• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA N 12 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA N 12 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA N 12 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

ISKA WIDIA RENNY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA N 12 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

ISKA WIDIA RENNY

Keterampilan berpikir kritis penting untuk dimiliki oleh setiap siswa. Namun di SMA Negeri 12 Bandar Lampung keterampilan berpikir kritis siswa belum dikembangkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media kartu bergambar terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

(3)

iii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas kedisplinan dan motivasi siswa (88.46), interaksi siswa dengan pasangannya (79.81) dan kecakapan komunikasi siswa (69.23) mengalami peningkatan. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media kartu bergambar. Keterampilan berpikir kritis siswa juga mengalami peningkatan, dengan rata-rata nilai N-gain sebesar 51.67. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan media kartu bergambar berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 6

G. Hipotesis Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Bergambar ... 9

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 13

C. Berpikir Kritis ... 17

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Prosedur penelitian ... 24

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 30

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

(7)

xiv

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN 1. Silabus ... 59

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

3. Lembar Kerja Siswa ... 83

4. Soal Pretes dan Postes ... 105

5. Data Hasil Penelitian ... 115

6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 126

7. Angket Tanggapan Siswa ... 135

8. Contoh Media Kartu Bergambar ... 136

(8)
(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang–Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Amri dan Ahmadi, 2010:1). Perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga setiap individu dituntut untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan (Suryanti dalam Amri dan Ahmadi, 2010:62).

Guna mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan global perlu dikembangkan kecakapan-kecakapan hidup pada diri peserta didik. Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir kritis (Depdiknas, 2003). Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri, atau sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa

(10)

orang lain (Johnson, 2009:185). Berpikir kritis dibutuhkan dalam mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006), pelajaran Biologi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam

menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak

perkembangan Ilmu pengetahuan Alam (BSNP, 2006: iv). Permendikas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan potensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap pembelajaran materi Protista di SMA Negeri 12 Bandar Lampung didapatkan bahwa secara umum pembelajaran biologi masih disampaikan secara konvensional yaitu metode ceramah dan diskusi. Penggunaan metode ceramah ini

(11)

ini diduga yang menyebabkan keterampilan berpikir kritis siswa kurang berkembang, sehingga siswa belum dapat mencapai kompetensi dasar yang ada.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat mendekatkan siswa dengan kenyataan dalam kehidupannya sehari–hari serta mampu membuat siswa memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan (joyfull learning). Media yang diduga tepat untuk dapat menciptakan hal tersebut salah satunya adalah media gambar. Menurut (Rohani, 1997: 76) media gambar adalah media instruksional yang dapat membantu guru dalam mencapai tujuan

instruksional, karena dengan gambar, pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi lebih luas, jelas dan tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan dan asosiasi peserta didik. Pendapat ini diperkuat oleh Rahadi ( 2003 : 174 ) yang menyatakan bahwa, gambar paling umum dipakai dalam pembelajaran , gambar mempunyai sifat yang universal , mudah dimengerti, dan tidak terikat oleh keterbatasan bahasa. Salah satu modifikasi dari media gambar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah kartu bergambar. Menurut Herniza (2011: 8) media kartu atau flash card diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelpia, Pennsylvania. Flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi oleh kata-kata.

(12)

pembelajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang memadai, validitas dan menarik. Kartu bergambar benar-benar melukiskan konsep atau isi pelajaran yang ingin disampaikan sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Zulaika (2011:1) yang menunjukkan bahwa media kartu bergambar dapat meningkatkan aktivitas, partisipasi dan motivasi belajar siswa. Sedangkan hasil penelitian Widayati (2011:1) menunjukkan bahwa kegiatan

pembelajaran menggunakan kartu gambar anak merasa senang dan gembira.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirasa bahwa media kartu bergambar merupakan media pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 12 Bandar Lampung. Keterampilan berpikir kritis siswa diperlukan karena manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan kritis yang baik (Sugiarto dalam Amri dan Ahmadi, 2010:62).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(13)

2. Adakah pengaruh penggunaan media kartu bergambar dalam meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok Protista?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan media kartu bergambar terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Protista.

2. Pengaruh penggunaan media kartu bergambar dalam meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok Protista.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pendidikan, khususnya bagi :

1. Peneliti, yaitu menambah wawasan dan pengalaman sebagai calon guru dalam memilih media pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Siswa, yaitu mendapat pengalaman belajar yang berbeda, meningkatkan keterampilan berpikir kritis, aktivitas, minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran Biologi.

