• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMPOWERMENT OF FARMERS THROUGH THE PROGRAM BOKASHI ORGANIC FERTILIZER (Descriptive Studies Institutes of Agriculture and Rural Training Center ( P4.S ) Karya Tani in Society Farmers Bagorejo Village, Sudistrict Gumukmas , Regency Jember)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EMPOWERMENT OF FARMERS THROUGH THE PROGRAM BOKASHI ORGANIC FERTILIZER (Descriptive Studies Institutes of Agriculture and Rural Training Center ( P4.S ) Karya Tani in Society Farmers Bagorejo Village, Sudistrict Gumukmas , Regency Jember)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PROGRAM PUPUK ORGANIK BOKASHI

(Studi Deskriptif Lembaga Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan (P4.S) Karya Tani Di Masyarakat Petani Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten

Jember)

EMPOWERMENT OF FARMERS THROUGH THE PROGRAM BOKASHI ORGANIC FERTILIZER

(Descriptive Studies Institutes of Agriculture and Rural Training Center ( P4.S ) Karya Tani in Society Farmers Bagorejo Village, Sudistrict Gumukmas , Regency

Jember)

SKRIPSI

Oleh Abd. Haris NIM 100910301037

Dosen Pembimbing

Atik Rahmawati, S.Sos. M.Kesos NIP. 197802142005012002

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(2)

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PROGRAM PUPUK ORGANIK BOKASHI

(Studi Deskriptif Lembaga Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan (P4.S) Karya Tani Di Masyarakat Petani Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten

Jember)

EMPOWERMENT OF FARMERS THROUGH THE PROGRAM BOKASHI ORGANIC FERTILIZER

(Descriptive Studies Institutes of Agriculture and Rural Training Center ( P4.S ) Karya Tani in Society Farmers Bagorejo Village, Sudistrict Gumukmas , Regency

Jember)

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial (S1) dan mencapai gelar Sarjana Sosial

Oleh Abd. Haris NIM 100910301037

Dosen Pembimbing

Atik Rahmawati, S.Sos. M.Kesos NIP. 197802142005012002

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ibu dan Bapak saya tercinta yang dengan sabar memberikan motivasi dan doa yang tak terhingga.

2. Adikku Farida dan Leli Novitasari yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat.

3. Guru-guruku sejak taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, yang dengan sabar mendidik dan memberikan banyak ilmu pengetahuan.

(4)

iv MOTTO

(Success can only be achieved with all efforts are accompanied by prayer ,

because the real fate of one will not change by it self)

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seorang tidak akan berubah dengan

sendirinya. (Penulis)

“Upaya dan Usaha disertai dengan doa yang telah Anda habiskan untuk belajar, pasti akan selalu melahirkan sebuah kesuksesan”

(Prof. DR. M. Din Syamsuddin, MA)¹

(5)

v

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Abd. Haris

NIM : 100910301037

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: Pemberdayaan Petani Melalui Program Organik Bokashi adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 26 Mei 2016 Yang menyatakan,

Abd. Haris

(6)

vi SKRIPSI

“PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PROGRAM PUPUK ORGANIK BOKASHI”

Oleh Abd. Haris 100910301037

Pembimbing

(7)

vii RINGKASAN

Pemberdayaan petani yang dilakukan oleh Lembaga P4.S Karya Tani adalah upaya untuk meningkatkan daya atau kekuatan pada masyarakat dengan cara memberi dorongan, peluang, kesempatan, dan perlindungan dengan tidak mengatur dan mengendalikan kegiatan yang diberdayakan untuk mengembangkan potensinya sehingga masyarakat tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan mengaktualisasikan diri atau berpartisipasi melalui berbagai aktivitas. Hal ini P4S Karya Tani sebagai kelembagaan pelatihan pertanian diharapkan dapat secara langsung berperan aktif dalam pembangunan pertanian melalui pengembangan sumber daya manusia pertanian dalam bentuk pelatihan/permagangan bagi petani dan masyarakat di wilayah dan lingkungan sekitarnya.

(8)

viii

mengurangi pemakaian pupuk kimia yang mana banyak faktor merugikan dan juga mampu memberdayakan peserta untuk lebih memahami dan mengetahui pemanfaatannya pemakaian pupuk organik Bokashi sehingga pertanian mereka bisa lebih membaik untuk sebelumnya, (b) Rapat Rutin ini merupakan salah satu tahap yang dihadiri oleh pengurus P4.S Karya Tani dan PPL sebagai proses pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh P4.S Karya Tani, karena sesuatu yang telah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan dilapangan bila tidak ada kerjasama antara petugas dan masyarakat, ataupun kerjasama antar warga, (c) Evaluasi Progam merupakan untuk melihat bagaimana bentuk keberhasilannya maupun kekurangannya, perubahan yang dirasakaan para petani setelah adanya evaluasi terasa ini terbukti perseta bisa merasakan Manfaat program ini jika kalau ini berjalan lancar dan membuahkan sepahaman dalam mewujudkan pertanian mereka banyak yang memakai pupuk organik bokashi, walau masih ada beberapa kendala yang dihadapi sehingga belum maksimal realisasinya. (2) Bagaimana dampak pemberdayaan petani melalui program pupuk organik bokashi yang dilakukan oleh Lembaga P4.S Karya Tani, (a) Adanya pemberdayaan pupuk organic bokashi yang semakin banyak dilakukan petani pupuk bokashi dalam lembaga P4.S Karya Tani ini mendorong lahirnya pertanian organik.

(9)

ix PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Petani Melalui Program Pupuk Organik Bokashi”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Soisal dan Ilmu Politik Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hary Yuswandi, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember;

2. Dr. Nur Dyah Gianawati, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember;

3. Atik Rahmawati, S.Sos.,M.Kesos, yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini;

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan pengetahuan dan mendidik penulis selama perkuliahan;

5. Seluruh Staf Akademik dan Kemahasiswaan, atas bantuan dan kerja samanya dalam membantu kelancaran administrasi penulis;

6. Seluruh Perangkat Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember yang telah memberikan ijin untuk penelitian;

7. Ketua Karya Tani Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember yang telah memberikan informasi dalam penelitian;

8. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Angkatan 2010 yang telah memberikan semangat dan dukungan.

9. Terimakasih terhadap Bunda Leli Novitasari yang telah menemani dan menyemangati selama ini

(10)

x

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan skripsi ini. Penulis menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN BIMBINGAN ... vi

RINGKASAN ... vii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan ... 11

1.4 Manfaat ... 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Kesejahteraan Sosial ... 13

2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 13

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan ... 14

2.2.2 Indikator Keberdayaan ...16

2.2.3 Strategi Pemberdayaan ...17

2.3 Partisipasi Masyarakat ... 19

2.3.1 Pengertian Partisipasi Masyarakat ...19

2.3.2 Metode Partisipasi Masyarakat ...19

2.3.3 Faktor-faktor Partisipasi Masyarakat ...20

(12)

xii

2.5 Pelatihan ... 25

2.6 Evaluasi Program ...26

2.6.1 Tujuan Evaluasi Program ...26

2.7 Pertanian Organik ...27

2.6 Kajian Penelitian Terdahulu ... 28

2.7 Kerangka Berpikir Konsep Penelitian ... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Pendekatan Penelitian ... 34

