UNIVERSITAS NEGERI MEDAN T.P 2014/2015
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
NAILAN FAKHRIYAH LUBIS NIM. 8126176016
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
ABSTRAK
Nailan Fakhriyah Lubis (NIM. 8126176016), Efek Model Problem Based Learning dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa di Jurusan Fisika Universitas Negeri Medan T.P 2014/2015. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2015.
Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui efek model Problem Based Learning terhadap keterampilan pemecahan masalah mahasiswa, untuk mengetahui efek keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah mahasiswa dan untuk mengetahui interaksi antara model Problem Based Learning dan keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model Problem Based Learning dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen keterampilan pemecahan masalah dalam bentuk essai sebanyak 5 soal dan insrumen keterampilan berpikir kritis bentuk essai sebanyak 5 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa keterampilan pemecahan masalah fisika mahasiswa yang diajarkan dengan model Problem Based Learning lebih baik daripada keterampilan pemecahan masalah pembelajaran konvensional. Keterampilan pemecahan masalah mahasiswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik daripada keterampilan pemecahan masalah yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. Model Problem Based Learning dan keterampilan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah mahasiswa.
ABSTRACT
Nailan Fakhriyah Lubis (NIM. 8126176016), The Effects of Problem Based Learning and Critical Thinking Skills to Problem Solving Skills in the Department of Physics State University of Medan T.P 2014/2015. Post Graduate Program, State University of Medan 2015.
The purpose of the research are: to know the effects of Problem Based Learning to problem Solving Skills of student, to know the effects of Critical Thinking Skills to Problem Solving Skills, and to know the interaction of Problem Based Learning and Critical Thinking Skills to Problem Soving Skills. Samples in this research conducted in cluster random sampling as many as two class, the first class as experiment class applied Problem based Learning and the second class as control class applied conventional learning. Instrument used in this research are instrument of Problem Solving in the form of essay by 5 questions and instrument Critical Thinking Skills in the form essay by 5 questions hs been declared reliable and valid. From the result can be concluded that Problem Solving Skills student of Physics thet lerning with Problem Based Learning better than Problem Solving Skills conventional learning. Problem Solving Skills students that having high Critical Thinking Skills better than Problem Solving Skills that having low Critical Thinking Skills. Problem Based Learning and critical Thinking Skills as interaction to approach Problem Solving Skills of student.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Efek Model Problem Based Learning dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa di Jurusan Fisika Universitas Negeri Medan T.P 2014/2015” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS., dan Ibu Dr. Betty M. Turnip, M.Pd., sebagai Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M., Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, dan Ibu Dr. Eva M. Ginting, M.Si selaku nara sumber dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D., dan Bapak Drs. Rappel Situmorang, M.Si selaku validator instrumen penelitian. Selain itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan, seluruh Dosen beserta staf Jurusan Fisika, atas bantuan dan kerjasamanya sehingga terlaksananya penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan dan berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
serta kakak Afnarianti Arnas Lubis, M.Pd., abang Zulfiansyah Putra Sinaga, S.Pd dan adik-adik Muhammad Imamul Umam Lubis, Lc., Lina Saskila, M.Th.I., M. Irsyad Anwar S Lubis, S.Pd., Wardatul Ashani Lubis dan Dyah Inggit Murtiningrum yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini. Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada Suami tercinta Teguh Febri Sudarma, M.Pd yang telah dengan sabar dan setia memberikan pengorbanan, semangat, dan dukungan kepada penulis dalam menempuh studi hingga selesai serta ananda tercinta Abdullah Raihan Hanif.
Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
Nailan Fakhriyah Lubis NIM. 8126176016
vi
BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN 13 HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Defenisi Model Pembelajaran 13
2.1.1. Model Problem Based Learning 14
2.1.2. Karakteristik Problem Based Learning 15 2.1.3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah 17 2.1.4. Teori Pembelajaran yang Mendukung 17 2.1.5. Sintaks Problem Based Learning 21
2.1.6. Keterampilan Berpikir Kritis 28
2.1.7. Keterampilan Pemecahan Masalah 32
2.1.8. Penelitian Yang Relevan 39
2.2 Kerangka Konseptual 42
2.2.1. Efek Model Problem Based Learning Terhadap 42 Keterampilan Pemecahan Masalah
2.2.2. Efek Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap 44 Keterampilan Pemecahan Masalah
2.2.3. Interaksi Antara Model Problem Based Learning dan 45 Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan
3.2.1. Populasi Penelitian 48
3.6.1. Tes Keterampilan Berpikir Kritis 53 3.6.2. Tes Keterampilan Pemecahan Masalah 53
3.7 Validitas 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 70
4.1 Hasil Penelitian 70
4.1.1. Pretes 70
4.1.1.1. Uji Normalitas 71
4.1.1.2. Uji Homogenitas 73
4.1.1.3. Uji Kesamaan Rata-rata Data Pretes 74
4.1.2. Keterampilan Berpikir Kritis 74
4.1.3. Postes 79
4.1.4. Deskripsi Keterampilan Pemecahan Masalah 80 Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
4.1.5. Pengujian Hipotesis 84
4.2 Pembahasan 92
4.2.1. Efek Model Problem Based Learning Terhadap 92 Keterampilan Pemecahan Masalah
4.2.2. Efek Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap 95 Keterampilan Pemecahan Masalah
4.2.3. Interaksi Antara Model Problem Based Learning dan 99 Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan
Pemecahan Masalah
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102
5.1 Kesimpulan 102
5.2 Saran 103
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks model Problem Based Learning 26 Tabel 2.2 Rubrik Keterampilan Pemecahan Masalah 37
Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan 39
Tabel 3.1 Desain Penelitian 50
Tabel 3.2 Desain Penelitian Anava 2x2 50
Tabel 3.3 Output Uji Validitas Tes Keterampilan Pemecahan 57 Masalah
Tabel 3.4 Output Uji Validitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis 58 Tabel 3.5 Output Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Pemecahan 60
Masalah
Tabel 3.6 Output Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis 61
Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Tes 62
Tabel 3.8 Daya Pembeda Soal 63
Tabel 3.9 Ringkasan Anava Dua Jalur 67
Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 70
Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretes 72
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Nilai Pretes 73
Tabel 4.4 Uji Kesamaan Pretes Keterampilan Pemecahan Masalah 74 Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 4.5 Data Keterampilan Berpikir Kritis 75 Tabel 4.6 Data Kelompok Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan 76
Rendah pada Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 4.7 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 79 Tabel 4.8 Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa 81
Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Tabel 4.9 Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa 82 Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Masing Masing Kelas
Tabel 4.10 Hasil ANAVA 84
Tabel 4.11 Statistik ANAVA 84
Tabel 4.12 Uji Homogenitas Keterampilan Pemecahan Masalah 85 Mahasiswa dengan Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan ANAVA Dua Jalur 86 Tabel 4.14 Perbedaan Keterampilan Pemecahan Masalah Antar 89
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan pada intinya merupakan kegiatan pembelajaran di
dalam kelas, karena itu peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui
perbaikan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa
agar memiliki kompetensi yang penting untuk menghadapi tantangan di masa
depan yang berhubungan dengan globalisasi, masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis
pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi
pada sektor pendidikan.
Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam
kehidupan, terlebih di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
berkembang dengan pesat saat ini. Fisika tidak hanya memberikan sumbangan
yang nyata terhadap perkembangan teknologi melainkan juga mendidik siswa
untuk memiliki sikap intelektual dan religi dalam kehidupan. Oleh karena itu
siswa dituntut agar mampu menghadapi perubahan segala bidang, bertindak atas
dasar pemikiran yang logis, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Salah satunya
yaitu dengan mempelajari fisika. Pada hakekatnya, fisika merupakan kumpulan
2
pembelajaran yang efektif dan efisien serta mampu membuat peserta didik tertarik
dan termotivasi untuk mempelajari fisika (Yance, 2013:48).
