I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, menjadikan persaingan antar individu, antar bangsa semakin ketat. Sehingga hanya SDM yang berkualitas yang dapat memenangkan persaingan tersebut. Mereka yang berkualitas antara lain adalah manusia-manusia yang mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga bisa “melek” ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta mampu mengikuti perkembangan zaman.
Melihat peranan dan pentingnya mutu Biologi, maka perlu diupayakan peningkatan mutu pembelajarannya. Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah ketrampilan berpikir (Depdiknas, 2003). Oleh karena itu guru dalam merancang persiapan mengajar perlu menyusun strategi pembelajaran secara seksama sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal
(Sanjaya, 2006:128).
Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui
pemberdayaan kemampuan berpikir kritis. Saat ini kemampuan berpikir kritis siswa khususnya memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi dan melakukan evaluasi kurang dikembangkan dalam proses
pembelajaran. Seperti contoh dalam hal memberikan argumen, hanya beberapa siswa saja yang dapat memberikan argumennya sementara memberikan argumen dirasakan perlu karena segala informasi global masuk dengan mudah dapat mempengaruhi sifat mental anak. Maka dari itu, diperlukan suatu kemampuan berpikir kritis dengan jelas dan imajinatif, menilai bukti, bermain logika dan mencari alternatif untuk menemukan suatu solusi, memberi anak sebuah rute yang jelas di tengah kekacauan pemikiran pada zaman teknologi dan globalisasi saat ini (Johnson, 2007:187). Mereka harus mampu
membedakan antara alasan yang baik dan buruk dan membedakan kebenaran dari kebohongan.
akibat dari proses konstruktif. Kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan sendirinya seiring dengan perjalanan usia seseorang. Kemampuan ini akan berkembang dengan baik apabila secara sengaja dikembangkan.
Dalam proses pembelajaran, tampaknya belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan proses berpikir kritis. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dan diskusi dengan guru Biologi yang mengajar di kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung, diketahui bahwa selama ini guru kurang memberdayakan kemampuan berpikir kritis secara optimal, khususnya pada materi Sistem Pernapasan.
Pembelajaran yang dilakukan lebih dominan dengan metode ceramah. Siswa pun lebih banyak menerima informasi dari guru sehingga siswa kurang optimal dalam memberdayakan potensi yang dimiliki, termasuk kemampuan berpikir kritis. Guru jarang mengaitkan aplikasi konsep dengan kehidupan sehari-hari dan guru jarang mengajak siswa berlatih untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi suatu informasi data atau argumen. Sehingga diduga dengan kurangnya memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa tersebut berdampak pada penguasaan materi.
Materi sistem pernapasan dipilih dalam penelitian ini, karena
dengan kehidupan sehari-hari. Siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Sehingga dengan
memberdayakan kemampuan berpikir kritis, diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai standar ketuntasan belajar minimal di sekolah yaitu
65. Dari observasi diketahui bahwa penguasaan materi oleh siswa kelas XI3 pada materi pokok sistem pernapasan tahun pelajaran 2010/2011 masih sangat rendah, yaitu rata-rata 48,25. Dari 32 siswa hanya terdapat 9 siswa yang mendapat nilai di atas KKM.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penguasaan materi oleh siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran GW. Model pembelajaran ini diduga dapat membantu siswa dalam memberdayakan kemampuan berpikir kritis. Menurut Silberman (2006:274), GW merupakan suatu model pembelajaran yang dapat memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi di setiap kelompok untuk dipajang di depan kelas. Setiap kelompok menilai hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada saat diskusi kelompok dan ditanggapi.. Berdasarkan uraian tersebut GW merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
kepada siswa. Berbeda dengan model pembelajaran lain, siswa cenderung tiadak aktif sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran terbatas, dan kemampuan berpikir siswa kurang dapat terlatih. Model GW dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan karena siswa dalam proses pembelajaran dapat menggalerikan hasil kerja kelompoknya seperti
pameran(Anonim, 2009:3).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Gallery Walk (GW) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran GW terhadap Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem pernapasan?
2. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran GW terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pernapasan?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
2. Pengaruh penerapan model pembelajaran GW terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pernapasan.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran GW.
2. Bagi sekolah, memberikan sumbang pemikiran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran biologi di sekolah melalui model pembelajaran GW.
E.Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas, maka batasan masalah yang berikan yaitu :
1. Model pembelajaran GW yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu model pembelajaran yang dapat memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi di setiap kelompok untuk dipajang di depan kelas. Setiap kelompok menilai hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada saat diskusi kelompok dan ditanggapi (Silberman, 2006:274).
3. Materi pokok yang digunakan yaitu sistem pernapasan dengan kompetensi dasar menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan manusia dan hewan (misalnya burung dan ikan).
4. Kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil pretes, postes dan N-Gain pada Materi Pokok sistem pernapasan.
5. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI2 sebagai kelas kontrol pada SMA Negeri 14 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
6. Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang meliputi kemampuan bekerja sama dengan teman, melakukan kegiatan diskusi dan bertukar informasi dengan teman.
F.Kerangka Pikir
Pembelajaran biologi bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan secara langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan hanya merupakan mata pelajaran hafalan, namun juga membutuhkan konsep-konsep sains. Pada proses belajar siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk
pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan dengan baik.
kritis siswa dapat meningkat. Keberhasilan belajar tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya dan salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan.
Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran GW. Model GW dipandang cocok untuk materi Sistem Pernapasan, karena pada model GW siswa dibagi dalam kelompok- kelompok melalui topik atau masalah yang diberikan oleh guru kemudian mereka mencari pemecahan masalah melalui diskusi kelompok, mengumpulkan hasil diskusi dan menarik kesimpulan.
Selama proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa meliputi kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, bertanya, menjawab pertanyaan,
bekerja sama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok, bertukar informasi dengan teman dan bertanggung jawab. Dari aktivitas tersebut, diharapkan model GW dapat dipilih sebagai studi penelitian dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal biologi khususnya di SMA kelas XI pada materi pokok Sistem Pernapasan sehingga diharapkan siswa dapat mempunyai pemahaman yang lebih baik dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Variabel penelitian ini adalah variabel bebas yaitu penerapan model
Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Ket: X: Model pembelajaran GW Y: Keterampilan berpikir kritis
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
G.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0: Penerapan model pembelajaran GW tidak dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem pernapasan.
H1: Penerapan model pembelajaran GW dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem pernapasan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Model Pembelajaran Gallery Walk (GW)
Gallery Walk terdiri atas dua kata yaitu Gallery dan Walk. Gallery adalah
pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk, karya
atau gagasan kepada khalayak ramai. Misalnya pameran buku, lukisan, tulisan
dan lain sebagainya. Sedangkan Walk artinya berjalan, melangkah. Jadi
Gallery Walk adalah Hasil karya yang digalerikan dengan cara mengelilingi
setiap stand (Ismail, 2008:89). Menurut Silberman (2006:274), GW atau
Galeri Belajar merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang
telah siswa pelajari selama ini. Berdasarkan uraian tersebut, GW (Galeri
Belajar) merupakan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru dan dapat
mempermudah daya ingat, karena sesuatu yang dilihat itu secara langsung.
GW (galeri belajar) juga dapat memotivasi keaktifan siswa dalam proses
belajar, sebab bila sesuatu yang baru ditemukan berbeda antara satu dengan
yang lainnya maka dapat saling mengoreksi antara sesama siswa baik
kelompok maupun antar siswa itu sendiri.
Model pembelajaran GW (galeri belajar) dapat mengatasi kendala – kendala
pembelajaran seperti materi pelajaran yang sulit diserap oleh siswa secara
model ini dapat menghemat efisiensi waktu pelajaran dan siswa dapat lebih
mudah memahami pelajaran karena model ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk membuat suatu karya dan melihat langsung kekurang
pahamannya dengan materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang
lainnya dan dapat saling mengisi kekurangannya itu (Anonim, 2009:15)
Model GW atau galeri belajar adalah model pembelajaran yang dapat
memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun
skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi
disetiap kelompok untuk dipajang didepan kelas. Setiap kelompok menilai
hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada saat
diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan pada saat
siswa telah mengerjakan tugasnya. Setelah semua kelompok melaksanakan
tugasnya, guru memberi kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu
diluruskan dari pemahaman siswa. Dengan demikian mereka dapat belajar
dengan lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
bias tercapai (Anonim, 2009:15)
Ada beberapa komponen dalam pemakaian model GW. Komponen –
komponen tersebut adalah :
1. Guru, harus paham betul tentang model GW.
2. Peserta didik, dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik mempunyai
latar belakang yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam
3. Alat atau bahan, bahan yang disiapkan adalah kertas plano atau flip cart
dan spidol.
