan dalam jumlah besar, menghindari efek kegemukan dari makanan dengan memuntahkannya atau menggunakan pencahar, serta ketakutan menjadi gemuk.

Davidson, et.al (2004) mengemukakan bahwa kata Bulimia berasal dari bahasa yunani yaitu bous, yang berarti menolak. dan limos (yaitu rasa lapar), bulimia secara bahasa berarti rasa lapar pada seseorang yang makan sebanyak-banyaknya dan menolak apa yang dimakannya.

Menurut Santrock (2006), "Bulimia nervosa merupakan gangguan makan pada individu yang secara konsisten mengikuti pola; makan berlebihan dan memuntahkannya kembali". Selain itu, Janet (2000) menyebutkan bahwa, “Bulimia nervosa, merupakan gangguan makan dengan ciri episode makan berlebihan atau dalam jumlah besar dan memuntahkannya.

(55)

ini peneliti menggunakan pengertian menurut Santrock (2006) yang menyebutkan bahwa Bulimia nervosa merupakan gangguan makan pada individu yang secara konsisten mengikuti pola; makan berlebihan dan memuntahkannya kembali.

a. Kriteria DSM-IV-TR untuk Bulimia nervosa

Berdasarkan teori oleh Davidson, et.al (2004) dijelaskan sebagai berikut:

“Dalam DSM-IV-TR, kriteria diagnosis gangguan makan anoreksia nervosa yaitu: makan berlebihan secara berulang, melakukan pengurasan berulang untuk mencegah bertambahnya berat badan, simptom-simptom tersebut terjadi sekurangnya dua kali seminggu selama sekurangnya tiga bulan, serta penilaian diri penderita yang sangat tergantung pada bentuk tubuh dan berat badan”.

b. Subtipe Bulimia nervosa

Davidson, et.al (2004) membedakan dua tipe bulimia nervosa. Dalam Tipe

Pengurasan, penderita bulimia melakukan perilaku kompensatori dengan melakukan

pengurasan atau memuntahkan dan menggunakan obat-obat pencahar dan diuretik; dalam tipe non-pengurasan, penderita melakukan perilaku kompensatori melalui olahraga dan puasa secara berlebihan.

c. Simptom pada umumnya dari Bulimia (dalam Kevin, 2002) : Kevin (2002) menjelaskan bahwa :

“Simptom umum dari gangguan makan bulimia nervosa yaitu: pasien merahasiakan tentang gangguan makan, makan berlebihan, dan memuntahkannya kembali, kelelahan karena penurunan energi, depresi, menderita sakit kepala, sakit perut, dan kembung, muntah yang kambuh, mengalami nyeri hati, konstipasi, menstruasi yang tidak teratur, dan tangan dan kaki bengkak”.

(56)

d. Akibat Bulimia dalam masalah kesehatan:

Menurut Ogden (2010), pada dasarnya masalah kesehatan terkait bulimia nervosa tidak terkait dengan kematian, melainkan memiliki komplikasi luas pada fisik penderita, sebagaimana gambaran berikut ini:

Gambar 2.2

Akibat Bulimia dalam Masalah Kesehatan

(57)

e. Prognosis pada Bulimia nervosa

Stober, et.al. (dalam Davidson et.al , 2004) mengemukakan bahwa:

“Pemantauan jangka panjang pada pasien bulimia nervosa mengungkap bahwa tujuh puluh persen memperoleh kesembuhan, meskipun sekitar sepuluh persen mengalami simtomatik. Para pasien bulimia nervosa yang lebih sering makan berlebihan dan muntah, kormobid dengan penyalahgunaan zat atau memiliki riwayat depresi memiliki prognosis lebih buruk dibanding pasien tanpa faktor-faktor tersebut“.

2.2.1.3 Komponen gangguan makan

Garner & Garnfikel (1982) telah mengemukakan tiga komponen gangguan makan sebagai berikut:

1. Perilaku diet (Dieting)

Komponen ini terdiri dari menghindari makanan berlemak dan keinginan kuat untuk memiliki tubuh kurus.

2. Bulimia dan kesenangan terhadap makanan (Bulimia and Food

Preoccupation)

Komponen ini memberikan gambaran tentang pemikiran mengenai makanan terkait indikasi bulimia.

