• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 PARUNG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Dewi Palupi Harjatiningsih

1110111000005

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang dan seberapa besar faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa/i berperilaku menyimpang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung angakatan 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah 280 siswa/i. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket.

Temuan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara deskriptif faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang meliputi: faktor pertemanan (36.4%), faktor hubungan antartetangga (2.7%), faktor keluarga (12.1%) dan faktor media massa (11.2%), dan untuk siswa/i yang melakukan perilaku menyimpang (63.3%). Sementara analisis regresi logistik menunjukkan: hasil uji model keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor dengan perilaku menyimpang karena nilai sig (p) <0,05, uji kebaikan model mampu menjelaskan pengaruhnya dalam perilaku menyimpang sebesar 82,5%, dan uji parsial menunjukan bahwa hanya ada tiga faktor yang berkontribusi mempengaruhi perilaku menyimpang, ketiga faktor tersebut yaitu (Faktor Pertemanan, Faktor Keluarga dan Faktor Media Massa) karena nilai sig (p) <0,05 dan untuk faktor hubungan antartetangga tidak signifikan mempengaruhi karena nilai sig (p) >0,05, berarti H1, H3,dan H4 diterima, dan H2 ditolak. Ini menjelaskan

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis

kesempatan untuk mengecap nikmat sehat dan pikiran jernih, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1

Parung” sebagai tugas akhir dari perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik. Shalawat serta salam kepada Nabi junjungan Muhammad SAW. Berkat

perjuangan dan bimbingan beliau lah umat manusia dapat hidup dalam keimanan

kepada Allah, dan jauh dari kesesatan.

Penulis sangat bahagia telah menyelesaikan skripsi yang menjadi syarat

kelulusan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Penulis berharap skripsi ini

dapat menjadi awal prestasi yang baru untuk menghadapi masa depan yang cerah

dan gemilang. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak bantuan dan

dukungan yang mengalir dari semua pihak yang ada. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA.

2. Bapak Prof. Dr. Zulkifly, MA. Selaku Ketua Jurusan yang selalu

memberikan keramahan bagi mahasiswa dan mahasiswinya.

3. Bapak Husnul Khitam, M.Si. Selaku Sekertaris Program Studi

Sosiologi dan selaku dosen pembimbing yang tidak pernah lelah

(7)

memberikan pengarahan yang sangat berharga selama penulisan

skripsi ini.

4. Ibu Dra. Ida Rosyidah. Selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang

telah memberikan pengarahannya selama penulis berada di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Ibu Roro Satiti Shakuntala, M.Si. dan Bapak Nur Hafid, MA Selaku

dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan

pengarahan pada penulis.

6. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik nyang telah

memberikan ilmu pengetahuannya kepada mahasiswa.

7. Untuk kedua orang tua tercinta, mamah dan ayahanda yang selalu

memberikan do’a, support dan menyemangati penulis ini dari awal

sampai sekarang. Terimakasih atas kesabaran dan pengertian kalian

selama ini. Tanpa kalian, penulis bukanapa-apa di dunia ini.

8. Untuk kakak Zenorita Dwi Anjani dan Wahyu Herbowo Trikaloka,

yang telah memberikan motivasi selama penulisan skrispi.

9. Spesial untuk Ridho Saputra, terimakasih untuk semangatnya, doa’a,

selalu menemani saat bimbingan dan memberikan keceriaan.

10.Untuk sahabat-sahabatku Maya Tamia, Arif Hanifan, Soraya

terimakasih untuk semangatnya, dukungannya, do’a dan mereka yang

telahmemberikan keceriaan.

11.Teman-teman sesama mahasiswa Jurusan Sosiologi (angkatan 2010),

(8)

iv

siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung yang telah membantu dalam proses

skripsi ini.

12.Terimakasih untuk guru-guru SMA Negeri 1 parung, yang telah

membantu dalam proses skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan

yang pernah dilakukan. Penulis menyadari banyaknya kekurangan dan kekeliruan

baik secara lisan maupun tulisan selama proses pembuatan skripsi ini

berlangsung. Semoga karya ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang bersangkutan

dan menjadi semangat untuk penelitian selanjutnya.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Jakarta, 16 Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Pertanyaan Masalah ……….. 1

B. Pertanyaan Penelitian ..……….. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 6

D. Tinjauan Pustaka ……….. 6

E. Kerangka Teoritis ………. 12

1. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) ………. 12

2. Sutherland’s (Theory of Differential Association) …... 13

3. Teori yang Mendukung Perilaku Menyimpang .……... 13

E.A.1 Definisi Operasional dan Indikator ……….. 15

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ……….. 15

1.1 Pertemanan ……….. 15

1.2 Hubungan Antartetangga ……… 16

1.3 Keluarga ……….. 16

1.4 Media Massa ……… 16

2. Perilaku Menyimpang ……… 17

2.1 Tindakan yang nonconform ………... 17

2.1 Tindakan antisosial atau asosial ………. 17

2.3 Jenis perilaku menyimpang remaja yang didapat dalam penelitian sebelumnya ……….... 17

F. Hipotesis Penelitian ...……….. 20

G. Metodologi Penelitian ……….. 20

H. Sistematika Penulisan ……….. 26

(10)

vi

B. Profil Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Parung ………... 32 C. Proses Kegiatan Belajar Mengajar SMA Negeri 1 Parung .. 36 D. Potret Interaksi siswa-siswi di SMA Negeri 1 Parung ……. 38

BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Uji Validitas dan Reliabilitas ………...……… 39

B. Analisis Deskriptif………. 41

C. Analisis Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

dan Perilaku Menyimpang di SMA Negeri 1 Parung ..…… 48 D. Uji Faktor-Faktor terhadap PerilakuMenyimpang

Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Parung ……… 54

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 61

B. Saran ………. 63

DAFTAR PUSTAKA ……… x

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel I.E.I Operasionalisasi Konsep ……….. 18

Tabel I.G.1 Populasi Siswa/i SMA Negeri 1 Parung ……….. 22

Tabel I.G.2 Penarikan Sample ………. 23

Tabel I.G.3 Skala Pengukuran ………. 25

Tabel II.A.1 Kegiatan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Parung mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan ……….. 29

Tabel II.A.2 Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung ………... 30

Tabel II.A.3 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Parung ……….. 31

Tabel II.B.1 Jumlah Siswa/i SMA Negeri 1 Parung Angkatan 2013/2014 …. 32 Tabel II.B.2 Data Siswa/i Menurut Usia ……….. 34

Tabel II.B.3 Data Siswa/i Menurut Agama ……….. 34

Tabel II.B.4 Distribusi Pekerjaan Orangtua Siswa/i ……… 35

Tabel II.B.5 Prestasi Siswa/I SMA Negeri 1 Parung ……….. 36

Tabel III.A.1 Hasil Uji Validitas ………... 40

Tabel III.B.1 Jenis Kelamin dan Kelas Siswa/i ……… 42

Tabel III.B.2 Umur dan Agama Siswa/i ……… 42

(12)

viii

Tabel III.C.1 Total dari Perilaku Menyimpang dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi ………. 48

Tabel III.C.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ………. 49

Tabel III.C.3 Perilaku Menyimpang ……….. 52

Tabel III.D.1 Uji Signifikansi Model Keseluruhan ……… 55

Tabel III.D.2 Uji Kebaikan Model ………. 55

(13)

DAFTAR GAMBAR

Grafik III.B.I Jenis Pekerjaan Ayah ………... 43

Grafik III.B.2 Jenis Pekerjaan Ibu ……….. 43

Grafik III.B.3 Perilaku Menyimpang dilihat dari Jenis Kelamin Responden ... 45

Grafik III.B.4 Perilaku Menyimpang dilihat dari Kelas Responden …………. 46

Grafik III.B.5 Perilaku Menyimpang dilihat dari Usia Responden …... 46

Grafik III.B.6 Perilaku Menyimpang dilihat dari Status Sosial Ekonomi Keluarga ……….. 47

Grafik III.C.1 Persentase Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ………... 49

Grafik III.C.2 Faktor-Faktor Lainnya ……… 51

Grafik III.C.3 Persentase Perilaku Menyimpang ……….. 52

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN A. PERNYATAAN MASALAH

Skripsi ini meneliti tentang “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku menyimpang pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung”. Penelitian ini

ingin mengidentifikasi dan mengklasifikasi bentuk-bentuk perilaku

menyimpang siswa/i, dan menggali faktor-faktor penyebabnya.

