vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada 40 siswa SMP anggota komunitas DARE for Youth di Bandung, yang selanjutnya disebut responden.
Kuesioner dukungan sosial teman sebaya disusun oleh Novella (2010) yang telah dimodifikasi berdasarkan teori Dukungan Sosial (House, 1981 dalam Vaux, 1988), dengan nilai validitas berkisar antara 0,343-0,758 dan reliabilitas 0,794. Kuesioner orientasi masa depan bidang pendidikan disusun oleh Cindy Maria (2008) yang telah dimodifikasi sesuai teori Orientasi Masa Depan (Nurmi, 1989), dengan nilai validitas berkisar antara 0,342-0,616, dan reliabilitas 0.694.
Hasil penelitian ini diolah menggunakan uji korelasi Rank Spearman, dengan kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan (0,422) antara dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada responden. Jenis dukungan sosial teman sebaya yang memiliki hubungan paling kuat adalah dukungan emosional (0,488).
viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
The purpose of this research is to get information about the correlation of peers social support to future education orientation of junior high school students at DARE for Youth community in Bandung, hereinafter referred to as respondents.
There are 40 members that participated in this research that uses purposive technique sampling. The peers social support questionnaire arranged by Novella (2010) and has been modified by researcher based on Social Support Theory (House, 1981 in Vaux, 1988). The future education orientation questionnaire arranged by Cindy Maria (2008) and has been modified by researcher based on The Future Orientation Theory (Nurmi, 1989). Based on validity and reliability test, the validity for the peers social support questionnaire is 0.343-0.758, and reliability 0.794. And the validity for the future education orientation questionnaire is 0.342-0.616, and reliability is 0.694.
The result of this research are processed with Rank Spearman correlation test, with the conclusion that peers social support has a significant correlation with future education orientation respondents (42.2%). The most influences types of peers social support in respondents is emotional support (48.8%).
ix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR BAGAN... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 11
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1. Maksud Penelitian ... 11
1.3.2. Tujuan Penelitian... 11
1.4. Kegunaan Penelitian ... 11
1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 11
x Universitas Kristen Maranatha
1.5. Kerangka Pikir ... 12
1.6. Asumsi Penelitian ... 21
1.7. Hipotesis Penelitian ... 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dukungan Sosial ... 22
2.1.1. Definisi Dukungan ... 22
2.1.2. Jenis-jenis Dukungan Sosial... 24
2.1.3. Sumber Dukungan ... 25
2.1.4. Fungsi Dukungan Sosial... 26
2.1.5. Pengaruh Personal dan Kontekstualdalam Proses Dukungan .. 27
2.1.6. Perubahan Perkembangan dalam Dukungan Sosial ... 29
2.2. Orientasi Masa Depan... 31
2.2.1. Pengertian Orientasi Masa Depan ... 31
2.2.2. Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan ... 32
2.2.3. Ciri-Ciri Orientasi Masa Depan ... 37
2.2.4. Orientasi Masa Depan sebagai Suatu Sistem ... 38
2.2.6. Kehidupan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 39
2.2.7. Orientasi Masa Depan pada Remaja ... 40
2.3. Remaja ... 43
2.3.1. Pengertian Remaja... 43
xi Universitas Kristen Maranatha
2.3.3. Peran Perkembangan, Orang Tua, Kawan Sebaya dan
Pendidikan ... 46
2.3.4. Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Piaget... 46
2.3.5. Perkembangan Sosio-emosional Remaja ... 48
2.3.6. Teori Perkembangan Karir ... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian... 50
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 50
3.2.1. Variabel Penelitian ... 50
3.2.2. Definisi Operasional ... 51
3.2.2.1. Dukungan Sosial ... 51
3.2.2.2. Orientasi Masa Depan ... 52
3.3. Alat Ukur ... 52
3.3.1. Kuesioner Dukungan Sosial ... 52
3.3.2. Kuesioner Orientasi Masa Depan ... 55
3.4. Validitas dan Reliabilitas ... 60
3.4.1. Validitas Alat Ukur ... 60
3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur... 60
3.5. Populasi dan Teknik Sampling ... 61
3.5.1. Populasi Sasaran ... 61
3.5.2. Karakteristik Populasi ... 62
xii Universitas Kristen Maranatha
3.6. Teknik Analisis Data ... 62
3.7. Hipotesis Uji Statistik ... 63
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Gambaran Responden ... 64
4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64
4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 65
4.2. Hasil Penelitian ... 65
4.2.1. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 65
4.2.2. Hubungan antara Tipe Dukungan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 66
4.3. Pembahasan ... 67
4.4. Diskusi ... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 73
5.2.1. Saran Teoritis ... 73
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA ... 74
DAFTAR RUJUKAN ... 75
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1. Kerangka Pikir ... 20
Bagan 2.1. Skema Tahapan Orientasi Masa Depan ... 37
xv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur Dukungan Sosial ... 53
Tabel 3.2. Penilaian Jawaban Kuesioner Dukungan Sosial ... 54
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Kuesioner Dukungan Sosial ... 55
Tabel 3.4. Kisi-kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan ... 56
Tabel 3.5. Penilaian Jawaban Kuesioner Orientasi Masa Depan ... 58
Tabel 3.6 .Kriteria Penilaian Kuesioner Orientasi Masa Depan ... 59
Tabel 3.7. Kriteria Validitas ... 60
Tabel 3.8. Kriteria Reliabilitas ... 61
Tabel 3.9. Kriteria Korelasi ... 62
Tabel 4.1. Gambaran Jenis Kelamin Responden ... 64
Tabel 4.2. Gambaran Jenjang Pendidikan Responden ... 65
Tabel 4.3. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 65
xvi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I: Alat Ukur Dukungan Sosial dan Orientasi Masa Depan
Lampiran II : Kisi-kisi Alat Ukur
Lampiran III : Hasil Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Lampiran IV : Data Mentah
Lampiran V : Hasil Uji Statistik
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan remaja sering kali menjadi perhatian banyak pihak karena keunikan
masa remaja itu sendiri. Banyak buku, majalah, artikel dan lain sebagainya yang
membahas mengenai kehidupan remaja, baik mengenai hal yang positif maupun negatif.
