BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMEN DIVISION DI SMA NEGERI 1 SOSA TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh :
Sundut Azhari Hasibuan NIM. 4101111051
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang
Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Students Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 Sosa Tahun Ajaran
2014/2015”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sejak awal sampai
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si,Ph.D, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Ibu Dra.
Nerly Khairani, M.Si. yang telah memberikan masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak
Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan,
M.Sc, Ph.D, selaku Dekan FMIPA Unimed, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si,
selaku Ketua Jurusan Matematika. Serta Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris jurusan dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Prodi
Jurusan Matematika FMIPA Unimed yang telah membantu penulis.
Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Drs. Parluhutan Siregar
selaku Kepala Sekolah dan Ibu Siti Masgorgor, S.Pd , Ibu Astita Siregar, S.Pd
selaku guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 1 Sosa yang telah
membantu selama penelitian. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada
Ayahanda R. Baringin, Ibunda tersayang D. Harahap, dan Adinda Ahmad Zuhri
Hasibuan yang selalu memberikan dorongan beserta seluruh keluarga besar yang
sudah berdoa, memberikan kasih sayang yang dalam dan dorongan semangat serta
v
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman terbaikku,
teman-teman seangkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu,
khususnya buat kelas C Reguler. Terima kasih juga buat teman-teman kos di Jl.
Tombak No. 53 serta teman-teman PPL, adik-adik junior dan kakak-kakak senior
di jurusan Matematika Unimed yang selalu memberi doa, mendukung dan
menemani penulis dalam suka maupun duka.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun
tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Maret 2015
Penulis,
PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMEN DIVISION DI SMA NEGERI 1
SOSA TAHUN AJARAN 2014/2015 Sundut Azhari Hasibuan (NIM 410111051)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan tipe Students Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 SOSA Tahun Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 SOSA Tahun Ajaran 2014/2015, sebagai sampel diambil dua kelas secara acak yaitu satu sebagai kelas eksperimen I dan satu sebagai kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I diberikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik-t. Aspek kemampuan komunikasi matematis yang diukur adalah aspek drawing/menggambar (membuat gambar dan membacai gambar), aspek writing text/menjelaskan, dan aspek mathematical expression (mengekspresikan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata selisih kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas eksperimen I sebesar 2,6544, dengan rincian rata-rata selisih kemampuan membuat gambar sebesar 2,7941, membaca gambar sebesar 2,7647, sedangkan kemampuan menjelaskan dan mengekspresikan berturut-turut sebesar 2,7054 dan 2,3525. Rata-rata selisih kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas eksperimen II sebesar 2,1357, dengan rincian rata-rata selisih kemampuan membuat gambar sebesar 2,3143 membaca gambar sebesar 2,2286, sedangkan kemampuan menjelaskan dan mengekspresikan berturut-turut sebesar 2,2 dan 1,8.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
KataPengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran xi
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 6
1.3.Batasan Masalah 7
1.4.Rumusan Masalah 7
1.5.Tujuan Penelitian 7
1.6.Manfaat Penelitian 7
1.7. Defenisi Operasional 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS 10
2.1.Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Hakekat Matematika 10
