• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tokoh Jia Baoyu Pada Novelhónglóumèng Karya Cao Xueqin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Tokoh Jia Baoyu Pada Novelhónglóumèng Karya Cao Xueqin"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS TOKOH JIA BAOYU PADA

NOVELHÓNGLÓUMÈNG KARYA CAO XUEQIN

小说《红楼梦》中贾宝玉人物性格分析

xi

ǎoshuō

hónglóumèng

zhōng jiǎ bǎoyù rénwù xìnggé fēnxī

SKRIPSI

OLEH

DEVI ANUR AZIS

100710004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

(2)

ii

ANALISIS TOKOH JIA BAOYU PADA NOVELHÓNGLÓUMÈNG KARYA CAO XUEQIN

小说《红楼梦》中贾宝玉人物性格分析

xiǎoshuōhónglóumèngzhōng jiǎ bǎoyù rénwù xìnggé fēnxī

SKRIPSI

Skripksi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina.

Oleh:

DEVI ANUR AZIS 100710004

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. Parlindungan Purba,M.Hum Yang Yang, M.A

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

iii Disetujui Oleh:

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi S-1 Sastra Cina Ketua,

(4)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh Negara lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2014

(5)

ii ABSTRACT

The title of this thesis is the analysisi of the leading character named Jia Baoyu in the hongloumeng’s novel Cao Xueqin. The focus of analysis is the portrayal of Jia Baoyu’s character through moral values. The values are retricted to good and bad behavour from what he has done and said in the text of the novel.

The portrayal of the character represents his wisedom, generousity, charism, responsibility as good one; otherwise, his rudeness, naugthtiness, and selfishness as the sad one. The method applied in this thesis is better known as descriptive method of analysis in terms of describing the character of Jia Baoyu.

(6)

iii ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Tokoh Jia Baoyu pada Novel Hóng Lóu Mèng karya Cao Xueqin” yang berfokus pada pemaparan karakter tokohJia Baoyu. Jia Baoyu merupakan satu dari tiga tokoh utama dalam novel Hóng Lóu Mèng.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu analisis dokumentasi. Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata tertulis tentang orang-orang atau prilaku yang diamati, sedangkan keperluan analisis dan interpretasi menggunakan pendekatan objektif. Sumber data diperoleh dari novel itu sendiri. Tujuan utama penelitian ini adalah menggambarkan sifat baik dan buruk tokoh Jia Baoyu.

Setelah menganalisis peneliti menemukan bahwa karakter tokoh Jia Baoyu ditentukan oleh bentuk lahir tokoh, pendapat dari tokoh lain terhadap tokoh Jia Baoyu, jalan pikiran tokoh, dan Perlakuan tokoh.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehaditat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Tokoh Jia Baoyu pada Novel Hóng Lóu mèng Karya Cao Xueqin”dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak sedikit tantangan dan hambatan yang dihadapi. Tetapi berkat dorongan, bimbingan, kerja sama dengan berbagai pihak akhirnya semua dapat teratasi. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini ,masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan didalamnya, untuk itu penulis bersedia menerima kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi dan setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr.Syahron Lubis,M.A., Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti studi pada program studi sastra Cina di lembaga yang dipimpinnya. 2. Ibu Dr. Thyrhaya Zein,M.A., Ketua Program Studi Sastra Cina danIbu Dra. Nur

(8)

v

3. Dosen Pembimbing I Drs. Parlindungan Purba,M.Hum yang telah sabar dalam membimbing, menasehati, dan memberikan dorongan semangat kepada penulis selama mengerjakan tugas akhir ini sehingga terselesaikan dengan baik dan sesuai yang diharapkan.

4. Dosen pembimbing II Yang Yang, M.A. Laoshi yang telah sabar membimbing, memberikan dorongan semangat dan waktu dalam mengerjakan tugas akhir dalam bahasa mandarin. Kepada Yang Yang, M.A. Laoshi yang juga telah membantu dan memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Dosen pendamping II Niza Ayuningtias, S.S.,MTCSOL yang telah membimbing dalam mengerjakan tugas akhir ini dalam bahasa mandarin dengan baik dan benar.

6. Para Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Sastra Cina Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pelayanan memuaskan selama penulis menempuh studi.

7. Teristimewa orang tua tercintaAyahandaH.Asrul Azis Nst dan Ibunda Hj.Paisah Hasibuanyang senantiasa memberikan motivasi dan dukungannya kepada penulis baik secara moril maupun materi.

(9)

vi

menjalani pendidikan di Departemen Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.

9. Keluarga Besar Sastra Cina angkatan 2010 (Arining Tyas Pasaribu, Nova, Risky, Nanda, Guci, Angel, Elisa).

10.Seluruh kakak senior 2007, 2008, 2009 dan adik-adik stambuk 2011, 2012, 2013, 2014 yang telah memberikan dukungan semangat.

11. Keluarga Besar Resimen Mahasiwa Universitas Sumatera Utara beserta rekan-rekan MENWA (komandan Zulvia, komandan Roni, Manna, Neni, Ima, dan anggota-anggota lain yang sudah memotivasi penulis)

12. Keluarga Besar Resimen Mahasiswa seluruh Indonesia (Boyle, Fandi, Sandi, Dewi, Askani, Nisa, Vanty, Wana, Windi dan rekan-rekan yang lain yang sudah memotivasi penulis)

13. Keluarga Besar Kursus Pelatih Nasional Resimen Mahasiswa (Fajar,Danu, Apri, Lilis, Deden, Made, Hermein, Yudi, pak Pur, Lia, Pesta,dan rekan-rekan yang lain yang sudah memotivasi penulis)

14. Keluarga Besar Asrama Putri USU (Didah, Nurul, Ayusmi, kak Erni, kak Ade, Fani, Dewi, Una, Lanni, Elsa, Novi, Laila, Iin, Syaripah, Hanipah dan teman-teman yang lain yang sudah memotivasi penulis)

(10)

vii

Atas semuanya ini penulis tidak dapat membalas segala jasa dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis hanya bisa mendoakan dan memohon kepada Allah agar diberikan balasan yang jauh melebihi dari bantuan yang telah diberikan. Amin

Medan, Oktober 2014 Penulis

(11)

viii Daftar Isi

Pernyataan ………..…... i

Abstract ………... ii

Abstrak ………... iii

Kata Pengantar ………... iv

Daftar isi ………...viii

Bab I Pendahuluan ………...1

1.1Latar Belakang ………...1

1.2Rumusan Masalah ………...7

1.3Tujuan Penelitian ………...7

1.4Batasan Masalah ………...8

1.5Manfaat Penelitian ………... 8

Bab II Tinjauan Pustaka, Konsep, dan Landasan Teori ………... 10

2.1 Tinjauan Pustaka ………... 10

2.2 Konsep ………... 11

2.2.1 Novel ………... 11

2.2.2 Pengertian Tokoh ………... 13

2.2.3 Jenis-jenis Tokoh ………... 14

2.2.4 Pengertian Karakter ………...18

2.2.5 Teknik Penempilan Karakter …………...………...21

(12)

ix

2.3.1 Teori Objektif ………...23

BAB III Metode Penelitian ……… 26

3.1 Metode Penelitian ………...26

3.2 Pendekatan Penelitian ……….……...26

3.3 Data dan Sumber Data ……….………...27

3.3.1 Data ……….…………...27

3.3.2 Sumber Data ……….…….………...28

3.3.2.1 Sumber Data Primer ………..………...29

3.3.2.2 Sumber Data Skunder ……….………... 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………...29

3.5 Analisis Data ………... 29

BAB IV Pembahasan ………...31

4.1 Karakter Baik Jia Baoyu ………...31

1. Berkarisma ………...31

2. Pintar ………...32

3. Dermawan ………...33

4.Bijaksana ………... 35

5. Bertanggung jawab ………...38

4.2 Karakter Buruk Jia Baoyu ………... 39

1. kasar ………... 39

(13)

x

3. Egois ………... 45

BAB V Penutupan ………...46

5.1 Kesimpulan ………...46

5.2 Saran ………... 47

(14)

ii ABSTRACT

The title of this thesis is the analysisi of the leading character named Jia Baoyu in the hongloumeng’s novel Cao Xueqin. The focus of analysis is the portrayal of Jia Baoyu’s character through moral values. The values are retricted to good and bad behavour from what he has done and said in the text of the novel.

The portrayal of the character represents his wisedom, generousity, charism, responsibility as good one; otherwise, his rudeness, naugthtiness, and selfishness as the sad one. The method applied in this thesis is better known as descriptive method of analysis in terms of describing the character of Jia Baoyu.