3. Kontrol Makan (Oral control)

Komponen ini terkait kontrol diri dalam perilaku makan, dan tekanan yang diterima dari orang lain atas kelebihan berat badan.

2.2.1.4. Faktor-faktor penyebab timbulnya gangguan makan

(58)

Berdasarkan pendapat Ogden (2010), adapun model teori penyebab gangguan makan adalah model sosial-budaya, model genetik, model psikoanalisa, model

kognitif-behavioral, dan pendekatan sistem keluarga, serta kejadian terkait makan,

sebagaimana dijelaskan pada gambar dibawah ini: Gambar 2.3

Selain itu, Ogden (2010) menjelaskan pendekatan penyebab gangguan makan model sosial-budaya ini sebagai berikut:

Model ini menempatkan penderita anoreksia atau bulimia dengan konteks sosial dan menganalisa gangguan makan sebagai sebuah ekspresi dan nilai-nilai sosial. Beberapa penulis dibidang ini menggambarkan hasil pemikiran Yap dan Deverux, dan gangguan makan ini digambarkan sebagai sindrom ikatan budaya

(culture-bound syndrome) atau gangguan etnis (ethnic disorder). Berdasarkan

perspektif ini, gangguan makan dipertimbangkan sebagai ekspresi dari ketakutan dan masalah yang tidak terpecahkan pada pengadopsian budaya, sebagaimana yang dijelaskan Gordon, “Yang tidak dapat dipahami dari perkembagan manusia adalah kondisi di era kontemporer ini tanpa adanya analisis kerangka berpikir sosial budaya dari luar yang terjadi”.

(59)

menyebabkan munculnya gangguan makan mencakup tiga faktor, yaitu: konflik dari kepedulian atas gender, identitas, dan ruang sosial.

1. Faktor Gender

Konflik utama yang memberi konstribusi pada perkembangan gangguan makan adalah konflik antara gender perempuan dengan peran alami, sebagai ibu, wanita karir, dan harapan yang menempatkan perempuan pada masyarakat moderen.

Brown, et.al (dalam Ogden, 2010) menyimpulkan bahwa perilaku bulimia diasosiasikan dengan feminim/kewanitaan. Selain itu, hasil penelitian oleh Thornton, et.al (dalam Ogden, 2010) menyimpulkan bahwa penelitian tentang “superwoman

syndrome pada mahasiswa di Amerika merupakan bentuk usaha untuk menyesuaikan

diri antara stereotip tradisionil dan yang moderen, hal tersebut dapat memprediksi gangguan makan.

2. Faktor identitas

Berhubungan erat dengan gender, faktor ini mengenai konflik kepedulian atas “menjadi dewasa” atau “masih anak-anak”, dan “mandiri” dengan “ketidak-mandirian”. Senada dengan hal tersebut, Gordon (dalam Ogden, 2010) mengemukakan bahwa, “Proses pencarian identitas gampang terkena gangguan akan perubahan radikal pada peran sosial atau harapan budaya”. Konflik terkait identitas tersebut dianggap sebagai, “Konflik pada identitas merupakan hasil krisis identitas

(60)

dan perasaan diluar kendali, yang mana diekspresikan melalui dorongan untuk kurus dan penolakan terhadap makanan”.

3. Faktor ruang sosial

Berdasarkan pendapat ahli psikologi yang bernama Orbach (dalam Ogden, 2010) menjelaskan pengaruh ruang sosial pada gangguan makan bahwa ukuran tubuh yang kecil bagi wanita menjadi tujuan hanya pada saat dimana wanita tersebut menuntut akan ruang lebih. Ia juga berpendapat bahwa memiliki ukuran kecil dapat membentuk perasaan kuat dan gangguan makan ini merupakan ekspresi konflik antara mengambil ruang dan menjadi tidak terlihat yang menjadi hasil dari kontrol berlebihan atas dunia baik dari dalam maupun luar.

2.2.2 Sikap Terhadap Thin-ideal

2.2.2.1 Pengertian sikap

G.W. Allport (dalam Sarwono, 2009) juga mendefinisikan sikap sebagai kesiapan mental yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang berkaitan dengan pengalaman individual masing-masing yang mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi terkait.