Adapun langkah – langkah dalam penerapan model pembelajaran GW yaitu :
1. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok
2. Kelompok diberi kertas plano atau flip chart
3. Tentukan topik atau tema pelajaran
4. Hasil kerja kelompok ditempel di dinding
5. Masing – masing kelompok berputar mengamati hasil kerja kelompok lain
6. Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh
kelompok lain
7. Koreksi bersama – sama
8. Klarifikasi dan penyimpulan (Rodgres, 2000:14)
Model pembelajaran GW memiliki kelebihan, yaitu :
1. Siswa terbiasa membangun budaya kerjasama memecahkan masalah
dalam belajar
2. Terjadi sinergi saling menguatkan pemahaman terhadap tujuan
Pembelajaran
3. Membiasakan siswa bersikap menghargai dan mengapresiasi hasil belajar
kawannya
4. Mengaktifkan fisik dan mental siswa selama proses belajar
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran GW juga memiliki
kelemahan, yaitu :
1. Bila anggota kelompok terlalu banyak akan terjadi sebagian siswa
menggantungkan kerja kawannya
2. Guru perlu ekstra cermat dalam memantau dan menilai keaktifan individu
dan kolektif
3. Pengaturan setting kelas yang lebih rumit (Ismail, 2008:90)
B.Kemapuan Berpikir Kritis
Berpikir Kritis adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh
percaya diri. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan
kebenaran ditengah banjir kejadian informasi yang mengelilingi mereka setiap
hari. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan
siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka
sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan
siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari
pernyataan orang lain. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai
pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud di
balik ide yang mengarahkan hidup kita sehari-hari. Pemahaman
mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian. Sayangnya, banyak orang yang
kelihatanya curiga pada pemikir kritis. Mungkin pemikir kritis memiliki
reputasi yang buruk, sebagian karena mereka kritis, yang berarti “tepat” dan
“tajam” dalam berpikir, yang secara tersirat juga berarti keras. Mungkin
wajib bertanya. Bahkan, ketika disusun sangat rapi pun, tentu saja, pertanyaan
masih membuat orang takut (Johnson, 2002:185).
Proses berpikir kritis mengharuskan keterbukaan pikiran, kerendahan hati,
dan kesabaran. Kualitas-kualitas tersebut membantu seseorang mencapai
pemahaman yang mendalam. Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik, dan
merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan
baik. Pada awal abad yang lalu, dalam tulisannya, Dewey mengatakan bahwa
sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Ruggiero
(1988:2) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu
merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi
keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban,
sebuah pencapaian makna.
Berpikir kritis memungkinkan untuk menganalisis pemikiran sendiri untuk
memastikan bahwa mereka telah menetukan pilihan dan menarik kesimpulan
cerdas. Mereka yang tidak berpikir kritis tidak dapat memutuskan untuk diri
mereka sendiri apa yang harus dipikirkan, apa yang harus dipercaya atau
bagaimana harus bertindak. Karena berpikir gagal mandiri, mereka meniru
orang lain, mengadopsi keyakinan dan menerima kesimpulan orang lain
dengan pasif (Johnson, 2002:185).
Banyak ahli yang mengemukakan definisi berpikir kritis, diantaranya adalah
Liliasari (dalam Muhfahroyin 2009:1) menyatakan bahwa keterampilan
berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Sedangkan
jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,
mengambil keputusan, membujuk, menganalisa asumsi, dan melakukan
penelitian. Disamping itu Eggen dan Kauchak (dalam Muhfahroyin, 2009:1)
berpendapat bahwa berpikir kritis adalah: 1) sebuah keinginan untuk
mendapatkan informasi, 2) sebuah kecenderungan untuk mencari bukti, 3)
keinginan untuk mengetahui kedua sisi dari seluruh permasalahan, 4) sikap
dari keterbukaan pikiran, 5) kecenderungan untuk tidak mengeluarkan
pendapat (menyatakan penilaian), 7) menghargai pendapat orang lain, 8)
toleran terhadap keambiguan.
Diestler (dalam Muhfahroyin, 2009:1) menyatakan bahwa dengan berpikir
kritis, orang menjadi memahami argumentasi berdasarkan perbedaan nilai,
memahami adanya inferensi dan mampu menginterpretasi, mampu mengenali
kesalahan, mampu menggunakan bahasa dalam berargumen, menyadari dan
mengendalikan egosentris dan emosi, dan responsif terhadap pandangan yang
berbeda.
Berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan siswa agar
menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang,
dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Keterampilan dan indikator
Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan Indikatornya
No Keterampilan Berpikir Kritis Indikator
1 Memberikan argumen
Argumen dengan alasan; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.
2 Melakukan deduksi
Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan.
3 Melakukan induksi
Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik.
4 Melakukan evaluasi
Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta memberikan alternatif.
Sumber: Ennis (dalam Herniza, 2011:19)
C. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam
pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar,
maka semakin baik pembelajaran yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sardiman (2003:95) berikut.
“Belajar memerlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar.”
Aktivitas sangat diperlukan dalam pembelajaran agar pembelajaran menjadi
efektif, seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2004:171): “Pengajaran
yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri
atau melakukan aktivitas sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran
Biologi sangat diperlukan adanya keterlibatan siswa secara aktif agar belajar
Nasution (2003:85) mengatakan bahwa aktivitas adalah segala tingkah laku
atau usaha manusia, atau apa saja yang dikerjakan, diamati oleh seseorang
mencakup kerja pikiran dan badan. Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan
mendengarkan atau mencatat, tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif
lain yag dilakukan siswa. Diedrich (dalam Sardiman, 2003:101)
mengklasifikasikan aktivitas sebagai berikut.
