• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI POKOK ASAM BASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI POKOK ASAM BASA"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

PADA MATERI POKOK ASAM BASA

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Nunung Fika Amalia 4301410045

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar1 Rahman: 16)

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (QS. Ar1Rahman: 60) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al1Insyirah: 516)

Apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia (QS. Yasin: 82)

Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarrah, niscaya ia akan melihat balasan(Nya) (QS. Az1Zalzalah:7)

Be useful for others

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memanjatkan do’a dan mencurahkan kasih sayang yang tulus;

2. Kakakku Mas Falah;

3. Keluarga Besar bani H. Bintoro Abbas; 4. My Bestie (Cuil, Maprezt, Dundun dan

Cyuduz), thanks for everything & miss you so much dan New Geng (Mba Wid & Bu

Des), makasih untuk do’a dan

semangatnya.

5. “Frendsium” Gengster, terima kasih atas persahabatan tulus dan indah yang selama ini kalian berikan;

6. Teman1teman RoTi Pia ‘10

(5)

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan ridho, berkah dan rahmat1Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan penuh kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan dalam bentuk apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.

3. Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Endang Susilaningsih, MS selaku dosen pembimbing, terima kasih untuk waktu, tenaga, pikiran, ilmu, semangat, perhatian dan motivasi yang senantiasa diberikan selama penyusunan skripsi ini. Teriring do’a semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih.

5. Drs. Ersanghono Kusumo, M.S selaku dosen penguji I dan Dr. Edy Cahyono, M.Si selaku dosen penguji II, terima kasih atas masukan, arahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala Sekolah SMA N 1 Ambarawa yang telah memberikan izin dan kemudahan saat melakukan penelitian.

7. Drs. Meibiyanto dan Dwi Hartati, S.Pd, guru bidang studi kimia SMA Negeri 1 Ambarawa atas waktu dan bimbingannya dalam membantu penulis melaksanakan penelitian.

8. Seluruh guru dan pegawai SMA Negeri 1 Ambarawa yang telah bersedia bekerja sama dalam penelitian skripsi ini.

9. Siswa1siswi SMA Negeri 1 Ambarawa yang telah bersedia bekerja sama dalam penelitian skripsi ini.

10. Bapak, Ibu dan Mas Falah atas do’a, kasih sayang, perhatian, pengorbanan dan bantuannya baik moril maupun materiil.

(6)

vi

kebersamaan, warna serta pembelajaran hidup yang sangat berarti. We are best friends forever.

13. Kos Lumintu 22, Maprezt, Mbahe dan Erin, atas kebersamaannya dan pengertiannya selama 2 tahun, semoga bisa berlanjut sampai nanti.

14. Teman1teman PPL SMANEGA, Luthfi dan Ersa, atas doa, bantuan dan semangatnya.

15. Teman1teman KKN Kelurahan Jomblang ‘13, Ima, Cendul, Kak Didi, Mak’e, Farid, Bu Dian, 10 Juli, Eka dan Yuwono atas do’a, kebersamaan, pengertian, dan bantuannya selama ini. We are Keluarga Kecil Ngangenin.

16. Teman1teman seperjuangan di RoTi PiA ‘10. 17. Teman1teman pendidikan Kimia angkatan 2010.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan, bahasa dan isi. Oleh karena itu masukan berupa saran, pendapat dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan di masa yang akan datang. Hanya ucapan terima kasih dan doa, semoga apa yang telah diberikan tercatat sebagai amal baik dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam kemajuan dunia pendidikan dan secara umum kepada semua pihak

Semarang, Juni 2014

(7)

vii

ABSTRAK

Amalia, Nunung, Fika. 2014. Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Asam Basa. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Endang Susilaningsih, M. S.

Kata kunci: Instrumen penilaian, keterampilan berpikir kritis, asam basa.

Penelitian pendahuluan yang dilakukan menemukan bahwa, instrumen penilaian yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Ambarawa belum berorientasi pada keterampilan berpikir kritis. Berdasarkan studi literatur, ditinjau dari hakikat kimia, tujuan pendidikan nasional dan perkembangan jaman menuntut keterampilan berpikir kritis. Siswa dipersiapkan tidak hanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi juga menyelesaikan tantangan dan masalah1masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari1hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh inovasi instrumen penilaian asam basa, dan memperoleh instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis siswa yang memenuhi kriteria valid dan reliabel. Jenis penelitian ini adalah Research and

Development. Prosedur pengembangan produk melalui tahap penelitian

(8)

viii

PRAKATA... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Batasan Masalah... 6

1.4 Tujuan... 7

1.5 Manfaat Penelitian... 8

2. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Keterampilan Berpikir Kritis... 9

2.2 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis... 10

2.3 Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis... 11

2.4 Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis... 12

2.5 Validitas dan Reliabilitas... 14

2.6 Asam Basa... 17

2.7 Kerangka Berpikir... 25

3. METODE PENELITIAN... 26

3.1 Desain Penelitian... 26

3.2 Objek Penelitian... 29

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 29

3.4 Pengambilan Data... 29

3.5 Analisis Data... 32

3.6 Keefektifan Instrumen... 39

(9)

ix

4.1 Hasil Penelitian Tahap Awal... 41

4.2 Analisis Data Awal Penelitian... 44

4.3 Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis... 48

4.4 Hasil Penelitian Tahap Pengembangan... 52

4.5 Uji Keefektifan Instrumen... 74

4.6 Kepraktisan Produk... 84

4.7 Pembahasan Produk Akhir... 86

5 SIMPULAN DAN SARAN... 93

5.1 Simpulan... 93

5.2 Saran... 94

DAFTAR PUSTAKA... 95

(10)

x

1.1 Rata1rata Nilai dan Proporsi Ketuntasan Hasil Ulangan Harian

Tahun Ajaran 2012/2013... 1

2.1 Perubahan Kertas Lakmus... 21

2.2 Nilai Derajat Keasaman... 22

2.3 Trayek Perubahan Warna dari Berbagai Indikator... 23

3.1 Interpretasi Reliabilitas Soal... 34

4.1 Jenis Imstrumen di SMA Negeri 1 Ambarawa... 41

4.2 Data Alasan Pengembangan Instrumen Penilaian... 43

4.3 Hasil Normalitas... 47

4.4 Penilaian Aktivitas Siswa... 64

4.5 Petunjuk Skoring Aktivitas Siswa... 65

4.6 Indikator Aktivitas Siswa... 66

4.7 Skor Validator Tes Esai Analisis... 67

4.8 Kriteria Instrumen Tes Esai Analisis... 68

4.9 Skor Validator Tes Problem Solving... 68

4.10 Kriteria Instrumen Tes Problem Solving... 69

4.11 Skor Validator Angket Respon Siswa... 69

4.12 Kriteria Instrumen Angket Respon Siswa... 70

4.13 Skor Validator Lembar Aktivitas Siswa... 70

4.14 Kriteria Instrumen Lembar Aktivitas Siswa... 71

4.15 Proporsi Ketuntasan Belajar... 82

4.16 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran... 83

4.17 Respon Siswa Terhadap Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... 84

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir Pengembangan Instrumen Penilaian... 25 3.1 Desain Pengembangan Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis... 28 4.1 Soal Ulangan Harian Kimia Materi Asam Basa di SMA Negeri 1