Peranan lingkungan terhadap perkembangan remaja, prestasi remaja, kenakalan remaja,
testimoni remaja mengenai kehidupannya saat ini, trend yang berkembang pada remaja
masa kini, hal-hal yang menjadi perhatian remaja, dan lain sebagainya merupakan hal
yang selalu muncul dalam pembahasan mengenai remaja.
Saat ini ketika seseorang mendengar istilah remaja, yang seringkali terbayang
adalah sosok anak-anak muda yang berhura-hura di kafe, diskotik atau pun tempat
hiburan lainnya atau mungkin sosok anak muda yang asyik berpacaran, bermain musik
atau berlenggak-lenggok ala foto model.Tidak jarang juga istilah remaja ini dikaitkan
dengan berbagai bentuk ekspresi negatif, seperti seks bebas, narkoba, atau berbagai
bentuk kriminalitas lainnya. Berdasarkan hasil survey data BKKBN tahun 2008,
sebanyak 57% remaja di kota Bandung antara usia 15-24 tahun sudah pernah melakukan
hubungan suami istri diluar nikah (fokusjabar.com)
Tidak semua remaja memiliki kehidupan yang seperti disebutkan di atas. Banyak
juga remaja Indonesia yang memiliki prestasi berkelas internasional, seperti Joey
2
Universitas Kristen Maranatha
penghargaan Grammy untuk kategori Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz
Instrumental Album (www.bbc.com); Lilyana Natsir dan Tontowi Ahmad, pebulu
tangkis ganda campuran kebanggaan Indonesia yang telah beberapa kali mengharumkan
Indonesia di mata dunia (www.liputan6.com); Andre Surya, sang animator film
Transformer 3D (www.geotimes.co.id), dan lain sebagainya.
Peranan orang tua tentu memberikan dampak bagi kehidupan remaja. Dukungan
materi maupun non-materi yang diberikan oleh orang tua memiliki peran dalam prestasi
yang diraih remaja.Selain peranan orang tua, teman sebaya juga tidak dapat terlepas dari
peranan remaja.Berdasarkan penelitian yang dilakukan Condry, Simon dan
Bronfenbrenner (dalam Santrock 2012) diketahui bahwa remaja meluangkan waktunya
dua kali lebih banyak untuk berkumpul bersama teman sebaya dibandingkan bersama
orang tuanya. Sebuah survey yang dilakukan terhadap 512 responden remaja pada bulan
Februari 2010 oleh Consumer Survey Indonesia (CSI) mengenai perilaku para
pengunjung mall, didapatkan beberapa data menarik, diantaranya rata-rata frekuensi
kunjungan remaja ke mall adalah 6,5 hari sekali dan menghabiskan waktu sekitar 3,5
jam per kunjungan. Temuan lainnya yang cukup menarik adalah sebanyak 51%
responden mengunjungi mall bersama dengan temannya dan 39% dengan keluarganya
(http://swa.co.id).
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima dalam
kelompok teman sebayanya. Melalui kelompok teman sebaya, remaja mendapatkan
informasi mengenai dunia di luar keluarganya, memperoleh umpan balik mengenai
3
Universitas Kristen Maranatha
jika dibandingkan dengan remaja lainnya. Selain itu, lingkungan teman sebaya
memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh remaja,
karena remaja memiliki kebutuhan yang besar untuk mendapatkan dukungan, rasa aman
dan petunjuk, yang lebih mudah mereka peroleh dari antara mereka yang menjalani
masa transisi yang sama (Lerner & Hultch, dalam Santrock, 2012).
Hubungan antara remaja dengan kelompok teman sebayanya, yang secara
disadari memberi manfaat pemenuhan kebutuhan remaja merupakan dukungan sosial
teman sebaya.Shumaker dan Brownell (1984, dalam Vaux, 1988) menggambarkan
bahwa dukungan adalah suatu pertukaran sumber daya antara sedikitnya dua individu,
dan hal ini dirasakan oleh kedua belah pihak yang diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan penerima dukungan. House (1981, dalam Vaux, 1988) mengemukakan
empat bentuk dukungan sosial, yaitu dukungan emosional, seperti mengungkapkan
empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan; dukungan
instrumental yaitu tingkah laku yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan orang lain
yang sifatnya materi, maupun jasa; dukungan informasi, mencakup pemberian sugesti,
nasehat, petunjuk, dan saran; serta dukungan appraisal seperti memberikan pujian untuk
meningkatkan penghargaan diri orang tersebut.