Data selama empat tahun terakhir (2010 sampai dengan 2014) mengenai
kemampuan mahasiswa fisika di tingkat Universitas Negeri Medan berkenaan
dengan mata kuliah Fisika Umum I adalah : hanya 17,8% memperoleh nilai A,
38,13% nilai B, 39,4% nilai C dan 4,6% nilai E. Distribusi nilai seperti di atas
diperoleh karena acuan penilaian yang digunakan belum sepenuhnya
menggunakan penilaian acuan patokan (PAP) tetapi masih menggunakan
gabungan acuan patokan dan acuan normal. Jika digunakan penilaian acuan
patokan dalam penentuan nilai akhir sebagaimana yang dilakukan pada penilaian
tes standar Tahun Pembelajaran 2014/2015 hanya sekitar 30% dari mahasiswa
yang memperoleh nilai C selebihnya memperoleh nilai E.
Target penting dari proses pembelajaran khususnya pendidikan fisika
adalah mendidik individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang ditemukan
di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Selcuk (2008 : 151) yang
menyatakan bahwa program pendidikan memiliki tujuan utama dalam mengajar
peserta didik yaitu untuk mengatasi masalah matematika, masalah fisika, masalah
kesehatan, masalah sosial dan masalah pembentukan kepribadian. Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk
suatu profesi, tetapi jauh lebih penting mempersiapkan kemampuan
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Pemecahan masalah diartikan sebagai suatu proses pendekatan yang
dan penganalisaan data dan informasi, pemilihan alternatif serta perancangan
tindakan yang bertujuan untuk menemukan solusi. Memecahkan masalah
merupakan pemanfaatan dari proses berpikir. Kemampuan seseorang
memecahkan suatu masalah ditentukan oleh pemahamannya terhadap masalah itu.
Pentingnya pemahaman konsep dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi
sikap, keputusan dan cara-cara memecahkan masalah (Trianto, 2007:65).
Pemecahan masalah merupakan salah satu jenis proses berpikir konseptual
tingkat tinggi karena peserta didik harus mempunyai keterampilan
menggabungkan aturan-aturan untuk mencapai suatu pemecahan. Hal senada
diungkapkan Eric (2003:20) bahwa pemecahan masalah adalah proses berpikir
tingkat tinggi yang meliputi proses analisis, sintetis dan evaluasi. Metode yang
terkenal dan sering digunakan dalam mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah melibatkan tahapan dan langkah-langkah pemecahan masalah.
Keterampilan memecahkan masalah pada dasarnya merupakan tujuan
utama proses pendidikan (Dahar, 1996:138). Oleh karena itu keterampilan
memecahkan masalah penting dimiliki oleh siswa untuk menentukan sikap dan
tindakan yang benar pada saat dihadapkan dengan masalah-masalah yang terjadi
di sekolah. Dalam batasan pembelajaran fisika, mahasiswa dituntut untuk dapat
memecahkan masalah berupa soal-soal tes yang berhubungan dengan konsep
fisika menggunakan analisis matematika sebagai bentuk hasil belajar.
Namun kenyataannya, dari hasil wawancara dengan beberapa Dosen
Fisika Universitas Negeri Medan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa
4
kuliah Fisika Umum I sebesar 49,3. Hal ini dikarenakan mahasiswa terbiasa
mengerjakan soal-soal tes dalam bentuk persamaan matematis yang berprioritas
pada proses penyelesaian soal tanpa menganalisis terlebih dahulu permasalahan
yang diberikan, tes yang diberikan dalam ujian formatif akhir dalam bentuk
pilihan berganda, kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami persoalan
yang diberikan dan menghubungkannya dengan konsep fisika serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, pendidik
haruslah melatih peserta didik agar berpikir secara kritis dalam menganalisis
maupun dalam memecahkan suatu permasalahan. Berpikir kritis adalah suatu
proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan
mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan
berdasarkan kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Glaser
(1941:5) mendefenisikan berpikir kritis sebagai: “(1) suatu sikap mau berpikir
secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam
jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-metode
pemeriksaan dan penalaran yang logis; (3) semacam suatu keterampilan untuk
menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk
memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti
pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya”.