Penyimpangan mengacu pada perilaku, cara-cara bertindak, sikap,

keyakinan dan gaya yang melanggar norma-norma, aturan, etika dan harapan

masyarakat (John Scott 2011:81). Paul B. Horton dan Chester L. Hunt

mengemukakan bahwa tidak ada satupun penyimpangan yang berdiri sendiri

(Jokie 2010:1.4). Pada dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan pelajar

adalah hal-hal yang dilakukan oleh pelajar sebagai individu dan tidak sesuai

dengan norma-norma hidup yang berlaku di dalam masyarakatnya. Pelajar

yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat

mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat,

sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan dianggap terjadi hal yang menyimpang atau “kenakalan” (Kartono 1988:93).

Berdasarkan perspektif psikologi, perkembangan masa remaja merupakan

masa yang kritis. Dikemukakan demikian karena pada masa remaja

mengalami masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa

kedewasaan yang sering ditandai dengan adanya krisis kepribadian.

(15)

kegelisahan-kegelisahan internal, misalnya timbulnya rasa tertekan, dorongan

untuk mendapatkan kebebasan, goncangan emosional, rasa ingin tahu yang

menonjol, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat, dan

krisis identitas (Kartono 1998).

Jonaidi (2014) dalam penelitiannya menyatakan, terdapat banyak faktor

yang menjadi penyebab perilaku menyimpang remaja, proses pengasuhan

anak sangat mempengaruhi perkembangan remaja dan pola asuh yang tidak

sesuai dengan perkembangan zaman yang terus berubah akan menyebabkan

remaja tersebut melakukan hal-hal yang menyimpang. Selain itu, keluarga

juga dapat menjadi sebab timbulnya perilaku menyimpang seperti keluarga

(broken home), keluarga broken home pada prinsipnya struktur keluarga

tersebut sudah tidak lengkap lagi yang disebabkan hal-hal seperti, salah satu

dari kedua orang tua atau kedua-duanya meninggal dunia, perceraian orang

tua, anak yang sering ditinggalkan kedua orang tuanya karena mencari nafkah, dan salah satu kedua orang tua atau keduanya “tidak hadir” dalam tenggang

waktu yang cukup lama. Terdapat juga faktor-faktor penyebab perilaku

menyimpang remaja yakni, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan

sekolah, faktor lingkungan masyarakat, televisi sebagai salah satu media yang

dapat menyebabkan perilaku menyimpang, dan lingkungan pergaulan atau

pertemanan baik di sekolah ataupun di luar sekolah menjadi salah satu faktor

penunjang terjadinya perilaku menyimpang remaja. Kondisi teman sebaya

yang kurang baik membuat perlaku seseorang mengikuti hal-hal yang tidak

(16)

Menurut KPAI, saat ini kasus bullying menduduki peringkat teratas

pengaduan masyarakat. Dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369

pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total

pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut

KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar,

diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (kpai.go.id 16/10/14).

Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda

sampai ke kampus-kampus. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan

Medan, tawuran ini sering terjadi. Data di Jakarta tahun 1992 tercatat 157

kasus perkelahian pelajar, tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan

menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban

meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230

kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya

korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun

jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat

dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus

(kpai.go.id 14/05/14).

Terdapat juga pornografi dan pornoaksi yang tumbuh subur di negeri kita

memancing remaja untuk memanjakan syahwatnya, baik di lapak kaki lima

maupun dunia maya. Sexual Behavior Survey 2011, menunjukkan 64 persen

anak muda di kota-kota besar Indonesia ‘belajar’ seks melalui film porno atau

(17)

pernah berhubungan seksual, sisanya 61 persen berusia 20-25 tahun. Dan

terdapat juga data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar sudah

memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan

Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak

12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339 kasus tawuran

menyebabkan 82 anak meninggal dunia (hizbut-tahrir.or.id 11/11,12).

Selain itu, pendataan penelitian Sahabat Remaja tentang perilaku seksual

di empat kota menunjukan 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja di kota

Yogyakarta, 3,2% remaja di kota Surabaya, serta 31,1% di kota Kupang telah

melakukan hubungan seksual secara bebas. Penelitian yang dilakukan oleh

Synovate Research tentang perilaku seksual remaja di empat kota, yaitu:

Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan dengan jumlah responden 450 orang

dengan usia antara 15-24 tahun, penelitian ini menghasilkan bahwa sekitar

50% informasi tentang seks mereka dapat dari kawan, film porno sebanyak

35% dan untuk sekolah hanya 10%. Ironisnya hanya 5% dari responden

remaja ini memperoleh informasi tentang seks dari orang tuanya, dan

sebanyak 81% remaja tersebut mengaku lebih nyaman berbicara seks dengan

teman-temannya dibandingkan berbicara kepada orang tuanya. (Julianti

Siagian 2014).

Indonesia Police Watch (IPW) merilis sejumlah kejahatan yang dilakukan

anak-anak di bawah umur. Dalam enam bulan terakhir 10 mei 2014 kejahatan

(18)

sadis,. enam kejahatan yang dilakukan anak di bawah umur itu, empat kasus

adalah pembunuhan sadis dan dua perampokan (kpai.go.id 10/10/14).

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, banyaknya

kejahatan dan aksi kriminalitas yang dilakukan anak harus dilihat secara utuh,

baik sebagai korban atau pelaku. Anak sebagai pelaku krimininalitas lebih

banyak dipengaruhi faktor lingkungan yang tidak bersahabat, pengaruh media

atau perlakuan teman sekelilingnya. Faktor lingkungan tersebut lambat laut

akan menginspirasi anak untuk meniru. Tayangan televisi yang berisi

pornografi, lalu games bernuasa kekerasan ikut berpengaruh pada perilaku

anak. Anak melakukan dari apa yang mereka lihat, mereka rasakan, dan

setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan para pihak, mulai dari negara,

sekolah dan orang tua, untuk mengurangi terjadinya kriminalitas anak

(kpai.go.id 10/10/14).

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Adapun pertanyaan mengenai penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Parung”

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku menyimpang ?

2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa-siswi

(19)

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari temuan mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang, seberapa besar

pengaruh faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa-siswi berperilaku

menyimpang dan temuan ini dapat bermanfaat untuk pembaca :

1. Manfaat Akademis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

sumbangan literatur untuk peneliti selanjutnya dan bermanfaat bagi kajian

ilmu sosiologi kriminalitas.

2. Manfaat Praktis :

a. Semoga dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan untuk memahami indikator faktor-faktor apa saja yang ada

dan mengetahui seberapa pengaruh indikator-indikator tersebut terhadap

perilaku menyimpang pada anak remaja, khususnya terhadap siswa-siswi

di SMA Negeri 1 Parung.

b. Untuk para orangtua lebih mengontrol anak remaja mereka dalam

melakukan sesuatu dan memberikan arahan terkait perilaku menyimpang

yang akan sangat merugikan bila dilakukan dikalangan mereka.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang ini

bukan merupakan hal yang baru untuk diteliti, akan tetapi sudah banyak

penelitian-penelitian yang berhubungan dengan perilaku menyimpang tersebut.