(12)

xii Bagian

1. HASIL OBSERVASI

1.1 Daftar nilai ulangan asam basa kelas XI IPA 3 tahun ajaran

2012/2013... 98

1.2 Uji normalitas data awal... 99

1.3 Soal ulangan pilihan ganda... 100

1.4 Soal isian singkat... 102

1.5 Gambar sarana dan prasarana... 103

1.6 Indikator keterampilan Berpikir Kritis Ennis 1985 ... 104

2. TES ESAI ANALISIS 2.1 Kisi – kisi soal tes esai analisis... 107

2.2 Instrumen penilaian tes esai analisis... 110

2.3 Panduan penilaian tes esai analisis... 115

2.4 Rubrik validasi tes esai analisis... 122

2.5 Lembar validasi tes esai analisis... 125

3. TES PROBLEM SOLVING 3.1 Kisi1kisi soal tes problem solving... 133

3.2 Instrumen penilaian tes problem solving... 135

3.3 Panduan penilaian tes problem solving... 139

3.4 Rubrik validasi tes problem solving... 144

3.5 Lembar validasi tes problem solving... 148

4. LEMBAR AKTIVITAS SISWA 4.1 Indikator lembar aktivitas siswa... 156

4.2 Lembar aktivitas siswa... 157

4.3 Petunjuk skoring lembar aktivitas siswa... 159

4.4 Rubrik validasi lembar aktivitas siswa... 161

4.5 Lembar validasi aktivitas siswa... 163

(13)

xiii

5.2 Angket respon siswa... 166

5.3 Rubrik validasi angket respon siswa... 169

5.4 Lembar validasi angket respon siswa... 171

5.5 Angket respon guru... 173

6. PRA UJI COBA 6.1 Data nilai hasil pra uji coba... 175

6.2 Perhitungan reliabilitas tes esai analisis... 176

6.3 Perhitungan reliabilitas tes problem solving... 178

7. UJI COBA SKALA TERBATAS 7.1 Data nilai hasil uji coba skala kecil... 179

7.2 Perhitungan reliabilitas tes esai analisis... 180

7.3 Perhitungan reliabilitas tes problem solving... 181

7.4 Perhitungan reliabilitas lembar aktivitas siswa... 182

7.5 Perhitungan analisis per aspek lembar aktivitas siswa... 183

7.6 Perhitungan reliabilitas angket respon siswa... 184

8. UJI COBA SKALA LUAS 8.1 Data nilai hasil uji coba skala luas... 185

8.2 Perhitungan reliabilitas tes esai analisis... 186

8.3 Perhitungan reliabilitas tes problem solving... 188

8.4 Perhitungan reliabilitas lembar aktivitas siswa... 189

8.5 Perhitungan reliabilitas angket respon siswa... 190

9. IMPLEMENTASI 9.1 Data nilai hasil tahap implementasi... 191

9.2 Data nilai kelas XI IPA 3... 192

9.3 Uji normalitas data hasil tes esai analisis... 193

9.4 Uji normalitas data hasil tes problem solving... 194

9.5 Uji normalitas data hasil TEA dan TPS... 195

9.6 Uji normalitas data hasil ulangan harian... 196

9.7 Uji normalitas data hasil mid semester... 197

9.8 Perhitungan reliabilitas tes esai analisis... 198

9.9 Perhitungan reliabilitas tes problem solving... 200

(14)

xiv

9.13 Perhitungan analisis per aspek lembar aktivitas siswa... 206 9.14 Perhitungan reliabilitas angket respon siswa... 209 10. Surat ijin penelitian Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar siswa serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi siswa pada semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (Saptorini, 2012: 34).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan data teruji pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Rata1rata Nilai dan Proporsi Ketuntasan Hasil Ulangan Harian Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas Asam Basa Larutan

Penyangga Hidrolisis

Ksp

XI IPA 3 68,22 62,08 67,91 67,5

Proporsi Ketuntasan

16

36 3 36 15 36 16 36

XI IPA 4 72,65 70,57 69,14 63,71

Proporsi Ketuntasan

19

(16)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai ulangan harian pada materi asam basa dari kedua kelas terlihat paling tinggi yaitu kelas XI IPA 3 sebesar 68,22 dengan proporsi ketuntasan 16 dari 36 siswa, sedangkan pada kelas XI IPA 4 yaitu sebesar 72,65 dengan proporsi ketuntasan sebesar 19 dari 35 siswa. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata1rata ulangan harian materi asam basa menunjukkan rata1rata paling tinggi dengan proporsi ketuntasan paling tinggi dibandingkan dengan materi yang lain. Penjelasan dari data tersebut menginspirasi peniliti untuk mengembangkan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis dengan materi asam basa.

Berdasarkan analisis soal asam basa yang digunakan untuk penilaian adalah sebagai berikut: (1) soal tidak mengalami perubahan yang berarti dari tahun ke tahun, (2) soal yang digunakan hanya berkisar pada jenjang C11C3, yang hanya mengukur hafalan dan pemahaman konsep saja, dan (3) soal kurang inovatif, sehingga belum bisa mengukur keterampilan berpikir kritis.

(17)

3

Pada kondisi masyarakat yang selalu berubah, pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi juga untuk menyelesaikan tantangan dan masalah1 masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari1hari. Tantangan dan permasalahan inilah yang akan memerlukan keterampilan berpikir kritis agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

SMA merupakan bagian dari pendidikan dasar yang berfungsi membekali para siswa dengan pengetahuan sains. Ciri pembekalan pengetahuan sains dalam kerangka tersebut adalah pengetahuan sains untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari1hari. Dalam pencapaian tersebut pembelajaran sains bukan ditekankan pada pemahaman konsep sains semata, melainkan lebih diarahkan pada efek iringan pembelajaran yang salah satunya adalah keterampilan berpikir. Keterampilan tersebut sangat penting dikembangkan, karena akan mengarahkan pola bertindak setiap individu dalam masyarakatnya kelak.

(18)

melatihkan keterampilan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi seorang pemikir kritis (critical thinker), mampu memecahkan masalah (problem solver), dan menjadi pemikir independen (independent thinker) sehingga mereka dapat menghadapi kehidupan, menghindarkan dirinya dari indokrinasi, penipuan, pencucian otak, mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi, dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab.

Instrumen penilaian merupakan bagian integral dari suatu proses penilaian dalam pembelajaran, apa yang hendak diukur dalam pembelajaran terkait dengan ketersediaan alat ukur yang dikembangkan. Demikian juga, apa yang akan diukur dalam pembelajaran juga menentukan kualitas pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran kimia yang sebenarnya membutuhkan penggunaan instrumen penilaian yang tidak hanya mencakup hafalan dan pemahaman tetapi juga dibutuhkan suatu penilaian yang melatihkan keterampilan berpikir kritis sehingga siswa dapat cakap, kritis dan mandiri saat dihadapkan pada suatu masalah. Selain itu, menghadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan kemampuan dalam menyeleksi informasi, kemampuan memutuskan suatu tindakan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyimpulkan dan kemampuan lain yang terkait dalam keterampilan berpikir kritis. Oleh karena itu pengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis penting dilakukan.

(19)

5

didik setelah mempelajari suatu kompetensi. Oleh karena itu, instrumen penilaian yang dirancang dengan baik dan sesuai dengan tingkatan kemampuan berpikir dapat meningkatkan daya berpikir siswa. Berkaitan dengan pentingnya keterampilan berpikir khususnya berpikir kritis, pengembangan instrumen penilaian digunakan sebagai alat untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis siswa. Instrumen penilaian berpikir kritis merupakan suatu alat penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yang diwujudkan dalam bentuk tes yang memperhatikan tingkatan keterampilan berpikir kritis.

Penelitian pengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis menghasilkan suatu produk yang berbeda dengan instrumen penilaian umum yang guru gunakan. Siswa merupakan target utama dari penelitian ini karena siswa bukan hanya membutuhkan kemampuan kognitif hafalan dan pemahaman saja tetapi analisis, sintesis dan aplikasi juga dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu model instrumen penilaian bagi guru untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. Instrumen penilaian yang dimodifikasi dengan keterampilan berpikir kritis pada suatu sekolah dapat menjadi daya tarik dan ciri khas sekolah di mata masyarakat, sehingga dapat meningkatkan nilai jual sekolah.