Berpikir kritis itu adalah pola berpikir seseorang mempunyai wawasan dan
wacana yang luas. Dia mampu menganalisa suatu masalah dengan tepat, cermat,
akal, bisa dipertanggungjawabkan dan valid. Pada dasarnya seseorang yang
mempunyai bekal pengetahuan dan wawasan yang luas, dia otomatis akan
berpikir secara kritis, karena dia akan menganalisa masalah dengan berbagai
kemungkinan dari sudut ilmu dan teori yang dia kuasai sehingga akan
menghasilkan hasil analisa yang lebih detail, dan karena detail inilah seseorang
akan menjadi lebih kritis.
Salah satu mata kuliah pada Jurusan Fisika Unimed adalah Fisika Umum.
Mata kuliah Fisika Umum diberikan dalam dua semester, yaitu Fisika Umum I
dan Fisika Umum II yang masing-masing memiliki bobot 2 SKS. Mata kuliah ini
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang konsep-konsep dan
prinsip-prinsip/hukum-hukum fisika sebagai dasar untuk memahami fisika lanjut.
Mata kuliah Fisika Umum membahas keseluruhan konsep-konsep dalam ilmu
fisika secara umum, karena itu Fisika Umum memiliki posisi yang penting
sebagai landasan untuk mata kuliah selanjutnya. Mahasiswa harus memiliki
penguasaan Fisika Umum yang baik karena menjadi dasar untuk mata kuliah
tingkat lanjut.
Ada beberapa hal yang diduga berhubungan erat dengan hasil belajar
Fisika Umum pada Jurusan Fisika FMIPA Unimed. Salah satu diantaranya ialah
luasnya cakupan materi dengan bobot 2 SKS menyebabkan pembelajaran Fisika
Umum sering terfokus pada target penyelesaian materi kuliah, kelas yang besar
yang menyebabkan kebutuhan individual kurang mendapat perhatian, karena tidak
semua mahasiswa memiliki kesempatan untuk berlatih menyelesaikan masalah
6
dalam kelas. Mahasiswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan yang
telah dimiliki dengan masalah yang disajikan sehingga proses pembelajaran yang
terjadi kurang mengajak mahasiswa untuk berpikir kritis . Pada umumnya mereka
tidak menyadari bahwa mereka telah memiliki pengetahuan yang dibutuhkan
untuk menganalisis suatu masalah fisika, akan tetapi pengetahuan itu tersimpan
sebagai pengetahuan yang terpisah sehingga siswa tidak melihat hubungan
dengan konteks masalah yang ditanyakan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih
keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah
mahasiswa adalah model Problem Based Learning. Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka
kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada
masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang
berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan
masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang
relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh
pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode
ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) tidak dirancang untuk membantu
guru menyampaikan informasi dalam jumlah yang besar seperti pada
pembelajaran langsung dan ceramah. PBL dirancang terutama untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan
dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang
disimulasikan; dan menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom (Arends,
2008:43).
Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk siswa belajar menjadi
pembelajar yang mandiri, saling bekerja sama untuk memecahkan masalah, dan
belajar untuk mencari tahu, bukan diberi tahu. Peran guru dalam pembelajaran
berbasis masalah ialah sebagai desainer pembelajaran, fasilitator dan mediator
pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian M.S. Aziz (2014:134), menunjukkan bahwa
model PBL lebih baik dalam meningkatkan dan mengembangkan keterampilan
belajar mandiri antara mahasiswa fisika dibandingkan menggunakan pembelajaran
konvensional. Penelitian A. Folashade (2009:45) mengatakan bahwa siswa fisika
dengan tingkat kemampuan yang rendah yang diajarkan dengan pembelajaran
berbasis masalah secara signifikan lebih baik daripada yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional. Sementara itu, hasil penelitian Kd. Urip Astika
(2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara
siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan
siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. Penelitian A.K.
