• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Konsumen Dan Bauran Pemasaran Produk Bakso Sapi Di Daerah Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Konsumen Dan Bauran Pemasaran Produk Bakso Sapi Di Daerah Kota Bogor"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KONSUMEN DAN BAURAN PEMASARAN

PRODUIC BAKSO SAP1 DI DAERAH KOTA BOGOR

(Studi Kasus Konsumen Bakso Kios)

S K R I P S I A S N A W I

JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

ASNAWI, 2000. Perilaltu I < o n s ~ ~ r n e n da11 B a l ~ ~ . a n P e m n s a l . a ~ ~ Produlc Bdcso S a p i di D a e r a b K o t a Bogor (Studi K a s u s K o n s u m e ~ ~ Baltso Kios). Skripsi. Jurusa~i Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor

Pembimbing Utama : Ir. Zulfikar Moesa, MS

Pernbimbing Angyota : Dr. Ir. Raclimat Pambudy, MS

Bakso niempakan nlakanan jajanan yang dewasa ini cukup populel- dan digemari berbagai kalangan. Hal ini tercerrnin dari menjamurnya pel~jual mie bakso mulai dari warung-wamng kecil dan gerobak dorong hingga restoran me\vaIi. Bakso juga merupakan salah satu produk olahan yang memiliki poterlsi usalia untuk dikembangkan seperti jenis makanan,fir.st,food yang lain. Pe~nililia~i sampel penelitian ini menggunakan metode C'!rl.s/er Rcrr7donl Smipling.. Metode ini dipilih bel-dasarkan

pertimbangan keberadaan kios-kios bakso yang tidak nierata di wilayah Kota Bogor untuk itu dipilih kios-kios bakso yang berada di dekat pusat keramaian sepel-ti terminal, pasar dan sekitar swalayan besar. Konsumen yang nienjadi responden

adalah konsumen yang datang ke ltios-liios bilkso telwbut un(uli ~ i ~ ~ l n l i u h ; ~ ~ ~ pembelian bakso. Penelitian ini akan mengkaji permasalahan dengan metode

penelitian deskriptif dan metode penelitian analitis.

Penelitian ini dilakukan b e r t u j u a ~ ~ antara lain untuk : ( I ) Mengetaliui taliap- tahap proses pengambilan keputusan pembelian bakso kios (penerimaan pengal-~111. menilai, ~nembeli, sampai mengkons~~~iisi), (2) Menganalisis strategi baurar~ pemasaran bakso kios, (3) Menganalisis hubungan antara variabel intetisitas pembelian dengan variabel karakteristik konsumen kios (pengeluaran, tingkat umul-. tingkat pendidikan dan jenis kelamin.

Kebanyakan konsumen baltso kios niengetaliui keberadaan bakso kios untuk peitama kali dan seringkali dari perilaku "coba-coba" konsumen dan dari temari sementara isi infor~nasi yang paling banyak diinformasikan adalah rasa bakso Sebagian besar konsumen lnengarlggap bakso adalah m a k a ~ ~ a n jajananlcemilan yany bergizi dengan pilihan bakso yang tingkat resa dagingnya sedang, warna abu-abu gelap, bau daging rebus dan jumlah bakso 3-5 butir seporsi. Alasan terbanyak memilih kios adalah telnpat terdekat serta me~nbeli secara mendadak dan tetap mencari variasi walaupun merasa puas. Pe~nbelian tel-banywk antara 3-10 kali per bulan dengan motivasi terbanyak adalah rasa bakso.

(3)

pelanggan dengan harapan pelanggan tersebut nienjadi pelanggan setia dan ~nemberikan rekomendasi kepada pelanggan baru.

Di antara karakteristik konsumen kios bakso hanya tinykat umur dan tinykat pendidiltan yang tidak berhubungan nyata dengan intensitas pelnbelian sedangkan variabel-variabel karakteristik konsulne~l yany lainnya (pengeluar;r~i per bulan dill1 jenis kelamin) berhubungan nyata denyan variabel intensitas pe~iibelian. Untult yang berminat dan ingin ~iienekuni usalla bakso, disaranka~i sebelunl liiasuk ke dalan~ usaha ini harm mengernbangkan produk bakso yang bermutu dan me~niliki cita rasa yang diminati oleh konsumen ~ ~ n t u k it11 perlu diupayakan penelitian untuk menemukan resep penibuatan bakso yang dapat niemuaskan Itonsumen. Me~iiuaska~i para langganan agar mereka dapat ~nenjadi erieit.siot~ .so/e.sntntt yang akan me~nberikan publisitas tentang pengala~nan yang mengesankan setelah mengkonsumsi bakso kepada orang lain secara "mulut ke mulut".

(4)

PERILAKU ICONSUMEN DAN BAURAN PEWIASARAN

PRODUIC BAICSO SAP1 DI DAERAH ICOTA BOGOR

(Studi Kaslls I < o ~ l s u ~ n e ~ ~ B:~liso I<ios)

Skripsi ini ~nerupakan salah satu syarat ~ ~ n t u l t me~nperoleh yelar Sarjana Peternnitan

pada Fakultas Peternakan lnstitut Pertanian Boyor

Ole11 A S N A W I

DO3496045

JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

PERILAKU KONSUMEN DAN BAURAN PEMASARAN

PRODUK BAKSO SAP1 DI KOTA BOGOR

(Studi Kasus Konsumen Bakso Kios)

Oleh A S N A W I

DO3496045

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 2 November 2000

Pembimbing Utama P y b i

\

bing Anggota

Ir. Zulfikar Moesa

MS

Dr. Ir. Rachmat Pambudv. MS

Ketua Jurusan

Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternaka11

Institut Pertanian Bogor

iReu&

(6)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 8 Oktober 1978, sebagai anak

kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak M. Zejen dan Lbu Asyiah. Pendidikan

dasar sampai menengah atas diselesaikan di Jakarta. Penulis lulus dari SD Ninvana

T m a h Abang tahun 1990, kemudian penulis melanjutkan ke

SMP

Negeri 40

Bendungan Hilir dan lulus tahun 1993. Pendidikan sekolah menegah atas di

selesaikan di SMA Negeri 35 Karet Tengsin Jurusan Biologi dan lulus tahun 1996.

Penulis diterima dan terdafiar sebagai mahasiswa lnstitut Pertanian Boyor

melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(UMPTN)

pada tahun 1996 pada

jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SETP) Fakultas Peternakan.

Selama kuliah, penulis sempat aktif di berbagai kegiatan dan organisasi

kemahasiswaan. Penulis pernah ikut dalam jajaran kepengurusan organisasi

mahasiswa jurusanHIMASEIP tahun 1998. Penulis pernah ikut dalam pagelaran seni

musik dan seni peran dalam berbagai kegiatan kesenian di kampus dan sempat aktif

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, akhirnya

penulis dapat mennyelesaikan tugas akhir ini dengan baik walaupun sepanjang proses

pembuatannya menghadapi banyak kendala yang disebabkan oleh keterbatasan

penulis. Berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan studi penulis di

Jurusan Sosial Ekonomi lndustri Peternakan Fakultas Peternakan di Institut Pertanian

Bogor.

Ueapan terima kasih yang tiada terhingga penulis sampaikan kepada seluruh

pihak yang telah membantu seeara langsung maupun tidak langsung dalal1l

pembuatan tug as akhir dan penyelesaian studi penulis, yaitu :

I. Bapak Ir. Zulfikar Moesa, MS selaku pembimbing utama dan Bapak

Dr. Ir. Raehl1lat Pambudy, MS selaku pembimbing anggota yang telah

l1lemberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis

untuk kesempurnaan skripsi ini dengan penuh perhatian dan kesabaran.

2. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS dan Bapak Dr. Ir. Rudy Priyanto selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan-l1lasukan yang berharga untuk

perbaikan skripsi.

3. Seluruh staf dosen dan karyawan Fakultas Peternakan yang l1lel1lpunyai andil

besar dalam kelanearan pembuatan skI-ipsi dan penyelesaian studi penulis.

4. Kepada Ibu dan Bapak beserta udik dan kakak di rumah yang telah

memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis dalal1l l1lenyeleshikan

(8)

5. Kepada selurllh penghllni "MOSTAR" khllsusnya Endro, O'i, Baskoro,

Erwan, Udin, Faisal, Bono, Oday dan Arif yang telah memberikan batuan dan

tumpangannya.

6. Kepada semua teman-temankll di SEIP yang telah memberikan dukungan dan

saran-sarannya terlltama "Babe" , Marzuki, Rizal, Yusrizal, Amir, Nugraheni,

Novilda, Rini, Y llli, Mega, dan banyak lagi yang lainnya yang tidak bisa

diseblltkan satu per satu.