1. “Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
salam, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3. Listening Activities, misalnya mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
4. Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6. Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat,
D.Sistem Pernapasan
Kompetensi dasar pada materi sistem pernapasan ini adalah menjelaskan
keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang
dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia dan hewan (misalnya
burug dan ikan). Sistem pernapasan manusia terdiri atas serangkaian alat-alat
pernapasan berupa saluran yang berakhir pada sepasang paru-paru di dalam
rongga dada. Berikut ini akan membahas tentang alat-alat pernapasan dan
mekanisme pernapasan di dalam tubuh
1. Alat pernapasan manusia
Manusia menghirup oksigen dari lingkungan dan mengeluarkan
karbondioksida ke lingkungan dengan cara bernapas, udara masuk ke dalam
paru-paru melalui serangkaian alat pernapasan, antara lain rongga hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.
a. Rongga Hidung
Rongga hidung (nasal) merupakan saluran pernapasan pertama yang
dilalui oleh udara. Pada rongga hidung terdapat rambut-rambut halus,
mukus dan indra penghidung.
b. Faring
Faring (tekak) merupakan daerah persilangan saluran makanan dan
saluran pernapasan. Pada faring terdapat tiga daerah bagian, yaitu
c. Laring
Laring merupakan daerah pangkal tenggorokan. Laring disusun oleh
kepingan tulang rawan dan berfungsi untuk menyalurkan udara dari
faring ke trakea. Pada laring terdapat glotis, epiglotis dan pita suara.
d. Trakea
Trakea (batang tenggorokan) merupakan alat pernapasan berbentuk
tabung yang menghubungkan laring dengan bronkus. Trakea disusun
oleh tulang rawan berbentuk huruf C.
e. Bronkus dan Bronkiolus
Bronkus merupaka cabang trakea yang mengarah ke paru-paru kanan
dan kiri. Bronkus kanan bercabang ke dalam tiga lobus (gelambir)
paru-paru, sedangkan bronkus kiri bercabang ke dalam dua gelambir.
Selanjutnya, udara di dalam masing-masing bronkus masuk ke beberapa
cabang saluran yang lebih kecil lagi yang disebut bronkiolus.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama pada manusia. Paru-paru
berjumlah sepasang terletak dengan aman di dalam rongga dada. Tiap
paru-paru memiliki rongga pleura. Paru-paru sebelah kanan memiliki
tiga lobus da paru-paru sebelah kiri memiliki dua lobus. Masing-masing
lobus terbagi atas lobulus dan setiap lobulus mengandung jutaan
2. Mekanisme pernapasan manusia
a. Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi bila otot-otot tulang rusuk luar berkontraksi,
akibatnya tulang rusuk naik dan volume rongga dada akan lebih kecil
daripada udara luar. Karena adanya perbedaan tekanan udara ini, maka
udara luar masuk ke dalam rongga dada, sehingga terjadi proses
inspirasi.
Proses ekspirasi terjadi apabila otot antar tulang rusuk dalam
berkontraksi. Akibatnya, tulang rusuk turun dan volume rongga dada
mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada akan lebih
besar. Selanjutnya, udara akan terdorong ke luar.
b. Pernapasan perut
Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot diafragma
(sekat rongga dada) mendatar dan volume rongga dada membesar,
sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil daripada udara
di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi terjadi apabila
otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan volume rongga dada
mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih besar
daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar
3. Volume dan kapasitas paru-paru
Pada umumnya, ketika rileks (bernapas normal) hanya sedikit udara yang
masuk dan keluar paru-paru. Volume udara demikian disebut volume tidal,
yaitu sekitar 500 ml.
Pada saat berinspirasi lebih dalam, volume tidal paru-paru mendapat
volume udara ekstra dari luar. Volume ekstra demikian disebut volume
cadangan inspirasi atau udara komplementer, yaitu sekitar 1.500 ml.
Demikian juga sebaliknya, setelah bernapas normal masih dapat
mengeluarkan udara, yaitu sekitar 1.500 ml. Volume udara yang
dikeluarkan setelah ekspirasi normal disebut volume cadangan ekspirasi
atau udara suplementer.
Selanjutnya, pada saat berinspirasi sedalam-dalamnya dan berekspirasi
sekuat-kuatnya, total udara yang masuk dan keluar itu adalah sekitar 3.500
sampai 4.000 ml. Volume udara demikian disebut kapasitas vital dari
paru-paru (Sudjadi dan Laila, 2007:193).
4. Kelainan pada sistem pernapasan manusia
Pernapasan manusia dapat saja mengalami gangguan karena terjadinya
kelainan pada organ pernapasan atau akibat penyakit tertentu. Berikut ini
beberapa kelainan pada sistem pernapasan yaitu asma, bermacam-macam
radang, berkurangnya jumlah hemoglobin, emfisema, pneumonia, Kanker
paru-paru, keracunan gas CN dan CO2, Polip, amandel dan TBC (Wijaya,
5. Alat pernapasan burung
Alat-alat pernapasan pada burung agak berbeda dengan manusia.