Tasoğlu, M. Bakaç (2014:110) menyatakan bahwa model PBL lebih efektif
daripada metode pembelajaran tradisional dalam meningkatkan pemahaman
8
Berdasarkan uraian tersebut, perlu diteliti tentang efek penggunaan model
Problem Based Learning dan keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah mahasiswa melalui penelitian berjudul:
“Efek Model Problem Based Learning dan Keterampilan Berpikir
Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa di Jurusan
Fisika Universitas Negeri Medan T.P 2014/2015”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi antara lain :
1. Keterampilan pemecahan masalah mahasiswa masih dikategorikan
rendah dengan nilai rata-rata hasil uji MIPA standar mata kuliah Fisika
Umum sebesar 49,3.
2. Mahasiswa terbiasa mengerjakan soal-soal tes dalam bentuk
persamaan matematis yang berprioritas pada proses penyelesaian soal
tanpa menganalisis terlebih dahulu permasalahan yang diberikan.
3. Tes yang diberikan dalam ujian formatif akhir dalam bentuk pilihan
berganda.
4. Kurangnya keterampilan mahasiswa dalam memahami persoalan yang
diberikan dan menghubungkannya dengan konsep fisika serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Luasnya cakupan materi dengan bobot 2 SKS menyebabkan
pembelajaran Fisika Umum sering terfokus pada target penyelesaian
6. Mahasiswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan yang telah
dimiliki dengan masalah yang disajikan sehingga proses pembelajaran
yang terjadi kurang mengajak mahasiswa untuk berpikir kritis
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada :
1. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model Problem Based
Learning yang diterapkan kepada mahasiswa jurusan fisika Universitas Negeri Medan T.P. 2014/2015.
2. Keterampilan berpikir yang dilihat adalah keterampilan berpikir kritis
mahasiswa.
3. Keterampilan pemecahan masalah melalui soal-soal fisika diukur
dengan menggunakan tes keterampilan pemecahan masalah teknik
Polya.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada efek model Problem Based Learning terhadap
keterampilan pemecahan masalah mahasiswa?
2. Apakah ada efek keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan
pemecahan masalah mahasiswa?
3. Apakah terdapat interaksi antara model Problem Based Learning dan
keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah
10
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui efek model Problem Based Learning terhadap
keterampilan pemecahan masalah mahasiswa.
2. Untuk mengetahui efek keterampilan berpikir kritis terhadap
keterampilan pemecahan masalah mahasiswa.
3. Untuk mengetahui interaksi antara model Problem Based Learning dan
keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah
mahasiswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1.6.1. Manfaat Teoritis
1. Sebagai alternatif pilihan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah fisika.
2. Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris maupun kerangka
acuan bagi peneliti pendidikan yang relevan di masa yang akan
datang.
3. Memperkaya dan menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan
dengan model Problem Based Learning, keterampilan berpikir kritis
1.6.2.Manfaat Praktis
1. Sebagai model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar
bermakna dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah mahasiswa.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi
dalam pembelajaran fisika khususnya pada jurusan fisika Universitas
Negeri Medan.
1.7. Definisi Operasional
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka
dibuat definisi operasional sebagai berikut:
1. Model Problem Based Learning adalah seperangkat model
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan
pengaturan diri (Eggen dan Kauchak, 2012:307).
2. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang
biasa dilakukan oleh pendidik di Jurusan Fisika. Dalam pembelajaran
konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan
penjelasan, tanya jawab serta pembagian tugas yang dilakukan secara
berkelompok.
3. Pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang meliputi
proses analisis, sintetis dan evaluasi (Eric, 2003:20). Dalam penelitian
ini, langkah-langkah pemecahan masalah yang dipakai adalah teknik
12
(Understanding the problem), menyusun rencana (Devising plan),
melaksanakan rencana (Carrying out the plan) dan memeriksa kembali
(Looking back).
4. Berpikir kritis adalah aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah,
mengambil keputusan, menganalisis asumsi, mengevaluasi, memberi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan: 1. Nilai rata-rata keterampilan pemecahan masalah mahasiswa kelas eksperimen
adalah 86,33 dan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa kelas kontrol adalah 61,26. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terdapat efek model Problem Based Learning terhadap keterampilan pemecahan masalah
mahasiswa. Keterampilan pemecahan masalah mahasiswa yang diajarkan dengan model Problem Based Learning lebih baik dibandingkan dengan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Nilai rata-rata keterampilan pemecahan masalah mahasiswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi adalah 74,23, sedangkan mahasiswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah adalah 68,67. Berdasarkan pengujian hipotesis terdapat efek keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah mahasiswa. Keterampilan pemecahan masalah mahasiswa dengan keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dibandingkan dengan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa dengan keterampilan berpikir kritis rendah.
103
keterampilan pemecahan masalah mahasiswa jika diterapkan pada kelompok mahasiswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi. Pada pembelajaran konvensional keterampilan berpikir kritis tidak berpengaruh terhadap keterampilan pemecahan masalah mahasiswa.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memiliki beberapa saran dalam penerapan model Problem Based Learning sebagai berikut:
1. Dalam menerapkan model Problem Based Learning sebaiknya pendidik menyesuaikan permasalahan yang dipilih dalam pembelajaran terutama dalam lembar kerja mahasiswa (LKM) agar pembelajaran lebih efektif dan efisien. 2. Dalam model Problem Based Learning sebaiknya pendidik membimbing
mahasiswa mengembangkan pengetahuan dan membantu mengeksplorasi keterampilan yang dimiliki agar pengkonstruksian pengetahuan dapat lebih bermakna.
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., (2010), Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi taksonomi Pendidikan Bloom, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Arends, R. I., (2008), Learning to Teach Belajar untuk Mengajar (Edisi Ketujuh),
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Arikunto,S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung, PT Remaja
Rosda Karya.
Astika, K, U., Suma, I, K., Suastra, I, W., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir
Kritis, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA Volume 3 Tahun 2013.
Aziz, M. S., Zain, A. M., Samsudin, M. A., (2014), The Effects of Problem-Based Learning on Self-Directed Learning Skills among Physics Undergraduates, International Journal of Academic Research in Progressive Education and Development, ISSN: 2226-6348, www.hrmars.com/journals.
Dahar, R. W., (1996), Teori-Teori Belajar, Jakarta, Erlangga.
Duckworth, E., (1991), Twenty-four, forty-two, and I love you: Keeping it
complex, Dalam K Jervis & C. Montag (eds.), Progressive Education for
the 1990s: Transforming Practice, New York, Teachers College Perss.
Eggen, P., Kauchak, D., (2012), Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir, Jakarta, Indeks.
Eldy, E.F., Sulaiman, F., (2013), Integrated PBL Approach: Preliminary Findings towards Physics Students’ Critical Thinking and Creative-Critical
Thinking, International Journal of Humanities and Social Science
Invention, Volume 2 Issue 3, ISSN (Online): 2319 – 7722, ISSN (Print): 2319 – 7714, www.ijhssi.org
EL-Shaer, A., Gaber, H., (2014), Impact of Problem Based Learning on Students’ Critical Thinking Dispositions, Knowledge Acquisition and Retention, Journal of Education and Practice, Vol.5 No. 14, ISSN (Online): 2222 – 288X, ISSN (Paper): 2222 – 1735, www.iiste.org.
105
Virginia, Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD): 54-57.
Ennis, R.H., (1993), Critical Thinking Assessment, Theory Into Practice, 32(3)
Summer: 179-186.