3.2 Jenis Penelitian ... 35

3.3 Penentuan Lokasi Penelitiam ... 36

3.4 Teknik Penentuan Informan ... 36

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5.1 Observasi ... 40

3.5.2 Wawancara mendalam (Dept Interview) ... 41

3.5.3 Dokumentasi ... 45

3.6 Teknik Analisis Data ... 45

3.7 Keabsahan Data ... 46

BAB 4. PEMBAHASAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas ... 48

4.1.1 Gambaran Umum Demografis Desa Bagorejo ... 50

4.1.2 Kondisi Ekonomi Desa Bagorejo ... 51

4.1.3 Kondisi Sosial Budaya ... 52

4.2 Profil Lembaga Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4.S) “Karya Tani” ... 54

4.2.1 Struktur Organisasi ... 55

4.3 Mitra Kerja P4.S Karya Tani ... 57

4.4 Deskripsi Informan ... 59

4.4.1 Umur Informan ... 59

4.4.2 Pendidikan Terakhir Informan ... 61

(13)

xiii

4.5 Pemberdayaan Petani Melalui Program Pupuk Organik Bokashi

yang dilakukan Oleh P4.S Karya Tani ... 65

4.5.1 Pelatihan Pemanfaatan Pupuk Organik Bokashi ... 68

4.5.2 Rapat Rutin Lembaga P4.S Karya Tani dan disertai Anggota-anggota ... 77

4.5.3 Evaluasi Program ... 80

4.6 Dampak Pemberdayaan Petani Melalui Program Pupuk Bokashi ... 83

4.7 Kendala Pemberdayaan Pupuk Organik Bokashi ... 86

BAB 5. PENUTUP ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Theoritical Sampling ... 42

Tabel 3.2 Umur Informan tambahan ... 46

Tabel 4.1 Luas Wilayah Desa Bagorejo ... 53

Tabel 4.2 Dusun- dusun di Desa Bagorejo ... 54

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bagorejo ... 55

Tabel 4.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Bagorejo ... 56

Tabel 4.5 Umur Informan Pokok ... 65

Tabel 4.6 Umur Informan tambahan ... 65

Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Informan Pokok ... 66

Tabel 4.8 Tingkat Pendidikan Informan Tambahan ... 67

Tabel 4.9 Pekerjaan Informan Pokok ... 68

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Profil Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4.S)

“KARYA TANI”. ... 4

Gambar 2.1 Peran partisipasi masyarakat ... 20

Gambar 3.1 Skema Analisis Data ... 50

Gambar 4.1 Tugu Kantor Kepala Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas ... 52

Gambar 4.2 Struktur Pengurusan Lembaga P4.S “Karya Tani” ... 61

Gambar 4.3 Pelaksanaan pelatihan oleh P4.S Karya Tani ... 76

Gambar 4.4 Rapat rutin pengurus dan anggota P4.S Karya Tani ... 80

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Taksonomi Penelitian Lampiran 3 Transkrip Reduksi Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

(17)

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang dapat memenuhi kebutuhan pangan dari masyarakatnya dengan hasil pertanian yang dimilikinya. Dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dari hasil pertanian, dapat dikatakan bahwa petani mempunyai peran yang sangat strategis untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, karena petani merupakan pemasok utama sebagian besar kebutuhan pangan dari masyarakat di Indonesia. Hasil dari penelusuran yang diakses pada tanggal 12 Januari 2015 (http://paskomnas.com/) bisa dikatakan juga bahwa petani memiliki peran dalam pembangunan nasional di Indonesia, karena mereka dapat memberikan pasokan untuk sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat. Sebagai pemasok sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat, petani setidaknya mempunyai nilai tawar yang tinggi dan kesejahteraan mereka diperhatikan oleh pemerintah, namun pada kenyataannya nasib petani di Indonesia masih jauh dari kata sejahtera. Berbagai peran yang dilakukan oleh pemerintah belum dapat memperbaiki kesejahteraan petani di Indonesia.

Menurut Adi Fahrudin (2011:23) sesungguhnya membangun kesadaran masyarakat perlu waktu yang cukup panjang dan hal ini perlu contoh dan tauladan yang positif dan konsisten dari pihak-pihak pengambil kebijakan. Dari sisi para pengambil kebijakan dalam hal ini pihak pemerintah, tentunya juga harus mengambil kebijakan yang sebijak-bijaknya. Setidaknya, kebijakan yang diambil tidak hanya menghitung keuntungan ekonomi sesaat, tapi juga harus memperhitungkan kepentingan sosial dan lingkungan, Karena bila menghitung kerugian yang akan diderita akibat tidak memperhitungkan aspek sosial dan lingkungan, kadang-kadang keuntungan ekonomi yang akan diperoleh tidak sebanding dengan kerugian yang akan diderita.

(18)

Tani Indonesia (HKTI) hanyalah suatu organisasi massa petani “boneka”

pemerintah. HKTI pada hakekatnya bukanlah suatu organisasi murni petani karena sebagian besar anggota pengurus organisasi itu berasal dari pejabat Departemen Pertanian, mantan pejabat Departemen Pertanian, dan mereka-mereka yang tidak pernah hidup sebagai petani menurut Soetrisno (1999:54). Akibatnya dalam beberapa hal HKTI nampak jelas sebagai suatu organisasi milik pemerintah dari pada organisasi milik petani. Kesejahteraan dari para petani selama ini masih sulit untuk mengalami peningkatan, hal ini disebabkan antara lain karena kenaikan harga pupuk dan pestisida yang tidak sebanding dengan kenaikan harga hasil panen. Hasil panen yang murah menyebabkan petani sulit untuk memperoleh keuntungan yang besar dalam usaha pertaniannya bahkan petani seringkali merugi dalam panennya, karena harga ditetapkan agar tetap murah oleh pemerintah.

(19)

Dalam peran Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian No. 9 tahun 2002, pemerintah dalam upayanya yaitu pasca musim panen menekan pasar agar harga hasil panen petani tetap murah dipasar sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. peran tersebut kemudian dilakukan melalui BULOG dengan rasionalisasi untuk mempertahankan stabilitas hasil panen petani disetiap daerah yang tidak menentu berakibat pada kerentanan ketahanan pangan masyarakat di Indonesia, yang disebabkan serangan hama dan terjadinya bencana alam yang mengakibatkan kegagalan atau penurunan hasil panen, namun disisi lain akibat adanya peranan tersebut berdampak buruk pada kejahteraan petani sendiri karena harga jual hasil panen mereka menjadi rendah, sedangkan ongkos produksi pertanian mereka tinggi hal tersebut terjadi karena harga pupuk kimia mahal sedangkan pemerintah hingga hari ini masih belum optimal dalam menanggulanginya. Kondisi tersebut menjadikan petani seolah pahlawan yang bekerja tanpa bisa menikmati hasilnya, karena setiap mereka panen justru seringkali merugi namun tidak pernah kapok untuk tetap bercocok tanam, kondisi yang demikianlah yang menyebabkan petani kesulitan dalam mencapai derajat kesejahteraannya.