3. Guru, yaitu informasi mengenai alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. 4. Sekolah, yaitu masukan dalam meningkatkan mutu proses dan hasil

(14)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran, maka ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Media kartu bergambar yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set kartu bergambar berukuran 10x7 cm yang berisi gambar dan

keterangan mengenai materi pokok Protista.

2. Model pembelajaran TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan melalui Tahap I (Berpikir), Tahap II (Berpasangan), dan Tahap III (Berbagi).

3. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diamati adalah keterampilan memberikan alasan, mencari persamaan dan perbedaan serta

merekonstruksi argumen.

4. Aktivitas siswa yang diamati adalah kedisplinan dan motivasi siswa, interaksi siswa dengan pasangannya, dan kecakapan komunikasi siswa. 5. Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok Protista dengan

Kompetensi Dasar menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.

6. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas X4 dan X5 semester ganjil SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.

F. Kerangka Pemikiran

Seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut perubahan paradigma pendidikan yang awalnya pembelajaran berpusat pada guru menjadi

(15)

zaman tersebut guru perlu membekali siswa dengan berbagai keterampilan. Salah satunya keterampilan berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, terutama permasalahan yang terkait dengan materi Protista. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat diterapkan dengan menggunakan media yang tepat. Salah satu media pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah media kartu bergambar.

Media kartu bergambar adalah kartu berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 cm x 7cm yang di dalamnya memuat gambar serta uraian singkat mengenai gambar dan materi. Media tersebut dapat membuat siswa tertarik terhadap materi yang akan dipelajari sehingga pada akhirnya siswa dapat menguasai materi pembelajaran dengan mudah. Media kartu bergambar cocok digunakan dalam materi pokok Protista karena dapat memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut.

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan menggunakan media kartu bergambar. Selain dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, media kartu bergambar sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran guna mencapai Kompetensi Dasar pada materi pokok Protista. Dengan demikian, media kartu bergambar ini dapat diterapkan pada materi pokok Protista untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Variabel dalam

(16)

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Keterangan: X = media kartu bergambar; Y = Keterampilan berpikir kritis siswa

G. Hipotesis Penelitian

1. H1 = Ada pengaruh penggunaan kartu bergambar terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Protista

H0 = Tidak ada pengaruh penggunaan media kartu bergambar terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Protista 2. Penggunaan media kartu bergambar berpengaruh dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Kartu Bergambar

Media merupakan sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Media dapat berupa video, gambar, buku, film dan lain sebagainya. Media berfungsi untuk menanamkan konsep yang benar, konkrit dan realistis. Dengan demikian, media dalam proses pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada siswa

(Sadiman, dkk, 2008:7). Hamidjojo (dalam Arsyad, 2007:4) memberi

batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

Menurut Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2009:204) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan

(18)

dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan

pengajaran”.

Sehubungan dengan itu, Sudjana (1991: 28) menguraikan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran membuat pengajaran lebih menarik perhatian siswa, bahan pelajaran lebih jelas maknanya, model mengajar lebih bervariasi, dan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Siswa

menjadi tidak bosan belajar, karena mereka lebih banyak melakukan kegiatan lainnya dengan mengamati, melakukan atau mendemonstrasikan.

Ada berbagai macam bentuk media pembelajaran. Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:

1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. 2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.

3. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.

(19)

Menurut Rohani (1997:28-29) pemilihan dan pemanfaatan media perlu memperhatikan kriteria berikut ini:

1.Tujuan, media hendaknya menunjang tujuan instruksional yang telah dirumuskan

2.Ketepatgunaan (validitas), tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari.

3.Keadaan peserta didik kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik, dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu pertimbangan.