2.1.2. Kemampuan Komunikasi Matematis 14
2.1.2.1.Pengertian Komunikasi 14
2.1.2.2.Komunikasi Matematis 16
2.1.2.3.Kemampuan Komunikasi Matematis 17
2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif 20
2.1.3.1.Model Pembelajaran 20
2.1.3.2.Model Pembelajaran Kooperatif 21
2.1.3.3.Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS 23
2.1.3.4.Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 24
2.1.4. Materi Grafik Fungsi Kuadrat 31
2.2.Kerangka Konseptual 41
2.4.Hipotesis Penelitian 44
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 45
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian 45
3.2.Populasi dan Sampel 45
3.2.1. Populasi Penelitian 45
3.2.2. Sampel Penelitian 46
3.3.Variabel Penelitian 46
3.4.Jenis dan Desain Penelitian 46
3.5.Prosedur Penelitian 47
3.6.Instrumen Pengumpulan Data 49
3.6.1. Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian 50
3.6.2. Uji Coba Instrumen Penelitian 50
3.7.Tehnik Analisa Data 57
3.7.1. Tehnik Analisa Data Awal 57
3.7.2. Tehnik Analisa Data Akhir 57
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 62
4.1Deskripsi Hasil Penelitian 62
4.1.1 Data Kemampuan komunikasi matematis awal (pre-test) 62
4.1.2 Data Kemampuan komunikasi matematis akhir (post-test)66
4.2Uji Persyaratan Data 71
4.2.1 Uji Normalitas 71
4.2.2 Uji Homogenitas 71
4.3Uji Hipotesis 73
4.4Pembahasan 76
4.4.1Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Yang Belajar
dengan TPS dan STAD 76
4.4.2Faktor Pembelajaran 78
4.4.3Keterbatasan Penelitian 78
BAB V : KESIMPUALAN DAN SARAN 80
5.1Kesimpulan 80
5.2Saran 80
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perhitungan Skor Perkembangan Individu 27
Tabel 2.2. Perhitungan Skor Perkembangan Kelompok 27
Tabel 2.3. Keunggulan Model Pembelajaran TPS dan STAD 29
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian 45
Tabel 3.2. Populasi Penelitian 45
Tabel 3.3. Desain Penelitian two group 46
Tabel 3.4. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 50
Tabel 3.5. Hasil Validasi Uji Coba Inetrumen 51
Tabel 3.6. Klasifikasi Reliabilitas 52
Tabel 3.7. Klasifikasi Indeks Kesukaran 53
Tabel 3.8. Hasil Indeks Kesukaran 53
Tabel 3.9. Klasifikasi Daya Pembeda 54
Tabel 3.10. Hasil Daya Pembeda 54
Tabel 3.11. Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Keseluruhan 55
Tabel 3.12. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis 55
Tabel 3.13. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi 56
Tabel 4.1. Rekaitulasi Hasil Pre-test Eksperimen I 63
Tabel 4.2. Predikat Hasil Pre-test Eksperimen I 63
Tabel 4.3. Rekaitulasi Hasil Pre-test Eksperimen II 64
Tabel 4.4. Predikat Hasil Pre-test Eksperimen II 65
Tabel 4.5. Rekaitulasi Hasil Post-test Eksperimen I 66
Tabel 4.6. Predikat Hasil Post-test Eksperimen I 67
Tabel 4.7. Rekaitulasi Hasil Post-test Eksperimen II 68
Tabel 4.8. Predikat Hasil Post-test Eksperimen II 68
Tabel 4.9. Hasil Analisis Normalitas Data Penelitian 71
Tabel 4.10. Hasil Analisis Homogenitas Data Penelitian 72
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Membuat Gambar 73
Tabel 4.12. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Membaca Gambar 74
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Menjelaskan 74
Tabel 4.11. Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Mengekspresikan 75
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 49
Gambar 4.1. Persentase Perolehan Predikat Nilai Pre-test Eksperimen I 64
Gambar 4.2. Persentase Perolehan Predikat Nilai Pre-test Eksperimen II 65
Gambar 4.3. Persentase Perolehan Predikat Nilai Post-test Eksperimen I 67
Gambar 4.4. Persentase Perolehan Predikat Nilai Post-test Eksperimen II 69
Gambar 4.5. Perbandingan Nilai Pre-test-Post-test Eksperimen I 69
Gambar 4.6. Perbandingan Nilai Pre-test-Post-test Eksperimen II 70
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus 83
Lampiran 2. RPP 1 Kelas Eksperimen 1 87
Lampiran 3. RPP 2 Kelas Eksperimen 1 92
Lampiran 4. RPP 3 Kelas Eksperimen 1 98
Lampiran 5. RPP 1 Kelas Eksperimen 2 103