(15)

iii ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Tokoh Jia Baoyu pada Novel Hóng Lóu Mèng karya Cao Xueqin” yang berfokus pada pemaparan karakter tokohJia Baoyu. Jia Baoyu merupakan satu dari tiga tokoh utama dalam novel Hóng Lóu Mèng.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu analisis dokumentasi. Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata tertulis tentang orang-orang atau prilaku yang diamati, sedangkan keperluan analisis dan interpretasi menggunakan pendekatan objektif. Sumber data diperoleh dari novel itu sendiri. Tujuan utama penelitian ini adalah menggambarkan sifat baik dan buruk tokoh Jia Baoyu.

Setelah menganalisis peneliti menemukan bahwa karakter tokoh Jia Baoyu ditentukan oleh bentuk lahir tokoh, pendapat dari tokoh lain terhadap tokoh Jia Baoyu, jalan pikiran tokoh, dan Perlakuan tokoh.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra pada umumnya menarik perhatian karena dapat memberikan kesadaran kita tentang kebenaran hidup ini serta dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang kemanusiaan, dunia dan kehidupan. Karya sastra merupakan sarana yang paling menarik untuk mengungkapkan perasaan manusia.Karya sastra merupakan wadah penyampaian gagasan, ide dan pikiran pengarang terhadap suatu hal. Sebuah hasil karya sastra adalah pengembangan diri dari ekspresi dan kreativitas pengarang. Sumarjdo dan Saini (1997:7) mengatakan bahwa karya sastra yang bermutu merupakan ekspresi pengarangnya. Dengan sendirinya hanya orang yang jiwanya berisi saja yang mampu mengeluarkan sesuatu dalam dirinya.

(17)

2

pengarang, mungkin saja karya tersebut tidak dibaca orang karena kering tanpa bumbu. Sebaliknya pun bisa terjadi, bila sebuah karya fiksi terlalu asing bagi kehidupan, ia menjadi abstrak dan sukar dinikmati.

Novel adalah karya sastra fiksi prosa yang ditulis secara naratif. Novel bersifat naratif artinya lebih bersifat ‘bercerita’ daripada ‘memperagakan’. R.J.Ress (dalam Aziez) menyatakan bahwa novel adalah sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh dan perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata dan digambarkan dalam suatsalahu plot yang cukup kompleks.Hardaniwati dkk (2003:444) mengemukakan bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Menurut Somarjdo dan Saini (1997: 29)novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas disini dapat berarti cerita dengan alur yang kompleks, yang karakternya banyak, tema yang kompleks, susunan cerita yang beragam, dan latar cerita yang beragam pula.

(18)

3

karya fiksi tanpa adanya tokoh yang bergerak yang pada akhirnya membentuk alur cerita.

Menurut Somardjo dan Saini (1997:64) bahwa mutu sebuah novel banyak ditentukan oleh kepandaian si penulis menghidupkan watak tokoh-tokohnya, kalau karakter tokoh lemah, maka menjadi lemahlah seluruh cerita. Seorang pengarang mempunyai kebebasan untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai dengan seleranya, siapapun orangnya apapun status sosialnya, dan bagaimana karakteristik serta permasalahan tersendiri dalam sebuah cerita. Tokoh cerita harus digambarkan seindah mungkin. Apa yang diucapkan, diperbuat, dipikirkan karya dan apa yang dirasakan harus betul-betul menunjang penggambaran watak yang khas milik tokoh tersebut. Maka dengan demikian, novel akan menjadi menarik karena adanya tokoh-tokoh yang diciptakan pengarang. Karakter tokoh merupakan ciri-ciri khusus yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

Karakter adalah lakuan suatu tokoh yang semestinya terjadi sebagaimana telah disediakan di dalam cerita. Karakter dalam pandangan novelis mengambil ruang yang terhormat guna menghidupkan dan menyampaikan cerita, sehingga sebuah novel memperoleh tempat yang sama di hati pembacanya.

(19)

4 kepada siapa ia menaruh simpati.

Sastra di Cina sebelum abad ke-14 mengutamakan penciptaan karya syair, esei dan cerita pendek.Pada abad ke-14, Tiongkok mulai memasuki masa puncak penciptaan novel. Pada masa itu di Tiongkok berturut-turut muncul banyak novel. Di antara novel-novel itu ada empat novel paling terkenal, yaitu Novel红楼梦

(hónglóumèng), 水浒传(shuǐhǔ zhuàn),三国演义(sānguó yǎnyì ), dan 西游记 (xīyóu jì). Selama seratus tahun lebih ini, keempat novel klasik itu selalu menjadi karya sastra yang paling populer di kalangan para pembaca dari berbagai lapisan Tiongkok.

Dalam penelitiaan ini, peneliti akan menganalisis karakter tokoh Jia Baoyu pada novel 红楼梦 (hónglóumèng) karya Cao Xueqin cetakan ke 43 pada Oktober

2014 dalam bahasa Mandarin yang diterbitkan oleh 人民文学出版社出版(Rénmín wénxué chūbǎn shè chūbǎn cì) melalui aspek fisiologi, aspek sosiologi, dan sapek psikologi.

Novel 红楼梦 (hónglóumèng) karya Cao Xueqin dikenal di Negara Cina dengan novel klasik. Novel红楼梦 (hónglóumèng) sudah banyak diceritakan

(20)

5

dll. Dalam bahasa Inggris novel 红楼梦 (hónglóumèng) dikenal dengan novel Dream of the Mansions dan dalam bahasa Indonesia novel 红楼梦 (hónglóumèng)

dikenal dengan novel Impian Di Bilik Merah.

红楼梦 (hónglóumèng) merupakan karya orisinal dengan曹雪芹

(Cáoxuěqín) (tahun 1715-1763) sebagai pengarangnya, pada masa pemerintahan

Dinasti Qing. 红楼梦(hónglóumèng) terdiri dari 120 bab, tapi曹雪芹 (Cáoxuěqín)

meninggal sebelum novel ini diselesaikan dan hanya menyelesaikan 80 bab, kemudian 40 bab terakhir diselesaikan oleh高额(Gao E) yang dipercayai sebagai

murid曹雪芹 (Cáoxuěqín). 高额(Gao E) menyelesaikan novel ini dengan akhir cerita sedih. Meskipun akhir cerita 红楼梦 (hónglóumèng) sampai sekarang masih

diperdebatkan sastrawan di Cina, tapi Setelah melihat semua akhir cerita karya曹雪芹 (Cáoxuěqín) berakhir sedih, sehingga disimpulkan akhir cerita红楼梦 (hónglóumèng) berakhir dengan sedih dan pemerintah beserta

masyarakat Cina telah mengakui dan menyepakati novel红楼梦 (hónglóumèng) berakhir sedih.

(21)

6

mampu memaparkan kehidupan hampir setiap golongan masyarakat secara nyata. Novel karya Cao Xuegin .ini mencerita_kan tentang keadaan sebuah keluarga bangsawan elit Jia yang meliputi berbagai segi, tenutama dalam hal sosial, religi dan moral. Keluarga Jia dalam novel. Hong Lou Meng adalah gambaran tentang keluarga-keluarga Cina tardisional yang ada dalam masyarakatnya, yaitu keluarga yang menganut sisstern Patriarkhat dan mernakai konfusius sabagai dasar moral dalam kehidupan sehari-hari.

Novel ini pertama-tama populer di antara para pembaca dengan bentuk naskah tulisan.Novel ini baru diterbitkan secara resmi pada waktu kemudian hari karena isinya dianggap banyak menyangkut politik dan pemerintahan zaman Dinasti Qing, dinasti terakhir. Tokoh utama dari novel ini adalah pewaris laki-laki riang dari keluarga Jia yaitu Jia Baoyu.Ia lahir dengan sepotong permata di mulutnya, yang dipermukaan permata tersebut terdapat tulisan dan Baoyu dipercayai sebagai penjelmaan dari batu giok. Jiǎ bǎoyù 贾宝玉 memiliki arti batu giok yang berharga. 贾Jiǎ adalah nama keluarga atau marga,宝bǎo berarti pusaka atau mestika, 玉yù berarti batu giok. Nama tersebut diberikan karena Jia Baoyu

lahir dengan batu giok di mulutnya, dan dipermukaan batu giok tersebut terdapat tulisan.

(22)

7

barang didepan anaknya. Ternyata, Baoyu tidak tertarik pada semua barang tersebut kecuali bedak dan pemerah pipi. Melihat hal itu Jia Zheng gusar sebab ia menduga bahwa anak itu kelak akan suka rewel dan bersikap tidak senonoh. Karenanya, mulai saat itu ia tidak begitu memperhatikannya lagi. Tapi, neneknya amat mengasihinya, seolah ia hendak mencurahkan segenap perhatiannya hanya untuk neneknya itu seorang.