7. Tidak terlupa terima kasih pemdis sampaikan kepada Pak Udin yang telah

memberikan bantuannya uiltuk kelancaran pembuatan skripsi ini

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari

kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh penulis namun ini semua Illenjadi pengalaman yang

berharga buat penulis. Segala keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penlilis Illejaui

kendala dalam pembuatan skripsi ini dan untllk itu mohon maklulll at as

keicillahan-kelelllahan dalalll skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat berguna bagi pihak-pihak

yang membutuhkan dan penulis sendiri.

Darmaga, November 2000

(9)

DAFTAR lSI

RINGKASAN ... .

LEMBAR PENGESAHAN ... .

RIWAYATHIDUP ... .

KATA PENGANTAR. ... .

DAFTARISL. ... .

DAFTAR TABEL... ... ... .

DAFTAR LAMPIRAN .... .

PENDAHULUAN ... .

Latar Belakang Penelitian ... .

Perumusan Masalah .... . ... .

Kegunaan Penelitian ... .

Tujuan Penelitian ... .

TINJAUAN PUSTAKA ... .

Bakso ... .

Informasi Pangan ... .

Perilaku Konsumen ... .

Tahap Menerima Pengaruh ... .

Tabap Menilai ... .

Tahap Membeli ... .

I {alaman

.11

. ... v

. .. VI

.. VII

. .. IX

. .. XI

. ... XIIl

.3

. ... 4

. ... 4

. .5

.5

. .. 6

.7

. ... 8

.9

(10)

Bauran Pemasaran ... .

PROSEDUR PENELITIAN .. ... .

Populasi dan Sampel..

Desain ... .

Data dan Instrumentasi ... .

Pengumpulan Data ... .

Analisis Data ... .

DEFINISI ISTILAH ... ... .

HASIL DAN PEMBAHASAN ... .

Gambaran Umum Daerah Penelitian ... .

Karakteristik Umum Konsumen Bakso Kios ... .

Perilaku Konsumen Bakso Kios ... .

Bauran Pemasaran ... .

Halaman

.. 12

.. 15

.. IS

.. 15

... .... . 16

. 16

.. 16

. 19

..21

..21

.23

..25

. ... 34

Hubungan Variabel Karakteristik Konsumen dengan Intensitas Pembelian .38

KESIMPULAN DAN SARAN. . .... 46

Kesimpulan ... . . ... 46

Saran ... . . ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... . . .. 48

(11)

DAFTAR T ABEL

Nomor Teks Halal11an

1. Tingkat Konsumsi Daging Nasional Tahun 1996-1998 .. . .... 1

2. Hasil Uji Organoleptis Bakso Sapi ... . . .... 6

3. Karakteristik Umum Konsumen Bakso Kios ... .. . .. 24

4. Sumber Informasi Bakso ... . . .. 26

5. Tahap Menerima Pengaruh """""""""'" ... .. . .. 27

.6. Persepsi Bakso Menurut Konsumen ... . . .. 29

7. Preferensi Konsumen Bakso ... . .. 3 I 8. Tahap Pembelian ""'" 9. Tahap Mengkonsumsi ... .. . .. 34

I O.Tablllasi Silang antara Pcngeillaran dan Inlcnsilas PCl11bclian ... .. ]e) II.Tablllasi Silang Hasil Transforl11asi antara Intcnsitas Pembelian dengan Tingkat Pengelllaran ... ' ... 39

12.Tabulasi Silang antara Tingkat Umur dan lntensitas Pembelian .. . ... 40

13. Tabulasi Silang Hasil Transformasi Antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Umur ... .. ..41

14.Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Pembelian. ..42

15.Tabulasi Silang Hasil Transformasi Antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Pendidikan ... .. ...42

(12)

Halaman

17.Tabulasi Silang Hasil Transformasi Antara Intensitas

Pembelian dengan Jenis Kelamin ... . . ... 43

lS.Uji Independensi antara karakateristik Konsumen dengan

(13)

DAFTAR LAMPlRAN

No. Teks Halaman

I. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel

Tingkat Pengeluaran Per Bulan.... ... 51

2. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel

Tingkat UmuL... ... 52

3. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel

Tingkat Pendidikan... ... 53

4. Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belalmng Penelitian

Kualitas hidup suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat konsumsi akan protein

hewani. Semakin tinggi tingkat konsumsi protein hewani suatu bangsa maka dapat

dikatakan kualitas hidupnya semakin tinggi. Tingkat konsumsi daging nasional dari

tahun ke tahun dewasa ini mengalami penurunan. Hal ini tak terhindarkan karena tiga

tahun ke belakang bangsa Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang pada saat

ini pun belum pulih sepenuhnya.

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Daging Nasional Tahun 1996- i 998

Tahun

1996

1997

1998

Tingkat Konsumsi Daging (gram/kapita/hari)

2,7

2,57

2,36

Sumber : Biro Pusat Statistik (1998)

Daging sebagai salah satu sumber protein hewani memiliki tingkat konsumsi

yang relatif masih rendah, karena daging masih dianggap sebagai bahan pangan

mewah dan harganya mahal. Oleh karen a itu diupayakan untuk memanfaatkan dan

meningkatkan nilai tambah dari daging yang bermutu rendah seperti tetelan atau

pemanfaatan jenis daging yang kurang populer di masyarakat agar menjadi suatu

yang lebih bernilai ekonomis. Bakso merupakan makanan jajanan yang dewasa ini

cukup populer dan digemari berbagai kalangan. Hal ini tercermin dari menjamurnya .

[image:14.613.77.522.334.427.2]
(15)

restoran mewah. Bakso juga merupakan salah satu produk olahan yang memiliki

potensi usaha untuk dikembangkan seperti jenis makanan fast food yang lain

(Sunarlim, 1992).

Bakso berperan sebagai sumber gizi bagi masyarakat juga dapat menyerap

tenaga kerja cukup banyak. dゥエゥョセ。オ@ dari segi gizi, bakso sapi merupakan sumber protein hewani karena daging sapi mengandung protein yang sangat dibutuhkan oleh

tubuh manllsia. Dari segi penyerapan tenaga kerja , usaha bakso mcmblltllhkan tcnaga

kerja mulai dari lokasi penggi:ingan, sampai daerah produsen dan sekal iglls

pemasarannya. Pembuatan bakso yang pada umumnya menggunakan daging segar

agar dihasilkan bakso yang kenyal dan kompilk. Bahan baku bakso umumnya berasal

dari daging paha belakang sapi, akan tetapi dapat juga dibuat dari bagian karkas

lainnya (Tarwotjo et aI, 1971).

Kotler (1992) menyatakan.untuk bisa tetap bertahan biasanya para produsen

meningkatkan efesiensi dalam hal biaya maupun produksi, dimana keduanya

bertujuan untuk membuat harga dapat bersaing. Perbaikan mutu, pengembangan

produk, perbaikan saluran distribusi dan memahami selera konsumen adalah

langkah-langkah produsen untuk memajukan usahanya. Di antara sejumlah kegiatan tersebut, salah satu yang paling penting adalah bagaimana cara memahami selera konsumen.

Ketatnya persaingan menyebabkan produsen harus berorientasi pada kebutuhan

konsumen yang senantiasa mempunyai banyak pertimbangan dalam melakukan

pembelian. Keberhasilan kegiatan pemasaran ditentukan oleh kepekaan dalam

menanggapi kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu, kemampuan dalam

(16)

konsumen memilih suatu produk. Adanya perbedaan lingkungan, pengaruh teman,

daya beli, budaya dan jenis produk akan membentuk perilaku konsumen yang

berbeda. Hal ini dapat dijelaskan oleh suatu riset pemasaran yang berguna dalam

mengambil keputusan, meminimalkan resiko usaha, dan mengembangkan strategi

pemasaran lebih dini.

Dengan mengetahui perilaku konsumen bakso, pengusaha dapat menentukan

cara pemasaran yang tepat agar dapat menjaring pembeli lebih banyak Iagi.

Pengusaha bakso harus mengetahui persepsi dan preferensi dari konsumen bakso agar

dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam menetapkan bauran pemasaran yang

sesuai dalam keputusan harga, produk, distribusi dan promosi.

Perumusan Masalah

Bagi produsen pengetahuan mengenai perilaku konsumen sangat bermanfaat

dalam mengembangkan strategi pemasaran seperti peluncuran produk baru,

diferensiasi produk, pengembangan produk. Oleh karen a itu penting untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen bakso.

Adapun permasalahan spesifik yang akan dikaji lebih mendalam, dirumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimana tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian bakso kios

(penerimaan pengaruh, menilai, membeli, sampai mengkonsumsi) yang berada

di dekat pusat-pusat keramaiaan di Kota Bogor.