4. Biaya, hal ini merupakan pertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak.

Selain itu, menurut Sadiman (1984:31-33) media gambar mempunyai 6 syarat penggunaan, yaitu:

1.Autentik, jujur melukiskan situasi kalau orang melihatnya

2. Sederhana, komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin – poin pokok dalam gambar

3. Ukuran relative, gambar dapat memperbesar / memperkecil obyek / benda sebenarnya

4. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar yang baik tidaklah menunjukkan obyek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

5. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan

(20)

Salah satu media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas adalah media kartu bergambar. Kartu bergambar adalah sebuah alat atau media belajar yang dirancang untuk membantu mempermudah dalam belajar. Media kartu bergambar ini terbuat dari kertas tebal atau karton berukuran 17×22 cm yang tengahnya terdapat gambar materi yang sesuai dengan pokok bahasan (Prapita, 2009:4). Sudjana dan Rivai (2010:21) menguraikan

beberapa kriteria pemilihan kartu bergambar untuk pembelajaran yaitu: mendukung tujuan pencapaian pembelajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang memadai, validitas dan menarik. Kartu bergambar benar-benar melukiskan konsep atau isi pelajaran yang ingin disampaikan sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan. Kartu bergambar disesuaikan dengan tingkat usia siswa, sederhana atau tidak rumit sehingga siswa tidak salah dalam menafsirkan pesan dalam kartu tersebut.

Kelebihan dan kelemahan media bergambar menurut Sadiman, dkk (2008:29-31) adalah:

Kelebihan:

1. Sifatnya konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu dapat siswa dibawa ke objek atau peristiwa tersebut.

(21)

4. Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja sehingga dapat mencegah kesalahpahaman. 5. Harganya murah, mudah diperoleh dan digunakan tanpa memerlukan

peralatan khusus.

Kelemahan:

1. Hanya menekankan persepsi indera mata.

2. Benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Nurulyati (dalam Rusman, 2010 : 203) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok untuk saling berinteraksi. Siswa dapat bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sehingga dalam pembalajaran ini, siswa belajar untuk dirinya sendiri dan juga bertanggung jawab untuk membantu sesama anggota kelompoknya untuk belajar. Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto, 2010:65) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

(22)

3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.

Model TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur kegiatan cooperative learning. TPS memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Menurut Nurhadi dan Senduk, (2004:67) TPS memiliki keunggulan dibanding dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berpikir secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu satu sama lain.

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban yang dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya di

depan kelas dan karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya.

(23)

tidak relevan dengan pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya (Lyman, 2002 : 2).

Menurut Nurhadi dan Senduk (2004 : 67) tahapan-tahapan dalam TPS dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan/permasalahan yang berkaitan dengan materi yang baru dipelajari, kemudian memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk memikirkan jawabannya secara mandiri dalam 1 menit;

2. Pair (berpasangan)

Jawaban yang telah dipikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Pada tahap ini, siswa dapat menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangan. Tahap ini berlangsung dalam 4 menit;

3. Share (berbagi)

(24)

Singkat dan padatnya aktivitas pada masing-masing tahapan membuat siswa benar-benar merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan

permasalahannya, hal ini memberikan nilai yang positif seperti yang diungkapkan oleh Suardi (dalam Sardiman, 2005: 17) yang menyatakan bahwa pembatasan waktu merupakan salah satu hal yang dapat memotivasi siswa untuk dapat menyelesaikan tugas belajarnya. Pembelajaran

kooperatif tipe TPS juga dapat mengatur dan mengendalikan kelas secara keseluruhan, serta memungkinkan siswa untuk mempunyai lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Selain itu dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa dapat mempertimbangkan apa yang telah dijelaskan dan dialaminya selama pembelajaran (Trianto, 2010: 61).

Tahapan pelaksanaan TPS tersebut efektif dalam membatasi aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan

kemampuan dan keterampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi.

Pada implementasinya, model pembelajaran TPS memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Adib (2010:21), keunggulan model pembelajaran TPS, antara lain:

(25)

2. Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respon siswa.

3. Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.

4. Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi. 5. Siswa dapat belajar dari siswa lain.

6. Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya.

Sedangkan menurut Lie (2005:46), kelebihannya yaitu : 1. Akan meningkatkan pasrtisipasi siswa,

2. Cocok untuk tugas sederhana,

3. Lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok,

4. Interaksi lebih mudah, dan

5. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok.

Sedangkan menurut Lie (2005:46) Kelemahan model pembelajaran TPS, sebagai berikut:

1. Lebih sedikit ide yang muncul.

2. Banyak kelompok yang melapor dan dimonitor. 3. Jika ada perselisihan tidak ada yang menengahi.

C. Berpikir Kritis

(26)

diterapkan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang meliputi keterampilan berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking), keterampilan memecahkan masalah (problem solving), dan mengambil keputusan (decision making) (Zuchdi, 2008:124).