Selain itu,Zanna & Rempel (dalam Sarlito, 2009) mendefinisikan sikap sebagai reaksi evaluatif yang disukai dan tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang.

Eagley & Chaiken (dalam Penington et.al, 1999) mengatakan sikap merupakan kecenderungan psikologis yang mengekspresikan penilaian dengan tingkatan suka

(61)

merupakan konstruk psikologis yang mengacu pada proses mental tertentu pada diri seseorang.

Berdasarkan ragam pengertian sikap yang dikemukakan diatas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengertian menurut Eagley & Chaiken (dalam Penington et.al, 1999) mengatakan sikap merupakan kecenderungan psikologis yang mengekspresikan penilaian dengan tingkatan suka atau tidak suka.

2.2.2.2. Ciri-ciri sikap

Luthfi et.al (2009) merumuskan ciri-ciri sikap sebagai berikut :

1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek.

2. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu. Sikap membantu menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan. Sikap juga mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.

3. Sikap relatif mudah berubah, karena sikap adalah hal dapat dipelajari dan sebaliknya. Walaupun secara umum sikap relatif mudah berubah, untuk obyek tertentu (spesifik) ternyata sikap relative cenderung menetap dan jarang berubah.

4. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka.

(62)

5. Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar sepanjang perkembangan dan berinteraksi dengan obyeknya.

2.2.2.3 Komponen sikap

Katz (dalam Pennington & Hill, 1999) mengemukakan bahwa pendekatan struktural sikap adalah berupa penilaian, positif atau negatif dari suatu objek sikap baik orang atau gambaran. Menurut Eagly & Chaiken (dalam Pennington & Hill, 1999), ada tiga model komponen yang terkait dengan sikap, diantaranya sebagai berikut:

Gambar 2.4 Komponen Sikap

Aspek kognitif

Objek sikap Aspek afektif

Aspek perilaku/konatif Sikap

 

1. Komponen kognitif (pengetahuan)

Komponen kognitif mengacu pada kepercayaan, opini, dan ide mengenai objek sikap.

2. Komponen afektif (emosi)

(63)

tidak suka) dari objek sikap dan juga merupakan prinsip seseorang. 3. Komponen konatif (tendensi perilaku)

Komponen konatif mengacu pada niat menunjukkan perilaku atau berperilaku nyata terkait dengan objek sikap.

2.2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Menurut Luthfi et.al (2009), sikap pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, yaitu faktor pengalaman, situasi, norma-norma, hambatan dan faktor pendorong.

Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap objek sikap dapat bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif. Diagram terbentuknya sikap dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.5

Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Faktor Internal

-Fisiologis -Psikologis

Objek Sikap : Thin-ideal

Reaksi SIKAP

Faktor Eksternal -Pengalaman -Situasi

-Norma-norma -Hambatan

Menurut Pennington & Hill (1999), terdapat beberapa fungsi sikap sebagai berikut:

(64)

1. Fungsi pengetahuan, fungsi ini peduli mengenai bagaimana seseorang mengatur, menyusun, dan proses informatif mengenai dunia sosial.

2. Fungsi adaptif, fungsi ini peduli bagaimana sikap memungkinkan seseorang untuk mencapai tujuan yang diingini dan menghindari hal yang tidak diinginkan.

3. Fungsi pertahanan ego, fungsi ini menyatakan bahwa sikap umumnya untuk melindungi orang-orang dari diri mereka sendiri dan orang lain.

4. Fungsi ekspresi diri, fungsi ini memberitahukan kebutuhan untuk menceritakan sesuatu mengenai diri seseorang dan untuk mengetahui isi pikiran orang tersebut.