(20)

menanggulangi permasalahan pertanian yang mereka hadapi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Gambar 1.1. Profil Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4.S) “KARYA TANI”. Sumber : Brosur P4.S “Karya Tani”

Gambar diatas menunjukan bahwa Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4.S) merupakan lembaga pendidikan atau pelatihan yang bergerak dibidang pertanian dan pedesaan yang memiliki dan dikelola langsung oleh petani baik secara perorangan maupun berkelompok. Lembaga ini berkembang karena keberhasilan petani dalam melaksanakan usaha pertanian. Model pembelajaran/ magang yang diterapkan adalah system pertanian terpadu/ Integrated Farming System (IFS). Pusat pelatihan ini tidak hanya memberikan materi dan praktek saja, tetapi pada tahap akhir peserta diminta untuk membuat rencana tindak lanjut dan selalu dievaluasi.

(21)

bahan organik semisal (jerami, pupuk kandang, arang sekam, sekam, gulma, sisa tanaman yang tidak berguna, sampah pasar) yang diproses dengan teknologi EM (Effective Microorganisme). Bokashi dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan produksi tanaman sehingga progam inilah yang kemudian disebut sebagai progam pupuk organik bokashi.

Banyak keuntungan yang didapatkan dalam menggunakan pupuk organik bokashi yaitu: Bokashi mampu mengurangi residu pupuk buatan yang telah jenuh dan tidak bisa ditentralisir oleh tanah, struktur tanah akan lebih baik karena tanah cukup unsur hara makro dan mikro, kapasitas hasil produksi meningkat kualiatas hasil lebih baik dan yang terpenting yaitu mengurangi dosis serta biaya dalam pengguna pupuk buatan atau pupuk kimia Kompos merupakan pupuk organik yang mempunyai banyak keunggulan dibanding pupuk kimia (Eliyas, 2008). Meskipun sama-sama menggunakan bahan organik sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik. Tapi bokashi lebih unggul dibandingkan dengan kompos. Karena bokashi merupakan bahan organik yang telah diolah dan difermentasi dengan menggunakan teknologi EM sedangkan kompos tidak. Bila dilihat perbandingan antara bokashi dan kompos, kandungan hara pada bokashi lebih tinggi, periode proses pada tanaman lebih cepat, pengaruh terhadap tanah sempurna, energi yang hilang rendah dan populasi mikroorganisme dalam tanah lebih sempurna dibanding kompos. Keunggulan tersebut disebabkan karena selain menggunakan bahan organik, juga ada campuran molase (tetes tebu / larutan gula merah) dan kandungan mikroorganisme dalam EM4 yang lengkap (Eliyas, 2008).

(22)

keterlibatan warga lokal, inisiatif tersebut tidak berlanjut. Sehingga kemudian pada tahun 2006, dari pihak keluarga bapak Sholihin dan sebagian warga desa Bagorejo mencoba mengambil inisiatif dengan membentuk lagi lembaga P4.S (Pusat Pelatihan dan Pedesaan Swadaya) Karya Tani, sebuah organisasi berbasis Swadaya Masyarakat. Berdirinya P4.S Karya Tani tidak lain karena didasari oleh keprihatinan terhadap kualitas hasil panen dan dampak kedepannya jika sering memakai pupuk kimia dan memberikan pelatihan terhadap Gapotan (Gabungan Kelompok Tani) yang ada di desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember. Karena dalam proses pertanian tersebut banyak warga yang menggunakan zat kimia yang justru mempunyai dampak bahaya bagi perkembangan tanah dan manusia secara kontinyu (S. Sebastian Eliyas, 31:2008).

P4.S Karya Tani masuk di Desa Bagorejo berdiri sejak 25 Juni 1986 tapi untuk diakui oleh Dinas Pertanian mulai 2001 NO. SPK: 230/637/436/021/2001. Tugas dari anggota Karya Tani adalah melakukan transfer teknologi-teknologi pertanian hasil penelitian petani organik dan memberikan kepelatihan pembuatan Pupuk Organik Bokashi yang sebenarnya kepada kelompok tani di jember atau untuk didaerah lainnya. Dengan adanya transfer teknologi diharapkan dapat memperbaiki pola pertanian yang nantinya akan dapat meningkatkan pendapatan petani. Salah satu teknologi yang diterapkan oleh Anggota P4.S Karya Tani adalah pembuatan pupuk bokashi yang berbahan dasar kotoran Hewan terutama kotoran Sapi, memanfaatkan bahan organik lainnya dan tidak lupa pula dengan pemakaian fermentasi jeroan sapi yang sebagai bahan utama pembuatannya. Dalam melakukan kegiatan anggota P4.S Karya Tani taat pada aturan organisasi serta kesepakatan yang telah disepakati bersama. Semua kegiatan kelompok tercatat pada buku administrasi kelompok. Kerjasama terjalin dengan baik antara kelompok tani dan pengurus hal inilah yang menjadi kelembagaan tani yang kuat. Untuk mengembangan sumber daya manusia maka selanjutnya kelompok tani melaksanakan konsep dinamisasi.

(23)

sebagai ketua di P4.S Karya Tani sebagai hasil wawancara pada saat penelitian pada tanggal 10 Mei 2013 ini Beberapa kegiatan dinamisasi yang telah diwujudkan kelompok tani P4.S Karya Tani antara lain: 1) Memberikan Pelatihan-pelatihan cara pembuatan Pupuk Organik Bokashi dan manfaat kepada Siswa Sekolah, Mahasiswa dan Gapotan (Gabungan Kelompok Tani).2) Rapat rutin (turun tanam). 3) Evaluasi Progam.

Pupuk organik Bokashi hasil dari lembaga P4.S berkualitas lebih dari pembuatan pupuk organik yang lainnya dan kelompok tani tersebut telah berhasil mengembangkan sehingga pupuk organik Bokashi tersebut bermanfaat dan menguntungkan untuk masyarakat petani, keuntungan dari pengguna pupuk organik terkait struktur tanah yang akan lebih baik karena tanah cukup unsur hara makro dan mikro sehingga bokashi mampu mengurangi residu pupuk buatan yang telah jenuh dan tidak bisa dinetralisir oleh tanah hal ini di ungkapkan oleh Wirawan Dosen Pertanian Unej yang sebagai narasumber Pelatihan kepada Gapotan dan Mahasiswa.

Pada kesempatan yang sama Kepala Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember mengukapkan bahwa rusaknya sarana irigasi mengakibatkan beberapa hektar lahan pertanian kekurangan air sekaligus pengguna pupuk kimia semakin merajarela dan disebutkan bahwa berbagai permasalahan yang menghimpit petani di wilayah Jember bagian barat belum juga ada solusinya mulai dari serangan hama hingga masalah irigasi ditambah lagi akses jalan yang buruk dan banyak lubang yang makin menghambat perkembangan komoditas pertanian. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan padi tidak optimal. Belum lagi serangan tikus (usai tanam) dan wereng (jelang panen) mengakibatkan kualitas dan kuantitas hasil panen menurun. Persoalan ini kerap disampaikan dalam musyawarah rencana pembangunan (MUSRENBANG) yang dilakukan ditingkat desa hingga kabupaten, tetapi belum kunjung ada solusinya.

(24)

Desa, Gapotan, para pakar pertanian atau ahli pertanian dan juga para petani itu sendiri. Sunarno sebagai Kepala UPTD pertanian Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember sebagaimana hasil wawancara yang dilaksanakan pada saat observasi pada tanggal 12 mei 2013 mengatakan bahwa bertani merupakan usaha yang strategis namun jauh dari kesejahteraan. Menjadi ironis ketika musim panen mereka gagal panen karena tikus, dan wereng, serta saluran irigasi yang rusak. Menurut Kepala Desa Gumukmas sendiri peningkatan produksi pertanian harus diiringi kebijakan pendukung guna menekan biaya produksi sekaligus memasarkan hasil panen dengan harga profit, hal tersebut menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi pemerintah agar ada profit bagi petani demi mewujudkan ketahanan pangan.

