• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggabungan Usaha Terhadap Tingkat Profit Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penggabungan Usaha Terhadap Tingkat Profit Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

PENGARUH PENGGABUNGAN USAHA TERHADAP TINGKAT PROFIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

OLEH

RACHMAD TAUFIQ 100522059 AKUNTANSI-EXT

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Penggabungan Usaha Terhadap tingkat Profit Pada Perusahaan Yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia (BEI)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 30 Juli 2012

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGABUNGAN USAHA TERHADAP TINGKAT PROFIT YANG DIPEROLEH PADA PERUSAHAAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi, dan konsolidasi. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, diharapkan perusahaan dapat melanjutkan usahanya dengan bantuan serta kerjasama dengan perusahaan lain dan selanjutnya untuk saling bersinergi mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah penggabungan usaha berpengaruh terhadap tingkat profit yang diperoleh oleh perusahaan. Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik analisis deskriptif dan analisis statistika.

Dari hasil penelitian diperoleh Pada variabel ROA yang diuji dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger. Baik pada periode amatan yang membandingkan antara 2 tahun sebelum sampai dengan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi. Pada variabel ROE yang diuji dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger. Baik pada periode amatan yang membandingkan antara 2 tahun sebelum sampai dengan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.

(4)

ABSTRACT

INFLUENCE BUSINESS COMBINATION TO OBTAINED STOREY;LEVEL PROFIT AT COMPANY LISTED ON THE INDONESIA

STOCK EXCHANGE

Business combination in general in the form of merger, acquisition, and consolidation. of acquisition and merger, expected by company can continue its effort constructively and also cooperation with other company and hereinafter to each other reach specific-purpose. Intention of research is to know do business combination have an effect on to profit storey; level obtained by company.

Analysis technique which utilized in this research consist of descriptive analysis technique and statistic analysis

From result of research obtained ROA examinee variable with Wilcoxon Signed Ranks Test no difference which significance before and after merger. Whether period comparing 2 year before up to 2 year after acquisition and merger. ROE examinee variable with Wilcoxon Signed Ranks Test no difference which significance before and after merger. Whether period comparing 2 year before up to 2 year after acquisition and merger Pursuant to conclusion above writer give suggestion able to develop; build related/relevant in this research, the following : For the management company, before conducting action acquisition and merger better be matured preparation. Other factor which require to be considered that is condition of company, either from management factor and also company financial and economic condition national.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, anugerah, dan berkahNya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Penggabungan Usaha Terhadap Tingkat Profit Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”

Adapun skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Penulis selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini selesai telah mendapat banyak bimbingan, nasehat, arahan, dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yaitu :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS,Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak., selaku Pembaca Penilai skripsi penulis, yang telah banyak memberikan nasehat, kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan RahmatNya kepada kita semua.

Medan,30 Juli 2012 Penulis

Rachmad Taufiq

(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1. Merger dan Akuisisi ... 6

2.1.1.1. Pengabungan Usaha ... 6

2.1.1.2. Pengertian Merger dan Akuisisi ... 7

2.1.1.3. Klasifikasi Merger dan Akuisisi ... 10

2.1.1.4. Motif Merger dan Akuisisi ... 12

2.1.1.5. Manfaat dan Resiko Merger dan Akuisisi ... 17

2.1.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akusisi ... 18

2.1.1.7. Langkah-Langkah Merger dan Akuisisi ... 23

2.1.2. Kinerja Perusahaan ... 24

2.1.2.1. Kinerja Perusahaan ... 24

2.1.2.2. Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan ... 24

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

2.3. Kerangka Konseptual ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Desain Penelitian ... 34

3.2. Populasi dan Sampel ... 34

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 36

3.5.1. Variabel Penelitian ... 36

(8)

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 40

4.2. Analisis Data ... 41

4.2.1. Analisis Deskriptif Rasio Keuangan ... 41

4.2.2. Uji Normalitas Data ... 45

4.2.3. Uji Hipotesis ... 46

4.3. Interprestasi Hasil ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 52

5.3. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Rata-rata Variabel ROA dan ROE 13 Perusahaan yang

