• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Anggota Komunitas Dare for Youth di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Anggota Komunitas Dare for Youth di Bandung."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada 40 siswa SMP anggota komunitas DARE for Youth di Bandung, yang selanjutnya disebut responden.

Kuesioner dukungan sosial teman sebaya disusun oleh Novella (2010) yang telah dimodifikasi berdasarkan teori Dukungan Sosial (House, 1981 dalam Vaux, 1988), dengan nilai validitas berkisar antara 0,343-0,758 dan reliabilitas 0,794. Kuesioner orientasi masa depan bidang pendidikan disusun oleh Cindy Maria (2008) yang telah dimodifikasi sesuai teori Orientasi Masa Depan (Nurmi, 1989), dengan nilai validitas berkisar antara 0,342-0,616, dan reliabilitas 0.694.

Hasil penelitian ini diolah menggunakan uji korelasi Rank Spearman, dengan kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan (0,422) antara dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada responden. Jenis dukungan sosial teman sebaya yang memiliki hubungan paling kuat adalah dukungan emosional (0,488).

(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The purpose of this research is to get information about the correlation of peers social support to future education orientation of junior high school students at DARE for Youth community in Bandung, hereinafter referred to as respondents.

There are 40 members that participated in this research that uses purposive technique sampling. The peers social support questionnaire arranged by Novella (2010) and has been modified by researcher based on Social Support Theory (House, 1981 in Vaux, 1988). The future education orientation questionnaire arranged by Cindy Maria (2008) and has been modified by researcher based on The Future Orientation Theory (Nurmi, 1989). Based on validity and reliability test, the validity for the peers social support questionnaire is 0.343-0.758, and reliability 0.794. And the validity for the future education orientation questionnaire is 0.342-0.616, and reliability is 0.694.

The result of this research are processed with Rank Spearman correlation test, with the conclusion that peers social support has a significant correlation with future education orientation respondents (42.2%). The most influences types of peers social support in respondents is emotional support (48.8%).

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 11

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1. Maksud Penelitian ... 11

1.3.2. Tujuan Penelitian... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 11

(4)

x Universitas Kristen Maranatha

1.5. Kerangka Pikir ... 12

1.6. Asumsi Penelitian ... 21

1.7. Hipotesis Penelitian ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dukungan Sosial ... 22

2.1.1. Definisi Dukungan ... 22

2.1.2. Jenis-jenis Dukungan Sosial... 24

2.1.3. Sumber Dukungan ... 25

2.1.4. Fungsi Dukungan Sosial... 26

2.1.5. Pengaruh Personal dan Kontekstualdalam Proses Dukungan .. 27

2.1.6. Perubahan Perkembangan dalam Dukungan Sosial ... 29

2.2. Orientasi Masa Depan... 31

2.2.1. Pengertian Orientasi Masa Depan ... 31

2.2.2. Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan ... 32

2.2.3. Ciri-Ciri Orientasi Masa Depan ... 37

2.2.4. Orientasi Masa Depan sebagai Suatu Sistem ... 38

2.2.6. Kehidupan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 39

2.2.7. Orientasi Masa Depan pada Remaja ... 40

2.3. Remaja ... 43

2.3.1. Pengertian Remaja... 43

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

2.3.3. Peran Perkembangan, Orang Tua, Kawan Sebaya dan

Pendidikan ... 46

2.3.4. Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Piaget... 46

2.3.5. Perkembangan Sosio-emosional Remaja ... 48

2.3.6. Teori Perkembangan Karir ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian... 50

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 50

3.2.1. Variabel Penelitian ... 50

3.2.2. Definisi Operasional ... 51

3.2.2.1. Dukungan Sosial ... 51

3.2.2.2. Orientasi Masa Depan ... 52

3.3. Alat Ukur ... 52

3.3.1. Kuesioner Dukungan Sosial ... 52

3.3.2. Kuesioner Orientasi Masa Depan ... 55

3.4. Validitas dan Reliabilitas ... 60

3.4.1. Validitas Alat Ukur ... 60

3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur... 60

3.5. Populasi dan Teknik Sampling ... 61

3.5.1. Populasi Sasaran ... 61

3.5.2. Karakteristik Populasi ... 62

(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

3.6. Teknik Analisis Data ... 62

3.7. Hipotesis Uji Statistik ... 63

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Gambaran Responden ... 64

4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 65

4.2. Hasil Penelitian ... 65

4.2.1. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 65

4.2.2. Hubungan antara Tipe Dukungan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 66

4.3. Pembahasan ... 67

4.4. Diskusi ... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 73

5.2.1. Saran Teoritis ... 73

(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA ... 74

DAFTAR RUJUKAN ... 75

(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pikir ... 20

Bagan 2.1. Skema Tahapan Orientasi Masa Depan ... 37

(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur Dukungan Sosial ... 53

Tabel 3.2. Penilaian Jawaban Kuesioner Dukungan Sosial ... 54

Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Kuesioner Dukungan Sosial ... 55

Tabel 3.4. Kisi-kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan ... 56

Tabel 3.5. Penilaian Jawaban Kuesioner Orientasi Masa Depan ... 58

Tabel 3.6 .Kriteria Penilaian Kuesioner Orientasi Masa Depan ... 59

Tabel 3.7. Kriteria Validitas ... 60

Tabel 3.8. Kriteria Reliabilitas ... 61

Tabel 3.9. Kriteria Korelasi ... 62

Tabel 4.1. Gambaran Jenis Kelamin Responden ... 64

Tabel 4.2. Gambaran Jenjang Pendidikan Responden ... 65

Tabel 4.3. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 65

(10)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Alat Ukur Dukungan Sosial dan Orientasi Masa Depan

Lampiran II : Kisi-kisi Alat Ukur

Lampiran III : Hasil Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran IV : Data Mentah

Lampiran V : Hasil Uji Statistik

(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan remaja sering kali menjadi perhatian banyak pihak karena keunikan

masa remaja itu sendiri. Banyak buku, majalah, artikel dan lain sebagainya yang

membahas mengenai kehidupan remaja, baik mengenai hal yang positif maupun negatif.