Pembentukan P4.S Karya Tani didasari oleh visi warga di ketuai oleh Bapak Sholihin, bahwa pertanian modern tidak hanya identik dengan mesin pertanian yang modern tetapi perlu ada organisasi yang dicirikan dengan adanya organisasi ekonomi yang mampu menyentuh dan menggerakkan perekonomian di pedesaan melalui pertanian diantaranya adalah dengan membentuk kelompok tani unit-unit usaha dalam pembuatan Pupuk Organik yang dapat menjadi penggerak perekonomian di pedesaan. Untuk mendukung rencana tersebut, tiap provinsi mulai tahun 2007 diwajibkan untuk membuat cetak biru (master plan) pengembangan agribisnis di Kabupaten/Kota sesuai komoditas unggulan. Pembangunan pertanian di desa telah mengalami pertumbuhan pesat sejak tahun 1980-an dan sampai saat ini keberadaan P4.S Karya Tani Di Desa Bagorejo ini terus berkembang serta inventaris P4.S Karya Tani terus bertambah.

(25)

tanaman vanili setelah menggunakan bokashi sebagai pengganti pupuk kimia yang sebelumnya dipakai dilahan pertanian mereka.

Fokus utama program Pupuk Organik Bokashi adalah agar petani mampu memanfaatkan kotoran ternak sapi sebagai pupuk kandang (pukan) dan pembuatan secara inovatif untuk memacu peningkatan unsur hara tanah sebagai sumber utama kesuburan lahan usahatani, terutama dapat meningkatkan hasil petanian mereka.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa peneliti mengkaji pemberdayaan masyarakat melalui progam pupuk organik bokashi oleh P4.S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) Karya Tani. Mengkaji progam pupuk organik Bokashi yang dijadikan sebagai pemberdayaan masyarakat petani yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi para petani di Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember.

1.2Rumusan Masalah

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan diri yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seorang atau kelompok (Suharto, 2005:32). Berdasarkan uraian yang sudah tertuang dalam latar belakang masalah, maka fokus kajian yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Lembaga P4.S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pendesaan Swadaya) “Karya Tani” melalui progam pupuk organik bokashi di desa Bagorejo, kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember.

(26)

Data BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2010, porsi sektor pertanian tinggal 11, 30 persen data pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per sektoral menunjukan, sektor pertanian memiliki angka pertumbuhan sedang. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat Jember porsi sebagian kecil berusaha sektor pertanian, pertumbuhan yang paling kencang justu terjadi pada sektor kontruksi 11,79 persen dan perdagangan, hotel, restoran sebesar 10,98 persen. Sedangkan sektor pertanian hanya 11, 30 persen pada penduduk sebagai petani yang umumnya berada di wilayah pedesaan yang sekaligus menunjukan bahwa akses untuk mendapatkan informasi tergolong masih rendah.

Masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani umumnya berada di wilayah pedesaan sehingga akses untuk mendapatkan informasi tergolong masih rendah. Demikian halnya dengan masyarakat Di Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas, terutama petani yang masih menggunakan cara-cara tradisional dalam kegiatannya. Seperti terlihat pada kegiatan mereka sehari-hari dalam mengolah lahan pertaniannya, sebagian besar mereka masih mengandalkan pupuk kimia yang biasa dijual di pasaran sebagai pupuk untuk tanaman mereka. Apabila pupuk mahal dan mereka tidak mampu untuk membelinya maka mereka tidak akan melakukan penanaman, sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan dan tidak terpakainya lahan pertanian.

(27)

diproses fermentasi. Petani dalam hal ini tidak menggunakan bahan Pestisida atau bahan kimia sejenisnya pada tanaman mereka, yang disebut namanya dengan pertanian organik. Prinsip dasar pertanian organik adalah sama sekali tidak menggunakan pupuk-pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan dan dapat berdampak buruk pada tanaman itu sendiri apabila nantinya dikonsumsi oleh masyarakat. Karena itu pada pertanian organik juga menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan juga tidak memiliki kandungan kimia yang dapat berdampak negatif pada masyarakat yang nantinya mengkonsumsi hasil pertanian tersebut.

Peralihan sistem pemakaian pupuk kimia ke organik, belum diikuti oleh kesadaran (perubahan sikap) dan partisipasi yang berkelanjutan. Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka rumusan permasalahan pada kaitan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya pemberdayaan petani melalui program pupuk organik bokashi yang dilakukan lembaga P4.S “Karya Tani” pada masyarakat petani di Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember ?

1.3Tujuan Penelitian

Pada sebuah penelitian hendaknya mempunyai tujuan yang jelas agar penelitian yang dilakukan tidak terjadi penyimpangan, secara umum penelitian ini bertujuan yaitu:

1. Menjelaskan serta mendeskripsikan pemberdayaan petani melalui progam pupuk organik bokashi di Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember.

(28)

1.4Manfaat penelitian

Melalui penelitian dengan judul pemberdayaan petani melalui progam pupuk organik bokashi di Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember diharapkan banyak mendatangkan manfaat beberapa diantaranya ialah:

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi terbaru bagi para akademisi, cendekiawan serta pihak-pihak yang berkepentingan mengenai pemberdayaan petani melalui progam pupuk organik bokashi.

2. Penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran demi pengembangan ilmu pengetahuan kesejahteraan sosial, khususnya terkait dengan keterlibatan kelompok masyarakat dalam pengembangan komunitas. 3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi yang

(29)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering dimaknai sebagai suatu keadaan sejahtera, yaitu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup yang dibutuhkan oleh manusia, khususnya yang bersifat primer. Menurut Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1974 merumuskan kesejahteraan sosial sebagai:

Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

Suharto (2005:2) menyatakan bahwa kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda, meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi, yakni:

a. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohanian, dan sosial.

b. Institusi, arena, atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagi profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

c. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan manusia baik jasmani, rohani, maupun sosial yang diwujudkan melalui kegiatan atau usaha yang terorganisir, seperti institusi kesejahteraan sosial.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Suharto (2005:1) pembangunan masyarakat dan pemberdayaan rakyat tidak mungkin dipisahkan dari arena dan konteks di mana ia beroperasi. Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari strategi dan program pembangunan kesejahteraan sosial (PKS). Pembangunan kesejahteraan sosial

(30)
[image:30.595.75.523.201.686.2]

adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah, dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial (Suharto, 2005:4). Berikut ini adalah fokus pembangunan kesejahteraan sosial.

Gambar 2.1 Fokus pembangunan kesejahteraan sosial

Spicker (dalam Suharto, 2005:9) menjelaskan mengenai konsep welfare

juga membantu mempertegas substansi PKS dengan menyatakan bahwa walfare

dapat diartikan sebagai well-being (kondisi sejahtera). Namun, walfare juga berarti

The provision of social services provided by the state dan sebagai Certain types of benefits, especially means-tested social security, animed at poor people. Artinya, PKS menunjuk pada pemberian pelayanan sosial yang dilakukan oleh negara atau jenis-jenis tunjangan tertentu. Seperti pengalaman di negara lain, maka PKS memfokuskan kegiatannya di tiga bidang, yaitu pelayanan sosial (social services/provisions), perlindungan sosial (social protection), dan pemberdayaan masyarakat (community/social empowerment). Ketiga fokus kegiatan tersebut dilakukan dengan berdasar pada kebijakan atau strategi yang bermatra pencegahan, penyembuhan, dan pengembangan.

