ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN
KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA
PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CREATIVE
PROBLEM SOLVING (CPS)
TESIS
Oleh:
RIZKI AMALIA
NIM. 8106176019
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN
KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA
PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CREATIVE
PROBLEM SOLVING (CPS)
TESIS
Oleh:
RIZKI AMALIA
NIM. 8106176019
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Dengan Model Creative Problem Solving” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Motlan,M.Sc., Ph.D, M.S dan Bapak Prof. Dr. Sahyar, MS., MM sebagai Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Dr. Ridwan Abdulah Sani, M.Si, Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku nara sumber, validator dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala SMA Swasta Harapan Bangsa Tanjung Morawa, Seluruh guru-guru, Kepala tata Usaha beserta staf, atas bantuan dan kerjasamanya sehingga terlaksananya penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan dan berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
ii
sabar dan setia memberikan pengorbanan, semangat, dan dukungan kepada penulis dalam menempuh studi hingga selesai.
Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2012 Penulis,
Rizki Amalia NIM. 8106176019
ABSTRAK
Rizki Amalia, ”Analisis Tingakt Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan
Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran dengan Model Creative Problem
Solving”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui apakah ada kemampuan pemahaman konsep siswa melalui model pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI. (2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa antara yang memiliki tingkat berfikir kritis tinggi dan berfikir kritis rendah. (3) Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan DI dengan tingkat kemampuan berfikir kritis untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Sampel penelitian dipilih secara acak dengan mengundi 4 kelas yang ada untuk mendapat 2 kelas sebagai sampel
penelitian kelas pertama akan diajar dengan model pembelajaran Creative
Problem Solving, kelas kedua diajar dengan model Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kemampuan pemahaman konsep dalam bentuk uraian sebanyak 8 soal dalam bentuk uraian dan sebanyak 7 soal telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa untuk hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran CPS dan pembelajaran DI dengan perolehan nilai F hitung sebesar 4,142 dengan prob. sebesar 0,046 < 0,05. Untuk hipotesis kedua disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman konsep rendah dengan perolehan nilai F hitung sebesar 257,043 dengan prob. sebesar 0,000 < 0,05. Sedangkan hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep terhadap tes hasil
kemampuan berfikir kritis siswa dengan perolehan nilai F hitung sebesar 14,605
ABSTRACT
Rizki Amalia, “Analysis on physics concept understanding and students critical thinking ability using Creative Problem Solving Model”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan
memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Dalam
dunia pendidikan formal tidak lepas dari proses pendidikan yaitu proses belajar
mengajar. Pokok dari proses pendidikan adalah siswa yang belajar. “Adapun
fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan yang
bernilai tinggi yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan
ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar” (Tabrani, 1989:15).
Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik
kepada tujuan yang diharapkan.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan potensi peserta
didik. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan
potensi tersebut. Mendorong siswa untuk mengungkapkan pengalaman, fikiran,
perasaan, bereksplorasi dan berekspresi merupakan wujud upaya pengembangan
potensi tersebut.
Fisika sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dinilai cukup memegang
peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas
maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari, karena Fisika merupakan suatu
2
dianggap penting agar Fisika dapat dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.
Berdasarkan perkembangannya, maka masalah yang dihadapi dalam pembelajaran
fisika semakin lama semakin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih
sempurna. Sehingga dalam pembelajaran sangat diperlukan kemampuan
menganalisis dan cara berfikir yang kritis agar mampu menyelesaikan
persoalan-persoalan fisika.
Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran IPA/ fisika di
tingkat SMA/MA yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
(Depdiknas, 2006): Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :menguasai konsep dan prinsip fisika serta
mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, fisika ditempatkan sebagai salah satu mata pelajaran yang
penting dan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar siswa dapat
menguasai konsep dan prinsip fisika serta kemampuan berpikir kritis. Seperti
ditegaskan oleh BSNP (2007) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, mekemandirian peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa agar dapat menguasai
pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, dan
3
Pembelajaran fisika diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa untuk memahami fisika secara ilmiah. Fisika sebagai bagian dari
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil pengalaman langsung dari suatu
gejala alam,membahas fenomena yang terjadi pada masalah-masalah nyata yang
ada di alam, sehingga pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan berupa fakta,
konsep dan prosnsip tetapi juga suatu proses penemuan sistematis yang harus
ditempu siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa didorong untuk
menggunakan kemampuan berfikir kritisnya dalam memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil kelulusan peserta Ujian Nasional (UN) tahun 2011 di Sumatera
Utara (Sumut) mengalami penurunan. sebanyak 242.587 siswa yang mengikuti
ujian UN, siswa yang tidak lulus sebanyak 6.858 siswa. Khusus untuk kota medan
jumlah sebanyak 2.155 siswa dinyatakan tidak lulus dari jumlah peserta UN
41.173 siswa. Menurut kepala pendidikan sumut Saiful Syafri, (2011)
menurunnya tingkat kualitas kelulusan UN ini disebabkan menurunnya kualitas
proses belajar mengajar serta persiapan menghadapi ujian dalam
http://www.detiknews.com.
Fenomena lain yang terjadi di kalangan pelajar saat ini adalah takut pada
mata pelajaran fisika. Hal ini disebabkan materi penuh dengan rumus-rumus, tidak
menyenangkan dan terkadang sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ditambah lagi guru fisika ynag mengajar menggunakan metode pembelajaran
yang kurang menarik, sehingga minat siswa dalam belajar fisika berkurang karena
4
dapat menambah wawasan ataupun mengasah keterampilan berfikir dan
menganalisis.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat terlibat
secaralangsung dalam memahami konsep dan prinsip fisika, sehingga siswa dapat
mencapai kualifikasi kemampuan minimal yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Kualifikasi kemampuan minimal itu
dinyatakan dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas kompeisi serta kemampuan sumber
daya pendukung dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung.
Teori Piaget yang dikutip oleh Aiken (1988: 228) menyatakan bahwa
seorang anak menjadi tahu dan memahami lingkungannya melalui jalan
berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Menurut teori ini, siswa
harus membangun pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimen, diskusi,
dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh
siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan proses asimilasi, siswa
mencoba memahami lingkungannya menggunakan struktur kognitif atau
pengetahuan yang sudah ada tanpa mengadakan perubahan-perubahan. Sedangkan
melalui proses akomodasi, siswa mencoba memahami lingkungannya dengan
terlebih dulu memodifikasi struktur kognitif yang sudah ada untuk membentuk
struktur kognitif baru berdasarkan rangsangan yang diterimanya (Aiken, 1988:
228-229).
Jelaslah bahwa proses konstruksi pengetahuan dalam diri seseorang
5
pengertian belajar menurut perspektif konstruktivisme yang mengatakan bahwa
belajar merupakan suatu proses dapat dimengertinya pengalaman oleh seseorang
berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki. Seseorang berinteraksi dengan
benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya
melalui penggunaan pancaindera yang tak mungkin terpisah dari pengetahuan
yang sudah ada termasuk keyakinan-keyakinan dan kesan- kesan. Menurut
Ausubel (1978: 40) belajar akan mempunyai makna bagi siswa apabila dapat
terhubungnya ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk
membentuk pengetahuan baru. Jadi, adanya pengetahuan yang relevan sangat
diperlukan agar terjadi proses belajar bermakna.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah kiranya bahwa kemampuan
seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya sangat dipengaruhi oleh
antara lain faktor-faktor usia dan pengalaman. Berdasarkan teori Piaget tentang
perkembangan kognitif, siswa diharapkan telah berada pada taraf berpikir formal
yang berarti sudah mampu berpikir hipotetis, proporsional, reflektif, logis,
sintesis, imajinatif, probabilistik, kombinasional, etis, dan verbal serta telah
mampu memahami operasi- operasi yang bersifat abstrak.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMA Swasta
Harapan Bangsa Tanjung Morawa menunjukkan bahwa nilai ulangan harian mata
pelajaran fisika belum mencapai hasil yang maksimal. Dari 115 siswa yang
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) sebanyak 66 siswa (58%) dan 49
siswa (42%) belum mencapai KKM. Nilai KKM untuk fisika 68.Hal ini sejalan
6
yang monoton dan kurang menarik, menjadi salah satu masalah yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Proses pembelajaran belum memacu
kemampuan berpikir siswa dan pemahaman konsep fisika.