Lampiran 6. RPP 2 Kelas Eksperimen 2 108
Lampiran 7. RPP 3 Kelas Eksperimen 2 114
Lampiran 8. LAS 1 119
Lampiran 9. LAS 2 124
Lampiran 10. LAS 3 128
Lampiran 11. Perhitungan Skor Perkembangan Individu Kelas STAD 132
Lampiran 12. Kisi-Kisi Komunikasi Matematis 133
Lampiran 13. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi 134
Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes dan Butir Soal Komunikasi 135
Lampiran 15. Lembar Soal Pre-Test 136
Lampiran 16. Alternatif Jawaban Pre-Test 138
Lampiran 17. Lembar Soal Pos-Test 141
Lampiran 18. Alternatif Jawaban Pos-Test 143
Lampiran 19. Hasil Uji Coba Instrumen 147
Lampiran 20. Analisis Validitas Uji Coba 148
Lampiran 21. Analisis Realibilitas 149
Lampiran 22. Analisis Indeks Kesukaran Soal 150
Lampiran 23. Analisis Daya Beda 152
Lampiran 24. Daftar Nilai Pre-test Kelas Eksperimen I 155
Lampiran 25. Daftar Nilai Pre-test Kelas Eksperimen II 156
Lampiran 26. Daftar Nilai Post-test Kelas Eksperimen I 157
Lampiran 27. Daftar Nilai Post-test Kelas Eksperimen II 158
Lampiran 28. Perbandingan Pre-test dan post-test Eksperimen I dan II 159
Lampiran 30. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen II 161
Lampiran 31. Hasil Uji Homogenitas 162
Lampiran 32. Hasil Uji Hipotesis 163
Lampiran 33. Hasil Validasi Instrumen 164
Lampiran 34. Tabel Harga Kritis r Product Momen 165
Lampiran 35. Tabel Nilai Kritis Uji Lilliefors 166
Lampiran 36. Tabel Distribusi F 167
Lampiran 37. Tabel Nilai Kritis t 168
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan
berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai aplikasi
matematika dapat digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Seperti diungkapkan Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009 ) bahwa :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas. Dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Matematika sebagai ilmu yang sangat penting harusnya menjadi pelajaran
yang disenangi oleh siswa yang sedang mempelajarinya. Namun, pada
kenyataannya matematika termasuk pelajaran yang tidak disukai banyak siswa.
Ketakutan-ketakutan dari siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri,
melainkan kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat
membawa siswa tertarik pada matematika. Penyebab utama dari kegagalan dari
seorang guru dalam menjalankan tugas mengajar di depan kelas adalah
kedangkalan pengetahuan guru terhadap siapa siswa dan bagaimana cara
belajarnya. Sehingga setiap tindakan pembelajaran yang diprogramkan justru
lebih banyak kesalahan daripada kebenaran dari kebijakan yang diambil. Akibat
ketakutan-ketakutan siswa tersebut maka tujuan pendidikan matematika tidak
tercapai. (Bahri: 2011)
Komunikasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan manusia.
Setiap saat orang melakukan kegiatan kumunikasi. Untuk dapat berkomunikasi
secara baik orang memerlukan bahasa. Matematika merupakan salah satu bahasa
yang juga dapat digunakan dalam berkomunikasi. Tetapi kenyataannya banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam bermatematika. Matematika dianggap
memilikinya. Dilain pihak, siswa-siswa yang cerdas dalam matematika seringkali
kurang mampu menyampaikan hasil pemikirannya. Mereka kurang mampu
berkomunikasi dengan baik, seakan apa yang mereka pikirkan hanyalah untuk
dirinya sendiri. Suatu keadaan yang sangat kontradiksi, dimana matematika itu
sendiri merupakan bahasa, tatapi banyak siswa yang kurang mampu
berkomunikasi dengan matematika. (Armiati:2009)
Komunikasi diperlukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam hal
ini komunikasi sangat diperlukan siswa dalam berinteraksi dengan siswa lain
maupun dengan guru. Bila seorang siswa mampu menguasai komunikasi belajar
dengan baik, maka hal ini akan berdampak positif pada hasil belajar siswa itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2012) yang menyatakan bahwa “kemampuan komunikasi merupakan aspek yang sangat penting yang perlu dimiliki oleh siswa yang ingin berhasil dalam studinya”.