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment) berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama

(31)

seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat diubah.

Menurut Suharto (2005:58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuasaan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan, dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Ife (2008:61-64) menyatakan bahwa pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasanaan dan kelompok lemah. Kekuasaan dapat diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atas:

a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup dan kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggan, dan pekerjaan.

b. Pendefinisian kebutuhan yang meliputi kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

c. Ide atau gagasan yang meliputi kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

d. Lembaga-lembaga merupakan kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, dan kesehatan.

e. Sumber-sumber merupakan kemampuan mobilisasi sumber-sumber formal, informal, dan kemasyarakata.

f. Aktivitas ekonomi artinya kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.

g. Reproduksi, mkasudnya adalah kemampuan yang berkaitan dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

(32)

lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi atau keluarga.

Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mepengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperolreh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons, et al, 2008:106).

Berdasarkan uraian yang ada di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah kemampuan orang atau kelompok, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan, dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

2.2.2 Indikator Keberdayaan

Sebuah proses seharusnya dilakukan untuk meningkatkan derajat keberdayaan masyarakat sampai kepada tingkat keberdayaan masyarakat yang optimal. Secara bertingkat, keberdayaan masyarakat menurut Susiladiharti dalam Abu Huraerah (2007) dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Tingkat keberdayaan pertama adalah terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs).

b. Tingkat keberdayaan kedua adalah penguasaan dan akses terhadap berbagai sistem dan sumber yang diperlukan.

c. Tingkat keberdayaan ketiga adalah dimilikinya kesadaran penuh akan berbagai potensi, kekuatan dan kelemahan diri dan lingkungannya.

d. Tingkat keberdayaan keempat adalah kemampuan berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan yang lebih luas.

(33)

Untuk mewujudkan derajat keberdayaan masyarakat tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah secara runtun dan simultan, seperti meningkatkan suplai kebutuhan-kebutuhan bagi kelompok masyarakat yang paling tidak berdaya (miskin), upaya penyadaran untuk memahami diri (potensi, kekuatan, dan kelemahan, serta memahami lingkungannya), pembentukan dan penguatan institusi, terutama institusi di tingkat lokal, upaya penguatan kebijakan, dan pembentukan dan pengembangan jaringan usaha/kerja.

Menurut Keiffer (dalam Suharto, 2005:63) pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Pearson et.al. (1994:106) juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:

1) Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.

2) Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.

3) Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masuh menekan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa indikator keberdayaan ialah bersifat bertingkat, mulai dari tingkat pertama sampai tingkat kelima. Tingkatan-tingkatan tersebut harus diimbangi dengan usaha secara runtun dan simultan, sehingga terciptalah sebuah kesejahteraan masyarakat (sosial).

2.2.3 Strategi Pemberdayaan

Suharto (2005:66) dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yakni mikro, mezzo, dan makro.

a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

(34)

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permsalahan yang dihadapinya.

c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Pendekatan ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk mamahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Lucie Setiana (2001:6) mengemukakan bahwa strategi untk memberdayakan masyarakat terdapat tiga hal yang harus dilakukan, yaitu: (1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang; (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat empowering; (3) pemberian perlindungan dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi lebih lemah.

Strategi pembangunan dengan konsep pengembangan masyarakat merupakan pendekatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan potensi dam sumber-sumber yang terdapat didalam diri masyarakat itu sendiri dengan melibatkan partisipasi seluruh masyarakat untuk berperan aktif sehingga tumbuh kemandirian dalam mengatasi dan memecahkan permasalahan yang mereka miliki. Strategi pengembangan masyarakat merupakan pergeseran pola pembangunan yang tadinya bersifat atas atau top-down menjadi bottom-up atau hasil dari inisiatif masyarakat akar rumput atau grassroot.

(35)

2.3 Partisipasi Masyarakat

2.3.1 Pengertian Partisipasi Masyarakat

Menurut Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Seseorang bisa berpartisipasi bila dia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama.

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat. Conyer dalam Soetomo (2006), mengemukakan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu:

1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar melakukan tugasnya sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan.

3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi.

4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.

5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community development) rakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara sukarela dalam kegiatan di lingkungan sekitar mereka baik dalam pemecahan masalah, gotong royong, maupun kegiatan sosial lainnya. Keikutsertaan tersebut disertai dengan rasa tanggung jawab dari masyarakat itu sendiri.

2.3.2 Metode Partisipasi Masyarakat

(36)

1. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat. Pendekatan ini terutama ditujukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal maupun informal.

2. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan panitia (tim). -Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa.

-Tim kerja, yang dibentuk ditiap RT.

-Anggota tim ini adalah pemuka-pemuka masyarakat RT yang bersangkutan, dan dipimpin oleh ketua RT.

3. Survei diri (Community self survey)

Tiap tim kerja di RT, melakukan survei di masyarakatnya masing-masing dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya.

4. Perencanaan program

Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama tentang prioritas masalah yang akan dipecahkan. Dalam merencanakan program ini, perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan. Kedua hal ini sangat penting dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat.

5. Training

Training untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh ketua kelompok tani. Di samping di bidang teknis, training juga meliputi manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program pertanian tingkat desa serta sistem pencatatan, pelaporan, dan rujukan.

6. Rencana evaluasi

Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-kriteria keberhasilan suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader kelompok tani sendiri.

2.3.3 Faktor-faktor Partisipasi Masyarakat

(37)

upaya tersebut. Faktor-faktor tersebut sebagian kita jumpai di masyarakat dan sebagian di provider sendiri.

a. Faktor-faktor di masyarakat

Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Sejak nenek moyang, telah dikenal adanya semangat gotong royong dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di masyarakat. Semangat ini mendorong timbulnya partisipasi masyarakat.

b. Faktor-faktor pendorong di pihak provider

Faktor pendorong terpenting yang ada dipihak provider ialah adanya kesadaran di lingkungan provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi masyarakat. Selain itu, keterbatasan sumber daya di pihak provider untuk mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat.

2.4 Kelompok Tani

Departemen Pertanian menyebutkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara nonformal atas dasar keserasian, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya), keakraban, kepentingan bersama dan saling mempercayai, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama (Suharto, 1997). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disebutkan beberapa ciri kelompok tani yaitu:

a. Saling mengenal dengan baik antara sesama anggotanya akrab dan saling percaya;

b. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani; c. Memiliki kesamaan tradisi/kebiasaan pemukiman, hamparan usaha tani,

jenis usaha tani, serta mempunyai pembagian dan tanggung jawab atas dasar kesepakatan bersama baik tertulis maupun tidak.

Atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan serta kondisi sumber daya dalam usahatani, maka kumpulan petani yang terikat secara non formal tersebut berada pada suatu wilayah hamparan usahatani (dalam suatu wilayah).