Peranan lingkungan terhadap perkembangan remaja, prestasi remaja, kenakalan remaja,

testimoni remaja mengenai kehidupannya saat ini, trend yang berkembang pada remaja

masa kini, hal-hal yang menjadi perhatian remaja, dan lain sebagainya merupakan hal

yang selalu muncul dalam pembahasan mengenai remaja.

Saat ini ketika seseorang mendengar istilah remaja, yang seringkali terbayang

adalah sosok anak-anak muda yang berhura-hura di kafe, diskotik atau pun tempat

hiburan lainnya atau mungkin sosok anak muda yang asyik berpacaran, bermain musik

atau berlenggak-lenggok ala foto model.Tidak jarang juga istilah remaja ini dikaitkan

dengan berbagai bentuk ekspresi negatif, seperti seks bebas, narkoba, atau berbagai

bentuk kriminalitas lainnya. Berdasarkan hasil survey data BKKBN tahun 2008,

sebanyak 57% remaja di kota Bandung antara usia 15-24 tahun sudah pernah melakukan

hubungan suami istri diluar nikah (fokusjabar.com)

Tidak semua remaja memiliki kehidupan yang seperti disebutkan di atas. Banyak

juga remaja Indonesia yang memiliki prestasi berkelas internasional, seperti Joey

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha

penghargaan Grammy untuk kategori Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz

Instrumental Album (www.bbc.com); Lilyana Natsir dan Tontowi Ahmad, pebulu

tangkis ganda campuran kebanggaan Indonesia yang telah beberapa kali mengharumkan

Indonesia di mata dunia (www.liputan6.com); Andre Surya, sang animator film

Transformer 3D (www.geotimes.co.id), dan lain sebagainya.

Peranan orang tua tentu memberikan dampak bagi kehidupan remaja. Dukungan

materi maupun non-materi yang diberikan oleh orang tua memiliki peran dalam prestasi

yang diraih remaja.Selain peranan orang tua, teman sebaya juga tidak dapat terlepas dari

peranan remaja.Berdasarkan penelitian yang dilakukan Condry, Simon dan

Bronfenbrenner (dalam Santrock 2012) diketahui bahwa remaja meluangkan waktunya

dua kali lebih banyak untuk berkumpul bersama teman sebaya dibandingkan bersama

orang tuanya. Sebuah survey yang dilakukan terhadap 512 responden remaja pada bulan

Februari 2010 oleh Consumer Survey Indonesia (CSI) mengenai perilaku para

pengunjung mall, didapatkan beberapa data menarik, diantaranya rata-rata frekuensi

kunjungan remaja ke mall adalah 6,5 hari sekali dan menghabiskan waktu sekitar 3,5

jam per kunjungan. Temuan lainnya yang cukup menarik adalah sebanyak 51%

responden mengunjungi mall bersama dengan temannya dan 39% dengan keluarganya

(http://swa.co.id).

Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima dalam

kelompok teman sebayanya. Melalui kelompok teman sebaya, remaja mendapatkan

informasi mengenai dunia di luar keluarganya, memperoleh umpan balik mengenai

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha

jika dibandingkan dengan remaja lainnya. Selain itu, lingkungan teman sebaya

memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh remaja,

karena remaja memiliki kebutuhan yang besar untuk mendapatkan dukungan, rasa aman

dan petunjuk, yang lebih mudah mereka peroleh dari antara mereka yang menjalani

masa transisi yang sama (Lerner & Hultch, dalam Santrock, 2012).

Hubungan antara remaja dengan kelompok teman sebayanya, yang secara

disadari memberi manfaat pemenuhan kebutuhan remaja merupakan dukungan sosial

teman sebaya.Shumaker dan Brownell (1984, dalam Vaux, 1988) menggambarkan

bahwa dukungan adalah suatu pertukaran sumber daya antara sedikitnya dua individu,

dan hal ini dirasakan oleh kedua belah pihak yang diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan penerima dukungan. House (1981, dalam Vaux, 1988) mengemukakan

empat bentuk dukungan sosial, yaitu dukungan emosional, seperti mengungkapkan

empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan; dukungan

instrumental yaitu tingkah laku yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan orang lain

yang sifatnya materi, maupun jasa; dukungan informasi, mencakup pemberian sugesti,

nasehat, petunjuk, dan saran; serta dukungan appraisal seperti memberikan pujian untuk

meningkatkan penghargaan diri orang tersebut.

Keempat bentuk dukungan sosial yang diberikan teman sebaya kepada remaja

akan memengaruhi remaja dalam mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri,

serta lebih menerima dan menghargai dirinya. Menurut O’Brien (1990, dalam Santrock,

2003), teman sebaya adalah sumber dukungan yang menyeluruh bagi remaja, kemudian

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha

daripada saudara kandung, dan juga daripada kedua orang tua, kecuali dalam hal

dukungan keuangan dan nilai-nilai pribadi.