Seperti yang diungkapkan oleh Reason (dalam Sanjaya , 2009:228) bahwa berfikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat” pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan

“memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta

melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Selanjutnya Djamarah (2008:34) mendefinisikan berpikir sebagai kemampuan jiwa untuk meletakkan hubungan antara bagian – bagian pengetahuan.

Sedangkan Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Sedangkan Johnson (2009:185) mengartikan berpikir kritis sebagai sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri, atau sebuah proses terorganisasi yang

(27)

adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam, dalam mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian.

Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informassi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan Dressel (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 63).

Berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Keterampilan dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan Berpikir Kritis

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis Aspek

Memberikan Penjelasan dasar

1) Memfokuskan pertanyaan

a)Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan b)Mengidentifikasi atau

memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin

c)Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi

2) Menganalisis argument

a)Mengidentifikasi kesimpulan b)Mengidentifikasi

alasan yang dinyatakan c)Mengidentifikasi

(28)

Keterampilan Berpikir Kritis

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis Aspek

d)Mencari persamaan dan perbedaan

e)Mengidentifikasi dan menangani

ketidakrelevanan f) Mencari struktur dari

sebuah

pendapat/argument g)Meringkas

3) Bertanya dan

menjawab pertanyaan klarifikasi dan

pertanyaan yang menantang

a) Mengapa?

b)Apa yang menjadi alasan utama? c) Apa yang kamu

maksud dengan? d)Apa yang menjadi

contoh?

e) Apa yang bukan contoh?

f) Bagaiamana

mengaplikasikan kasus tersebut?

g)Apa yang menjadikan perbedaannya? h)Apa faktanya?

i) Apakah ini yang kamu katakan?

j) Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu?

Membangun Keterampilan dasar

4) Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak?

a) Keahlian

b)Mengurangi konflik interest

c) Kesepakatan antar sumber

d)Reputasi

e) Menggunakan prosedur yang ada

f) Mengetahui resiko g)Keterampilan

memberikan alasan h)Kebiasaan berhati-hati 5) Mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi

a) Mengurangi

praduga/menyangka b)mempersingkat waktu

(29)

Keterampilan Berpikir Kritis

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis Aspek

c) Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri d)Mencatat hal-hal yang

sangat diperlukan penguatan

e) Kemungkinan dalam penguatan

f) Kondisi akses yang baik

g)Kompeten dalam menggunakan teknologi

h)Kepuasan pengamat atas kredibilitas criteria Menyimpulkan 6) Mendeduksi dan

mempertimbangkan deduksi

a) Kelas logika b) Mengkondisikan

logika

c) Menginterpretasikan pernyataan

7) Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

a) Menggeneralisasi b) Berhipotesis

8) Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan

a) Latar belakang fakta b)Konsekuensi

c) Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas) d)Mempertimbangkan alternative e) Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan Membuat penjelasan lebih lanjut

9) Mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan definisi

Ada 3 dimensi: a) Bentuk : sinonim,

klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh b) Strategi definisi c) Konten (isi) 10) Mengidentifikasi

asumsi

(30)

Keterampilan Berpikir Kritis

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis Aspek

diperlukan:

rekonstruksi argumen

Strategi dan taktik

11) Memutuskan suatu tindakan

a) Mendefisikan masalah b) Memilih kriteria yang

mungkin sebagai solusi permasalahan c) Merumuskan

alternatif-alternatif untuk solusi

d) Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan e) Merivew

f) Memonitor implementasi 12) Berinteraksi dengan

orang lain

a) Memberi label b) Strategi logis c) Srtrategi retorik d) Mempresentasikan

(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2012 di SMA Negeri 12 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 6 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X4 (sebagai kelas eksperimen) dan kelas X5 (sebagai kelas kontrol) yang dipilih dengan teknik purposive sampling.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok non ekuivalen. Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan kelas yang ada dengan kondisi yang homogen. Kelas

(32)
[image:32.595.165.424.118.160.2]

Sehingga struktur desainnya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen

Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 = postes; X = Perlakuan kartu bergambar;

C = Perlakuan tidak menggunakan kartu bergambar (dimodifikasi dari Hadjar, 1999:335).

D.Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian ke Fakultas dan menyampaikannya ke sekolah

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas yang diteliti

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

d. Membuat media pembelajaran berupa media kartu bergambar. Cara membuat media kartu bergambar sebagai berikut:

1. Membagi materi pokok Protista kedalam tiga tema yaitu : Protista Menyerupai Tumbuhan (Ganggang atau Algae), Protista Menyerupai Hewan (Protozoa), dan Protista Menyerupai Jamur.