(38)

dan dikembangkan. Kesatuan dan persatuan di dalam kelompok bermanfaat untuk mengenali permasalahan bersama serta merumuskan langkah penanganan masalah diantara anggota. Keahlian kelompok memungkinkan terjadinya pengawasan manajemen produksi oleh masyarakat sendiri (Nadhir, 2009).

Ketepatan dalam penentuan kelompok sasaran program akan sangat menentukan keberhasilan program tersebut. Oleh karena itu, pembentukan harus melibatkan pihak yang paling mengetahui profil penduduk dilingkungan setempat. Pembentukan kelompok yang menjadi sasaran program diprakarsai oleh pemuka masyarakat setempat, pembentukan kelompok dilakukan melalui musyawarah desa dan disarankan pada daftar penduduk yang dibuat dan disepakati bersama.

Menurut Suharto (1997:166) beberapa keuntungan pembentukan kelompok tani adalah sebagai berikut:

a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok;

b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani;

c. Semakin cepatnya proses proses perembesan penerapan inovasi (teknologi baru);

d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang (pinjaman petani);

Menurut Nadhir (2009:22), bahwa kelompok yang dinamis ditandai oleh selalu adanya kegiatan ataupun interaksi baik di dalam maupun dengan pihak luar kelompok untuk secara efektif dan efisiensi mencapai tujuan-tujuannya. Kondisi kemajuan kelompok tani dapat dilihat dari dinamika kelompok tani yang terdiri dari 6 faktor yaitu:

a. Tujuan Kelompok Tani

(39)

produksi, meningkatkan manajemen usaha, meningkatkan kesejahteraan anggota dan para petani di masyarakat.

b. Tugas Kelompok Tani

Tugas kelompok dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu tugas– tugas produksi adalah tugas–tugas yang bersangkut paut dengan upaya menghasilkan dan menyajikan berbagai gagasan dan penyusunan berbagai rencana. Selanjutnya tugas–tugas diskusi adalah tugas–tugas yang berkaitan dengan pembahasan atau pengkajian berbagai isu yang memerlukan kesepakatan dan keputusan bersama. Sementara itu tugas–tugas pemecahan masalah adalah tugas–tugas yang berkaitan dengan penentuan tindakan pemecahan masalah–masalah tertentu yang dihadapi oleh kelompok (Nadhir, 2009).

Mengenai hal ini anggota Kelompok Karya Tani mempunyai inisiatif melaksanakan kegiatan dalam kelompok tani yaitu dengan mengikuti kegiatan yang telah dibuat oleh kelompok karena setiap anggota memiliki keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru dalam meningkatkan pertaniannya. Informasi-informasi baru dapat diperoleh dalam kelompok tani ini karena Kelompok Karya Tani mempunyai hubungan kerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Jember, Penyuluh Pertanian, hingga pada hasil akhirnya para anggota merasa puas dengan adanya kelompok tani tersebut. c. Kekompakan Kelompok Tani

(40)

d. Fungsi dan Keefektifan Kelompok Tani

Kelompok yang efektif mempunyai tiga aktivitas dasar, yaitu: aktivitas pencapaian tujuan, aktivitas memelihara kelompok secara internal, dan aktivitas mengubah dan mengembangkan cara meningkatkan keefektifan kelompok. Interaksi anggota kelompok yang memperlihatkan aktivitas dengan mengintegrasikan ketiga macam aktivitas dasar tersebut adalah mencerminkan bahwa kelompok dapat dikategorikan sebagai kelompok yang berhasil atau efektif (Gerungan, 2002). Anggota kelompok yang efektif memiliki keterampilan untuk mengatasi atau menghilangkan hambatan–hambaatan pencapaian tujuan kelompok, untuk memecahkan masalah di dalam memelihara dan meningkatkan kualitas interaksi diantara anggota kelompok, dan keterampilan untuk mengatasi hambatan peningkatan agar kelompok lebih efektif lagi. Dalam pencapaian tujuan, dalam Kelompok Karya Tani diajarkan bagaimana mengelola usahatani dengan baik sesuai Standart Operasional Perawatan (SOP) jenis tanaman.

e. Sebagai Kelas Belajar

Kelompok tani sebagai kelas belajar bagi petani merupakan wadah bagi setiap anggotanya untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dalam usahatani yang lebih baik dan menguntungkan serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. f. Sebagai Produksi Usaha Tani

Menurut Soetrisno (1999) upaya peningkatan peranan kelompok tani sebagai unit produksi berorientasi kepada agribisnis dan agro industri dan hal ini dilakukan dengan peningkatan berbagai kemampuan yang merupakan tugas dan tanggung jawab kelompok.

(41)

2.5 Pelatihan

Sumarto (2009:368) menyatakan bahwa pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Pernyataan ini didukung Yoder (1962:368) yang mendefinisikan kegiatan pelatihan sebagai upaya mendidik dalam arti sempit, terutama dilakukan dengan cara instruksi, berlatih, dan sikap disiplin.

Antara pendidikan dengan pelatihan sulit untuk menarik batasan yang tegas, karena baik pendidikan umum maupun pelatihan merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran yang mentransfer pengetahuan dan keterampilan dari sumber kepada penerima. Walaupun demikian perbedaan keduanya akan terlihat dari tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan tersebut. Pendidikan umum (formal) menurut Sumarto (2009:3) selalu berkaitan dengan mata pelajaran secara konsep dan sifatnya teoritis dan pengembangan sikap serta falsafah pribadi seseorang. Jika pelatihan lebih menitik beratkan pada kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kinerja dalam menjalankan tugas, maka pendidikan lebih menitik beratkan pada pengembangan pengetahuan dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan. Pada bagian lain dijelaskan bahwa pelatihan lebih dikaitkan dengan mengajar, fakta pandangan yang terbatas kepada keterampilan yang bersifat motorik dan mekanistik.

Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan, keahlian/ keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Hari Witono (2006) yang menjelaskan bahwa “pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau kelompok dalam menjalankan tugas tertentu.”

(42)

Pelatihan ini memberikan pemahaman atau pengetahuan kepada peserta diluar pendidikan pada umumnya. Pelatihan menghasilkan keterampilan bagi peserta yang mengikuti suatu pelatihan.

2.6 Evaluasi Program

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri. Evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan Mutrofin (2001: 297). Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Arikunto dan Jabar (2009: 5), evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa evaluasi program merupakan proses pengumpulan data atau informasi yang ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan.

2.6.1 Tujuan Evaluasi Program

Menurut Mulyatiningsih (2011:114-115), evaluasi program dilakukan dengan tujuan untuk:

a. Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama ditempat lain.

b. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Berdasarkan tujuannya, yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian evaluatif. Oleh karena itu, dalam evaluasi program, pelaksana berfikir dan menentukan langkah bagaimana melaksanakan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar yang dikutip oleh Mutrofin (2001: 7), terdapat perbedaan yang mencolok antara penelitian dan evaluasi program adalah sebagai berikut:

(43)

program pelaksanan ingin menetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program, setelah data yang terkumpul dibandingkan dengan criteria atau standar tertentu.

b. Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntut oleh rumusan masalah karena ingin mengetahui jawaban dari penelitiannya, sedangkan dalam evaluasi program pelaksanan ingin mengetahui tingkat ketercapaian tujuan program, dan apabila tujuan belum tercapai sebagaimana ditentukan, pelaksanan ingin mengetahui letak kekurangan itu dan apa sebabnya.

Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa evaluasi program bertujuan untuk memutuskan suatu program, apakah program tersebut dilanjutkan atau dihentikan dan untuk mengembangkan program yang telah ada, agar lebih baik lagi.

2.7 Pertanian Organik

Pertanian Organik adalah mengembangkan prinsip-prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman (Eliyas S, 2008:3). Praktek pertanian berkelanjutan secara filosofis pada dasarnya bersumber dari sistem atau model pertanian tradisional yang telah lama dipraktekkan dan dipertahankan oleh petani. Pertanian tradisional yang bersumber dan berkembang dari kearifan local dan kearifan pengetahuan yang telah dipraktekkan oleh petani sejak ratusan tahun yang lalu adalah sebuah tradisi yang menghargai, menjaga dan melindungi keberlanjutan alam sebagai kehidupan Ali Fahmi yang dikutip oleh Eliyas S (2008:124).

(44)

a. Sutanto (2002), pertanian organik ditafsirkan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati. b. Pertanian organik diartikan pertanian ramah lingkungan yang merupakan

sistem pertanian yang tidak hanya meniadakan pupuk kimia buatan, pestisida kimia, tetapi juga mengarah kepada sistem pertanian yang mempunyai visi kemerdekaan dan kemandirian bagi petani, keselarasan alam dan kesehatan manusia (Ali Fahmi, dkk, 2004).

Pertanian organik dalam implementasinya harus memperhatikan lingkungan sekitar. Pertanian organik menggunakan prnsip-prinsip yang digunakan sebagai panduan dalam penerapan atau pengembangannya. Prinsip-prinsip ini yang menjadi panduan bagi pengembangan posisi, progam dan standart-standart adalah empat prinsip pertanian organik menurut International Federation of Organic AgricultureMovement (IFOAM) 2005 yang terdiri atas:

a. Prinsip Kesehatan, Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

b. Prinsip Ekologi, Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.

c. Prinsip Keadilan, Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.

d. Prinsip Perlindungan, Pertanian organik harus dikelolah secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup (S. Sebastian Eliyas, 33:2008).

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pertanian organik adalah sistem pertanian yang tidak hanya meniadakan pupuk kimia buatan, pestisida kimia, tetapi juga mengarah kepada sistem pertanian yang mempunyai visi kemerdekaan dan kemandirian bagi petani, keselarasan alam dan kesehatan manusia. Prinsip-prinsip dalam pertanian organik juga diperhatikan untuk menjaga kelangsungan hidup tanah dan lingkungan sekitar.

2.8Kajian Penelitian Terdahulu

(45)

penelitian. Untuk mendapat informasi pendukung sebuah penelitian maka perlu dilakukan penelaah kepustakaan yang termasuk didalamnya adalah tinjauan yang terdahulu. Oleh karena itu, adanya tinjauan penelitian terdahulu diperlukan menjadi acuan penelitian yang akan dilakukan, sehingga diketahui perbedaan antara penelitian terdahulu dengan yang sedang dilakukan.

Kajian penelitian terdahulu diambil dari berbagai penelitian-penelitian yang berhubungan dengan lembaga. Meskipun memiliki perbedaan objek penelitian, dimensi ruang (lokasi), dimensi waktu, pembahasan dalam penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan rujukan berfikir secara teoritik bagi penelitiaan. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai perbandingan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat bersifat original.

Kajian penelitian terdahulu yang menjadi kajian penelitian ini yaitu: Penelitian Dedy Nugroho (2011). Dengan judul penelitian “strategi peranan

kelompok tani dalam peningkatan status sosial ekonomi petani Organik "Di Desa

Kandangan Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro”. Maka penelitian

tersebut ingin mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana strategi peranan kelompok tani di Desa Kandangan Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro dalam pemberdayaan masyarakat petani. Hasil penelitian ini mendapat kesimpulan bahwa ada beberapa peran yang dilakukan oleh Kelompok Tani Di Desa Kandanggan yaitu peran masyarakat petani cukup besar secara peran aktif mendukung adanya gerakan petani organik.

(46)

Penelitian lain, penelitian yang dilakukan Heri Susanto tentang Peran kelompok tani dalam memenuhi Kebutuhan Buruh Tani di Desa Sambakati Kecamatan Arjasa Kabupaten Sumenep (2014). Peningkatan produktifitas buruh petani dan hasil produksi dari pertanian merupakan salah satu cara untuk mensejahterakan rakyat, untuk mencapai kesejahteraan tersebut maka dibutuhkan peran kelompok tani sebagai terkecil idalam masyarakat yang dapat memberi solusi bagaimana mencapai hasil pertanian yang memuaskan petani. Kesejahteraan petani dapat dilihat melalui indikator pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan interaksi sosialnya.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis oleh Heri Susanto bahwa peran kelompok tani terhadap kesejahteraan petani telah memberikan peningkatan, terlihat dari hasil pertanian anggota yang semakin meningkat dan pendapatan anggota yang merubah ke arah yang lebih baik, pendidikan anak yang tercukupi dan kebutuhan pokok terpenuhi didapat dari hasil pertanian. Kesimpulan bahwa peran Kelompok Tani dalam mensejahterahkan kehidupan petani di Desa Sambakati telah memberikan hasil yang baik, terlihat dari hasil pertanian yang semakin meningkat dan mempengaruhi kondisi sosial petani di Desa tersebut.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu membahas bagaimana peranan yang dilakukan Lembaga P4.S Karya Tani dalam memenuhi kebutuhan buruh tani bisa meningkatkan produktifitas dalam hasil sehingga bisa mempenuhi kebutuhan pokok dan pendidikan sekolah untuk anak.

(47)

2.9 Kerangka Berpikir Konsep Penelitian

Kerangka berfikir penelitian menjelaskan fenomena yang sedang diteliti sehingga tergambar tujuan penelitian sesuai dengan fokus kajian. Kerangka berfikir penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana strategi pemberdayaan mayarakat petani di Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Berikut kerangka berpikir penelitian:

Kajian ini berawal dari permasalahan petani yang banyak menggunakan pupuk kimia sebagai pupuk dasar untuk bertanam dan untuk pupuk organik sendiri dari masyarakat petani banyak kurang yang berminat. Penggunaan pupuk kimia secara berlebih selain tidak bermanfaat bagi tanaman juga bisa merusak lingkungan dan tanah dan dampak dari penggunaan pupuk kimia menghasilkan peningkatan produktivitas tanaman yang cukup tinggi, namun penggunaan pupuk kimia dalam jangka yang relatif lama umumnya biaya operasional jadi meningkat dan berakibat buruk pada kondisi tanah dan menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman.