Peranan teman sebaya tidak dapat terlepas dari dampak positif maupun negatif

yang mungkin muncul dalam perilaku remaja. Apabila lingkungan teman sebaya

memfasilitasi atau memberikan peluang secara positif, maka remaja akan mencapai

perkembangan sosial secara matang. Sebaliknya, apabila lingkungan teman sebaya

memberikan peluang secara negatif terhadap remaja, maka perkembangan sosial remaja

akan terhambat (Irawati, Devy 2002, dalam www.hasmansulawesi01.blogspot.co.id).

Oleh karena itu, memilih teman dirasa penting karena pergaulan dengan teman sebaya

akan menentukan masa depan dan sikap remaja.

Untuk memperlengkapi diri di masa depannya, remaja tidak hanya memiliki

tugas untuk memilih teman dan membina relasi yang positif dengan orang lain, namun

remaja juga memiliki tugas untuk mulai memikirkan rencana masa depannya.

Memikirkan dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut kehidupan

selanjutnya, seperti pendidikan, pekerjaan di masa depan, membentuk identitas sebagai

orang dewasa, dan membangun sebuah keluarga, merupakan tugas perkembangan

mereka. Untuk menyesuaikan diri, dalam upaya pencapaian tugas perkembangannya,

remaja memerlukan keterampilan yang dapat diperoleh melalui pendidikan.Oleh karena

itu, masa remaja tidak dapat terlepas dengan dunia pendidikan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Nurmi (1989) yang mengatakan bahwa salah satu hal yang sangat menarik dan

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha

Remaja yang berusia 13-15 tahun berada pada jenjang pendidikan sekolah

menengah pertama (SMP). Setelah selesai dengan jenjang pendidikan tersebut, remaja

diharapkan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu sekolah

menengah atas (SMA), yang merupakan institusi pendidikan yang mempersiapkan

lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau dengan kata

lain mencetak calon-calon untuk prospek kuliahan. Selama menjalani proses pendidikan

yang normalnya tiga tahun, remaja akan melaksanakan program pendidikan melalui

suatu aturan pelaksanaan pembelajaran atau suatu kurikulum yang memang sudah diatur

sebelumnya.

Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan kesempatan kepada

remaja untuk menentukan program studi di kelas XI (atau kelas II SMA), kurikulum

jenjang SMA saat ini menuntut remaja untuk menentukan program studi yang akan

dipilih sejak kelas X (atau kelas I SMA) (www.okezone.com). Hal ini sering kali

menjadi permasalahan karena remaja bingung dan belum tahu harus memilih jurusan

apa, yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Padahal, jurusan yang

mereka pilih akan menentukan kemungkinan pilihan jurusan yang dapat mereka pilih

saat meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwa sejalan

dengan perkembangannya, banyak remaja yang memilih suatu jurusan tertentu atas dasar

perintah/paksaan dari orang tua mereka. Tidak sedikit pula remaja yang memilih

jurusannya atas dasar ikut-ikutan pilihan temannya.Hal ini menyebabkan pilihan remaja

terhadap jurusan yang dipilihnya tidak murni dari hati nurani, melainkan ada

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha

Tidak dapat dimungkiri bahwa pendidikan seseorang sangat berpengaruh

terhadap penentuan dan keberhasilan pekerjaan mereka di masa mendatang. Hal ini juga

berlaku bagi remaja, bahwa pendidikan yang kelak akan mereka tempuh akan

memengaruhi pekerjaannya di masa depan. Oleh karena itu, mempersiapkan jenjang

pendidikan selanjutnya merupakan hal yang sebaiknya dilakukan remaja sedini

mungkin.Apa yang akan mereka lakukan setelah selesai pada suatu jenjang pendidikan,

apakah mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak, jurusan

pendidikan apa yang akan mereka pilih, dan lain sebagainya. Ketika remaja dapat

mempersiapkan masa depannya sedini mungkin, maka remaja dapat siap bersaing di

dalam masyarakat.

Dalam ilmu psikologi, kesiapan seseorang dalam menghadapi masa depannya

disebut dengan orientasi masa depan. Menurut Nurmi (1989), orientasi masa depan

adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan yang

memungkinkan individu untuk menentukan tujuan, menyusun rencana untuk mencapai

tujuan dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat dilaksanakan.

Individu harus memikirkan dengan baik hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan

untuk mencapai orientasi masa depan yang jelas dan memahami pentingnya masa depan

bagi kelangsungan hidupnya.

Orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) terdiri dari tiga tahapan proses pembentukkannya, yaitu motivation, planning, dan evaluation. Motivation meliputi

motif-motif, minat-minat dan harapan-harapan individu yang berkaitan dengan masa

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha

tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Planning merujuk pada

bagaimana individu merencanakan realisasi dari tujuannya. Akhirnya dilakukan

evaluation terhadap realisasi dari tujuan dan perencanaan yang telah disusun, proses ini

merupakan evaluasi terhadap kemungkinan dalam merealisasikan tujuan. Individu yang

memiliki tujuan yang jelas dan spesifik; motivasi yang kuat; perencanaan yang terarah;

serta evaluasi yang akurat dapat dikatakan sebagai individu yang memiliki orientasi

masa depan yang jelas. Sebaliknya, individu yang memiliki tujuan bersifat umum; belum

memiliki perencanaan; dan belum memiliki penilaian yang pasi tentang masa depan;

serta pesimis dapat dikatakan sebagai individu yang belum memiliki orientasi masa

depan yang jelas.

