ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 PARUNG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Dewi Palupi Harjatiningsih
1110111000005
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang dan seberapa besar faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa/i berperilaku menyimpang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung angakatan 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah 280 siswa/i. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket.
Temuan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara deskriptif faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang meliputi: faktor pertemanan (36.4%), faktor hubungan antartetangga (2.7%), faktor keluarga (12.1%) dan faktor media massa (11.2%), dan untuk siswa/i yang melakukan perilaku menyimpang (63.3%). Sementara analisis regresi logistik menunjukkan: hasil uji model keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor dengan perilaku menyimpang karena nilai sig (p) <0,05, uji kebaikan model mampu menjelaskan pengaruhnya dalam perilaku menyimpang sebesar 82,5%, dan uji parsial menunjukan bahwa hanya ada tiga faktor yang berkontribusi mempengaruhi perilaku menyimpang, ketiga faktor tersebut yaitu (Faktor Pertemanan, Faktor Keluarga dan Faktor Media Massa) karena nilai sig (p) <0,05 dan untuk faktor hubungan antartetangga tidak signifikan mempengaruhi karena nilai sig (p) >0,05, berarti H1, H3,dan H4 diterima, dan H2 ditolak. Ini menjelaskan
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk mengecap nikmat sehat dan pikiran jernih, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1
Parung” sebagai tugas akhir dari perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Shalawat serta salam kepada Nabi junjungan Muhammad SAW. Berkat
perjuangan dan bimbingan beliau lah umat manusia dapat hidup dalam keimanan
kepada Allah, dan jauh dari kesesatan.
Penulis sangat bahagia telah menyelesaikan skripsi yang menjadi syarat
kelulusan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Penulis berharap skripsi ini
dapat menjadi awal prestasi yang baru untuk menghadapi masa depan yang cerah
dan gemilang. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak bantuan dan
dukungan yang mengalir dari semua pihak yang ada. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA.
2. Bapak Prof. Dr. Zulkifly, MA. Selaku Ketua Jurusan yang selalu
memberikan keramahan bagi mahasiswa dan mahasiswinya.
3. Bapak Husnul Khitam, M.Si. Selaku Sekertaris Program Studi
Sosiologi dan selaku dosen pembimbing yang tidak pernah lelah
memberikan pengarahan yang sangat berharga selama penulisan
skripsi ini.
4. Ibu Dra. Ida Rosyidah. Selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang
telah memberikan pengarahannya selama penulis berada di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
5. Ibu Roro Satiti Shakuntala, M.Si. dan Bapak Nur Hafid, MA Selaku
dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan
pengarahan pada penulis.
6. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik nyang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada mahasiswa.
7. Untuk kedua orang tua tercinta, mamah dan ayahanda yang selalu
memberikan do’a, support dan menyemangati penulis ini dari awal
sampai sekarang. Terimakasih atas kesabaran dan pengertian kalian
selama ini. Tanpa kalian, penulis bukanapa-apa di dunia ini.
8. Untuk kakak Zenorita Dwi Anjani dan Wahyu Herbowo Trikaloka,
yang telah memberikan motivasi selama penulisan skrispi.
9. Spesial untuk Ridho Saputra, terimakasih untuk semangatnya, doa’a,
selalu menemani saat bimbingan dan memberikan keceriaan.
10.Untuk sahabat-sahabatku Maya Tamia, Arif Hanifan, Soraya
terimakasih untuk semangatnya, dukungannya, do’a dan mereka yang
telahmemberikan keceriaan.
11.Teman-teman sesama mahasiswa Jurusan Sosiologi (angkatan 2010),
iv
siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung yang telah membantu dalam proses
skripsi ini.
12.Terimakasih untuk guru-guru SMA Negeri 1 parung, yang telah
membantu dalam proses skripsi ini.
13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
yang pernah dilakukan. Penulis menyadari banyaknya kekurangan dan kekeliruan
baik secara lisan maupun tulisan selama proses pembuatan skripsi ini
berlangsung. Semoga karya ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang bersangkutan
dan menjadi semangat untuk penelitian selanjutnya.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Jakarta, 16 Februari 2015
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………... i
KATA PENGANTAR ……… ii
DAFTAR ISI ………... v
DAFTAR TABEL ……….. vii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
BAB I PENDAHULUAN A. Pertanyaan Masalah ……….. 1
B. Pertanyaan Penelitian ..……….. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 6
D. Tinjauan Pustaka ……….. 6
E. Kerangka Teoritis ………. 12
1. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) ………. 12
2. Sutherland’s (Theory of Differential Association) …... 13
3. Teori yang Mendukung Perilaku Menyimpang .……... 13
E.A.1 Definisi Operasional dan Indikator ……….. 15
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ……….. 15
1.1 Pertemanan ……….. 15
1.2 Hubungan Antartetangga ……… 16
1.3 Keluarga ……….. 16
1.4 Media Massa ……… 16
2. Perilaku Menyimpang ……… 17
2.1 Tindakan yang nonconform ………... 17
2.1 Tindakan antisosial atau asosial ………. 17
2.3 Jenis perilaku menyimpang remaja yang didapat dalam penelitian sebelumnya ……….... 17
F. Hipotesis Penelitian ...……….. 20
G. Metodologi Penelitian ……….. 20
H. Sistematika Penulisan ……….. 26
vi
B. Profil Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Parung ………... 32 C. Proses Kegiatan Belajar Mengajar SMA Negeri 1 Parung .. 36 D. Potret Interaksi siswa-siswi di SMA Negeri 1 Parung ……. 38
BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Uji Validitas dan Reliabilitas ………...……… 39
B. Analisis Deskriptif………. 41
C. Analisis Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
dan Perilaku Menyimpang di SMA Negeri 1 Parung ..…… 48 D. Uji Faktor-Faktor terhadap PerilakuMenyimpang
Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Parung ……… 54
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………... 61
B. Saran ………. 63
DAFTAR PUSTAKA ……… x
DAFTAR TABEL
Tabel I.E.I Operasionalisasi Konsep ……….. 18
Tabel I.G.1 Populasi Siswa/i SMA Negeri 1 Parung ……….. 22
Tabel I.G.2 Penarikan Sample ………. 23
Tabel I.G.3 Skala Pengukuran ………. 25
Tabel II.A.1 Kegiatan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Parung mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan ……….. 29
Tabel II.A.2 Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung ………... 30
Tabel II.A.3 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Parung ……….. 31
Tabel II.B.1 Jumlah Siswa/i SMA Negeri 1 Parung Angkatan 2013/2014 …. 32 Tabel II.B.2 Data Siswa/i Menurut Usia ……….. 34
Tabel II.B.3 Data Siswa/i Menurut Agama ……….. 34
Tabel II.B.4 Distribusi Pekerjaan Orangtua Siswa/i ……… 35
Tabel II.B.5 Prestasi Siswa/I SMA Negeri 1 Parung ……….. 36
Tabel III.A.1 Hasil Uji Validitas ………... 40
Tabel III.B.1 Jenis Kelamin dan Kelas Siswa/i ……… 42
Tabel III.B.2 Umur dan Agama Siswa/i ……… 42
viii
Tabel III.C.1 Total dari Perilaku Menyimpang dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi ………. 48
Tabel III.C.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ………. 49
Tabel III.C.3 Perilaku Menyimpang ……….. 52
Tabel III.D.1 Uji Signifikansi Model Keseluruhan ……… 55
Tabel III.D.2 Uji Kebaikan Model ………. 55
DAFTAR GAMBAR
Grafik III.B.I Jenis Pekerjaan Ayah ………... 43
Grafik III.B.2 Jenis Pekerjaan Ibu ……….. 43
Grafik III.B.3 Perilaku Menyimpang dilihat dari Jenis Kelamin Responden ... 45
Grafik III.B.4 Perilaku Menyimpang dilihat dari Kelas Responden …………. 46
Grafik III.B.5 Perilaku Menyimpang dilihat dari Usia Responden …... 46
Grafik III.B.6 Perilaku Menyimpang dilihat dari Status Sosial Ekonomi Keluarga ……….. 47
Grafik III.C.1 Persentase Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ………... 49
Grafik III.C.2 Faktor-Faktor Lainnya ……… 51
Grafik III.C.3 Persentase Perilaku Menyimpang ……….. 52
BAB 1 PENDAHULUAN A. PERNYATAAN MASALAH
Skripsi ini meneliti tentang “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku menyimpang pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung”. Penelitian ini
ingin mengidentifikasi dan mengklasifikasi bentuk-bentuk perilaku
menyimpang siswa/i, dan menggali faktor-faktor penyebabnya.