(20)

(2012: 46) menyatakan bahwa, “Salah satu pokok bahasan kimia di Sekolah Menengah Atas adalah materi asam basa. Materi ini merupakan materi yang sarat dengan konsep dan berkaitan untuk materi selanjutnya yaitu Hidrolisis, Buffer, Ksp, sehingga perlu penanaman konsep yang utuh dan benar karena materi ini penting sebagai awal dari konsep siswa untuk memahami konsep kimia pada materi berikutnya.”Selain itu, materi pokok ini dipilih karena berdasarkan rincian indikator yang terdapat dalam silabus kimia KTSP (2006) materi asam basa dapat memenuhi kesebelas indikator keterampilan berpikir kritis yang akan dikembangkan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengembangan keterampilan berpikir kritis pada materi pokok asam basa bagi siswa kimia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis siswa?

2. Instrumen penilaian berpikir kritis yang seperti apakah yang dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa?

3. Apakah instrumen penilaian berpikir kritis yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid dan reliabel?

1.3 Batasan Masalah

(21)

7

1. Bahan kajian yang dijadikan bahan penelitian adalah asam basa yang dipelajari di kelas XI semester 2.

2. Jenis instrumen yang dikembangkan adalah instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis pada materi pokok asam basa.

3. Indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985) yang dikembangkan terfokus pada kelompok: memfokuskan pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan, mengidentifikasi asumsi1asumsi, menganalisis argumen, mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, mempertimbangkan sumber apakah dapat dipercaya atau tidak, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, menentukan suatu tindakan, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan berinteraksi dengan orang lain.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengkaji proses pengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis.

2. Memperoleh inovasi instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis yang baru yang dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.

(22)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Instrumen evaluasi yang dikembangkan dapat dijadikan satu alternatif contoh alat evaluasi untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran asam basa.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat memandu guru untuk menggunakan dan mengembangkan sendiri instrumen evaluasi penilaian khususnya dalam pembelajaran kimia materi pokok asam basa. 3. Segala persoalan yang dikembangkan dalam tes evaluasi ini, diharapkan

dapat lebih memotivasi dan menantang siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir.

(23)

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Keterampilan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah aktivitas terampil yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi, kecukupan, koherensi, dan lain1lain (Fisher, 2009:13)

(24)

terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher & Scriven, 1997: 21).

Dalam kegiatan pendidikan, proses berpikir kritis dapat mempersiapkan peserta didik menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektualnya. Selanjutnya dalam pembelajaran, pengembangan keterampilan berpikir kritis melibatkan peserta didik sebagai pemikir ketimbang seseorang yang belajar secara verbalistik. Agar keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan, maka diperlukan perpaduan antara penalaran logis dan pengalaman empiris. Salah satu cara mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah dengan melakukan penilaian berbasis keterampilan berpikir kritis. Tes keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan berdasarkan indikator1indikator keterampilan berpikir kritis.

2.2

Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Ennis (1985: 55156) mengklasifikasikan keterampilan berpikir kritis menjadi lima kelompok yang diturunkan menjadi dua belas indikator. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1 Bagian 6 Halaman 104.

(25)

11

tes yang digunakan yang dianggap dapat mewakili indikator1indikator tes keterampilan berpikir kritis adalah tes tertulis. Adapun indikator yang dikembangkan pada penelitian pengembangan instrumen penilaian ini adalah sebagai berikut:

1. Memfokuskan pertanyaan 2. Menganalisis argumen

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan

4. Mempertimbangkan sumber apakah dapat dipercaya atau tidak 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi 6. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

8. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan 9. Mengidentifikasi asumsi1asumsi

10. Menentukan suatu tindakan 11. Berinteraksi dengan orang lain

2.3

Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis

(26)

Instrumen penilaian yang dikembangkan dalam mengukur kemampuan berpikir kritis dapat berbentuk tes pilihan ganda, chekboxes dan juga essay (www.csuchico.edu/phil/cc/ct1assess.htm). Tes dapat dipilah1pilah ke dalam berbagai kelompok. Bila dilihat konstruksinya maka tes dapat diklasifikan sebagai berikut: (a) Menurut bentuknya, secara umum ada dua bentuk tes, yaitu butir tes bentuk uraian (essay test) dan butir tes bentuk objektif (objective test). Dua bentuk tes ini dapat dipilah lagi ke dalam berbagai tipe, (b) Menurut bentuknya, butir tes uraian dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu tes uraian terbatas (restricted essay) dan tes uraian bebas (extended essay).

Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, maka perlu dilakukan pengembangan instrumen penilaian keterampilan kritis, sesuai dengan pernyataan berikut yaitu tes esai berpikir kritis, lebih komprehensif daripada tes yang lain. Selain itu, butuh waktu yang lebih banyak atau biaya yang lebih dibandingkan dengan tes pilihan ganda untuk mencapai tujuan tersebut. Masalahnya harus serius dalam pengerjaan tes. Sampai saat ini belum ada tes yang menguji keterampilan berpikir kritis yang mudah dan murah. Penelitian dan pengembangan yang dibutuhkan di sini.(Ennis, 1993: 184)

2.4

Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis

(27)

13

keterampilan berpikir kritis dan menguji efektivitas serta kepraktisan instrumen.

Ada empat cara dalam menilai alat ukur yaitu: (1) meneliti secara jujur soal1soal yang sudah di susun, kadang1kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain1lain keadaan soal tersebut, (2) dengan mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi1 informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun, (3) mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity), (4) dengan mengadakan checking reliabilitas. Salah satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal1soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi. (Suharsimi, 2007: 2051206).

(28)

2.5

Validitas dan Reliabilitas

2.5.1 Validitas

Validitas atau kesahihan menunjuk pada derajat bukti dan teori mendukung penafsiran skor tes sebagai tujuan penggunaan tes (Standard, 1999:9). Apabila tujuan tes untuk mengukur kemampuan matematika, maka penafsiran hasil tes harus berdasarkan teori yang digunakan, yaitu definisi tentang kemampuan matematika. Proses validasi merupakan pengumpulan bukti1bukti untuk memberi dasar saintifik penafsiran skor tes. Jadi, validitas merupakan hal penting dalam pengembangan instrumen baik tes maupun nontes. (Mardapi, 2012: 37)

Koefisien validitas hanya punya makna apabila mempunyai harga yang positif. Walaupun semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya namun pada kenyataannya suatu koefisien validitas tidak pernah mencapai 1,00. Koefisien validitas yang tinggi lebih sulit dicapai daripada koefisien reliabilitas yang tinggi. Sebutan validitas tes diartikan sebagai validitas hasil pengukuran yang diperoleh tes tersebut. Cronbach (1971) menekankan bahwa proses validasi sebenarnya tidak bertujuan untuk melakukan validasi tes akan tetapi melakukan validasi terhadap interpretasi data yang diperoleh dalam prosedur tertentu. Ketepatan interpretasi atau penafsiran hasil suatu tes berdasarkan buktu1bukti yang mendukung. (Mardapi, 2012: 39)

(29)

15

statistika. Tipe validitas yang berbeda menghendaki cara analisis yang berbeda pula. Berdasarkan cara estimasinya yang disesuaikan dengan sifat dan fungsi setiap tes, tipe validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga kategori, yaitu

content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstrak), dan

criterion,related validity (validitas berdasar kriteria). Namun, dalam hal ini hanya digunakan content validity (validitas isi).

Validitas isi berkaitan dengan pertanyaan “sejauh mana item tes mencakup keseluruhan materi atau bahan yang ingin diukur”. Sejauhmana suatu tes memiliki bukti valditas ini ditetapkan menurut analisis rasional terhadap isi tes, yang penilaiannya didasarkan atas pertimbangan subjektif individual. Walaupun subjektif, namun yang terlibat adalah beberapa pakar pada bidang yang diukur dalam suatu forum diskusi sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan (Mardapi, 2008:18). Hasil panel pakar ini merupakan bukti untuk menunjukkan bahwa isi tes sesuai dengan materi yang ingin diukur atau diujikan.

(30)

Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi, untuk memperoleh validitas instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis menggunakan validasi pakar (expert judgement).