Berdasarkan penelitian mengenai “Orientasi Masa Depan Remaja Ditinjau dari

Dukungan Sosial pada Siswa kelas X SMAN 6 Yogyakarta” yang telah dilakukan oleh

Yupi pada tahun 2010, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara

dukungan sosial dengan orientasi masa depan seseorang (https://simpus.uii.ac.id/). Di

dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa semakin tinggi dukungan yang diberikan

oleh lingkungan, semakin jelas orientasi masa depan yang dimiliki individu tersebut.

Dengan kata lain, kejelasan orientasi masa depan seseorang berhubungan dengan tinggi

rendahnya dukungan sosial yang dihayatinya.

Mengetahui bahwa masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan

seseorang, Drs. Timotius Adi Tan, M. A., CBC. berinisiatif untuk membentuk suatu

komunitas yang diperuntukan bagi remaja berusia 13-18 tahun, yaitu DARE for Youth.

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha

memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka. Di dalam komunitas ini remaja

diberikan pengarahan yang membimbing mereka untuk mempersiapkan masa depannya

dan menemukan, serta meyakini arah tujuan hidupnya. Sesuai dengan visinya,

mempersiapkan generasi muda yang berani membawa perubahan yang positif bagi dunia

dengan cara berkontribusi sesuai dengan panggilannya, anggota komunitas DARE for

Youth diharapkan sudah dapat mempersiapkan masa depannya secara pribadi, sebelum

mereka dapat berkontribusi terhadap lingkungan.

Berdasarkan wawancara dengan salah seorang pengurus di komunitas ini,

didapatkan informasi bahwa sebagian anggota komunitas DARE for Youth sudah

memiliki tujuan yang spesifik, seperti menjadi dokter anak, magazine planner, konsultan

IT di perusahaan asing, dan lain sebagainya. Mereka juga sudah mengetahui langkah apa

yang harus mereka lakukan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Namun, ada juga

anggota komunitas DARE for Youth yang masih merasa bingung dengan tujuan yang

ingin mereka raih, sehingga mereka tidak tahu hal apa yang harus mereka persiapkan,

dengan kata lain mereka hanya mengikuti “arus”.

Berdasarkan hasil wawancara kepada sepuluh orang anggota komunitas DARE

for Youth di Bandung yang berada pada jenjang pendidikan SMP, didapatkan informasi

bahwa terdapat 60% (6 orang) anggota yang sudah memiliki tujuan yang spesifik

mengenai persiapan mereka dalam bidang pendidikan lanjutan. Mereka sudah

mengetahui akan mengambil jurusan apa saat kuliah, sehingga mereka sudah dapat

memutuskan jurusan apa yang harus mereka ambil di jenjang SMA. Mereka sudah

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha

mereka inginkan, seperti dengan mengikuti bimbingan belajar, mencari informasi

mendalam mengenai jurusan yang mereka minati, dan lain sebagainya. Selain itu,

mereka juga merasa yakin dapat mengatasi masalah yang mungkin muncul dalam upaya

meraih tujuan yang sudah mereka tetapkan. Lima diantara enam orang (83,33%) yang

sudah memiliki perencanaan yang jelas mengenai rencana pendidikannya menghayati

bahwa peranan teman sebaya memberikan banyak pengaruh terhadap perencanaan yang

mereka susun dalam upaya memersiapkan pendidikan lanjutan mereka. Teman sebaya

memberikan informasi yang berkaitan dengan jurusan yang mereka inginkan, juga

memberikan bantuan ketika mereka menghadapi kesulitan dalam upaya menjalankan

rencana yang telah disusunnya. Sedangkan seorang lainnya (16,67%) mengatakan bahwa

orang tua yang membantunya dalam merencanakan rencana pendidikan lanjutannya.

Menurutnya, teman sebaya tidak ada yang dapat membantunya dalam merencanakan

rencana pendidikan. Mereka seolah-olah tidak peduli terhadapnya, bahkan dalam

kegiatan sehari-hari pun ia sering kali merasa tidak dianggap.

Sebanyak 40% (4 orang) anggota komunitas DARE for Youth lainnya belum

memiliki tujuan yang spesifik mengenai persiapan mereka dalam bidang pendidikan

lanjutan. Mereka masih merasa bingung untuk menentukan ingin menjadi apa mereka

kelak, jurusan apa yang akan mereka ambil di jenjang perguruan tinggi, juga belum

mengetahui jurusan dan SMA mana yang akan mereka tuju setelah lulus dari jenjang

SMP. Seorang anggota (25%) merasa tidak yakin bahwa ia dapat menghadapi tantangan

dalam memersiapkan diri untuk meraih tujuannya. Tiga dari empat orang diantaranya

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha

tujuan yang jelas mengenai rencana pendidikannya. Menurut mereka pendidikan

lanjutan yang akan mereka jalani tidak perlu dipersiapkan sejak dini, biarlah hal itu

berjalan dengan sendirinya, seiring dengan waktu.