Berikut beberapa penelitian yang berhubungan dengan yang akan peneliti teliti

(20)

Pertama: Lisa kartika (2014) dengan jurnalnya yang berjudul “Perilaku Menyimpang Remaja Ditinjau Dari Aspek Hukum”. Jurnal ini ingin meneliti

“Adakah hubungan antara pemahaman tentang hukum dengan perilaku

menyimpang pada remaja di Desa Karang Baru RT 03/03 Cikarang Utara

Kabupaten Bekasi”. Jurnal ini mengemukakan semakin tinggi pemahaman

tentang hukum maka semakin rendah perilaku menyimpang yang terjadi, tetapi

sebaliknya semakin rendah pemahaman tentang hukum makan semakin tinggi

perilaku menyimpang yang terjadi. Jurnal ini menggunakan teori lapangan (

Field theory) yang dikemukakan oleh Kurt Lewin. Dalam teorinya ia

mengemukakan bahwa individu dalam bertingkah laku bersifat aktif dan

disertai pemahaman atau situasi yang dihadapi. Teori Kurt Lewin ini

mengandung arti bahwa individu dalam bertingkah laku bersifat aktif, artinya

dengan keaktifannya ia dapat melakukan apa yang diinginkan, dan dalam

melakukan keaktifannya disertai dengan pemahaman atas situasi atau masalah

yang dihadapi tersebut (E.Koeswara 1995:137). Penelitian ini menggunakan

metode studi korelasioanal yang merupakan bagian dari penelitian kuantitatif.

Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara

dua atau beberapa variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman

tentang hukum yang tinggi diikuti oleh perilaku menyimpang reamaja yang

rendah sedangkan pemahaman hukum yang rendah diikuti oleh perilaku

menyimpang yang tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

negatif antara pemahaman tentang hukum dengan perilaku menyimpang

(21)

(-0,553)2 ini menunjukan 30,57% pencegahan tindakan perilaku menyimpang

dapat dicegah dengan pemahaman hukum.

Kedua: Jonaidi (2014) dengan jurnalnya yang berjudul “Analisis

Sosiologis Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa pada SMA Pembangunan

Kabupaten Malinau”. Jurnal ini ingin meneliti “Bagaimana bentuk-bentuk

perilaku menyimpang siswa dan apa saja faktor-faktor penyebabnya”. Teori

yang dipakai dalam penelitian ini adalah Teori Adaptasi Robert King Merton

(teori ketegangan) yang menjelaskan akar penyimpangan sosial. Tidak seperti

kebanyakan teori yang mengemukakan bahwa kejahatan dan penyimpangan

timbul dari sebab-sebab individual (seperti "cacat" biologis) (Cullen & Agnew

1980:171). Kelompok-kelompok tertentu berpartisipasi dalam perilaku

kriminal karena mereka menanggapi secara normal keadaan sosial dimana

mereka menemukan diri mereka" (Tierney 1980:95). Merton juga

mengungkapkan bahwa di dalam stuktur sosial terdapat penyimpangan yang

terjadi akibat adanya disfungsi antara norma dengan tujuan kultural dengan

kemampuan anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan

tersebut. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan

kualitatif, data diperoleh dari wawancara dengan key informan yang terdiri dari

siswa yang berperilaku menyimpang, teman siswa yang berperilaku menyimpang

dan pengelola sekolah/guru. Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa

bentuk-bentuk perilaku yang sering terjadi pada SMA Pembangunan Kabupaten

Malinau yaitu berkelahi, berpakaian tidak rapi, membolos sekolah membawa

(22)

masuk sekolah, merokok menggunakan baju sekolah, minum-minuman keras,

mengkonsumsi obat-obatan dan menghisap lem. Adapun faktor yang

mempengaruhi siswa melakukan perilaku menyimpang yaitu faktor

lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan sebaya.

Ketiga: Rian Pambudi Wibowo (2014) dengan jurnalnya yang berjudul “Perilaku Mahasiswa Fisip Yang Melakukan Judi Bola Online. Teori yang

digunakan dalam peneliti ini (Teori Penyimpangan) dari Edwin H.

Sutherland. Penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan

penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma

yang menyimpang, terutama dari subkultur atau di antara teman-teman sebaya

yang menyimpang. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah

pendekatam kualitatif dimana peneliti menggunakan teknik wawancara

dengan empat informan. Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa : Alasan yang

melatarbelakangi pemain judi bola online adalah alasan ekonomi, mereka

menginginkan keuntungan berlipat dari judi online tersebut. Terdapat juga

temuan lainnya yaitu : a). Proses pelaku judi bola online mengenal judi bola

online itu sendiri berawal dari sebuah lingkungan subkultur menyimpang. Para

pelaku tidak belajar secara otodidak tetapi mereka belajar kepada teman

mereka yang memahami bagaimana bermain judi bola online ini karena teman

mereka berasal dari sebuah subkultur menyimpang. b). Para pelaku judi bola

online ini dalam proses pembelajarannya tidaklah terlalu rumit. Pada dasarnya

para pemain judi bola online sama–sama menyukai olah raga sepak bola selain

(23)

bola online ini membawa dampak negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan

dari judi bola online ini yaitu kekalahan yang dialami pelaku perjudian

membawa kerugian materiil yang cukup besar.

Keempat: Suyanto (2014) dalam artikelnya yang berjudul “Perilaku Menyimpang Dalam Prespektif Sosiologis”. Artikel ini mencoba melihat

fenomena perilaku menyimpang dalam prespektif sosiologis dan fenomena

perilaku menyimpang ini dikaitkan juga dengan korupsi. Berkaitan dengan

perilaku menyimpang, Durkheim dengan konsepnya tentang anomie, suatu

situasi tanpa norma dan arah yang tercipta akibat tidak selarasnya harapan

kultur dengan kenyataan sosial dan Merton mencoba menghubungkan anomie

dengan penyimpangan sosial. Merton menyebutkan ada empat perilaku

menyimpang, yaitu inovasi: seseorang menerima tujuan yang sesuai dengan

nilai-nilai budaya yang diidamkan masyarakat, tetapi menolak norma-norma

dan kaidah yang berlaku. ritualism: seseorang menerima cara-cara yang

diperkenankan secara kultural tetapi menolak atau mengganti tujuan sehingga

berbeda dengan harapan semula dari masyarakat atau kelompok, peneduhan

hati: seseorang menolak atau tidak mengakui lagi baik cara maupun tujuan

yang diperkenankan secara budaya tanpa menggantinya dengan yang baru,

dan pemberontakan: seseorang menolak baik cara maupun tujuan yang

diperkenankan secara budaya dengan menggantikannya dengan yang baru.

Artikel ini juga menjelaskan para sosiolog cenderung menekankan pada

penggunaan salah satu perspektif dan cenderung mengabaikan perspektif

(24)

dan dalam rangka turut serta berpartisipasi dalam proses pengambilan

keputusan atau kebijakan yang efektif terkait dengan korupsi sebagai salah

satu bentuk perilaku menyimpang, para pakar maupun masyarakat awam

hendaknya berpandangan komprehensif. Penekanan pada salah satu teori dan

cenderung mengabaikan teori yang lain akan membuat kita berpandangan

sempit dan berakibat pada pengambilan keputusan yang bersifat parsial yang

efektivitasnya diragukan. Teori-teori sosiologi, baik klasik maupun

kontemporer telah berusaha memaparkan dengan cukup memadai, meskipun

tidak mungkin bersifat tuntas, mengingat begitu kompleksnya hakikat perilaku

menyimpang, termasuk korupsi ini.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan

penelitian yang akan saya teliti yaitu : persamaan penelitian ini dari ketiga

penelitian sebelumnya sama-sama membahas mengenai perilaku menyimpang.

dan perbedaannya terletak pada upaya peneliti untuk mengeksplorasi lebih

detail mengenai perilaku menyimpang. Upaya itu teletak pada pendekatan

yang digunakan oleh peneliti, penelitian sebelumnya kebanyakan

menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Selain itu, penelitian ini lebih memfokuskan perilaku

menyimpang dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal teori,

masing-masing penelitian diatas menggunakan teori lapangan (Field Theory)

yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, Teori Adaptasi Robert King Merton

(Teori Ketegangan), dan Teori Penyimpangan dari (Edwin H. Sutherland).

(25)

Learning Theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura, dan Theory of

Differential Associationdan dari Sutherland’s.