Baoyu merupakan anak yang sangat pintar, nakal, dan baik hati. Kepintarannya sudah terlihat ketika dia berumur kurang dari 10 tahun, bahkan tidak bisa menemukan bandingannya diantara 100 anak, tapi nakalnya bukan main. Bayou sering mengganggu perempuan-perempuan dan sangat senang bergaul dengan perempuan. Baoyu tidak memperhatikan ucapannya dan memperlakukan semua orang sama tanpa melihat strata sosialnya.

Baoyu sangat mencintai sepupunya yang bernama Lin Daiyu ,tapiBaoyu telah dijodohkan untuk menikah dengan sepupunya yang lain, Xue Baochai. Persaingan romantis dan persahabatan di antara tiga karakter dengan latar belakang kekayaan keluarga membentuk cerita utama dalam novel ini.

Secara lebih terperinci alas an peneliti memilih novel Hongloumeng karya Cao Xueqin

(23)

8

2. Peneliti sangat tertarik dengan karakter tokoh Jia Baoyu pada novel Hongloumeng. Ada sifat dan karakter Jia Baoyu yang sebenarnya baik, namun dipandang sebaliknya oleh keluarga dan masyarakat, sebab sejak awal karakter yang tergambar dari tokoh Jia Baoyu adalah nakal, keras kepala, egois, bertindak sesuai keinginan. Hal ini membuat peneliti ingin memaparkan dan menjelaskan sifat baik dan buruk apa saja yang dimiliki Jia Baoyu.

3. Novel ini banyak memberikan petuah-petuah tentang kehidupan yang sangat baik dan bagus bila dijadikan sebagai panutan untuk kehidupan sehari-hari.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah

1. Apa saja sifat-sifat baik tokoh Jia Baoyu? 2. Apa saja sifat-sifat buruk Jia Baoyu?\

1.3Tujuan Penelitian

(24)

9

itu suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas. Mengingat harus memiliki arah dan sasaran yang tepat. Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan sifat-sifat baik tokoh Jia Baoyu. 2. Mendiskropsikan sifat-sifat buruk tokoh Jia Baoyu.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, agar peneliti tetap terfokus dan tidak melebar melewati fokus pemasalahan perlu adanya pembatasan masalah. Sebuah penelitian perlu dibatasi ruang lingkupnya agar wilayah kajian tidak terlalu luas dengan berakibat penelitiannya tidak fokus. Penelitian ini berfokus pada karakter baik dan buruk tokoh Jia Baoyu pada novel Hong Lou Meng karya Cao Xueqin.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca, dan penulis baik bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai pemantapan dan pengokohan mengenai metode dan teknik untuk menganalisis karakter tokoh dalam novel.

2. Manfaat Praktis

(25)

10

a. Untuk memperkaya pemahaman tentang karakter-karakter tokoh dalam novel.

b. Media peningkatan apresiasi terhadap karya sastra terutama karya sastra novel.

c. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi mahasiswa pada kegiatan apresiasi fiksi.

(26)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang membahas beberapa penelitian peneliti sebelumnya. Selanjutnya terdapat konsep yang menjelaskan pengertian dari istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini, serta terdapat landasan teori yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini.

2.1. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Penulis menemukan beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini. Adapun buku dan jurnal yaitu :

Zhou (2010)dalam bukunya yang berjudul“nánxìng ǒuxiàng de quēxí—— shì lùn jiǎ fǔ jiàoyù quēshī duì jiǎ bǎoyù xìnggé xíngchéng de yǐngxiǎng”. Dalam buku ini penulis menceritakan hubungan Jia Baoyu dengan lingkungannya dan kesedihan batin yang mendalam tokoh Jia Baoyu. Dengan membaca buku ini penulis mengetahuibahwa Jia Baoyu mempunyai hubungan dengan banyak perempuan di lingkungannya dan perjodohannya dengan Xue Baochai.

(27)

12

miáoxiě yǔ jiǎ bǎoyù xìnggé de fǎ zhǎn” zhōng jiěshì shuō”. Dalam buku ini

penulis menceritakanperbandingan kehidupan Jia bayou (penjelmaan batu giok) dengankehidupan batu giok. Dengan membaca buku ini penulis mengetahui bahwa pada kehidupan batu lebih monoton dibandingkan kehidupan Jia Baoyu. Pada kehidupan Jia Baoyu, Baoyu merasa sedih ketika kematian membawa makna yang lebih berat,tetapi jugamerasakanhidup dan kendala kehidupansemakinserius, seumur hidup, masa depan mereka,caraberpikirdi kehidupan itu sendirisecara bertahap dibanding di kehidupan si batu giok sebelumnya.

Fanyunxin (2006) dalam bukunya yang berjudul “shì xī jiǎ bǎoyù pànnì xìnggé de gēnyuán” . Dalam bukunya penulis menjelaskantentang pemberontakan Jia Baoyu. Dengan membaca buku ini penulis mengetahui bahwa Jia Baoyu menolak ketenaran dan kekayaan, melawan sistem feodaldan etikafeodal, mengejar kebebasan dan kesetaraan, membutuhkan pembebasan individu.menghormati perempuan, menumbuhkan semangat kemanusiaan.

2.2 Konsep 2.2.1 Novel

(28)

13

meninggal” (Semi, 1988:32). Pada dasarnya istilah novel sama dengan istilah roman, sebagaimana yang dikemukakan oleh Semi (1988:32) bahwa dalam istilah novel tercangkup pengertian roman, sebab roman hanyalah istilah novel untuk zaman sebelum perang dunia kedua di Indonesia. Digunakannya istilah roman pada waktu itu adalah wajar karena sastrawan Indonesia wakktu itu pada umumnya berorientasi kenegeri Belanda, yang lazim dinamakan ini dengan roman. Istilah ini juga dipakai di Perancis dan Rusia, serta dikenal di Indonesia setelah kemerdekaan, yakni setelah sastrawan Indonesia banyak beralih kepada bacaan-bacaan yang berbahasa Inggris.

Dewasa ini, istilah yang umum dipakai di Indonesia untuk karya sastra berbentuk prosa yang panjang ini adalah istilah novel. Novel sebagai karya sastra fiksi merupakan hasil renungan, pemikiran dan pengalaman panjang terhadap peristiwa kehidupan manusia yang disampaikan dengan bahasa yang berkesan. Novel adalah sebuah karya sastra berbentuk fiksi yang telah dirangkai dengan fakta kehidupan dan dibumbui dengan khayalan pengarang terlebih dahulu, sehingga menjadi bacaan yang mempunyai tujuan dan misi untuk mempengaruhi masyarakat penikmat sastra.

(29)

14

pembangun sebuah novel itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik”. Selanjutnya Nurgiyantoro (1995:23) mengemukakan bahwa unsur intrinsik adalah “unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri”. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita, unsur yang dimaksud yaitu peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.

Di pihak lain, unsur ekstrinsik adalah “unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra” (Nurgiyantoro, 1995:23). Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.

2.2.2 Pengertian Tokoh

(30)

15

dalam plot. Dari beberapa pengertian tokoh tersebut, dapat dinyatakan bahwa tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam cerita mengemban peristiwa-peristiwa yang membentuk sebuah cerita.

Menurut Sumardjo dan Saini (1997:145) “Tokoh-tokoh cerita, terutama tokoh pentingnya, memiliki watak masing-masing yang digambarkan dengan seksama oleh pengarang-pengarang yang terampil. Tokoh-tokoh itu dapat memiliki berbagai watak sesuai dengan kemungkinan watak yang ada pada manusia”. Watak para tokoh itu bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan gawatnya masalah-masalah yang timbul dalam peristiwa-peristiwa tertentu.

Tokoh oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan atau yang dilakukan dalam tindakan. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain. Perbedaan antara tokoh satu dengan yang lain lebih ditentukan dengan kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik. Menurut Sumardjo dan Saini (1997 : 145) “ tingkah laku dan perbuatan tokoh-tokoh cerita akan membangkitkan perhatian pembaca dalam memahami, menghayati dan menyimpulkan buah pikiran pengarang”. Oleh sebab itu, pembaca dalam memahami watak para tokoh lebih ditentukan oleh ucapan dan perbuatan tokoh daripada dilihat secara fisik.