2. Bagaimana strategi bauran pemasaran bakso kios setelah mengetahui perilaku

konsumen.

(17)

3. Bagaimana hubungan antara variabel intensitas pembelian dengan

variabel-variabel karakteristik konsumen bakso kios (pengeluaran, tingkat umur, tingkat

pendidikan, jenis kelamin) yang berada di dekat pusat-pusat keramaian di Kota

Bogor.

Kegunaan Penelitian

Sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai, maka diharapkan penelitian ini

dapat bermanfaat dan memberikan informasi serta masukan yang baik bagi

pihak-pihak yang membutuhkan. Bagi peneliti sendiri, penelitian diharapkan dapat

memberikan wawasan yang mendalam tentang perilaku konsumen bakso sapi serta

sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian bakso kios

(penerimaan pengaruh, menil&i, membeli, sampai mengkonsumsi) yang berada

di dekat pusat-pusat keramaiaan di Kota Bogor.

2. Menganalisis strategi bauran pemasaran bakso kios setelah mengetahui perilaku

konsumen.

3. Menganalisis hubungan antara variabel intensitas pembelian dengan

variabel-variabel karakteristik konsumen bakso kios (pengeluaran, tingkat umur, tingkat

pendidikan, jenis kelamin) yang berada di dekat pusat-pusat keramaian di Kota

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Bakso

Bakso didefinisikan sebagai produk yang dibuat dari daging yang dihaluskan,

dicampur dengan pati, dan dibentuk bulatan-bulatan kemudian dimasak dengan air

panas (Tarwotjo et aI., dalam Aulia 1999). Bakso diduga berasal dari daratan Cina

dan telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan jajanan yang

dianggap murah (Sunarlim, 1992), Dalam istilah Cina, nama bakso berasal dari kata

"bak" yang merupakan singkatan dari kata babi namun yang populer di Indonesia

adalah yang dibuat dari daging sapi.

Aulia (1999) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa bakso dagillg

didefinisikan sebagai produk ュ。Nセ。ョ。ョ@ berbentuk bulatan atau lainnya yang diperoleh dari eampuran dagimg ternakdan pati atau serelia dengan atau tanpa bahan tambahan

pangan yang diizinkan. Berdasarkan ukurannya ada empat kelompok bakso yaitu : (1)

Bakso ukuran keeil (diameter < 2 em), (2) Bakso ukuran sedang (diameter 2-3 em),

(3) Bakso ukuran median (diameter 3-5 em), dan (4) Bakso ukuran super (diameter

5-7 em).

Daging yang digunakan untuk membuat bakso adalah daging yang sesegar

mungkin yaitu segera setelah pemotongan tanpa mengalami proses penyimpanan

sehingga dapat menghasilkan mutu yang baik. Daging yang sering digunakan untuk

membuat bakso pada industri bakso umumnya berumur kurang dari dua jam setelah

(19)

Dari hasil penelitian Nurmi (I995) menunjukkan hasil uji organoleptis

terhadap bakso dengan kriteria penampilan, bau, rasa, kekenyalan, keempukan dan

kesan terhadap 20 orang panelis. Uji ini dilakukan untuk menunjukkan tingkat

kesukaan terhadap kriteria penampilan diatas tadi. Masing-masing kriteria

mempunyai kisaran tingkat kesukaan antara lain sangat suka, agak suka, biasa saj a,

tidak suka, dan sangat tidak suka. Kriteria-kriteria tersebut diberi bobot nilai sesuai

dengan tingkat kesukaannya antara i-5. Kesukaan tinggi (sangat tinggi) diberi bobot

nilai 5 sedangkan tingkat kesukaan terendah (sangat tidak sUka) diberi bobot nilai 1.

Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi (323,5) untuk bakso yang dibuat dari

potongan paha sapi dari pada yang dibuat dari lemusir sapi (273,5). Hal ini dapat

dilihat di Tabel 2.

Tabel2. Hasil Uji Organoleptis Bakso Sapi

Kriteria Penampilan Bau Rasa Keempukan Kekenyalan Kesan Nilai

Sumber : Nurmi, A. (1995)

Paha 56,5 57,5 57,0 46,0 57,0 49,5 323,5 Informasi Pangan Lemusir 40,0 57,5 55,0 30,5 48,5 42,0 273,5

Informasi pangan dapat diperoleh dari iklan, promosi, pengalaman, keluarga

maupun pemimpin opini (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987). Sekarang ini kita sadari

semakin luas peranan media masa dalam penjualan dan promosi yang membawa

(20)

orang-orang, berpengaruh terhadap kebiasaan dan praktik kehidupan, serta dapat

merubah tujuan hidup mereka (Sanjur, 1982).

lumlah dan kualitas informasi dari semua alternatif yang mungkin akan

menentukan kualitas keputusan yang dihasilkan serta tingkat kepuasan yang didapat

dari keputusan tersebut. Informasi pangan yang masuk ke dalam keluarga diseleksi

oleh nilai dasar yang ditentukan oleh empat faktor yaitu selera, nilai sosial makanan,

manfaat kesehatan dan gizi serta harga subsitusi barang sejenis (Hardinsyah dan

Suhardjo, 1987).

Sumber informasi yang rnembuat konsumen tabu informasi dan informasi

terbanyak tentang makanan tradisional Sunda lebih banyak berasal dari keluarga dan

ternan dekat. Konsumen suku Sunda mendapat pengaruh untuk mengkonsumsi

makanan tradisional Sunda di rumah makan Sunda dari keluarga (60 persen) dan

ternan (16,6 persen), sedangkan konsumen bukan Sunda mendapat pengaruh dari

ternan keluarga (57 persen) dan ternan (12 persen) (Candraningsih, 1995).

Perilaku Konsumen

, , \ 1_ "',,. • ••• ,.'. _ ••••.• ' GNM⦅N\GセNMNN@ . . セ@

セ@ \/).G'I'"I(}'P |B[^HBGGGG\ZBLlGGGG|GGGG\LGL\Z[Lセ\BGGイMᄋ@ '1'-- ... , ... ' , <.,.,

t/'/

Perilaku konsumen segal a sesuatu yang dilakukan individu untuk pencapaian

tujuan dan didalamnya mencakup cara-cara bagaimana untuk mencapai tujuan

tersebut (Winkel, 1984). Perilaku konsumen merupakan bagian dari ilmu perilaku

manusia untuk mempelajari bagaimana individu bertindak dalam mengkonsumsi

suatu komoditi atau jasa.

Menurut Loudon dan Dellabitta (1984) perilaku konsumen merupakan suatu

proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu dalam menilai, memperoleh dan

(21)

menggunakan barang atau jasa. Model-model perilaku konsumen dikembangkan

sekarang ditekankan pada proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik sert"

kognitif konsumen sebelum, selama, sesudah pembelian.

Perilaku konsumen dapat ditinjau dari dua aspek. Dari aspek keilmuan

perilaku konsumen didefinisikan ·.sebagai ilmu yang mempelajari semua aktifitas

konsumsi didalam menilai, membeli dan menggunakan serta menjawab mengapa dan

bagaimana konsumen bertindak. Dari aspek proses, perilaku konsumen didefinisikan

sebagai proses pengambilan keputusan dalam menilai, membeli dan menggunakan,

seperti model Nicosia. Dalam model Nicosia, proses pengambilan keputusan dibagi

empat tahap yakni, tahap menerima pengaruh, tahap menilai , tahap membeli dan

tahap mengkonsumsi (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987).

Perilaku pangan golongan atas lebih banyak dipengaruhi iklan televisi

dibanding masyarakat golongan bawah. Golongan atas (66,7 persen) ini lebih banyak .

mendapat masukan informasi mengenai produk pangan dari iklan televisi dibanding

golongan menengah (33,3 persen) dan kelas bawah (0 persen), ini menunjukkan

semakin tinggi golongan so sial ekonomi semakin tinggi mengkonsumsi produk

pangan yang diiklankan di televisi (Mustari, 1994).

Tahap Menerima Pengaruh

Pengaruh dapat berupa stimulus yang merupakan suatu isyarat (sosial,

komersil atau non komersil) atau alat pendorong yang bersifat fisik untuk memotivasi

seseorang dalam bertindak. Isyarat so sial dapat diperoleh dari teman-teman, rekan

(22)

dengan penjual. Isyarat komersil merupakan pesan yang dispollsori oleh sebuah

perusahaan, pedagang atau orang-orang yang berhubungan dengan penjual. Stimulus

yang berupa dorongan fisik terjadi ketika indera seseorang dipengaruhi spwen rasa

haus, dingin, lapar dan sebagainya (Evans dan Bernam, 19S2).