I O1 X O2

(33)

2. Menentukan gambar dan materi yang disajikan dalam kartu untuk tiap-tiap tema.

3. Mendesain kartu dengan menggunakan program Microsoft Office Publisher.

4. Mencetak kartu dengan menggunakan printer di atas kertas concord berwarna putih polos.

5. Menggunting kartu dengan rapi

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrumen penilaian yaitu soal pretes/postes berupa soal benar/salah beserta alasan.

g. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

h. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media kartu bergambar.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan media kartu bergambar untuk kelas eksperimen dan tidak menggunakan kartu

bergambar untuk kelas kontrol di SMAN 12 Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Langkah-langkah

pembelajaran sebagai berikut: a. Kelompok Eksperimen

(34)

a) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan I berupa soal benar/salah beserta alasan mengenai Kingdom Protista. b) Guru membacakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. c) Siswa diberi apersepsi:

Pertemuan ke-1 :”Pernahkah kalian melihat air tergenang yang berwarna hijau? Menurut kalian mengapa air tersebut tampak berwarna hijau?”

Pertemuan ke-2 : “Mengapa air minum harus dimasak hingga mendidih?”

d) Siswa diberi motivasi dengan memberikan penjelasan manfaat mempelajari Protista.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa diberi penjelasan tentang akan diterapkannya model pembelajaran TPS

b) Guru membagikan satu set kartu bergambar dan LKS kepada setiap siswa kemudian meminta siswa untuk mengerjakan LKS dengan kartu bergambar sebagai acuan dalam mengerjakan dan berpikir (think) selama 15 menit secara mandiri c) Siswa diminta untuk berpasangan (pair) dengan teman

sekelompoknya, untuk mengutarakan hasil pemikiran masing-masing dan bersama-sama mengerjakan LKS selama 15 menit. d) Guru memimpin pleno kecil diskusi dan meminta tiap

(35)

e) Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa, serta mengarahkan diskusi untuk mengambil kesimpulan

3) Penutup

a) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b) Siswa mengerjakan postes pada akhir pembelajaran pertemuan II berupa soal benar/salah beserta alasan yang sama dengan soal pretes.

b. Kelompok Kontrol 1. Pendahuluan

a. Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan I berupa soal benar/salah beserta alasan mengenai Kingdom Protista. b. Siswa mendengarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran. c. Siswa diberi apersepsi:

Pertemuan ke-1 :”Pernahkah kalian melihat air tergenang yang berwarna hijau? Menurut kalian mengapa air tersebut tampak berwarna hijau?”

Pertemuan ke-2 : “Mengapa air minum harus dimasak hingga mendidih?”

(36)

2. Kegiatan inti

a) Siswa diberi penjelasan tentang akan diterapkannya model pembelajaran TPS

b) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa kemudian meminta siswa untuk berpikir (think) selama 15 menit dan mencari jawaban LKS dari buku teks siswa mengenai materi pokok Protista secara mandiri

c) Siswa diminta untuk berpasangan (pair) dengan teman sekelompoknya, untuk mengutarakan hasil pemikiran masing-masing dan bersama-sama mengerjakan LKS selama 15 menit. d) Guru memimpin pleno kecil diskusi dan meminta tiap

kelompok untuk mengemukakan (share) hasil diskusinya dengan seluruh kelas

e) Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa, serta mengarahkan diskusi untuk mengambil kesimpulan

3. Penutup

a) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

(37)

E.Jenis dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

a. Data kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Protista yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes dalam bentuk N-gain.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap penggunaan media kartu bergambar.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data keterampilan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan berupa soal benar/salah (B/S) beserta alasan sebanyak 12 soal.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

(38)

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: kedisiplinan dan motivasi siswa, interaksi siswa dengan pasangannya dan kecakapan komunikasi siswa.

c. Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat penggunaan media kartu bergambar dalam pembelajaran di kelas.Angket ini berupa sepuluh pernyataan, terdiri dari empat pernyataan positif dan enam pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki dua pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

(39)

Nilai pretes, postes, dan skor N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan bantuan program SPSS versi 17 yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data menggunakan uji Lilliefors dengan bantuan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2. Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan bantuan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

(40)

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji Liliefors dengan bantuan program SPSS versi 17

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:13)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima

(41)

2. Data Kualitatif

Data dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap media kartu bergambar.