(31)

16

pesan, amanat moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Tidak jarang tokoh cerita dipaksakan diperalat sebagai pembawa pesan sehingga sebagai tokoh cerita dan sebagai pribadi kurang berkembang. Tokoh cerita seolah-olah hanya sebagai corong penyampai pesan atau bahkan mungkin merupakan refleksi pikiran, sikap, pendirian dan keinginan-keinginan pengarang.

2.2.3 Jenis-jenis Tokoh

Secara garis besar dalam sebuah karya fiksi dijumpai dua macam tokoh yang masing-masing tokoh memiliki peranan yang berbeda–beda, yakni tokoh inti atau tokoh utama dan tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Aminuddin (2004:79-80) mengemukakan bahwa “tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita, sedangkan tokoh tambahan atau tokoh pembantu adalah tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama”.

(32)

17

karya sastra mungkin banyak persoalan-persoalan yang muncul, tetapi tentulah tidak semua. Persoalan itu bisa dianggap sebagai tema, untuk menentukan persoalan yang merupakan tema, pertama tentulah dilihat persoalan mana yang paling menonjol. Selanjutnya secara kuantitatif, persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik. Konflik yang melahirkan peristiwa. Kemudian menentukan waktu penceritaan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa ataupun tokoh-tokoh didalam cerita sebuah sastra.

Aminuddin (2004:80) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan mana tokoh utama dan mana tokoh tambahan yaitu : “(1) melihat keseringan pemunculan dalam cerita, (2) petunjuk yang diberikan pengarang”. Keseringan pemunculan yang dimaksud adalah bahwa tokoh utama terlibat pada sebagian besar peristiwa dalam cerita. Kemudian petunjuk yang diberikan pengarang mengacu pada ciri-ciri khusus kepada tokoh satu yang membedakan dengan tokoh yang lain. Kemunculan tokoh utama secara bersama-sama membangun cerita dengan tokoh tambahan.

(33)

18

dan Saini (1997:144) mengemukakan bahwa tokoh protagonis berperan sebagai penggerak cerita. Karena perannya itu, protagonis adalah tokoh yang pertama-tama menghadapi masalah dan terlibat dalam kesukaran-kesukaran. Sedangkan antagonis berperan sebagai penghalang dan masalah protagonis.

Berdasarkan perwatakannya, “tokoh cerita dapat dibedakan kedalam tokoh sederhana (simple atau flat character ) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round character)”(Foster dalam Nurgiyantoro, 1995:181). Pengkatagorian seorang tokoh ke dalam tokoh sederhana dan bulat harus dilalui dengan analisis perwatakan. Menurut Nurgiyantoro (1995:181) “Tokoh sederhana dalam bentuk asli adalah tokoh yang hanya memiliki suatu kualitas pribadi atau sifat watak yang tertentu saja. Ia tak memiliki sifat dan tingkah laku seseorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu”. Watak yang telah pasti itulah yang mendapat penekanan dan terus menerus terlihat dalam fiksi yang bersangkutan.

(34)

19

manusia yang sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan ia juga sering memberikan kejutan.

Berdasarkan kriteria berkembang atau tidak, perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam sebuah novel dapat dibedakan ke dalam tokoh statis (statis character) dan tokoh berkembang (developing character). “Tokoh statis adalah tokoh yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi”. (Altenberg dan Luwis dalam Nurgiyantoro, 1995:188). Tokoh berkembang adalah “tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berintereaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun orang lain, yang kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap, sifat dan tingkah lakunya”. (Nurgiyantoro, 1995:188).

Dalam memahami watak-watak setiap tokoh, tentunya tidak mudah, yang hanya dengan membaca keseluruhan cerita saja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memahami watak setiap tokoh. Aminuddin (2004:80-81) mengemukakan untuk memahami watak setiap pelaku (tokoh) dapat ditelusuri lewat :

1. tuturan pengarang terhadap karakteristik pelaku

(35)

20 3. menunjukkan bagaimana prilakunya

4. melihat bagaimana ia berbicara tentang dirinya sendiri 5. memahami bagaimana jalan pikirannya

6. melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya

7. melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan raksi terhadapnya

8. melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.

Selanjutnya, menurut Sumardjo dan Saini (1997:65) bahwa ada beberapa jalan untuk mengenali karakter (watak ) dalam sebuah cerita, yaitu :

1. melalui apa yang diperbuatnya 2. melalui ucapan-ucapannya

3. melalui penggambaran fisik tokoh 4. melalui pikiran-pikirannya

5. melalui penerangan langsung

2.1.2.5 Pengertian Karakter

(36)

21

antagonis dan tokoh protagonis novel itu? dan sebagainya. Watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sikap dan sifat para tokoh seperti yang ditafsirkan pembaca yang lebih menuju pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu. Seperti yang dikemukakan Jones (dalam Nurgiyantoro, 1995 : 156) penokohan adalah “pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita”.

Menurut Sudjiman (1991:23) karakter ialah “ kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain”. Selanjutnya Hardaniwati dkk (2003:303) mengemukakan karakter adalah “ sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang laing” . Tokoh-tokoh yang ditampilkan pengarang dalam sebuah karya fiksi merupakan tokoh rekaan, hanya pengarangnyalah yang mengenalnya. Untuk itu tokoh-tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar karakternya juga dikenal oleh pembaca.

(37)

22

tokoh satu dengan tokoh lain . Karakter tokoh dapat dilihat dan dianalisis melalui setiap aktivitas yang dilakukan oleh seorang tokoh, melalui dialog dan perbuatan serta tingkah laku yang dilakukan oleh seorang tokoh.

Menurut Lagos Egri (dalam Sukada, 1987:64) “karakter seorang tokoh memiliki tiga dimensi sebagai struktur pokoknya, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis”. Ketiga dimensi tersebut adalah tiga unsur yang membangun karakter dalam sebuah karya sastra. Masalahnya terletak pada pertanyaan seberapa jauh unsur-unsur tersebut dilukisan pengarang dalam karya sastra.

Hutagalung (dalam Murniati, 1997:15) mengemukakan “dimensi fisiologis dan aspeknya adalah keadaan fisik tokoh, seperti jenis kelamin, tampang, dan keberadaan tokoh apakah cacat atau tidak”. Dalam menentukan karakter tokoh, keadaan fisik tokoh perlu dilukiskan, terutama jika ia memiliki bentuk fisik khas sehingga pembaca dapat menggambarkan secara imajinatif. Di samping itu, ia juga dibutuhkan untuk mengefektifkan dan mengkongkretkan ciri-ciri kedirian tokoh yang dilukiskan dengan teknik lain. Sebagaimana menurut Nurgiyantoro (1995:210) “pelukisan wujud fisik tokoh berfungsi untuk lebih mengintensifkan sifak kedirian tokoh”.

(38)

23

diceritakan dalam karya fiksi. “Kehidupan sosial tokoh mencangkup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain”(Nurgiyantoro, 1995:233).

Menurut Hutagalung (dalam Murniati, 1997:15) “dimensi psikologis dan aspeknya adalah masalah kejiwaan tokoh cerita tersebut, seperti cita-cita, ambisi, kekecewaan, kecakapan, temperamen atau watak kejiwaannya secara individu”. Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (1995:210) menyatakan bahwa keadaan fisik tokoh sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tipis menyaran pada sifat ceriwis dan bawel, rambut lurus menyaran pada sifat tak mau mengalah, pandangan mata tajam, hidung agak mendongak, bibir yang bagaimana dan lain-lain yang dapat menyaran pada sifat tertentu. Tentu saja hal itu berkaitan dengan pandangan (budaya) masyarakat yang bersangkutan.

2.2.4 Teknik Penampilan Karakter Tokoh

Menurut Semi (1988 :39-40) ada dua cara yang digunakan untuk menampilkan watak tokoh dalam suatu cerita, yaitu :

(39)

24

2. Secara dramatik. Secara dramatik yaitu penggambaran secara langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui: (1) pilihan nama tokoh, misalnya nama semacam sarinem untuk babu, mince untuk gadis rada genit, bonar untuk nama tokoh garang dan gesit dan seterusnya; (2) melalui penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakain, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungan dan sebagainya; (3) melalui dialog baik dialog tokoh-tokoh yang bersangkutan dalam intereaksinya dengan tokoh-tokoh lainya.

Selanjutnya, menurut M. Saleh Saad (dalam Sukada, 1987:64) teknik penampilan keadaan dan watak tokoh-tokoh dapat melalui dua jalan yaitu :

1. Cara analitik. Pengarang akan menjelaskan secara langsung keadaan dan watak tokoh-tokohnya.

2. Cara dramatik. Menggambarkan apa dan siapanya tokoh itu tidak secara langsung, tetapi melalui hal-hal lain :

2.1Menggambarkan tempat atau lingkungan sang tokoh .