Pengaruh yang diterima konsumen biasanya berupa rasa tertarik, rasa mgll1

tahu, rasa senang, rasa lapar dan hal-hal lain yang menarik dari informasi pangan

yang diterima. Secara umum pengaruh-pengaruh ini dapat dikelompokkan menjadi

pengaruh internal dan pengaruh eksternal (Hardinsyah dan Suhardjo, 19S7).

Hasil penelitian Mustari (1994) menyatakan bahwa anak umur 6-1S tahun (60

persen) lebih banyak mengkonsumsi bahan pangan dibandingkan dengan anak

berumur IS tahun ke atas (40 persen). Ini menunjukan anak umur 6-1S tahun lebih

cepat tertarik, terpengaruh dan mencoba suatu produk pangan yang diiklankan lewat

media televisi ketimbang anak berumur IS tahun ke atas. Dari kedua golongan

tersebut kelompok umur 6-lS tahun (55,5 persen) lebih banyak memperoleh

informasi tentang produk pangan dari media televisi dari pada kelompok umur IS

tahun ke atas (44,4 persen).

Tahap Menilai

Pengaruh yang diterima konsumen berakumulasi dengan sikap (pikiran,

perasaan, kepercayaan) konsumen yang dapat merangsang untuk memberikan

penilaian terhadap pangan yang akan dibeli. Kemudian konsumen menyusun dan

membentuk alternatif atau pilihan (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987) Dalam memilih

alternatif yang terbaik konsumen mempertimbangkan satu atau lebih aspek yakni

(23)

aspek teknis, aspek ekonomis, budaya, kesehatan, gizi, agama atau kombinasi dari

semua aspek tersebut (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987).

Hasil penelitian Iuvitawati (I995) menyatakan untuk kriteria penilaian dalam

memilih buah, segi kualitas dan kebersihan mendapatkan perhatian yang besar dari

semua kelompok masyarakat. Pada kelompok masyarakat bawah sebesar 40 persen

dan 35 persen sedangkan kelompok menengah sebesar 36 persen dan 33 persen. Pada

masyarakat kelas atas persentasenya adalah 39 persen dan 38 persen.

Dalam penelitian ini, tahap penilaian dijelaskan dengan melihat persepsi dan

preferensi dari konsumen.

Persepsi. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), persepsi

didefinisikan sebagai (1) tanggapan (penerimaan langsung) dari suatu sera pan, atau

(2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Dalam penelitian

ini mengacu pada arti tanggapan konsumen terhadap produk bakso. Persepsi

seseorang mengenai suatu obyek dipengaruhi oleh fungsi sosial dan kepribadian.

Dalam konteks ini maka ciri khas atau karekteristik sosial obyek yang dipersepsi

memegang peranan penting (Sadli, 1985). Menurut Kotler (1992) seseorang dapat

muncul dalam persepsi yang berbeda terhadap suatu obyek yang sama karena tiga

proses yang berkenaan dengan persepsi yaitu penerimaan rangsangan, pell/bahan

makna informasi dan pengingatan sesuatu yang kesemuannya dilakukan secant

selektif. Menurut Almatsier et aI., (1982) faktor yang mempengaruhi pcrsepsi

seseorang atas makanan adalah penampilan, rasa, demograpi, lingkungan, Illulu, dan

(24)

Hasil penelitian luvitawati (1995) menunjukkan pendapat buah merupakan

kebutuhan pokok terhadap kelompok masyarakat. Dengan hasil jajak pendapat itu

menunjukkan sebagian besar kelompok masyarakat berpendapatan tinggi (76 persen)

menyatakan setuju terhadap pendapat di atas. Pada masyarakat menegah dan bawah

menyatakan kesetujuannya dengan persentase sebesar 66 persen dan 51 persen. Hal

ini menunjukkan bahwa kesadaran yang tinggi dalam mengkonsumsi buah guna

menjaga kesehatan.

Preferensi. Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat

kesukaan terhadap makanan terscbut dan preferensi ini akan berpcngaruh tcrhadap

konsumsi pangan tersebut. Preferensi terbentuk dari persepsi terhadap produk,

presepsi yang sudah mengendap dan melekat akan menjadi preferensi (Hardinsyah

dan Suhardjo, 1987). Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi mcmbcntuk

preferensi terhadap prod uk dan akhirnya membentuk perilaku konsumen. Meski

preferensi mempunyai suatu struktur namun ini dapat berubah dan dapat dipelajari

dari kecil. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis, terutama orang muda dan akan

menjadi permanen jika sudah menjadi gaya hidup (Sanjur, 1982).

Pada umumnya semua kelompok masyarakat memilih jenis buah-buahan yang

paling sering dihidangkan adalah jeruk dan pisang. Pada masyarakat kelas bawah

adalah persentasenya sebesar 22 persen dan 44 persen sedangkan pada masyarakat

kelas atas persentasenya sebesar 19 persen dan 28 persen. Buah pepaya menempati

peringkat pertama (29 persen), selanjutnya pisang (28 persen) kemudian disllsul jeI1lk

(19 persen) dalam jenis buah yang sering dihidangkan dalam keluarga pada

masyarakat menengah (Juvitawati,1995)

(25)

Tahap Membeli

Keputusan membeli dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kebudayaan,

sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor kebudayaan meliputi budaya, sub budaya, dan

kelas so sial. Faktor sosial mencakup kelompok preferensi, keluarga, peranan dan

status. Faktor pribadi terdiri dari usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,

kepribadian dan konsep diri. Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, belajar,

kepercayaan, dan sikap (Kotler, 1992).

Setelah konsumen memilih yang terbaik menurutnya maka terjadilah transaksi

pada tingkat harga tertentu. Dalam hal ini harga yang dibentuk pada tahap menilai.

Pada tahap ini keputusan yang perIu diambil oleh konsumen adalah membeli dalam

jumlah sedikit atau banyak bila cukup uang (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987). Ada

tiga hal yang perlu diputuskan pada tahap ini yaitu tempat pembelian, cara pembelian,

dan ketersediaan (Evans dan Bernam, 1982).

Bauran Pemasaran

Kotler (1992) mendefinisikan bauran pemasaran sebagai perangkat

pemasaran yang digunakan untu!:: mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Ada banyak

alat pemasaran, salah satunya adalah 4P yang terdiri dari produk (product), harga

(price), distribusi (place) dan promosi (promotion).

Produli

Definisi produk menurut Kotler (1992) adalah segal a sesuatu yang dapat

ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, at au dikonsulllsi

(26)

Kepu!usan-keputusan tentang produk mencakup atribut produk (mutu, ciri, model), merek dan

kemasan dari produk yang akan dijual. Perencanaan bauran produk meliputi produk

mana yang harus dikembangkan, dipertahankan, tinggal dipanen atau ditarik dari

peredaran.

Lumbantoruan (1993) dalam penelitiannya tentang bauran produk dalam

pemasaran susu pasteurisasi pada PT. 1ndomilk, melaporkan bahwa adanya

keragaman selera secara keseluruhan tidak dapat dipenuhi oleh satu jenis produk saja

oleh karena itu perusahaan memproduksi susu segar rasa coklat dan tawar llnluk

memenuhi selera pasar.

Ha .. ga

Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh konsllmen

untuk mendapatkan suatll prodllk. Strategi harga meliputi penetapan harga,

keseragaman harga, potongan harga, tingkat harga dan syarat-syarat pembayaran.

Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan

pendapatan, unsur lainnya berhubungan dengan biaya. セ@

PT. Indomilk menetapkan harga yang tinggi pada prodllk yang dihasilkall

dengan tujuan untuk menguasai pangsa pasar dengan produk yang bermutll tinggi

Dalam kebijakan harganya, PT. Indomilk menetapkan harga yang seragam bagi setiap

distributor di wilayah pemasaran yang berbeda. Kebijakan ini berguna untuk

merangsang penjualan pada daerah distribllsi yang jallh dari pabrik, memlldahkall

pengawasan harga dan jika dilakukan promosi harga akan lebih mlldah dilakukan

(Lumbantoruan, 1993).

(27)

Distribusi

Bauran distribusi adalah gabungan faktor-faktor tentang bagaimana

menentukan tempat atau lokasi distribusi untuk memenuhi pasar yaitu wilayah yang

dijadikan sasaran pemasaran. Untuk menentukan saluran pemasaran yang akan

dipilih, harus mempertimbangkan jenis dan sifat produk, sifat konsumen potensial,

U

sifat saluran pemasaran yang ada (Kotler, 1992).

Kotler (1992) juga mengemukakan bahwa sifat produk yang tidak tahan lama

lebih membutuhkan pemasaran langsung karena jika tidak, ada kemungkinan barang

akan rusak dan mengalami penanganan yang berpindah-pindah tangan.