A.Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pada materi pokok Protista sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor seluruh siswa

2) Menentukan poin tiap indikator keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan rumus:

Keterangan : P = Persentase keterampilan berpikir kritis, f = Jumlah poin keterampilan berpikir kritis yang diperoleh, N = Jumlah total poin keterampilan berpikir kritis tiap indikator (Sudijono, 2004:43). 3) Menentukan kriteria keterampilan berpikir kritis siswa sebagai

(42)
[image:42.595.189.511.105.385.2]

Tabel 2. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa

No Nama Siswa

Aspek ketrampilan berpikir kritis

A B C

No Soal No Soal No Soal No Soal No Soal No Soal 1 2 3 4 5 dst R N S Kriteria Keterangan :

A : Keterampilan memberikan alasan B : Mencari persamaan dan perbedaan C : Merekonstruksi argumen

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut

Catatan : Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai. Skor pada tiap soal keterampilan berpikir kritis tertera

pada rubrik penilaian soal di lampiran (dimodifikasi dari Arief, 2009:9).

4) Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa

(dimodifikasi dari Arikunto, 2010: 245).

Poin Kriteria

[image:42.595.209.434.582.671.2]
(43)

B. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1.Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus:

̅ ∑

[image:43.595.166.512.381.556.2]

Keterangan: ̅= Persentase aktivitas siswa; = Jumlah skor yang diperoleh; n= Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002:69).

Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

Aspek yang diamati

A B C

0 1 2 0 1 2 0 1 2

1 2 3 dst

Jumlah (Xi) Skor maks (n) Rata-rata ( ̅)

Catatan : Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai. Dimodifikasi dari (Arikunto, 2010:183).

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:

1. Kedisiplinan dan motivasi siswa pada tahap Think

1. Tidak menyelesaikan tugas secara mandiri dan mengganggu teman sekelompoknya.

2. Menyelesaikan tugas secara mandiri tetapi mengganggu teman sekelompoknya.

(44)

2. Interaksi siswa dengan pasangannya pada tahap Pair

1. Tidak menuangkan idenya, tidak menambahkan gagasan, dan tidak berbagi jawaban dengan pasangannya.

2. Menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangan tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Protista.

3. Menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangan dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Protista.

3. Kecakapan komunikasi siswa pada tahap Share

1. Tidak menggunakan bahasa yang mudah dipahami,

penyampain pendapat atau pertanyaan tidak sesuai dengan materi dan tidak mampu mempertahankan pendapat. 2. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, penyampain

pendapat atau pertanyaan tidak sesuai dengan materi dan tidak mampu mempertahankan pendapat.

3. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, penyampain pendapat atau pertanyaan sesuai dengan materi dan mampu mempertahankan pendapat.

[image:44.595.170.503.498.583.2]

2. Menafsirkan atau menentukan katagori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa

Kategori persentase aktivitas siswa (%) Interpretasi 90,00 – 100,00

75,00 – 89,99 55,00 – 74,99 30,00 – 54,99 0,00 – 29,99

Sangat Tinggi Tinggi

Sedang Rendah

Sangat Rendah Dimodifikasi dari (Hake,1999:1).

C. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar

(45)

enam pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

Tabel 6. Item Pernyataan pada Angket Tanggapan Siswa

No. Sifat

Pernyataan

Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Positif Saya senang mempelajari materi Protista melalui media pembelajaran yang diberikan oleh guru

2 Positif Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui media yang diberikan oleh guru.

3 Negatif Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui media yang diberikan oleh guru.

4 Positif Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan media yang diberikan oleh guru.

5 Negatif Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui media yang diberikan oleh guru. 6 Negatif Media pembelajaran yang diberikan

kepada saya tidak memberi kesempatan untuk berpikir kritis.

7 Positif Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melalui media yang diberikan oleh guru.

8 Negatif Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

9 Negatif Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKK melalui media diberikan oleh guru. 10 Negatif Saya dapat mengarahkan sendiri cara

(46)
[image:46.595.183.416.165.220.2]

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut: 1. Skor angket

Tabel 7. Skor per item angket Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju; dimodifikasi dari (Rahayu, 2010:29).

2. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 8. Tabulasi Data Angket Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar

No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase 1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS

dimodifikasi dari (Rahayu, 2010: 31).

3. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

[image:46.595.182.507.426.561.2]
(47)
[image:47.595.199.479.208.319.2]

4. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa yang pembelajarannya menggunakan media kartu bergambar

Tabel 9. Kriteria PersentaseTanggapan Siswa terhadap Media Kartu Bergambar

Persentase (%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75 50 26 – 49 1 – 25 0

Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya

(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan media kartu bergambar berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Protista. 2. Penggunaan media kartu bergambar meningkatkan aktivitas belajar

siswa pada materi pokok Protista.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran menggunakan media kartu bergambar dapat digunakan

sebagai salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Protista.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Think-Pair Share Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SD N Manggis I Ngancar Kab. Kediri. (Skripsi) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.

http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/07140038-m-adib.ps (30 Mei 2012; 19.05 WIB)

Amri, S dan Ahmadi, I. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka.Jakarta.

Apriyani,N. 2013. Pengaruh Penggunaan Media Kartu Bergambar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Protista. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung.

Arief, A. 2009. Kecakapan Hidup Life Skill Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Lus. SIC. Surabaya.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Costa, A.L.1985. ”Teaching For, Of, And About Thinking’, dalam Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD. Alexandria, Virginia

Ennis, R.H & Weir, E. 1985. The Ennis-Weir Critical Thinking Essay Test. Test Manual, Criteria, Scoring Sheet an Istrument For Teaching and Testing. USA: Midwest Publication.

(50)

Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.

Hake, R. R. 1999. Analizing Change/ Gain Scores. Indiana University. USA. http://physics. Indiana.edu/~sdi/AnalizingChange_Gain.pdf (21 Desember 2011; 09:05 WIB).

Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Herniza, L. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Lampung: Universitas Lampung

Johnson, E. B. 2009. Contextual Teaching dan Learning. MLC. Bandung

Lie, A. 2005.Cooperatif Learning: Mempraktikan Cooperatif Learning di Ruang- ruang Kelas.Gramedia. Jakarta.

Lyman. 2002. Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share.

Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org. http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html (23 Februari 2012)

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Prapita, E. D. 2009. Efektivitas Media Kartu Bergambar Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Ekosistem. (Skripsi) Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

http://etd.eprints.ums.ac.id/4258/2/A420050019.pdf. (28Oktober 2011; 21.04 WIB).

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

(51)

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung.

Bandarlampung.

Rohani, A. 1997. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Sadiman, A.S. 1984. Media Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sadiman, dkk. 2008. Media Pendidikan:Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2003. Interaksi dan motivasi belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo persada. Jakarta.

Sari, R.2011.Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung

Sudijono, A. 2004. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo. Jakarta. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudjana, N. dan Rivai, A. 2010. Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Widayati.2011.Penggunaan Media Kartu Gambar Untuk Meningkatkan Penguasaan Kosa Kata Anak Kelompok B Pada Tk Angkasa I Malang. (Skripsi) Universitas Negeri Malang. Malang.

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=50986 (8 April 2012; 22.19 WIB)

(52)

Zulaika, L.2011.Pemanfaatan Media Kartu Bergambar Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iv Di Sdn Cepoko Iii Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo Tahun Ajaran 2010/2011. (Skripsi) Universitas Negeri Malang. Malang. http://library.um.ac.id/free-contents/downloadpdf.php/pub/pemanfaatan- media-kartu-bergambar-dalam-pembelajaran-ipa-kelas-iv-di-sdn-cepoko-iii-

Gambar

Tabel 1. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis
Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen
Tabel 3. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa
Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

2.c Komponen-komponen yang dapat di set melalui BIOS.

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Penguasaan Kosa Kata Bahasa Inggris Pada Anak Kelompok B di

Gait parameter meliputi cadence, cycle time, stride length, step length dan kecepatan jalan (speed) (Abbas, 2014). Dengan demikian peneliti melakukan penelitian dengan judul

(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap kelas jabatan dari para pemangku jabatan di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

Dapat mengetahui kadar CaO dalam kapur yang diperoleh perusahaan sesuai dengan standar kadar CaO menurut Standar SNI. Universitas

Pendidikan karakter menjadi isu utama pendidikan di Indonesia. Perilaku siswa di sekolah berkaitan dengan kedisiplinan kini banyak dilanggar oleh siswa. misalnya siswa terlambat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan kombinasi algoritme metode Newton, Invers Newton dan Halley (NIH) dan kombinasi algoritme metode Newton,

[r]