• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN

KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CREATIVE

PROBLEM SOLVING (CPS)

TESIS

Oleh:

RIZKI AMALIA

NIM. 8106176019

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN

KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CREATIVE

PROBLEM SOLVING (CPS)

TESIS

Oleh:

RIZKI AMALIA

NIM. 8106176019

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Dengan Model Creative Problem Solving” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Motlan,M.Sc., Ph.D, M.S dan Bapak Prof. Dr. Sahyar, MS., MM sebagai Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Dr. Ridwan Abdulah Sani, M.Si, Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku nara sumber, validator dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala SMA Swasta Harapan Bangsa Tanjung Morawa, Seluruh guru-guru, Kepala tata Usaha beserta staf, atas bantuan dan kerjasamanya sehingga terlaksananya penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan dan berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

(6)

ii

sabar dan setia memberikan pengorbanan, semangat, dan dukungan kepada penulis dalam menempuh studi hingga selesai.

Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2012 Penulis,

Rizki Amalia NIM. 8106176019

(7)

ABSTRAK

Rizki Amalia, ”Analisis Tingakt Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan

Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran dengan Model Creative Problem

Solving

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui apakah ada kemampuan pemahaman konsep siswa melalui model pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI. (2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa antara yang memiliki tingkat berfikir kritis tinggi dan berfikir kritis rendah. (3) Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan DI dengan tingkat kemampuan berfikir kritis untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Sampel penelitian dipilih secara acak dengan mengundi 4 kelas yang ada untuk mendapat 2 kelas sebagai sampel

penelitian kelas pertama akan diajar dengan model pembelajaran Creative

Problem Solving, kelas kedua diajar dengan model Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kemampuan pemahaman konsep dalam bentuk uraian sebanyak 8 soal dalam bentuk uraian dan sebanyak 7 soal telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa untuk hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran CPS dan pembelajaran DI dengan perolehan nilai F hitung sebesar 4,142 dengan prob. sebesar 0,046 < 0,05. Untuk hipotesis kedua disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman konsep rendah dengan perolehan nilai F hitung sebesar 257,043 dengan prob. sebesar 0,000 < 0,05. Sedangkan hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep terhadap tes hasil

kemampuan berfikir kritis siswa dengan perolehan nilai F hitung sebesar 14,605

(8)

ABSTRACT

Rizki Amalia, “Analysis on physics concept understanding and students critical thinking ability using Creative Problem Solving Model”

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan

memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Dalam

dunia pendidikan formal tidak lepas dari proses pendidikan yaitu proses belajar

mengajar. Pokok dari proses pendidikan adalah siswa yang belajar. “Adapun

fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan yang

bernilai tinggi yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan

ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar” (Tabrani, 1989:15).

Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik

kepada tujuan yang diharapkan.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan potensi peserta

didik. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan

potensi tersebut. Mendorong siswa untuk mengungkapkan pengalaman, fikiran,

perasaan, bereksplorasi dan berekspresi merupakan wujud upaya pengembangan

potensi tersebut.

Fisika sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dinilai cukup memegang

peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas

maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari, karena Fisika merupakan suatu

(10)

2

dianggap penting agar Fisika dapat dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.

Berdasarkan perkembangannya, maka masalah yang dihadapi dalam pembelajaran

fisika semakin lama semakin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih

sempurna. Sehingga dalam pembelajaran sangat diperlukan kemampuan

menganalisis dan cara berfikir yang kritis agar mampu menyelesaikan

persoalan-persoalan fisika.

Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran IPA/ fisika di

tingkat SMA/MA yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

(Depdiknas, 2006): Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut :menguasai konsep dan prinsip fisika serta

mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri

sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu, fisika ditempatkan sebagai salah satu mata pelajaran yang

penting dan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar siswa dapat

menguasai konsep dan prinsip fisika serta kemampuan berpikir kritis. Seperti

ditegaskan oleh BSNP (2007) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, mekemandirian peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa agar dapat menguasai

pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, dan

(11)

3

Pembelajaran fisika diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung

kepada siswa untuk memahami fisika secara ilmiah. Fisika sebagai bagian dari

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil pengalaman langsung dari suatu

gejala alam,membahas fenomena yang terjadi pada masalah-masalah nyata yang

ada di alam, sehingga pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan berupa fakta,

konsep dan prosnsip tetapi juga suatu proses penemuan sistematis yang harus

ditempu siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa didorong untuk

menggunakan kemampuan berfikir kritisnya dalam memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