2.2Cakapan (percakapan) antara tokoh dengan tokoh lain, atau percakaan tokoh-tokoh lain tentang dia

2.3Pikiran sang tokoh atau pendapat tokoh-tokoh lain tentang dia. 2.4Perbuatan sang tokoh

(40)

25 1. Melukiskan bentuk lahir dari tokoh

2. melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang melintas dalam pikirannya 3. bagaimana reaksi tokoh itu terhadap kejadian

4. pengarang dengan langusung menganalisis watak tokoh 5. melukiskan keadaan sekitar tokoh

6. bagaimana pandangan tokoh lain terhadap tokoh utama

Dari keterangan diatas, maka cara menyampaikan karakter tokoh dapat juga melalui pikiran tindakannya dan lain-lain. Sejalan dengan itu, Hutagalung (dalam Murniati, 1997:15) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan dimensi fisiologis dan aspeknya adalah keadaan fisik tokoh, seperti jenis kelamin, tampang, dan keberadaan tokoh apakah cacat atau tidak. Yang dimaksud dan tercangkup dalam dimensi sosiologis, yakni masalah sosial tokoh seperti lingkungannya, pangkat, dan kebangsaan. Sedangkan yang dimaksud dengan dimensi psikologis dan aspeknya adalah masalah kejiwaan tokoh cerita tersebut, seperti cita-cita, ambisi, kekecewaan, kecakapan, temperamen atau watak kejiwaannya secara individu.

(41)

26 2.3Landasan Teori

Landasan teori merupakan dasar penulis untuk berpijak dalam sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori structural untuk menganalisis unsur-unsur pembangun dalam sebuah sastra.

Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memahami, menjelaskan, menilai suatu objek atau data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai pembimbing yang menuntun dan member arah didalam penelitian. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Struktural.

2.3.1 Teori Struktural (Objektif)

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarang, maupun pembaca. Wellek dan Warren dalam Wiyatmi (2006:87) menyebutkan pendekatan ini sebagai pendekatan intrinsic karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi dan kebenaran sendiri.

(42)

27 keseluruhan.

Menurut Teeuw (1984:135), pendekatan structural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan struktur membongkar seluruh isi (unsur-unsur intrinsic di dalam novel) dan menghubungkan relevasinya antara unsur-unsur didalamnya.

Teori struktural sastra merupakan sebuah teori untuk mendekati teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Struktural sastra mengupayakan adanya suatu dasar yang ilmiah bagi teori sastra, seperti halnya disiplin-disiplin ilmu lainnya. Teeuw mengungkapkan, asumsi dasar struktural adalah teks sastra merupakan keseluruhan, kesatuan yang bulat dan mempunyai koherensi batiniah (2011:46). Struktural secara khusus mengacu pada praktik kritik sastra yang model analisisnya didasarkan pada teori linguistic modern, yang pendekatannya selalu pada unsur intrinsic (struktur kesusastraan) dan menganggap teks sastra adalah yang otonom.

(43)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang membahas beberapa penelitian peneliti sebelumnya. Selanjutnya terdapat konsep yang menjelaskan pengertian dari istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini, serta terdapat landasan teori yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini.

2.1. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Penulis menemukan beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini. Adapun buku dan jurnal yaitu :

Zhou (2010)dalam bukunya yang berjudul“nánxìng ǒuxiàng de quēxí—— shì lùn jiǎ fǔ jiàoyù quēshī duì jiǎ bǎoyù xìnggé xíngchéng de yǐngxiǎng”. Dalam buku ini penulis menceritakan hubungan Jia Baoyu dengan lingkungannya dan kesedihan batin yang mendalam tokoh Jia Baoyu. Dengan membaca buku ini penulis mengetahuibahwa Jia Baoyu mempunyai hubungan dengan banyak perempuan di lingkungannya dan perjodohannya dengan Xue Baochai.

(44)

12

miáoxiě yǔ jiǎ bǎoyù xìnggé de fǎ zhǎn” zhōng jiěshì shuō”. Dalam buku ini

penulis menceritakanperbandingan kehidupan Jia bayou (penjelmaan batu giok) dengankehidupan batu giok. Dengan membaca buku ini penulis mengetahui bahwa pada kehidupan batu lebih monoton dibandingkan kehidupan Jia Baoyu. Pada kehidupan Jia Baoyu, Baoyu merasa sedih ketika kematian membawa makna yang lebih berat,tetapi jugamerasakanhidup dan kendala kehidupansemakinserius, seumur hidup, masa depan mereka,caraberpikirdi kehidupan itu sendirisecara bertahap dibanding di kehidupan si batu giok sebelumnya.

Fanyunxin (2006) dalam bukunya yang berjudul “shì xī jiǎ bǎoyù pànnì xìnggé de gēnyuán” . Dalam bukunya penulis menjelaskantentang pemberontakan Jia Baoyu. Dengan membaca buku ini penulis mengetahui bahwa Jia Baoyu menolak ketenaran dan kekayaan, melawan sistem feodaldan etikafeodal, mengejar kebebasan dan kesetaraan, membutuhkan pembebasan individu.menghormati perempuan, menumbuhkan semangat kemanusiaan.

2.2 Konsep 2.2.1 Novel

(45)

13

meninggal” (Semi, 1988:32). Pada dasarnya istilah novel sama dengan istilah roman, sebagaimana yang dikemukakan oleh Semi (1988:32) bahwa dalam istilah novel tercangkup pengertian roman, sebab roman hanyalah istilah novel untuk zaman sebelum perang dunia kedua di Indonesia. Digunakannya istilah roman pada waktu itu adalah wajar karena sastrawan Indonesia wakktu itu pada umumnya berorientasi kenegeri Belanda, yang lazim dinamakan ini dengan roman. Istilah ini juga dipakai di Perancis dan Rusia, serta dikenal di Indonesia setelah kemerdekaan, yakni setelah sastrawan Indonesia banyak beralih kepada bacaan-bacaan yang berbahasa Inggris.

Dewasa ini, istilah yang umum dipakai di Indonesia untuk karya sastra berbentuk prosa yang panjang ini adalah istilah novel. Novel sebagai karya sastra fiksi merupakan hasil renungan, pemikiran dan pengalaman panjang terhadap peristiwa kehidupan manusia yang disampaikan dengan bahasa yang berkesan. Novel adalah sebuah karya sastra berbentuk fiksi yang telah dirangkai dengan fakta kehidupan dan dibumbui dengan khayalan pengarang terlebih dahulu, sehingga menjadi bacaan yang mempunyai tujuan dan misi untuk mempengaruhi masyarakat penikmat sastra.

(46)

14

pembangun sebuah novel itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik”. Selanjutnya Nurgiyantoro (1995:23) mengemukakan bahwa unsur intrinsik adalah “unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri”. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita, unsur yang dimaksud yaitu peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.

Di pihak lain, unsur ekstrinsik adalah “unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra” (Nurgiyantoro, 1995:23). Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.

2.2.2 Pengertian Tokoh

(47)

15

dalam plot. Dari beberapa pengertian tokoh tersebut, dapat dinyatakan bahwa tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam cerita mengemban peristiwa-peristiwa yang membentuk sebuah cerita.

Menurut Sumardjo dan Saini (1997:145) “Tokoh-tokoh cerita, terutama tokoh pentingnya, memiliki watak masing-masing yang digambarkan dengan seksama oleh pengarang-pengarang yang terampil. Tokoh-tokoh itu dapat memiliki berbagai watak sesuai dengan kemungkinan watak yang ada pada manusia”. Watak para tokoh itu bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan gawatnya masalah-masalah yang timbul dalam peristiwa-peristiwa tertentu.

Tokoh oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan atau yang dilakukan dalam tindakan. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain. Perbedaan antara tokoh satu dengan yang lain lebih ditentukan dengan kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik. Menurut Sumardjo dan Saini (1997 : 145) “ tingkah laku dan perbuatan tokoh-tokoh cerita akan membangkitkan perhatian pembaca dalam memahami, menghayati dan menyimpulkan buah pikiran pengarang”. Oleh sebab itu, pembaca dalam memahami watak para tokoh lebih ditentukan oleh ucapan dan perbuatan tokoh daripada dilihat secara fisik.

(48)

16

pesan, amanat moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Tidak jarang tokoh cerita dipaksakan diperalat sebagai pembawa pesan sehingga sebagai tokoh cerita dan sebagai pribadi kurang berkembang. Tokoh cerita seolah-olah hanya sebagai corong penyampai pesan atau bahkan mungkin merupakan refleksi pikiran, sikap, pendirian dan keinginan-keinginan pengarang.