Promosi

Menurut Kotler (1992), promosi merupakan kegiatan yang dilakukan

perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produk dan untuk menyakinkan

pelanggan agar membeli produk tersebut. Promosi dapat dilakukan dengan

menggunakan empat alat utama yaitu iklan, promosi penjualan, publisitas, dan

penjualan pribadi. Kepetusan-keputusan dalam bauran promosi menyangkut

pendistribusian anggaran promosi kepada keempat alat promosi yang disebutkan

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

menunjukkan proporsi terbesar (29,7 persen) pada umur 0-4 tahun diikuti dengan

10-14 tablln (25,4 persen) dan seterusnya. Struktur penduduk Kota Bogar merupakan

struktur penduduk muda karena terkonsentrasi pada umur 0-24 lahun (62,9 persen).

Sebagian besar penduduk Kota Bogor mempunyai mala pencarian sebagai

karyawan swasta (39,39 persen), perdagangan (18,37 persen), pegawai negeri (16,56

persen), tukang (7,36 persen), jasa (6,59 persen), pensiunan (5,75 persen), burllh tani

(3,94 persen) dan ABRI (2,07 persen).

Gambaran Umum Pedagang Bakso di Kota Bogor

Menurnt Wabyudin (1993) pedagang bakso sapi adalah salah satu bentuk

usaha kecil yang bersifat informal dan tradisional. Usaha bakso sapi sudah lama

dikenal masyarakat luas dan ada tiga macam cara beroperasi usaha pedagang jajanan

yaitu :

I. Pedagang yang berpangkal di pusat keramaian pada lokasi strategis

2. Pedagang yang mempunyai usaha tersebar di daerah pemuki man, dan

3. Pedagang keliling.

Daerab Kota Bogor yang ramai dijadikan lokasi berjualan pedagang bakso

antara lain ; terminal Merdeka, sekitar lokasi taman ropi, kawasan perdagangan

Warung Jambu,Sukasari, Pasar Barn Bogor, Ciawi dan beberapa daerah terminal

lainnya serta daerab wisata dan pemukiman penduduk (Yusrizal, 2000).

Menurnt Deperindag Kota Bogor pedagang bakso tennasuk ke dalam kriteria

pedagang keliling dan pedagang kaki lima yang menetap pada suatu lokasi.

(36)
(37)

Tabe13. Karakteristik Umum Konsumen Bakso Kios

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 22 44

Wanita 28 56

USia

20 tahun ke bawah 8 16

20-29 tahun 24 48

30-39 tahun 15 30

40-50 tahun 2 4

50 tahun ke atas 2

Tingkat Pendidikan Akhir

SD 10 20

SMP 10 20

SMA 23 46

Akademi 2 4

Sarjanallebih 5 10

Pcke.jaan Utama

Ibu Rumah Tangga 7 14

Pegawai Negeri 7 14

Wiraswasta 13 26

Karyawan Swasta 15 30

Mahasiswa 5 10

Pelajar , 0 6

Pengeluaran Per Bulan

Rp 150.000,- kebawah 10 20 Rp 150.000, - 299.999,- 25 50 Rp 300.000, - 499.999,- 9 18

Rp 500.000, - 699.999,- 3 6 Rp 700.000,- ke atas 3 6

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa konsumen bakso kios sebagian

besar memiliki tingkat pendidikan SMA dengan persentase sebesar 64 persen Tingkat

pendidikan yang terendah yakni SD dan SMP masing-masing memiliki persentase 20

persen dan 20 persen, sementara tingkat pendidikan tertinggi yaitu Akademi dan

(38)
(39)
(40)

Tahap Menerima Pengaruh

Tingkat penerimaan pengaruh dapat dilihat dari tingkat ketertarikan konsulllen

pada saat mendengar informasi tentang bakso. Tingkat ketertarikan yang paling

banyak diungkapkan oleh konsumen adalah tingkat ketertarikan yang "biasa-biasa"

saja dengan persentase 48 persen. Hal ini menunjukkan penyebaran informasi yang

Jakukan oJeh pedagang kios bakso kurang dapat menarik perhatian konsumen.

Tingkat ketertarikan yang berkategori "tertarik" berada pada posisi berikutnya

dengan persentase 40 persen (Tabel 5).

Tabel 5. Tahap Menerima Pengaruh

Tahap Menerima Pengaruh

Sil<ap saat mcudengal' iuformasi bakso :

Sangat tertarik Tertarik Biasa saja Tidak tertarik Sangat tidak tertarik

Motivasi mengkonsumsi bakso :

Rasa Bergizi Harga PeJayannya

Nama kios terkenal

lsi informasi bakso yang terbanyal{

diceritakan oleh sumber informasi :

Rasa Pelayanaunya Harga Lokasi Frekuensi 6 20 24 0 0 32 8 5 3 2 34 9 4 3

Persentase (,X.)

12 40 48 0 0 64 16 10 6 4 68 18 8 6

BiJa dilihat alas an kosumen mengkonsumsi bakso dapat dilihat Illotivasi apa

yang tersembunyi dalam mengkonsulllsi. Alasan karena rasa bakso yang enak banyak

dikemukakan oleh responden dengan persentase yang paling tinggi yakni sebesar 64

[image:40.625.85.496.308.595.2]
(41)
(42)

makanan cemilanljajanan (52 persen) sisanya 48 persen yang menganggap status

bakso sebagai makanan hobi sementara yang menganggap bakso sebagai makanan

utama tidak ada (Tabel 6).

Tabel 6. Persepsi Bakso Menurut Konsumen

Persepsi Bakso Menurut Konsumen Frekuensi Persentase ('Yo)

Persepsi status bakso :

Makanan jajananlc.emilan 26 52

Makanan hobi 24 48

Persepsi gizi bakso :

Sangat bergizi 5 10

Bergizi 27 54

Biasa saja 15 30

Tidak bergizi セ@

6

J

Persepsi harga te.-mural! :

Rp 1000 10 20

Rp 1500 13 26

Rp 2000 17 34

Rp 2500 6 12

Rp 3000 4 4

Persepsi harga termahal :

Rp 2000 5 10

Rp 2500 9 18

Rp 3000 14 28

Rp 3500 3 6

Rp 4000 2 4

Rp 4500 3 6

Rp 5000 14 28

Dalam Tabel 6 dapat dilihat persepsi konsumen terhadap tingkat gizi bakso

yang paling banyak adalah pendapat tingkat gizi bakso yang "bergizi" (54 persen)

Hal ini menjelaskan bahwa bakso sapi layak dikonsumsi untuk orang-orang yang

mendambakan makanan bergizi dan murah.

Persepsi tentang harga yang termurah dan termahal ditanyakan kepada

reponden dengan pertanyaan terbuka agar tidak membatasi konsumen mengenai

[image:42.603.70.507.177.510.2]
(43)
(44)
(45)

Tahap Pembelian

Dalam memilih tempat pembelian (kios) tentunya konsumen memiliki alasan

tertentu. Alasan kedekatan lokasi merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan

oIeh responden (56 persen). Hal ini tidaklah mengherankan karen a tidak banyak

bakso kios yang mempunyai keunikan tertentu sehingga menjadi daya tarik untuk

menarik konsumen dari tempat .. yang jauh. Ada 28 persen responden yang

mengemukakan alasan memilih temp at pembeliannya kerena temp at langganan

sedangkan yang Iainnya (I6 persen) mengemukakan alasan keterkenalan teillpat

(TabeI8).

TabeI 8. Tahap Pembelian

Tahap Pembelian

Alasan memiIih kios bakso : Terdekat

Langganan TerkenaI

Perilaku pembelian :

Sering berganti temp at kios karena tidak puas Puas tapi ingin cari variasi

Setia pada satu macam produk bakso kios . eara pengambilan keputusan pembelian :

Terencana Mendadak Frekuensi 28 14 8 8 35 7 18 32 Persentase ('Yo) 56 28 16 16 70 14 36 64

Bila dilihat perilaku pembelian dari respoden, menunjukkan tidak banyak

dari respoden yang setia terhadap satu macam produk atau bakso kios, hanya 14

persen dari respond en. Kesetiaan ini kemungkinan Iebih disebabkan oIeh kedekatan

Iokasi bukan karena cita rasa produk bakso atau kiosnya. Perbedaan yang tidak kuat

(46)

dengan yang lainnya sehingga walaupun puas tetapi ingin mencari variasi (mencari

sesuatu yang beda). Hal ini gambarkan dengan tingginya persentase dari respond en

yang memiliki perilaku pembelian seperti itu (70 persen). Hal tersebut dapat dilihat

pada Tabel 8.

Dari 50 responden, kebanyakan mengambil keputusan pembelian di tempat

pembelian (point oj purchase) dengan cara pembelian yang mendadak (64 persen).

Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya dorongan untuk melakukan pembelian

yang tak direncanakan dan dalam taraf coba-coba. Sisa dari responden (36 persen)

berperilaku pembelian bakso yang sudah terencana. Pembelian terencana terjadi

karena pembelian itu sudah di agendakan dalam benak konsumen dan hal ini terjadi

jika konsumen memiliki informasi yang memadai mengenai produk yang akan dibeli

(Tabel 8).

Tahap Mcnglmnsumsi

Kebanyakan responden mempunyat intensitas pembelian 3 -10 kali dalam

sebulan sebesar 50 persen dari responden. Hal ini menunjukan bahwa intensitas

pembelian bakso kios per bulan ternyata relatif kecil. Responden yang intensitas

pembelian kurang dari 3 kali per bulan memiliki persentase 36 persen sedangkan

yang intensitas pembeliannya lebih dari 10 kali persentase 14 persen. Lebih jelas lagi,

dapat dilihat pada Tabel 9.

(47)

Tabel 9. Tahap Mengkonsumsi

Tahap Mengkonsumsi

Intensitas pembelian :

Lebih 10 kali 3-10 kali Kurang 3 kali

Perilaku mengganti nasi dengan bakso sekali waktu :

Pernah Tidak pernah

Frekuensi PCl"sentase ('X.)

7 14

25 50

18 36

17 34

33 66

Dalam penelitian ini dilakukan jajak pendapat yang menanyakan mengenal

apakah pernah mengkonsumsi bakso untuk menggantikan nasi dalam sekali waktu

pada saat lapar. Hasil jajak pendapat menunjukkan 34 persen dari responden

menyatakan pernah melakukan hal tersebut dan sisanya menyatakan tidak pernah. Hal

ini menunjukkan bahwa walaupun bakso bukan merupakan makanan pokok tetapi

sekali waktu dapat menggantikan nasi jika dalam kondisi mehilangkan kejenuhan

(TabeI9).

Bauran Pemasaran

Dengan mengetahui perilaku konsumen, pedagang bakso kios dapat

menentukan bauran pemasaran yang tepat agar dapat menjaring pembeli lebih banyak

lagi. Pedagang bakso kios hams mengetahui persepsi dan preferensi dari konsumen

bakso agar dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam menetapkan bauran pemasaran

[image:47.610.80.501.88.246.2]
(48)

Strategi P.-oduk

Variabel paling dasar dari pemasaran adalah produk, yang merupakan tawaran

nyata yang akan dilempar ke pasar. Pedagang bakso kios harus melakukan

pengembangan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Persaingan yang

teljadi mengharuskan pedagang bakso kios memikirkan karakteristik produk atau

atribut produk yang mampu bersaing dengan produk lain.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui preferensi konsumen tentang atribut

produk bakso yang meliputi aroma bakso, tingkat rasa daging, warn a bakso, ukuran

bakso, dan jumlah bakso seporsi. Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa konsumen

menginginkan aroma bakso daging rebus, tingkat rasa daging yang sedang, warna

bakso abu-abu gelap, ukuran bakso sedang (diameter 5), danjumlah bakso antara

3-5 butir seporsi. Preferensi konsumen ini patut dijadikan acuan bagi pedagang bakso

kios untuk pengembangan produk yang mengarah pada keinginan konsLlmen.

Tidak terlepas daripada itLl juga pelayanan yang diberikan oleh pedagang

bakso kios harus dapat memuaskan pelanggan agar tercipta kesetiaan terhadap produk

bakso yang bersangkutan. Dalam bal ini pelayanan meliputi kecepatan dalam

penyajian, keramahtamahan pelayan, dan fasilitas-fasilitas lain yang mendukung

kegiatan kios.

Strategi Harga

Harga bakso kios perlu disesuaikan dengan nilai produk bakso kios yang

ditawarkan menurut sudut pandang konsumen karena murah menurut padagang bakso

kiso belum tentu murah menurut konsumen. Harga bakso kios sangat menentukan

(49)

keberhasilannya di pasar karena harga merupakan salah satu pertimbangan utama

konsumen dalam memilih barang yang dikonsumsi. Penelitian ini mencoba untuk .

mengetahui persepsi harga bakso kios termurah dan termahal menurut sudut pandang

konsumen. Persepsi harga bakso kios termurah yang paling banyak mengemuka

adalah pada tingkat harga Rp 2000 per porsi. Persepsi harga bakso kios termahal yang

paling banyak mengemuka adalah pada tingkat harga Rp 3000 dan ,Rp 5000 per porsi

yang keduanya memiliki persentase yang sarna (Tabel 6). Hal ini menunjukan bahwa

spektrum harga dari bakso kios per porsi berkisar antara Rp 2000 - Rp 5 000. Titik

terendah dan tertinggi dalam suatu spektrum harga merupakan titik psikologis harga

yang sulit dilewati yang berarti, jika ada bakso kios per porsi yang harganya berada

di bawah harga termurah, kemungkinan konsumen akan ragu-ragu untuk membelinya

karena memiliki persepsi konsumen terhadap mutunya akan turun. Sebaliknya jika

harga bakso kios per porsi tertinggi dilewati, kosumen akan merasa balma nilai

persepsi mutu yang akan diterima lebih kecil dari harga yang hams dibayar dan

konsumen akan menganggap harga itu terlalu mahal.

Strategi Distribusi

Penentuan lokasi kios bakso yang strategis hams memperhatikan

faktor-faktor seperti daya beli konsumen, pesaing di lokasi tersebut, dal1 keramaian

tempatnya. Bila dilihat Tabel 8, alasan memilih temp at kios bakso yang paling

banyak mengemuka adalah karena tempat kios bakso itu terdekat. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak banyak kios bakso yang memiliki keunikan tertentll hingga

(50)

harus mempunyai tingkat perbedaan (diferensiasi) yang memadai agar konsumen

dapat cepat dan mudah menyimpan perbedaan tersebut dibenaknya.

Kebanyakan konsumen bakso kios mengambil keputusan pembelian di

temp at pembelian secara mendadak (Tabel 8) maka itu, dalam penataan tata ruang

kios bakso sebisa mungkin harus dapat memberikan rangsangan atau dorongan

kepada konsumen untuk melakukan pembelian. Suasana di dalam dan di luar kios

harus nyata perbedaannya. Di dalam kios konsumen harus mendapatkan kios itu

bersih, sejuk, rapi dan dapat memberikan kenyamanan bagi konsumen.

Strategi Promosi

Tujuan promosi adalah mengkomunikasikan produk yang ditawarkan ke pasar

agar konsumen mengetahui sebanyak mungkin produk tersebut. Untuk dapat menarik

pelanggan, pedagang bakso kios harus mampu mempromosikan ciri khas produk

baksonya yang dapat membedakannya dengan produk lainnya. Dalam Tabel 4

terlihat, informasi bakso kios untuk pertama kali lebih banyak berasal dari perilaku

"coba-coba". Hal ini menunjukkan pedagang bakso kios kurang gencar dalam

melakukan promosi. Pedagang bakso kios mengandalkan keaktifan konsumen

mencari informasi dengan perilaku coba-cobanya dan mungkin juga tidak ada ciri

khas produknya yang dapa! dipromosikan.

Dalam Tabel 4 dapat dilihat bahwa sumber informasi yang memberikan

informasi terbanyak tentang bakso kios adalah ternan konsumen tersebut maka dari

itu pedagang kios bakso harus mampu memberikan kepuasan total dalam melayani

(51)

konsumen agar mereka dapat memberikan rekomendasinya kepada orang lain

terutama ternan-ternan mereka.

Hubungan Variabel Karakterisrik Konsumen dengan Variabel Intensitas Pembelian

Hubungan kedua variabel tersebut diuji dengan uji khi square (X2) yang

metodenya disebut uji indepedensi yang akan menguji hubungan antar variabel tanpa

dapat menggambarkan bagaimana hubungan itu terjadi. AJasan menggunakan metode

ini adalah data yang digunakan adalah data ordinal dan nominal. Untuk mendapat

frekuensi ekpektasi lebih dari lima, tabel silang harus ditransformasi dengan

menggabungkan baris dan kolom agar memiliki frekuensi ekpektasi lebih dari lima.

Dalam penelitian ini tabel silang ditransformasi menjadi berukuran 2 x 2 berdasarkan

patokan frekuensi tertinggi.