2.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas atau keandalan merupakan koefisien yang menunjukkan tingkat keajegan atau konsistensi hasil pengukuran suatu tes. Konsisten hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sama untuk orang yang berbeda atau pada waktu yang berbeda tetapi kondisi yang sama. Konsistensi berkaitan dengan tingkat kesalahan hasil suatu tes yang berupa skor. Tes yang digunakan di berbagai tempat dengan tujuan yang sama, seperti tes hasil belajar, hasilnya yang berupa skor harus dapat dibandingkan antartempat. Hasil tes ini juga harus dapat dibandingkan antarwaktu untuk mengetahui perkembangan hasil belajar yang dicapai. (Mardapi, 2012: 51)

Gronlund (1985) mengemukakan ada empat faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas, yaitu “panjang tes, sebaran skor, tingkat kesukaran, dan objektivitas”.

Panjang tes ( ) menunjukkan banyaknya soal tes. Terdapat kecenderungan, semakin panjang suatu tes akan lebih tinggi tingkat reliabilitas suatu tes, karena semakin banyak soal, maka akan semakin banyak sampel yang diukur dan proporsi jawaban yang benar semakin banyak, sehingga faktor tebakan (guessing) akan semakin rendah.

Sebaran Skor ( ). Besarnya sebaran skor akan

(31)

17

lebih besar diperoleh ketika peserta didik tetap pada posisi yang relatif sama dalam satu kelompok pengujian ke pengujian berikutnya. Dengan kata lain, peluang selisih dan perubahan posisi dalam kelompok dapat memperbesar koefisisen reliabilitas.

Tingkat Kesukaran ( ). Tingkat kesukaran soal yang ideal untuk meningkatkan koefisien reliabilitas adalah soal yang menghasilkan sebaran skor berbentuk kurva normal.

Objektifitas ( ), menunjukkan skor tes kemampuan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya. Objektivitas prosedur tes yang tinggi akan memperoleh reliabilitas hasil tes yang tidak dipengaruhi oleh prosedur penskoran. Tes yang reliabel adalah apabila koefisien reliabilitasnya tinggi dan kesalahan baku pengukurannya (standard

error of measurement) rendah.

Reliabilitas instrumen penilaian dalam penelitian ini menggunakan formula Cronbach Alpha, karena instrumen penelitian berupa lembar angket, tes esai analisis, tes problem solving, dan lembar aktivitas berpikir siswa.

2.6

Asam Basa

2.6.1 Teori Asam dan Basa

(32)

air dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida, OH1. Secara umum, reaksinya sebagai berikut :

HA (aq) ⇄ H+(aq) + A1(aq) Asam ion hidrogen

BOH (aq) ⇄ B+(aq) + OH1(aq) Basa ion hidroksida

Teori yang diungkapkan oleh Arrhenius masih memiliki keterbatasan yaitu hanya memandang aspek reaksi asam basa di dalam pelarut air dan jika suatu reaksi tidak membentuk OH1 atau H+ tidak dapat dikatakan sebagai basa. Oleh karena itu, Johanes Bronsted dan Thomas1Lowry mengungkapkan sebuah teori yang menyatakan bahwa asam adalah pemberi/donor proton (H+) dan basa adalah penerima/akseptor proton (H+). Teori ini dikenal dengan nama teori asam basa Bronsted1Lowry. Teori ini mampu menjelaskan reaksi asam basa dengan pelarut bukan air.

(33)

19

Berikut adalah contoh reaksi asam basa:

NH4+ + NH21 ⇄ NH3 + NH3

Asam (1) Basa (2) Asam (2) Basa (1)

Asam (1) kehilangan proton dan menjadi basa (1). Basa (2) mendapat proton dan menjadi asam (2). Basa (1) disebut sebagai basa konjugat dari asam (1), sedangkan asam (2) adalah asam konjugat dari basa (2). NH3(pelarut)

adalah basa konjugat dari asam NH4+ dan juga merupakan asam konjugat dari

basa NH21.

Kelemahan utama teori Bronsted1Lowry adalah bahwa untuk pelarut yang tidak mengandung proton tidak dapat digunakan. Selain itu, sifat suatu zat tidak pasti, sangat bergantung pada pasangan reaksinya. Misalnya air bersifat basa jika bereaksi dengan CH3COOH dan bersifat asam jika bereaksi dengan

NH3.

Menurut Lewis, asam adalah partikel (ion atau molekul) yang dapat bertindak sebagai penerima (akseptor) pasangan elektron, sedangkan basa adalah partikel (ion atau molekul) yang dapat bertindak sebagai pemberi (donor) pasangan elektron. Reaksi asam1basa menurut teori Lewis berkaitan dengan transfer pasangan elektron yang terjadi pada ikatan kovalen koordinasi. Perhatikan reaksi berikut.

H

H

H N + H

+

→ H N H

H

H

(34)

Berdasarkan reaksi tersebut, NH3 bertindak sebagai basa dan NH4+

bertindak sebagai asam. Perhatikan reaksi antara NH3 dan BF3 berikut ini.

Pada reaksi antara NH3 dan BF3, BF3 bertindak sebagai asam, sedangkan

NH3 bertindak sebagai basa.

Ikatan koordinasi terjadi karena adanya pasangan elektron dari satu atom yang berikatan. Contohnya pada pembentukan ion kompleks, antara ion logam transisi (penerima pasangan elektron) dan ion nonlogam (pemberi pasangan elektron).

Perhatikan reaksi berikut ini. Fe3+ + 6CN1 → [Fe(CN)6]31

Ion Fe3+ memiliki orbital kosong yang menerima pasangan elektron dari ion CN1 . Jadi, ion Fe3+ bertindak sebagai asam, sedangkan ion CN1 sebagai basa.

2.6.2 Sifat Asam dan Basa

(35)

21

kerak (lichen). Spesies lumut kerak yang berbentuk kertas dan larutan dinamakan lakmus. Bentuk kertas lebih banyak digunakan karena sukar teroksidasi, tahan lama, dan memberikan perubahan warna yang cukup jelas.

Tabel 2.1 Perubahan Kertas Lakmus

Kertas Lakmus Kertas lakmus merah Kertas lakmus biru

Asam Tidak berubah (merah) Merah

Basa Biru Tidak berubah (biru)

2.6.3 Kekuatan Asam dan basa

Kekuatan asam basa dinyatakan oleh tetapan kesetimbangannya, yakni tetapan ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb). Kekuatan asam basa ini ditentukan oleh banyak sedikitnya ion H+ dan OH1 yang dilepaskan tergantung nilai derajat ionisasi/disosiasi (α).

! " # $ %

HA (aq) ⇄ H+ (aq) + A1 (aq)

Tetapan ionisasi asam Ka dirumuskan sebagai berikut:

Ka =

Untuk asam kuat (α =1), hampir semua asam terurai menjadi ion1ionnya. Dengan demikian, nilai Ka sangat besar.

! " # %

(36)

Tetapan ionisasi basa Kb dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kb =

Untuk basa kuat dengan α = 1, hampir semua basa terurai menjadi ion1ionnya. Dengan demikian, nilai Kb sangat besar.