2.2.3 Jenis-jenis Tokoh

Secara garis besar dalam sebuah karya fiksi dijumpai dua macam tokoh yang masing-masing tokoh memiliki peranan yang berbeda–beda, yakni tokoh inti atau tokoh utama dan tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Aminuddin (2004:79-80) mengemukakan bahwa “tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita, sedangkan tokoh tambahan atau tokoh pembantu adalah tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama”.

(49)

17

karya sastra mungkin banyak persoalan-persoalan yang muncul, tetapi tentulah tidak semua. Persoalan itu bisa dianggap sebagai tema, untuk menentukan persoalan yang merupakan tema, pertama tentulah dilihat persoalan mana yang paling menonjol. Selanjutnya secara kuantitatif, persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik. Konflik yang melahirkan peristiwa. Kemudian menentukan waktu penceritaan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa ataupun tokoh-tokoh didalam cerita sebuah sastra.

Aminuddin (2004:80) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan mana tokoh utama dan mana tokoh tambahan yaitu : “(1) melihat keseringan pemunculan dalam cerita, (2) petunjuk yang diberikan pengarang”. Keseringan pemunculan yang dimaksud adalah bahwa tokoh utama terlibat pada sebagian besar peristiwa dalam cerita. Kemudian petunjuk yang diberikan pengarang mengacu pada ciri-ciri khusus kepada tokoh satu yang membedakan dengan tokoh yang lain. Kemunculan tokoh utama secara bersama-sama membangun cerita dengan tokoh tambahan.

(50)

18

dan Saini (1997:144) mengemukakan bahwa tokoh protagonis berperan sebagai penggerak cerita. Karena perannya itu, protagonis adalah tokoh yang pertama-tama menghadapi masalah dan terlibat dalam kesukaran-kesukaran. Sedangkan antagonis berperan sebagai penghalang dan masalah protagonis.

Berdasarkan perwatakannya, “tokoh cerita dapat dibedakan kedalam tokoh sederhana (simple atau flat character ) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round character)”(Foster dalam Nurgiyantoro, 1995:181). Pengkatagorian seorang tokoh ke dalam tokoh sederhana dan bulat harus dilalui dengan analisis perwatakan. Menurut Nurgiyantoro (1995:181) “Tokoh sederhana dalam bentuk asli adalah tokoh yang hanya memiliki suatu kualitas pribadi atau sifat watak yang tertentu saja. Ia tak memiliki sifat dan tingkah laku seseorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu”. Watak yang telah pasti itulah yang mendapat penekanan dan terus menerus terlihat dalam fiksi yang bersangkutan.

(51)

19

manusia yang sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan ia juga sering memberikan kejutan.

Berdasarkan kriteria berkembang atau tidak, perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam sebuah novel dapat dibedakan ke dalam tokoh statis (statis character) dan tokoh berkembang (developing character). “Tokoh statis adalah tokoh yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi”. (Altenberg dan Luwis dalam Nurgiyantoro, 1995:188). Tokoh berkembang adalah “tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berintereaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun orang lain, yang kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap, sifat dan tingkah lakunya”. (Nurgiyantoro, 1995:188).

Dalam memahami watak-watak setiap tokoh, tentunya tidak mudah, yang hanya dengan membaca keseluruhan cerita saja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memahami watak setiap tokoh. Aminuddin (2004:80-81) mengemukakan untuk memahami watak setiap pelaku (tokoh) dapat ditelusuri lewat :

1. tuturan pengarang terhadap karakteristik pelaku

(52)

20 3. menunjukkan bagaimana prilakunya

4. melihat bagaimana ia berbicara tentang dirinya sendiri 5. memahami bagaimana jalan pikirannya

6. melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya

7. melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan raksi terhadapnya

8. melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.

Selanjutnya, menurut Sumardjo dan Saini (1997:65) bahwa ada beberapa jalan untuk mengenali karakter (watak ) dalam sebuah cerita, yaitu :

1. melalui apa yang diperbuatnya 2. melalui ucapan-ucapannya

3. melalui penggambaran fisik tokoh 4. melalui pikiran-pikirannya

5. melalui penerangan langsung

2.1.2.5 Pengertian Karakter

(53)

21

antagonis dan tokoh protagonis novel itu? dan sebagainya. Watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sikap dan sifat para tokoh seperti yang ditafsirkan pembaca yang lebih menuju pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu. Seperti yang dikemukakan Jones (dalam Nurgiyantoro, 1995 : 156) penokohan adalah “pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita”.

Menurut Sudjiman (1991:23) karakter ialah “ kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain”. Selanjutnya Hardaniwati dkk (2003:303) mengemukakan karakter adalah “ sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang laing” . Tokoh-tokoh yang ditampilkan pengarang dalam sebuah karya fiksi merupakan tokoh rekaan, hanya pengarangnyalah yang mengenalnya. Untuk itu tokoh-tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar karakternya juga dikenal oleh pembaca.

(54)

22

tokoh satu dengan tokoh lain . Karakter tokoh dapat dilihat dan dianalisis melalui setiap aktivitas yang dilakukan oleh seorang tokoh, melalui dialog dan perbuatan serta tingkah laku yang dilakukan oleh seorang tokoh.

Menurut Lagos Egri (dalam Sukada, 1987:64) “karakter seorang tokoh memiliki tiga dimensi sebagai struktur pokoknya, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis”. Ketiga dimensi tersebut adalah tiga unsur yang membangun karakter dalam sebuah karya sastra. Masalahnya terletak pada pertanyaan seberapa jauh unsur-unsur tersebut dilukisan pengarang dalam karya sastra.

Hutagalung (dalam Murniati, 1997:15) mengemukakan “dimensi fisiologis dan aspeknya adalah keadaan fisik tokoh, seperti jenis kelamin, tampang, dan keberadaan tokoh apakah cacat atau tidak”. Dalam menentukan karakter tokoh, keadaan fisik tokoh perlu dilukiskan, terutama jika ia memiliki bentuk fisik khas sehingga pembaca dapat menggambarkan secara imajinatif. Di samping itu, ia juga dibutuhkan untuk mengefektifkan dan mengkongkretkan ciri-ciri kedirian tokoh yang dilukiskan dengan teknik lain. Sebagaimana menurut Nurgiyantoro (1995:210) “pelukisan wujud fisik tokoh berfungsi untuk lebih mengintensifkan sifak kedirian tokoh”.

(55)

23

diceritakan dalam karya fiksi. “Kehidupan sosial tokoh mencangkup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain”(Nurgiyantoro, 1995:233).

Menurut Hutagalung (dalam Murniati, 1997:15) “dimensi psikologis dan aspeknya adalah masalah kejiwaan tokoh cerita tersebut, seperti cita-cita, ambisi, kekecewaan, kecakapan, temperamen atau watak kejiwaannya secara individu”. Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (1995:210) menyatakan bahwa keadaan fisik tokoh sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tipis menyaran pada sifat ceriwis dan bawel, rambut lurus menyaran pada sifat tak mau mengalah, pandangan mata tajam, hidung agak mendongak, bibir yang bagaimana dan lain-lain yang dapat menyaran pada sifat tertentu. Tentu saja hal itu berkaitan dengan pandangan (budaya) masyarakat yang bersangkutan.

2.2.4 Teknik Penampilan Karakter Tokoh

Menurut Semi (1988 :39-40) ada dua cara yang digunakan untuk menampilkan watak tokoh dalam suatu cerita, yaitu :

(56)

24

2. Secara dramatik. Secara dramatik yaitu penggambaran secara langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui: (1) pilihan nama tokoh, misalnya nama semacam sarinem untuk babu, mince untuk gadis rada genit, bonar untuk nama tokoh garang dan gesit dan seterusnya; (2) melalui penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakain, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungan dan sebagainya; (3) melalui dialog baik dialog tokoh-tokoh yang bersangkutan dalam intereaksinya dengan tokoh-tokoh lainya.

Selanjutnya, menurut M. Saleh Saad (dalam Sukada, 1987:64) teknik penampilan keadaan dan watak tokoh-tokoh dapat melalui dua jalan yaitu :

1. Cara analitik. Pengarang akan menjelaskan secara langsung keadaan dan watak tokoh-tokohnya.

2. Cara dramatik. Menggambarkan apa dan siapanya tokoh itu tidak secara langsung, tetapi melalui hal-hal lain :

2.1Menggambarkan tempat atau lingkungan sang tokoh .