Melakukan Merger dan Akuisisi pada periode 2008-2011 . 2 Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28 Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 35 Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskripsi Sebelum Merger dan Akuisisi .... 41 Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskripsi Setelah Merger dan Akuisisi ... 43 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Test ... 46 Tabel 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 2 Tahun Sebelum dan

2 Tahun sesudah ... 47 Tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 1 Tahun Sebelum dan

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Skema Merger ... 8

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nama Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Sampel Penelitian

(12)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGABUNGAN USAHA TERHADAP TINGKAT PROFIT YANG DIPEROLEH PADA PERUSAHAAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi, dan konsolidasi. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, diharapkan perusahaan dapat melanjutkan usahanya dengan bantuan serta kerjasama dengan perusahaan lain dan selanjutnya untuk saling bersinergi mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah penggabungan usaha berpengaruh terhadap tingkat profit yang diperoleh oleh perusahaan. Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik analisis deskriptif dan analisis statistika.

Dari hasil penelitian diperoleh Pada variabel ROA yang diuji dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger. Baik pada periode amatan yang membandingkan antara 2 tahun sebelum sampai dengan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi. Pada variabel ROE yang diuji dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger. Baik pada periode amatan yang membandingkan antara 2 tahun sebelum sampai dengan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.

(13)

ABSTRACT

INFLUENCE BUSINESS COMBINATION TO OBTAINED STOREY;LEVEL PROFIT AT COMPANY LISTED ON THE INDONESIA

STOCK EXCHANGE

Business combination in general in the form of merger, acquisition, and consolidation. of acquisition and merger, expected by company can continue its effort constructively and also cooperation with other company and hereinafter to each other reach specific-purpose. Intention of research is to know do business combination have an effect on to profit storey; level obtained by company.

Analysis technique which utilized in this research consist of descriptive analysis technique and statistic analysis

From result of research obtained ROA examinee variable with Wilcoxon Signed Ranks Test no difference which significance before and after merger. Whether period comparing 2 year before up to 2 year after acquisition and merger. ROE examinee variable with Wilcoxon Signed Ranks Test no difference which significance before and after merger. Whether period comparing 2 year before up to 2 year after acquisition and merger Pursuant to conclusion above writer give suggestion able to develop; build related/relevant in this research, the following : For the management company, before conducting action acquisition and merger better be matured preparation. Other factor which require to be considered that is condition of company, either from management factor and also company financial and economic condition national.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi, dan konsolidasi. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, diharapkan perusahaan dapat melanjutkan usahanya dengan bantuan serta kerjasama dengan perusahaan lain dan selanjutnya untuk saling bersinergi mencapai tujuan tertentu.

Menurut Hitt (2001: 293) akuisisi telah menjadi strategi yang popular di antara perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat selama bertahun-tahun. Sebagian yakin bahwa strategi ini berperan penting dalam restrukturisasi efektif yang dilakukan bisnis-bisnis di Amerika Serikat selama tahun 1980-an dan 1990-an. Di Indonesia sendiri, menurut Payamta (2004: 266) aktivitas merger dan akuisisi mulai marak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal di Indonesia. Isu merger dan akuisisi hangat dibicarakan oleh para pengamat ekonomi, ilmuwan maupun praktisi bisnis sejak tahun 1990-an. Merger di Indonesia telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah alternatif strategi yang menarik bagi banyak perusahaan baik domestik maupun asing untuk melakukannya.

(15)

laba.Banyak merger dan akuisis dilakukan karena diharapkan adanya penyatuan sumber daya komplementer anatar dua perusahaan yang akan memungkinkan terciptanya sinergi dan keunggulan kompetitif yang terus menerus pada perusahaan yang baru dibentuk. Berikut merupakan data beberapa variabel rasio keuangan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi dari 13 Perusahaan di Indonesia pada periode 2005- 2008.

Tabel 1.1

Rata-rata variabel ROA dan ROE 13 Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada periode 2008-2011.

Variabel

Dua tahun sebelum

M&A

Satu tahun sebelum

M&A

Satu tahun setelah M&A

Dua tahun setelah M&A

ROA 1,90 1,95 2,17 0,38

ROE (15,30) 0,56 (4,62) (10,99)

Sumber : Indonesian Capital Market Directory yang diolah.

(16)

Berdasarkan kajian dan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan hasil dalam penerapan strategi merger dan akuisisi, disisi lain aplikasi merger dan akuisisi memberikan dampak yang menguntungkan perusahaan, namun disisi lain justru memberikan kerugian bagi perusahaan yang melakukannya, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap tingkat profit yang diperoleh.

Jadi, dapat dinilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang dilakukan, dilihat dari tingkat profit yang melakukan merger dan akuisisi. Alasan pemilihan objek pada kelompok manufaktur dalam penelitian ini karena perusahaan manufaktur termasuk kelompok industri yang semakin berkembang dalam dunia bisnis saat ini dengan nilai transaksi yang besar serta dengan asumsi semakin besar objek yang diamati maka akan semakin akurat kajiannya.

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diketahui bahwa permasalahan pertama dalam penelitian ini adalah terjadinya perbedaan antara kenyataan di lapangan (Fenomena gap) untuk beberapa variabel. Permasalahan kedua yaitu, berdasarkan kajian dan penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil yang tidak selalu konsisten (research gap) untuk beberapa variabel, pengaruh merger dan akuisisi terhadap tingkat profit perusahaan. Dalam penelitian Payamta dan Setiawan (2004: 278) untuk Rasio Return On Asset dan Return On Equity menunjukkan tidak mengalami perbedaan secara signifikan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah penggabungan usaha berpengaruh terhadap tingkat profit yang diperoleh perusahaan?”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah penggabungan usaha berpengaruh terhadap tingkat profit yang diperoleh oleh perusahaan?

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(18)

b) Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan merger dan akuisisi, sehingga strategi perusahaan yang diambil menjadi lebih efektif dan efisien.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Merger dan Akuisisi 2.1.1.1 Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Ikatan akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Indonesia Nomor 12 (PSAK No.22) mendefinisikan penggabungan badan usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI,1999). Jenis penggabungan usaha dapat dibedakan menjadi dua yaitu akuisisi dan penyatuan pemilikan (merger).

(20)

Merger adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan, dengan salah satu nama perusahaan yang bergabung tetap digunakan, sedangkan yang lainnya dihilangkan.

2.1.1.2 Pengertian Merger dan Akuisisi

Merger adalah salah strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata merger (latin) yang berarti bergabung, bersama, berkombinasi yang menyebabkan hilangnya identitas akibat penggabungan ini. Merger didefinisikan penggabungan usaha dari dua atau lebih perusahaan yang pada akhirnya bergabung ke dalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan yang melakukan merger. Dengan kata lain bahwa merger adalah kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988 mendefinisikan merger sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.

(21)

memberdakan penyatuan usaha dalam dua kategori yaitu (1) penyatuan kepentingan atau penyatuan kepemilikan dan (2) akuisisi.

Penyatuan kepentingan memiliki makna yang sama dengan terminologi dan PSAK No.22 mendefinisikan penyatuan kepentingan dengan suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut, selanjutnya perusahaan yang bergabung memikul bersama segala risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi.

Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan menjadi suatu skema atas merger sebagai salah satu straregi perusahaan.

Gambar 2.1 Skema merger

Sementara akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah akuisisi mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam terminologi bisnis akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset

Perusahaan B

Perusahaan A Perusahaan A

(22)

suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa tersebut baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah.

Dalam PSAK No.22 akuisisi didefenisikan sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Biasanya perusahaan pengakuisisi memliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk:

1) Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan. 2) Mengangkat dan memberhentikan manajemen.

3) Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.

Pengendalian ini akan memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakusisi.

(23)

dari 51 persen tidak dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran dasar perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi.

Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan menjadi suatu skema atas akuisisi sebagai salah satu strategi.