Kemampuan komunikasi matematis siswa sangat perlu untuk
dikembangkan, karena melalui komunikasi matematis siswa dapat melakukan
organisasi berpikir matematisnya baik secara tulisan, siswa bisa memberi respon
dengan tepat, baik di antara siswa itu sendiri maupun antara siswa dengan guru
selama proses pembelajaran berlangsung. Komunikasi matematis berperan untuk
memahami ide-ide matematis secara benar. Siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis yang baik, cenderung dapat membuat berbagai representasi
yang beragam, sehingga lebih memudahkan siswa dalam mendapatkan
alternatif-alternatif penyelesaian berbagai permasalahan matematis. (Suhaedi:2012)
Tujuan pendidikan matematika yang dirumuskan oleh National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM:2000) (dalam Ansari :2009) yang dikenal dengan kemampuan matematis (mathematical Power) yaitu:
1. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving)
2. Kemampuan penalaran (reasoning)
3. Kemampuan berkomunikasi (communication)
4. Kemampuan membuat koneksi (connection)
3
Salah satu tujuan tersebut adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara
matematis. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu ide atau gagasan yang
diketahuinya secara matematis melalui tulisan yang terjadi di lingkungan kelas
Komunikasi tersebut dapat berlangsung antara siswa dengan guru, siswa dengan
siswa ataupun siswa dengan buku.
Menurut Baroody (Ansari,2009) sedikitnya ada 2 alasan penting yang menjadikan komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian yaitu (1) mathematics as language (matematika sebagai bahasa); matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan
pola, atau menyelesaikan masalah namun matematika juga “an invaluable tool for
communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly, dan (2)mathematics learning as social activity; sebagai aktivitas sosial, dengan adanya interaksi antar siswa, serta dengan guru dalam mengkomunikasikan ide matematika.
Kendatipun kemampuan komunikasi matematika itu penting, namun
ironisnya,pembelajaran matematika selama ini masih kurang memberikan
perhatian terhadap pengembangan kemampuan ini, sehingga penguasaan
kompetensi ini bagi siswa masih rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fauzan(2008), (dalam Izzati: 2010) menunjukkan bahwa kemampuan
berkomunikasi secara matematis masih menjadi titik lemah siswa dalam
pembelajaran matematika. Jika kepada siswa diajukan suatu pertanyaan, pada
umumnya reaksi mereka adalah menunduk, atau melihat kepada teman yang
duduk di sebelahnya. Mereka kurang memiliki kepercayaan diri untuk
mengomunikasikan ide yang dimiliki karena takut salah dan ditertawakan teman
Lebih jauh Fauzan (2008) mengemukakan rendahnya kemampuan
komunikasi matematik siswa disebabkan oleh praktik pembelajaran di sekolah
yang menunjukkan adanya “pergeseran” tujuan pembelajaran matematika. Guru
-guru matematika cenderung “melupakan” tujuan yang tercantum dalam kurikulum sewaktu merancang pembelajaran. Akibatnya, indikator-indikator pencapaian
yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran lebih banyak berbentuk
pemahaman fakta-fakta dan konsep-konsep matematik. Disamping itu, guru juga
lebih terfokus untuk menyajikan materi dan soal-soal yang kiranya nanti akan
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Nugraha (dalam Solikhah: 2012),
bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah, Hal ini terbukti
dari hasil penelitian eksperimen yang dilakukannya bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa masih di bawah KKM. Berbagai perlakuan dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tetapi tidak terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang signifikan.
Dengan kata lain, pengaruh perlakuan yang diberikan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dalam peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Dalam kegiatan diskusi ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menyampaikan
hasil pemikirannya, siswa kurang memahami apa yang disampaikan siswa lain,
siswa hanya mampu menyelesaikan soal sejenis dengan soal yang sudah
diselesaikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis beberapa siswa masih kurang.
Disamping itu siswa terlihat kurang terampil berkomunikasi untuk
menyampaikan informasi seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan, dan
menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain. Mereka cenderung bersikap
pasif/diam ketika guru mengajukan pertanyaan untuk mengecek pemahaman
siswa, padahal sebenarnya mereka sudah memahami materi yang telah diajarkan
dilihat dari tugas yang diberikan, baik disekolah maupun dirumah. Situasi tersebut
terjadi kemungkinan karena siswa jarang diberikan kesempatan untuk berbicara,
karena kebanyakan guru mengajar siswa dengan yang konvensional seperti model
ceramah dan mencatat di papan tulis.