Penyimpangan mengacu pada perilaku, cara-cara bertindak, sikap,
keyakinan dan gaya yang melanggar norma-norma, aturan, etika dan harapan
masyarakat (John Scott 2011:81). Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
mengemukakan bahwa tidak ada satupun penyimpangan yang berdiri sendiri
(Jokie 2010:1.4). Pada dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan pelajar
adalah hal-hal yang dilakukan oleh pelajar sebagai individu dan tidak sesuai
dengan norma-norma hidup yang berlaku di dalam masyarakatnya. Pelajar
yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat
mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat,
sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan dianggap terjadi hal yang menyimpang atau “kenakalan” (Kartono 1988:93).
Berdasarkan perspektif psikologi, perkembangan masa remaja merupakan
masa yang kritis. Dikemukakan demikian karena pada masa remaja
mengalami masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa
kedewasaan yang sering ditandai dengan adanya krisis kepribadian.
kegelisahan-kegelisahan internal, misalnya timbulnya rasa tertekan, dorongan
untuk mendapatkan kebebasan, goncangan emosional, rasa ingin tahu yang
menonjol, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat, dan
krisis identitas (Kartono 1998).
Jonaidi (2014) dalam penelitiannya menyatakan, terdapat banyak faktor
yang menjadi penyebab perilaku menyimpang remaja, proses pengasuhan
anak sangat mempengaruhi perkembangan remaja dan pola asuh yang tidak
sesuai dengan perkembangan zaman yang terus berubah akan menyebabkan
remaja tersebut melakukan hal-hal yang menyimpang. Selain itu, keluarga
juga dapat menjadi sebab timbulnya perilaku menyimpang seperti keluarga
(broken home), keluarga broken home pada prinsipnya struktur keluarga
tersebut sudah tidak lengkap lagi yang disebabkan hal-hal seperti, salah satu
dari kedua orang tua atau kedua-duanya meninggal dunia, perceraian orang
tua, anak yang sering ditinggalkan kedua orang tuanya karena mencari nafkah, dan salah satu kedua orang tua atau keduanya “tidak hadir” dalam tenggang
waktu yang cukup lama. Terdapat juga faktor-faktor penyebab perilaku
menyimpang remaja yakni, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
sekolah, faktor lingkungan masyarakat, televisi sebagai salah satu media yang
dapat menyebabkan perilaku menyimpang, dan lingkungan pergaulan atau
pertemanan baik di sekolah ataupun di luar sekolah menjadi salah satu faktor
penunjang terjadinya perilaku menyimpang remaja. Kondisi teman sebaya
yang kurang baik membuat perlaku seseorang mengikuti hal-hal yang tidak
Menurut KPAI, saat ini kasus bullying menduduki peringkat teratas
pengaduan masyarakat. Dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369
pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total
pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut
KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar,
diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (kpai.go.id 16/10/14).
Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda
sampai ke kampus-kampus. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan
Medan, tawuran ini sering terjadi. Data di Jakarta tahun 1992 tercatat 157
kasus perkelahian pelajar, tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan
menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban
meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230
kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya
korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun
jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat
dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus
(kpai.go.id 14/05/14).
Terdapat juga pornografi dan pornoaksi yang tumbuh subur di negeri kita
memancing remaja untuk memanjakan syahwatnya, baik di lapak kaki lima
maupun dunia maya. Sexual Behavior Survey 2011, menunjukkan 64 persen
anak muda di kota-kota besar Indonesia ‘belajar’ seks melalui film porno atau
pernah berhubungan seksual, sisanya 61 persen berusia 20-25 tahun. Dan
terdapat juga data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar sudah
memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan
Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak
12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339 kasus tawuran
menyebabkan 82 anak meninggal dunia (hizbut-tahrir.or.id 11/11,12).
Selain itu, pendataan penelitian Sahabat Remaja tentang perilaku seksual
di empat kota menunjukan 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja di kota
Yogyakarta, 3,2% remaja di kota Surabaya, serta 31,1% di kota Kupang telah
melakukan hubungan seksual secara bebas. Penelitian yang dilakukan oleh
Synovate Research tentang perilaku seksual remaja di empat kota, yaitu:
Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan dengan jumlah responden 450 orang
dengan usia antara 15-24 tahun, penelitian ini menghasilkan bahwa sekitar
50% informasi tentang seks mereka dapat dari kawan, film porno sebanyak
35% dan untuk sekolah hanya 10%. Ironisnya hanya 5% dari responden
remaja ini memperoleh informasi tentang seks dari orang tuanya, dan
sebanyak 81% remaja tersebut mengaku lebih nyaman berbicara seks dengan
teman-temannya dibandingkan berbicara kepada orang tuanya. (Julianti
Siagian 2014).
Indonesia Police Watch (IPW) merilis sejumlah kejahatan yang dilakukan
anak-anak di bawah umur. Dalam enam bulan terakhir 10 mei 2014 kejahatan
sadis,. enam kejahatan yang dilakukan anak di bawah umur itu, empat kasus
adalah pembunuhan sadis dan dua perampokan (kpai.go.id 10/10/14).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, banyaknya
kejahatan dan aksi kriminalitas yang dilakukan anak harus dilihat secara utuh,
baik sebagai korban atau pelaku. Anak sebagai pelaku krimininalitas lebih
banyak dipengaruhi faktor lingkungan yang tidak bersahabat, pengaruh media
atau perlakuan teman sekelilingnya. Faktor lingkungan tersebut lambat laut
akan menginspirasi anak untuk meniru. Tayangan televisi yang berisi
pornografi, lalu games bernuasa kekerasan ikut berpengaruh pada perilaku
anak. Anak melakukan dari apa yang mereka lihat, mereka rasakan, dan
setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan para pihak, mulai dari negara,
sekolah dan orang tua, untuk mengurangi terjadinya kriminalitas anak
(kpai.go.id 10/10/14).
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Adapun pertanyaan mengenai penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Parung”
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku menyimpang ?
2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa-siswi
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari temuan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang, seberapa besar
pengaruh faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa-siswi berperilaku
menyimpang dan temuan ini dapat bermanfaat untuk pembaca :
1. Manfaat Akademis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangan literatur untuk peneliti selanjutnya dan bermanfaat bagi kajian
ilmu sosiologi kriminalitas.
2. Manfaat Praktis :
a. Semoga dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan untuk memahami indikator faktor-faktor apa saja yang ada
dan mengetahui seberapa pengaruh indikator-indikator tersebut terhadap
perilaku menyimpang pada anak remaja, khususnya terhadap siswa-siswi
di SMA Negeri 1 Parung.
b. Untuk para orangtua lebih mengontrol anak remaja mereka dalam
melakukan sesuatu dan memberikan arahan terkait perilaku menyimpang
yang akan sangat merugikan bila dilakukan dikalangan mereka.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang ini
bukan merupakan hal yang baru untuk diteliti, akan tetapi sudah banyak
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan perilaku menyimpang tersebut.