2.6.4 Konsep pH

Pada tahun 1909 ahli kimia bernama S. P. L. Sorenson mengusulkan suatu konsep pH yang menyatakan derajat keasaman larutan sebagai fungsi konsentrasi ion H untuk mempraktiskan penulisannya dengan rumus:

pH = 1 log [H ] Kw = [H ] OH

[image:36.595.130.493.498.593.2]

[H ] OH = 1,0 × 10 pKw = pH + pOH pH + pOH = 14

Tabel 2.2 Nilai Derajat Keasaman

Jenis Larutan Konsentrasi ion H+ Derajat keasaman, pH

Larutan asam [H ]> 1,0 × 10 M pH < 7 Larutan netral [H ]= 1,0 × 10 M pH = 7 Larutan basa [H ]< 1,0 × 10 M pH > 7

(37)
[image:37.595.119.479.112.443.2]

23

Tabel 2.3 Trayek Perubahan Warna dari Berbagai Indikator

Indikator Trayek perubahan warna Perubahan Warna

Metil hijau 0,2 – 1,8 Kuning – Biru

Timol hijau 1,2 – 2,8 Kuning – Biru

Metil jingga 3,2 – 4,4 Merah – Kuning

Metil merah 4,0 – 5,8 Tidak berwarna – Merah

Metil ungu 4,8 – 5,4 Ungu – Hijau

Bromkresol ungu 5,2 – 6,8 Kuning – Ungu

Bromotimol biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru

Lakmus 4,7 – 8,3 Merah – Biru

Kresol merah 7,0 – 8,8 Kuning – Merah

Timol biru 8,0 – 9,6 Kuning – Biru

Fenolftalein 8,2 1 10,0 Tidak berwarna – Merah jambu

Timolftalein 9,4 – 10,6 Tidak berwarna – Biru

Alizarin kuning R 10,3 – 12,0 Kuning – Merah

Klayton kuning 12,2 – 13,2 Kuning – Kuning gading

(38)

hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar. Gas1gas ini adalah Sox dan Nox dilepas ke udara sehingga menimbulkan polusi. Gas1gas tersebut juga larut dalam titik1titik air di awan sehingga membentuk larutan asam sulfat dan asam nitrat. Ketika terjadi hujan, larutan1larutan ini bercampur dan turun bersama hujan. Inilah yang dinamakan dengan hujan asam yang dapat merugikan manusia dan lingkungan. Berikut adalah dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam:

a. Hujan asam dapat menyebabkan matinya tumbuhan dan ikan. Asam yang terdapat dalam air hujan dapat bereaksi dengan mineral dalam tanah. Tumbuhan menjadi kekurangan mineral sehingga mati atau tidak tumbuh dengan baik. Hujan asam juga dapat melarutkan aluminium dari mineral dalam tanah dan bebatuan, kemudian menghanyutkannya ke sungai sehingga dapat meracuni ikan dan mahluk air lainnya.

b. Mobil, kapal laut, dan rangka bangunan akan lebih cepat berkarat jika terkena hujan asam dalam waktu yang lama karena bahan penyusun logamnya bereaksi dengan asam dari hujan asam yang bersifat korosif. c. Hujan asam juga dapat merusak bangunan (gedung/rumah) yang terbuat dari

(39)

25

2.7

Kerangka Berfikir

[image:39.595.128.483.176.539.2]

Penggambaran alur pemikiran dalam penelitian pengembangan instrumen penilaian keterampilan berfikir kritis ini dijelaskan melalui Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengembangan Instrumen Penilaian

Perumusan desain instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis

Implementasi desain instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis di SMA Negeri 1 Ambarawa

Analisis instrumen penilaian konvensional pada materi asam basa

Analisis kesulitan guru dalam menyusun instrumen penilaian berpikir kritis

Analisis tujuan pendidikan nasional dan orientasi pendidikan modern

Analisis kondisi sekolah, seperti lokasi, sarana dan prasarana

Analisis kondisi pembelajaran seperti penggunaan media, bahan ajar dan metode pembelajaran

Perumusan masalah tentang pengembangan instrumen penilaian

Revisi instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis Validasi pakar, ujicoba terbatas dan revisi desain instrumen penilaian

Instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis yang

disempurnakan dan teruji

(40)

26

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian

Desain penelitian dimulai dengan studi pendahuluan yang terbagi menjadi studi literatur dan studi lapangan, dilanjutkan dengan penyusunan pengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis dan uji coba instrumen. Berikut penjelasan desain penelitian yang akan dilakukan:

3.1.1 Pendefinisian

(41)

27

3.1.2 Desain

Desain meliputi perencanaan dan penyusunan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, menggunakan indikator menurut Ennis (1985). Setelah itu, diuji validasi isi dengan judgement validasi oleh pakar pendidikan, penilaian, dan kimia.

3.1.3 Pengembangan

Pengembangan meliputi uji coba instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan dua tahap yaitu uji coba skala terbatas dengan uji coba skala luas. Uji coba skala terbatas dilakukan pada 9 anggota ekstrakurikuler olimpiade kimia SMA Negeri 1 Ambarawa pada bulan Januari. Uji coba skala luas dilakukan pada 40 siswa kelas XI IPA 4.

3.1.4 Implementasi

(42)
[image:42.595.133.507.90.649.2]

Gambar 3.1 Desain Pengembangan Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Desaian awal instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis MASALAH (Hasil kajian pustaka dan studi) lapangan PERENCANA1 AN DAN PENYUSU1 NAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPI1 LAN BERPIKIR KRITIS UJI COBA DESAIN AWAL SKALA LUAS a. Implementasi instrumen penilaian

keterampilan berpikir kritis dari uji coba terbatas di SMA Negeri 1 Ambarawa

b. Evaluasi dan revisi instrumen penilaian

STUDI PENDAHULUAN

STUDI LAPANGAN a. Menganalisis instrumen penilaian

kimia konvensional di SMAN 1 Ambarawa

b. Mengkaji sarana prasarana sekolah, dan proses pembelajaran

STUDI LITERATUR a. Tujuan pendidikan nasional b. Teori tentang berpikir kritis c. Penelitian terdahulu yang

terkait

DESAIN AWAL a. Mengidentifikasi penilaian

konvensional dari materi asam basa b. Mengkaji materi asam basa c. Menentukan jenis penilaian dan

indikator keterampilan berpikir kritis d. Mengembangkan instrumen penilaian

keterampilan berpikir kritis

VALIDASI DESAIN Validasi desain ke pakar penelitian pendidikan, keterampilan berpikir kritis, dan kimia

SKALA TERBATAS a. Implementasi instrumen penilaian

keterampilan berpikir kritis dari validasi pakar di SMA Negeri 1 Ambarawa

b. Evaluasi dan revisi instrumen penilaian Desain instrumen yang telah diuji coba Revisi PENDEFINI9 SIAN DESAIN PENGEMBA9 NGAN IMPLEMENTASI

(43)

29

3.2

Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa1siswi kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ambarawa, tahun akademik 2013/2014. Alasan penulis memilih SMA Negeri 1 Ambarawa sebagai objek penelitian adalah untuk kemajuan berpikir tingkat tinggi bagi siswa siswinya, karena sebagaimana yang dipaparkan pada latar belakang penelitian adalah produk ini ditujukan bagi siswa kelas XI SMA yang sudah mempelajari materi asam basa. Yang mana siswa siswi SMA merupakan pembelajar yang tepat untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

3.3

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ambarawa. Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan terhitung sejak bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2014. Dalam waktu tersebut sudah mencakup penelitian dari tahap awal penelitian yaitu konsep pembuatan produk sampai dengan tahap akhir penelitian yaitu penulisan laporan.

Konsep rancangan dan produk serta penulisan laporan dilaksanakan dari bulan November sampai dengan bulan Maret 2014. Uji coba skala kecil, uji coba skala besar, dan implementasi produk beserta angket yang berupa kuesioner dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2014.

3.4

Pengambilan Data

(44)

dalam pengumpulan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah.

Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian sangat diperlukan karena data yang diambil oleh peneliti tidak hanya terfokus pada satu sumber sebagai acuan, namun terdiri dari beberapa sumber. Berdasarkan pertimbangan kebutuhan data yang harus diperoleh dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan informasi dan data dengan menggunakan cara yaitu:

3.4.1 Angket

Angket digunakan pada tahap pengembangan produk untuk mendapatkan data keterbacaan dan kepraktisan penggunaan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis. Pemberian angket dilakukan pada guru kimia, objek uji coba skala terbatas dan uji coba skala luas. Jenis angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup dengan 12 pertanyaan. Pemberian angket dilakukan pada akhir tahapan uji coba dan implementasi.