Kendala lain yang ditemukan dalam proses pembelajaran fisika adalah
kurangnya kreatifitas guru dalam merancang dan menerapkan model
pembelajaran yang relevan. Hal itu menunjukkan, para pendidik atau guru turut
memberikan kontribusi terhadap faktor yang menyebabkan kesan negatif siswa
pada pembelajaran fisika. Kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan para
guru, khususnya guru fisika adalah sebagai berikut : (1) sering disajikan sebagai
kumpulan konsep dan rumus yang harus dihafal oleh siswa, akibatnya ketika
dilakukan evaluasi belajar, kumpulan, konsep dan rumus tersebut campur aduk
tak beraturan di benak siswa, (2) dalam menyampaikan materi kurang
memperhatikan proporsi materi dan sistematika penyampaian, serta kurang
menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit untuk siswa, (3) kurangnya
variasi dalam pengajaran serta jarangnya digunakan alat bantu yang dapat
memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari, (4) kecenderungan
untuk mempersulit, bukannya mempermudah. Ini sering dilakukan agar siswa
tidak memandang remeh pelajaran fisika serta pengajar atau guru fisika (Monica,
2009).
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan berfikir kritis
siswa, salah satunya adalah ketidaktepatan dan kurang bervariasi dalam penggunaan
model yang digunakan dalam pembelajaran. Selain itu pembelajaran fisika belum
7
tentang konsep sangat lemah. Kenyataannya menunjukkan bahwa selama ini
kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional
dan banyak didominasi oleh guru. Pola pembelajaran seperti itu harus diubah
dengan cara menggiring peserta didik mengkonstruksi ilmunya sendiri dan
menemukan konsep-konsep secara mandiri. Untukmengantisipasi masalah tersebut,
pengajar dituntut mencari dan menemukan suatu carayang dapat menumbuhkan
motivasi belajar peserta didik. Pengertian ini mengandung makna bahwa pengajar
diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan menemukan, mengambangkan, menyelidiki dan
mengungkapkan ide peserta didik sendiri.
Model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran
yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang
diikuti dengan penguatan kreativitas (Pepkin, 2004). Ketika dihadapkan dengan
suatu pernyataan, peserta didik dapat melakukan keterampilanmemecahkan
masalah untuk memilih dan mengembangkan tantangannya.tidah hanya dengan
cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah dengan
memperluas proses berfikir. Model CPS merupakan respresentasi
dimensi-dimensi proses yang alami, bukan suatu usaha yang dipaksakan.
Pada dasarnya, jika guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan
menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada aktivitas dan kreativitas
siswa, maka siswa akan menjadi kritis dalam menerima informasi. Hasil
penelitian Muneyoshi (2004) menemukan bahwa para guru merasakan dampak
8
prilaku siswa ke arah pemecahan masalah, dalam hal ini guru tidakmemberikan
komentar karena para siswa merasa menjadi lebih mampu memecahkan masalah
sendiri. Sementara itu Lavonen, dkk (2004) dari hasil studi kasus yang dilakukan
menunjukkan bahwa pendekatan Creative Problem Solving dapat digunakan
secara efisiensi untuk meningkatkan pendidikan guru. Di sisi lain, siswa harus
didorong untuk menciptakan banyak kemungkinan solusi terhadap masalah dan
kemudian memilih solusi yang terbaik. Selanjutnya, siswa harus menerima
pengenalan yang secara menyeluruh untuk pemecahan masalah secara kreatif
(Williams & Williams, 1997).