Struktur pernapasan pada burung tersebut antara lain seperti berikut.
a. Lubang Hidung Luar
Lubang hidung luar terdapat pada pangkal paruh sebelah atas dan
berjumlah sepasang.
b. Lubang Hidung Dalam
Lubang hidung dalam terdapat pada langit-langit rongga mulut.
c. Celah Tekak
Celah tekak terdapat pada faring dan menghubungkan trakea.
d. Trakea
Trakea tersusun dari tulang-tulang rawan yang berbentuk lingkaran.
Trakea ini akan bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat
percabangan ini disebut dengan bifurkasi trakea. Bronkus ini kemudian
akan menghubungkan siring dengan paru-paru.
e. Siring
Siring merupakan alat suara yang terdapat pada bifurkasi trakea. Siring
tersusun dari otot sterno trakealis dan otot siringalis. Otot sterno
trakealis berfungsi untuk menghubungkan tulang dada dengan trakea,
sedangkan otot siringalis berfungsi untuk menghubungkan siring dengan
dinding trakea dalam. Apabila lipatan berupa selaput sebelah dalam
rongga siring bergetar, maka akan menghasilkan suara
f. Kantung udara
membantu memperkeras suara karena dapat memperbesar ruang siring;
mencegah kedinginan dengan menyelubungi alat-alat dalam dengan
rongga udara; mengurangi panas badan agar tidak banyak yang hilang;
pada saat berenang dapat memperbesar dan memperkecil berat jenis
tubuhnya.
g. Paru-Paru
Paru-paru burung terdapat sepasang dan menempel di dinding dada
bagian dalam. Paru-paru ini berukuran relatif kecil dibandingkan ukuran
tubuhnya. Paru-paru burung tersusun oleh Bronkus primer yang
berhubungan dengan mesobronkus.
6. Mekanisme pernapasan burung
Burung memiliki dua mekanisme pernapasan, yaitu saat istirahat dan
terbang. Saat istirahat terjadi proses inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
burung istirahat, proses inspirasi terjadi dengan memperbesar rongga dada.
Pembesaran rongga dada diikuti dengan aliran udara dari luar tubuh
melewati hidung, faring, trakea, dan bronkus. Sebagian besar udara
diteruskan ke kantung-kantung udara posterior, sedangkan sebagian lagi
langsung melewati paru-paru. Saat rongga dada mengecil, terjadi ekspirasi.
Udara dari kantung udara posterior mengalir ke kantung udara interior,
melewati parabronkus. Dalam parabronkus terjadi pertukaran gas. Udara
kaya CO2 ditampung sementara dalam kantung-kantung udara anterior.
Saat inspirasi berikutnya, udara mengalir lagi mengisi kantung udara
posterior dan paru. Ketika ekspirasi, udara mengalir melewati
pertama dikeluarkan. Secara kontinu, paru-paru burung dilewati udara pada
saat inspirasi dan ekspirasi.
Pada saat burung terbang, mekanisme perbesaran rongga dada tidak dapat
dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan tempat
perlekatan untuk otot-otot terbang. Aliran udara ke dalam paru-paru terjadi
ketika burung mengepakkan sayap. Pada saat sayap diangkat ke atas,
kantung udara di ketiak mengembang sehingga terjadi proses inspirasi.
Ketika sayap turun, kantung udara di antara tulang korakoid mengembang
dan kantung udara ketiak terjepit sehingga udara mengalir ke dalam
kantung udara di antara tulang korakoid melewati paru-paru. Saat itulah
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap di SMA Negeri 14 Bandar
Lampung pada bulan Januari 2012.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester genap SMA
Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Yang dimaksud
Cluster Random Sampling yaitu populasi tidak terdiri dari individu-individu,
melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu / cluster misalnya
sebagai cluster (Margono, 2005:127). Sampel tersebut adalah siswa-siswi
kelas XI3 sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas XI2 sebagai kelas
kontrol.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-postest non
ekuivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan
kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas
kontrol (XI2) tanpa menggunakan model GW. Pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol mendapat tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) sehingga
struktur desain penelitiannya sebagai berikut:
Ket:
I : Kelompok Eksperimen II : Kelompok Kontrol O1 : Pretest
O2 : Postest
X1 : Pembelajaran dengan model GW C : Pembelajaran tanpa model GW (Dimodifikasi oleh Riyanto. 2001: 43) Gambar 1. Desain Pretest- Postest non ekuivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan di
teliti
c. Menetapakan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksaan Pembelajaran (RPP), Lembar Instruksi Kerja (LIK), Soal
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
I O1 X1 O2
pretes/postes dan topik atau tema pembelajaran untuk setiap
pertemuan.
e. Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan angket tanggapan
siswa terhadap pembelajaran menggunakan model GW.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis siswa dengan menerapkan model GW untuk kelas
eksperimen dan untuk kelas kontrol menggunakan Metode diskusi
kelompok. Penelitian ini direncanakan sebanyak 3 kali pertemuan.