Hasil kelulusan peserta Ujian Nasional (UN) tahun 2011 di Sumatera

Utara (Sumut) mengalami penurunan. sebanyak 242.587 siswa yang mengikuti

ujian UN, siswa yang tidak lulus sebanyak 6.858 siswa. Khusus untuk kota medan

jumlah sebanyak 2.155 siswa dinyatakan tidak lulus dari jumlah peserta UN

41.173 siswa. Menurut kepala pendidikan sumut Saiful Syafri, (2011)

menurunnya tingkat kualitas kelulusan UN ini disebabkan menurunnya kualitas

proses belajar mengajar serta persiapan menghadapi ujian dalam

http://www.detiknews.com.

Fenomena lain yang terjadi di kalangan pelajar saat ini adalah takut pada

mata pelajaran fisika. Hal ini disebabkan materi penuh dengan rumus-rumus, tidak

menyenangkan dan terkadang sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ditambah lagi guru fisika ynag mengajar menggunakan metode pembelajaran

yang kurang menarik, sehingga minat siswa dalam belajar fisika berkurang karena

(12)

4

dapat menambah wawasan ataupun mengasah keterampilan berfikir dan

menganalisis.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat terlibat

secaralangsung dalam memahami konsep dan prinsip fisika, sehingga siswa dapat

mencapai kualifikasi kemampuan minimal yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Kualifikasi kemampuan minimal itu

dinyatakan dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas kompeisi serta kemampuan sumber

daya pendukung dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung.

Teori Piaget yang dikutip oleh Aiken (1988: 228) menyatakan bahwa

seorang anak menjadi tahu dan memahami lingkungannya melalui jalan

berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Menurut teori ini, siswa

harus membangun pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimen, diskusi,

dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh

siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan proses asimilasi, siswa

mencoba memahami lingkungannya menggunakan struktur kognitif atau

pengetahuan yang sudah ada tanpa mengadakan perubahan-perubahan. Sedangkan

melalui proses akomodasi, siswa mencoba memahami lingkungannya dengan

terlebih dulu memodifikasi struktur kognitif yang sudah ada untuk membentuk

struktur kognitif baru berdasarkan rangsangan yang diterimanya (Aiken, 1988:

228-229).

Jelaslah bahwa proses konstruksi pengetahuan dalam diri seseorang

(13)

5

pengertian belajar menurut perspektif konstruktivisme yang mengatakan bahwa

belajar merupakan suatu proses dapat dimengertinya pengalaman oleh seseorang

berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki. Seseorang berinteraksi dengan

benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya

melalui penggunaan pancaindera yang tak mungkin terpisah dari pengetahuan

yang sudah ada termasuk keyakinan-keyakinan dan kesan- kesan. Menurut

Ausubel (1978: 40) belajar akan mempunyai makna bagi siswa apabila dapat

terhubungnya ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk

membentuk pengetahuan baru. Jadi, adanya pengetahuan yang relevan sangat

diperlukan agar terjadi proses belajar bermakna.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah kiranya bahwa kemampuan

seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya sangat dipengaruhi oleh

antara lain faktor-faktor usia dan pengalaman. Berdasarkan teori Piaget tentang

perkembangan kognitif, siswa diharapkan telah berada pada taraf berpikir formal

yang berarti sudah mampu berpikir hipotetis, proporsional, reflektif, logis,

sintesis, imajinatif, probabilistik, kombinasional, etis, dan verbal serta telah

mampu memahami operasi- operasi yang bersifat abstrak.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMA Swasta

Harapan Bangsa Tanjung Morawa menunjukkan bahwa nilai ulangan harian mata

pelajaran fisika belum mencapai hasil yang maksimal. Dari 115 siswa yang

mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) sebanyak 66 siswa (58%) dan 49

siswa (42%) belum mencapai KKM. Nilai KKM untuk fisika 68.Hal ini sejalan

(14)

6

yang monoton dan kurang menarik, menjadi salah satu masalah yang

menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Proses pembelajaran belum memacu

kemampuan berpikir siswa dan pemahaman konsep fisika.