3.4.2 Studi Dokumentasi

(45)

31

3.4.3 Observasi Aktivitas Siswa

Observasi dilakukan pada tahap uji coba skala terbatas, skala luas dan tahap implementasi instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis. Tujuan observasi adalah memonitoring aktivitas siswa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan masing1masing 1 kali untuk uji coba skala terbatas dan uji coba skala luas, sedangkan untuk tahap implementasi observasi dilakukan sebanyak 3 kali. Instrumen yang digunakan dengan menggunakan lembar observasi skala. Observer yang digunakan melibatkan 3 orang pengmat yaitu mahasiswa kimia, guru kimia dan peneliti. Kerja dari masing1masing observer memberi cheklist pada lembar observasi skala apabila siswa melakukan aktivitas yang tertera pada lembar observasi tersebut.

3.4.4 Tes Esai Analisis dan Tes & $ '

Bentuk tes dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu tes esai analisis dan tes problem solving. Tes esai merupakan tes dengan pertanyaan terbuka yang digunakan untuk pengambilan data keterampilan berpikir kritis siswa. Tes ini dilakukan selama satu kali, yaitu setelah pembelajaran. Tes kedua yaitu tes

(46)

3.4.5 Validasi Pakar

Validasi pakar atau ahli ini dilakukan untuk menilai dan meningkatkan validitas isi dari instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, dan instrumen penelitian seperti angket, dan lembar observasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar validasi dengan menggunakan lembar skala penilaian. Pakar atau ahli yang dilibatkan dalam validasi ini adalah ahli penilaian, pendidikan dan kimia.

3.5

Analisis Data

Data penelitian yang terkumpul, kemudian diolah dengan pengkajian secara mendalam dengan melihat jenis data penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu: (a) analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif sesuai dengan hasil angket, dokumentasi, dan observasi. Pada uji coba terbatas dan uji coba luas analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif dalam rangka evaluasi terhadap desain materi untuk mengkaji kelemahan dan kekurangan sebagai bentuk revisi untuk memperbaiki desain materi dan mengkaji ketercapaian implementasi desain penilaian keterampilan berpikir kritis. (b) analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan instrumen penilaian terhadap hasil belajar dan respon positif dari siswa dan guru terhadap instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis.

(47)

33

Pengujian tersebut berupa validitas dan reliabilitas. Berikut dijelaskan pengujian mutu instrumen dan analisis data penelitian yang dilakukan.

3.5.1 Analisis Instrumen Penelitian

" # ( ) # & $ '

Instrumen tes esai analisis dan problem solving sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisis reliabilitas dan validitas. 3.5.1.1.1 Validitas Isi

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat1tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Suharsimi, 2002:144). Uji validitas yang dilakukan terbagi menjadi dua, yaitu validitas pakar dan validitas isi. Validasi pakar digunakan untuk menguji validitas logis atau isi dan konstruk. Tujuan validasi pakar adalah untuk menguji instrumen penilaian dalam hal kesesuaian antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator keterampilan berpikir kritis, taksonomi kognitif dan materi yang digunakan dengan soal. Selain itu juga divalidasi bahasa dan penulisan serta keterbacaan soal.

Validasi isi digunakan untuk menguji validitas isi, sehingga apabila didapatkan koefisien korelasi dengan kriteria cukup sampai sangat tinggi maka soal dapat dinyatakan mampu mengukur keterampilan berpikir kritis.

3.5.1.1.2 Reliabilitas Instrumen Penelitian

(48)

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi, 2002:254)

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha Cronbach (Suharsimi, 2002:171):

!

= [

(" )"

1 −

∑ '' ()

*)

dimana :

r11= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑ +,-= jumlah varians butir

+.-= varians total

[image:48.595.184.439.495.575.2]

Menurut Suharsimi (2007), interpretasi reliabilitasnya dapat ditentukan dengan melihat tabel 3.1.

Tabel 3.1. Interpretasi Reliabilitas Soal

Rentang Kriteria Realiabilitas 0,80 – 1,00

0,6 – 0,79 0,4 – 0,59 0,2 – 0,39 0,0 – 0,19

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah

" * $ )

(49)

35

3.5.1.2.1 Validitas

Uji validitas lembar angket dilakukan dengan menggunakan cara validitas isi. Uji validitas tersebut dilakukan oleh pakar untuk menganalisis hubungan antara indikator yang dicapai, aspek penilaian, serta rubrik penilaian dengan butir pertanyaan.

3.5.1.2.2 Reliabilitas

Analisis reliabilitas pada instrumen non tes lembar angket digunakan dengan rumus Alpha Cronbach. Teknik uji coba untuk instrumen nontes menggunakan satu kali pengujian yaitu pada akhir tahap uji coba baik skala terbatas maupun skala luas untuk angket. Angket dinyatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,70.

!

= [

"

(" )

1 −

∑ '()

'*)

dimana :

r11= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑ +,-= jumlah varians butir

+.-= varians total

Menurut Suharsimi (2007), interpretasi reliabilitasnya dapat ditentukan dengan melihat tabel 3.1.

Tabel 3.1. Interpretasi Reliabilitas Soal Rentang Kriteria Realiabilitas 0,80 – 1,00

0,6 – 0,79 0,4 – 0,59 0,2 – 0,39 0,0 – 0,19

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah

(50)

" " * $ ) ' +

Lembar aktivitas siswa sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisis validitas, berikut pemaparan analisisnya:

3.5.1.3.1 Validitas

Uji validitas lembar aktivitas berpikir siswa dilakukan dengan menggunakan cara validitas isi. Uji validitas tersebut dilakukan oleh pakar untuk menganalisis hubungan antara indikator yang dicapai, aspek penilaian, serta rubrik penilaian dengan butir pertanyaan.

3.5.1.3.2 Reliabilitas

Analisis reliabilitas pada instrumen non tes yaitu lembar aktivitas berpikir siswa, digunakan dengan rumus Alpha Cronbach. Teknik uji coba untuk instrumen nontes menggunakan satu kali dalam setiap materi untuk lembar aktivitas berpikir siswa. Lembar aktivitas berpikir siswa dinyatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,70.

!

=

/0 (" )/1/0 /1

dimana :

r11= reliabilitas instrumen

k = jumlah observer Vp = Varians person

Ve = Varians eror

(51)

37

Tabel 3.1. Interpretasi Reliabilitas Soal Rentang Kriteria Realiabilitas 0,80 – 1,00

0,6 – 0,79 0,4 – 0,59 0,2 – 0,39 0,0 – 0,19

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sangat Rendah

3.5.2 Analisis Data Penelitian

" , * $ ) - ' +

1) Mengkategorikan data dari lembar aktivitas berpikir siswa. 2) Memberi skor pada setiap lembar aktivitas berpikir siswa.

3) Menganalisis reason siswa dan guru tentang penerapan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis dengan melihat reliabilitasnya

!

=

/0 /1

/0 (" )/1

dimana :

r11= reliabilitas instrumen

k = jumlah observer Vp = Varians person

45= varians eror

" , )

1) Mengkategorikan data dari lembar aktivitas berpikir siswa dan angket. 2) Memberi skor pada setiap soal lembar aktivitas berpikir siswa dan lembar

angket.

(52)

!

= [

"

(" )

1 −

∑ '( ) '*)

dimana :

r11= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑ +,-= jumlah varians butir

+.-= varians total

[image:52.595.204.441.359.446.2]

Menurut Suharsimi (2007), interpretasi reliabilitasnya dapat ditentukan dengan melihat Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Interpretasi Reliabilitas Soal Rentang Kriteria Realiabilitas 0,80 – 1,00

0,6 – 0,79 0,4 – 0,59 0,2 – 0,39 0,0 – 0,19

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sangat Rendah

" " , # ( ) # & $ '

1) Mengkategorikan data dari tes esai analisis dan problem solving.

2) Memberi skor pada setiap butir soal dalam tes esai analisis dan tes problem

solving.

3) Menghitung reliabilitasnya, apabila Alpha Cronbach < 0,70, maka harus dilakukan revisi terlebih dahulu.

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha Cronbach (Suharsimi, 2002:171):

!