Ini berarti masih terjadi pelaksanaan proses pembelajaran dikelas jarang
melatihkan dan mengembangkan keterampilan komunikasi dan proses interaksi
antar siswa, seperti bekerja sama, menyatakan ide, mengajukan pertanyaan, dan
menanggapi pertanyaan/pendapat siswa lain. Para guru memang sudah
menerapkan model pembelajaran diskusi, namun yang dilakukan adalah model
pembelajaran diskusi yang konvensial. Dalam mengarahkan diskusi, guru hanya
memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa/kelompok yang memuat hampir
5
siswa menjadi tidak berkembang dan tidak dirangsang untuk berpikir kritis. Tentu
paradigma pembelajran ini perlu direnovasi.
Kenyataan yang sama juga ditemukan di SMA Negeri 1 SOSA. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai matematika siswa pada tahun ajaran 2013/2014 semester 2
kelas X memilki rata-rata 2,21. Nilai tersebut masih di bawah KKM matematika
yaitu 2,67. Hasil ini menunjukkan kemampuan matematika siswa yang masih
rendah termasuk kemampuan komunikasi matematis yang ada di dalamnya.
Salahh satu faktor yang mempengaruhi hasil tersebut adalah faktor pembelajaran
yang masih bersifat konvensional.
Untuk itu, adapun usaha yang harus dilakukan untuk memperbaiki
kemampuan komunikasi matematis siswa tersebut adalah dengan meningkatkan
kompetensi guru dalam memilih model pembelajaran. Sebaiknya model
pembelajaran yang dipilih adalah yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran karena sampai sekarang ini masih banyak siswa yang
mengeluh bahkan menjadikan matematika sebagai momok yang menakutkan.
Sehingga mereka menjadi malas untuk lebih mendalami lagi pelajaran
matematika. Hal ini membuat siswa cenderung kurang aktif yang menyebabkan
perbuatan-perbuatan atau tingkah laku dari siswa kurang terampil dalam
menyampaikan ide dan gagasan mereka.
Berkaitan dengan uraian tersebut maka perlu dipikirkan cara dan strategi
untuk mengatasi permasalahan di atas. Salah satu model pembelajaran yang
diterapkan dalam belajar matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS). Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Menurut Arends (2001)
(dalam Ansari: 2009) Menyatakan bahwa:
”Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk
Model pembelajaran yang lain yang dapat diterapkan dalam belajar
matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok
4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok.
Model pembelajaran TPS dan STAD diharapkan dapat memperbaiki
kemampuan komunikasi matematis siswa yang rendah khususnya pada materi
fungsi kuadrat. Mempelajari fungsi kuadrat bukan hanya kemampuan menemukan
kebenaran jawaban akhir dan mutlak tetapi juga untuk memperoleh ketangkasan
dan keterampilan berkomunikasi. Namun, diantara kedua model tersebut pasti
terdapat salah satu model yang lebih baik diterapkan pada materi fungsi kuadrat.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 SOSA Tahun Ajaran 2014/2015.”
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Matematika merupakan pelajaran yang tidak disukai oleh siswa.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMA N 1 SOSA masih
rendah.
3. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
4. Guru cenderung melupakan tujuan pembelajaran sewaktu merancang
pembelajaran.
7
6. Proses pembelajaran dikelas jarang melatih dan mengembangkan
keterampilan komunikasi dan proses interaksi antar siswa.
1.3Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah pada
penelitian ini yaitu:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMA N 1 SOSA masih
rendah.
2. Model pembelajaran masih bersifat konvensional.
1.4Rumusan Masalah
Sesuai pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan tipe
Student Team Achievement Division (STAD) di SMA N 1 SOSA Tahun Ajaran 2014/2015?
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di SMA N 1 SOSA Tahun Ajaran 2014/2015.”
1.6Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru: Sebagai bahan masukan kepada guru matematika tentang
perbedaan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Student Team Achievement Division (STAD).