Kendala lain yang ditemukan dalam proses pembelajaran fisika adalah

kurangnya kreatifitas guru dalam merancang dan menerapkan model

pembelajaran yang relevan. Hal itu menunjukkan, para pendidik atau guru turut

memberikan kontribusi terhadap faktor yang menyebabkan kesan negatif siswa

pada pembelajaran fisika. Kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan para

guru, khususnya guru fisika adalah sebagai berikut : (1) sering disajikan sebagai

kumpulan konsep dan rumus yang harus dihafal oleh siswa, akibatnya ketika

dilakukan evaluasi belajar, kumpulan, konsep dan rumus tersebut campur aduk

tak beraturan di benak siswa, (2) dalam menyampaikan materi kurang

memperhatikan proporsi materi dan sistematika penyampaian, serta kurang

menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit untuk siswa, (3) kurangnya

variasi dalam pengajaran serta jarangnya digunakan alat bantu yang dapat

memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari, (4) kecenderungan

untuk mempersulit, bukannya mempermudah. Ini sering dilakukan agar siswa

tidak memandang remeh pelajaran fisika serta pengajar atau guru fisika (Monica,

2009).

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan berfikir kritis

siswa, salah satunya adalah ketidaktepatan dan kurang bervariasi dalam penggunaan

model yang digunakan dalam pembelajaran. Selain itu pembelajaran fisika belum

(15)

7

tentang konsep sangat lemah. Kenyataannya menunjukkan bahwa selama ini

kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional

dan banyak didominasi oleh guru. Pola pembelajaran seperti itu harus diubah

dengan cara menggiring peserta didik mengkonstruksi ilmunya sendiri dan

menemukan konsep-konsep secara mandiri. Untukmengantisipasi masalah tersebut,

pengajar dituntut mencari dan menemukan suatu carayang dapat menumbuhkan

motivasi belajar peserta didik. Pengertian ini mengandung makna bahwa pengajar

diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan menemukan, mengambangkan, menyelidiki dan

mengungkapkan ide peserta didik sendiri.

Model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran

yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang

diikuti dengan penguatan kreativitas (Pepkin, 2004). Ketika dihadapkan dengan

suatu pernyataan, peserta didik dapat melakukan keterampilanmemecahkan

masalah untuk memilih dan mengembangkan tantangannya.tidah hanya dengan

cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah dengan

memperluas proses berfikir. Model CPS merupakan respresentasi

dimensi-dimensi proses yang alami, bukan suatu usaha yang dipaksakan.

Pada dasarnya, jika guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan

menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada aktivitas dan kreativitas

siswa, maka siswa akan menjadi kritis dalam menerima informasi. Hasil

penelitian Muneyoshi (2004) menemukan bahwa para guru merasakan dampak

(16)

8

prilaku siswa ke arah pemecahan masalah, dalam hal ini guru tidakmemberikan

komentar karena para siswa merasa menjadi lebih mampu memecahkan masalah

sendiri. Sementara itu Lavonen, dkk (2004) dari hasil studi kasus yang dilakukan

menunjukkan bahwa pendekatan Creative Problem Solving dapat digunakan

secara efisiensi untuk meningkatkan pendidikan guru. Di sisi lain, siswa harus

didorong untuk menciptakan banyak kemungkinan solusi terhadap masalah dan

kemudian memilih solusi yang terbaik. Selanjutnya, siswa harus menerima

pengenalan yang secara menyeluruh untuk pemecahan masalah secara kreatif

(Williams & Williams, 1997).

Selain itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep dan kemampuan berfikir siswa, agar tujuan itu tercapai maka

sangat baik apabila menerapkan model CPS. Pernyataan ini diperkuat oleh

Hamalik (1994), ia mengemukakan bahwa penerapan model pembelajaran CPS

dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang

baru, membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar, dan bahkan

membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Model CPS merupakan

pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil sebab siswa dalam

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis, sehingga siswa

dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari proses maupun hasil belajarnya.