E. KERANGKA TEORITIS

Dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang,

terdapat beberapa faktor yang mendukungnya. Perilaku menyimpang itu

terjadi karena individu mempelajari dari orang lain. Terlihat dari teori

pembelajaran sosial (Social Learning Theory ) yang ditokohi oleh Albert

Bandura dan beberapa tokoh lainnya (Amir Ilyas 2014:38) dan terdapat juga

teori dari Sutherland (Theory of Differential Association) yang didalamnya

mengkaji masalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang.

1. Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)

Tokoh utama teori ini Albert Bandura berpendapat bahwa

individu-individu mempelajari kekerasan dan agresi melalui behavioral modeling.

Anak belajar bagaimana bertingkah-laku secara ditransmisikan melalui

contoh-contoh, yang terutama datang dari keluarga, sub-budaya, dan media

massa. Melalui observational learning (belajar melalui pengamatan) satu

lingkaran kekerasan mungkin telah dialirkan secara terus-menerus melalui

genarasi ke generasi. Tentu saja menurut teori ini bukan hanya kekerasan dan

agresi saja yang dapat dipelajari dalam situasi keluarga. Di luar keluarga hal

serupa dapat dipelajari dari genk-genk. Observational learning juga dapat

terjadi di depan televisi dan bioskop. Patterson dan kawan-kawanya menguji

(26)

bahwa anak-anak yang bermain secara pasif sering menjadi korban anak-anak

lainnya, namun kadang-kadang anak tersebut berhasil mengatasi serangan itu

dengan agresi balasan. Dengan berlalunya waktu anak-anak ini belajar

membela diri, dan pada akhirnya mereka memulai perkelahian. Jadi anak-anak

sebagaimana orang dewasa dapat belajar agresif, bahkan melakukan

kekerasan, melalui trial dan error (Amir Ilyas 2014:38).

2. Sutherland’s Theory of Differential Association

Sutherland berpendapat bahwa perilaku kelompok menyimpang akibat

konflik normatif. Konflik antara norma-norma mempengaruhi penyimpangan

melalui organisasi sosial diferensial, ditentukan oleh struktur lingkungan,

hubungan peer group, dan organisasi keluarga. Hasil konflik normatif individu

dalam perilaku kriminal melalui asosiasi diferensial yang menyimpang belajar

definisi pidana perilaku dari asosiasi pribadi (Marshall 2011:102)

3. Teori yang Mendukung Perilaku Menyimpang

Behavior atau perilaku bisa diartikan sebagai sebuah cara respon seseorang

untuk beraksi, bertindak, terhadap objek baik itu benda maupun manusia yang

memiliki sifat diferensial atau sifat yang berbeda. Perilaku harus dilihat dalam

konteks referensi sebuah fenomena dan hal ini dapat dilihat dari referensi

masyarakat atau benda yang bersifat baik dan buruk atau normal dan abnormal

menurut masyarakat (Winsom 2000:9).

Penyimpangan mengacu pada perilaku, cara-cara bertindak, sikap,

(27)

masyarakat (John Scott 2011:81). Penyimpangan berkaitan erat dengan norma

yang berlaku di tempat dan waktu tertentu dan suatu perilaku yang dianggap

tidak sesuai dengan kesepakatan prilaku yang ada dimasyarakat. Vander

Zender dalam buku pengantar sosiologi menyatakan bahwa, perilaku

menyimpang merupakan perilaku yang oleh sebagian besar orang anggap

sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi (Kamanto 2004:176).

Robert M.Z Lawang menjelaskan perilaku menyimpang adalah semua

tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan

menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk

memperbaiki perilaku menyimpang (Jokie 2010:6.2).

Secara singkat perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai suatu

perilaku individu yang melakukan pelanggaran norma, etika ataupun

melanggar sesuatu yang tidak sesuai didalam masyarakat tertentu dan

penyimpangan itu sendiri bukan hanya bisa dilakukan perorangan, akan tetapi

bisa dilakukan dalam berkelompok.

Adapun teori penyimpangan yang berprespektif sosiologis adalah teori

kontrol dimana teori kontrol ini merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau

pengendalian sosial. Teori ini berpandangan bahwa setiap manusia cenderung

untuk tidak patuh pada hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan

pelanggaran hukum. Oleh sebab itu, para ahli teori kontrol menilai perilaku

menyimpang adalah konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk

(28)

Seseorang berperilaku menyimpang jika menurut anggapan sebagian besar

masyarakat (minimal suatu kelompok atau komunitas tertentu) perilaku atau

tindakannya di luar kebiasaan, adat istiadat, aturan atau nilai-nilai yang

berlaku. Segala sesuatu pasti akan melalui proses, begitu juga dengan

penyimpangan. Untuk menjadi menyimpang, seseorang akan melewati suatu

proses atau tahapan yang sangat lama. Seseorang tidak menjadi menyimpang

dengan hanya melakukan perbuatan menyimpang. Secara sosiologis

penyimpangan terjadi karena seseorang memainkan peranan sosial yang

menunjukan perilaku menyimpang (Lisa 2014).

E.A.1 Definisi Operasional dan Indikator

Dalam definisi operasional dan indikator ini bertujuan untuk

mendefinisikan variabel penulisan, yang mengandung indikator-indikator yang

jelas pada tiap variabelnya. Variabel yang dimaksud yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi dan perilaku menyimpang.

1. Faktor-Faktor Perilaku Menyimpang (Variabel X)

Terdapat beberapa faktor yang menggambarkan perilaku menyimpang

terjadi. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi, terlihat pada

teori pembelajaran sosial (Social Learning) Albert Bandura dan dalam teori Sutherland’s. Kedua teori tersebut menyebutkan beberapa faktor yaitu

keluarga, sub-budaya, media massa dan kelompok bermain (peer group).

1.1Pertemanan: Sifat-sifat penyimpangan terutama diadaptasi melalui

pertemanan dan melalui partisipasi kelompok kecil atau kelompok intim,

(29)

tempat-tempat dimana kehidupan sosial berlangsung misalnya sekolah, tempat-tempat

kerja, dan fasilitas rekreasi (Jokie 2010:4.20).

1.2Hubungan Antartetangga: Lingkungan bertetangga atau komunikasi lokal

adalah tempat dimana hubungan sosial antar pribadi dilakukan. Disinilah

pengalaman individu dialami dan tempat dimana hubungan sosial yang

erat terjadi, juga tempat dimana terdapat perbedaan standar normatif yang

dapat menjadi sumber penyimpangan (Jokie 2010:4.21).

1.3Keluarga: Sebagai institusi yang memberikan sumbangan besar bagi

perubahan sosial yang menghasilkan banyak perubahan penting dalam

kehidupan sosial (Reiss and Lee, 1988). Melemahnya ikatan keluarga dan

makin banyak ibu yang berkerja diluar rumah, membuat anak-anak lebih

sedikit berhubungan dengan anggota keluarga. Kurangnya pengawasan

orangtua, penolakan orangtua, dan hubungan orangtua yang jelek adalah

penyebab utama perilaku delikuen anak (Loeber and stouthamer – loeber,

1986). Dan anak-anak keluarga broken home dan perceraian munculnya

perilaku menyimpang (Jokie 2010:4.22-4.23).

1.4Media Massa: Televisi dan film adalah media yang menyuguhkan

kebudayaan yang menonjolkan kekayaan, materialisme, dan contoh

perilaku terhadap anak dengan model-model perilaku yang kondusif bagi

penyimpangan. Hubungan televisi dan film dengan kejahatan khusunya

pengaruh langsung terhadap penonton adalah menguatkan penyimpang

(30)

bisa membuat seseorang berperilaku menyimpang (Amir Ilyas 2014:

38-39).

2. Perilaku Menyimpang (Variabel Y)

Terdapat beberapa perilaku menyimpang yang akan dijadikan indikator

dan diuji dalam variabel ini, yakni :

2.1Tindakan yang nonconform: Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

atau norma-norma yang ada, seperti (membolos, merokok, membuang

sampah bukan pada tempatnya) (Narwoko dan bagong 2005:101).