Selain itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep dan kemampuan berfikir siswa, agar tujuan itu tercapai maka
sangat baik apabila menerapkan model CPS. Pernyataan ini diperkuat oleh
Hamalik (1994), ia mengemukakan bahwa penerapan model pembelajaran CPS
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Model CPS merupakan
pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil sebab siswa dalam
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis, sehingga siswa
dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari proses maupun hasil belajarnya.
Pernyataan ini diperkuat oleh sumarno (2009), ia mengemukakan bahwa model
pembelajaran CPS menuntun siswa lebih kreative dalam memecahkan suatu
9
Hasil penelitian yang dilakukan Maraviglia and Kvashny (2006)
menyimpulkan bahwa the Creative Problem Solving is the most significant and
powerful framework for the enchancement of creative thingking’. Creative
Problem Solving merupakan framework yang sangat baik untuk meningkatkan
kemampuan berfikir kreatif. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Isaken
dan Treffinger (2004) bahwa Creative Problem Solving dianggap dapat digunakan
sebagai sebuah metode yang terus dapat digunakan untuk pengambangan sikap
kreatif.
Berdasarkan permasalahn diatas, peneliti mencoba untuk menngunakan
model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) untuk melihat efeknya
terhadap kemampuan pemahaman dan kemampuan berfikir kritis siswa. Model CPS
ini sangat baik karena hal ini dapat membantu mengembangkan daya kreativitas
dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa melalui investigasi yang mereka
lakukan. CPS ini diharapkan bisa menghadirkan nuansa baru yang lebih menarik
dan berkesan, sehingga pembelajaran bisa dirasakan lebih menyenangkan dan tidak
membosankan. Pembelajaran lansung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural deklaratif yaitu
pengetahuan tentang sesuatu yang diajarkan selangkah demi selangkah.
Hal inilah yang membangkitkan semangat penulis untuk melakukan
penelitian tersebut,yaitu untuk memberikan angin segar dalam pembelajaran fisika
umum. Dengan mengembangkan pembelajaran fisika umum yang sesuai dengan
kebutuhan dan sunber daya yang ada serta berpandangan pada perkembangan
10
CPS diharapkan mampu berdampak pada peningkatan kemampuan pemahaman
konsep dan berfikir kritis siswa.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalaah di atas, terdapat beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi antara lain :
1. Kemampuan pemaham konsep fisika siswa yang masih rendah.
2. Kemampuan berfikir kritis siswa kurang terlatih, sehingga banyak masalah
pembelajaran .
3. Siswa masih sulit menyampaikan gagasan/ide.
4. Metode yang digunakan guru kurang bervariasi.
5. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum sesuai dengan tujuan
pembelajaran fisika.
1.3.Pembatasan Masalah
Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan
pemahaman dan berfikir kritis siswa dengan keterkaitan terhadap sikap dan
aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran CPS. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini perlu dilakukannya pembatasan masalah dengan mengingat
keterbatasan dana, waktu dan kemampuan peneliti. Penelitian inidibatasi pada
ruang lingkup lokasi penelitian, subjek penelitian,waktu penelitian dan variabel
11
1.Kemampuan siswa dalam pemahaman konsep fisika
2.Kemampuan siswa dalam berfikir kritis
3.Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) dan Direct Instruction (DI)
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa melalui model
pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berfikir kritis kelompok siswa antara
yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep
rendah?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan DI dengan tingkat
kemampuan pemahaman konsep dalam mempengaruhi kemampuan berpikir
kritis siswa siswa?
1.5.Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang
keefektifan pembelajaran fisika sekolah dengan menambahkan kesadaran individu
terhadap kemampuan berfikir kritis siswa melalui model pembelajaran CPS dan
dalam pembelajaran fisika. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai pada
12
1. Untuk menganalisis apakah ada kemampuan berpikir kritis siswa melalui
model pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI.