= [

"

(" )

1 −

∑ '()
(53)

39

dimana :

r11= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑ +,-= jumlah varians butir

+.-= varians total

[image:53.595.207.440.285.380.2]

Menurut Suharsimi (2007), interpretasi reliabilitasnya dapat ditentukan dengan melihat Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Interpretasi Reliabilitas Soal Rentang Kriteria Realiabilitas 0,80 – 1,00

0,6 – 0,79 0,4 – 0,59 0,2 – 0,39 0,0 – 0,19

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sangat Rendah

3.6 Keefektifan Instrumen

Berdasarkan kriteria keberhasilan pengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis dikatakan efektif apabila mampu mengukur rerata hasil belajar siswa, mengukur proporsi ketuntasan dan mengukur aktivitas siswa.

3.6.1 Rerata Hasil Belajar Materi Asam Basa

(54)

Jika kedua simpangan baku tidak sama tetapi populasi berdistribusi normal, hingga sekarang belum ada statistik yang dapat digunakan. Pendekatan yang cukup memuaskan adalah dengan menggunakan statistik t’ sebagai berikut: (Sudjana, 2005: 240)

t ‘=

67 6)

897) :7 9)

)

:)

(Sudjana, 2005: 241)

3.6.2 Proporsi Ketuntasan Siswa

Proporsi ketuntasan siswa, dihitung dengan membandingkan jumlah siswa yang tuntas dengan jumlah keseluruhan siswa dalam satu kelas. Proporsi ini untuk mengetahui banyaknya siswa yang tuntas. Dalam hal ini, proporsi ketuntasan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan proporsi ketuntasan instrumen penilaian yang biasa digunakan oleh guru kimia.

3.6.3 Aktivitas Siswa

(55)

41

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian Tahap Awal

Pada saat penelitian tahap awal didapatkan beberapa data kualitatif terkait dengan instrumen penelitian di SMA Negeri 1 Ambarawa diantaranya adalah sebagai berikut:

4.1.1 Jenis Instrumen Penilaian di SMA Negeri 1 Ambarawa

[image:55.595.135.517.380.690.2]

Instrumen atau soal yang digunakan oleh guru1guru di sekolah dapat dijelaskan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Jenis Instrumen di SMA Negeri 1 Ambarawa No Jenis Instrumen Jumlah Spesifikasi 1 Pilihan ganda

sederhana

15140 soal a. Mengukur aspek hafalan dan pemahaman

b. Menggunakan 4 distrakter

c. Beberapa soal sudah menggunakan aspek aplikasi dan kontekstual terlihat dari perintah soal diantaranya membandingkan, menganalisis gambar dan tabel d. Digunakan pada ujian semester. 2 Isian singkat 518 soal a. Mengukur aspek hafalan dan

pemahaman

b. Jawaban merupakan konsep singkat

c. Digunakan pada ulangan harian dan mid semester

3 Esai tertutup 215 soal a. Mengukur aspek hafalan dan pemahaman

b. Jawaban merupakan konsep sesuai referensi

(56)

Tabel 4.1 menjelaskan jenis instrumen penilaian yang digunakan guru kimia diantaranya adalah soal pilihan ganda dengan empat distraktor, isian singkat dan tes esai tertutup. Ranah kognitif Bloom yang dapat dilihat dari soal tersebut adalah tingkat C1, C2 pada setiap jenis soal dan C3 pada beberapa soal. Hal tersebut sesuai berdasarkan hasil studi dokumentasi di SMA Negeri 1 Ambarawa. Jenis instrumen pada materi asam basa adalah pilihan ganda sederhana, isian singkat dan esai tertutup, spesifkasi instrumen sama seperti yang tertera pada Tabel 4. 1

Keterampilan berpikir kritis membutuhkan keterampilan yang lebih dari hafalan, pemahaman dan aplikasi. Mengembangkan keterampilan berpikir dibutuhkan latihan atau mengerjakan instrumen yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dengan rutin.

4.1.2 Alasan Pengembangan Instrumen

(57)
[image:57.595.136.521.93.657.2]

43

Tabel 4.2 Data Alasan Pengembangan Instrumen Penilaian

Alasan

Pengembangan Studi Lapangan

Jenis instrumen penilaian di sekolah

Instrumen berupa tes pilihan ganda dengan 4 distrakter yang berjumlah 15140 soal, isian singkat dengan jumlah 518 soal dan esai tertutup dengan jumlah 315 soal. Aspek yang diukur hafalan dan pemahaman konsep. Data ini berdasarkan studi dokumentasi yang tercantum dalam Lampiran 1 Bagian 3 dan 4 Halaman 100. Sarana dan prasarana

sekolah

Berdasarkan observasi SMA Negeri 1 Ambarawa memiliki ruang kelas dengan media LCD, ICT, laboratorium, dan mini lab (Lampiran 1 Bagian 5 Halaman 103).

Proses pembelajaran kimia

Berdasarkan studi dokumentasi, kegiatan diskusi yang dilakukan di kelas kurang kondusif, pendekatan yang digunakan bersifat konseptual .

Alasan Pengembangan Studi Literatur

Kimia Ilmu tentang susunan, sifat dan reaksi suatu unsur atau zat ( KBBI).

Tujuan pendidikan nasional

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ( UU No. 20 Tahun 2003) Teori keterampilan

berpikir kritis

(58)

Berdasarkan Tabel 4.2 digambarkan alasan pengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, yaitu (1) Jenis instrumen penilaian sekolah yang belum melatih keterampilan berpikir kritis, (2) Kondisi sekolah yang meliputi sarana dan prasarana serta proses pembelajaran yang mendukung siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, (3) Data studi literatur menyebutkan kimia itu adalah ilmu tentang susunan, sifat dan reaksi suatu unsur atau zat (KBBI). Pengertian tersebut dengan bentuk penilaian, menggunakan ranah kognitif C11C2 belum sesuai dengan pengertian, (4) Pemerintah melalui tujuan pendidikan nasional, salah satunya menghasilkan generasi yang mandiri, cakap dan kritis, (5) Kajian teori tentang instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis untuk dikembangkannya instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis di SMA Negeri 1 Ambarawa.

4.2

Analisis Data Awal Penelitian

4.2.1 Analisis Soal Ulangan Harian yang Digunakan

(59)
[image:59.595.137.486.86.439.2]

45

Gambar 4.1 Soal Ulangan Harian Kimia Materi Asam Basa di SMA Negeri 1 Ambarawa

Analisis soal ulangan harian 1, dapat dijelaskan sebagai berikut: Ranah kognitif Bloom meliputi C1 – C3:

C1 : 1, 2 dan 7 C2 : 3, 4, 5 dan 6 C3 : 8

Reliabilitas ( α1 Cronbach ) = 0,671 Rata1rata (;̅) = 72

(60)
[image:60.595.135.508.110.636.2]

Proporsi Ketuntasan = 14 dari 40 siswa

(61)

47

Analisis soal ulangan tengah semester 2, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ranah kognitif Bloom meliputi C1 – C3: C1 : 1

C2 : 2 dan 5 C3 : 3, 4 dan 6

Reliabilitas ( α1 Cronbach ) = 0,58 Rata1rata (;̅) = 71,54

Nilai terendah = 38 Nilai tertinggi = 100

Proporsi Ketuntasan = 15 dari 40 siswa

4.2.2 Hasil Uji Syarat Parametrik

Pengujian normalitas dilakukan pada kelas implementasi yang digunakan. Uji normalitas menggunakan rumus Chi kuadrat (Sudjana, 2005: 147), hal itu dilakukan karena sampel yang digunakan lebih dari 30 siswa. Berikut data hasil normalitas dijelaskan pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Normalitas

Statistik Tes Esai

Analisis

Tes & $ '

Hasil Belajar

χ2 hitung 7,44 7,02 2,62

χ2 tabel 7,81 7,81 7,81

Keterangan Normal Normal Normal

(62)

kecil dari χ2 tabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 9 Bagian 3 dan 4 Halaman 193. Data yang telah berdistribusi normal dapat dilanjutkan pada perhitungan parametrik.