Berikut beberapa penelitian yang berhubungan dengan yang akan peneliti teliti
Pertama: Lisa kartika (2014) dengan jurnalnya yang berjudul “Perilaku Menyimpang Remaja Ditinjau Dari Aspek Hukum”. Jurnal ini ingin meneliti
“Adakah hubungan antara pemahaman tentang hukum dengan perilaku
menyimpang pada remaja di Desa Karang Baru RT 03/03 Cikarang Utara
Kabupaten Bekasi”. Jurnal ini mengemukakan semakin tinggi pemahaman
tentang hukum maka semakin rendah perilaku menyimpang yang terjadi, tetapi
sebaliknya semakin rendah pemahaman tentang hukum makan semakin tinggi
perilaku menyimpang yang terjadi. Jurnal ini menggunakan teori lapangan (
Field theory) yang dikemukakan oleh Kurt Lewin. Dalam teorinya ia
mengemukakan bahwa individu dalam bertingkah laku bersifat aktif dan
disertai pemahaman atau situasi yang dihadapi. Teori Kurt Lewin ini
mengandung arti bahwa individu dalam bertingkah laku bersifat aktif, artinya
dengan keaktifannya ia dapat melakukan apa yang diinginkan, dan dalam
melakukan keaktifannya disertai dengan pemahaman atas situasi atau masalah
yang dihadapi tersebut (E.Koeswara 1995:137). Penelitian ini menggunakan
metode studi korelasioanal yang merupakan bagian dari penelitian kuantitatif.
Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara
dua atau beberapa variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman
tentang hukum yang tinggi diikuti oleh perilaku menyimpang reamaja yang
rendah sedangkan pemahaman hukum yang rendah diikuti oleh perilaku
menyimpang yang tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
negatif antara pemahaman tentang hukum dengan perilaku menyimpang
(-0,553)2 ini menunjukan 30,57% pencegahan tindakan perilaku menyimpang
dapat dicegah dengan pemahaman hukum.
Kedua: Jonaidi (2014) dengan jurnalnya yang berjudul “Analisis
Sosiologis Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa pada SMA Pembangunan
Kabupaten Malinau”. Jurnal ini ingin meneliti “Bagaimana bentuk-bentuk
perilaku menyimpang siswa dan apa saja faktor-faktor penyebabnya”. Teori
yang dipakai dalam penelitian ini adalah Teori Adaptasi Robert King Merton
(teori ketegangan) yang menjelaskan akar penyimpangan sosial. Tidak seperti
kebanyakan teori yang mengemukakan bahwa kejahatan dan penyimpangan
timbul dari sebab-sebab individual (seperti "cacat" biologis) (Cullen & Agnew
1980:171). Kelompok-kelompok tertentu berpartisipasi dalam perilaku
kriminal karena mereka menanggapi secara normal keadaan sosial dimana
mereka menemukan diri mereka" (Tierney 1980:95). Merton juga
mengungkapkan bahwa di dalam stuktur sosial terdapat penyimpangan yang
terjadi akibat adanya disfungsi antara norma dengan tujuan kultural dengan
kemampuan anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan
tersebut. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan
kualitatif, data diperoleh dari wawancara dengan key informan yang terdiri dari
siswa yang berperilaku menyimpang, teman siswa yang berperilaku menyimpang
dan pengelola sekolah/guru. Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa
bentuk-bentuk perilaku yang sering terjadi pada SMA Pembangunan Kabupaten
Malinau yaitu berkelahi, berpakaian tidak rapi, membolos sekolah membawa
masuk sekolah, merokok menggunakan baju sekolah, minum-minuman keras,
mengkonsumsi obat-obatan dan menghisap lem. Adapun faktor yang
mempengaruhi siswa melakukan perilaku menyimpang yaitu faktor
lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan sebaya.
Ketiga: Rian Pambudi Wibowo (2014) dengan jurnalnya yang berjudul “Perilaku Mahasiswa Fisip Yang Melakukan Judi Bola Online. Teori yang
digunakan dalam peneliti ini (Teori Penyimpangan) dari Edwin H.
Sutherland. Penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan
penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma
yang menyimpang, terutama dari subkultur atau di antara teman-teman sebaya
yang menyimpang. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pendekatam kualitatif dimana peneliti menggunakan teknik wawancara
dengan empat informan. Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa : Alasan yang
melatarbelakangi pemain judi bola online adalah alasan ekonomi, mereka
menginginkan keuntungan berlipat dari judi online tersebut. Terdapat juga
temuan lainnya yaitu : a). Proses pelaku judi bola online mengenal judi bola
online itu sendiri berawal dari sebuah lingkungan subkultur menyimpang. Para
pelaku tidak belajar secara otodidak tetapi mereka belajar kepada teman
mereka yang memahami bagaimana bermain judi bola online ini karena teman
mereka berasal dari sebuah subkultur menyimpang. b). Para pelaku judi bola
online ini dalam proses pembelajarannya tidaklah terlalu rumit. Pada dasarnya
para pemain judi bola online sama–sama menyukai olah raga sepak bola selain
bola online ini membawa dampak negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan
dari judi bola online ini yaitu kekalahan yang dialami pelaku perjudian
membawa kerugian materiil yang cukup besar.
Keempat: Suyanto (2014) dalam artikelnya yang berjudul “Perilaku Menyimpang Dalam Prespektif Sosiologis”. Artikel ini mencoba melihat
fenomena perilaku menyimpang dalam prespektif sosiologis dan fenomena
perilaku menyimpang ini dikaitkan juga dengan korupsi. Berkaitan dengan
perilaku menyimpang, Durkheim dengan konsepnya tentang anomie, suatu
situasi tanpa norma dan arah yang tercipta akibat tidak selarasnya harapan
kultur dengan kenyataan sosial dan Merton mencoba menghubungkan anomie
dengan penyimpangan sosial. Merton menyebutkan ada empat perilaku
menyimpang, yaitu inovasi: seseorang menerima tujuan yang sesuai dengan
nilai-nilai budaya yang diidamkan masyarakat, tetapi menolak norma-norma
dan kaidah yang berlaku. ritualism: seseorang menerima cara-cara yang
diperkenankan secara kultural tetapi menolak atau mengganti tujuan sehingga
berbeda dengan harapan semula dari masyarakat atau kelompok, peneduhan
hati: seseorang menolak atau tidak mengakui lagi baik cara maupun tujuan
yang diperkenankan secara budaya tanpa menggantinya dengan yang baru,
dan pemberontakan: seseorang menolak baik cara maupun tujuan yang
diperkenankan secara budaya dengan menggantikannya dengan yang baru.
Artikel ini juga menjelaskan para sosiolog cenderung menekankan pada
penggunaan salah satu perspektif dan cenderung mengabaikan perspektif
dan dalam rangka turut serta berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan atau kebijakan yang efektif terkait dengan korupsi sebagai salah
satu bentuk perilaku menyimpang, para pakar maupun masyarakat awam
hendaknya berpandangan komprehensif. Penekanan pada salah satu teori dan
cenderung mengabaikan teori yang lain akan membuat kita berpandangan
sempit dan berakibat pada pengambilan keputusan yang bersifat parsial yang
efektivitasnya diragukan. Teori-teori sosiologi, baik klasik maupun
kontemporer telah berusaha memaparkan dengan cukup memadai, meskipun
tidak mungkin bersifat tuntas, mengingat begitu kompleksnya hakikat perilaku
menyimpang, termasuk korupsi ini.
