• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

AZIZAINI LATHIFAH F 100 120 009

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH HALAMAN

oleh :

AZIZAINI LATHIFAH F 100 120 009

Telah disetujui untuk dipertahankan

Di depan Dewan Penguji oleh :

Dosen Pembimbing

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Oleh:

AZIZAINI LATHIFAH F 100 120 009

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa, 10 Februari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Soleh Amini, M.Si, Psi (……..……..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Drs. Mohammad Amir, M.Si, Psi (………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Rini Lestari, S.Psi, M.Si (……….)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 31 Januari 2017

Penulis

(5)

1

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Abstrak

Orientasi masa depan adalah gambaran seorang individu memandang dirinya sendiri di masa mendatang, gambaran tersebut meliputi tujuan, harapan, serta bagaimaan cara mencapai tujuan tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan adalah teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan pada mahasiswa, tingkat orientasi masa depan dan sumbangan efektif dari interaksi teman sebaya terhadap orientasi masa depan. Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian ini. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir di seluruh fakultas Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjumlah 120 mahasiswa. Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,625 dengan signifikansi (p) = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa semester akhir. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel orientasi masa depan pada subjek penelitian tergolong tinggi, dan variabel interaksi teman sebaya subjek penelitian tergolong tinggi. Sumbangan efektif dari interaksi teman sebaya sebesar 39,06% terhadap orientasi masa depan.

Kata kunci: orientasi masa depan, interaksi teman sebaya, mahasiswa semester akhir

Abstract

Future orientation is a description of individual who sees himself in the future, it includes aims, expectations, and how to achieve that goal. One of the factors that affect the future orientation is peers. This study aims to determine the relationship between peer interaction with future-oriented, the level of future orientation and effective contribution from the interaction of peers to the orientation of the future. Researchers used quantitative methods to achieve the objectives of this research. The subjects were the final semester students in Muhammadiyah University of Surakarta totaling 120 students. The results showed a correlation coefficient (r) of 0.625 with significance (p) = 0.000 (p <0.01). This indicated a significant positive correlation between peer interaction with future-oriented to the final semester students. The future orientation of research subjects is high, peer interaction research subject is high. Effective contribution from peer interaction by 39.06% against future orientation.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Dunia kerja pada tahun 2016 terdapat persaingan ketat dalam memperoleh

pekerjaan. Hal ini dikarenakan lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah

peningkatan pencari kerja setiap tahunnya yang berasal dari lulusan seluruh

Universitas di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat jumlah

pengangguran sarjana atau lulusan Universitas pada febuari 2016 mencapai

695.304 ribu orang atau 6,22 persen dari total pengangguran yang mencapai 7,02

juta orang (BPS, 2016). Mahasiswa semester akhir merupakan calon lulusan yang

kemudian akan melanjutkan masa depan ke dunia kerja, sebab pada umumnya

mahasiswa semester akhir mulai berpikir tentang masa depannya mengenai

pekerjaaan di bidang sesuatu setelah lulus dari perkuliahan. Calon sarjana

diharapkan memiliki kemampuan sesuai dengan bidangnya, menghayati kode etik

keilmuan, mampu mengembangkan pengetahuan serta memiliki wawasan yang

luas dengan harapan mereka dapat bersaing dengan mahasiswa lain di dunia kerja

(Agusta, 2015).

Berdasarkan tahapan perkembangannya, mahasiswa yang sedang

menempuh pendidikan semester akhir dapat digolongkan pada usia dewasa muda

(Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Menurut Dariyo (dalam Gloria, 2014) masa

dewasa muda ditandai dengan adanya keinginan untuk mengaktualisasikan segala

bentuk ide dan pemikiran yang diperoleh selama menjalankan pembelajaran di

pendidikan tinggi ataupun di lembaga akademi untuk persiapan masa depannya.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Schaie dan Wills (Papalia, Old, &

Feldman, 2009) bahwa pada masa dewasa muda, individu menggunakan

pengetahuan yang diketahui untuk mengejar tujuan di masa depan, seperti karir

dan keluarga.