2.2Tindakan antisosial atau asosial: Tindakan yang melawan kebiasaan

masyarakat atau kepentingan umum, seperti (menarik diri dari pergaulan,

tidak mau berteman, minum-minuman keras, dll) (Narwoko dan bagong

2005:101).

2.3Jenis perilaku menyimpang remaja yang didapat dalam penelitian

sebelumnya adalah: Berjudi, memakai obat-obat terlarang, melakukan

hubungan seks diluar nikah, tawuran, menonton video porno, dan

membaca buku-buku cabul (Julianti Siagian 2014).

Berikut tabel untuk menunjukan variabel, dimensi, indikator, skala

pengukuran dan pertanyaan penelitian:

(31)
(32)
(33)

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Dalam Penelitian ini terdapat empat hipotesis yang akan diuji :

1. H1 : Terdapat pengaruh antara faktor pertemanan dengan perilaku

menyimpang

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara faktor pertemanan dengan

perilaku menyimpang

2. H2 : Terdapat pengaruh antara faktor hubungan antartetangga dengan

perilaku menyimpang

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara faktor hubungan antartetangga

dengan perilaku menyimpang

3. H3 : Terdapat pengaruh antara faktor keluarga dengan perilaku

menyimpang

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara faktor keluarga dengan perilaku

menyimpang

4. H4 : Terdapat pengaruh antara faktor media massa dengan perilaku

menyimpang

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara faktor media massa dengan

perilaku menyimpang

G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pendekatan penelitian yang

digunakan adalah kuantitatif. Husen Umar (2010) mengasumsikan kuantitatif

(34)

dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. Asumsi

dari penelitian kuantitatif adalah bahwa fakta-fakta dan objek penelitian

memiliki realitas, dan variabel-variabel dapat didentifikasikan dan

hubungan-hubungannya dapat diukur (Syamsir dan Jaenal 2006 :36). Dalam penelitian

ini ada dua variabel yang dimaksud yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

terdiri dari faktor pertemanan, faktor hubungan antartetangga, faktor keluarga

dan faktor media massa sebagai variabel bebas (X) dan perilaku menyimapang

sebagai variabel terikat (Y).

2. Lokasi, Populasi dan Sampel 2.1 Lokasi

Lokasi untuk melakukan penelitian tersebut dilaksanakan di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Parung. Sekolah ini tepatnya berada di Jl.

Waru Jaya No.17 Kecamatan.Parung Kabupaten.Bogor Propinsi.Jawa Barat

Telp. (0251-612272). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa SMA Negeri 1 Parung terletak

disuatu daerah yang memungkinkan untuk menjadi tempat untuk diteliti.

Alasan peneliti mengambil populasi di SMA Negeri 1 Parung dikarenakan

peliti mendapatkan sumber dari beberapa informan yang bersekolah di SMA

Negeri 1 Parung (tidak bisa disebutkan namanya), bahwa terdapat banyak

siswa-siswi yang melakukan perilaku menyimpang yang berkaitan dengan

(35)

2.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Parung

yaitu sebanyak 932 siswa dari kelas 1, 2 dan 3. Sebagaimana dengan data yang

telah diambil bahwa jumlah populasi terhitung mulai dari tahun ajaran 2012

[image:35.595.104.526.193.534.2]

sampai dengan tahun 2014.

Tabel I.G.1 Populasi Siswa/i SMA Negeri 1 Parung

No. Kelas Populasi

1. 1 329

2. 2 295

3. 3 308

Total 932

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa populasi pada keseluruhan siswa

SMA Negeri 1 Parung sebanyak 932orang. Kelas 1 terdapat 329 siswa, kelas 2

terdapat 295 siswa dan kelas 3 terdapat 308 siswa.

2.3 Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel kluster. Sampel

kluster mengutamakan seluruh kelompok dari pada individu, dan pemilihan

sampel kluster ini dipilih secara acak (Ulber 2009:26) (kelompok yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas 1, 2 dan 3). Alasan penulis

menggunakan teknik sampel kluster karena populasi SMA Negeri 1 Parung

terbagi dalam beberapa kelas. Kemudian untuk menentukan jumlah sampel

yang diteliti, penulis menggunakan rumus slovin. Rumus slovin digunakan

(36)

sebanyak 932 Siswa, dan peneliti menggunakan margin eror sebesar 5%.

Rumus slovin sebagai berikut: (Bambang dan Lina 2011:137).

n = N 1 + Ne2

= 932 = 932

1 + 935 (0.05)2 1 + 932 (0.0025)

= 932 = 932 = 279,94 1 + 2,34 3,34

n = 279,94 jika dibulatkan maka sampel menjadi 280 responden. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, sampel yang dapat diambil

adalah 280 siswa. Jumlah sempel yang diambil kemudian dibagi menjadi 3

kelas yaitu 1, 2, dan 3 agar penentuan sampel masing-masing kelas memiliki

[image:36.595.104.520.209.715.2]

propusisi yang sama (Prasetyo, 2012:13).

Tabel I.G.2 Penarikan Sample No Kelas Populasi

Total populasi

Di Bulatkan

1 1 392 : 932 x 280 = 98,84 99

2 2 295 : 932 x 280 = 88,62 89

3 3 308 : 932 x 280 = 92,53 92

TOTAL 280

(37)

Setelah mendapatkan jumlah sampel tiap kelas yaitu kelas 1 berjumlah 99,

kelas 2 berjumlah 89 dan kelas 3 berjumlah 92 maka sampel ini ditarik dengan

cara undian dari data absensi yang telah diperoleh dengan cara menggunting

semua nama dari absensi yang telah di salin lalu dipisahkan berdasarkan

pembagian kelas 1, 2, dan 3, kemudian diambil satu persatu sesuai proporsi

yang telah ditentukan. Peneliti mencoba mencari sampel antara laki-laki dan

perempuan dengan jumlah yang sama, maka dari itu dalam pengundian sampel

jika sampel yang keluar berjenis kelamin tertentu namun telah melebihi

setengah jumlah dari sampel tiap kelasnya maka undian di kocok kembali

untuk mencari sampel jenis kelamin yang berbeda.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer

yang didapat dari SMA Negeri 1 Parung, dimana data primer ini diperoleh

langsung dari objek yang akan diteliti (responden). Untuk pengumpulan data

terutama data primer ini menggunakan instrumen penelitian, yaitu dengan

kuesioner. Dimana kuesioner ini biasanya berisi tentang

pertanyaan-pertanyaan yang berstruktur. Kuesioner tersebut dimaksudkan sebagai suatu

daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para

responden, yaitu orang yang memberi jawaban (Suyanto dan Sutinah

2007:55-56). Dalam kuesioner ini responden tinggal memilih jawaban yang sesuai

dengan aspirasi, presepsi, sikap, keadaan, atau pendapat pribadinya (Suyanto

dan Sutinah 2007:60). Tujuan pembuatan kuesioner untuk memperoleh

(38)

dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin (Syamsir dan Jaenal 2006 :

66-67).

4. Skala Pengukuran

Penelitian ini terdiri dari Independet Variable (IV) yaitu faktor-faktor

yang mempengaruhi dan Dependent Variable (DV) yaitu perilaku

menyimpang. Penelitian ini menggunakan skala nominal untuk kedua

variable. Masing-masing dari jawaban tersebut memiliki nilai yaitu (1) Ya

[image:38.595.107.524.153.547.2]

dan (0) Tidak.

Tabel I.G.3 Skala Pengukuran Kategori Point

Ya 1

Tidak 0

5. Pengolahan dan Analisis Data

Dalam pengelolahan data, karena penelitian ini menggunakan kuesioner

untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka peneliti menggunakan

bantuan dari aplikasi komputer SPSS, hal ini dilakukan guna ketepatan,

kecepatan proses perhitungan dan kepercayaan hasil pengujian.

Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, untuk memberikan

gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena (Bambang

(39)

dengan penyajian berbentuk tabel atau diagram batang yang dimana berguna

mengumpulkan dan menyajikan data dan mendeskripsikannya (Nisfiannor

2009:50). Selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket

untuk mengumpulkan data, oleh karena itu peneliti harus meguji validitas dan

reliabilitas agar angket atau kuesioner tersebut dapat terpecaya. Validitas

berkaitan dengan ketepatan penggunakan indikator untuk menjelaskan arti

konsep yang sedang diteliti dan reliabilitas berkaitan dengan keterandalan

dalam konsistensi suatu indikator (Bambang dan Lina 2011: 98)

Dalam hal menguji hasil temuan yang peneliti teliti signifikan atau tidak,

peneliti menggunakan regresi logistik. Regresi ini merupakan bagian dari

analisis regresi yang digunakan ketika variabel dependen (respon) merupakan

variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya hanya terdiri atas dua nilai

yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya

diberi angka 0 atau 1. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu perilaku

menyimpang (sebagai variabel Y). Regresi logistik merupakan regresi non

linear dimana model ditentukan kurva (dalam skripisi Tulus, 2001:46).

H. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN :

Bagian ini menguraikan secara singkat mengenai pernyataan masalah,

pertanyaan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teoritis, definisi operasional, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika

(40)

BAB II GAMBARAN UMUM :

Bagian ini menguraikan secara singkat mengenai profil SMA Negeri 1 Parung.

Yang berisikan segala sesuatu tentang SMA Negeri 1 Parung.

BAB IIIANALISIS DAN TEMUAN :

Bagian ini berisi tentang analisis dan hasil temuan penelitian. Selain itu bab ini

juga berisi grafik-grafik hasil dari pengolahan data.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN :

Bagian ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan dari hasil keseluruhan

penelitian yang telah dilakukan, dan serta saran yang berguna untuk keperluan

(41)

BAB II

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. PROFIL SMA NEGERI 1 PARUNG 1. Latar Belakang SMA Negeri 1 Parung

SMA Negeri 1 Parung didirikan pada tanggal 01 Juli 1985 berdasarkan

SK Mendikbud No 0601/O/1985, dengan luas tanah 9.180 m2 dan luas

bangunan 6.500 m2. Awalnya SMAN 1 Parung merupakan filial (kelas Jauh)

SMA Negeri 1 Cibinong. Menempati gedung sendiri di Jl Waru Jaya, Desa

Waru Jaya, Kec. Parung sejak tahun 1987. Sampai tahun 2013 telah

meluluskan sebanyak 26 angkatan.

SMA Negeri 1 Parung telah dipimpin oleh Kepala Sekolah sebanyak 8 kali

yang terhitung mulai dari tahun 1985 sampai sekarang. Pada saat ini SMA

Negeri 1 Parung dipimpin oleh kepala sekolah Drs. H. Ali Rochman,

M.BA,MM. SMA Negeri 1 Parung mempunyai Tujuan Satuan Pendidikan

Menengah (Standar Kompetensi Lulusan) Untuk mencapai standar mutu

pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan secara nasional, kegiatan

pembelajaran di SMA Negeri 1 Parung mengacu pada Standar Kompetensi

(42)

Tabel II.A.1. Kegiatan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Parung mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan

No Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan oleh BSNP 1 Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan

perkembangan remaja.

2 Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.

3 Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya.

4 Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.

5 Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global.

6 Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

7 Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan.

8 Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri.

9 Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

10 Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.

11 Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.

12 Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab.

13 Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

14 Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya.

15 Mengapresiasi karya seni dan budaya.

16 Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok.

17 Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan.

18 Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.

19 Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat.

20 Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain.

21 Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis.

22 Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

23 Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.

(43)

2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung

Selain SMA Negeri 1 Parung mempunyai Tujuan Satuan Pendidikan

Menengah (Standar Kompetensi Lulusan) Untuk mencapai standar mutu

[image:43.595.107.524.216.709.2]

pendidikan, SMA Negeri 1 Parung mempunya visi dan misi tersendiri yaitu :

Tabel II.A.2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung

Visi Misi

Berprestasi dalam peningkatan nilai rata-rata Ujian Nasional.

Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut.

Berprestasi dalam Lomba Olympiade Mata Pelajaran.

Membantu pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia. Berprestasi dalam Lomba Siswa

Berprestasi.

Melaksanakan pembelajaran efektif, inovatif, konsisten dan bermutu. Berprestasi dalam Lomba

Berpidato Bahasa Inggris.

Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat

nasional, regional, dan internasional. Berprestasi dalam Lomba Olah

Raga dan Seni.

Membantu dan mengembangkan potensi peserta didik secara utuh sebagai masyarakat belajar sepanjang hayat.

Berprestasi dalam Lomba Keagamaan.

Memfasilitasi pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki budaya hidup sehat.

Membantu pembentukan peserta didik yang berdisiplin, mandiri dan bertanggungjawab terhadap

lingkungan sekitarnya.

(44)

3. Sarana dan Prasarana di sekolah

Sarana dan prasarana di sekolah SMA Negeri 1 Parung terdiri dari

jenis-jenis ruangan, seperti ruangan (jumlah ruangan, luas ruangan, dan kondisi dari

[image:44.595.105.525.205.725.2]

ruangan tersebut. Untuk lebih jelasnya lihatlah tabel dibawah ini:

Tabel II.A.3. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Parung

JENIS RUANG

RUANG LUAS

KONDISI RUANG *) (JML RUANG) KET (RUANG) (M2) B RR RB

R. TEORI/Kelas 24 1728 21 3 -

LABORATORIUM IPA 2 660 1 1 -

PERPUSTAKAAN 1 135 1 -

Lab.KOMPUTER 1 120 1 - -

R. BAHASA 1 120 - 1 -

R PIMPINAN 1 3072 1

Ruang Guru 1 120 1

Ruang TU 1 72 1

Ruang OSIS 1 36 1

Ruang UKS 1 12 1

Ruang BP 1 72 1

Ruang Serba Guna 1

(45)

Terlihat dalam sarana dan prasarana ini, ruangan yang dimiliki oleh SMA

Negeri 1 Parung berjumlah 36 ruangan. Dengan masing-maisng ruangan

tersebut ada yang dalam kondisi bagus dan rusak ringan. Ini menjelaskan

bahw SMA Negeri 1 Parung sudah mempunyai sarana dan prasarana yang

menurut peneliti sudah memasuki standar yang sudah lengkap dan bagus.

Sarana dan prasarana ini sangat membantu dalam proses belajar-mengajar

siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung agar berjalan dengan lancar.

B. Profil Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Parung 1. Data kelas siswa tahun 2013/2014

Berikut adalah data-data siswa/i dilihat dari kelas pada tahun ajaran 2013

dan 2014 yang diperoleh dari Koordinator TU SMA Negeri 1 Parung, yang

didalamnya teridiri dari jumlah siswa yang dikategorikan dari kelas 1, 2, dan

[image:45.595.105.520.203.768.2]

3, dan dibagi menjadi 2 kelas yaitu IPS dan IPA, yang akan dibuat berbentuk

tabel.

Tabel II.B.1.

Jumlah Siswa/i SMA Negeri 1 Parung Angkatan 2013/2014 I. Kelas 1

Kelas Jumlah Jumlah

Laki-Laki Perempuan

X MIPA 1 19 24 43

X MIPA 2 16 27 43

X MIPA 3 16 27 43

X MIPA 4 18 24 42

X IPS 1 23 17 40

X IPS 2 21 19 40

X IPS 3 15 23 38

X IPS 4 18 21 39

(46)

II. Kelas 2

Kelas Jumlah Jumlah

Laki-Laki Perempuan

11 IPA 1 15 23 38

11 IPA 2 15 24 39

11 IPA 3 19 18 37

11 IPA 4 18 18 36

11 IPS 1 22 17 39

11 IPS 2 18 19 37

11 IPS 3 18 17 35

11 IPS 4 13 21 34

Jumlah 138 158 295

III. Kelas 3

Kelas Jumlah Jumlah

Laki-Laki Perempuan

12 IPA 1 12 26 38

12 IPA 2 15 28 43

12 IPA 3 8 30 38

12 IPA 4 8 31 39

12 IPS 1 19 23 42

12 IPS 2 19 18 37

12 IPS 3 16 22 38

12 IPS 4 17 16 33

Jumlah 114 194 308

Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung

Terlihat dari ketiga tabel tersebut, keseluruhan jumlah siswa-siswi yang

bersekolah disanah cukup besar berjumlah 932 orang. Tetapi siswa-siswi

yang diambil dalam penelitian ini hanya berjumlah 280 orang.