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang akan saya teliti yaitu : persamaan penelitian ini dari ketiga
penelitian sebelumnya sama-sama membahas mengenai perilaku menyimpang.
dan perbedaannya terletak pada upaya peneliti untuk mengeksplorasi lebih
detail mengenai perilaku menyimpang. Upaya itu teletak pada pendekatan
yang digunakan oleh peneliti, penelitian sebelumnya kebanyakan
menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Selain itu, penelitian ini lebih memfokuskan perilaku
menyimpang dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal teori,
masing-masing penelitian diatas menggunakan teori lapangan (Field Theory)
yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, Teori Adaptasi Robert King Merton
(Teori Ketegangan), dan Teori Penyimpangan dari (Edwin H. Sutherland).
Learning Theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura, dan Theory of
Differential Associationdan dari Sutherland’s.
E. KERANGKA TEORITIS
Dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang,
terdapat beberapa faktor yang mendukungnya. Perilaku menyimpang itu
terjadi karena individu mempelajari dari orang lain. Terlihat dari teori
pembelajaran sosial (Social Learning Theory ) yang ditokohi oleh Albert
Bandura dan beberapa tokoh lainnya (Amir Ilyas 2014:38) dan terdapat juga
teori dari Sutherland (Theory of Differential Association) yang didalamnya
mengkaji masalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang.
1. Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)
Tokoh utama teori ini Albert Bandura berpendapat bahwa
individu-individu mempelajari kekerasan dan agresi melalui behavioral modeling.
Anak belajar bagaimana bertingkah-laku secara ditransmisikan melalui
contoh-contoh, yang terutama datang dari keluarga, sub-budaya, dan media
massa. Melalui observational learning (belajar melalui pengamatan) satu
lingkaran kekerasan mungkin telah dialirkan secara terus-menerus melalui
genarasi ke generasi. Tentu saja menurut teori ini bukan hanya kekerasan dan
agresi saja yang dapat dipelajari dalam situasi keluarga. Di luar keluarga hal
serupa dapat dipelajari dari genk-genk. Observational learning juga dapat
terjadi di depan televisi dan bioskop. Patterson dan kawan-kawanya menguji
bahwa anak-anak yang bermain secara pasif sering menjadi korban anak-anak
lainnya, namun kadang-kadang anak tersebut berhasil mengatasi serangan itu
dengan agresi balasan. Dengan berlalunya waktu anak-anak ini belajar
membela diri, dan pada akhirnya mereka memulai perkelahian. Jadi anak-anak
sebagaimana orang dewasa dapat belajar agresif, bahkan melakukan
kekerasan, melalui trial dan error (Amir Ilyas 2014:38).
2. Sutherland’s Theory of Differential Association
Sutherland berpendapat bahwa perilaku kelompok menyimpang akibat
konflik normatif. Konflik antara norma-norma mempengaruhi penyimpangan
melalui organisasi sosial diferensial, ditentukan oleh struktur lingkungan,
hubungan peer group, dan organisasi keluarga. Hasil konflik normatif individu
dalam perilaku kriminal melalui asosiasi diferensial yang menyimpang belajar
definisi pidana perilaku dari asosiasi pribadi (Marshall 2011:102)
3. Teori yang Mendukung Perilaku Menyimpang
Behavior atau perilaku bisa diartikan sebagai sebuah cara respon seseorang
untuk beraksi, bertindak, terhadap objek baik itu benda maupun manusia yang
memiliki sifat diferensial atau sifat yang berbeda. Perilaku harus dilihat dalam
konteks referensi sebuah fenomena dan hal ini dapat dilihat dari referensi
masyarakat atau benda yang bersifat baik dan buruk atau normal dan abnormal
menurut masyarakat (Winsom 2000:9).
Penyimpangan mengacu pada perilaku, cara-cara bertindak, sikap,
masyarakat (John Scott 2011:81). Penyimpangan berkaitan erat dengan norma
yang berlaku di tempat dan waktu tertentu dan suatu perilaku yang dianggap
tidak sesuai dengan kesepakatan prilaku yang ada dimasyarakat. Vander
Zender dalam buku pengantar sosiologi menyatakan bahwa, perilaku
menyimpang merupakan perilaku yang oleh sebagian besar orang anggap
sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi (Kamanto 2004:176).
Robert M.Z Lawang menjelaskan perilaku menyimpang adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku menyimpang (Jokie 2010:6.2).
Secara singkat perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai suatu
perilaku individu yang melakukan pelanggaran norma, etika ataupun
melanggar sesuatu yang tidak sesuai didalam masyarakat tertentu dan
penyimpangan itu sendiri bukan hanya bisa dilakukan perorangan, akan tetapi
bisa dilakukan dalam berkelompok.
Adapun teori penyimpangan yang berprespektif sosiologis adalah teori
kontrol dimana teori kontrol ini merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau
pengendalian sosial. Teori ini berpandangan bahwa setiap manusia cenderung
untuk tidak patuh pada hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan
pelanggaran hukum. Oleh sebab itu, para ahli teori kontrol menilai perilaku
menyimpang adalah konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk
Seseorang berperilaku menyimpang jika menurut anggapan sebagian besar
masyarakat (minimal suatu kelompok atau komunitas tertentu) perilaku atau
tindakannya di luar kebiasaan, adat istiadat, aturan atau nilai-nilai yang
berlaku. Segala sesuatu pasti akan melalui proses, begitu juga dengan
penyimpangan. Untuk menjadi menyimpang, seseorang akan melewati suatu
proses atau tahapan yang sangat lama. Seseorang tidak menjadi menyimpang
dengan hanya melakukan perbuatan menyimpang. Secara sosiologis
penyimpangan terjadi karena seseorang memainkan peranan sosial yang
menunjukan perilaku menyimpang (Lisa 2014).
E.A.1 Definisi Operasional dan Indikator
Dalam definisi operasional dan indikator ini bertujuan untuk
mendefinisikan variabel penulisan, yang mengandung indikator-indikator yang
jelas pada tiap variabelnya. Variabel yang dimaksud yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi dan perilaku menyimpang.
1. Faktor-Faktor Perilaku Menyimpang (Variabel X)
Terdapat beberapa faktor yang menggambarkan perilaku menyimpang
terjadi. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi, terlihat pada
teori pembelajaran sosial (Social Learning) Albert Bandura dan dalam teori Sutherland’s. Kedua teori tersebut menyebutkan beberapa faktor yaitu
keluarga, sub-budaya, media massa dan kelompok bermain (peer group).
1.1Pertemanan: Sifat-sifat penyimpangan terutama diadaptasi melalui
pertemanan dan melalui partisipasi kelompok kecil atau kelompok intim,
tempat-tempat dimana kehidupan sosial berlangsung misalnya sekolah, tempat-tempat
kerja, dan fasilitas rekreasi (Jokie 2010:4.20).
1.2Hubungan Antartetangga: Lingkungan bertetangga atau komunikasi lokal
adalah tempat dimana hubungan sosial antar pribadi dilakukan. Disinilah
pengalaman individu dialami dan tempat dimana hubungan sosial yang
erat terjadi, juga tempat dimana terdapat perbedaan standar normatif yang
dapat menjadi sumber penyimpangan (Jokie 2010:4.21).
1.3Keluarga: Sebagai institusi yang memberikan sumbangan besar bagi
perubahan sosial yang menghasilkan banyak perubahan penting dalam
kehidupan sosial (Reiss and Lee, 1988). Melemahnya ikatan keluarga dan
makin banyak ibu yang berkerja diluar rumah, membuat anak-anak lebih
sedikit berhubungan dengan anggota keluarga. Kurangnya pengawasan
orangtua, penolakan orangtua, dan hubungan orangtua yang jelek adalah
penyebab utama perilaku delikuen anak (Loeber and stouthamer – loeber,
1986). Dan anak-anak keluarga broken home dan perceraian munculnya
perilaku menyimpang (Jokie 2010:4.22-4.23).