Menurut Rice & Dolgin (2008), masa dewasa muda memiliki tugas-tugas

perkembangan yang berhubungan dengan masa depan terutama dalam hal karir,

pendidikan, dan pernikahan atau pembentukan keluarga. Orang dewasa muda

diharapkan dapat memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua, dan

pencari nafkah dan juga mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan

(7)

3

merupakan periode penting di mana keputusan mengenai pendidikan dan karir

harus dibuat. Namun pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa semester akhir

sudah mempunyai pemikiran dan perencanaan yang jelas untuk kehidupannya di

masa depan, misalnya mengenai bidang pendidikan atau karir yang akan

ditekuninya (Marliani, 2013).

Nurmi (dalam McCabe & Bernett, 2000) menyatakan bahwa orientasi

masa depan merupakan gambaran mengenai masa depan yang terbentuk dari

sekumpulan skemata, atau sikap dan asumsi dari pengalaman masa lalu, yang

berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk membentuk harapan

mengenai masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna

pribadi pada kejadian di masa depan. Orientasi masa depan juga dipengaruhi oleh

faktor lingkungan serta bagaimana perilaku dari orangtua mereka (Mcloyd, 2013).

Marliani (2013) mengemukakan bahwa berdasarkan studi pendahuluan

melalui wawancara kepada 8 orang mahasiswa tingkat akhir di Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, diketahui bahwa 3 orang (37,5%)

diantaranya mengindikasikan mereka sudah mempunyai pemikiran dan

perencanaan yang jelas berkaitan dengan pekerjaannya di masa depan.

Perencanaan tersebut antara lain sudah mempunyai pilihan instansi yang ingin

dimasukinya beserta tujuan yang ingin dicapainya dengan memasuki instansi

tersebut, kemudian mempunyai alternatif pekerjaan jika mereka gagal dalam satu

pilihan. Selain itu, agar rencana pekerjaannya tersebut bisa terwujud, mahasiswa

tersebut mencari informasi mengenai pekerjaan yang diminati kepada dosen,

keluarga, alumni bahkan melalui internet. Sedangkan sebanyak 5 orang (62, 5%)

dari 8 mahasiswa yang menjadi responden dalam studi pendahuluan, mereka

mengindikasikan belum mempunyai pemikiran dan perencanaan yang jelas

berkaitan dengan pekerjaannya di masa depan. Dalam hal ini mahasiswa belum

mempunyai pilihan pekerjaan yang ingin dimasukinya nanti, serta masih bingung

menentukan jenis pekerjaan yang akan dipilih karena mahasiswa tersebut belum

mempunyai informasi yang cukup banyak mengenai jenis pekerjaan yang sesuai

(8)

4

Mouw (Papalia, Old, & Feldman, 2009) menyatakan dalam suatu

penelitian longitudinal secara nasional terhadap 5.646 orang dewasa awal,

sebanyak 77 persen dari laki-laki dan 82 persen perempuan telah menyelesaikan

pendidikan mereka pada usia 22 tahun, tetapi sebanyak 15 persen dari laki-laki

dan 22 persen perempuan melanjutkan kembali pendidikan mereka. Di akhir usia

20-an, sebanyak 75 persen laki-laki dan perempuan telah bekerja penuh waktu,

tetapi 16 persen kembali ke rumah dimana mereka menghabiskan masa kecilnya

sebelum berusia 35 tahun. Wallace (dalam Trommsdorf, 1983) menyebutkan

bahwa seseorang yang memiliki orientasi masa depan yang tersturktur maka

individu tersebut memiliki karakteristik kepribadian yang baik.

Dalam menghadapi tantangan dunia kerja berikutnya, mahasiswa

membutuhkan komponen-komponen yang mendukung. Pada usia ini kebutuhan

fisiologis dan kasih sayang orangtua akan di kesampingkan dan digantikan oleh

kebutuhan akan kehadiran teman sebaya. Dengan adanya kehadiran

teman-teman sebaya, mahasiswa merasa dihargai dan dapat diterima oleh lingkungannya.

Santrock (2003) mendefinisikan teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau

remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang

memiliki peran penting dalam kehidupan remaja. Buhrmester, dkk (Papalia, Old,

Feldman, 2009) menyebutkan bahwa kelompok teman sebaya adalah suatu

sumber dari afeksi, simpati, pemahaman dan panduan moral. Berdasarkan uraian

di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan

antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada

mahasiswa semester akhir.

2. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif

dengan menggunakan skala interaksi teman sebaya dan skala orientasi masa

depan. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir seluruh

Fakultas Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjumlah 120 mahasiswa.

Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yakni uji validitas

dengan melakukan proffesional judgement dan dihitung menggunakan rumus

(9)

5

uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas, serta uji hipotesis

menggunakan korelasi product moment.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan teknik analisis

korelasi product moment dari Pearson dengan koefisien korelasi sebesar 0,625

dengan signifikansi (p) = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa

depan bidang pekerjaan pada mahasiswa semester akhir. Artinya semakin tinggi

interaksi dengan teman sebaya, maka akan semakin tinggi orientasi masa depan

bidang pekerjaan. Sebaliknya, semakin rendah interaksi teman sebaya maka

semakin rendah gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa

semester akhir.

Menurut Nurmi, (1991) Banyak faktor yang mempengaruhi orientasi masa

depan, salah satunya adalah faktor kontekstual yaitu teman sebaya. Teman sebaya

dapat mempengaruhi orientasi masa depan dengan cara bervariasi. Teman sebaya

berarti teman sepermainan dengan jenjang usia yang sama, dimana teman sebaya

dapat saling bertukar pemikiran serta informasi. Kelompok teman sebaya juga

memberikan kesempatan bagi individu untuk membandingkan tingkah lakunya

dengan teman yang lain. Partowisastro (1983) menjelaskan aspek-aspek yang

terdapat pada interaksi teman sebaya menurut yaitu : (1) keterbukaan individu,

sejauh mana individu memiliki sikap terbuka terhadap kelompok dan penerimaan

individu dalam kelompoknya (2) kerjasama individu, keterlibatan individu dalam

kegiatan kelompoknya dan mau memberikan ide bagi kemajuan kelompoknya

serta saling berbicara dalam hubungan yang erat (3) frekuensi hubungan individu,

intensitas individu dalam bertemu dengan anggota kelompok dan saling berbicara

dalam hubungan yang dekat. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi

orientasi masa depan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi konsep diri dan

perkembangan kognitif. Sedangkan faktor kontekstual meliputi jenis kelamin,

(10)

6

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Marliani (2013) mengenai

religiusitas dan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa tingkat

akhir sebanyak 63 responden, didapatkan hasil bahwa terdapat 52,4% (33 orang)

memiliki orientasi masa depan yang jelas dan 47,6% (30 orang) memiliki orientasi

yang belum jelas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Triana (2013) mengenai

orientasi masa depan dan prokrastinasi pada mahasiswa di dapatkan hasil bahwa

37 orang (33,3%) orientasi masa depan mahasiswa tergolong sedang. Sedangkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Gloria (2014) self efficacy dengan orientasi

masa depan pada mahasiswa semester akhir didapatkan hasil bahwa 64% subjek

memiliki gambaran orientasi masa depan yang cukup jelas

Berdasarkan kategorisasi diketahui variabel orientasi masa depan memiliki

rerata empirik (RE) sebesar 156,43 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 130.

Diketahui bahwa terdapat 16,67% (20 orang) subjek memiliki orientasi masa

depan yang tergolong sedang, 75,83% (91 orang) memiliki orientasi masa depan

tinggi, dan 7,5% (9 orang) memiliki orientasi masa depan sangat tinggi. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan dalam penelitian ini tergolong

tinggi. Sedangkan variabel interaksi teman sebaya memiliki rerata empirik (RE)

sebesar 121,17 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 95. Diketahui bahwa terdapat

7,5% (9 orang) memiliki interaksi teman sebaya dalam kategori sedang, 75% (90

orang) memiliki interaksi teman sebaya dalam kategori tinggi, dan 17,5% (21

orang) memiliki interkasi teman sebaya dalam kategori sangat tinggi. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya dalam peneitian ini tergolong

tinggi. Sumbangan efektifitas interaksi teman sebaya terhadap orientasi masa

depan sebesar 39,06%, Hal ini berarti masih terdapat 60,4% variabel lain yang

mempengaruhi orientasi masa depan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan, maka

(11)

7

antara interaksi teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan.