Eric, (2003), Teaching Problem Solving Secondary School Science,
http://www.ericfacility net/ericdigest/ed 309049 html.
Folashade, A., Akinbobola, A, O., (2009), Constructivist Problem Based Learning Technique and the Academic Achievement of Physics Students with Low
Ability Level in Nigerian Secondary Schools, Eurasian J. Phys. Chem.
Educ, 1(1) : 45-51, 2009, ISSN: 1306-3049,
www.eurasianjournals.com/index.php/ejpce.
Glaser, E., (1941), An Experiment in the Development of Critical Thinking.
Advanced Scool of Education at Teacher’s College, Columbia University.
Halliday, Resick., (2005), Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid 1, Jakarta, Erlangga.
Hartono, M., (2012), Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Pembelajaran Langsung Menggunakan Bantuan Peta Konsep, Jurnal
Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika AGFI SU, ISSN 2085-5281 4 (2) : 44-49.
Hassoubah, Z.I., (2004), Developing Creative & Critical Thinking Skills,
Bandung, Yayasan Nuansa Cendikia.
Ibrahim, M., Nur, M., (2000), Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya,
Unesa – University Press.
Johnson, E. B., (2002), Contextual Teaching and Learning, Thousand Oaks,
Corwin Press, Inc.
Jonassen, (2004), Learning to Solve Problems, An Instructional Desaign Guide.
San Fransisco, John Wiley & Sons, Inc.
Krulik, S. and Rudnik, J. A., (1996), The New Source Book Teaching Reasioning
and Pbroblem Solving in Junior and Senior Hig School, Massachusets, Allyn & Bacon.
Liliasari, (1996), Beberapa pola berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia
Marzano, R.J. et al., (1988), Dimension of Thinking A Framework for Curriculum and Instruction, Alexandra, Virginia, Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD).
Masek, A., Yamin, S., (2011), The Effect of Problem Based Learning on Critical
Thinking Ability: A Theoritical and Empirical Review, International
Review of Social Sciences and Humanities, Vol.2 No. 1, ISSN (Online): 2248 – 9010, ISSN (Print): 2250 – 0715, www.irssh.com.
Matlin, M. E., (2009), Cognitive Psychology, Seventh Edition. International
Student Version. John Wiley & Sons, Inc.
McGregor, D., (2007), Developing Thinking; Developing learning. A Guide to
Thinking Skills in Education, New York, McGraw Hill Open University Press.
Petrina, S., (2007), Advanced Teaching Methods for The Technology Classroom,
Canada, Information Science Publishing.
Polya, G., (1985), How To Solve It. 2nd ed., Princeton University Press, ISBN
0-691-08097-6, (online), http://www.math.utah.edu/~pa /math/polya.html.
Redhana, W., (2003), Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah, Tesis Pada IKIP Negeri Singaraja, Tidak diterbitkan.
Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta, Prenada Media.
Selcuk, S. G., Caliskan, S., Erol, M., (2008), The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and
Strategy Use. Lat. Am. J. Phys. Educ, 2 (3) : 151-166.
http://www.journal.lapen.org.mx
Sudjana, (2005), Metode Statistika, Bandung, Penerbit Tarsito.
Sugiono, (2009), Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Sugiono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta.
Sulaiman, F., Eldy, E.F., (2014), Integrated PBL Approach: Finding towards
Physics Students’ Critical Thinking, International Journal for Innovation
Educational and Research, Vol.2, www.ijier.net.
107
Tasoğlu, A. K., Bakaç, M., (2014), The Effect of Problem Based Learning Approach on Conceptual Understanding in Teaching of Magnetism
Topics. Eurasian J. Phys. & Chem. Educ, 6(2): 110-122, 2014,
www.eurasianjournals.com/index.php/ejpce.
Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi Pustaka.
Tipler, (1998), Fisika Untuk Sains dan Teknik, Jakarta, Erlangga.
Umar, J., (1992). Penyusunan, Penskoran dan Penggunaan tes Prestasi Belajar