Pertemuan ke-I membahas alat pernapasan pada manusia dan mekanisme
pernapasan, pertemuan ke-II membahas volume dan kapasitas paru-paru
serta kelainan pada sistem pernapasan dan pertemuan ke-III membahas
sistem pernapasan pada hewan (burung dan ikan) dengan
langkah-langkah pembelajaran sebagi berikut:
a. Kelas Eksperimen
Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kemudian
mengecek kehadiran siswa (pertemuan 1-3)
b. Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian
mengenai sistem pernapasan pada manusia
c. Guru menjelaskan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
d. Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran menggunakan
model GW (pertemuan 1-3)
e. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara:
Pertemuan ke-I: “Anak-anak tahukah kalian bahwa rambut yang
berada di dalam rongga hidung kita sangat bermanfaat. Salah satu
manfaatnya dapat menyaring debu/kotoran yang masuk.”
Pertemuan ke-II: “Anak-anak kalian mempelajari paru-paru kelak
dapat dimanfaatkan jika kalian ingin menjadi dokter.”
Pertemuan ke-III: “Anak-anak kalian tentu pernah melihat burung.
Cara bernapas burung berbeda dengan manusia. Disini kita akan
mengetahui lebih dalam keunikan cara burung bernapas
f. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan:
Pertemuan ke-I: “Mengapa Bernapas itu penting?”
Pertemuan ke-II: ”Mengapa merokok berbahaya bagi kesehatan?
Pertemuan ke-III: “pada burung ada 2 cara bernapas nya. Coba
kalian sebutkan”?.
Kegiatan Inti
a. Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing 5 orang
(pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya).
b. Guru memberikan kertas plano atau flip chart pada siswa. Guru
menentukan topik atau tema kepada tiap kelompok dengan topik
permasalahan yang berbeda tiap pertemuannya, masing-masing
Pertemuan pertama dengan topik : Alat dan mekanisme pernapasan
manusia.
Pertemuan kedua dengan topik : Volume dan kapasitas paru-paru
serta kelainan pada sistem pernapasan manusia.
Pertemuan ketiga dengan topik: Sistem pernapasan pada hewan
(burung dan ikan).
c. Siswa melakukan diskusi kemudian hasil diskusi berupa gambar
dan uraian singkat untuk ditempel di meja.
d. Siswa berputar mengamati,memberi informasi serta bertanya hasil
kerja kelompok lain.
e. Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan
oleh kelompok lain.
f. Guru bersama siswa melakukan koreksi bersama – sama.
Kegiatan Penutup
a) Guru bersama siswa menarik kesimpulan.
b) Guru menyampaikan kepada siswa agar mempersiapkan materi
yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya (pertemuan ke-I dan
pertemuan ke-II)
c) Siswa mengerjakan tes akhir (postes) dalam bentuk uraian dengan
b. Kelas kontrol
Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian
mengecek kehadiran siswa (pertemuan 1-3)
b. Siswa mengerjakan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian
mengenai Sistem pernapasan.
c. Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), dan Indikator pembelajaran (pertemuan 1)
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara:
Pertemuan ke-I: “Anak-anak tahukah kalian bahwa rambut yang
berada di dalam rongga hidung kita sangat bermanfaat. Salah satu
manfaatnya dapat menyaring debu/kotoran yang masuk.”
Pertemuan ke-II: “Anak-anak kalian mempelajari paru-paru kelak
dapat dimanfaatkan jika kalian ingin menjadi dokter.”
Pertemuan ke-III: “Anak-anak kalian tentu pernah melihat burung.
Cara bernapas burung berbeda dengan manusia. Disini kita akan
mengetahui lebih dalam keunikan cara burung bernapas.
e. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan:
Pertemuan ke-I: “Mengapa Bernapas itu penting?”
Pertemuan ke-II: Mengapa merokok berbahaya bagi kesehatan?