[image:46.595.107.525.110.561.2]

2. Data Siswa/i Menurut Usia

Tabel ini akan menjelaskan mengenai data seluruh siswa kelas 1, 2, dan 3

dari SMA Negeri 1 Parung yang dilihat menurut usia 14 tahun, 15 tahun, 16

(47)
[image:47.595.106.523.111.652.2]

Tabel II.B.2. Data Siswa/i Menurut Usia

KELAS USIA/JUMLAH JUMLAH

14 15 16 17 18

X 22 243 63 1 329

XI 23 226 48 1 295

XII 30 240 34 308

Jumlah 22 271 316 288 35 932

Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung

Dari bermacam-macam usia yang ada di SMA Negeri 1 Parung, usia yang

lebih didominasi dari sekolah ini adalah siswa-siswi yang berusia 16 tahun.

3. Data Siswa/i Menurut Agama

Tabel ini akan menjelaskan mengenai data seluruh siswa kelas 1, 2, dan 3

dari SMA Negeri 1 Parung yang dilihat dari aspek agama yang dimasukan

dalam beberapa kategori yaitu: islam, katolik, protestan, hindu, budha,

[image:47.595.111.518.392.641.2]

khonguchu, yang akan dibuat berbentuk tabel.

Tabel II.B.3. Data Siswa/i Menurut Agama

Kelas

Agama/jumlah

Islam Katolik Protestan Hindu Budha Khonghucu Jml

1 313 3 12 1 329

2 272 10 7 5 1 295

3 298 3 7 308

Jml 883 16 26 5 1 1 932

Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelas 1 murid yang beragama islam

berjumlah 313, katolik berjumlah 3, protestan berjumlah 12, khonghucu 1.

Pada kelas 2 murid yang beragama islam berjumlah 272, katolik 10, protestan

(48)

katolik 3, protestan 7. Disimpulkan bahwa di SMA Negeri 1 Parung

didominasi oleh siswa-siswi yang beragama islam.

4. Distribusi Pekerjaan Orangtua Siswa/i

Tabel berikut akan menjelaskan mengenai kondisi siswa dari kelas 1, 2,

dan 3 SMA Negeri 1 Parung yang dilihat dari pekerjaan orang tuanya, yang

terdiri dari PNS, TNI/POLRI, Karyawan.Swasta, Pensiunan, Petani, Dagang,

[image:48.595.102.527.213.529.2]

dan Buruh. Berikut tabelnya :

Tabel II.B.4. Distribusi Pekerjaan Orangtua Siswa/i

Kelas PNS TNI/ POLRI

Kary.

Swasta Wiraswasta Pen

siun

Petani Dagang Buruh Jml

1 52 20 116 108 4 1 5 23 329

2 42 14 96 100 6 2 7 28 295

3 47 12 95 114 9 11 20 308

Jml 141 46 307 322 19 3 23 71 932

Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung

Dari tabel pekerjaan orang tua siswa diatas dapat dilihat bahwa pada

kelas 1 dari kategori-kategori pekerjaan PNS mendapatkan jumlah sebesar 52,

TNI/POLRI dengan jumlah 20, Kary.Swasta dengan jumlah 116, Wiraswasta

dengan jumlah 108, Pensiunan dengan jumlah 4, Petani dengan jumlah 1,

dagang dengan jumlah 5, buruh dengan jumlah 23. Jadi dapat disimpulkan

pada kelas 1 ini paling banyak orang tua siswa bekerja menjadi Karyawan.

Swasta dengan jumlah 116.

Pada kelas 2, PNS mendapatkan jumlah sebesar 42, TNI/POLRI dengan

jumlah 14, Kary.Swasta dengan jumlah 96, Wiraswasta dengan jumlah 100,

(49)

7, buruh dengan jumlah 28. Jadi dapat disimpulkan pada kelas 2 ini paling

banyak orang tua siswa bekerja menjadi Wiraswasta dengan jumlah 100.

Pada kelas 3, PNS mendapatkan jumlah sebesar 47, TNI/POLRI dengan

jumlah 12, Kary.Swasta dengan jumlah 95, Wiraswasta dengan jumlah 114,

Pensiunan dengan jumlah 9, dagang dengan jumlah 11, buruh dengan jumlah

20. Jadi dapat disimpulkan pada kelas 3 ini paling banyak orang tua siswa

bekerja menjadi Wiraswasta dengan jumlah 114.

C. Proses Kegiatan Belajar Mengajar SMA Negeri 1 Parung

Dalam proses belajar-mengajar SMA Negeri 1 parung ini sudah sangat

baik. Guru-guru dalam proses mengajar mengikuti aturan yang sudah dibuat

oleh sekolah, dan dalam proses menjelaskan materi pembelajaran sangat baik.

Terlihat bahwa hasil proses kegiatan belajar mengajar tersebut banyak

prestasi-prestasi yang didapat oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung dalam

[image:49.595.108.518.272.746.2]

bidang ilmu pengatuhan maupun dalam bidang olahraga.

Tabel II.C.1. Prestasi Siswa/I SMA Negeri 1 Parung No Nama Kejuaraan Peringkat Tahun Tempat

kegiatan

Tingkat 1 2 3

1 Lomba pentas seni

nasional ipb V 2012

IPB-Dramaga Nasional 2

Lomba lkalida iv V 2012

IPB-Dramaga kab/kota 3 Lomba pionering

lokalida iv V 2012

IPB-Dramaga kab/kota 4 Lomba tari tradisional

- ui depok V 2012

UI

DEPOK kab/kota 5 Olympiade bahasa

jerman V 2012 kab/kota

6 Liga pendidikan

indonesia (lpi) V 2012 Cibinong kab/kota 7 Lomba cerdas

cermat.arkieologi ui depok

V 2012 UI

(50)

8 Olympiade sains mata

pelajaran biologi V 2012 Cibinong Propinsi 9 Lomba ketangkasan

baris berbaris V 2012 Cibinong kab/kota 10 Lomba ketangkasan

baris berbaris se kabupaten bogor

V 2012 Cibinong kab/kota 11 Lomba ppgd

penegak-pandega V 2012 Cibinong kab/kota 12 Lomba survival

penegak-pandega kwarcab bogor

V 2012 Cibinong kab/kota 13 Lomba menara

pandang penegak-pandega kwarcab bogor

V 2012 Cibinong kab/kota

14 Lomba bivak penegak-pandega kwarcab bogor

V 2012 Cibinong kab/kota 15 Lomba masak rimba

penegak-pandega kwarcab bogor

V 2012 Cibinong kab/kota 16 Lomba pbb

penegak-pandega kwarcab bogor

V 2012 Cibinong kab/kota 17 Lomba senam

pramuka penegak-pandega kwarcab bogor

V 2012 Cibinong kab/kota

18 Lomba blogger

nasional V 2013

JAKART

A Nasional 19 Olympiade sains

kebumian ONS tingkat SMA

V 2013 Cibinong Kabupaten

20 Kejuaraan bulu tangkis beregu jabodetabek

V 2013 SMA 2 Tangsel

Tangerang Selatan 21 Kejuaraan Volley Ball

Putri tingkat SMA se Jabodetabek

V 2013 SMA 2

Tangsel

Tangerang Selatan 22 Kejuaraan Volley Ball

Putra tingkat SMA se Jabodetabek

V 2013 SMA 2

Tangsel

Tangerang Selatan 23 Kejuaran pencak silat

putra ( Dani setia putra ) POPKAB

V 2013 Gor

Cimandal a Ciluer

Kabupaten

23 Kejuaraan pencak silat putri ( Saraswati) POPKAB

V 2013 Gor

Cimandal a Ciluer

Kabupaten

25 Liga Pendidikan Indonesia(Sepak Bola)

(51)