Bila dikaitkan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, anggota komunitas

DARE for Youth yang mengaku telah memiliki tujuan yang jelas, mulai memersiapkan

diri untuk mencapai impian tersebut dan sudah mengevaluasi tujuan dan perencanaan

yang mereka susun dapat digolongkan sebagai anggota yang memiliki orientasi masa

depan yang jelas. Sebaliknya, anggota komunitas DARE for Youth yang kurang memiliki

motivasi dan perencanaan mengenai masa depannya, dapat digolongkan sebagai anggota

yang memiliki orientasi masa depan yang belum jelas. Selain itu, dari wawancara yang

telah dilakukan didapatkan fakta bahwa terdapat anggota yang menghayati adanya

dukungan teman sebaya dan memiliki orientasi masa depan yang jelas. Namun ada juga

anggota yang memiliki orientasi masa depan yang jelas, meskipun ia tidak menghayati

adanya dukungan teman sebaya.

Untuk mengetahui apakah komunitas sosial, seperti DARE for Youth,

memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan remaja, maka disusun penelitian

mengenai hubungan antara dukungan teman sebaya dan orientasi masa depan bidang

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka identifikasi masalah dari penelitian ini

adalah bagaimana hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa

depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai dukungan sosial teman sebaya dan

orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di

Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran lebih lanjut sejauh mana hubungan dukungan

sosial teman sebaya terhadap orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota

komunitas DARE for Youth di Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Memberikan informasi bagi bidang ilmu Psikologi Perkembangan dan

Pendidikan mengenai hubungan dukungan sosial teman sebaya dan orientasi

masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha  Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai dukungan

sosial teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pendidikan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberikan informasi kepada anggota komunitas DARE for Youth di kota

Bandung mengenai hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan

orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga mereka dapat memanfaatkan

dukungan sosial teman sebaya untuk merencanakan orientasi masa depan bidang

pendidikan mereka.

Memberikan informasi kepada orang tua dan pengurus komunitas DARE for

Youth mengenai hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan orientasi

masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di kota

Bandung. Informasi ini dapat digunakan untuk membimbing anggota komunitas

dalam memanfaatkan dukungan sosial teman sebaya agar dapat mempersiapkan

orientasi masa depan bidang pendidikan mereka.

1.5 Kerangka Pikir

Anggota komunitas DARE for Youth berada pada rentang usia remaja (13-15

tahun). Masa remaja merupakan suatu masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,

dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.Pada periode remaja, di dalam diri individu

terjadi perubahan biologis, yang mencakup perkembangan fisik; perubahan kognitif

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha

hubungannya dengan orang lain, dalam emosi, kepribadian, dan dalam konteks sosial

(Santrock, 2012).

Sesuai dengan pernyataan Piaget (1954) dalam Santrock (2012), anggota

komunitas DARE for Youth berada pada tahap berpikir formal operasional, dimana

remaja dapat berpikir lebih abstrak, idealis, dan logis. Mereka mengaitkan suatu gagasan

dengan gagasan lain secara lebih nyata. Berdasarkan penjelasan tersebut, anggota

komunitas DARE for Youth dapat berpikir tentang masa depannya dalam setting

pendidikan yang diinginkan secara lebih terstuktur.

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2012), pemikiran operasional formal

berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak,

idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Mereka mengaitkan suatu

gagasan dengan gagasan lain secara lebih nyata. Mereka bukan hanya

mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara

berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat

pemahaman lebih mendalam.Pemikiran formal operasional bersifat lebih abstrak,

idealistis dan logis.Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak

misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis

dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan

dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun

berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha

Santrock (2012) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial, remaja mengalami

perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi,

kepribadian, dan peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua,

serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan

remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan

peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja.

Perubahan yang dialami membawa remaja kepada tuntutan tugas sebagai seorang

individu yang bertanggung jawab, baik kepada lingkungan maupun dirinya

sendiri.Menurut Santrock (2012) penggambaran yang lebih akurat mengenai masa

remaja adalah sebagai saat untuk melakukan evaluasi, pengambilan keputusan,

komitmen, dan mencari tempat di “dunia”-nya. Remaja pada akhirnya akan dihadapkan

pada tujuan hidup yang menggiring mereka pada kehidupan selanjutnya, seperti bekerja,

menikah, termasuk melanjutkan pendidikan dalam rangka memersiapkan kehidupan

masa depan. Untuk itu, remaja perlu memiliki perencanaan masa depan yang disebut

juga orientasi masa depan, khususnya dalam bidang pendidikan.

Orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) merupakan cara seseorang

memandang masa depannya, yang tergambar melalui harapan-harapan, tujuan standar,

perencanaan dan strategi. Orientasi masa depan merupakan suatu proses yang mencakup

tiga tahapan, yaitu motivasi (motivation), perencanaan (planning) dan evaluasi

(evaluation).

Motivation, berkaitan dengan apa yang menjadi minat, perhatian dan tujuan

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha

anggota komunitas DARE for Youth akan mengarahkan dirinya dalam menentukan

tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Setelah menetapkan tujuan yang

ingin dicapai, anggota komunitas DARE for Youth perlu merealisasikannya melalui

proses berikutnya yaitu menyusun suatu planning, yakni aktivitas remaja dalam

memikirkan, menyusun ide-ide atau gagasan-gagasan serta langkah-langkah untuk

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pada proses ini anggota komunitas

DARE for Youth harus membuat langkah-langkah yang mengarah pada pencapaian

tujuan kemudian memutuskan langkah manakah yang paling efisien. Akhirnya anggota

komunitas DARE for Youth perlu melakukan proses Evaluasi. Evaluation berkaitan

dengan penilaian anggota komunitas ini mengenai sejauh mana tujuan yang telah

ditetapkan dan rencana yang disusun dapat terwujud. Dalam proses evaluasi ini juga

terkait pertimbangan mengenai penyebab terwujudnya suatu harapan (causal attribution)

dan perasaan (affect) yang menyertainya. Anggota komunitas DARE for Youth

mengevaluasi kesempatan yang dimilikinya dalam upaya merealisasikan tujuan dan

rencana yang telah dibuatnya berdasarkan pada penilaian anggota tersebut mengenai

kemampuan yang dimilikinya.