Pertemuan ke-III: “pada burung ada 2 cara bernapas nya. Coba
Kegiatan Inti:
a. Siswa duduk kedalam kelompoknya masing-masing 5 orang
(pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya)
b. Siswa mengerjakan LKK mengenai alat pernapasan dan mekanisme
pernapasan manusia (pertemuan I), volume dan kapasitas paru-paru
serta kelainan pada sistem pernapasan manusia (pertemuan II) dan
sistem pernapasan pada hewan (pertemuan III).
c. Guru berkeliling untuk membimbing setiap kelompok dalam
mengerjakan LKK.
d. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKK, siswa
mengumpulkan LKK.
e. Setiap kelompok membacakan hasil diskusi di depan kelas. Setiap
kelompok melakukan presentasi hasil diskusi mereka, dan kelompok
yang lain dapat memberikan tanggapan.
f. Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang
belum dipahami oleh siswa.
g. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah berlangsung
dan memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan
Kegiatan penutup:
a. Guru menyampaikan agar siswa mempersiapkan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya (pertemuan ke-I dan pertemuan
ke-II)
b. Siswa mengerjakan tes akhir (postes) dalam bentuk uraian dengan
materi sistem pernapasan yang telah dipelajari (pertemuan ke-III).
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi pokok sistem pernapasan yang diperoleh dari nilai pretes dan
postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes, postes dan N-gain,
lalu dianalisis secara statistik.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa aktivitas siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan model GW dan data tentang tanggapan siswa terhadap
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Pretes dan Postes
Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai
pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen
maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran
pada pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.
Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.
b. Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda ( ) pada lembar
observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang
diamati yaitu: aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, melakukan
kegiatan diskusi dan bertukar informasi dengan teman.
c. Tanggapan Siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat penggunaan
model GW dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10
pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 6 pernyataan negatif.
Angket tanggapan siswa ini memiliki 4 pilihan jawaban yaitu sangat
F. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain pada
kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan
program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program
SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5)
2. Kesamaan Dua Varian
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan
uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 17.
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians homogen
H1 : Kedua sampel mempunyai varians tidak homogen
b. Kriteria Uji
Jika Fhit < Ftab sehingga Ho diterima
Jika Fhit > Ftab sehingga Ho ditolak
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji
perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2) Kriteria Uji
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto,
2004: 13)
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan
kelompok kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari
kelompok kontrol.
2) Kriteria Uji :
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004: 10)
4. Data Kuantitatif
Untuk mendapatkan N-gain menggunakan rumus Meltzer, dalam
Coletta dan Phillips (2005:1172) yaitu:
N-gain = 100 Y Z
Y X
× − −
5. Pretes dan Postes
Untuk menghitung skor nilai pretes dan postes yaitu :
S = 100 N R
×
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).
G. Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
Biologi sebagai berikut:
1. Menjumlahkan skor seluruh siswa.
2. Menentukan skor tiap indikator keterampilan berpikir kritis dengan
menggunakan rumus:
P = 100
N F
×
Keterangan: P= Poin yang dicari; F= Jumlah poin keterampilan berpikir kritis yang diperoleh; N= Jumlah total poin keterampilan berpikir kritis tiap indikator (Sudijono, 2004:40).
Tabel 3. Rubrik keterampilan berpikir kritis siswa
No Nama
Aspek Kecakapan Berpikir Kritis Siswa
F P Kriteria Memberikan Argumen Melakukan Deduksi Melakukan Induksi Melakukan Evaluasi
Skor Skor Skor Skor
0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3
1
2
4
5
Dst
Jumlah (F) P K/riteria
Catatan : Berilah tanda checklist ( ) pada setiap item yang sesuai skor pada tiap soal keterampilan berpikir kritis tertera pada kriteria (Ennis dalam Herniza, 2011:21)
Keterangan kriteria keterampilan berpikir kritis siswa:
Memberikan argumen:
0. Tidak memberikan argumen
1. Memberikan argumen tidak dengan alasan yang jelas
2. Memberikan argumen tetapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan
3. Memberikan argumen dengan baik
Melakukan deduksi 0. Tidak melakukan deduksi
1. Melakukan deduksi tetapi tidak disertai dengan hal-hal yang bersifat umum 2. Melakukan deduksi tetapi kurang tepat dalam menyimpulkan
3. Melakukan deduksi dengan baik
Melakukan induksi 0. Tidak melakukan induksi
1. Melakukan induksi tetapi tidak disertai dengan hal-hal yang bersifat khusus 2. Melakukan induksi tetapi kurang tepat dalam menyimpulkan
3. Melakukan induksi dengan baik
Melakukan evaluasi 0. Tidak melakukan evaluasi
1. Melakukan evaluasi tetapi tidak berdasarkan fakta
2. Melakukan evaluasi tetapi kurang tepat dengan fakta yang ada 3. Melakukan evaluasi dengan baik
3. Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan berpikir kritis
Tabel 4 kriteria berpikir kritis siswa
Skor Kriteria 80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (dimodifikasi dari Arikunto, 2010: 245)
H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data
yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan
indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:
1. Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
n xi = X
Keterangan: = Rata-rata skor aktivitas siswa; xi = Jumlah skor yang
diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002:69).
Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Nama
Aspek yang diamati
Xi
A B C
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 3 Dst
Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:
A. Bekerja sama dengan teman :
1. Tidak bekerja sama dengan teman (diam saja) 2. Bekerja sama tetapi hanya satu atau dua teman.
[image:38.612.144.510.487.570.2]B. Melakukan kegiatan diskusi :
1. Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok
2. Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan 3. Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan
C. Bertukar informasi dengan teman : 1. Tidak bertukar informasi dengan teman.
2. Bertukar informasi tetapi hanya satu atau dua teman. 3. Bertukar informasi dengan lebih dari dua teman kelompok.
2. Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai
klasifikasi pada tabel 5.
[image:39.612.164.479.308.381.2]
Tabel 6. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Kategori Indeks Aktivitas Siswa (%) Interprestasi
0,00–29,99 Sangat Rendah
30,00–54,99 Rendah
55,00–74,99 Sedang
75,00–89,99 Tinggi
90,00–100,00 Sangat Tinggi Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:27)
I. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model Gallery Walk
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model GW
dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10
pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif.
Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
1. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus :
% 100 % = × maks in S S X
Keterangan: %Xin= Persentase jawaban siswa; S= Jumlah skor
jawaban; Smaks= Skor maksimum yang diharapkan
2. Skor angket
Tabel 7. Skor jawaban angket
Skor jawaban angket
3 2 1 0
Pernyataan positif SS S TS STS
Pernyataan negative STS TS S SS
Dst. … …
Keterangan:
SS= sangat setuju, S= setuju, TS= Tidak setuju, STS= sangat tidak setuju.
3. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa pada
[image:40.612.165.391.368.432.2]pembelajaran model GW.
Tabel 10. Tafsiran persentase jawaban
Persentase Kriteria
75,1%-100% 50,1%-75% 25,1%-50% 0,0%-25%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dari penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran GW dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa.
2. Penerapan model pembelajaran GW dapat meningkatkan aktivitas siswa.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Pada pelaksanaan model pembelajaran GW, saat diskusi kelompok
berlangsung, guru harus memantau dengan baik jalannya diskusi, sehingga
guru dapat membantu apabila ada kelompok yang kesulitan dalam
mengerjakan LIK.
2. Penggunaan model GW pada saat penelitian membutuhkan waktu yang
panjang, sehingga siswa kurang optimal dalam pelaksanaan
pembelajaran.untuk penelitian selanjutnya hendaknya mengatur alokasi
waktu seefisien mungkin dengan cara menambah jam belajar lebih dari 3
3. Pada saat penelitian siswa merasa asing dan kesulitan dalam memahami
apa yang seharusnya mereka lakukan, hal ini dikarenakan model
pembelajaran yang digunakan baru pertama kali diterapkan kepada
mereka. Oleh karena itu sebelum memulai pembelajaran dengan model
GW siswa perlu diberi penjelasan sampai siswa mengerti dan guru
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Implementasi Model Gallery Walk dan Small Group Discussion Dalam meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII E Di SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo. UPI. Bandung.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Belina, W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fiska di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian Eksperimen Pada siswa kelas VIII di Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung.
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. 23 Agustus 2011:10.32
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Carolina, H. S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung
Colleta, V.P dan J.A Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. Department of Physics, Loyola Marymount University. California.
Costa, A. L. 1985. Developing Mind: A Resource Book For Teacher Thinking. Alexandria. ASCD http:// repository.upi.edu/operator/upload/s d025 0606162 chapter4.pdf. (16 Agustus 2002, 09:25 WIB)
Endang, S. dan Idun A. 2009. Biologi. Yudisthira. Jakarta.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Herniza, L. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem
Pernapasan. Universitas Lampung. Lampung.
Jati, W. 2007. Aktif Biologi. Ganeca Exact. Jakarta.
Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching & Learning. Bandung : Mizan Learning Center.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Muhfahroyin. 2009. Critical Thinking as a Core Skill, the Ability to Think Criticallyis a Key Skill for Academic Success.
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5570.
Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.
Rodgres. 2000. Apa Gallery Walk?. http://www.rsu.edu/reseources/. 14 November 2011.
Roestiyah, NK. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rhineka Cipta. Jakarta.
Ruggiero. V. 1988. Science Inquiry for The Classroom. North west Region Education Laboratory. Oregon.
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d045_060146_chapter4.pdf. (16 Agustus 2011, 09:40 WIB).
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri Malang. Malang.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana. Jakarta.
Sardiman, A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Molekuler Biology Education, The Interdisciplinary Jurnal of Problem Based Learning. 13, (3), (149-152).
http://repository.upi.edu/operator/upload/t pd 0707310 chapter4. pdf. (16 Agustus 2011, 14:24 WIB)
Sudijono, A. 2004. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Sudjadi, B. dan S. Laila. 2007. Biologi untuk kelas 2. Yudhistira. Jakarta.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito. Bandung.
Sri Lestari, E. dan I Kistinnah. 2009. Biologi 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.