1.4Media Massa: Televisi dan film adalah media yang menyuguhkan
kebudayaan yang menonjolkan kekayaan, materialisme, dan contoh
perilaku terhadap anak dengan model-model perilaku yang kondusif bagi
penyimpangan. Hubungan televisi dan film dengan kejahatan khusunya
pengaruh langsung terhadap penonton adalah menguatkan penyimpang
bisa membuat seseorang berperilaku menyimpang (Amir Ilyas 2014:
38-39).
2. Perilaku Menyimpang (Variabel Y)
Terdapat beberapa perilaku menyimpang yang akan dijadikan indikator
dan diuji dalam variabel ini, yakni :
2.1Tindakan yang nonconform: Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
atau norma-norma yang ada, seperti (membolos, merokok, membuang
sampah bukan pada tempatnya) (Narwoko dan bagong 2005:101).
2.2Tindakan antisosial atau asosial: Tindakan yang melawan kebiasaan
masyarakat atau kepentingan umum, seperti (menarik diri dari pergaulan,
tidak mau berteman, minum-minuman keras, dll) (Narwoko dan bagong
2005:101).
2.3Jenis perilaku menyimpang remaja yang didapat dalam penelitian
sebelumnya adalah: Berjudi, memakai obat-obat terlarang, melakukan
hubungan seks diluar nikah, tawuran, menonton video porno, dan
membaca buku-buku cabul (Julianti Siagian 2014).
Berikut tabel untuk menunjukan variabel, dimensi, indikator, skala
pengukuran dan pertanyaan penelitian:
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Dalam Penelitian ini terdapat empat hipotesis yang akan diuji :
1. H1 : Terdapat pengaruh antara faktor pertemanan dengan perilaku
menyimpang
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara faktor pertemanan dengan
perilaku menyimpang
2. H2 : Terdapat pengaruh antara faktor hubungan antartetangga dengan
perilaku menyimpang
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara faktor hubungan antartetangga
dengan perilaku menyimpang
3. H3 : Terdapat pengaruh antara faktor keluarga dengan perilaku
menyimpang
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara faktor keluarga dengan perilaku
menyimpang
4. H4 : Terdapat pengaruh antara faktor media massa dengan perilaku
menyimpang
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara faktor media massa dengan
perilaku menyimpang
G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif. Husen Umar (2010) mengasumsikan kuantitatif
dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. Asumsi
dari penelitian kuantitatif adalah bahwa fakta-fakta dan objek penelitian
memiliki realitas, dan variabel-variabel dapat didentifikasikan dan
hubungan-hubungannya dapat diukur (Syamsir dan Jaenal 2006 :36). Dalam penelitian
ini ada dua variabel yang dimaksud yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
terdiri dari faktor pertemanan, faktor hubungan antartetangga, faktor keluarga
dan faktor media massa sebagai variabel bebas (X) dan perilaku menyimapang
sebagai variabel terikat (Y).
2. Lokasi, Populasi dan Sampel 2.1 Lokasi
Lokasi untuk melakukan penelitian tersebut dilaksanakan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Parung. Sekolah ini tepatnya berada di Jl.
Waru Jaya No.17 Kecamatan.Parung Kabupaten.Bogor Propinsi.Jawa Barat
Telp. (0251-612272). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa SMA Negeri 1 Parung terletak
disuatu daerah yang memungkinkan untuk menjadi tempat untuk diteliti.
Alasan peneliti mengambil populasi di SMA Negeri 1 Parung dikarenakan
peliti mendapatkan sumber dari beberapa informan yang bersekolah di SMA
Negeri 1 Parung (tidak bisa disebutkan namanya), bahwa terdapat banyak
siswa-siswi yang melakukan perilaku menyimpang yang berkaitan dengan
2.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Parung
yaitu sebanyak 932 siswa dari kelas 1, 2 dan 3. Sebagaimana dengan data yang
telah diambil bahwa jumlah populasi terhitung mulai dari tahun ajaran 2012
[image:35.595.104.526.193.534.2]sampai dengan tahun 2014.
Tabel I.G.1 Populasi Siswa/i SMA Negeri 1 Parung
No. Kelas Populasi
1. 1 329
2. 2 295
3. 3 308
Total 932
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa populasi pada keseluruhan siswa
SMA Negeri 1 Parung sebanyak 932orang. Kelas 1 terdapat 329 siswa, kelas 2
terdapat 295 siswa dan kelas 3 terdapat 308 siswa.
2.3 Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel kluster. Sampel
kluster mengutamakan seluruh kelompok dari pada individu, dan pemilihan
sampel kluster ini dipilih secara acak (Ulber 2009:26) (kelompok yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas 1, 2 dan 3). Alasan penulis
menggunakan teknik sampel kluster karena populasi SMA Negeri 1 Parung
terbagi dalam beberapa kelas. Kemudian untuk menentukan jumlah sampel
yang diteliti, penulis menggunakan rumus slovin. Rumus slovin digunakan
sebanyak 932 Siswa, dan peneliti menggunakan margin eror sebesar 5%.
Rumus slovin sebagai berikut: (Bambang dan Lina 2011:137).
n = N 1 + Ne2
= 932 = 932
1 + 935 (0.05)2 1 + 932 (0.0025)
= 932 = 932 = 279,94 1 + 2,34 3,34
n = 279,94 jika dibulatkan maka sampel menjadi 280 responden. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, sampel yang dapat diambil
adalah 280 siswa. Jumlah sempel yang diambil kemudian dibagi menjadi 3
kelas yaitu 1, 2, dan 3 agar penentuan sampel masing-masing kelas memiliki
[image:36.595.104.520.209.715.2]propusisi yang sama (Prasetyo, 2012:13).
Tabel I.G.2 Penarikan Sample No Kelas Populasi
Total populasi
Di Bulatkan
1 1 392 : 932 x 280 = 98,84 99
2 2 295 : 932 x 280 = 88,62 89
3 3 308 : 932 x 280 = 92,53 92
TOTAL 280
Setelah mendapatkan jumlah sampel tiap kelas yaitu kelas 1 berjumlah 99,
kelas 2 berjumlah 89 dan kelas 3 berjumlah 92 maka sampel ini ditarik dengan
cara undian dari data absensi yang telah diperoleh dengan cara menggunting
semua nama dari absensi yang telah di salin lalu dipisahkan berdasarkan
pembagian kelas 1, 2, dan 3, kemudian diambil satu persatu sesuai proporsi
yang telah ditentukan. Peneliti mencoba mencari sampel antara laki-laki dan
perempuan dengan jumlah yang sama, maka dari itu dalam pengundian sampel
jika sampel yang keluar berjenis kelamin tertentu namun telah melebihi
setengah jumlah dari sampel tiap kelasnya maka undian di kocok kembali
untuk mencari sampel jenis kelamin yang berbeda.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer
yang didapat dari SMA Negeri 1 Parung, dimana data primer ini diperoleh
langsung dari objek yang akan diteliti (responden). Untuk pengumpulan data
terutama data primer ini menggunakan instrumen penelitian, yaitu dengan
kuesioner. Dimana kuesioner ini biasanya berisi tentang
pertanyaan-pertanyaan yang berstruktur. Kuesioner tersebut dimaksudkan sebagai suatu
daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para
responden, yaitu orang yang memberi jawaban (Suyanto dan Sutinah
2007:55-56). Dalam kuesioner ini responden tinggal memilih jawaban yang sesuai
dengan aspirasi, presepsi, sikap, keadaan, atau pendapat pribadinya (Suyanto
dan Sutinah 2007:60). Tujuan pembuatan kuesioner untuk memperoleh
dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin (Syamsir dan Jaenal 2006 :
66-67).