2.2Cakapan (percakapan) antara tokoh dengan tokoh lain, atau percakaan tokoh-tokoh lain tentang dia

2.3Pikiran sang tokoh atau pendapat tokoh-tokoh lain tentang dia. 2.4Perbuatan sang tokoh

(57)

25 1. Melukiskan bentuk lahir dari tokoh

2. melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang melintas dalam pikirannya 3. bagaimana reaksi tokoh itu terhadap kejadian

4. pengarang dengan langusung menganalisis watak tokoh 5. melukiskan keadaan sekitar tokoh

6. bagaimana pandangan tokoh lain terhadap tokoh utama

Dari keterangan diatas, maka cara menyampaikan karakter tokoh dapat juga melalui pikiran tindakannya dan lain-lain. Sejalan dengan itu, Hutagalung (dalam Murniati, 1997:15) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan dimensi fisiologis dan aspeknya adalah keadaan fisik tokoh, seperti jenis kelamin, tampang, dan keberadaan tokoh apakah cacat atau tidak. Yang dimaksud dan tercangkup dalam dimensi sosiologis, yakni masalah sosial tokoh seperti lingkungannya, pangkat, dan kebangsaan. Sedangkan yang dimaksud dengan dimensi psikologis dan aspeknya adalah masalah kejiwaan tokoh cerita tersebut, seperti cita-cita, ambisi, kekecewaan, kecakapan, temperamen atau watak kejiwaannya secara individu.

(58)

26 2.3Landasan Teori

Landasan teori merupakan dasar penulis untuk berpijak dalam sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori structural untuk menganalisis unsur-unsur pembangun dalam sebuah sastra.

Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memahami, menjelaskan, menilai suatu objek atau data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai pembimbing yang menuntun dan member arah didalam penelitian. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Struktural.

2.3.1 Teori Struktural (Objektif)

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarang, maupun pembaca. Wellek dan Warren dalam Wiyatmi (2006:87) menyebutkan pendekatan ini sebagai pendekatan intrinsic karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi dan kebenaran sendiri.

(59)

27 keseluruhan.

Menurut Teeuw (1984:135), pendekatan structural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan struktur membongkar seluruh isi (unsur-unsur intrinsic di dalam novel) dan menghubungkan relevasinya antara unsur-unsur didalamnya.

Teori struktural sastra merupakan sebuah teori untuk mendekati teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Struktural sastra mengupayakan adanya suatu dasar yang ilmiah bagi teori sastra, seperti halnya disiplin-disiplin ilmu lainnya. Teeuw mengungkapkan, asumsi dasar struktural adalah teks sastra merupakan keseluruhan, kesatuan yang bulat dan mempunyai koherensi batiniah (2011:46). Struktural secara khusus mengacu pada praktik kritik sastra yang model analisisnya didasarkan pada teori linguistic modern, yang pendekatannya selalu pada unsur intrinsic (struktur kesusastraan) dan menganggap teks sastra adalah yang otonom.

(60)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan terutama pada pengumpulan, klasifuikasi data laporan. Data yang dideskripsikan berupa data verbal yang mengungkapkan karakter tokoh. Data verbal tersebut berupa kalimat-kalimat, dialog maupun monolog dan karakterisasi langsung dari pengarang dengan karakter tokoh dalam novel Hong Lou Meng “Impian Di Bilik Merah”.

Metode kualitatif bersifat deskriptif. “Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang atau prilaku yang diamati” (Bogdan dan Taylor (dalam Aminuddin, 1990 : 14 ). Prosedur penelitian dipilih dan ditentukan si peneliti sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi.

3.2 Pendekatan Penelitian

(61)

29

pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi instrinsik yang membangun suatu karya sastra. Jadi, jika seorang peneliti ingin meneliti sistem atau komponen yang terdapat dalam karya sastra, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif.

3. 3 Data dan Sumber Data 3..3.1 Data

Data dalam penelitian ini adalah data verbal yang berupa kalimat, paragraf yang berupa narasi ataupun dialog dan karakterisasi langsung yang berhubungan dengan karakter tokoh Jia Baoyu pada novel Hong Lou Meng “Impian di Bilik Merah”. Dan sebagai contohnya adalah sebagai berikut :

a. Data berupa kalimat ini menggambarkan karkater tokoh dari aspek sosiologi.

“Nakalnya bukan main tapi sangat pandai, kita tak bisa menemukan bandingannya di antara 100 orang anak.”

b. Data berupa paragraf 1. Berbentuk Narasi.

(62)

30

perasaan kedua gadis itu, tapi nyatanya sekarang dia jadi serba salah. Apakah masih perlu aku menjadi pendamai masalah itu?akhirnya Baouyu berpikir sambil berjalan hilir mudik…”

2. Berbentuk dialog.

Data berbentuk dialog ini menggambarkan karakter tokoh dari aspek sosiologi. Dialog antara Lin Baoyu dengan Lin Daiyu.

“Apakah kau memiliki batu permata?

“Tidak, aku tidak punya sebuah pun,” “Benda itu aneh, sehingga tidak setiap orang memilikinya.”

3.3.2 Sumber Data

Sumber data juga merupakan tempat ditemukannya data-data yang ditulis. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber data primer dan sumber data skunder.

3.3.2.1Sumber Data Primer

(63)

31

chūbǎn shè chūbǎn), serta tebal 1602 halaman (120 bab). Sampul luarnya

berwarna putih dengan gambar seorang perempuan sedang berdiri di taman. Di sampul belakangnya terdapat gambar seorang perempuan sedang dudk sambil membaca di dekat pohon.

3.3.2.2Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data tambahan yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Sumber data sekunder yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini berupa buku-buku yang berkaitan dengan novel hongloumeng serta buku-buku yang berkaitan dengan teori objektif melalui aspek fisiologi, sosiologis, dan psikologis.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian kepustakaan atau studi pustaka. Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Membaca keseluruhan novel Hong Lou Meng “Impian di Bilik Merah” dengan teliti, kritis, dan berulang-ulang. Teknik ini dimaksudkan untuk lebih memahami dengan tepat karakter tokoh dalam novel.

(64)

32

3. Mengiventarisasikan data utama yaitu kalimat, paragraf yang mengungkapkan karakter tokoh.

3.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan terlebih dahulu setelah data terkumpul. Kegiatan ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data yang terkumpul diklasifikasikan berdasarkan karakter tokoh . 2. Setelah diklasifikasikan dianalisis karakter tokoh.

3. Mendeskripsikan data yaitu memaparkan atau mengambarkan data apa adanya secara jelas dan terperinci.

4. Secara bertahap, data yang telah diklasifikasikan diperiksa keakuratan dan kelayakan data sehingga akan memperoleh kesimpulan sesuai dengan yang diharapkan.

(65)

33 BAB IV PEMBAHASAN

4.1Karakter Baik Jia Baoyu

Karakter baik yang dilakukan oleh tokoh Jia Baoyu disebut juga dengan tokoh protagonis. Tokoh Jia Baoyu memiliki karakter baik yang ditunjukkannya pada beberapa sikap, seperti saat tokoh Jia Baoyu merawat Xiren pelayannya.

Berikut beberapa karakter baik yang dimiliki Jia Baoyu 1. Berkarisma

Berkarisma adalah keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya, atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu. Dalam hal ini ditunjukkan tokoh Jia Baoyu pada peristiwa dimana Lin Daiyu dan Jia Baoyu pertama kali bertemu, Lin Daiyu tercenung sesaat melihat Jia Baoyu.Hal ini terlihat dari kutipan novel berikut:

黛玉心想,这个宝玉不知是怎样个惫懒人呢。及至进来一 看,却是位青年公子:头上戴着束发嵌宝紫金冠,齐眉勒 着二龙戏珠金抹额,一件二色金百蝶穿花大红箭袖,束着 五彩丝攒花结长穗宫绦,外罩石青起花八团倭缎排穗褂, 登着青缎粉底小朝靴。面若中秋之月,色如春晓之花,鬓 若刀裁,眉如墨画,鼻如悬胆,睛若秋波,虽怒时而似笑 ,即฀视而有情。项上金螭缨络,又有一根五色丝绦,系 着一块美玉。

(66)

34

yang jorok dan liar seperti yang diperkirakannya. Wajahnya begitu gemilang seperti bulan purnama sednagkan kulitnya segar seperti kembang musim semi. Rambutnya juga halus dan rapi seperti dipahat, alisnya hitam seperti tinta Cina. Biasanya, ia tampak berwibawa sekalipun sedang marah. Ia jua tetap ramah sekalipun sedang resahIa memakai tpi merah muda yang dihiasi batu-batu mulia. Serta menggunakan baju merah bersulam kupu-kupu dan kembang. Batu giok terkalung dilehernya dengan benang sutra aneka warna. Melihat hal itu, Lin Daiyu tercenung sesaat.