4.3

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan

Berpikir Kritis

Langkah1langkah pengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis adalah sebagai berikut:

4.3.1 Pendefinisian

Pendefinisian melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan yaitu meliputi studi lapangan dan studi literatur.

. " ' *

(63)

49

C11C3 saja, dari tahun ke tahun soal yang digunakan hampir sama dan tak ada perubahan yang berarti.

. " ' *

Studi literatur, setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptodate, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang dapat mengatasi masalah tersebut. (Sugiyono, 2010: 411). Pada studi literatur ini peneliti akan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional, teori tentang berpikir kritis, serta penelitian terdahulu yang terkait. Selain itu, peneliti juga mencari referensi mengenai kriteria pengembangan keterampilan berpikir kritis serta indikator1indikator keterampilan berpikir kritis. Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan yaitu menurut Ennis (1985) ada 11 indikator yang digunakan.

4.3.2 Desain produk

Desain produk ini diawali dengan langkah1langkah sebagai berikut:

. " / % 0 '

(64)

. " / '

Menyusun soal untuk mengembangkan instrumen penialaian yang mengacu pada keterampilan berpikir kritis. Ada dua model soal yaitu tes esai analisis (TEA) yang terdiri dari 8 soal uraian dan tes problem solving (TPS) terdiri dari 4 soal uraian. Pada lembar aktivitas siswa terdapat 10 aspek yang disusun berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis.

. " " / % 1 +

Menyusun kunci jawaban disertai penyekoran tiap nomor. Kunci jawaban dan penskoran disesuaikan dengan tiap nomor soalnya. Lembar aktivitas siswa setiap aspek memiliki skor tertinggi sama dengan 3.

. " . ,

Validasi desain, dilakukan oleh pakar penelitian pendidikan, pakar keterampilan berpikir kritis, pakar kimia, dan praktisis lapangan. Instrumen penilaian yang telah divalidasi oleh pakar dan dinyatakan valid, maka instrumen penilaian dapat diuji cobakan.

4.3.3 Pengembangan

Pengembangan terdiri atas beberapa tahapan, diantaranya yaitu:

. " " # & 2

(65)

51

dikatakan reliabel apabila memiliki Alpha Croncach ≥ 0,70, sehingga instrumen penilaian dapat digunakan pada tahap uji coba skala terbatas.

. " " 2 ' #

Uji coba skala terbatas, bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai instrumen penilaian yang telah dikembangkan. Uji coba skala terbatas ini dilakukan pada siswa kelas XI kelompok ekstrakurikuler olimpiade sebanyak 9 siswa, dan diperoleh reliabilitas sebesar 0,734 untuk TEA, 0,817 untuk TPS dan 0,88 untuk reliabilitas lembar aktivitas siswa. Pada uji coba skala terbatas ini, terdapat revisi pada soal tes esai analisis, yaitu bagian soal yang kurang lengkap dan kata1kata yang masih janggal.

. " " " 2 ' *

Uji coba skala luas dilakukan di kelas XI IPA 4 dengan jumlah 40 siswa. Pada uji coba skala luas reliabilitas untuk TEA adalah sebesar 0,858, TPS sebesar 0,863, dan lembar aktivitas siswa memiliki reliabilitas sebesar 0,925. Pada tahap uji coba skala luas terdapat revisi soal problem solving pada nomor 4.

4.3.4 Implementasi

(66)

lama dengan yang dikembangkan. Indikatornya efektivitas instrumen penilaian yang dikembangkan yaitu dapat mengukur rerata nilai, mengukur proporsi ketuntasan, dan dapat mengukur aktivitas siswa yang berkenaan dengan keterampilan berpikir kritis.

4.3.5 Produk Jadi

Setelah dilakukan implementasi, diuji keefektifan, efisien dan sudah direvisi, maka produk siap untuk diproduksi massal dan dipublikasikan.

4.4

Hasil Penelitian Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan dimulai setelah ditemukan kebutuhan untuk mengembangkan jenis instrumen yang melatih keterampilan berpikir kritis. Berikut penjelasan produk yang dikembangkan dengan tahap pengembangan beserta hasilnya.

4.4.1 Hasil Pengembangan Instrumen

Instrumen penilaian yang dikembangkan adalah instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis yang dibatasi pada tes esai analisis dan tes problem

solving dengan mengacu pada indikator Ennis (1985).

Indikator keterampilan berpiki kritis menurut Ennis (1985) yang dikembangkan meliputi:

A1. Memfokuskan Pertanyaan

A2. Bertanya dan Menjawab Pertanyaan A3. Mengidentifikasi Asumsi – asumsi A4. Menganalisis Argumen

(67)

53

A6. Mempertimbangkan Sumber Apakah Dapat Dipercaya atau Tidak A7. Membuat dan Menentukan Hasil Pertimbangan

A8. Mengobservasi dan Mempertimbangkan Laporan Observasi A9. Menentukan Suatu Tindakan

A10. Menginduksi dan Mempertimbangkan Hasil Induksi A11. Berinteraksi dengan Orang Lain

Indikator mata pelajaran Kimia pada kurikulum KTSP diberi kode “B” yang meliputi:

B1. Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Arrhenius

B2. Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator B3. Menjelaskan pengertian asam basa menurut Bronsted1Lowry

B4. Menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa konjugasinya

B5. Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Lewis

B6. Menghitung pH larutan asam atau basa yang diketahui konsentrasinya B7. Menjelaskan pengertian kekuatan asam dan menyimpulkan hasil

pengukuran pH dari beberapa larutan asam dan basa yang konsentrasinya sama

B8. Menghubungkan kekuatan asam atau basa dengan derajat pengion (>) dan tetapan asam (Ka) atau tetapan basa (Kb)

(68)

B10. Memperkirakan pH suatu larutan elektrolit yang tidak dikenal berdasarkan hasil pengamatan trayek perubahan warna berbagai indikator asam dan basa

B11. Menjelaskan penggunaan konsep pH dalam lingkungan

Spesifikasi instrumen penilaian tes esai analisis dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

a. Instrumen mengacu pada indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985).

b. Tujuan penilaian untuk mengukur berpikir kritis. c. Waktu pengerjaan 55 menit.

d. Menggunakan taksonomi kognitif dari C3 sampai C7. e. Soal merupakan tes esai terbuka

f. Soal dikerjakan mandiri dan close book.

(69)

Gambar

Tabel 2.2 Nilai Derajat Keasaman
Tabel 2.3 Trayek Perubahan Warna dari Berbagai Indikator
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengembangan Instrumen Penilaian
Gambar 3.1 Desain Pengembangan Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi peserta pelatihan dapat membagi pengetahuanpengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan kepada teman-teman remaja puteri yang lain yang belum

Hal ini disebabkan oleh gangguan yang berupa noise dimana jumlah pengguna pada pagi hari lebih banyak dari siang hari yang menyebabkan nilai QoS berbeda.

signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang di lihat dari rasio Debt to Equity. Ratio dan Debt to Total Asset Ratio , hal itu menunjukkan bahwa

Pengaruh gaya gravitasi Kota Surakarta terjadi didaerah yang berdekatan langsung dengan wilayah Surakarta yaitu Desa Gadingan, Desa Laban, Desa Wirun (berbatasan langsung

itu,menurut beliau sebaiknya sanksi pidana itu dikaji kembali atau diganti dengan sanksi administrasi karena pada intinya tujuan adanya Peraturan Daerah tersebut

Pada motor bakar, proses pembakaran merupakan reaksi kimia yang berlangsung sangat cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang menimbulkan panas, sehingga mengakibatkan

Sahabat MQ/ Mantan ketua MPR di era reformasi/ Amien Rais meminta/ agar para penegak hukum di republik ini/ tidak mengenakan &#34;topeng&#34; dalam menyelesaikan perseteruan Komisi

RANCANG BANGUN PENGEREMAN DINAMIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA DENGAN PENGATURAN ARUS DC DAN OUTPUT ROTOR.. Diajukan untuk memenuhi persyaratan Menyelesaikan pendidikan sarjana