Pernyataan ini diperkuat oleh sumarno (2009), ia mengemukakan bahwa model

pembelajaran CPS menuntun siswa lebih kreative dalam memecahkan suatu

(17)

9

Hasil penelitian yang dilakukan Maraviglia and Kvashny (2006)

menyimpulkan bahwa the Creative Problem Solving is the most significant and

powerful framework for the enchancement of creative thingking’. Creative

Problem Solving merupakan framework yang sangat baik untuk meningkatkan

kemampuan berfikir kreatif. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Isaken

dan Treffinger (2004) bahwa Creative Problem Solving dianggap dapat digunakan

sebagai sebuah metode yang terus dapat digunakan untuk pengambangan sikap

kreatif.

Berdasarkan permasalahn diatas, peneliti mencoba untuk menngunakan

model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) untuk melihat efeknya

terhadap kemampuan pemahaman dan kemampuan berfikir kritis siswa. Model CPS

ini sangat baik karena hal ini dapat membantu mengembangkan daya kreativitas

dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa melalui investigasi yang mereka

lakukan. CPS ini diharapkan bisa menghadirkan nuansa baru yang lebih menarik

dan berkesan, sehingga pembelajaran bisa dirasakan lebih menyenangkan dan tidak

membosankan. Pembelajaran lansung dirancang secara khusus untuk

mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural deklaratif yaitu

pengetahuan tentang sesuatu yang diajarkan selangkah demi selangkah.

Hal inilah yang membangkitkan semangat penulis untuk melakukan

penelitian tersebut,yaitu untuk memberikan angin segar dalam pembelajaran fisika

umum. Dengan mengembangkan pembelajaran fisika umum yang sesuai dengan

kebutuhan dan sunber daya yang ada serta berpandangan pada perkembangan

(18)

10

CPS diharapkan mampu berdampak pada peningkatan kemampuan pemahaman

konsep dan berfikir kritis siswa.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalaah di atas, terdapat beberapa masalah

yang dapat diidentifikasi antara lain :

1. Kemampuan pemaham konsep fisika siswa yang masih rendah.

2. Kemampuan berfikir kritis siswa kurang terlatih, sehingga banyak masalah

pembelajaran .

3. Siswa masih sulit menyampaikan gagasan/ide.

4. Metode yang digunakan guru kurang bervariasi.

5. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum sesuai dengan tujuan

pembelajaran fisika.

1.3.Pembatasan Masalah

Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan

pemahaman dan berfikir kritis siswa dengan keterkaitan terhadap sikap dan

aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran CPS. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini perlu dilakukannya pembatasan masalah dengan mengingat

keterbatasan dana, waktu dan kemampuan peneliti. Penelitian inidibatasi pada

ruang lingkup lokasi penelitian, subjek penelitian,waktu penelitian dan variabel

(19)

11

1.Kemampuan siswa dalam pemahaman konsep fisika

2.Kemampuan siswa dalam berfikir kritis

3.Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) dan Direct Instruction (DI)

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa melalui model

pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berfikir kritis kelompok siswa antara

yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep

rendah?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan DI dengan tingkat

kemampuan pemahaman konsep dalam mempengaruhi kemampuan berpikir

kritis siswa siswa?

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang

keefektifan pembelajaran fisika sekolah dengan menambahkan kesadaran individu

terhadap kemampuan berfikir kritis siswa melalui model pembelajaran CPS dan

dalam pembelajaran fisika. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai pada

(20)

12

1. Untuk menganalisis apakah ada kemampuan berpikir kritis siswa melalui

model pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI.

2. Untuk menganalisi apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa

antara yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan pemahaman

konsep rendah.

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan

DI dengan tingkat kemampuan pemahaman konsep dalam mempengaruhi

kemampuan berpikir kritis siswa siswa.

1.6 Manfaat Penelitian.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai

sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelolah, pengambang

lemabaga pendidikan dan penelitin selanjutnya akan menguji secara lebih

mendalam tentang penerapan model CPS dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa pada pembelajaran.

Secara praktis penelitian ini diharapkan :

1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami kemampuan

pemahaman dan kemampuan berfikir kritis siswa pada pembelajaran fisika

umum, sehingga dapat memilih model pembelajaran yang cocok.

2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta

media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika

(21)

13

3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.

4. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta

aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas.

1.7 Defenisi Operational.

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan

dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan

istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan model

pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan

pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

2. Model pembelajaran Direct Instruction (DI) adalah model pembelajaran yang

mengutmakan pendekatan dedukatif dengan mentranformasikansecara

langsung pembelajaran, berorientasi pada tujuan tertentu dengan lingkungan

yang terstruktur dan pengajar lebih mendominasi kegiatan pembelajaran.