Anggota komunitas DARE for Youth yang memiliki orientasi masa depan bidang

pendidikan yang jelas ditandai dengan motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah,

dan evaluasi yang akurat. Sebaliknya, jika motivasi yang dimiliki rendah, atau

perencanaan yang disusun tidak terarah, atau evaluasi yang dilakukan tidak akurat, maka

anggota komunitas DARE for Youth dapat dikatakan belum memiliki orientasi masa

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha

kembali menilai standar tujuan pendidikan yang sudah ditentukan, maupun menilai

kembali strategi perencanaan yang dibuatnya.

Dalam upaya memperjelas orientasi masa depannya, anggota komunitas DARE

for Youth tidak hanya membutuhkan kemampuan diri yang kompeten, tetapi juga

dukungan dari lingkungan tempat anggota tersebut berada. Dukungan adalah interaksi

dengan lingkungan yang memberikan manfaat serta membantu anggota komunitas

DARE for Youth dalam rangka menyusun orientasi masa depannya. Interaksi yang

terjadi antara anggota komunitas DARE for Youth dalam konteks sosial teman sebaya

dapat menjadi salah satu sumber dukungan bagi anggota komunitas DARE for Youth.

Johnson (dalam Ingersoll, 1988) menyatakan bahwa teman sebaya dapat memberikan

dukungan sosial yang bermanfaat. Selain itu, Lerner & Hultch (1983) menyatakan

bahwa keputusan mengenai pentingnya teman sebaya muncul karena adanya kebutuhan

yang besar untuk mendapatkan dukungan, rasa aman, dan petunjuk selama tahun-tahun

transisi, dan kebutuhan tersebut lebih mudah diperoleh dari antara mereka yang

menjalani masa transisi yang sama serta waktu yang dihabiskan bersama teman sebaya.

House (dalam Vaux, 1988) mengemukakan bahwa dukungan adalah transaksi

interpersonal yang melibatkan satu atau lebih dari : (1) dukungan emosional, (2)

dukungan instrumental, (3) dukungan informasi, (4) dukungan penilaian.

Dukungan emosional merupakan tingkah laku teman sebaya yang melibatkan

perhatian emosional (penuh perhatian, mendengarkan, empati) kepada anggota

komunitas DARE for Youth. Dukungan emosional ini akan mendorong anggota

(27)

17

Universitas Kristen Maranatha

menghargai diri sendiri. Hal ini memampukan anggota komunitas DARE for Youthuntuk

melihat diri sendiri secara lebih objektif dalam hal kelebihan dan kekurangannya dan ini

mempengaruhi kejelasan tujuan pendidikan lanjutan anggota kounitas DARE for

Youth.Anggota komunitas DARE for Youth yang menghayati bahwa teman sebaya

bersedia mendengarkan keluhannya mengenai kesulitan mereka dalam upaya

menentukan dan menyusun rencana pendidikan lanjutan dapat memperjelas orientasi

masa depan bidang pendidikannya.

Dukungan instrumental merupakan tingkah laku yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan benda (seperti meminjam buku), maupun

pelayanan atau jasa (seperti menyediakan waktu untuk belajar bersama). Tenaga dan

waktu yang diberikan teman sebaya, seperti waktu untuk belajar bersama, dapat

meningkatkan semangat dan usaha untuk mengembangkan potensi dalam rangka

memperjelas tujuan pendidikan lanjutan anggota komunitas DARE for Youth dan

melaksanakan perencanaan untuk memenuhi tujuan tersebut.

Dukungan informasi merupakan tingkah laku teman sebaya yang berhubungan

dengan pemberian informasi dan nasehat dalam usahanya memperjelas orientasi masa

depannya. Informasi yang diterima oleh anggota komunitas DARE for Youth dari teman

sebaya dapat memberikan kejelasan akan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Anggota komunitas DARE for Youth yang memperoleh informasi dari teman sebaya

berupa pemberian nasehat, petunjuk, atau pilihan studi lanjutan dapat lebih memberikan

kejelasan mengenai tujuan pendidikan lanjutan. Teman sebaya yang menyatakan bahwa

(28)

18

Universitas Kristen Maranatha

kesempatan kerja, serta meningkatkan karir di masa depan dapat meningkatkan minat

dan harapan anggota komunitas DARE for Youth. Selain itu, informasi yang diterima

juga dapat memberikan arah bagi anggota komunitas DARE for Youth dalam menyusun

langkah-langkah perencanaan untuk mencapai tujuan yang akan ditetapkan. Pada tahap

terakhir, yaitu evaluasi, anggota komunitas DARE for Youth yang memperoleh informasi

berupa umpan balik dari teman sebaya dapat membantunya sebagai bahan untuk melihat

kemungkinan dalam proses pencapaian tujuannya.