Keempat bentuk dukungan sosial yang diberikan teman sebaya kepada remaja
akan memengaruhi remaja dalam mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri,
serta lebih menerima dan menghargai dirinya. Menurut O’Brien (1990, dalam Santrock,
2003), teman sebaya adalah sumber dukungan yang menyeluruh bagi remaja, kemudian
4
Universitas Kristen Maranatha
daripada saudara kandung, dan juga daripada kedua orang tua, kecuali dalam hal
dukungan keuangan dan nilai-nilai pribadi.
Peranan teman sebaya tidak dapat terlepas dari dampak positif maupun negatif
yang mungkin muncul dalam perilaku remaja. Apabila lingkungan teman sebaya
memfasilitasi atau memberikan peluang secara positif, maka remaja akan mencapai
perkembangan sosial secara matang. Sebaliknya, apabila lingkungan teman sebaya
memberikan peluang secara negatif terhadap remaja, maka perkembangan sosial remaja
akan terhambat (Irawati, Devy 2002, dalam www.hasmansulawesi01.blogspot.co.id).
Oleh karena itu, memilih teman dirasa penting karena pergaulan dengan teman sebaya
akan menentukan masa depan dan sikap remaja.
Untuk memperlengkapi diri di masa depannya, remaja tidak hanya memiliki
tugas untuk memilih teman dan membina relasi yang positif dengan orang lain, namun
remaja juga memiliki tugas untuk mulai memikirkan rencana masa depannya.
Memikirkan dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut kehidupan
selanjutnya, seperti pendidikan, pekerjaan di masa depan, membentuk identitas sebagai
orang dewasa, dan membangun sebuah keluarga, merupakan tugas perkembangan
mereka. Untuk menyesuaikan diri, dalam upaya pencapaian tugas perkembangannya,
remaja memerlukan keterampilan yang dapat diperoleh melalui pendidikan.Oleh karena
itu, masa remaja tidak dapat terlepas dengan dunia pendidikan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nurmi (1989) yang mengatakan bahwa salah satu hal yang sangat menarik dan
5
Universitas Kristen Maranatha
Remaja yang berusia 13-15 tahun berada pada jenjang pendidikan sekolah
menengah pertama (SMP). Setelah selesai dengan jenjang pendidikan tersebut, remaja
diharapkan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu sekolah
menengah atas (SMA), yang merupakan institusi pendidikan yang mempersiapkan
lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau dengan kata
lain mencetak calon-calon untuk prospek kuliahan. Selama menjalani proses pendidikan
yang normalnya tiga tahun, remaja akan melaksanakan program pendidikan melalui
suatu aturan pelaksanaan pembelajaran atau suatu kurikulum yang memang sudah diatur
sebelumnya.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan kesempatan kepada
remaja untuk menentukan program studi di kelas XI (atau kelas II SMA), kurikulum
jenjang SMA saat ini menuntut remaja untuk menentukan program studi yang akan
dipilih sejak kelas X (atau kelas I SMA) (www.okezone.com). Hal ini sering kali
menjadi permasalahan karena remaja bingung dan belum tahu harus memilih jurusan
apa, yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Padahal, jurusan yang
mereka pilih akan menentukan kemungkinan pilihan jurusan yang dapat mereka pilih
saat meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwa sejalan
dengan perkembangannya, banyak remaja yang memilih suatu jurusan tertentu atas dasar
perintah/paksaan dari orang tua mereka. Tidak sedikit pula remaja yang memilih
jurusannya atas dasar ikut-ikutan pilihan temannya.Hal ini menyebabkan pilihan remaja
terhadap jurusan yang dipilihnya tidak murni dari hati nurani, melainkan ada
6
Universitas Kristen Maranatha
Tidak dapat dimungkiri bahwa pendidikan seseorang sangat berpengaruh
terhadap penentuan dan keberhasilan pekerjaan mereka di masa mendatang. Hal ini juga
berlaku bagi remaja, bahwa pendidikan yang kelak akan mereka tempuh akan
memengaruhi pekerjaannya di masa depan. Oleh karena itu, mempersiapkan jenjang
pendidikan selanjutnya merupakan hal yang sebaiknya dilakukan remaja sedini
mungkin.Apa yang akan mereka lakukan setelah selesai pada suatu jenjang pendidikan,
apakah mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak, jurusan
pendidikan apa yang akan mereka pilih, dan lain sebagainya. Ketika remaja dapat
mempersiapkan masa depannya sedini mungkin, maka remaja dapat siap bersaing di
dalam masyarakat.
Dalam ilmu psikologi, kesiapan seseorang dalam menghadapi masa depannya
disebut dengan orientasi masa depan. Menurut Nurmi (1989), orientasi masa depan
adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan yang
memungkinkan individu untuk menentukan tujuan, menyusun rencana untuk mencapai
tujuan dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat dilaksanakan.
Individu harus memikirkan dengan baik hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan
untuk mencapai orientasi masa depan yang jelas dan memahami pentingnya masa depan
bagi kelangsungan hidupnya.
Orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) terdiri dari tiga tahapan proses pembentukkannya, yaitu motivation, planning, dan evaluation. Motivation meliputi
motif-motif, minat-minat dan harapan-harapan individu yang berkaitan dengan masa
7
Universitas Kristen Maranatha
tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Planning merujuk pada
bagaimana individu merencanakan realisasi dari tujuannya. Akhirnya dilakukan
evaluation terhadap realisasi dari tujuan dan perencanaan yang telah disusun, proses ini
merupakan evaluasi terhadap kemungkinan dalam merealisasikan tujuan. Individu yang
memiliki tujuan yang jelas dan spesifik; motivasi yang kuat; perencanaan yang terarah;
serta evaluasi yang akurat dapat dikatakan sebagai individu yang memiliki orientasi
masa depan yang jelas. Sebaliknya, individu yang memiliki tujuan bersifat umum; belum
memiliki perencanaan; dan belum memiliki penilaian yang pasi tentang masa depan;
serta pesimis dapat dikatakan sebagai individu yang belum memiliki orientasi masa
depan yang jelas.
Berdasarkan penelitian mengenai “Orientasi Masa Depan Remaja Ditinjau dari
Dukungan Sosial pada Siswa kelas X SMAN 6 Yogyakarta” yang telah dilakukan oleh
Yupi pada tahun 2010, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
dukungan sosial dengan orientasi masa depan seseorang (https://simpus.uii.ac.id/). Di
dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa semakin tinggi dukungan yang diberikan
oleh lingkungan, semakin jelas orientasi masa depan yang dimiliki individu tersebut.
Dengan kata lain, kejelasan orientasi masa depan seseorang berhubungan dengan tinggi
rendahnya dukungan sosial yang dihayatinya.
Mengetahui bahwa masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan
seseorang, Drs. Timotius Adi Tan, M. A., CBC. berinisiatif untuk membentuk suatu
komunitas yang diperuntukan bagi remaja berusia 13-18 tahun, yaitu DARE for Youth.
8
Universitas Kristen Maranatha
memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka. Di dalam komunitas ini remaja
diberikan pengarahan yang membimbing mereka untuk mempersiapkan masa depannya
dan menemukan, serta meyakini arah tujuan hidupnya. Sesuai dengan visinya,
mempersiapkan generasi muda yang berani membawa perubahan yang positif bagi dunia
dengan cara berkontribusi sesuai dengan panggilannya, anggota komunitas DARE for
Youth diharapkan sudah dapat mempersiapkan masa depannya secara pribadi, sebelum
mereka dapat berkontribusi terhadap lingkungan.
Berdasarkan wawancara dengan salah seorang pengurus di komunitas ini,
didapatkan informasi bahwa sebagian anggota komunitas DARE for Youth sudah
memiliki tujuan yang spesifik, seperti menjadi dokter anak, magazine planner, konsultan
IT di perusahaan asing, dan lain sebagainya. Mereka juga sudah mengetahui langkah apa
yang harus mereka lakukan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Namun, ada juga
anggota komunitas DARE for Youth yang masih merasa bingung dengan tujuan yang
ingin mereka raih, sehingga mereka tidak tahu hal apa yang harus mereka persiapkan,
dengan kata lain mereka hanya mengikuti “arus”.
Berdasarkan hasil wawancara kepada sepuluh orang anggota komunitas DARE
for Youth di Bandung yang berada pada jenjang pendidikan SMP, didapatkan informasi
bahwa terdapat 60% (6 orang) anggota yang sudah memiliki tujuan yang spesifik
mengenai persiapan mereka dalam bidang pendidikan lanjutan. Mereka sudah
mengetahui akan mengambil jurusan apa saat kuliah, sehingga mereka sudah dapat
memutuskan jurusan apa yang harus mereka ambil di jenjang SMA. Mereka sudah
9
Universitas Kristen Maranatha
mereka inginkan, seperti dengan mengikuti bimbingan belajar, mencari informasi
mendalam mengenai jurusan yang mereka minati, dan lain sebagainya. Selain itu,
mereka juga merasa yakin dapat mengatasi masalah yang mungkin muncul dalam upaya
meraih tujuan yang sudah mereka tetapkan. Lima diantara enam orang (83,33%) yang
sudah memiliki perencanaan yang jelas mengenai rencana pendidikannya menghayati
bahwa peranan teman sebaya memberikan banyak pengaruh terhadap perencanaan yang
mereka susun dalam upaya memersiapkan pendidikan lanjutan mereka. Teman sebaya
memberikan informasi yang berkaitan dengan jurusan yang mereka inginkan, juga
memberikan bantuan ketika mereka menghadapi kesulitan dalam upaya menjalankan
rencana yang telah disusunnya. Sedangkan seorang lainnya (16,67%) mengatakan bahwa
orang tua yang membantunya dalam merencanakan rencana pendidikan lanjutannya.
Menurutnya, teman sebaya tidak ada yang dapat membantunya dalam merencanakan
rencana pendidikan. Mereka seolah-olah tidak peduli terhadapnya, bahkan dalam
kegiatan sehari-hari pun ia sering kali merasa tidak dianggap.
Sebanyak 40% (4 orang) anggota komunitas DARE for Youth lainnya belum
memiliki tujuan yang spesifik mengenai persiapan mereka dalam bidang pendidikan
lanjutan. Mereka masih merasa bingung untuk menentukan ingin menjadi apa mereka
kelak, jurusan apa yang akan mereka ambil di jenjang perguruan tinggi, juga belum
mengetahui jurusan dan SMA mana yang akan mereka tuju setelah lulus dari jenjang
SMP. Seorang anggota (25%) merasa tidak yakin bahwa ia dapat menghadapi tantangan
dalam memersiapkan diri untuk meraih tujuannya. Tiga dari empat orang diantaranya
10
Universitas Kristen Maranatha
tujuan yang jelas mengenai rencana pendidikannya. Menurut mereka pendidikan
lanjutan yang akan mereka jalani tidak perlu dipersiapkan sejak dini, biarlah hal itu
berjalan dengan sendirinya, seiring dengan waktu.