3. Kemampuan pemahaman dalam penelitian ini mangacu pada, yang meliputi

pemahaman interprestasi, translasi, dan ekstrapolasi.

4. Kemampuan berfikir kritis dalam penelitian ini mgacu pada (Hassoubah,

2007), yang meliputi kemampuan siswa dalam menguji, menentukan jawaban

(22)

115

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukankan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal dibawah ini:

1. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kritis melalui model

pembelajaran CPS dan pembelajaran DI, dimana skor rata-rata tes hasil

berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran CPS lebih

tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran

DI.

2. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kritis siswa antara siswa

yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman

konsep rendah, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa yang

memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi lebih tinggi dari tes hasil berpikir

kritis siswa pada siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep

siswa. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran dan tingkat

pemahaman konsep secara bersama-sama mempengaruhi hasil kemampuan

(23)

116

B. IMPLIKASI

Dari hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diketahui

bahwa penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam proses

pembelajaran fisika untuk materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta

Harapan Bangsa Tanjung Morawa terdapat perbedaan yang signifikan antara model

pembelajaran CPS dan pembelajaran DI, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis

siswa dengan menggunakan model pembelajaran CPS lebih tinggi dari tes hasil

berpikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran DI. Hal ini menunjukan

bahwa model pembelajaran CPS dapat mendorong siswa untuk memahami konsep

fisika dengan lebih kreatif.

Dalam penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman konsep

rendah pada siswa yang diberikan prilaku model pembelajaran CPS, dimana skor

rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep

tinggi lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa pada siswa yang memiliki tingkat

pemahaman konsep rendah. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran CPS

yang diintegrasikan dengan tingkat pemahaman konsep siswa dapat membuat hasil

(24)

117

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka peneliti

menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Bagi guru Fisika

a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS merupakan

salah satu alternatif bagi guru fisika dalam menyajikan materi

pembelajaran fisika, khususnya dalam mengajarkan materi gelombang

mekanik.

b. Dalam menerapkan model pembelajaran CPS hendaknya membuat

skenario yang matang, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang oleh

hal-hal yang tidak diperlukan, khususnya pada saat melaksanakan fase ke

3 dan ke 5 yang banyak menyita waktu.

c. Pembelajaran dengan medel CPS hendaknya memberikan masalah yang

menyangkut hal-hal yang kongkrit dan real yang dapat dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari agar siswa lebih cepat memahami konsep yang

harus ditemukan.

2. Kepada Lembaga Terkait

Pembelajaran dengan model CPS masih sangat asing bagi guru mauapun

(25)

118

harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep fisika dan kemampuan berfikir kritis siswa.

3. Kepada Peneliti Lanjutan

Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini

dengan menerapkan model pembelajaran CPS dalam proses pembelajaran

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan berfikir kritis

siswa dengan menerapkan lebih dalam lagi agar implikasi hasil penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Proton dari suatu molekul tidak akan membalikkan spinnya pada frekuensi resonansi yang sama yang menyebabkan semua spektrum NMR yang diperoleh dari

6. Jika 27 gram Al direaksikan dengan 24 gram S, maka berdasarkan hukum Proust, pernyataan berikut yang benar adalah.. Jika dalam senyawa kalsium oksida terdapat 4 gram Ca

Napsu badan jeung sagala panga- jakna teh ku jelema anu geus jadi kagungan Kristus Yesus mah geus Ka pan urang teh geus maot tina dosa, piraku bisa keneh hirup dina

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Entri data dan validasi data Mengentri data guru ke format microsoft excel yang telah dibuat dan validasi data guru dengan data dapodik untuk pemetaan kebutuhan

Berdasarkan jumlah pati sisa selama proses lik uifikasi, parameter terbaik adalah pada penggunaan á-amilase sebesar 0,5 % dengan lama reaksi 30 menit dan dihasilkan penurunan

Kemampuan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah

Kegiatan Estimasi Stok Karbon akibat Perubahan Luas Penutupan Lahan di Kawasan Penambangan Terkait dengan Skema REDD (Reduced Emission from Deforestation and Forest