4. Skala Pengukuran
Penelitian ini terdiri dari Independet Variable (IV) yaitu faktor-faktor
yang mempengaruhi dan Dependent Variable (DV) yaitu perilaku
menyimpang. Penelitian ini menggunakan skala nominal untuk kedua
variable. Masing-masing dari jawaban tersebut memiliki nilai yaitu (1) Ya
[image:38.595.107.524.153.547.2]dan (0) Tidak.
Tabel I.G.3 Skala Pengukuran Kategori Point
Ya 1
Tidak 0
5. Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pengelolahan data, karena penelitian ini menggunakan kuesioner
untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka peneliti menggunakan
bantuan dari aplikasi komputer SPSS, hal ini dilakukan guna ketepatan,
kecepatan proses perhitungan dan kepercayaan hasil pengujian.
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, untuk memberikan
gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena (Bambang
dengan penyajian berbentuk tabel atau diagram batang yang dimana berguna
mengumpulkan dan menyajikan data dan mendeskripsikannya (Nisfiannor
2009:50). Selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket
untuk mengumpulkan data, oleh karena itu peneliti harus meguji validitas dan
reliabilitas agar angket atau kuesioner tersebut dapat terpecaya. Validitas
berkaitan dengan ketepatan penggunakan indikator untuk menjelaskan arti
konsep yang sedang diteliti dan reliabilitas berkaitan dengan keterandalan
dalam konsistensi suatu indikator (Bambang dan Lina 2011: 98)
Dalam hal menguji hasil temuan yang peneliti teliti signifikan atau tidak,
peneliti menggunakan regresi logistik. Regresi ini merupakan bagian dari
analisis regresi yang digunakan ketika variabel dependen (respon) merupakan
variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya hanya terdiri atas dua nilai
yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya
diberi angka 0 atau 1. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu perilaku
menyimpang (sebagai variabel Y). Regresi logistik merupakan regresi non
linear dimana model ditentukan kurva (dalam skripisi Tulus, 2001:46).
H. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN :
Bagian ini menguraikan secara singkat mengenai pernyataan masalah,
pertanyaan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teoritis, definisi operasional, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika
BAB II GAMBARAN UMUM :
Bagian ini menguraikan secara singkat mengenai profil SMA Negeri 1 Parung.
Yang berisikan segala sesuatu tentang SMA Negeri 1 Parung.
BAB IIIANALISIS DAN TEMUAN :
Bagian ini berisi tentang analisis dan hasil temuan penelitian. Selain itu bab ini
juga berisi grafik-grafik hasil dari pengolahan data.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN :
Bagian ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan dari hasil keseluruhan
penelitian yang telah dilakukan, dan serta saran yang berguna untuk keperluan
BAB II
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
A. PROFIL SMA NEGERI 1 PARUNG 1. Latar Belakang SMA Negeri 1 Parung
SMA Negeri 1 Parung didirikan pada tanggal 01 Juli 1985 berdasarkan
SK Mendikbud No 0601/O/1985, dengan luas tanah 9.180 m2 dan luas
bangunan 6.500 m2. Awalnya SMAN 1 Parung merupakan filial (kelas Jauh)
SMA Negeri 1 Cibinong. Menempati gedung sendiri di Jl Waru Jaya, Desa
Waru Jaya, Kec. Parung sejak tahun 1987. Sampai tahun 2013 telah
meluluskan sebanyak 26 angkatan.
SMA Negeri 1 Parung telah dipimpin oleh Kepala Sekolah sebanyak 8 kali
yang terhitung mulai dari tahun 1985 sampai sekarang. Pada saat ini SMA
Negeri 1 Parung dipimpin oleh kepala sekolah Drs. H. Ali Rochman,
M.BA,MM. SMA Negeri 1 Parung mempunyai Tujuan Satuan Pendidikan
Menengah (Standar Kompetensi Lulusan) Untuk mencapai standar mutu
pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan secara nasional, kegiatan
pembelajaran di SMA Negeri 1 Parung mengacu pada Standar Kompetensi
Tabel II.A.1. Kegiatan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Parung mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan
No Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan oleh BSNP 1 Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja.
2 Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.
3 Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya.
4 Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.
5 Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global.
6 Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
7 Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan.
8 Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri.
9 Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
10 Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.
11 Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
12 Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab.
13 Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
14 Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya.
15 Mengapresiasi karya seni dan budaya.
16 Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok.
17 Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan.
18 Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
19 Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat.
20 Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain.
21 Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis.
22 Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
23 Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.
2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung
Selain SMA Negeri 1 Parung mempunyai Tujuan Satuan Pendidikan
Menengah (Standar Kompetensi Lulusan) Untuk mencapai standar mutu
[image:43.595.107.524.216.709.2]pendidikan, SMA Negeri 1 Parung mempunya visi dan misi tersendiri yaitu :
Tabel II.A.2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung
Visi Misi
Berprestasi dalam peningkatan nilai rata-rata Ujian Nasional.
Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut.
Berprestasi dalam Lomba Olympiade Mata Pelajaran.
Membantu pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia. Berprestasi dalam Lomba Siswa
Berprestasi.
Melaksanakan pembelajaran efektif, inovatif, konsisten dan bermutu. Berprestasi dalam Lomba
Berpidato Bahasa Inggris.
Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat
nasional, regional, dan internasional. Berprestasi dalam Lomba Olah
Raga dan Seni.
Membantu dan mengembangkan potensi peserta didik secara utuh sebagai masyarakat belajar sepanjang hayat.
Berprestasi dalam Lomba Keagamaan.
Memfasilitasi pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki budaya hidup sehat.
Membantu pembentukan peserta didik yang berdisiplin, mandiri dan bertanggungjawab terhadap
lingkungan sekitarnya.
3. Sarana dan Prasarana di sekolah
Sarana dan prasarana di sekolah SMA Negeri 1 Parung terdiri dari
jenis-jenis ruangan, seperti ruangan (jumlah ruangan, luas ruangan, dan kondisi dari
[image:44.595.105.525.205.725.2]ruangan tersebut. Untuk lebih jelasnya lihatlah tabel dibawah ini:
Tabel II.A.3. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Parung
JENIS RUANG
RUANG LUAS
KONDISI RUANG *) (JML RUANG) KET (RUANG) (M2) B RR RB
R. TEORI/Kelas 24 1728 21 3 -
LABORATORIUM IPA 2 660 1 1 -
PERPUSTAKAAN 1 135 1 -
Lab.KOMPUTER 1 120 1 - -
R. BAHASA 1 120 - 1 -
R PIMPINAN 1 3072 1
Ruang Guru 1 120 1
Ruang TU 1 72 1
Ruang OSIS 1 36 1
Ruang UKS 1 12 1
Ruang BP 1 72 1
Ruang Serba Guna 1
Terlihat dalam sarana dan prasarana ini, ruangan yang dimiliki oleh SMA
Negeri 1 Parung berjumlah 36 ruangan. Dengan masing-maisng ruangan
tersebut ada yang dalam kondisi bagus dan rusak ringan. Ini menjelaskan
bahw SMA Negeri 1 Parung sudah mempunyai sarana dan prasarana yang
menurut peneliti sudah memasuki standar yang sudah lengkap dan bagus.
Sarana dan prasarana ini sangat membantu dalam proses belajar-mengajar
siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung agar berjalan dengan lancar.
B. Profil Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Parung 1. Data kelas siswa tahun 2013/2014
Berikut adalah data-data siswa/i dilihat dari kelas pada tahun ajaran 2013
dan 2014 yang diperoleh dari Koordinator TU SMA Negeri 1 Parung, yang
didalamnya teridiri dari jumlah siswa yang dikategorikan dari kelas 1, 2, dan
[image:45.595.105.520.203.768.2]3, dan dibagi menjadi 2 kelas yaitu IPS dan IPA, yang akan dibuat berbentuk
tabel.
Tabel II.B.1.
Jumlah Siswa/i SMA Negeri 1 Parung Angkatan 2013/2014 I. Kelas 1
Kelas Jumlah Jumlah
Laki-Laki Perempuan
X MIPA 1 19 24 43
X MIPA 2 16 27 43
X MIPA 3 16 27 43
X MIPA 4 18 24 42
X IPS 1 23 17 40
X IPS 2 21 19 40
X IPS 3 15 23 38
X IPS 4 18 21 39
II. Kelas 2
Kelas Jumlah Jumlah
Laki-Laki Perempuan
11 IPA 1 15 23 38
11 IPA 2 15 24 39
11 IPA 3 19 18 37
11 IPA 4 18 18 36
11 IPS 1 22 17 39
11 IPS 2 18 19 37
11 IPS 3 18 17 35
11 IPS 4 13 21 34
Jumlah 138 158 295
III. Kelas 3
Kelas Jumlah Jumlah
Laki-Laki Perempuan
12 IPA 1 12 26 38
12 IPA 2 15 28 43
12 IPA 3 8 30 38
12 IPA 4 8 31 39
12 IPS 1 19 23 42
12 IPS 2 19 18 37
12 IPS 3 16 22 38
12 IPS 4 17 16 33
Jumlah 114 194 308
Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung
Terlihat dari ketiga tabel tersebut, keseluruhan jumlah siswa-siswi yang
bersekolah disanah cukup besar berjumlah 932 orang. Tetapi siswa-siswi
yang diambil dalam penelitian ini hanya berjumlah 280 orang.
[image:46.595.107.525.110.561.2]2. Data Siswa/i Menurut Usia
Tabel ini akan menjelaskan mengenai data seluruh siswa kelas 1, 2, dan 3
dari SMA Negeri 1 Parung yang dilihat menurut usia 14 tahun, 15 tahun, 16
Tabel II.B.2. Data Siswa/i Menurut Usia
KELAS USIA/JUMLAH JUMLAH
14 15 16 17 18
X 22 243 63 1 329
XI 23 226 48 1 295
XII 30 240 34 308
Jumlah 22 271 316 288 35 932
Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung
Dari bermacam-macam usia yang ada di SMA Negeri 1 Parung, usia yang
lebih didominasi dari sekolah ini adalah siswa-siswi yang berusia 16 tahun.
3. Data Siswa/i Menurut Agama
Tabel ini akan menjelaskan mengenai data seluruh siswa kelas 1, 2, dan 3
dari SMA Negeri 1 Parung yang dilihat dari aspek agama yang dimasukan
dalam beberapa kategori yaitu: islam, katolik, protestan, hindu, budha,
[image:47.595.111.518.392.641.2]khonguchu, yang akan dibuat berbentuk tabel.
Tabel II.B.3. Data Siswa/i Menurut Agama
Kelas
Agama/jumlah
Islam Katolik Protestan Hindu Budha Khonghucu Jml
1 313 3 12 1 329
2 272 10 7 5 1 295
3 298 3 7 308
Jml 883 16 26 5 1 1 932
Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelas 1 murid yang beragama islam
berjumlah 313, katolik berjumlah 3, protestan berjumlah 12, khonghucu 1.
Pada kelas 2 murid yang beragama islam berjumlah 272, katolik 10, protestan
katolik 3, protestan 7. Disimpulkan bahwa di SMA Negeri 1 Parung
didominasi oleh siswa-siswi yang beragama islam.
4. Distribusi Pekerjaan Orangtua Siswa/i
Tabel berikut akan menjelaskan mengenai kondisi siswa dari kelas 1, 2,
dan 3 SMA Negeri 1 Parung yang dilihat dari pekerjaan orang tuanya, yang
terdiri dari PNS, TNI/POLRI, Karyawan.Swasta, Pensiunan, Petani, Dagang,
[image:48.595.102.527.213.529.2]dan Buruh. Berikut tabelnya :
Tabel II.B.4. Distribusi Pekerjaan Orangtua Siswa/i
Kelas PNS TNI/ POLRI
Kary.
Swasta Wiraswasta Pen
siun
Petani Dagang Buruh Jml
1 52 20 116 108 4 1 5 23 329
2 42 14 96 100 6 2 7 28 295
3 47 12 95 114 9 11 20 308
Jml 141 46 307 322 19 3 23 71 932
Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung
Dari tabel pekerjaan orang tua siswa diatas dapat dilihat bahwa pada
kelas 1 dari kategori-kategori pekerjaan PNS mendapatkan jumlah sebesar 52,
TNI/POLRI dengan jumlah 20, Kary.Swasta dengan jumlah 116, Wiraswasta
dengan jumlah 108, Pensiunan dengan jumlah 4, Petani dengan jumlah 1,
dagang dengan jumlah 5, buruh dengan jumlah 23. Jadi dapat disimpulkan
pada kelas 1 ini paling banyak orang tua siswa bekerja menjadi Karyawan.
Swasta dengan jumlah 116.
Pada kelas 2, PNS mendapatkan jumlah sebesar 42, TNI/POLRI dengan
jumlah 14, Kary.Swasta dengan jumlah 96, Wiraswasta dengan jumlah 100,
7, buruh dengan jumlah 28. Jadi dapat disimpulkan pada kelas 2 ini paling
banyak orang tua siswa bekerja menjadi Wiraswasta dengan jumlah 100.
Pada kelas 3, PNS mendapatkan jumlah sebesar 47, TNI/POLRI dengan
jumlah 12, Kary.Swasta dengan jumlah 95, Wiraswasta dengan jumlah 114,
Pensiunan dengan jumlah 9, dagang dengan jumlah 11, buruh dengan jumlah
20. Jadi dapat disimpulkan pada kelas 3 ini paling banyak orang tua siswa
bekerja menjadi Wiraswasta dengan jumlah 114.
C. Proses Kegiatan Belajar Mengajar SMA Negeri 1 Parung
Dalam proses belajar-mengajar SMA Negeri 1 parung ini sudah sangat
baik. Guru-guru dalam proses mengajar mengikuti aturan yang sudah dibuat
oleh sekolah, dan dalam proses menjelaskan materi pembelajaran sangat baik.
Terlihat bahwa hasil proses kegiatan belajar mengajar tersebut banyak
prestasi-prestasi yang didapat oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung dalam
[image:49.595.108.518.272.746.2]bidang ilmu pengatuhan maupun dalam bidang olahraga.