Bila dikaitkan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, anggota komunitas
DARE for Youth yang mengaku telah memiliki tujuan yang jelas, mulai memersiapkan
diri untuk mencapai impian tersebut dan sudah mengevaluasi tujuan dan perencanaan
yang mereka susun dapat digolongkan sebagai anggota yang memiliki orientasi masa
depan yang jelas. Sebaliknya, anggota komunitas DARE for Youth yang kurang memiliki
motivasi dan perencanaan mengenai masa depannya, dapat digolongkan sebagai anggota
yang memiliki orientasi masa depan yang belum jelas. Selain itu, dari wawancara yang
telah dilakukan didapatkan fakta bahwa terdapat anggota yang menghayati adanya
dukungan teman sebaya dan memiliki orientasi masa depan yang jelas. Namun ada juga
anggota yang memiliki orientasi masa depan yang jelas, meskipun ia tidak menghayati
adanya dukungan teman sebaya.
Untuk mengetahui apakah komunitas sosial, seperti DARE for Youth,
memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan remaja, maka disusun penelitian
mengenai hubungan antara dukungan teman sebaya dan orientasi masa depan bidang
11
Universitas Kristen Maranatha
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka identifikasi masalah dari penelitian ini
adalah bagaimana hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa
depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran mengenai dukungan sosial teman sebaya dan
orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di
Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh gambaran lebih lanjut sejauh mana hubungan dukungan
sosial teman sebaya terhadap orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota
komunitas DARE for Youth di Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis
Memberikan informasi bagi bidang ilmu Psikologi Perkembangan dan
Pendidikan mengenai hubungan dukungan sosial teman sebaya dan orientasi
masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di
12
Universitas Kristen Maranatha Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai dukungan
sosial teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pendidikan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada anggota komunitas DARE for Youth di kota
Bandung mengenai hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan
orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga mereka dapat memanfaatkan
dukungan sosial teman sebaya untuk merencanakan orientasi masa depan bidang
pendidikan mereka.
Memberikan informasi kepada orang tua dan pengurus komunitas DARE for
Youth mengenai hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan orientasi
masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di kota
Bandung. Informasi ini dapat digunakan untuk membimbing anggota komunitas
dalam memanfaatkan dukungan sosial teman sebaya agar dapat mempersiapkan
orientasi masa depan bidang pendidikan mereka.
1.5 Kerangka Pikir
Anggota komunitas DARE for Youth berada pada rentang usia remaja (13-15
tahun). Masa remaja merupakan suatu masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.Pada periode remaja, di dalam diri individu
terjadi perubahan biologis, yang mencakup perkembangan fisik; perubahan kognitif
13
Universitas Kristen Maranatha
hubungannya dengan orang lain, dalam emosi, kepribadian, dan dalam konteks sosial
(Santrock, 2012).
Sesuai dengan pernyataan Piaget (1954) dalam Santrock (2012), anggota
komunitas DARE for Youth berada pada tahap berpikir formal operasional, dimana
remaja dapat berpikir lebih abstrak, idealis, dan logis. Mereka mengaitkan suatu gagasan
dengan gagasan lain secara lebih nyata. Berdasarkan penjelasan tersebut, anggota
komunitas DARE for Youth dapat berpikir tentang masa depannya dalam setting
pendidikan yang diinginkan secara lebih terstuktur.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2012), pemikiran operasional formal
berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak,
idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Mereka mengaitkan suatu
gagasan dengan gagasan lain secara lebih nyata. Mereka bukan hanya
mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara
berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat
pemahaman lebih mendalam.Pemikiran formal operasional bersifat lebih abstrak,
idealistis dan logis.Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak
misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis
dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan
dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun
berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara
14
Universitas Kristen Maranatha
Santrock (2012) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial, remaja mengalami
perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi,
kepribadian, dan peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua,
serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan
remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan
peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja.
Perubahan yang dialami membawa remaja kepada tuntutan tugas sebagai seorang
individu yang bertanggung jawab, baik kepada lingkungan maupun dirinya
sendiri.Menurut Santrock (2012) penggambaran yang lebih akurat mengenai masa
remaja adalah sebagai saat untuk melakukan evaluasi, pengambilan keputusan,
komitmen, dan mencari tempat di “dunia”-nya. Remaja pada akhirnya akan dihadapkan
pada tujuan hidup yang menggiring mereka pada kehidupan selanjutnya, seperti bekerja,
menikah, termasuk melanjutkan pendidikan dalam rangka memersiapkan kehidupan
masa depan. Untuk itu, remaja perlu memiliki perencanaan masa depan yang disebut
juga orientasi masa depan, khususnya dalam bidang pendidikan.
Orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) merupakan cara seseorang
memandang masa depannya, yang tergambar melalui harapan-harapan, tujuan standar,
perencanaan dan strategi. Orientasi masa depan merupakan suatu proses yang mencakup
tiga tahapan, yaitu motivasi (motivation), perencanaan (planning) dan evaluasi
(evaluation).
Motivation, berkaitan dengan apa yang menjadi minat, perhatian dan tujuan
15
Universitas Kristen Maranatha
anggota komunitas DARE for Youth akan mengarahkan dirinya dalam menentukan
tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Setelah menetapkan tujuan yang
ingin dicapai, anggota komunitas DARE for Youth perlu merealisasikannya melalui
proses berikutnya yaitu menyusun suatu planning, yakni aktivitas remaja dalam
memikirkan, menyusun ide-ide atau gagasan-gagasan serta langkah-langkah untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pada proses ini anggota komunitas
DARE for Youth harus membuat langkah-langkah yang mengarah pada pencapaian
tujuan kemudian memutuskan langkah manakah yang paling efisien. Akhirnya anggota
komunitas DARE for Youth perlu melakukan proses Evaluasi. Evaluation berkaitan
dengan penilaian anggota komunitas ini mengenai sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dan rencana yang disusun dapat terwujud. Dalam proses evaluasi ini juga
terkait pertimbangan mengenai penyebab terwujudnya suatu harapan (causal attribution)
dan perasaan (affect) yang menyertainya. Anggota komunitas DARE for Youth
mengevaluasi kesempatan yang dimilikinya dalam upaya merealisasikan tujuan dan
rencana yang telah dibuatnya berdasarkan pada penilaian anggota tersebut mengenai
kemampuan yang dimilikinya.
Anggota komunitas DARE for Youth yang memiliki orientasi masa depan bidang
pendidikan yang jelas ditandai dengan motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah,
dan evaluasi yang akurat. Sebaliknya, jika motivasi yang dimiliki rendah, atau
perencanaan yang disusun tidak terarah, atau evaluasi yang dilakukan tidak akurat, maka
anggota komunitas DARE for Youth dapat dikatakan belum memiliki orientasi masa
16
Universitas Kristen Maranatha
kembali menilai standar tujuan pendidikan yang sudah ditentukan, maupun menilai
kembali strategi perencanaan yang dibuatnya.
Dalam upaya memperjelas orientasi masa depannya, anggota komunitas DARE
for Youth tidak hanya membutuhkan kemampuan diri yang kompeten, tetapi juga
dukungan dari lingkungan tempat anggota tersebut berada. Dukungan adalah interaksi
dengan lingkungan yang memberikan manfaat serta membantu anggota komunitas
DARE for Youth dalam rangka menyusun orientasi masa depannya. Interaksi yang
terjadi antara anggota komunitas DARE for Youth dalam konteks sosial teman sebaya
dapat menjadi salah satu sumber dukungan bagi anggota komunitas DARE for Youth.
Johnson (dalam Ingersoll, 1988) menyatakan bahwa teman sebaya dapat memberikan
dukungan sosial yang bermanfaat. Selain itu, Lerner & Hultch (1983) menyatakan
bahwa keputusan mengenai pentingnya teman sebaya muncul karena adanya kebutuhan
yang besar untuk mendapatkan dukungan, rasa aman, dan petunjuk selama tahun-tahun
transisi, dan kebutuhan tersebut lebih mudah diperoleh dari antara mereka yang
menjalani masa transisi yang sama serta waktu yang dihabiskan bersama teman sebaya.
House (dalam Vaux, 1988) mengemukakan bahwa dukungan adalah transaksi
interpersonal yang melibatkan satu atau lebih dari : (1) dukungan emosional, (2)
dukungan instrumental, (3) dukungan informasi, (4) dukungan penilaian.
Dukungan emosional merupakan tingkah laku teman sebaya yang melibatkan
perhatian emosional (penuh perhatian, mendengarkan, empati) kepada anggota
komunitas DARE for Youth. Dukungan emosional ini akan mendorong anggota
17
Universitas Kristen Maranatha
menghargai diri sendiri. Hal ini memampukan anggota komunitas DARE for Youthuntuk
melihat diri sendiri secara lebih objektif dalam hal kelebihan dan kekurangannya dan ini
mempengaruhi kejelasan tujuan pendidikan lanjutan anggota kounitas DARE for
Youth.Anggota komunitas DARE for Youth yang menghayati bahwa teman sebaya
bersedia mendengarkan keluhannya mengenai kesulitan mereka dalam upaya
menentukan dan menyusun rencana pendidikan lanjutan dapat memperjelas orientasi
masa depan bidang pendidikannya.
Dukungan instrumental merupakan tingkah laku yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan benda (seperti meminjam buku), maupun
pelayanan atau jasa (seperti menyediakan waktu untuk belajar bersama). Tenaga dan
waktu yang diberikan teman sebaya, seperti waktu untuk belajar bersama, dapat
meningkatkan semangat dan usaha untuk mengembangkan potensi dalam rangka
memperjelas tujuan pendidikan lanjutan anggota komunitas DARE for Youth dan
melaksanakan perencanaan untuk memenuhi tujuan tersebut.