Pengeluaran

Pada Tabel 10, terlihat tabulasi silang antara tingkat pengeluaran dan

intensitas pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan

baris tabulasi silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima

(52)

Tabell0. Tabulasi Silang antara Pengeluaran dan Intensitas Pembelian

Variabel Intensitas Pembelian

Pengeluaran Per Bulan Lebih 10 kali 3 -10kali Kurang 3 kali Total Rp 150.000,- ke bawah 1 8 I 10 AntaraRp 150.000- 299.999,- 2 15 8 25 Antara Rp 300.000- 499.999,- 2 2 5 9 Antara Rp 500.000- 700.000,- 1 1 1 3 Rp 700.000,- ke atas 0 0 3 3

Total 6 26 18 50

Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris

dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi

tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya.

Tabel 11. Tabulasi Silang Basil Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Pengeluaran

Intensitas Pembelian Variabel

Pengeluaran Per Bulan 3 kali セNエ。オ@ lebih Kurang 3 kali Rp 300.000,- ke bawah

Rp 300.000,- atau lebih

Total

26

6

Keterangan : ( ) Freknensi ekspektasi

x

2

hit

=

5,348

(22,4) (9,6) 32 9 9 (12,6) (5,4) 18 Total 35 15 50

Berdasarkan uji khi-kuadrat, diperoleh bahwa ada hubungan nyata antara

besarnya pengeluaran per bulan dengan intensitas pembelian. Tabulasi silang hasil

transformasi antara pengeluaran tier bulan dengan intensitas pembelian (Tabel 1 1)

menjelaskan bahwa kedua variabel itu berhubungan nyata karena X2 hit (5,348) lebih

besar dari X2 label (3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a =

0,05.

[image:52.613.76.501.93.225.2]
(53)

Pada Tabel II, terlihat kelompok yang paling sering (intensitas pembelian 3

kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berpenghasilan

Rp 300.000,- ke bawah per bulan dengan jumlah responden 26 orang. Hal ini

menunjukan bahwa yang paling sering membeli bakso kios justru respond en yang

berpenghasilan rendah (Rp 300.000,- ke bawah per bulan).

Tiogkat Vmor

Pada Tabel 12, terlihat tabulasi silang antara tingkat umur dan intensitas

pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi

silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan

transformasi.

Tabel 12. Tabulasi Silang antara Tingkat Umur dan Intensitas Pembelian

Variabel Tingkat Umur 20 tahun ke bawah 20-29 tahun 30-39 tahun 40-50 tahun 50 tahun ke atas

Total

Lebih 10 kali

2 4 .2

o

o

8 Intensitas Pembelian

3 - 10 kali Kurang 3 kali

5 I

12 7

o

o

24 8 6 2 I 18 Total 8 24 15 2 I 50

Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris

dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi

[image:53.610.80.499.386.506.2]
(54)

Tabel 13. Tabulasi Silang HasiI Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Umur

Intensitas Pembelian Variabel

Tingkat Umur 3 hli atau lebih Kurang 3 kali

30 tahun ke bawah

3

°

tahun atau lebih Total

Ketemgan : ( ) Frekuensi ekspektasi

x

2

hit = 2,395

23

9

(20,48) (I 1,52)

32

9 (11,52)

9 (6,48)

18

Total

32

18

50

Melalui uji khi-kuadrat, diperoleh bahwa tidak ada hubungan nyata antara

tingkat umur dengan intensitas pembelian. Tabel silang hasil tranformasi antara

tingkat umur dengan intensitas pembelian (Tabel 13) menunjukkan bahwa kedua

variabel itu tidak berhubungan nyata karena X\it (2,395) lebih kecil dari X2tah,l (3,84)

pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a.

=

0,05.

Pada Tabel 13, terlihat keIompok yang paling sering (intensitas pembelian 3

kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berusia 30

tahun ke bawah dengan jumlah responden 23 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang

paling sering membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berusia muda (3

°

tahun ke bawah).

Tingkat Pendidikan

Pada Tabel 14, terIihat tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan intensitas

pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi

silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan

transformasi.

[image:54.605.82.498.86.246.2]
(55)

Tabel 14. Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Pembelian

Variabel Intensitas Pembelian Per bulan

Tingkat Pendidikan Lebih IO kali 3 - 10 kali Kurang 3 kali Total

SD 2 3 5 IO

SMP 2 3 5 IO

SMA I 15 7 23

Akademi I I

°

2

Sarjanallebih I 3 I 5

Total 7 25 18 50

Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris

dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi

tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya.

Tabel15. Tabulasi Silang HasiJ Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Tingkat Pendidikan

Variabel

Tingkat Pendidikan

Intensitas Pembelian

3 kali atau lebih SMAke bawah

SMA atau lebih

Total

Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi

X2 hit = 2,835

10 (12,8)

22 (! 9,2)

32

Kurang 3 kali 10 (7,2)

8 (10,8)

18

Total

20

30

50

Berdasarkan uji khi-kuadrat berikut ini diperoleh bahwa tidak ada hubungan

nyata antara tingkat pendidikan dengan intensitas pembelian. Tabel silang hasil

transformasi antara tingkat pendidikan dengan intensitas pembelian (Tabel 15)

menunjukkan kedua variabel itu berhubungan nyata karena X\it (2,835) lebih kecil

dari X2tabel (3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a

=

0,05.

Pada Tabel 15, terJihat kelompok yang paling sering (intensitas pembelian 3

[image:55.615.84.514.329.490.2]
(56)

SMA ke atas dengan jumlah responden 22 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang

paling sering membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berpendidikan

baik (SMA ke atas).

Jenis Kelamin

Pada Tabel 16, terlihat tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan intensitas

pembelian konsumen kios bakso karena frekuensi ekspektasi kolom dan baris tabulasi

silang ini ada yang memiliki frekuensi ekspektasi kurang dari lima maka dilakukan

transformasi.

Tabel16. Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Pembelian Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Wanita Total

Intensitas Pembelian Per bulan Lebih 10 kali 3 - 10 kali Kurang 3 kali

4

6

12

3 19 6

7

25 18

Total 22 28 50

Tabulasi silang hasil transformasi di bawah ini digabung menjadi dua baris

dan dua kolom yang sekaligus dibagi menjadi dua kategori dengan patokan frekuensi

tertinggi dari tabel silang yang sebelumnya.

Tabel 17. Tabulasi Silang Hasii Transformasi antara Intensitas Pembelian dengan Jenis Kelamin

VariabeI Jenis Kelamin Laki-Iaki Wanita Total Intensitas Pembelian

3 kali atau Iebih Kurang 3 kali

10 (14,08) 12 (7,92)

22 (17,92) 6 (10,08)

32 18

Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi X' hit

=

5,864

Total

22 28

50

[image:56.617.89.504.318.422.2]
(57)

Melalui uji khi-kuadrat berikut ini diperoleh bahwa ada hubungan nyata

antara jenis kelamin dengan intensitas pembelian. Tabel silang hasil transformasi

antara jenis kelamin dengan intensitas pembelian (Tabel 17) menunjukkan kedua

variabel itu berhubungan nyata karena X2

"i'

(5,864) lebih besar dari X2'"hd (3,84) pada

tingkat signifikasi yang diharapkan yakni pada a = 0,05.

Pada Tabel 17, terlihat kelompok yang paling sering (intensitas pembelian 3

kali atau lebih) membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berjenis

kelamin wanita dengan jumlah responden 22 orang. Hal ini menunjukan bahwa yang

paling sering membeli bakso kios adalah kelompok responden yang berjenis kelamin

wanita.

Tingkat Signifikasi

Sebenarnya variabel tingkat umur bukannya tidak mempunyai hubungan

dengan variabel intensitas pembelian. Variabel tersebut punya hubungan tetapi tidak

nyata (signifikan). Varibel tersebut mempunyai hubungan nyata jika

X\i.

variabel

tersebut lebih besar dari ilabd (3,84) pada tingkat signifikasi yang diharapkan yakni

pada a

=

0,05. Untuk mengetahui tingkat signifikasi variabel-variabel karakteristik

konsumen berhubungan dengan variabel intensitas pembelian dapat dilihat dalam

(58)

Tabel 18. Uji Independensi·antara Karakteristik Konsumen dengan Intensitas Pembelian

Variabel Karakteristik Konsumen

Tingkat Pengeluaran Tingkat Umur Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin

(*) berhubungan nyata

Nilai Kritis (X2)

5,348 2,395 2,835 5,864

Tingkat Signifikasi

0,020' 0,122 0,092 0,015'

Dalam Tabel 18 dapat dilihat bagaimana hubungan antar variabel, ternyata

tingkat umur dan tingkat pendidikan yang tidak mempunyai hubungan nyata dengan

intensitas pembelian (0.= 0,05). Tingkat pengeluaran per bulan dan jenis kelamin

mempunyai tingkat signifikasi lebih besar dari tingkat signifikasi yang dikehendaki

(0.= 0,05).