26 Kejuaraan Karate putri POPKAB (Diffaf Andriana)

V 2013 Cibinong Kabupaten

27 Duta Muda Pertanian (Prayoga Rahmat)

V 2013 IPB Kabupaten

28 Perlombaan renang gaya kupu-kupu 50 Meter POPKAB ( Alya Shafira )

V 2013 Cibinong Kabupaten

29 Perlombaan renang gaya dada 50 Meter POPKAB ( Alya Shafira )

V 2013 Cibinong Kabupaten

Sumber: Data Profil SMA Negeri 1 Parung

D. Potret Interaksi siswa-siswi di SMA Negeri 1 Parung

Diketahui bahwa interaksi siswa-siswi terhadap guru-guru maupun

teman-teman disekolah sangat baik, terlihat bahwa terdapat siswa/i yang melakukan

diskusi tentang pelajaran dengan teman sekolah maupun guru-guru pada saat

jam istirahat sedang berlangsung. Adapula pola interaksi yang berbeda,

dimana terdapat beberapa siswa/i yang berinteraksi hanya dengan teman

sekumpulannya (geng) saja dan berkumpul ditempat tongkrongan (warung)

dan adapula siswa/i yang berkelompok tetapi berkumpul dimasjid.

Selain itu terdapat perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa-siswi

didalam lingkungan sekolah ataupun dilakukan diluar lingkungan sekolah.

Terdapat beberapa kasus di sekolah SMA Negeri 1 Parung yakni: Terdapat

siswa/i yang sedang merokok dilingkungan sekolah, Berjudi menggunakan

kartu remi, melakukan bullying terhadap junior, terdapat juga beberapa kasus

tawuran yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1 parung dengan sekolahan

lain diluar lingkungan sekolah, akan tetapi kasus ini diketahui oleh pihak

(52)

BAB III

TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada bab ini, peneliti akan menyajikan dengan jelas hasil uji validitas dan

reliabilitas dari variabel (Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi) dan variabel

(Perilaku Menyimpang). Validitas ialah berbicara mengenai suatu alat ukur

yang digunakan memang telah mengukur apa yang ingin diukur, dan reabilitas

adalah sejauhmana hasil pengukuran yang dilakukan tetap konsisten apabila

dilakukan pengukuran kembali pada orang yang sama diwaktu yang berbeda

atau pada orang yang berbeda diwaktu yang sama (Nisfiannoor 2009:211).

Peneliti telah melakukan try out angket terlebih dahulu kepada 20 orang

siswa-siswi sebelum memberikan angket yang sesungguhnya untuk menguji

kelayakan angket. Setelah dilakukan try out, ada beberapa butir pertanyaan

yang tidak valid dan reliabel. Hasil try out yang dianggap layak akan

digunakan kembali dan yang tidak valid akan diperbaiki atau dihilangkan.

Tahap selanjutnya adalah penyebaran angket untuk pengambilan data

penelitian. Berikut adalah tabel hasil uji validitas yang digunakan pada angket

(53)
[image:53.595.105.525.137.744.2]

Tabel III.A.1. Hasil Uji Validitas

Variabel Item Corrected Item Total Corelation Ket. Alpha cronbach’s Ket

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi FM1 FM2 FM3 FM4 FM5 FM7 FM8 FM9 FM10 FM11 FM12 FM13 .463 .472 .426 .314 .328 .262 .478 .381 .539 .490 .340 .510 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

.751 Reliabel

Perilaku Menyimpang PM1 PM3 PM4 PM5 PM6 PM7 PM9 PM10 .202 .537 .320 .406 .464 .293 .397 .388 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

(54)
[image:54.595.103.522.160.554.2]

Tabel di atas menjelaskan bahwa, Butir pertanyaan bisa dikatakan reliabel

apabila memiliki nilai > 0.2. Bisa dilihat pada kolom Corrected Item-Total

Correlation semua butir pertanyaan memiliki nilai > 0.2. Maka semua

pertanyaan telah memenuhi standar kelayakan dan valid (Nisfiannoor

2009:229).

Pada variabel “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi” sebelumnya

berjumlah 13 item, hasil validitas berjumlah 12 item. Kemudian pada variabel “Perilaku Menyimpang” yang berjumlah 10 item, hasil validitas berjumlah 8

item. Item pada variabel yang valid kemudian di uji kembali dengan uji

validitas. Tabel di atas adalah tabel hasil uji validitas yang telah di uji kembali.

B. Analisis Deskriptif

Penelitian ini, masing-masing responden memiliki jumlah yang sama 140

laki-laki dan 140 perempuan. Responden terbagi dalam tiga kelas yaitu kelas

1, kelas 2 dan kelas 3. Masing-masing kelas memiliki jumlah yang berbeda,

kelas 1 (99 orang), kelas 2 (89 orang), dan kelas 3 (92 orang). Setiap kelas

untuk jumlah jenis kelamin, ada yang sama dan tidak. Terlihat bahwa kelas 1

(laki-laki 49 orang dan perempuan 50 orang), kelas 2 (laki-laki 45 orang dan

perempuan 44 orang), dan kelas 3 memiliki jumlah yang sama (laki-laki dan

perempuan berjumlah 46 orang). Secara detail ditampilkan pada tabel dibawah

ini:

(55)
[image:55.595.106.520.126.401.2] [image:55.595.104.522.128.759.2]

Tabel III.B.1. Jenis Kelamin dan Kelas Responden

Variabel Frequency Percent (%)

Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan

140 140

50% 50%

Kelas 1

2 3 99 89 92 35.4% 31.8% 32.9%

Kelas 1

2 3 Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan 49 50 45 44 46 46 49.5% 50.5% 50.6% 49.4% 50% 50%

Setelah mengetahui frequency dari jenis kelamin, kelas, dan jumlah jenis

kelamin dari masing-masing kelas, peneliti akan mendeskripsikan responden

jika dilihat berdasarkan umur, agama, pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu.

Tabel III.B.2. Umur dan Agama Responden

Variabel Frequency Percent (%)

Umur 14 Tahun

15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun 10 84 72 105 9 3.6% 30.0% 25.7% 37.5% 3.2%

Agama Islam

(56)
[image:56.595.108.521.118.759.2] [image:56.595.152.513.436.742.2]

Grafik III.B.1 Jenis Pekerjaan Ayah

Pada grafik III.B.1 untuk jenis pekerjaan, ayah siswa/i di SMA Negeri 1

Parung lebih banyak yang bekerja sebagai wirausaha/wiraswasta dengan

persentase terbesar (77.1%) atau 216 orang dan dua terbanyak PNS (9.6%)

dengan responden 27 orang. Terdapat pekerjaan ayah lainnya yaitu buruh, tidak

bekerja, Polri, Guru, TNI, BUMN, Pengacara, Doker. Telihat jelas bahwa

unt

Gambar

Tabel I.G.1 Populasi Siswa/i SMA Negeri 1 Parung
Tabel I.G.2
Tabel I.G.3
Tabel II.A.2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian metode deskriftif ini sesuai dengan masalah yang ingin diteliti penulis yaitu mengenai faktor penyebab perilaku menyimpang siswa di SMP Negeri

Berdasarkan uji statistik regresi logistik yang dilakukan pada variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja diperoleh variabel yang

Penelitian ini menjelaskan dan menganalisis tentang masalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja dengan mengambil lokasi penelitian di Kampung

Penelitian ini menjelaskan dan menganalisis tentang masalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja dengan mengambil lokasi penelitian di Kampung

Untuk itu peneliti mengangkat judul sebagai berikut: “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Remaja di Kampung Kubur Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan

Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik pada tabel 6 menunjukkan bahwa status gizi merupakan faktor yang mempengaruhi derajat infeksi dengue..

Dengan demikian metode deskriftif ini sesuai dengan masalah yang ingin diteliti penulis yaitu mengenai faktor penyebab perilaku menyimpang siswa di SMP Negeri

Tujuan penelitian ini, yakni diketahuinya faktor yang dominan terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada siswi SMA Labschool Kebayoran Jakarta tahun