2. Pintar

Pintar adalah pandai; cakap, cerdik; banyak akal, mahir (melakukan atau mengerjakan sesuatu. Dalam hal ini kepintaran mulai ditunjukkan Jia Baoyu sejak masih berumur 7 atau 8 tahun, dimana Boayu juga mengutarakan sebuah syair yang aneh untuk ukuran anak seumuran itu. Hal itu terlihat pada kutipan berikut:

如今长了十来岁,虽然淘气异常,但聪明乖觉,百个不及他一 个;说起孩子话来也奇,他说:‘女儿是水做的骨肉,男子是 泥做的骨肉。我见了女儿便清爽,见

了男子便觉浊臭逼人。’ “Sekarang, anak itu berumur 7 atau 8 tahun. Nakalnya bukan main, tapi sangat pandai. Kita tidak bisa menemukan bandingannya di antara 100 orang anak. Selain itu, ia pernah mengatakan sesuatu yang aneh untuk ukuran anak seumur itu. Ia mengatakan bahwa wanita dibuat dari air, sedangkan pria dibuat dari tanah liat. Karena itu, ia merasa suci dan kuat dalam penjelmaannya dan merasa tercemar serta tertekan andaikata ia terjelma dalam perwujudan lain.” (Hongloumeng, 2007:44)

(67)

35 北静王笑道:“名不虚传,果然如

‘宝’似‘玉’。”问:“衔的那宝贝在那里?”宝玉见 问,连忙从衣内取出,递与北静王细细看了,又念了那上 头的字,因问:“果灵验否?”贾政忙道:“虽如 此说,只是未曾试过。”北静王一面极口称奇,一面理顺 彩绦,亲自与宝玉带上,又携手问宝玉几岁,现读何书。 宝玉一一答应。北静王见他语言清朗,谈吐有致, 一面又向贾政笑道:“令郎真乃龙驹凤雏,非小王在世翁 前唐突,将来‘雏凤清于老凤声’,未可量也。”贾政陪 笑道:“犬子岂敢谬承金奖。赖藩郡馀恩,果如所 言,亦荫生辈之幸矣。”北静王又道:“只是一件:令郎 如此资质,想老太夫人自然钟爱。但吾辈后生,甚不宜溺 爱,溺爱则未免荒失了学业。昔小王曾蹈此辙,想 令郎亦未必不如是也。若令郎在家难以用功,不妨常到寒 邸,小王虽不才,却多蒙海内众名士凡至都者,未有不垂 青目的。是以寒邸高人颇聚,令郎常去谈谈会会, 则学问可以日进矣。因为他父亲听说贾宝玉教授经常称赞 他的聪明在创作一首诗,诗,他想试验一下。在贾政贾宝 玉组成看,他觉得他儿子的聪明感到骄傲。

Karena ayahnya sudah mendengar bahwa guru Jia Baoyu sering memuji kepandaian anaknya dalam hal menggubah bait syair, ia ingin mengujinya. Setelah Jia Zheng melihat gubahan Jia Baoyu, ia merasa bangga atas kepandaian anaknya. (Honglouumeng, 2007:260)

3. Dermawan

(68)

36 当服务员听到贾宝玉的实力,他们立即看到他,祝贺“贾 母已经知道少爷与贾政 当贾母问愤怒,先生们,我们说上帝是很聪明的。此外, 人们还说这节诗总体上优于学者长老组成。嗯,在我们看 来,这是值得庆祝的,先给我们一些东西作为纪念。“嗯 ,我会给你每一个键的钱,”贾宝玉微笑着说快乐“啊, 什么?谁开真的想要的是一些可以用来作为标志的眼睛说 :”一个侍者。后来,他抓起一袋附贾宝玉带饰品。看到 它,其他的服务员也在他朋友的脚步,所以在一瞬间所有 的装饰品,在贾宝玉带拆除。

Ketika para pelayan mendengar tentang kecakapan Baoyu, mereka segera mengerumuninya untuk mengucapkan selamat, “Nyonya Besar sudah tahu saat Tuan Muda bersama Tuan Besar. Sewaktu Nyonya Besar menanyakan tentang kepandaian tuan, kami mengatakan bahwa tuan amat pandai. Apalagi, orang-orang juga mengatakan bahwa bait-bait syair tuan lebih bagus dari pada gubahan para sarjana yang tua-tua. Nah, menurut kami, hal itu harus dirayakan, beri kami sesuatu sebagai peringatan.”

“Baiklah, aku akan memberikan kalian masing-masing serenteng uang” kata Baoyu sambil tersenyum senang

“ah, untuk apa?yang kai inginkan adalah sesuatu yang bisa dijadikan tanda mata” kata salah satu pelayan. Kemudian, ia meraih hiasan kantung yang menempel pada iakt pinggang Baoyu. Melihat hal itu, para pelayan lain juga mengikuti jejak temannya, sehingga dalam sekejab semua hiasan pada ikat pinggang Baoyu tandas.(Hongloumeng, 2007:

Karakter dermawan Jia Baoyu pada peristiwa dimana Baoyu tak pernah peduli kalah atau pun menang. Bila permainan usai, uang yang tersisa pun dibagi-bagikannya kepada para pelayan.Hal ini terlihat pada kutipan novel berikut:

“即使天宝时期少爷从未做过。如果他是,他从不在乎输 赢。即使游戏结束时,剩下的钱给了他的仆人。”

(69)

37

bila permainan usai, uangnya yang masih tersisa pun dibagi-bagikannya kepada pelayan.” (Hongloumeng, 298)

4. Bijaksana

Bijaksana adalah selalu menggunakan akal budinya arif, tajam pikiran, pandai dan hati-hati apabila menghadapi kesulitan. Dalam hal ini karakter bijksana sering ditunjukkan oleh tokoh Jia Baoyu dilingkungan Griya Runggguo dan sekolah. Hal ini terlihat pada peristiwa dimana keluarga Griya Ningguo kurang rapi dalam mengatur berbagai tugas dalam persiapan upacara pemakaman. Jia Zhen khawatir kalau-kalau ada sesuatu yang keliru sehingga mengganggu kesempurnaan upacara pemakaman seperti yang direncanakan dan Baoyu memberi saran yang sangat bagus. Hal ini terlihat pada kutipan novel berikut:

当贾宝玉看到恐惧,他立即给出了建议,“我认为有人帮 助吗?我想如果我们得到它,一切都会解决的。”

Ketika Baoyu melihat kekhawatiran itu, ia segera memberi saran, “ Bolehkah aku mengusulkan sesorang untuk membantu disini? Kurasa jika kita dibantu olehnya, semua akan beres.” (Hongloumeng, 2007:217)

Tokoh Jia Baoyu terlihat bijaksana dalam peristiwa dimana terjadi pertengkaran di kelas dan Li Gui sebagai pemimpin di sekolah tidak bisa mengatasinya, kemudian Jia Baoyu berhasil menyelesaikan dengan mengancam melaporkan. Hal ini terlihat dalam kutipan novel berikut:

(70)

38

天宝时期,意图听到李贵就劝他。”请不要催促我,所以 它不是一个真正的好老师,如果他在肯定不利于我们。我 们解决这

Referensi

Dokumen terkait

The new research group on the four-dimensional research and communication of urban history (Urban History 4D) aims to investigate and develop methods and technologies to

Untuk itu peneliti ingin menguji tingkat validitas, reliabilitas, dan obyektivitas tes passing, dribbling, shooting sepakbola Mor-Christian General Soccer Ability Skill

Keterbatasan tersebut di atas terletak pada kapasitas intelegensinya, sehingga anak sindroma down tidak bisa mengolah berbagai norma kehidupan yang pada.. akhirnya anak

Adapun masalah yang dikaji adalah karena Batik Bamboo adalah salah satu tempat pembuatan dan penjualan batik di Solo, namun masih kurang dalam melakukan kegiatan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antifungi ekstrak etanol daun cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) terhadap Candida albicans, serta menentukan

penerapan pengetahuan alat dan bahan pembuatan hiasan busana, motif hiasan, pola hiasan, desain hiasan dan unsur hiasan busana, serta pemilihan tehnik hiasan yang sesuai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat tes diagnostik two-tier multiple choice yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa SMA pada materi

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara perawatan payudara masa nifas dengan kualitas hidup ibu nifas di wilayah Puskesmas