2. Bagi siswa: Sebagai pengalaman belajar dan memberikan variasi
siswa dalam memahami dan menguasai konsep demi mencapai prestasi
yang lebih baik.
3. Bagi peneliti: Sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam mengajar matematika dimasa yang akan datang.
4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.
1.7Defenisi Operasional
Penelitian ini berjudul perbedaan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di SMA Negeri 1 SOSA Tahun Ajaran 2014/2015.
Untuk menghindari kesalahpahaman penelitian ini memberi batasan
definisi operasional sebagai berikut :
1. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana diskusi kelas. Dengan saumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Pada penelitian
ini, Think Pair Share digunakan pada siswa kelompok eksperimen satu.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok, STAD digunakan pada siswa kelompok eksperimen
dua.
3. Komunikasi Matematis
Komunikasi matematis adalah suatu kemampuan siswa
dalam menyampaikan sesuatu ide atau gagasan yang diketahuinya secara
9
4. Kemampuan komunikasi matematis
Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa pada pembelajaran
matematika dapat diukur dengan indikator:
a. Kemampuan menyajikan dan memvisualisasikan masalah matematika ke
dalam gambar dan memaknai gambar,dan menyajikannya dalam ide
matematika (Drawing).
b. Kemampuan membaca dan menafsirkan data ke dalam model matematika
atau dengan kata lain mengexpresikan ide matematika (Mathematical
Expression).
c. Kemampuan menjelaskan/menulis (Written text) permasalahan matematika
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman.Mulyono.(2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Ansari, Bansu. (2005). Komunikasi Matematik.Banda Aceh: PeNa
Armiati. (2009). Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosiaonal. Prosiding
UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Asmin. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan : Larispa.
Bahri,Syaiful.(2011).Psikologi Belajar.Banjarmasin:Rineka Cipta
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta : BSNP.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. (2012). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan FMIPA Universitas Negeri Medan: FMIPA UNIMED Harianto, Erwin. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Tipe Student Team
Achievement Divisiaon (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Di SMP Trisakti 2 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Medan: UNIMED
Izzati,Nur.(2010). Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik.Prosiding UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan.
Hudojo, Herman. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : Universitas Negeri Malang.
Mahmudi, Ali.(2009). Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Mudjiono.(2009).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Tersedia : http://www.k12academics.com/education-reform. Diakses : 20 September 2014.
Nurbaidhia’ah. (2010). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dan Tipe STAD Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Di Kelas X SMA Al-Washliyah 1 Medan Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Medan: UNIMED
82
Sanjaya,Wina.(2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Saputri, Andrayana.(2013). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Piar Share (TPS) Dan Tipe Student Team Achievement Divisiaon (STAD) Pada Materi Relasi Dan Fungsi Di Kelas VIII SMP Swasta Brigjend Katamso Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Medan:UNIMED
Sinaga, Sakiben.(2009). Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Dan Tipe STAD Di Kelas X SMK-BM Raksana Medan T.A 2009/2010.
Skripsi. Medan:UNIMED
Sipangkar, Teodora.(2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share di kelas VIII SMP Swasta St.Thomas 3 Medan Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Medan:UNIMED
Slavin,R,E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:Nusa Dua
Soedjadi ,R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidian Nasional.
Solikhah, Umdatus. (2012). Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metode accelerated learning Document Transcript. Jurnal UPI. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia
Sudjana.(2002). Metoda Statistika.Tarsito:Bandung
Sugiono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suhaedi,Didi. (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa smp Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Jurnal UIB. Bandung: Universitas Islam Bandung
Suherman, E. (2001). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka Depdikbud.
Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
RIWAYAT HIDUP
Sundut Azhari Hasibuan lahir di Aer Bale, 29 Desember 1991. Ayah bernama Ranto Baringin, Ibu bernama Deliner Harahap dan merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1998 penulis masuk SD Negeri 148053
Ujung Batu/Aer Bale dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis
diterima di SMP Negeri 1 Sosa dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis
bersekolah di SMA Negeri 1 Sosa dan selesai pada tahun 2010. Pada tahun 2010
penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas