PERILAKU KONSUMEN DAN BAURAN PEMASARAN
PRODUIC BAKSO SAP1 DI DAERAH KOTA BOGOR
(Studi Kasus Konsumen Bakso Kios)
S K R I P S I A S N A W I
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
ASNAWI, 2000. Perilaltu I < o n s ~ ~ r n e n da11 B a l ~ ~ . a n P e m n s a l . a ~ ~ Produlc Bdcso S a p i di D a e r a b K o t a Bogor (Studi K a s u s K o n s u m e ~ ~ Baltso Kios). Skripsi. Jurusa~i Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor
Pembimbing Utama : Ir. Zulfikar Moesa, MS
Pernbimbing Angyota : Dr. Ir. Raclimat Pambudy, MS
Bakso niempakan nlakanan jajanan yang dewasa ini cukup populel- dan digemari berbagai kalangan. Hal ini tercerrnin dari menjamurnya pel~jual mie bakso mulai dari warung-wamng kecil dan gerobak dorong hingga restoran me\vaIi. Bakso juga merupakan salah satu produk olahan yang memiliki poterlsi usalia untuk dikembangkan seperti jenis makanan,fir.st,food yang lain. Pe~nililia~i sampel penelitian ini menggunakan metode C'!rl.s/er Rcrr7donl Smipling.. Metode ini dipilih bel-dasarkan
pertimbangan keberadaan kios-kios bakso yang tidak nierata di wilayah Kota Bogor untuk itu dipilih kios-kios bakso yang berada di dekat pusat keramaian sepel-ti terminal, pasar dan sekitar swalayan besar. Konsumen yang nienjadi responden
adalah konsumen yang datang ke ltios-liios bilkso telwbut un(uli ~ i ~ ~ l n l i u h ; ~ ~ ~ pembelian bakso. Penelitian ini akan mengkaji permasalahan dengan metode
penelitian deskriptif dan metode penelitian analitis.
Penelitian ini dilakukan b e r t u j u a ~ ~ antara lain untuk : ( I ) Mengetaliui taliap- tahap proses pengambilan keputusan pembelian bakso kios (penerimaan pengal-~111. menilai, ~nembeli, sampai mengkons~~~iisi), (2) Menganalisis strategi baurar~ pemasaran bakso kios, (3) Menganalisis hubungan antara variabel intetisitas pembelian dengan variabel karakteristik konsumen kios (pengeluaran, tingkat umul-. tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
Kebanyakan konsumen baltso kios niengetaliui keberadaan bakso kios untuk peitama kali dan seringkali dari perilaku "coba-coba" konsumen dan dari temari sementara isi infor~nasi yang paling banyak diinformasikan adalah rasa bakso Sebagian besar konsumen lnengarlggap bakso adalah m a k a ~ ~ a n jajananlcemilan yany bergizi dengan pilihan bakso yang tingkat resa dagingnya sedang, warna abu-abu gelap, bau daging rebus dan jumlah bakso 3-5 butir seporsi. Alasan terbanyak memilih kios adalah telnpat terdekat serta me~nbeli secara mendadak dan tetap mencari variasi walaupun merasa puas. Pe~nbelian tel-banywk antara 3-10 kali per bulan dengan motivasi terbanyak adalah rasa bakso.
pelanggan dengan harapan pelanggan tersebut nienjadi pelanggan setia dan ~nemberikan rekomendasi kepada pelanggan baru.
Di antara karakteristik konsumen kios bakso hanya tinykat umur dan tinykat pendidiltan yang tidak berhubungan nyata dengan intensitas pelnbelian sedangkan variabel-variabel karakteristik konsulne~l yany lainnya (pengeluar;r~i per bulan dill1 jenis kelamin) berhubungan nyata denyan variabel intensitas pe~iibelian. Untult yang berminat dan ingin ~iienekuni usalla bakso, disaranka~i sebelunl liiasuk ke dalan~ usaha ini harm mengernbangkan produk bakso yang bermutu dan me~niliki cita rasa yang diminati oleh konsumen ~ ~ n t u k it11 perlu diupayakan penelitian untuk menemukan resep penibuatan bakso yang dapat niemuaskan Itonsumen. Me~iiuaska~i para langganan agar mereka dapat ~nenjadi erieit.siot~ .so/e.sntntt yang akan me~nberikan publisitas tentang pengala~nan yang mengesankan setelah mengkonsumsi bakso kepada orang lain secara "mulut ke mulut".
PERILAKU ICONSUMEN DAN BAURAN PEWIASARAN
PRODUIC BAICSO SAP1 DI DAERAH ICOTA BOGOR
(Studi Kaslls I < o ~ l s u ~ n e ~ ~ B:~liso I<ios)
Skripsi ini ~nerupakan salah satu syarat ~ ~ n t u l t me~nperoleh yelar Sarjana Peternnitan
pada Fakultas Peternakan lnstitut Pertanian Boyor
Ole11 A S N A W I
DO3496045
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
PERILAKU KONSUMEN DAN BAURAN PEMASARAN
PRODUK BAKSO SAP1 DI KOTA BOGOR
(Studi Kasus Konsumen Bakso Kios)
Oleh A S N A W I
DO3496045
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 2 November 2000
Pembimbing Utama P y b i
\
bing AnggotaIr. Zulfikar Moesa
MS
Dr. Ir. Rachmat Pambudv. MSKetua Jurusan
Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternaka11
Institut Pertanian Bogor
iReu&
RIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 8 Oktober 1978, sebagai anak
kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak M. Zejen dan Lbu Asyiah. Pendidikan
dasar sampai menengah atas diselesaikan di Jakarta. Penulis lulus dari SD Ninvana
T m a h Abang tahun 1990, kemudian penulis melanjutkan ke
SMP
Negeri 40Bendungan Hilir dan lulus tahun 1993. Pendidikan sekolah menegah atas di
selesaikan di SMA Negeri 35 Karet Tengsin Jurusan Biologi dan lulus tahun 1996.
Penulis diterima dan terdafiar sebagai mahasiswa lnstitut Pertanian Boyor
melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN)
pada tahun 1996 padajurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SETP) Fakultas Peternakan.
Selama kuliah, penulis sempat aktif di berbagai kegiatan dan organisasi
kemahasiswaan. Penulis pernah ikut dalam jajaran kepengurusan organisasi
mahasiswa jurusanHIMASEIP tahun 1998. Penulis pernah ikut dalam pagelaran seni
musik dan seni peran dalam berbagai kegiatan kesenian di kampus dan sempat aktif
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, akhirnya
penulis dapat mennyelesaikan tugas akhir ini dengan baik walaupun sepanjang proses
pembuatannya menghadapi banyak kendala yang disebabkan oleh keterbatasan
penulis. Berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan studi penulis di
Jurusan Sosial Ekonomi lndustri Peternakan Fakultas Peternakan di Institut Pertanian
Bogor.
Ueapan terima kasih yang tiada terhingga penulis sampaikan kepada seluruh
pihak yang telah membantu seeara langsung maupun tidak langsung dalal1l
pembuatan tug as akhir dan penyelesaian studi penulis, yaitu :
I. Bapak Ir. Zulfikar Moesa, MS selaku pembimbing utama dan Bapak
Dr. Ir. Raehl1lat Pambudy, MS selaku pembimbing anggota yang telah
l1lemberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis
untuk kesempurnaan skripsi ini dengan penuh perhatian dan kesabaran.
2. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS dan Bapak Dr. Ir. Rudy Priyanto selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan-l1lasukan yang berharga untuk
perbaikan skripsi.
3. Seluruh staf dosen dan karyawan Fakultas Peternakan yang l1lel1lpunyai andil
besar dalam kelanearan pembuatan skI-ipsi dan penyelesaian studi penulis.
4. Kepada Ibu dan Bapak beserta udik dan kakak di rumah yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis dalal1l l1lenyeleshikan
5. Kepada selurllh penghllni "MOSTAR" khllsusnya Endro, O'i, Baskoro,
Erwan, Udin, Faisal, Bono, Oday dan Arif yang telah memberikan batuan dan
tumpangannya.
6. Kepada semua teman-temankll di SEIP yang telah memberikan dukungan dan
saran-sarannya terlltama "Babe" , Marzuki, Rizal, Yusrizal, Amir, Nugraheni,
Novilda, Rini, Y llli, Mega, dan banyak lagi yang lainnya yang tidak bisa
diseblltkan satu per satu.
7. Tidak terlupa terima kasih pemdis sampaikan kepada Pak Udin yang telah
memberikan bantuannya uiltuk kelancaran pembuatan skripsi ini
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh penulis namun ini semua Illenjadi pengalaman yang
berharga buat penulis. Segala keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penlilis Illejaui
kendala dalam pembuatan skripsi ini dan untllk itu mohon maklulll at as
keicillahan-kelelllahan dalalll skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat berguna bagi pihak-pihak
yang membutuhkan dan penulis sendiri.
Darmaga, November 2000
DAFTAR lSI
RINGKASAN ... .
LEMBAR PENGESAHAN ... .
RIWAYATHIDUP ... .
KATA PENGANTAR. ... .
DAFTARISL. ... .
DAFTAR TABEL... ... ... .
DAFTAR LAMPIRAN .... .
PENDAHULUAN ... .
Latar Belakang Penelitian ... .
Perumusan Masalah .... . ... .
Kegunaan Penelitian ... .
Tujuan Penelitian ... .
TINJAUAN PUSTAKA ... .
Bakso ... .
Informasi Pangan ... .
Perilaku Konsumen ... .
Tahap Menerima Pengaruh ... .
Tabap Menilai ... .
Tahap Membeli ... .
I {alaman
.11
. ... v
. .. VI
.. VII
. .. IX
. .. XI
. ... XIIl
.3
. ... 4
. ... 4
. .5
.5
. .. 6
.7
. ... 8
.9
Bauran Pemasaran ... .
PROSEDUR PENELITIAN .. ... .
Populasi dan Sampel..
Desain ... .
Data dan Instrumentasi ... .
Pengumpulan Data ... .
Analisis Data ... .
DEFINISI ISTILAH ... ... .
HASIL DAN PEMBAHASAN ... .
Gambaran Umum Daerah Penelitian ... .
Karakteristik Umum Konsumen Bakso Kios ... .
Perilaku Konsumen Bakso Kios ... .
Bauran Pemasaran ... .
Halaman
.. 12
.. 15
.. IS
.. 15
... .... . 16
. 16
.. 16
. 19
..21
..21
.23
..25
. ... 34
Hubungan Variabel Karakteristik Konsumen dengan Intensitas Pembelian .38
KESIMPULAN DAN SARAN. . .... 46
Kesimpulan ... . . ... 46
Saran ... . . ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... . . .. 48
DAFTAR T ABEL
Nomor Teks Halal11an
1. Tingkat Konsumsi Daging Nasional Tahun 1996-1998 .. . .... 1
2. Hasil Uji Organoleptis Bakso Sapi ... . . .... 6
3. Karakteristik Umum Konsumen Bakso Kios ... .. . .. 24
4. Sumber Informasi Bakso ... . . .. 26
5. Tahap Menerima Pengaruh """""""""'" ... .. . .. 27
.6. Persepsi Bakso Menurut Konsumen ... . . .. 29
7. Preferensi Konsumen Bakso ... . .. 3 I 8. Tahap Pembelian ""'" 9. Tahap Mengkonsumsi ... .. . .. 34
I O.Tablllasi Silang antara Pcngeillaran dan Inlcnsilas PCl11bclian ... .. ]e) II.Tablllasi Silang Hasil Transforl11asi antara Intcnsitas Pembelian dengan Tingkat Pengelllaran ... ' ... 39
12.Tabulasi Silang antara Tingkat Umur dan lntensitas Pembelian .. . ... 40
13. Tabulasi Silang Hasil Transformasi Antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Umur ... .. ..41
14.Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Pembelian. ..42
15.Tabulasi Silang Hasil Transformasi Antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Pendidikan ... .. ...42
Halaman
17.Tabulasi Silang Hasil Transformasi Antara Intensitas
Pembelian dengan Jenis Kelamin ... . . ... 43
lS.Uji Independensi antara karakateristik Konsumen dengan
DAFTAR LAMPlRAN
No. Teks Halaman
I. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel
Tingkat Pengeluaran Per Bulan.... ... 51
2. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel
Tingkat UmuL... ... 52
3. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel
Tingkat Pendidikan... ... 53
4. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel
PENDAHULUAN
Latar Belalmng Penelitian
Kualitas hidup suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat konsumsi akan protein
hewani. Semakin tinggi tingkat konsumsi protein hewani suatu bangsa maka dapat
dikatakan kualitas hidupnya semakin tinggi. Tingkat konsumsi daging nasional dari
tahun ke tahun dewasa ini mengalami penurunan. Hal ini tak terhindarkan karena tiga
tahun ke belakang bangsa Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang pada saat
ini pun belum pulih sepenuhnya.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Daging Nasional Tahun 1996- i 998
Tahun
1996
1997
1998
Tingkat Konsumsi Daging (gram/kapita/hari)
2,7
2,57
2,36
Sumber : Biro Pusat Statistik (1998)
Daging sebagai salah satu sumber protein hewani memiliki tingkat konsumsi
yang relatif masih rendah, karena daging masih dianggap sebagai bahan pangan
mewah dan harganya mahal. Oleh karen a itu diupayakan untuk memanfaatkan dan
meningkatkan nilai tambah dari daging yang bermutu rendah seperti tetelan atau
pemanfaatan jenis daging yang kurang populer di masyarakat agar menjadi suatu
yang lebih bernilai ekonomis. Bakso merupakan makanan jajanan yang dewasa ini
cukup populer dan digemari berbagai kalangan. Hal ini tercermin dari menjamurnya .
[image:14.613.77.522.334.427.2]restoran mewah. Bakso juga merupakan salah satu produk olahan yang memiliki
potensi usaha untuk dikembangkan seperti jenis makanan fast food yang lain
(Sunarlim, 1992).
Bakso berperan sebagai sumber gizi bagi masyarakat juga dapat menyerap
tenaga kerja cukup banyak. dゥエゥョセ。オ@ dari segi gizi, bakso sapi merupakan sumber protein hewani karena daging sapi mengandung protein yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh manllsia. Dari segi penyerapan tenaga kerja , usaha bakso mcmblltllhkan tcnaga
kerja mulai dari lokasi penggi:ingan, sampai daerah produsen dan sekal iglls
pemasarannya. Pembuatan bakso yang pada umumnya menggunakan daging segar
agar dihasilkan bakso yang kenyal dan kompilk. Bahan baku bakso umumnya berasal
dari daging paha belakang sapi, akan tetapi dapat juga dibuat dari bagian karkas
lainnya (Tarwotjo et aI, 1971).
Kotler (1992) menyatakan.untuk bisa tetap bertahan biasanya para produsen
meningkatkan efesiensi dalam hal biaya maupun produksi, dimana keduanya
bertujuan untuk membuat harga dapat bersaing. Perbaikan mutu, pengembangan
produk, perbaikan saluran distribusi dan memahami selera konsumen adalah
langkah-langkah produsen untuk memajukan usahanya. Di antara sejumlah kegiatan tersebut, salah satu yang paling penting adalah bagaimana cara memahami selera konsumen.
Ketatnya persaingan menyebabkan produsen harus berorientasi pada kebutuhan
konsumen yang senantiasa mempunyai banyak pertimbangan dalam melakukan
pembelian. Keberhasilan kegiatan pemasaran ditentukan oleh kepekaan dalam
menanggapi kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu, kemampuan dalam
konsumen memilih suatu produk. Adanya perbedaan lingkungan, pengaruh teman,
daya beli, budaya dan jenis produk akan membentuk perilaku konsumen yang
berbeda. Hal ini dapat dijelaskan oleh suatu riset pemasaran yang berguna dalam
mengambil keputusan, meminimalkan resiko usaha, dan mengembangkan strategi
pemasaran lebih dini.
Dengan mengetahui perilaku konsumen bakso, pengusaha dapat menentukan
cara pemasaran yang tepat agar dapat menjaring pembeli lebih banyak Iagi.
Pengusaha bakso harus mengetahui persepsi dan preferensi dari konsumen bakso agar
dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam menetapkan bauran pemasaran yang
sesuai dalam keputusan harga, produk, distribusi dan promosi.
Perumusan Masalah
Bagi produsen pengetahuan mengenai perilaku konsumen sangat bermanfaat
dalam mengembangkan strategi pemasaran seperti peluncuran produk baru,
diferensiasi produk, pengembangan produk. Oleh karen a itu penting untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen bakso.
Adapun permasalahan spesifik yang akan dikaji lebih mendalam, dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian bakso kios
(penerimaan pengaruh, menilai, membeli, sampai mengkonsumsi) yang berada
di dekat pusat-pusat keramaiaan di Kota Bogor.
2. Bagaimana strategi bauran pemasaran bakso kios setelah mengetahui perilaku
konsumen.
3. Bagaimana hubungan antara variabel intensitas pembelian dengan
variabel-variabel karakteristik konsumen bakso kios (pengeluaran, tingkat umur, tingkat
pendidikan, jenis kelamin) yang berada di dekat pusat-pusat keramaian di Kota
Bogor.
Kegunaan Penelitian
Sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai, maka diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat dan memberikan informasi serta masukan yang baik bagi
pihak-pihak yang membutuhkan. Bagi peneliti sendiri, penelitian diharapkan dapat
memberikan wawasan yang mendalam tentang perilaku konsumen bakso sapi serta
sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian bakso kios
(penerimaan pengaruh, menil&i, membeli, sampai mengkonsumsi) yang berada
di dekat pusat-pusat keramaiaan di Kota Bogor.
2. Menganalisis strategi bauran pemasaran bakso kios setelah mengetahui perilaku
konsumen.
3. Menganalisis hubungan antara variabel intensitas pembelian dengan
variabel-variabel karakteristik konsumen bakso kios (pengeluaran, tingkat umur, tingkat
pendidikan, jenis kelamin) yang berada di dekat pusat-pusat keramaian di Kota
TINJAUAN PUSTAKA
Bakso
Bakso didefinisikan sebagai produk yang dibuat dari daging yang dihaluskan,
dicampur dengan pati, dan dibentuk bulatan-bulatan kemudian dimasak dengan air
panas (Tarwotjo et aI., dalam Aulia 1999). Bakso diduga berasal dari daratan Cina
dan telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan jajanan yang
dianggap murah (Sunarlim, 1992), Dalam istilah Cina, nama bakso berasal dari kata
"bak" yang merupakan singkatan dari kata babi namun yang populer di Indonesia
adalah yang dibuat dari daging sapi.
Aulia (1999) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa bakso dagillg
didefinisikan sebagai produk ュ。Nセ。ョ。ョ@ berbentuk bulatan atau lainnya yang diperoleh dari eampuran dagimg ternakdan pati atau serelia dengan atau tanpa bahan tambahan
pangan yang diizinkan. Berdasarkan ukurannya ada empat kelompok bakso yaitu : (1)
Bakso ukuran keeil (diameter < 2 em), (2) Bakso ukuran sedang (diameter 2-3 em),
(3) Bakso ukuran median (diameter 3-5 em), dan (4) Bakso ukuran super (diameter
5-7 em).
Daging yang digunakan untuk membuat bakso adalah daging yang sesegar
mungkin yaitu segera setelah pemotongan tanpa mengalami proses penyimpanan
sehingga dapat menghasilkan mutu yang baik. Daging yang sering digunakan untuk
membuat bakso pada industri bakso umumnya berumur kurang dari dua jam setelah
Dari hasil penelitian Nurmi (I995) menunjukkan hasil uji organoleptis
terhadap bakso dengan kriteria penampilan, bau, rasa, kekenyalan, keempukan dan
kesan terhadap 20 orang panelis. Uji ini dilakukan untuk menunjukkan tingkat
kesukaan terhadap kriteria penampilan diatas tadi. Masing-masing kriteria
mempunyai kisaran tingkat kesukaan antara lain sangat suka, agak suka, biasa saj a,
tidak suka, dan sangat tidak suka. Kriteria-kriteria tersebut diberi bobot nilai sesuai
dengan tingkat kesukaannya antara i-5. Kesukaan tinggi (sangat tinggi) diberi bobot
nilai 5 sedangkan tingkat kesukaan terendah (sangat tidak sUka) diberi bobot nilai 1.
Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi (323,5) untuk bakso yang dibuat dari
potongan paha sapi dari pada yang dibuat dari lemusir sapi (273,5). Hal ini dapat
dilihat di Tabel 2.
Tabel2. Hasil Uji Organoleptis Bakso Sapi
Kriteria Penampilan Bau Rasa Keempukan Kekenyalan Kesan Nilai
Sumber : Nurmi, A. (1995)
Paha 56,5 57,5 57,0 46,0 57,0 49,5 323,5 Informasi Pangan Lemusir 40,0 57,5 55,0 30,5 48,5 42,0 273,5
Informasi pangan dapat diperoleh dari iklan, promosi, pengalaman, keluarga
maupun pemimpin opini (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987). Sekarang ini kita sadari
semakin luas peranan media masa dalam penjualan dan promosi yang membawa
orang-orang, berpengaruh terhadap kebiasaan dan praktik kehidupan, serta dapat
merubah tujuan hidup mereka (Sanjur, 1982).
lumlah dan kualitas informasi dari semua alternatif yang mungkin akan
menentukan kualitas keputusan yang dihasilkan serta tingkat kepuasan yang didapat
dari keputusan tersebut. Informasi pangan yang masuk ke dalam keluarga diseleksi
oleh nilai dasar yang ditentukan oleh empat faktor yaitu selera, nilai sosial makanan,
manfaat kesehatan dan gizi serta harga subsitusi barang sejenis (Hardinsyah dan
Suhardjo, 1987).
Sumber informasi yang rnembuat konsumen tabu informasi dan informasi
terbanyak tentang makanan tradisional Sunda lebih banyak berasal dari keluarga dan
ternan dekat. Konsumen suku Sunda mendapat pengaruh untuk mengkonsumsi
makanan tradisional Sunda di rumah makan Sunda dari keluarga (60 persen) dan
ternan (16,6 persen), sedangkan konsumen bukan Sunda mendapat pengaruh dari
ternan keluarga (57 persen) dan ternan (12 persen) (Candraningsih, 1995).
Perilaku Konsumen
, , \ 1_ "',,. • ••• ,.'. _ ••••.• ' GNM⦅N\GセNMNN@ . . セ@
セ@ \/).G'I'"I(}'P |B[^HBGGGG\ZBLlGGGG|GGGG\LGL\Z[Lセ\BGGイMᄋ@ '1'-- ... , ... ' , <.,.,
t/'/
Perilaku konsumen segal a sesuatu yang dilakukan individu untuk pencapaiantujuan dan didalamnya mencakup cara-cara bagaimana untuk mencapai tujuan
tersebut (Winkel, 1984). Perilaku konsumen merupakan bagian dari ilmu perilaku
manusia untuk mempelajari bagaimana individu bertindak dalam mengkonsumsi
suatu komoditi atau jasa.
Menurut Loudon dan Dellabitta (1984) perilaku konsumen merupakan suatu
proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu dalam menilai, memperoleh dan
menggunakan barang atau jasa. Model-model perilaku konsumen dikembangkan
sekarang ditekankan pada proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik sert"
kognitif konsumen sebelum, selama, sesudah pembelian.
Perilaku konsumen dapat ditinjau dari dua aspek. Dari aspek keilmuan
perilaku konsumen didefinisikan ·.sebagai ilmu yang mempelajari semua aktifitas
konsumsi didalam menilai, membeli dan menggunakan serta menjawab mengapa dan
bagaimana konsumen bertindak. Dari aspek proses, perilaku konsumen didefinisikan
sebagai proses pengambilan keputusan dalam menilai, membeli dan menggunakan,
seperti model Nicosia. Dalam model Nicosia, proses pengambilan keputusan dibagi
empat tahap yakni, tahap menerima pengaruh, tahap menilai , tahap membeli dan
tahap mengkonsumsi (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987).
Perilaku pangan golongan atas lebih banyak dipengaruhi iklan televisi
dibanding masyarakat golongan bawah. Golongan atas (66,7 persen) ini lebih banyak .
mendapat masukan informasi mengenai produk pangan dari iklan televisi dibanding
golongan menengah (33,3 persen) dan kelas bawah (0 persen), ini menunjukkan
semakin tinggi golongan so sial ekonomi semakin tinggi mengkonsumsi produk
pangan yang diiklankan di televisi (Mustari, 1994).
Tahap Menerima Pengaruh
Pengaruh dapat berupa stimulus yang merupakan suatu isyarat (sosial,
komersil atau non komersil) atau alat pendorong yang bersifat fisik untuk memotivasi
seseorang dalam bertindak. Isyarat so sial dapat diperoleh dari teman-teman, rekan
dengan penjual. Isyarat komersil merupakan pesan yang dispollsori oleh sebuah
perusahaan, pedagang atau orang-orang yang berhubungan dengan penjual. Stimulus
yang berupa dorongan fisik terjadi ketika indera seseorang dipengaruhi spwen rasa
haus, dingin, lapar dan sebagainya (Evans dan Bernam, 19S2).
Pengaruh yang diterima konsumen biasanya berupa rasa tertarik, rasa mgll1
tahu, rasa senang, rasa lapar dan hal-hal lain yang menarik dari informasi pangan
yang diterima. Secara umum pengaruh-pengaruh ini dapat dikelompokkan menjadi
pengaruh internal dan pengaruh eksternal (Hardinsyah dan Suhardjo, 19S7).
Hasil penelitian Mustari (1994) menyatakan bahwa anak umur 6-1S tahun (60
persen) lebih banyak mengkonsumsi bahan pangan dibandingkan dengan anak
berumur IS tahun ke atas (40 persen). Ini menunjukan anak umur 6-1S tahun lebih
cepat tertarik, terpengaruh dan mencoba suatu produk pangan yang diiklankan lewat
media televisi ketimbang anak berumur IS tahun ke atas. Dari kedua golongan
tersebut kelompok umur 6-lS tahun (55,5 persen) lebih banyak memperoleh
informasi tentang produk pangan dari media televisi dari pada kelompok umur IS
tahun ke atas (44,4 persen).
Tahap Menilai
Pengaruh yang diterima konsumen berakumulasi dengan sikap (pikiran,
perasaan, kepercayaan) konsumen yang dapat merangsang untuk memberikan
penilaian terhadap pangan yang akan dibeli. Kemudian konsumen menyusun dan
membentuk alternatif atau pilihan (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987) Dalam memilih
alternatif yang terbaik konsumen mempertimbangkan satu atau lebih aspek yakni
aspek teknis, aspek ekonomis, budaya, kesehatan, gizi, agama atau kombinasi dari
semua aspek tersebut (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987).
Hasil penelitian Iuvitawati (I995) menyatakan untuk kriteria penilaian dalam
memilih buah, segi kualitas dan kebersihan mendapatkan perhatian yang besar dari
semua kelompok masyarakat. Pada kelompok masyarakat bawah sebesar 40 persen
dan 35 persen sedangkan kelompok menengah sebesar 36 persen dan 33 persen. Pada
masyarakat kelas atas persentasenya adalah 39 persen dan 38 persen.
Dalam penelitian ini, tahap penilaian dijelaskan dengan melihat persepsi dan
preferensi dari konsumen.
Persepsi. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), persepsi
didefinisikan sebagai (1) tanggapan (penerimaan langsung) dari suatu sera pan, atau
(2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Dalam penelitian
ini mengacu pada arti tanggapan konsumen terhadap produk bakso. Persepsi
seseorang mengenai suatu obyek dipengaruhi oleh fungsi sosial dan kepribadian.
Dalam konteks ini maka ciri khas atau karekteristik sosial obyek yang dipersepsi
memegang peranan penting (Sadli, 1985). Menurut Kotler (1992) seseorang dapat
muncul dalam persepsi yang berbeda terhadap suatu obyek yang sama karena tiga
proses yang berkenaan dengan persepsi yaitu penerimaan rangsangan, pell/bahan
makna informasi dan pengingatan sesuatu yang kesemuannya dilakukan secant
selektif. Menurut Almatsier et aI., (1982) faktor yang mempengaruhi pcrsepsi
seseorang atas makanan adalah penampilan, rasa, demograpi, lingkungan, Illulu, dan
Hasil penelitian luvitawati (1995) menunjukkan pendapat buah merupakan
kebutuhan pokok terhadap kelompok masyarakat. Dengan hasil jajak pendapat itu
menunjukkan sebagian besar kelompok masyarakat berpendapatan tinggi (76 persen)
menyatakan setuju terhadap pendapat di atas. Pada masyarakat menegah dan bawah
menyatakan kesetujuannya dengan persentase sebesar 66 persen dan 51 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa kesadaran yang tinggi dalam mengkonsumsi buah guna
menjaga kesehatan.
Preferensi. Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat
kesukaan terhadap makanan terscbut dan preferensi ini akan berpcngaruh tcrhadap
konsumsi pangan tersebut. Preferensi terbentuk dari persepsi terhadap produk,
presepsi yang sudah mengendap dan melekat akan menjadi preferensi (Hardinsyah
dan Suhardjo, 1987). Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi mcmbcntuk
preferensi terhadap prod uk dan akhirnya membentuk perilaku konsumen. Meski
preferensi mempunyai suatu struktur namun ini dapat berubah dan dapat dipelajari
dari kecil. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis, terutama orang muda dan akan
menjadi permanen jika sudah menjadi gaya hidup (Sanjur, 1982).
Pada umumnya semua kelompok masyarakat memilih jenis buah-buahan yang
paling sering dihidangkan adalah jeruk dan pisang. Pada masyarakat kelas bawah
adalah persentasenya sebesar 22 persen dan 44 persen sedangkan pada masyarakat
kelas atas persentasenya sebesar 19 persen dan 28 persen. Buah pepaya menempati
peringkat pertama (29 persen), selanjutnya pisang (28 persen) kemudian disllsul jeI1lk
(19 persen) dalam jenis buah yang sering dihidangkan dalam keluarga pada
masyarakat menengah (Juvitawati,1995)
Tahap Membeli
Keputusan membeli dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kebudayaan,
sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor kebudayaan meliputi budaya, sub budaya, dan
kelas so sial. Faktor sosial mencakup kelompok preferensi, keluarga, peranan dan
status. Faktor pribadi terdiri dari usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian dan konsep diri. Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, belajar,
kepercayaan, dan sikap (Kotler, 1992).
Setelah konsumen memilih yang terbaik menurutnya maka terjadilah transaksi
pada tingkat harga tertentu. Dalam hal ini harga yang dibentuk pada tahap menilai.
Pada tahap ini keputusan yang perIu diambil oleh konsumen adalah membeli dalam
jumlah sedikit atau banyak bila cukup uang (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987). Ada
tiga hal yang perlu diputuskan pada tahap ini yaitu tempat pembelian, cara pembelian,
dan ketersediaan (Evans dan Bernam, 1982).
Bauran Pemasaran
Kotler (1992) mendefinisikan bauran pemasaran sebagai perangkat
pemasaran yang digunakan untu!:: mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Ada banyak
alat pemasaran, salah satunya adalah 4P yang terdiri dari produk (product), harga
(price), distribusi (place) dan promosi (promotion).
Produli
Definisi produk menurut Kotler (1992) adalah segal a sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, at au dikonsulllsi
Kepu!usan-keputusan tentang produk mencakup atribut produk (mutu, ciri, model), merek dan
kemasan dari produk yang akan dijual. Perencanaan bauran produk meliputi produk
mana yang harus dikembangkan, dipertahankan, tinggal dipanen atau ditarik dari
peredaran.
Lumbantoruan (1993) dalam penelitiannya tentang bauran produk dalam
pemasaran susu pasteurisasi pada PT. 1ndomilk, melaporkan bahwa adanya
keragaman selera secara keseluruhan tidak dapat dipenuhi oleh satu jenis produk saja
oleh karena itu perusahaan memproduksi susu segar rasa coklat dan tawar llnluk
memenuhi selera pasar.
Ha .. ga
Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh konsllmen
untuk mendapatkan suatll prodllk. Strategi harga meliputi penetapan harga,
keseragaman harga, potongan harga, tingkat harga dan syarat-syarat pembayaran.
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan, unsur lainnya berhubungan dengan biaya. セ@
PT. Indomilk menetapkan harga yang tinggi pada prodllk yang dihasilkall
dengan tujuan untuk menguasai pangsa pasar dengan produk yang bermutll tinggi
Dalam kebijakan harganya, PT. Indomilk menetapkan harga yang seragam bagi setiap
distributor di wilayah pemasaran yang berbeda. Kebijakan ini berguna untuk
merangsang penjualan pada daerah distribllsi yang jallh dari pabrik, memlldahkall
pengawasan harga dan jika dilakukan promosi harga akan lebih mlldah dilakukan
(Lumbantoruan, 1993).
Distribusi
Bauran distribusi adalah gabungan faktor-faktor tentang bagaimana
menentukan tempat atau lokasi distribusi untuk memenuhi pasar yaitu wilayah yang
dijadikan sasaran pemasaran. Untuk menentukan saluran pemasaran yang akan
dipilih, harus mempertimbangkan jenis dan sifat produk, sifat konsumen potensial,
U
sifat saluran pemasaran yang ada (Kotler, 1992).
Kotler (1992) juga mengemukakan bahwa sifat produk yang tidak tahan lama
lebih membutuhkan pemasaran langsung karena jika tidak, ada kemungkinan barang
akan rusak dan mengalami penanganan yang berpindah-pindah tangan.
Promosi
Menurut Kotler (1992), promosi merupakan kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produk dan untuk menyakinkan
pelanggan agar membeli produk tersebut. Promosi dapat dilakukan dengan
menggunakan empat alat utama yaitu iklan, promosi penjualan, publisitas, dan
penjualan pribadi. Kepetusan-keputusan dalam bauran promosi menyangkut
pendistribusian anggaran promosi kepada keempat alat promosi yang disebutkan
menunjukkan proporsi terbesar (29,7 persen) pada umur 0-4 tahun diikuti dengan
10-14 tablln (25,4 persen) dan seterusnya. Struktur penduduk Kota Bogar merupakan
struktur penduduk muda karena terkonsentrasi pada umur 0-24 lahun (62,9 persen).
Sebagian besar penduduk Kota Bogor mempunyai mala pencarian sebagai
karyawan swasta (39,39 persen), perdagangan (18,37 persen), pegawai negeri (16,56
persen), tukang (7,36 persen), jasa (6,59 persen), pensiunan (5,75 persen), burllh tani
(3,94 persen) dan ABRI (2,07 persen).
Gambaran Umum Pedagang Bakso di Kota Bogor
Menurnt Wabyudin (1993) pedagang bakso sapi adalah salah satu bentuk
usaha kecil yang bersifat informal dan tradisional. Usaha bakso sapi sudah lama
dikenal masyarakat luas dan ada tiga macam cara beroperasi usaha pedagang jajanan
yaitu :
I. Pedagang yang berpangkal di pusat keramaian pada lokasi strategis
2. Pedagang yang mempunyai usaha tersebar di daerah pemuki man, dan
3. Pedagang keliling.
Daerab Kota Bogor yang ramai dijadikan lokasi berjualan pedagang bakso
antara lain ; terminal Merdeka, sekitar lokasi taman ropi, kawasan perdagangan
Warung Jambu,Sukasari, Pasar Barn Bogor, Ciawi dan beberapa daerah terminal
lainnya serta daerab wisata dan pemukiman penduduk (Yusrizal, 2000).
Menurnt Deperindag Kota Bogor pedagang bakso tennasuk ke dalam kriteria
pedagang keliling dan pedagang kaki lima yang menetap pada suatu lokasi.
Tabe13. Karakteristik Umum Konsumen Bakso Kios
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 22 44
Wanita 28 56
USia
20 tahun ke bawah 8 16
20-29 tahun 24 48
30-39 tahun 15 30
40-50 tahun 2 4
50 tahun ke atas 2
Tingkat Pendidikan Akhir
SD 10 20
SMP 10 20
SMA 23 46
Akademi 2 4
Sarjanallebih 5 10
Pcke.jaan Utama
Ibu Rumah Tangga 7 14
Pegawai Negeri 7 14
Wiraswasta 13 26
Karyawan Swasta 15 30
Mahasiswa 5 10
Pelajar , 0 6
Pengeluaran Per Bulan
Rp 150.000,- kebawah 10 20 Rp 150.000, - 299.999,- 25 50 Rp 300.000, - 499.999,- 9 18
Rp 500.000, - 699.999,- 3 6 Rp 700.000,- ke atas 3 6
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa konsumen bakso kios sebagian
besar memiliki tingkat pendidikan SMA dengan persentase sebesar 64 persen Tingkat
pendidikan yang terendah yakni SD dan SMP masing-masing memiliki persentase 20
persen dan 20 persen, sementara tingkat pendidikan tertinggi yaitu Akademi dan
Tahap Menerima Pengaruh
Tingkat penerimaan pengaruh dapat dilihat dari tingkat ketertarikan konsulllen
pada saat mendengar informasi tentang bakso. Tingkat ketertarikan yang paling
banyak diungkapkan oleh konsumen adalah tingkat ketertarikan yang "biasa-biasa"
saja dengan persentase 48 persen. Hal ini menunjukkan penyebaran informasi yang
Jakukan oJeh pedagang kios bakso kurang dapat menarik perhatian konsumen.
Tingkat ketertarikan yang berkategori "tertarik" berada pada posisi berikutnya
dengan persentase 40 persen (Tabel 5).
Tabel 5. Tahap Menerima Pengaruh
Tahap Menerima Pengaruh
Sil<ap saat mcudengal' iuformasi bakso :
Sangat tertarik Tertarik Biasa saja Tidak tertarik Sangat tidak tertarik
Motivasi mengkonsumsi bakso :
Rasa Bergizi Harga PeJayannya
Nama kios terkenal
lsi informasi bakso yang terbanyal{
diceritakan oleh sumber informasi :
Rasa Pelayanaunya Harga Lokasi Frekuensi 6 20 24 0 0 32 8 5 3 2 34 9 4 3
Persentase (,X.)
12 40 48 0 0 64 16 10 6 4 68 18 8 6
BiJa dilihat alas an kosumen mengkonsumsi bakso dapat dilihat Illotivasi apa
yang tersembunyi dalam mengkonsulllsi. Alasan karena rasa bakso yang enak banyak
dikemukakan oleh responden dengan persentase yang paling tinggi yakni sebesar 64
[image:40.625.85.496.308.595.2]makanan cemilanljajanan (52 persen) sisanya 48 persen yang menganggap status
bakso sebagai makanan hobi sementara yang menganggap bakso sebagai makanan
utama tidak ada (Tabel 6).
Tabel 6. Persepsi Bakso Menurut Konsumen
Persepsi Bakso Menurut Konsumen Frekuensi Persentase ('Yo)
Persepsi status bakso :
Makanan jajananlc.emilan 26 52
Makanan hobi 24 48
Persepsi gizi bakso :
Sangat bergizi 5 10
Bergizi 27 54
Biasa saja 15 30
Tidak bergizi セ@
6
J
Persepsi harga te.-mural! :
Rp 1000 10 20
Rp 1500 13 26
Rp 2000 17 34
Rp 2500 6 12
Rp 3000 4 4
Persepsi harga termahal :
Rp 2000 5 10
Rp 2500 9 18
Rp 3000 14 28
Rp 3500 3 6
Rp 4000 2 4
Rp 4500 3 6
Rp 5000 14 28
Dalam Tabel 6 dapat dilihat persepsi konsumen terhadap tingkat gizi bakso
yang paling banyak adalah pendapat tingkat gizi bakso yang "bergizi" (54 persen)
Hal ini menjelaskan bahwa bakso sapi layak dikonsumsi untuk orang-orang yang
mendambakan makanan bergizi dan murah.
Persepsi tentang harga yang termurah dan termahal ditanyakan kepada
reponden dengan pertanyaan terbuka agar tidak membatasi konsumen mengenai
[image:42.603.70.507.177.510.2]Tahap Pembelian
Dalam memilih tempat pembelian (kios) tentunya konsumen memiliki alasan
tertentu. Alasan kedekatan lokasi merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan
oIeh responden (56 persen). Hal ini tidaklah mengherankan karen a tidak banyak
bakso kios yang mempunyai keunikan tertentu sehingga menjadi daya tarik untuk
menarik konsumen dari tempat .. yang jauh. Ada 28 persen responden yang
mengemukakan alasan memilih temp at pembeliannya kerena temp at langganan
sedangkan yang Iainnya (I6 persen) mengemukakan alasan keterkenalan teillpat
(TabeI8).
TabeI 8. Tahap Pembelian
Tahap Pembelian
Alasan memiIih kios bakso : Terdekat
Langganan TerkenaI
Perilaku pembelian :
Sering berganti temp at kios karena tidak puas Puas tapi ingin cari variasi
Setia pada satu macam produk bakso kios . eara pengambilan keputusan pembelian :
Terencana Mendadak Frekuensi 28 14 8 8 35 7 18 32 Persentase ('Yo) 56 28 16 16 70 14 36 64
Bila dilihat perilaku pembelian dari respoden, menunjukkan tidak banyak
dari respoden yang setia terhadap satu macam produk atau bakso kios, hanya 14
persen dari respond en. Kesetiaan ini kemungkinan Iebih disebabkan oIeh kedekatan
Iokasi bukan karena cita rasa produk bakso atau kiosnya. Perbedaan yang tidak kuat
dengan yang lainnya sehingga walaupun puas tetapi ingin mencari variasi (mencari
sesuatu yang beda). Hal ini gambarkan dengan tingginya persentase dari respond en
yang memiliki perilaku pembelian seperti itu (70 persen). Hal tersebut dapat dilihat
pada Tabel 8.
Dari 50 responden, kebanyakan mengambil keputusan pembelian di tempat
pembelian (point oj purchase) dengan cara pembelian yang mendadak (64 persen).
Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya dorongan untuk melakukan pembelian
yang tak direncanakan dan dalam taraf coba-coba. Sisa dari responden (36 persen)
berperilaku pembelian bakso yang sudah terencana. Pembelian terencana terjadi
karena pembelian itu sudah di agendakan dalam benak konsumen dan hal ini terjadi
jika konsumen memiliki informasi yang memadai mengenai produk yang akan dibeli
(Tabel 8).
Tahap Mcnglmnsumsi
Kebanyakan responden mempunyat intensitas pembelian 3 -10 kali dalam
•
sebulan sebesar 50 persen dari responden. Hal ini menunjukan bahwa intensitas
pembelian bakso kios per bulan ternyata relatif kecil. Responden yang intensitas
pembelian kurang dari 3 kali per bulan memiliki persentase 36 persen sedangkan
yang intensitas pembeliannya lebih dari 10 kali persentase 14 persen. Lebih jelas lagi,
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Tahap Mengkonsumsi
Tahap Mengkonsumsi
Intensitas pembelian :
Lebih 10 kali 3-10 kali Kurang 3 kali
Perilaku mengganti nasi dengan bakso sekali waktu :
Pernah Tidak pernah
Frekuensi PCl"sentase ('X.)
7 14
25 50
18 36
17 34
33 66
Dalam penelitian ini dilakukan jajak pendapat yang menanyakan mengenal
apakah pernah mengkonsumsi bakso untuk menggantikan nasi dalam sekali waktu
pada saat lapar. Hasil jajak pendapat menunjukkan 34 persen dari responden
menyatakan pernah melakukan hal tersebut dan sisanya menyatakan tidak pernah. Hal
ini menunjukkan bahwa walaupun bakso bukan merupakan makanan pokok tetapi
sekali waktu dapat menggantikan nasi jika dalam kondisi mehilangkan kejenuhan
(TabeI9).
Bauran Pemasaran
Dengan mengetahui perilaku konsumen, pedagang bakso kios dapat
menentukan bauran pemasaran yang tepat agar dapat menjaring pembeli lebih banyak
lagi. Pedagang bakso kios hams mengetahui persepsi dan preferensi dari konsumen
bakso agar dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam menetapkan bauran pemasaran
[image:47.610.80.501.88.246.2]Strategi P.-oduk
Variabel paling dasar dari pemasaran adalah produk, yang merupakan tawaran
nyata yang akan dilempar ke pasar. Pedagang bakso kios harus melakukan
pengembangan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Persaingan yang
teljadi mengharuskan pedagang bakso kios memikirkan karakteristik produk atau
atribut produk yang mampu bersaing dengan produk lain.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui preferensi konsumen tentang atribut
produk bakso yang meliputi aroma bakso, tingkat rasa daging, warn a bakso, ukuran
bakso, dan jumlah bakso seporsi. Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa konsumen
menginginkan aroma bakso daging rebus, tingkat rasa daging yang sedang, warna
bakso abu-abu gelap, ukuran bakso sedang (diameter 5), danjumlah bakso antara
3-5 butir seporsi. Preferensi konsumen ini patut dijadikan acuan bagi pedagang bakso
kios untuk pengembangan produk yang mengarah pada keinginan konsLlmen.
Tidak terlepas daripada itLl juga pelayanan yang diberikan oleh pedagang
bakso kios harus dapat memuaskan pelanggan agar tercipta kesetiaan terhadap produk
bakso yang bersangkutan. Dalam bal ini pelayanan meliputi kecepatan dalam
penyajian, keramahtamahan pelayan, dan fasilitas-fasilitas lain yang mendukung
kegiatan kios.
Strategi Harga
Harga bakso kios perlu disesuaikan dengan nilai produk bakso kios yang
ditawarkan menurut sudut pandang konsumen karena murah menurut padagang bakso
kiso belum tentu murah menurut konsumen. Harga bakso kios sangat menentukan
keberhasilannya di pasar karena harga merupakan salah satu pertimbangan utama
konsumen dalam memilih barang yang dikonsumsi. Penelitian ini mencoba untuk .
mengetahui persepsi harga bakso kios termurah dan termahal menurut sudut pandang
konsumen. Persepsi harga bakso kios termurah yang paling banyak mengemuka
adalah pada tingkat harga Rp 2000 per porsi. Persepsi harga bakso kios termahal yang
paling banyak mengemuka adalah pada tingkat harga Rp 3000 dan ,Rp 5000 per porsi
yang keduanya memiliki persentase yang sarna (Tabel 6). Hal ini menunjukan bahwa
spektrum harga dari bakso kios per porsi berkisar antara Rp 2000 - Rp 5 000. Titik
terendah dan tertinggi dalam suatu spektrum harga merupakan titik psikologis harga
yang sulit dilewati yang berarti, jika ada bakso kios per porsi yang harganya berada
di bawah harga termurah, kemungkinan konsumen akan ragu-ragu untuk membelinya
karena memiliki persepsi konsumen terhadap mutunya akan turun. Sebaliknya jika
harga bakso kios per porsi tertinggi dilewati, kosumen akan merasa balma nilai
persepsi mutu yang akan diterima lebih kecil dari harga yang hams dibayar dan
konsumen akan menganggap harga itu terlalu mahal.
Strategi Distribusi
Penentuan lokasi kios bakso yang strategis hams memperhatikan
faktor-faktor seperti daya beli konsumen, pesaing di lokasi tersebut, dal1 keramaian
tempatnya. Bila dilihat Tabel 8, alasan memilih temp at kios bakso yang paling
banyak mengemuka adalah karena tempat kios bakso itu terdekat. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak banyak kios bakso yang memiliki keunikan tertentll hingga
harus mempunyai tingkat perbedaan (diferensiasi) yang memadai agar konsumen
dapat cepat dan mudah menyimpan perbedaan tersebut dibenaknya.
Kebanyakan konsumen bakso kios mengambil keputusan pembelian di
temp at pembelian secara mendadak (Tabel 8) maka itu, dalam penataan tata ruang
kios bakso sebisa mungkin harus dapat memberikan rangsangan atau dorongan
kepada konsumen untuk melakukan pembelian. Suasana di dalam dan di luar kios
harus nyata perbedaannya. Di dalam kios konsumen harus mendapatkan kios itu
bersih, sejuk, rapi dan dapat memberikan kenyamanan bagi konsumen.
Strategi Promosi
Tujuan promosi adalah mengkomunikasikan produk yang ditawarkan ke pasar
agar konsumen mengetahui sebanyak mungkin produk tersebut. Untuk dapat menarik
pelanggan, pedagang bakso kios harus mampu mempromosikan ciri khas produk
baksonya yang dapat membedakannya dengan produk lainnya. Dalam Tabel 4
terlihat, informasi bakso kios untuk pertama kali lebih banyak berasal dari perilaku
"coba-coba". Hal ini menunjukkan pedagang bakso kios kurang gencar dalam
melakukan promosi. Pedagang bakso kios mengandalkan keaktifan konsumen
mencari informasi dengan perilaku coba-cobanya dan mungkin juga tidak ada ciri
khas produknya yang dapa! dipromosikan.
Dalam Tabel 4 dapat dilihat bahwa sumber informasi yang memberikan
informasi terbanyak tentang bakso kios adalah ternan konsumen tersebut maka dari
itu pedagang kios bakso harus mampu memberikan kepuasan total dalam melayani
konsumen agar mereka dapat memberikan rekomendasinya kepada orang lain
terutama ternan-ternan mereka.
Hubungan Variabel Karakterisrik Konsumen dengan Variabel Intensitas Pembelian
Hubungan kedua variabel tersebut diuji dengan uji khi square (X2) yang
metodenya disebut uji indepedensi yang akan menguji hubungan antar variabel tanpa
dapat menggambarkan bagaimana hubungan itu terjadi. AJasan menggunakan metode
ini adalah data yang digunakan adalah data ordinal dan nominal. Untuk mendapat
frekuensi ekpektasi lebih dari lima, tabel silang harus ditransformasi dengan
menggabungkan baris dan kolom agar memiliki frekuensi ekpektasi lebih dari lima.
Dalam penelitian ini tabel silang ditransformasi menjadi berukuran 2 x 2 berdasarkan
patokan frekuensi tertinggi.
Pengeluaran
Pada Tabel 10, terlihat tabulasi silang antara tingkat pengeluaran dan
intensitas pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan
baris tabulasi silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima
Tabell0. Tabulasi Silang antara Pengeluaran dan Intensitas Pembelian
Variabel Intensitas Pembelian
Pengeluaran Per Bulan Lebih 10 kali 3 -10kali Kurang 3 kali Total Rp 150.000,- ke bawah 1 8 I 10 AntaraRp 150.000- 299.999,- 2 15 8 25 Antara Rp 300.000- 499.999,- 2 2 5 9 Antara Rp 500.000- 700.000,- 1 1 1 3 Rp 700.000,- ke atas 0 0 3 3
Total 6 26 18 50
Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris
dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi
tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya.
Tabel 11. Tabulasi Silang Basil Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Pengeluaran
Intensitas Pembelian Variabel
Pengeluaran Per Bulan 3 kali セNエ。オ@ lebih Kurang 3 kali Rp 300.000,- ke bawah
Rp 300.000,- atau lebih
Total
26
6
Keterangan : ( ) Freknensi ekspektasi
x
2hit
=
5,348(22,4) (9,6) 32 9 9 (12,6) (5,4) 18 Total 35 15 50
Berdasarkan uji khi-kuadrat, diperoleh bahwa ada hubungan nyata antara
besarnya pengeluaran per bulan dengan intensitas pembelian. Tabulasi silang hasil
transformasi antara pengeluaran tier bulan dengan intensitas pembelian (Tabel 1 1)
menjelaskan bahwa kedua variabel itu berhubungan nyata karena X2 hit (5,348) lebih
besar dari X2 label (3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a =
0,05.
[image:52.613.76.501.93.225.2]Pada Tabel II, terlihat kelompok yang paling sering (intensitas pembelian 3
kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berpenghasilan
Rp 300.000,- ke bawah per bulan dengan jumlah responden 26 orang. Hal ini
menunjukan bahwa yang paling sering membeli bakso kios justru respond en yang
berpenghasilan rendah (Rp 300.000,- ke bawah per bulan).
Tiogkat Vmor
Pada Tabel 12, terlihat tabulasi silang antara tingkat umur dan intensitas
pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi
silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan
transformasi.
Tabel 12. Tabulasi Silang antara Tingkat Umur dan Intensitas Pembelian
Variabel Tingkat Umur 20 tahun ke bawah 20-29 tahun 30-39 tahun 40-50 tahun 50 tahun ke atas
Total
Lebih 10 kali
2 4 .2
o
o
8 Intensitas Pembelian3 - 10 kali Kurang 3 kali
5 I
12 7
o
o
24 8 6 2 I 18 Total 8 24 15 2 I 50Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris
dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi
[image:53.610.80.499.386.506.2]Tabel 13. Tabulasi Silang HasiI Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Umur
Intensitas Pembelian Variabel
Tingkat Umur 3 hli atau lebih Kurang 3 kali
30 tahun ke bawah
3
°
tahun atau lebih TotalKetemgan : ( ) Frekuensi ekspektasi
x
2hit = 2,395
23
9
(20,48) (I 1,52)
32
9 (11,52)
9 (6,48)
18
Total
32
18
50
Melalui uji khi-kuadrat, diperoleh bahwa tidak ada hubungan nyata antara
tingkat umur dengan intensitas pembelian. Tabel silang hasil tranformasi antara
tingkat umur dengan intensitas pembelian (Tabel 13) menunjukkan bahwa kedua
variabel itu tidak berhubungan nyata karena X\it (2,395) lebih kecil dari X2tah,l (3,84)
pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a.
=
0,05.Pada Tabel 13, terlihat keIompok yang paling sering (intensitas pembelian 3
kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berusia 30
tahun ke bawah dengan jumlah responden 23 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang
paling sering membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berusia muda (3
°
tahun ke bawah).
Tingkat Pendidikan
Pada Tabel 14, terIihat tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan intensitas
pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi
silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan
transformasi.
[image:54.605.82.498.86.246.2]Tabel 14. Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Pembelian
Variabel Intensitas Pembelian Per bulan
Tingkat Pendidikan Lebih IO kali 3 - 10 kali Kurang 3 kali Total
SD 2 3 5 IO
SMP 2 3 5 IO
SMA I 15 7 23
Akademi I I
°
2Sarjanallebih I 3 I 5
Total 7 25 18 50
Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris
dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi
tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya.
Tabel15. Tabulasi Silang HasiJ Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Pendidikan
Variabel
Tingkat Pendidikan
Intensitas Pembelian
3 kali atau lebih SMAke bawah
SMA atau lebih
Total
Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi
X2 hit = 2,835
10 (12,8)
22 (! 9,2)
32
Kurang 3 kali 10 (7,2)
8 (10,8)
18
Total
20
30
50
Berdasarkan uji khi-kuadrat berikut ini diperoleh bahwa tidak ada hubungan
nyata antara tingkat pendidikan dengan intensitas pembelian. Tabel silang hasil
transformasi antara tingkat pendidikan dengan intensitas pembelian (Tabel 15)
menunjukkan kedua variabel itu berhubungan nyata karena X\it (2,835) lebih kecil
dari X2tabel (3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a
=
0,05.Pada Tabel 15, terJihat kelompok yang paling sering (intensitas pembelian 3
[image:55.615.84.514.329.490.2]SMA ke atas dengan jumlah responden 22 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang
paling sering membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berpendidikan
baik (SMA ke atas).
Jenis Kelamin
Pada Tabel 16, terlihat tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan intensitas
pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi
silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan
transformasi.
Tabel16. Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Pembelian Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Wanita Total
Intensitas Pembelian Per bulan Lebih 10 kali 3 - 10 kali Kurang 3 kali
4
6
123 19 6
7
25 18Total 22 28 50
Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris
dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi
tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya.
Tabel 17. Tabulasi Silang Hasii Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Jenis Kelamin
VariabeI Jenis Kelamin Laki-Iaki Wanita Total Intensitas Pembelian
3 kali atau Iebih Kurang 3 kali
10 (14,08) 12 (7,92)
22 (17,92) 6 (10,08)
32 18
Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi X' hit
=
5,864Total
22 28
50
[image:56.617.89.504.318.422.2]Melalui uji khi-kuadrat berikut ini diperoleh bahwa ada hubungan nyata
antara jenis kelamin dengan intensitas pembelian. Tabel silang hasil transformasi
antara jenis kelamin dengan intensitas pembelian (Tabel 17) menunjukkan kedua
variabel itu berhubungan nyata karena X2
"i'
(5,864) lebih besar dari X2'"hd (3,84) padatingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a = 0,05.
Pada Tabel 17, terlihat kelompok yang paling sering (intensitas pembelian 3
kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berjenis
kelamin wanita dengan jumlah responden 22 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang
paling sering membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berjenis kelamin
wanita.
Tingkat Signifikasi
Sebenarnya variabel tingkat umur bukannya tidak mempunyai hubungan
dengan variabel intensitas pembelian. Variabel tersebut punya hubungan tetapi tidak
nyata (signifikan). Varibel tersebut mempunyai hubungan nyata jika
X\i.
variabeltersebut lebih besar dari ilabd (3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni
pada a
=
0,05. Untuk mengetahui tingkat signifikasi variabel-variabel karakteristikkonsumen berhubungan dengan variabel intensitas pembelian dapat dilihat dalam
Tabel 18. Uji Independensi·antara Karakteristik Konsumen dengan Intensitas Pembelian
Variabel Karakteristik Konsumen
Tingkat Pengeluaran Tingkat Umur Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin
(*) berhubungan nyata
Nilai Kritis (X2)
5,348 2,395 2,835 5,864
Tingkat Signifikasi
0,020' 0,122 0,092 0,015'
Dalam Tabel 18 dapat dilihat bagaimana hubungan antar variabel, ternyata
tingkat umur dan tingkat pendidikan yang tidak mempunyai hubungan nyata dengan
intensitas pembelian (0.= 0,05). Tingkat pengeluaran per bulan dan jenis kelamin
mempunyai tingkat signifikasi lebih besar dari tingkat signifikasi yang dikehendaki
(0.= 0,05).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kebanyakan konsumen bakso kios mengetahui keberadaan bakso kios untuk
pertama kali dan seringkali dari perilaku "coba-coba" konsumen dan sementara isi
informasi diinformasikan adalah rasa bakso. Sebagian besar konsumen menganggap
bakso adalah makanan jajananlcemilan yang bergizi dengan pilihan bakso yang
tingkat rasa dagingnya sedang, warna abu-abu gelap, bau daging rebus dan jumlah
bakso 3-5 butir seporsi. Alasan memilih kios adalah tempat terdekat dan tetap
mencari variasi walaupun merasa puas dengan pembelian per bulan antara 3-10 kali.
Pedagang bakso kios harus mampu melakukan pengembangan produk bakso
searah dengan preferensi atau selera konsumen yang tentunya harga bakso harus
disesuaikan dengan persepsi harga menurut sudut pandang konsumen. Lokasi kios
dan tata ruang harus dapat merangsang konsumen untuk melakukan pembelian.
Di antara karakteristik konsumen kios bakso hanya tingkat umur dan tingkat
pendidikan yang tidak berhubungan nyata dengan intensitas pembelian sedangkan
variabel-variabel karakteristik konsumen yang lainnya (pengeluran per bulan dan
jenis kelamin) berhubungan nyata dengan variabel intensitas pembelian.
Saran
Untuk yang berminat dan ingin menekuni lIsaha bakso, disarankall sebelulll
masuk ke dalalll usaha ini harus mengelllbangkan produk bakso yang bermutu dan
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, 1998. Pengembangan Aroma dan Cita Rasa Bakso dengan Penggunaan Flavour. Skripsi. Fateta. IPB, Bogor.
Atmatsier, S. , I. Jus'at & Akma1.l993. Persepsi Pasien Terhadap Makanan di Rumah Sakit. Gizi Indonesia, Volume XVII, No. 1-2, HIm. 87-96
Candraningsih, F., 1995. Perilaku Konsumen Makanan Tradisional Sunda. Skripsi. Faperta, IPB, Bogor.
Deperindag, 1999. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor.
Elviera,G., 1988. Pengaruh Pelayuan Daging Sapi Terhadap Mutu Bakso. Skripsi. Fapet. IPB, Bogor.
Evans, J. dan B. Bernam, 1982. Marketing. Macmillan Publishing. USA
Hermawan, K., Elisawati,
v.,
dan Wibowo, AS. 1996.36 Kasus Pemasaran Asli Indonesia. Elex Media Komputindo, Jakarta.Juvitawati, J., 1995.Analisis Profil Segmen Gaya Hidup dan Perilaku Konsumen Buah-Buahan di Kota Bogor. Skripsi. Faperta. IPB, Bogor
Kotler, P. 1992. Manajemen Pemasaran dan Analisa Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Edisi 8. Salemba Emapat, Jakarta
Lumbantoruan, R. 1997. Strategi Bauran Produk dan Bauran Harga Dalam Pemasaran Susu Pasteurisasi Pad a PT. Australian Milk Industri. Skripsi. Sosek Pertanian. Faperta. IPB, Bogor.
Loudon, D.L., & AJ., Dellabitta, 1984. Consumen Behaviour. Mc Graw Hll International Books Co. '; Singapore
Mulyono, S., 1992. Statistika Untuk Ekonomi. LPFE - UI, Jakarta.
Mustari, AA., 1994. Pengaruh Komunikasi Iklan Pangan Lewat Televisi Terhadap Perilaku Konsumen. Skripsi. Faperta.IPB, Bogor.
Rangkuti, F., 1997. Riset Pemasaran. PT Gramedia , Jakarta
Sadli, S., 1985. Persepsi Masyarakat Mengenai Tempe. Simposium Pemanfaatan Tempe dalam Peningkatan Kesehatan dan Gizi
Sanjur, D., 1982. Social and Cultural Perspective in Nutrition. Pretice-Hall, Englewood, New York
Sunarlim, R., 1992. Karekteristik Mutu Bakso Daging Sapi dan Pengaruh
Natrium Klorida Terhadap Perbaikan Mutu. Disertasi, Pasca Sarjana.
IPB, Bogor
Suhardjo dan Hardinsyah, 1987. PeriIaku Konsumen. Diktat Yang Tidak Dipublikasikan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Faperta.IPB, Bogor
Soekarto, S.T., 1990. Bakso Sumber Protein. Majalah Mingguan Femina, No. 221XVII. Jakarta
Tarwotjo, I., S. Hartini, S. Soekirman dan Soekarno. 1997. Komposisi Tiga Jenis
Bakso. Akademi Gizi, Jakarta
Wahyudin, U. 1993. Perdagangan Bakso di Salatiga. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB, Bogor
Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia , Jakarta
Yusrizal, 2000. Karakteristik Pedagang dan Prod uk Bakso Sapi serta Nilai
Tambah Bakso Sapi di Kota Bogor. Skripsi. Fapet. IPB, Bogar.
Lampiran 1.
Vji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Pengeluaran
Variabel Intensitas Pembelian Per Bulan
Pengeluaran Per Bulan J kali atau lebih Kurang 3 kali
Rp 300.000,- ke bawah
Rp 300.000,-atau lebih
Total
Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi X' hit セ@ 5,348
26 6 (22,4) (9,6) 32 9 9 (12,6) (5,4) 18 Total 35 15 50
Tabel memiliki derajat bebas, v セ@
(2 -IX2
-1) セ@ 1 dengan tingkat signiflkan a = 0,05 sehingga diperoleh nilai kritis X21abel =3,84Nilai test statistik
, (22,4-26)2 (12,6-9)' (9,6-6)' (5,4-9)'
X
=
+ +. + セ@ 5,35822,4 12,6 9,6 5,4
Karena X2 hit lebih besar dari nilai kritis maka pengeluaran per bulan dependen
(faktor) terhadap intensitas pembelian bakso kios
[image:64.610.66.507.98.293.2]Lampiran 2.
Vji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Vmur
Variabel
Tingkat Umur
3
°
tahun ke bawah 3°
tahun atau lebih TotalKetemgan : ( ) Frekuensi ekspektasi
X2 hit = 2,395
Intensitas Pembelian
3 kali atau lebih
23
9
(20,48)
(11,52)
32
Kurang 3 kali
[image:65.613.76.524.92.316.2]9 9 (11,52) (6,48) 18 Total 32 18 50
Tabel memiliki derajat bebas, v =(2 -IX2 -1)
=
1 dengan tingkat signifikan a.=
0,05sehingga diperoleh nilai kritis X2 tabel =3,84
Nilai test statistik
2 (20,48-23)' (11,52-9)' (11,52-9)' (6,48-9)'
X
=
+
+
+
= 2,39520,48 11,52 11,52 6,48
Karena X2 hit lebih kedl dari nilai kritis maka tingkat umur independen (bukan faktor)
Lampiran 3.
Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Pendidikan
Variabel Intensitas Pembelian
Tingkat Pendidikan 3 kali atau lebih Kurang 3 kali
SMAkebawah
SMA atau lebih
Total
Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi
X2 hit
=
2,83510
22
32 (12,8)
(19,2)
10
8
(7,2)
(10,8)
18
Total
20
30
50
Tabel memiliki derajat bebas, v
=
(2 -IX2-I)
= 1 dengan tingkat signifikan a = 0,05sehingga diperoleh nilai kritis X2tabel =3,84
Nilai test statistik
%2
=
(12,8-10)'+
(7,2-10)'+
(19,2-22)'+
(10,8-8)'=
2,835 12,8 7,2 . 19,2