Dukungan informasi merupakan tingkah laku teman sebaya yang berhubungan
dengan pemberian informasi dan nasehat dalam usahanya memperjelas orientasi masa
depannya. Informasi yang diterima oleh anggota komunitas DARE for Youth dari teman
sebaya dapat memberikan kejelasan akan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Anggota komunitas DARE for Youth yang memperoleh informasi dari teman sebaya
berupa pemberian nasehat, petunjuk, atau pilihan studi lanjutan dapat lebih memberikan
kejelasan mengenai tujuan pendidikan lanjutan. Teman sebaya yang menyatakan bahwa
18
Universitas Kristen Maranatha
kesempatan kerja, serta meningkatkan karir di masa depan dapat meningkatkan minat
dan harapan anggota komunitas DARE for Youth. Selain itu, informasi yang diterima
juga dapat memberikan arah bagi anggota komunitas DARE for Youth dalam menyusun
langkah-langkah perencanaan untuk mencapai tujuan yang akan ditetapkan. Pada tahap
terakhir, yaitu evaluasi, anggota komunitas DARE for Youth yang memperoleh informasi
berupa umpan balik dari teman sebaya dapat membantunya sebagai bahan untuk melihat
kemungkinan dalam proses pencapaian tujuannya.
Dukungan penilaian berkaitan dengan penghargaan teman sebaya terhadap
perbuatan anggota komunitas DARE for Youth. Pujian dan kritik yang membangun dapat
memperjelas tujuan anggota komunitas DARE for Youth mengenai pendidikan lanjutan
karena melalui pujian dan kritik yang diberikan oleh teman sebaya menjadi umpan balik
terhadap rencana dan tindakan yang diambil. Jika penilaian yang diberikan positif
(pujian, penghargaan) maka hal ini menjadi indikator bahwa rencana dan tindakannya
sudah tepat.Sebaliknya, jika penilaian yang diberikan adalah negatif seperti ejekan dapat
menjadi indiaktor bahwa rencana atau tindakannya belum tepat. Selain itu, dorongan dan
kritik yang membangun dari teman sebaya juga dapat memberikan masukan dalam
usaha anggota komunitas DARE for Youth melakukan pembaharuan pada strategi
perencanaan orientasi masa depan pendidikannya.
Dapat dilihat bahwa pemberian dukungan informasi, penilaian, emosional,
maupun instrumental dari teman sebaya kepada anggota komunitas DARE for Youth
dalam rangka memotivasi, melakukan perencanaan dan mengevaluasi orientasi masa
19
Universitas Kristen Maranatha
untuk melanjutkan pendidikan tahap selanjutnya. Dukungan yang diterima remaja,
kaitannya dengan merencanakan orientasi masa depan akan memberikan masukan
kepada anggota komunitas DARE for Youth untuk meningkatkan motivasi, melakukan
perencanaan serta evaluasi. Pada akhirnya, dukungan teman sebaya akan membawa
anggota komunitas DARE for Youth tersebut pada kejelasan orientasi masa depan bidang
20
Universitas Kristen Maranatha
Untuk dapat memahami kerangka pemikiran ini, maka dibuat skema sebagai
21
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi
Dari kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan beberapa asumsi
sebagai berikut :
Remaja memiliki kehidupan sosial yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan
teman sebaya.
Teman sebaya dapat menjadi sumber dukungan bagi remaja.
Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati anggota komunitas DARE for
Youth dapat berupa dukungan emosional, instrumental, informasi dan penilaian.
Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati dapat meningkatkan motivasi
anggota komunitas DARE for Youth.
Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati dapat membantu mengarahkan
perencanaan anggota komunitas DARE for Youth.
Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati anggota komunitas DARE for
Youth dapat memberikan evaluasi yang lebih akurat.
Motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah, serta evaluasi yang akurat
menunjukan bahwa anggota komunitas DARE for Youth memiliki orintasi masa
depan bidang pendidikan yang jelas.
1.7 Hipotesis
Berdasarkan asumsi di atas, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
Terdapat hubungan antara dukungan teman sebaya dan orientasi masa depan bidang
72 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan dukungan sosial teman
sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP anggota
komunitas DARE for Youth di Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan
orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP anggota komunitas
DARE for Youth di Bandung.
2. Jenis dukungan emosional dari teman sebaya adalah jenis dukungan yang
berhubungan paling kuat dan signifikan terhadap orientasi masa depan bidang
pendidikan pada siswa SMP anggota komunitas DARE for Youth di Bandung.
3. Jenis dukungan appraisal dan informasi memiliki hubungan yang signifikan
terhadap kejelasan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP
anggota komunitas DARE for Youth di Bandung.
4. Jenis dukungan instrumental memiliki hubungan yang tidak signifikan
terhadap kejelasan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP
73
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan dukungan sosial teman
sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP anggota
komunitas DARE for Youth di Bandung, peneliti menyarankan hal-hal sebagai
berikut:
5.2.1 Saran Teoretis
1. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian lanjutan mengenai dukungan
sosial teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan, disarankan
untuk memperbaiki alat ukur yang digunakan, agar data yang diperlukan dapat
diperoleh dengan maksimal.
2. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian mengenai dukungan sosial
dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP, disarankan
untuk melihat dukungan sosial dari pihak lain, tidak hanya teman sebaya.
5.2.2 Saran Praktis
1. Memberikan informasi, berupa diskusi/training, kepada pengurus komunitas
DARE for Youth mengenai hubungan positif antara dukungan sosial teman
sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga pengurus dapat
memotivasi anggotanya untuk terus menjalin relasi dan memilih teman yang
memberikan dampak positif.