Dukungan penilaian berkaitan dengan penghargaan teman sebaya terhadap

perbuatan anggota komunitas DARE for Youth. Pujian dan kritik yang membangun dapat

memperjelas tujuan anggota komunitas DARE for Youth mengenai pendidikan lanjutan

karena melalui pujian dan kritik yang diberikan oleh teman sebaya menjadi umpan balik

terhadap rencana dan tindakan yang diambil. Jika penilaian yang diberikan positif

(pujian, penghargaan) maka hal ini menjadi indikator bahwa rencana dan tindakannya

sudah tepat.Sebaliknya, jika penilaian yang diberikan adalah negatif seperti ejekan dapat

menjadi indiaktor bahwa rencana atau tindakannya belum tepat. Selain itu, dorongan dan

kritik yang membangun dari teman sebaya juga dapat memberikan masukan dalam

usaha anggota komunitas DARE for Youth melakukan pembaharuan pada strategi

perencanaan orientasi masa depan pendidikannya.

Dapat dilihat bahwa pemberian dukungan informasi, penilaian, emosional,

maupun instrumental dari teman sebaya kepada anggota komunitas DARE for Youth

dalam rangka memotivasi, melakukan perencanaan dan mengevaluasi orientasi masa

(29)

19

Universitas Kristen Maranatha

untuk melanjutkan pendidikan tahap selanjutnya. Dukungan yang diterima remaja,

kaitannya dengan merencanakan orientasi masa depan akan memberikan masukan

kepada anggota komunitas DARE for Youth untuk meningkatkan motivasi, melakukan

perencanaan serta evaluasi. Pada akhirnya, dukungan teman sebaya akan membawa

anggota komunitas DARE for Youth tersebut pada kejelasan orientasi masa depan bidang

(30)

20

Universitas Kristen Maranatha

Untuk dapat memahami kerangka pemikiran ini, maka dibuat skema sebagai

(31)

21

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Dari kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan beberapa asumsi

sebagai berikut :

 Remaja memiliki kehidupan sosial yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan

teman sebaya.

 Teman sebaya dapat menjadi sumber dukungan bagi remaja.

Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati anggota komunitas DARE for

Youth dapat berupa dukungan emosional, instrumental, informasi dan penilaian.

 Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati dapat meningkatkan motivasi

anggota komunitas DARE for Youth.

 Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati dapat membantu mengarahkan

perencanaan anggota komunitas DARE for Youth.

Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati anggota komunitas DARE for

Youth dapat memberikan evaluasi yang lebih akurat.

 Motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah, serta evaluasi yang akurat

menunjukan bahwa anggota komunitas DARE for Youth memiliki orintasi masa

depan bidang pendidikan yang jelas.

1.7 Hipotesis

Berdasarkan asumsi di atas, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

Terdapat hubungan antara dukungan teman sebaya dan orientasi masa depan bidang

(32)

72 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan dukungan sosial teman

sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP anggota

komunitas DARE for Youth di Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan

orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP anggota komunitas

DARE for Youth di Bandung.

2. Jenis dukungan emosional dari teman sebaya adalah jenis dukungan yang

berhubungan paling kuat dan signifikan terhadap orientasi masa depan bidang

pendidikan pada siswa SMP anggota komunitas DARE for Youth di Bandung.

3. Jenis dukungan appraisal dan informasi memiliki hubungan yang signifikan

terhadap kejelasan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP

anggota komunitas DARE for Youth di Bandung.

4. Jenis dukungan instrumental memiliki hubungan yang tidak signifikan

terhadap kejelasan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP

(33)

73

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan dukungan sosial teman

sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP anggota

komunitas DARE for Youth di Bandung, peneliti menyarankan hal-hal sebagai

berikut:

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian lanjutan mengenai dukungan

sosial teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan, disarankan

untuk memperbaiki alat ukur yang digunakan, agar data yang diperlukan dapat

diperoleh dengan maksimal.

2. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian mengenai dukungan sosial

dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP, disarankan

untuk melihat dukungan sosial dari pihak lain, tidak hanya teman sebaya.

5.2.2 Saran Praktis

1. Memberikan informasi, berupa diskusi/training, kepada pengurus komunitas

DARE for Youth mengenai hubungan positif antara dukungan sosial teman

sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga pengurus dapat

memotivasi anggotanya untuk terus menjalin relasi dan memilih teman yang

memberikan dampak positif.

2. Memberikan informasi melalui seminar kepada orang tua mengenai hubungan

(34)

74

Universitas Kristen Maranatha

pendidikan anggota komunitas DARE for Youth, sehingga orang tua dapat

mendorong anaknya untuk mengikuti kegiatan komunitas remaja, seperti

DARE for Youth, dalam rangka memersiapkan masa depan anaknya sedini

mungkin.

3. Memberikan informasi melalui seminar/camp kepada anggota komunitas

DARE for Youth di Bandung mengenai hubungan positif dukungan sosial

teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga mereka

menyadari pentingnya menjalin relasi yang positif dan memilih teman yang

(35)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN

ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PENDIDIKAN PADA

SISWA/I SMP

(Suatu penelitian pada anggota komunitas D.A.R.E. for Youth di Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh :

YULI YOHANNA NRP : 1030032

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

(36)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan pada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat

hikmat dan anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugas penelitian akhir di

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Penelitian ini bangkit dari

kepedulian peneliti terhadap bidang Psikologi Sosial, khususnya mengenai hubungan

dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa depan pada remaja.

Penyusunan penelitian ini mendapatkan berbagai perhatian, dorongan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat diselesaikan dengan

baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Irene P. Edwina, M. Si., Psik., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

2. Dra. Sumiarti Soemarno, S. Psi, Psik., selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan berupa

masukan-masukan sehingga tugas ini dapat selesai sesuai dengan semestinya.