Tabel II.C.1. Prestasi Siswa/I SMA Negeri 1 Parung No Nama Kejuaraan Peringkat Tahun Tempat
kegiatan
Tingkat 1 2 3
1 Lomba pentas seni
nasional ipb V 2012
IPB-Dramaga Nasional 2
Lomba lkalida iv V 2012
IPB-Dramaga kab/kota 3 Lomba pionering
lokalida iv V 2012
IPB-Dramaga kab/kota 4 Lomba tari tradisional
- ui depok V 2012
UI
DEPOK kab/kota 5 Olympiade bahasa
jerman V 2012 kab/kota
6 Liga pendidikan
indonesia (lpi) V 2012 Cibinong kab/kota 7 Lomba cerdas
cermat.arkieologi ui depok
V 2012 UI
8 Olympiade sains mata
pelajaran biologi V 2012 Cibinong Propinsi 9 Lomba ketangkasan
baris berbaris V 2012 Cibinong kab/kota 10 Lomba ketangkasan
baris berbaris se kabupaten bogor
V 2012 Cibinong kab/kota 11 Lomba ppgd
penegak-pandega V 2012 Cibinong kab/kota 12 Lomba survival
penegak-pandega kwarcab bogor
V 2012 Cibinong kab/kota 13 Lomba menara
pandang penegak-pandega kwarcab bogor
V 2012 Cibinong kab/kota
14 Lomba bivak penegak-pandega kwarcab bogor
V 2012 Cibinong kab/kota 15 Lomba masak rimba
penegak-pandega kwarcab bogor
V 2012 Cibinong kab/kota 16 Lomba pbb
penegak-pandega kwarcab bogor
V 2012 Cibinong kab/kota 17 Lomba senam
pramuka penegak-pandega kwarcab bogor
V 2012 Cibinong kab/kota
18 Lomba blogger
nasional V 2013
JAKART
A Nasional 19 Olympiade sains
kebumian ONS tingkat SMA
V 2013 Cibinong Kabupaten
20 Kejuaraan bulu tangkis beregu jabodetabek
V 2013 SMA 2 Tangsel
Tangerang Selatan 21 Kejuaraan Volley Ball
Putri tingkat SMA se Jabodetabek
V 2013 SMA 2
Tangsel
Tangerang Selatan 22 Kejuaraan Volley Ball
Putra tingkat SMA se Jabodetabek
V 2013 SMA 2
Tangsel
Tangerang Selatan 23 Kejuaran pencak silat
putra ( Dani setia putra ) POPKAB
V 2013 Gor
Cimandal a Ciluer
Kabupaten
23 Kejuaraan pencak silat putri ( Saraswati) POPKAB
V 2013 Gor
Cimandal a Ciluer
Kabupaten
25 Liga Pendidikan Indonesia(Sepak Bola)
26 Kejuaraan Karate putri POPKAB (Diffaf Andriana)
V 2013 Cibinong Kabupaten
27 Duta Muda Pertanian (Prayoga Rahmat)
V 2013 IPB Kabupaten
28 Perlombaan renang gaya kupu-kupu 50 Meter POPKAB ( Alya Shafira )
V 2013 Cibinong Kabupaten
29 Perlombaan renang gaya dada 50 Meter POPKAB ( Alya Shafira )
V 2013 Cibinong Kabupaten
Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung
D. Potret Interaksi siswa-siswi di SMA Negeri 1 Parung
Diketahui bahwa interaksi siswa-siswi terhadap guru-guru maupun
teman-teman disekolah sangat baik, terlihat bahwa terdapat siswa/i yang melakukan
diskusi tentang pelajaran dengan teman sekolah maupun guru-guru pada saat
jam istirahat sedang berlangsung. Adapula pola interaksi yang berbeda,
dimana terdapat beberapa siswa/i yang berinteraksi hanya dengan teman
sekumpulannya (geng) saja dan berkumpul ditempat tongkrongan (warung)
dan adapula siswa/i yang berkelompok tetapi berkumpul dimasjid.
Selain itu terdapat perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa-siswi
didalam lingkungan sekolah ataupun dilakukan diluar lingkungan sekolah.
Terdapat beberapa kasus di sekolah SMA Negeri 1 Parung yakni: Terdapat
siswa/i yang sedang merokok dilingkungan sekolah, Berjudi menggunakan
kartu remi, melakukan bullying terhadap junior, terdapat juga beberapa kasus
tawuran yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1 parung dengan sekolahan
lain diluar lingkungan sekolah, akan tetapi kasus ini diketahui oleh pihak
BAB III
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada bab ini, peneliti akan menyajikan dengan jelas hasil uji validitas dan
reliabilitas dari variabel (Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi) dan variabel
(Perilaku Menyimpang). Validitas ialah berbicara mengenai suatu alat ukur
yang digunakan memang telah mengukur apa yang ingin diukur, dan reabilitas
adalah sejauhmana hasil pengukuran yang dilakukan tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran kembali pada orang yang sama diwaktu yang berbeda
atau pada orang yang berbeda diwaktu yang sama (Nisfiannoor 2009:211).
Peneliti telah melakukan try out angket terlebih dahulu kepada 20 orang
siswa-siswi sebelum memberikan angket yang sesungguhnya untuk menguji
kelayakan angket. Setelah dilakukan try out, ada beberapa butir pertanyaan
yang tidak valid dan reliabel. Hasil try out yang dianggap layak akan
digunakan kembali dan yang tidak valid akan diperbaiki atau dihilangkan.
Tahap selanjutnya adalah penyebaran angket untuk pengambilan data
penelitian. Berikut adalah tabel hasil uji validitas yang digunakan pada angket
Tabel III.A.1. Hasil Uji Validitas
Variabel Item Corrected Item Total Corelation Ket. Alpha cronbach’s Ket
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi FM1 FM2 FM3 FM4 FM5 FM7 FM8 FM9 FM10 FM11 FM12 FM13 .463 .472 .426 .314 .328 .262 .478 .381 .539 .490 .340 .510 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
.751 Reliabel
Perilaku Menyimpang PM1 PM3 PM4 PM5 PM6 PM7 PM9 PM10 .202 .537 .320 .406 .464 .293 .397 .388 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel di atas menjelaskan bahwa, Butir pertanyaan bisa dikatakan reliabel
apabila memiliki nilai > 0.2. Bisa dilihat pada kolom Corrected Item-Total
Correlation semua butir pertanyaan memiliki nilai > 0.2. Maka semua
pertanyaan telah memenuhi standar kelayakan dan valid (Nisfiannoor
2009:229).
Pada variabel “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi” sebelumnya
berjumlah 13 item, hasil validitas berjumlah 12 item. Kemudian pada variabel “Perilaku Menyimpang” yang berjumlah 10 item, hasil validitas berjumlah 8
item. Item pada variabel yang valid kemudian di uji kembali dengan uji
validitas. Tabel di atas adalah tabel hasil uji validitas yang telah di uji kembali.
B. Analisis Deskriptif
Penelitian ini, masing-masing responden memiliki jumlah yang sama 140
laki-laki dan 140 perempuan. Responden terbagi dalam tiga kelas yaitu kelas
1, kelas 2 dan kelas 3. Masing-masing kelas memiliki jumlah yang berbeda,
kelas 1 (99 orang), kelas 2 (89 orang), dan kelas 3 (92 orang). Setiap kelas
untuk jumlah jenis kelamin, ada yang sama dan tidak. Terlihat bahwa kelas 1
(laki-laki 49 orang dan perempuan 50 orang), kelas 2 (laki-laki 45 orang dan
perempuan 44 orang), dan kelas 3 memiliki jumlah yang sama (laki-laki dan
perempuan berjumlah 46 orang). Secara detail ditampilkan pada tabel dibawah
ini:
Tabel III.B.1. Jenis Kelamin dan Kelas Responden
Variabel Frequency Percent (%)
Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan
140 140
50% 50%
Kelas 1
2 3 99 89 92 35.4% 31.8% 32.9%
Kelas 1
2 3 Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan 49 50 45 44 46 46 49.5% 50.5% 50.6% 49.4% 50% 50%
Setelah mengetahui frequency dari jenis kelamin, kelas, dan jumlah jenis
kelamin dari masing-masing kelas, peneliti akan mendeskripsikan responden
jika dilihat berdasarkan umur, agama, pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu.
Tabel III.B.2. Umur dan Agama Responden
Variabel Frequency Percent (%)
Umur 14 Tahun
15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun 10 84 72 105 9 3.6% 30.0% 25.7% 37.5% 3.2%
Agama Islam
Grafik III.B.1 Jenis Pekerjaan Ayah
Pada grafik III.B.1 untuk jenis pekerjaan, ayah siswa/i di SMA Negeri 1
Parung lebih banyak yang bekerja sebagai wirausaha/wiraswasta dengan
persentase terbesar (77.1%) atau 216 orang dan dua terbanyak PNS (9.6%)
dengan responden 27 orang. Terdapat pekerjaan ayah lainnya yaitu buruh, tidak
bekerja, Polri, Guru, TNI, BUMN, Pengacara, Doker. Telihat jelas bahwa
unt