Mereka juga menghadapi kelangkaan dan tingginya harga pupuk kimia yang berakibat pada tidak optimalnya hasil panen mereka, selain itu mereka juga tidak mampu menjual hasil panen mereka dengan harga yang tinggi sehingga seringkali hasil yang mereka peroleh pun tidak optimal dan tidak dapat berdampak signifikan terhadap kesejahteraannya. Pengembalian bahan organik ke dalam tanah merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Kondisi yang demikian kemudian mendorong inisiatif masyarakat untuk melakukan suatu upaya yang dapat menanggulangi permasalahan pertanian yang mereka hadapi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

(48)
(49)

P4.S “Karya Tani”

Desa Bagorejo Kec Gumukmas Kab Jember :

 Progam Pupuk Organik Bokashi :

 Penyuluhan manfaat pupuk organik Bokashi  Pelatihan pembuatan

pupuk organik Bokashi  Rapat Rutin (turun

Lapang)  Sekolah lapang

pengolahan Bokashi

Dampak Pupuk Kimia :

 Unsur kesuburan tanah tidak panjang (erosi tanah)  Biaya operasional

jadi meningkat  keuntungan Petani

Merosot

Inisiatif Masyarakat: Strategi Pemberdayaan Membentuk kelompok tani yang sadar manfaat pupuk organik

Masalah petani

 Petani Butuh Instant dalam Pencapaian Hasil  Ketergantungan petani pada pupuk kimia

 Harga pupuk kimia yang mahal kurang terjangkau  Pemakaian pupuk organik kurang diminati

 Harga pupuk kimia lebih mahal dari pupuk organik

Kesejahteraan masyarakat petani

[image:49.842.185.691.87.515.2]
(50)

BAB 3. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian perlu adanya menentukan suatu metode penelitian, metode penelitian merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu. Menurut Sugiyono (2008:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Yang dimaksud cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yag rasional (dilakukan dengan cara masuk akal), empiris (cara yag dilakuka dapat diamati oleh indra manusia), dan sistematis (menggunakan langkah-langkah logis). Sehingga dengan menggunakan metode, dapat diperoleh suatu data untuk menemukan persoalan yang kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan serta dapat dipertanggung jawabkan.

3.1Pendekatan Penelitian

Dari fenomena yang sudah dijelaskan didepan, digambarkan bahwa pemberdayaan petani melalui progam pupuk organik bokashi. Alasan itu pula yang mendorong peneliti menggunakan metode kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, fakta atau suatu gejala dalam peristiwa sosial akan dapat dijelaskan lebih mendalam. Tidak terbatas pada keadaan di permukaan saja, atau peristiwa yang tampak. Kedalaman mengenai penggalian informasi ini yang sekaligus menjadi kelebihan dalam pendekatan kualitatif sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono (2009), bahwa dalam penelitian kualitatif ibarat fenomena gunung es dimana yang nampak dipermukaan hanya sebagian kecil, tetapi yang berada dibawahnya yang justru besar dan kuat. Tak berhenti sampai di sana, para pakar seperti Miles dan Huberman juga mengatakan bahwa penelitian ini dapat diartikan sebagai proses investigatif yang didalamnya peneliti secara perlahan-lahan memaknai suatu fenomena sosial dengan membedakan, membandingkan, menggandakan, mengatalogkan dan mengklasifikasikan objek penelitian

(51)

(Sugiyono, 2009:202). Dengan mempertimbangkan kelebihan lain dalam pendekatan kualitatif dianggap sangat cocok oleh penulis untuk diterapkan dalam penelitian dengan judul “Pemberdayaan Petani Melalui Progam Pupuk Organik Bokashi” di Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember.

3.2Jenis Penelitian

Sebagaimananya tujuan dari penelitian ini yaitu tentang “Pemberdayaan Petani Melalui Progam Pupuk Organik Bokashi” dan mendiskripsikan fenomena dalam penelitian ini serta untuk mendapatkan gambaran secara detail, maka jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif. Hal ini mengingat, sintesis dari asumsi-asumsi umum tentang karakteristik-karakteristik penelitian kualitatif menurut sejumlah peneliti ialah, penelitian kulitatif berfokus pada proses-proses yang terjadi atau outcome. Penelitian kualitatif khususnya tertarik pada usaha memahami bagaimana sesuatu itu muncul (Sugiyono 2009:293). Lebih lanjut lagi, bentuk penelitian deskriptif menurut Margaret (2003:35) ialah;

“In descriptive research, the researcher’s aim would be to describe

more specific details and patterns . With the right methodology he may also be able to investigate the types of phenomena which are not reported, and the stories surrounding such events. Thus,

descriptive research aims to find out in more precise detail”

(dalam penelitian deskriptif, tujuan peneliti ialah untuk mendeskripsikan detail dan pola yang lebih spesifik. Dengan metodologi yang tepat ia bahkan memiliki kemungkinan untuk melakukan investigasi terhadap suatu fenomena yang tidak pernah dikabarkan, dan cerita yang melingkupi kejadian tertentu. Dengan demikian, penelitian deskriptif bertujuan untuk mencari tahu dengan detail yang tepat).

(52)

3.3Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilaksanakan di Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember. Alasan pemilihan lokasi tersebut ialah karena sesuai dengan fokus penelitian. Menurut Moleong (2009:386) penetapan fokus membatasi studi Artinya bahwa dengan adanya fokus, menentukan tempat penelitian menjadi lebih layak. Melalui pertimbangan bahwa setelah dibentuknya kelompok tani P4.S “Karya Tani” di lingkungan di Desa Bagorejo perubahan yang dirasakan para petani khususnya anggota yang dinaungi Lembaga P4.S Karya Tani tersebut, serta upaya-upaya untuk mengoptimalkan upaya Pemberdayaan petani melalui progam pupuk organik “Bokashi” dalam lingkungan tersebut. Alasan memilih Desa Bagorejo ini di karenakan masyarakat sekitar banyak yang menggantungkan kehidupannya pada agraria (pertanian) dan peran yang dilakukan oleh lembaga P4.S Karya Tani. Disinilah ketertarikan peneliti untuk mengungkap lebih lanjut kondisi masyarakat petani yang ada di Desa tersebut mengingat ada peran yang dilakukan oleh Lembaga P4.S Karya Tani ingin meningkatkan kesejahteraan petani dengan adanya progam dari P4.S Karya Tani di desa Bagorejo dalam menunjang dan meningkatkan pendapatan untuk kesejahteraan petani.

3.4Teknik Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dianggap dapat memberikan data atau informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh peneliti. Informan dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu informan pokok dan informan tambahan. Informan pokok ini adalah mereka yang mengerti dan melakuka

Gambar

Gambar 2.1 Peran partisipasi masyarakat  ............................................................
Gambar diatas menunjukan bahwa Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan
Gambar 2.1 Fokus pembangunan kesejahteraan sosial
Gambar 2.1. Peta Alur Pikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam rangka kemudahan mobilitas pergerakan dan tingkat pencapaian (aksesibilitas) baik dalam

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan. Fungsional Surveyor Pemetaan, diberikan tunjangan Surveyor Pemetaan

11 Juni 2013 tentang Penetapan Penyedia Barang / Jasa Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2013 Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Labuhanbatu Selatan1. Nomor Paket

Object-relational database systems (that is, database systems based on the object-relational model) pro- vide a convenient migration path for users of relational databases who wish

memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Prinsip dasar dari penerapan pendekatan parafratis pada hakikatnya.. berangkat dari pemikiran bahwa gagasan

Dengan perubahan induksi magnetik pada kumparan sekunder 1 dan 2 tersebut maka output kumparan 1 dan 2 akan menghasilkan tegangan induksi magnetik yang besarnya sebanding

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Tahun 2020 ini merupakan rangkaian dan mekanisme dalam perencanaan,

Pada area kilap teramati bekas gesekan antara kedua permukaan patahan dan terjadi sebelum material stem gate valve patah total, sedangkan pada area warna hitam menunjukkan