2.2.1.4. Pengertian thin-ideal

Bordo (dalam Ogden, 2010) pada salah satu bukunya yang berjudul “Reading the

Slender Body”, berpendapat bahwa gambaran yang ada mengenai kurus atau

thin-ideal merupakan hasil kontemporer dan ketakutan dalam masyarakat, yang dapat

dijelaskan dalam gambaran pengertian ukuran tubuh sebagai berikut Gambar 2.6

Pengertian Ukuran Tubuh

Makan berlebihan kontrol

menarik

Malas

Menderita Gemuk Tidak populer

Tidak sukses Tidak menarik

kebebasan sukses

Kurus

(65)

slender body atau ultra-slender ideal. Istilah tersebut memiliki makna sama yaitu pengidealan citra tubuh kurus atau yang dikenal dengan slogan “cantik itu langsing”

Dumas&Nielsen (2003) terkait thin-ideal bahwa:

“Rata-rata berat badan dari model –yang mana merupakan standar kecantikan amerika-adalah memiliki berat badan 95% dibawah berat badan perempuan amerika pada umumnya. Banyak remaja putri dan pemudi menjaga berat badan yang sehat, yang mana lebih rendah dari rerata berat badan populasi pada umumnya, dan kebanyakan dari mereka tidak menemukan ideal berat badan yang disampaikan secara sukses dalam kesehariannya melalui hiburan, iklan-iklan, dan model. Banyak peneliti percaya bahwa hal ini merupakan faktor penting pada peningkatan gangguan makan, senada peningkatan remaja putri dan wanita muda yang berusaha untuk mencapai ketidakmungkinan tersebut”.

Selain itu, Dumas&Nielsen mengemukakan bahwa patokan atau ukuran

thin-ideal kian meningkat secara berlanjut pada dekade sebelumnya. Senadan dengan hal

tersebut Wilson (2007) menjelaskan melalui gambaran sebagai berikut berdasarkan penelitian mengenai ukuran tubuh yang dilakukan oleh pengamat model Playboy dan kontestan Miss Amerika dengan periode masing-masing 10 tahun, yaitu:

Berdasarkan gambaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ukuran thin-ideal bervariasi sepanjang waktu, tidak ada patokan yang jelas. Namun, hasil penelitian diatas menemukan bahwa berat badan rata-rata mereka pada tahun 2000 semakin dratis penurunan BMT dengan taraf 13%-19% dibawah dari usia yang diharapkan.

Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan 4 kategori atas BMT (Berat Massa Tubuh) oleh Gucciardi et.al (2004), terdiri atas berat badan terlalu rendah (BMT <

(66)

20), berat badan yang sesuai (BMT 20-250, berat badan berlebih (BMT 25-27), dan Obesitas (BMT > 27). Pada tahun 2000, Tren thin-ideal dengan BMT tersebut sudah berada ditaraf berat badan terlalu rendah.

2.3 Hubungan Sikap terhadap Thin-ideal dan Gangguan Makan

Gangguan makan merupakan gangguan disfungsional pada perilaku yang berhubungan dengan makan. Gangguan makan ditinjau dari tiga aspek (Gardner & Garnfikel, 1982), yaitu: perilaku diet, aspek bulimia dan pengertian mengenai makanan, dan aspek kontrol oral.

Benveniste (dalam Grogan, 2000) mengatakan bahwa budaya memegang peranan penting pada perkembangan gangguan makan. Menurut Ogden (2010), model sosial budaya dalam pengaruhnya pada gangguan makan mencakup tiga hal yaitu: faktor gender, faktor identitas, dan ruang sosial.

Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa gangguan makan ditinjau dari aspek diet, Grogan (2000) menyampaikan penelitian di Inggris, menunjukkan bahwa responden penelitian menyatakan alasan melakukan diet adalah untuk kurus, dan meningkatkan kepercayaan diri. Senada dengan hal tersebut, beberapa penelitian mengemukakan tekanan sosial untuk berpenampilan menarik bagi perempuan salah satunya memiliki tubuh ideal. Sayangnya tubuh ideal ini bukan berdasarkan ukuran BMI atau Body

mass Index, melainkan dikenal dengan paradoks “cantik itu langsing”.

Idealisasi bentuk tubuh cenderung mendukung remaja putri menginginkan untuk menjadi kurus dikarenakan tubuh kurus atau langsing umumnya diidentifikasikan

(67)

pada model atau artis di berbagai media merupakan promosi idealisasi tersebut. Paparan informasi idealisasi baik melalui pesan media secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sikap individu terhadap objek sikap, dan memiliki kecenderungan untuk berperilaku.