Tingkat interaksi teman sebaya dalam penelitian ini tergolong tinggi. Tingkat

orientasi masa depan bidang pekerjaan dalam penelitian ini tergolong tinggi.

Sumbangan efektifitas interaksi teman sebaya terhadap orientasi masa depan

sebesar 39,06%. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi orientasi masa depan

yaitu sebesar 60,4% seperti usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, hubungan

dengan orangtua dan faktor internal individu.

Dari kesimpulan di atas penulis dapat memberikan saran, Bagi subjek

khususnya mahasiswa semester akhir, peneliti menyarankan untuk mampu

mempertahankan dan meningkatkan interaksi dengan teman sebaya baik di

lingkungan kampus maupun lingkungan sekitarnya supaya dapat saling bertukar

pikiran serta berbagi informasi-informasi seputar pekerjaan. Bagi peneliti

selanjutnya, disarankan untuk mencari variabel lain yang diduga berhubungan

dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan, sehingga dapat memperkaya

referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Y. N. (2015). Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dan Daya Juang Terhadap Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Journal psikologi , 3 (1), 369-381

Badan Pusat Statistik (BPS). Diunduh dari http://www.bps.go.id/ diakses pada tanggal 21 September 2016

Gloria A. Tangkeallo, R. P. (2014). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Orientasi Masa Depan. Jurnal Psikologi , 10 (1), 25-32.

Marliani, R. (2013). Hubungan antara religiusitas dengan orientasi masa depan . Jurnal psikologi. 9 (2), 130-137

McCabe, Kristen M & Douglas Barnett. (2000). First come work, then comes marriage future orientation among African American young adolescents. Family Relations, 49, (1), 63-70

(12)

8

Nurmi, J.E. (1991). How do adolescents see their future? A review of the development of future orientation and planning. University of Helsinski. Academic Press, Inc.

Papalia, D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. (2009). Human Development Perkembangan manusia. Jakarta : Salemba humanika

Partowisastro. 1983. Dinamika Psikologi Sosial. Jakarta : Binarupa

Rice, F.P. & Dolgin, K.G. (2008). The adolescent development, relationships, and culture. (12 th ed.). United States of America: Pearson International Edition.

Santrock, J.W. (2003). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Triana, K. A. (2013). Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dengan Prokastinasi Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIPOL). eJournal Psikologi , 1(3), 280-291..

Referensi

Dokumen terkait

ion logam Cd, Cu dan Cr dapat disimpulkan bahwa serbuk gergaji setelah proses regenerasi dapat dimanfaatkan kembali sebagai penyerap ion logam

Our data (Table 2) showed that water fraction, butanol and ethyl acetate fraction of velvet bean seeds decreased platelet aggregation (as an antiplatelet activity) probably due

Untuk memperoleh keunggulan daya saing secara global, puskesmas dituntut mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dengan harga yang wajar bersaing dimana tujuan utama

tion of the propom=id mills toge ther with an ·estima te of. expenditures over· the cons truct ion

9 DEVY PERMANA PUTRA L Menjelaskan konsep berpikir sinkronik dan diakronik; Menjelaskan asal - usul kata sejarah; Memahami stilah pra aksara; Memahami zaman sebelum

Begitu juga kepuasan kerja terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap sikap karyawan pada perubahan organisasi dengan komitmen organisasional sebagai variabel

bimbingan kepada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik.. Terimakasih telah mengajarkan penulis untuk menjadi seorang

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan senam otak yang dilakukan secara rutin dengan kombinasi gerakan tertentu dan didahului langkah PACE efektif untuk