2. Memberikan informasi melalui seminar kepada orang tua mengenai hubungan
74
Universitas Kristen Maranatha
pendidikan anggota komunitas DARE for Youth, sehingga orang tua dapat
mendorong anaknya untuk mengikuti kegiatan komunitas remaja, seperti
DARE for Youth, dalam rangka memersiapkan masa depan anaknya sedini
mungkin.
3. Memberikan informasi melalui seminar/camp kepada anggota komunitas
DARE for Youth di Bandung mengenai hubungan positif dukungan sosial
teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga mereka
menyadari pentingnya menjalin relasi yang positif dan memilih teman yang
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN
ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PENDIDIKAN PADA
SISWA/I SMP
(Suatu penelitian pada anggota komunitas D.A.R.E. for Youth di Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha
Oleh :
YULI YOHANNA NRP : 1030032
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti haturkan pada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat
hikmat dan anugerah-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugas penelitian akhir di
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Penelitian ini bangkit dari
kepedulian peneliti terhadap bidang Psikologi Sosial, khususnya mengenai hubungan
dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa depan pada remaja.
Penyusunan penelitian ini mendapatkan berbagai perhatian, dorongan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. Irene P. Edwina, M. Si., Psik., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha.
2. Dra. Sumiarti Soemarno, S. Psi, Psik., selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan berupa
masukan-masukan sehingga tugas ini dapat selesai sesuai dengan semestinya.
3. M. Yuni Megarini C., M. Psi., Psik., selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang telah memberikan masukan, arahan dan dukungan kepada peneliti,
sehingga tugas ini dapat selesai sesuai dengan semestinya.
4. Drs. Timotius Adi Tan, MA, CBC. dan pengurus komunitas DARE for Youth
yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi, serta bersedia
vii
5. Keluarga peneliti yang selalu memberikan dorongan berupa materi maupun
imateriil, serta dukungan doa dan perhatiannya.
6. Edgar Sulistyo Gunawan, S. Psi., ACMC, CT. NLP , yang selalu memberikan
dukungan dan memotivasi peneliti untuk tidak menyerah dan terus melakukan
yang terbaik sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
7. Rekan-rekan seperjuangan, Florence, Rosty, Queeny, Jessica, Grace, Anzella
dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah saling
mendukung dan membantu dalam pembuatan penelitian ini.
8. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi peneliti dapat membagi pengetahuan
kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya. Sungguh besar harapan peneliti
agar penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut dan dapat berguna untuk mahasiswa
fakultas psikologi khususnya. Terima kasih.
Bandung, November 2016
74 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Friedenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Massachusetts: Allyn and Bacon.
Guilford, J. P. (1959). Psychometric Methods 2nd Edition. New York : McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Kaplan, Robert M. (2005). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues. USA: Wadsworth Thompson Learning Inc.
Moh. Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nurmi, JE. (1989). Future Orientation: Adolescents Orientation to the Future. Finland: Helshinki.
Nurmi, JE., Rachel Seginer, M. Poole. (1990). Future Orientation Questionnaire and Identity Exploration and Commitment Questionnaire. Finland: University of Helshinki.
Santrock, John W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Penerjemah: Sherly Saragih, S. Psi. Jakarta: Erlangga.
--- (2012). Life-span development 13thed: Perkembangan Masa Hidup. Penerjemah: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga.
--- (2012). Adolescence 14thed. New York: McGraw-Hill.
Siegel, Sidney. (1997). Statistik Non-Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
75 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN .
Anonim. (15/2/2016). Kisah Joey Alexander Pianis Indonesia yang Masuk Nominasi Grammy. www.bbc.com. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.
Anonim. (7/9/2013). Ngeri! 57% Remaja di Bandung Sudah Pernah Nge-Seks. www.fokusjabar.com. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.
Anonim. (8/10/2014). Siswa SMA Pilih Jurusan di Kelas X. www.okezone.com. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.
Helindro, Gilang. (2015). Andre Surya Mendirikan Sekolah untuk Pecandu Imajinasi. www.geotimes.co.id. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.
Hindarto, Stefanny. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa Kelas XI SMA “X” di Kota Cirebon. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Irawati, Devy. (1/3/2009). Kumpulan Proposal Penelitian.
www.hasmansulawesi01.blogspot.co.id/2009/03/pengaruh-teman-sebaya-terhadap-perilaku.html. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.
Kalenia, Heda. 2015. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Remaja Tunarungu di Kota Bandung. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Lora S, Yvonne. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang
Pendidikan pada Remaja di Lembaga Bimbingan Belajar ‘X’ di Kota Bandung.
Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Maria, Cindy. 2008. Perancangan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pendidikan pada Siswa/i Kelas I SMA “X” Bandung. Tugas Akhir : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Novella. 2010. Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Motif Berprestasi pada Siswa/I kelas IX di SMP “X” Bandung. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
76 Universitas Kristen Maranatha
Suhariyanto. 5/4/2010. Tren Perilaku Belanja di Mall. http://swa.co.id/. Diunduh pada tanggal 4/10/2015. Pada pukul 19:00.
Thomas. (25/8/2016). Rahasia Sukses Tontowi/Liliyana Rebut Emas Olimpiade 2016. www.liputan 6.com. Diunduh pada tanggal 12/12/2016. Pada pukul 20:00.