3. M. Yuni Megarini C., M. Psi., Psik., selaku Dosen Pembimbing Pendamping

yang telah memberikan masukan, arahan dan dukungan kepada peneliti,

sehingga tugas ini dapat selesai sesuai dengan semestinya.

4. Drs. Timotius Adi Tan, MA, CBC. dan pengurus komunitas DARE for Youth

yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi, serta bersedia

(37)

vii

5. Keluarga peneliti yang selalu memberikan dorongan berupa materi maupun

imateriil, serta dukungan doa dan perhatiannya.

6. Edgar Sulistyo Gunawan, S. Psi., ACMC, CT. NLP , yang selalu memberikan

dukungan dan memotivasi peneliti untuk tidak menyerah dan terus melakukan

yang terbaik sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

7. Rekan-rekan seperjuangan, Florence, Rosty, Queeny, Jessica, Grace, Anzella

dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah saling

mendukung dan membantu dalam pembuatan penelitian ini.

8. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Suatu kebahagiaan tersendiri bagi peneliti dapat membagi pengetahuan

kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya. Sungguh besar harapan peneliti

agar penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut dan dapat berguna untuk mahasiswa

fakultas psikologi khususnya. Terima kasih.

Bandung, November 2016

(38)

74 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Friedenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Guilford, J. P. (1959). Psychometric Methods 2nd Edition. New York : McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Kaplan, Robert M. (2005). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues. USA: Wadsworth Thompson Learning Inc.

Moh. Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nurmi, JE. (1989). Future Orientation: Adolescents Orientation to the Future. Finland: Helshinki.

Nurmi, JE., Rachel Seginer, M. Poole. (1990). Future Orientation Questionnaire and Identity Exploration and Commitment Questionnaire. Finland: University of Helshinki.

Santrock, John W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Penerjemah: Sherly Saragih, S. Psi. Jakarta: Erlangga.

--- (2012). Life-span development 13thed: Perkembangan Masa Hidup. Penerjemah: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga.

--- (2012). Adolescence 14thed. New York: McGraw-Hill.

Siegel, Sidney. (1997). Statistik Non-Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

(39)

75 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN .

Anonim. (15/2/2016). Kisah Joey Alexander Pianis Indonesia yang Masuk Nominasi Grammy. www.bbc.com. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.

Anonim. (7/9/2013). Ngeri! 57% Remaja di Bandung Sudah Pernah Nge-Seks. www.fokusjabar.com. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.

Anonim. (8/10/2014). Siswa SMA Pilih Jurusan di Kelas X. www.okezone.com. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.

Helindro, Gilang. (2015). Andre Surya Mendirikan Sekolah untuk Pecandu Imajinasi. www.geotimes.co.id. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.

Hindarto, Stefanny. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa Kelas XI SMA “X” di Kota Cirebon. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Irawati, Devy. (1/3/2009). Kumpulan Proposal Penelitian.

www.hasmansulawesi01.blogspot.co.id/2009/03/pengaruh-teman-sebaya-terhadap-perilaku.html. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.

Kalenia, Heda. 2015. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Remaja Tunarungu di Kota Bandung. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Lora S, Yvonne. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang

Pendidikan pada Remaja di Lembaga Bimbingan Belajar ‘X’ di Kota Bandung.

Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Maria, Cindy. 2008. Perancangan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pendidikan pada Siswa/i Kelas I SMA “X” Bandung. Tugas Akhir : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Novella. 2010. Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Motif Berprestasi pada Siswa/I kelas IX di SMP “X” Bandung. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

(40)

76 Universitas Kristen Maranatha

Suhariyanto. 5/4/2010. Tren Perilaku Belanja di Mall. http://swa.co.id/. Diunduh pada tanggal 4/10/2015. Pada pukul 19:00.

Thomas. (25/8/2016). Rahasia Sukses Tontowi/Liliyana Rebut Emas Olimpiade 2016. www.liputan 6.com. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.

Referensi

Dokumen terkait

dan Madura digunakan di banyak tempat, sehingga umum bagi masyarakat di Kabupaten Jember menguasai dua bahasa daerah tersebut dan juga saling mempengaruhi

gelombang dan gelombang-penuh dengan beban resistif (R) dan resistif-induktif (RL) yang menggunakan sumber satu fasa dan tiga fasa.. Menganalisis hasil penyearah setengah-gelombang

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sampel yang diambil dari kolam PMK budidaya patin intensif dengan umur berbeda yang digunakan untuk memproduksi

Terakhir penulis menyelesaikan perkuliahan dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Daun Jeruk Nipis Citrus aurantifolia (Christm) SWINGLE

Dalam metode ini tentu diperlukan kemampuan guru untuk menjelaskan pelajaran tauhid dengan dalil-dalil naqal dan dalil aka1, kemudian mengajak murid-muridnya untuk merenungkan

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan senam otak yang dilakukan secara rutin dengan kombinasi gerakan tertentu dan didahului langkah PACE efektif untuk

Pengalaman trauma dalam keterlibatan dengan para pengungsi dan penyintas di Timor-Leste menjadi bagian dari ingatan kolektif para pekerja kemanusiaan JRS..

ion logam Cd, Cu dan Cr dapat disimpulkan bahwa serbuk gergaji setelah proses regenerasi dapat dimanfaatkan kembali sebagai penyerap ion logam