2. Untuk menganalisi apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
antara yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan pemahaman
konsep rendah.
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan
DI dengan tingkat kemampuan pemahaman konsep dalam mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis siswa siswa.
1.6 Manfaat Penelitian.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai
sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelolah, pengambang
lemabaga pendidikan dan penelitin selanjutnya akan menguji secara lebih
mendalam tentang penerapan model CPS dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa pada pembelajaran.
Secara praktis penelitian ini diharapkan :
1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami kemampuan
pemahaman dan kemampuan berfikir kritis siswa pada pembelajaran fisika
umum, sehingga dapat memilih model pembelajaran yang cocok.
2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta
media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika
13
3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.
4. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta
aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas.
1.7 Defenisi Operational.
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan
dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan
istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan model
pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.
2. Model pembelajaran Direct Instruction (DI) adalah model pembelajaran yang
mengutmakan pendekatan dedukatif dengan mentranformasikansecara
langsung pembelajaran, berorientasi pada tujuan tertentu dengan lingkungan
yang terstruktur dan pengajar lebih mendominasi kegiatan pembelajaran.
3. Kemampuan pemahaman dalam penelitian ini mangacu pada, yang meliputi
pemahaman interprestasi, translasi, dan ekstrapolasi.
4. Kemampuan berfikir kritis dalam penelitian ini mgacu pada (Hassoubah,
2007), yang meliputi kemampuan siswa dalam menguji, menentukan jawaban
115
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukankan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal dibawah ini:
1. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kritis melalui model
pembelajaran CPS dan pembelajaran DI, dimana skor rata-rata tes hasil
berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran CPS lebih
tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran
DI.
2. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kritis siswa antara siswa
yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman
konsep rendah, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa yang
memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi lebih tinggi dari tes hasil berpikir
kritis siswa pada siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep
siswa. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran dan tingkat
pemahaman konsep secara bersama-sama mempengaruhi hasil kemampuan
116
B. IMPLIKASI
Dari hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diketahui
bahwa penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam proses
pembelajaran fisika untuk materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta
Harapan Bangsa Tanjung Morawa terdapat perbedaan yang signifikan antara model
pembelajaran CPS dan pembelajaran DI, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis
siswa dengan menggunakan model pembelajaran CPS lebih tinggi dari tes hasil
berpikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran DI. Hal ini menunjukan
bahwa model pembelajaran CPS dapat mendorong siswa untuk memahami konsep
fisika dengan lebih kreatif.
Dalam penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman konsep
rendah pada siswa yang diberikan prilaku model pembelajaran CPS, dimana skor
rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep
tinggi lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa pada siswa yang memiliki tingkat
pemahaman konsep rendah. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran CPS
yang diintegrasikan dengan tingkat pemahaman konsep siswa dapat membuat hasil
117
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi guru Fisika
a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS merupakan
salah satu alternatif bagi guru fisika dalam menyajikan materi
pembelajaran fisika, khususnya dalam mengajarkan materi gelombang
mekanik.
b. Dalam menerapkan model pembelajaran CPS hendaknya membuat
skenario yang matang, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang oleh
hal-hal yang tidak diperlukan, khususnya pada saat melaksanakan fase ke
3 dan ke 5 yang banyak menyita waktu.
c. Pembelajaran dengan medel CPS hendaknya memberikan masalah yang
menyangkut hal-hal yang kongkrit dan real yang dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari agar siswa lebih cepat memahami konsep yang
harus ditemukan.
2. Kepada Lembaga Terkait
Pembelajaran dengan model CPS masih sangat asing bagi guru mauapun
118
harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep fisika dan kemampuan berfikir kritis siswa.
3. Kepada Peneliti Lanjutan
Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini
dengan menerapkan model pembelajaran CPS dalam proses pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan berfikir kritis
siswa dengan menerapkan lebih dalam lagi agar implikasi hasil penelitian