Sikap terhadap thin-ideal yang peneliti maksud merupakan kecenderungan psikologis yang mengekspresikan penilaian dengan tingkatan suka atau tidak suka individu terhadap thin-ideal. Tingkatan tersebut ditinjau melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif yang mendasari sikap individu.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti apakah sikap terhadap

thin-ideal memiliki hubungan dengan tingginya perilaku gangguan makan pada

mahasiswi.

Gambar 2.9

Skema Hubungan Sikap terhadap Thin-ideal dan Gangguan Makan

Sikap terhadap Thin-ideal

Aspek Kognitif Aspek Afektif Aspek Konatif

-/ +

(68)

 

 

Tinggi / Rendah

Gangguan Makan

 

 

 

 

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research question. Berdasarkan deskripsi teori diatas, penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap thin-ideal dan gangguan makan pada mahasiswi.

2. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap thin-ideal dan gangguan makan pada mahasiswi.

 

 

(69)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pengantar

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari tujuh subbab. Subbab tersebut adalah pendekatan dan jenis penelitian, konseptual dan operasional variabel, populasi dan sampel, alat pengumpulan data, prosedur penelitian, serta teknik analisis data.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.2.1 Pendekatan penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Arikunto (2006) mendefinisikan penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikan hubungan antar variabel yang diteliti.

3.2.2 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelasional. Dengan penelitian korelasi, memungkinkan tercapainya formula hubungan variabel atau Ha, yaitu keadaan yang menunjukkan adanya asumsi hubungan antara Independent Variable (IV) dengan

Dependent Variable (DV). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu apakah

(70)

terdapat hubungan antara sikap terhadap thin-ideal dengan kecenderungan gangguan makan pada mahasiswi.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Arikunto (2006) mengatakan bahwa, populasi atau universe adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah mahasiswi dengan karakteristik berusia antara 17-23 tahun. Hal tersebut sebagaimana menurut Santrock (2006) bahwa gangguan makan anoreksia dan bulimia nervosa umumnya terjadi pada tahap petengahan remaja hingga dewasa awal. Peneliti menyesuaikan dengan status mahasiswi yang dapat mewakili usia sebagaimana karakteristik populasi tersebut.

3.3.2 Sampel

Berdasarkan pendapat Arikunto (2006), definisi sampel atau contoh adalah sebagian atau wakil dari populasi yang hendak diteliti. Sampel dimaksudkan untuk mengeneralisasikan atau mengangkat kesimpulan penelitian, sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi. Sampel yang baik adalah yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi dan bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.

Gambar

Gambar 2.1.  Akibat Anoreksia dalam Masalah Kesehatan  ............................15
Tabel 3.3. Blue Print Skala Gangguan Makan (EAT-26)  .................................38
Gambar 2.1
Gambar 2.2 Akibat Bulimia dalam Masalah Kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan menjadi beberapa hal (1) wujud kesalahan bidang fonologi pada cerpen berdasarkan peristiwa yang dialami siswa kelas IXA SMP

The present study emphasizes on the examination of the mediating role of the business process re-engineering in influencing firm performance with manufacturing

Dengan ini Kepala Sekolah Dasar Negeri 7 Kampungdalem mengesahkan karya tulis dengan judul “Proyektor Sederhana sebagai Peraga Alat Optik dan Media Pembelajaran

pemanfaatan yang tidak diperbolehkan (X) berupa kegiatan rumah tunggal, rumah kost, pantai asuhan, rumah dinas, rumah sederhana, rumah menengah, rumah adat, kios,

moral serta disampaikan dengan menarik dan memberikan efek ―Fun and Learning‖ sehingga anak mudah menyerap dan memahami kandungan isi dongeng. Kepribadian seorang anak

Not to be confused with the FTC’s Privacy Framework, Commerce released its own privacy report , entitled “Commercial Data Privacy and Innovation in the Internet Economy: A

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relokasi yang dilakukan di PKOR Way Halim Kota Bandar Lampung berdampak negatif terhadap pendapatan Pedagang Kaki Lima,

• Bentuk formil dari perbuatan hukum merupakan sebagai sifat-sifat lahiriah yang harus dipenuhi waktu dilakukannya perbuatan-perbuatan hukum dan yang menentukan