(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kebanyakan konsumen bakso kios mengetahui keberadaan bakso kios untuk

pertama kali dan seringkali dari perilaku "coba-coba" konsumen dan sementara isi

informasi diinformasikan adalah rasa bakso. Sebagian besar konsumen menganggap

bakso adalah makanan jajananlcemilan yang bergizi dengan pilihan bakso yang

tingkat rasa dagingnya sedang, warna abu-abu gelap, bau daging rebus dan jumlah

bakso 3-5 butir seporsi. Alasan memilih kios adalah tempat terdekat dan tetap

mencari variasi walaupun merasa puas dengan pembelian per bulan antara 3-10 kali.

Pedagang bakso kios harus mampu melakukan pengembangan produk bakso

searah dengan preferensi atau selera konsumen yang tentunya harga bakso harus

disesuaikan dengan persepsi harga menurut sudut pandang konsumen. Lokasi kios

dan tata ruang harus dapat merangsang konsumen untuk melakukan pembelian.

Di antara karakteristik konsumen kios bakso hanya tingkat umur dan tingkat

pendidikan yang tidak berhubungan nyata dengan intensitas pembelian sedangkan

variabel-variabel karakteristik konsumen yang lainnya (pengeluran per bulan dan

jenis kelamin) berhubungan nyata dengan variabel intensitas pembelian.

Saran

Untuk yang berminat dan ingin menekuni lIsaha bakso, disarankall sebelulll

masuk ke dalalll usaha ini harus mengelllbangkan produk bakso yang bermutu dan

(60)
(61)

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, 1998. Pengembangan Aroma dan Cita Rasa Bakso dengan Penggunaan Flavour. Skripsi. Fateta. IPB, Bogor.

Atmatsier, S. , I. Jus'at & Akma1.l993. Persepsi Pasien Terhadap Makanan di Rumah Sakit. Gizi Indonesia, Volume XVII, No. 1-2, HIm. 87-96

Candraningsih, F., 1995. Perilaku Konsumen Makanan Tradisional Sunda. Skripsi. Faperta, IPB, Bogor.

Deperindag, 1999. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor.

Elviera,G., 1988. Pengaruh Pelayuan Daging Sapi Terhadap Mutu Bakso. Skripsi. Fapet. IPB, Bogor.

Evans, J. dan B. Bernam, 1982. Marketing. Macmillan Publishing. USA

Hermawan, K., Elisawati,

v.,

dan Wibowo, AS. 1996.36 Kasus Pemasaran Asli Indonesia. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Juvitawati, J., 1995.Analisis Profil Segmen Gaya Hidup dan Perilaku Konsumen Buah-Buahan di Kota Bogor. Skripsi. Faperta. IPB, Bogor

Kotler, P. 1992. Manajemen Pemasaran dan Analisa Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Edisi 8. Salemba Emapat, Jakarta

Lumbantoruan, R. 1997. Strategi Bauran Produk dan Bauran Harga Dalam Pemasaran Susu Pasteurisasi Pad a PT. Australian Milk Industri. Skripsi. Sosek Pertanian. Faperta. IPB, Bogor.

Loudon, D.L., & AJ., Dellabitta, 1984. Consumen Behaviour. Mc Graw Hll International Books Co. '; Singapore

Mulyono, S., 1992. Statistika Untuk Ekonomi. LPFE - UI, Jakarta.

Mustari, AA., 1994. Pengaruh Komunikasi Iklan Pangan Lewat Televisi Terhadap Perilaku Konsumen. Skripsi. Faperta.IPB, Bogor.

(62)

Rangkuti, F., 1997. Riset Pemasaran. PT Gramedia , Jakarta

Sadli, S., 1985. Persepsi Masyarakat Mengenai Tempe. Simposium Pemanfaatan Tempe dalam Peningkatan Kesehatan dan Gizi

Sanjur, D., 1982. Social and Cultural Perspective in Nutrition. Pretice-Hall, Englewood, New York

Sunarlim, R., 1992. Karekteristik Mutu Bakso Daging Sapi dan Pengaruh

Natrium Klorida Terhadap Perbaikan Mutu. Disertasi, Pasca Sarjana.

IPB, Bogor

Suhardjo dan Hardinsyah, 1987. PeriIaku Konsumen. Diktat Yang Tidak Dipublikasikan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Faperta.IPB, Bogor

Soekarto, S.T., 1990. Bakso Sumber Protein. Majalah Mingguan Femina, No. 221XVII. Jakarta

Tarwotjo, I., S. Hartini, S. Soekirman dan Soekarno. 1997. Komposisi Tiga Jenis

Bakso. Akademi Gizi, Jakarta

Wahyudin, U. 1993. Perdagangan Bakso di Salatiga. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB, Bogor

Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia , Jakarta

Yusrizal, 2000. Karakteristik Pedagang dan Prod uk Bakso Sapi serta Nilai

Tambah Bakso Sapi di Kota Bogor. Skripsi. Fapet. IPB, Bogar.

(63)
(64)

Lampiran 1.

Vji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Pengeluaran

Variabel Intensitas Pembelian Per Bulan

Pengeluaran Per Bulan J kali atau lebih Kurang 3 kali

Rp 300.000,- ke bawah

Rp 300.000,-atau lebih

Total

Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi X' hit セ@ 5,348

26 6 (22,4) (9,6) 32 9 9 (12,6) (5,4) 18 Total 35 15 50

Tabel memiliki derajat bebas, v セ@

(2 -IX2

-1) セ@ 1 dengan tingkat signiflkan a = 0,05 sehingga diperoleh nilai kritis X21abel =3,84

Nilai test statistik

, (22,4-26)2 (12,6-9)' (9,6-6)' (5,4-9)'

X

=

+ +. + セ@ 5,358

22,4 12,6 9,6 5,4

Karena X2 hit lebih besar dari nilai kritis maka pengeluaran per bulan dependen

(faktor) terhadap intensitas pembelian bakso kios

[image:64.610.66.507.98.293.2]
(65)

Lampiran 2.

Vji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Vmur

Variabel

Tingkat Umur

3

°

tahun ke bawah 3

°

tahun atau lebih Total

Ketemgan : ( ) Frekuensi ekspektasi

X2 hit = 2,395

Intensitas Pembelian

3 kali atau lebih

23

9

(20,48)

(11,52)

32

Kurang 3 kali

[image:65.613.76.524.92.316.2]

9 9 (11,52) (6,48) 18 Total 32 18 50

Tabel memiliki derajat bebas, v =(2 -IX2 -1)

=

1 dengan tingkat signifikan a.

=

0,05

sehingga diperoleh nilai kritis X2 tabel =3,84

Nilai test statistik

2 (20,48-23)' (11,52-9)' (11,52-9)' (6,48-9)'

X

=

+

+

+

= 2,395

20,48 11,52 11,52 6,48

Karena X2 hit lebih kedl dari nilai kritis maka tingkat umur independen (bukan faktor)

(66)

Lampiran 3.

Uji Indepeden antara Variabel Intensitas Pembelian dengan Variabel Tingkat Pendidikan

Variabel Intensitas Pembelian

Tingkat Pendidikan 3 kali atau lebih Kurang 3 kali

SMAkebawah

SMA atau lebih

Total

Keterangan : ( ) Frekuensi ekspektasi

X2 hit

=

2,835

10

22

32 (12,8)

(19,2)

10

8

(7,2)

(10,8)

18

Total

20

30

50

Tabel memiliki derajat bebas, v

=

(2 -IX2

-I)

= 1 dengan tingkat signifikan a = 0,05

sehingga diperoleh nilai kritis X2tabel =3,84

Nilai test statistik

%2

=

(12,8-10)'

+

(7,2-10)'

+

(19,2-22)'

+

(10,8-8)'

=

2,835 12,8 7,2 . 19,2

Gambar

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Daging Nasional Tahun 1996- i 998
Tabel 5. Tahap Menerima Pengaruh
Tabel 6. Persepsi Bakso Menurut Konsumen
Tabel 9. Tahap Mengkonsumsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Masalah penelitian yang menjadi fokus peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana faktor keragaman produk (product assortment atau merchandise), layanan, atmosfer toko,

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan rasa puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya jualah akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Identifikasi terjadi ketika individu membail perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku tersebut berkaitan dengan hubungan yang

Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi

Layanan Konseling Kecakapan Wdup (Life Skiffs) bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Pengertian Konseling Kecakapsn Hidup

Berisikan antara lain Daftar Harga: Barang Produksi dalam Negeri atau Produksi Luar Negeri yang telah Diimpor, Daftar Harga: Barang Produksi Luar Negeri yang akan Diimpor (jika

33/PUU-XIV/2016 yang menyatakan bahwa Peninjauan Kembali merupakan upaya hukum luar biasa yang hanya dapat diajukan oleh terpidana atau ahli warisnya. Perspektif