Sebelum akuisisi Setelah akuisisi

Pengendalian

Gambar 2.2 Skema Akuisisi

2.1.1.3 Klasifikasi Merger dan Akuisisi

Menurut Moin (2001) berdasarkan aktivitas ekonomi maka merger dan akuisisi dapat diklasifikasikan dalam lima bentuk, yaitu:

a) Merger Horizontal

Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan serta fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli. b) Merger Vertikal

Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau

Perusahaan A Perusahaan A

(24)

operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).

c) Merger Konglomerat

Merger konglomerasi adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger dan akuisisi konglomerasi terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila merger dan akuisisi konglomerasi ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda.

d) Merger Ekstensi Pasar

Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih

perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan

pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.

e) Merger Ekstensi Produk

(25)

2.1.1.4 Motif Merger dan Akuisisi

Menurut Moin (2003) “pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi”. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non-ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.

1) Motif Ekonomi

Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perpektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan

akusisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini.

(26)

Motif Sinergi

Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.

Menurut Brigham (2001: 29) pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber:

a) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi.

b) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas.

c) Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger.

d) Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan.

Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini: a) Sinergi Operasi

(27)

memasarkan produknya hingga mencapai kapasitas efisiensi, hal itu terjadi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih menganggur atau dibawah kapasitas optimalnya (idle) akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar.

b) Sinergi Finansial

Sinergi finansial, (Financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan memliki struktur permodalan yang kuat dan size yang besar akan diberi kepercayaan oleh publik dan pasar. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga keuangan sebagai sumber pendanaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki kepercayaan publik.

c) Sinergi Manejerial

(28)

perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan startegik. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang lebih baik melakukan merger dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam suatu industri seringkali memiliki sumber daya manajemen yang lebih bagus dibanding perusahaan lain di industri yang sama. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal (internal learning) melalui merger dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial. d) Sinergi Teknologi

Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan, departemen desain dan engineering, proses manufacturing, dan teknologi informasi.

e) Sinergi Pemasaran

Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.

2) Motif Diversifikasi

(29)

aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing (competitive advantage).

Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti (core competence). Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang.

3) Motif Non-ekonomi

Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Bentuk-bentuk motif non-ekonomi disajikan berikut ini:

a) Motif Hubris Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi semata-mata didorong oleh motif “ketamakan” dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan. Alasannya adalah menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya perusahaan maka semakin besar kompensasi yang akan diterima. Kompensasi yang akan diterima bukan hanya berupa materi namun juga berupa pengakuan dan aktualisasi diri.

(30)

ini disebabkan oleh kepercayaan diri yang berlebihan terhadap prospek perusahaan yang diakusisi.

b) Ambisi Pemilik

Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis. Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk membangun “kerajaan bisnis”. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan.

2.1.1.5 Manfaat dan Risiko Merger dan Akuisisi.

Dalam banyak literatur manajemen strategi ditemukan bahwa merger dan akuisisi memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat yang mungkin dihasilkan dari proses merger dan akuisisi menurut David (1998: 86) antara lain:

1. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta di antara perusahaan yang dimerger atau diakuisisi.

2. Memperluas portofolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada bertambahnya sumber pendapatan bagi perusahaan.

3. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.

Namun selain manfaat yang mungkin dihasilkan, menurut David (1998: 87) perlu juga diperhatikan kemungkinan risiko yang akan muncul sebagai hasil dari merger dan akuisisi yaitu :

1. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan perusahaan hasil merger atau akuisisi, termasuk kewajiban pembayaran dan penyerahan produk kepada vendor yang masih terhutang.

(31)

3. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan di masing-masing perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian dengan waktu yang relatif lama, dan sebagainya.

2.1.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akuisisi.

Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.

1. Faktor Pasar dan Pemasaran

Menurut Kay (1997: 53), perusahaan dapat berhasil dalam

melakukan merger dan akuisisi apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal pasar yang ia sebut sebagai market linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger dan

akuisisi adalah sinergi yang dihasilkan oleh meningkatnya akses perusahaan ke pasar baru yang selama ini tidak tersentuh.

Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan kesempatan pasar dengan saling berbagi pasar yang ditekuni masing-masing selama ini (cross marketing). Dengan lini produk yang lebih luas, setiap perusahaan dapat menjual lebih banyak produk kepada pelanggannya dari yang selama ini telah dilakukannya.

(32)

Sehingga memungkinkan terjadinya cross selling yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan hasil merger dan akuisisi. Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah kekuatan merk salah satu produk akan memberikan efek kepada produk yang lain yang didapat dari hasil merger dan akuisisi.

2. Faktor Teknologi

Menurut Kay (1997: 54), perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal sumber daya teknologi dan produksi yang ia sebut sebagai technological linkages. Technological linkages ini dapat meliputi penggabungan proses produksi karena proses yang sama seperti halnya yang terjadi pada horizontal merger.

Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana terjadinya sinergi teknologi informasi dalam satu organisasi. Ketika teknologi yang digunakan sama maka potensi sinergi dapat diciptakan. Dengan melakukan proses merger dan akuisisi secara sehat dan suka rela, potensi sinergi akan menghasilkan skala dan ruang lingkup ekonomi

(economy of scale and scope) yang bermanfaat.

(33)

Disinilah para pengambil kebijakan juga mesti berhati-hati. Jangan sampai perusahaan hasil merger dan akuisisi malah menjadi tidak produktif dikarenakan adanya kesenjangan teknologi.

3. Faktor Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non-ekonomis yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih melakukan merger dan akuisisi. Dalam banyak kasus merger dan akuisisi diberbagai perusahaan, masalah budaya seringkali menjadi masalah yang sangat krusial. Latar belakang budaya yang sangat berbeda di antara karyawan dapat menyebabkan karyawan enggan untuk melakukan kerja sama, masing-masing berusaha melakukan sesuatu berdasarkan cara metode yang selama ini telah mereka lakukan diperusahaan lama mereka, untuk bisa beradaptasi seringkali membutuhkan waktu yang lama.

(34)

seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan dan apa yang penting dan apa yang tidak penting untuk organisasi.

Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya kerja sama tidak mudah terbangun, kohesivitas organisasi lemah, sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas perusahaan hasil merger dan akuisisi juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Perbedaan budaya organisasi tentu dapat diselesaikan. Karena memang budaya sendiri adalah sesuatu yang dapat berubah. Namun hal tersebut membutuhkan waktu dan kemampuan mengelola perubahan yang baik. Oleh sebab itu, sebelum merger dan akuisisi dilakukan kiranya perlu dipersiapkan model transisi budaya yang bisa diterima dan diikuti oleh segenap komponen dalam masing-masing perusahaan yang akan merger dan akuisisi.

4. Faktor Keuangan

Menurut Pringle dan Harris (1987: 24) salah satu alasan mengapa merger dan akuisisi dilakukan adalah harapan akan terjadinya sinergi melalui penggabungan sumber daya beberapa perusahaan.

(35)

dan akuisisi dapat membiayai proses merger dan akuisisi serta mampu memberikan deviden yang premium kepada pemilik modal perusahaan.

Efek sinergi dari sebuah merger dan akuisisi bersumber pada dua aktivitas yaitu sinergi dalam hal operasional dan sinergi dalam hal finansial. Sinergi operasional dapat terjadi berupa peningkatan pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost reduction).

Dalam prakteknya, usaha peningkatan pendapatan ini lebih sulit dibanding usaha mengurangi biaya produksi. Hal ini karena yang kedua lebih kasat mata dan terukur sehingga lebih mudah diidentifikasi. Sementara sinergi dalam hal finansial berhubungan dengan kemungkinan lebih rendahnya biaya memperoleh modal bagi perusahaan hasil merger dan akuisisi dibanding biaya bagi perusahaan sebelum merger dan akuisisi.

(36)

peningkatan spesialisasi tenaga kerja dan manajemen, serta penggunaan barang modal yang lebih efisien, yang tidak mungkin terjadi pada tingkat output yang rendah.

2.1.1.7 Langkah-langkah Merger dan Akuisisi

Dalam proses melakukan merger terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun setelah merger terjadi. Menurut Caves (1989: 151), langkah-langkah yang harus diambil dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Pre-merger

Pre-merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses merger perusahaan-perusahaan tersebut.

2. Merger stage

Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan merger, hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini adalah menyesuaikan diri dan saling mengintergrasikan diri dengan partner mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka.

3. Post-merger

Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan. Langkah pertama (1) yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan restrukturisasi, dimana dalam merger, sering terjadinya dualism kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi. Langkah kedua (2) yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan. Langkah ketiga (3) yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, dalam berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.

(37)

yang panjang dan mengikut sertakan akuntan, penasehat hukum, dan investment banker,

(3) melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik, baik investor minoritas maupun individu, (4) kewajiban atau hutang dari perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban perusahaan yang mengambil alih, (5) peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru baru perusahaan yang mengambil alih, (6) proses perijinan mungkin akan lebih kompleks bila kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan publik, dan (7) dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering.

2.1.2 Kinerja Perusahaan

2.1.2.1 Pengertian Kinerja Perusahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan)”. Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi.

2.1.2.2 Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan

(38)

1) Rasio profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, di samping melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Van Horne, Wachowics (2005:222), menjelaskan rasio profitabilitas adalah “rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada perusahaan”. Rasio profitabilitas terbagi lagi menjadi dua jenis rasio, yaitu :

- Rasio profitabilitas yang terkait dengan penjualan, - Rasio yang berkaitan dengan investasi.

(39)

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari gross profit margin, operating profit margin, operating ratio, net profit margin, earning

power of total investment, return on investment dan return on equity.

a) Gross profit margin

Gross profit margin digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan mendapatkan laba bruto per rupiah penjualan, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Bersih Penjualan

HPP -Bersih Penjualan Margin

Profit

Gross =

b) Operating profit margin

Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang dihasilkan

dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini, semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan operating profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bersih Penjualan

Biaya2

-HPP -Bersih Penjualan

Margin Profit

(40)

c) Net profit margin

Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak

dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Semakin besar rasio angka yang dihasilkan, menunjukkan kinerja yang semakin baik. Untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai berikut:

Bersih Penjualan

Pajak Setelah Bersih

Laba Margin Profit

Net =

d) Earning power of total investment

Earning power of total investment digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.

Rumusnya adalah :

Aktiva Total

Pajak Sebelum Laba

Investment Total

Of Power

Earning =

e) Return on investment

Return on investment mengukur keuntungan yang dihasilkan dari

(41)

Aktiva Total Pajak Setelah Bersih Laba Investment on

Return =

f) Return on equity

Return on equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat

dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung Return on equity digunakan rumus sebagai berikut:

Equity s Owner' Pajak Setelah Bersih Laba Equity on

Return =

[image:41.595.116.513.482.749.2]

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Hasil Penelitian 1 Djayani

Nurdin (1996) Analisis kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go public di Indonesia Rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, margin laba atas penjualan, dan tingkat pengembalian atas total aktiva

(42)

2 Agunan P. Samosiir (2003) Analisis kinerja Bank Mandiri setelah merger dan sebagai Bank Rekapitulasi Return on Assets, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, dan Debt to Total Asset Ratio

Perbandingan antara DER dan DTAR menurun pada tahun 2001, dengan demikian dapat dikategorikan belum sehat. Analisis DEA menunjukkan pencapaian efisiensi pada beberapa variabel yang dianalisis masih di bawah tiga bank lainnya yang diteliti. Tingkat pencapaian aktiva sangat rendah belum cukup untuk menciptakan efisiensi 3 Payamta

dan Setiawan (2004) Analisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan publik di Indonesia Current ratio, quick ratio, total asset to debt ratio, net worth to debt ratio, total asset turnover, fixed asset turnover, ROI, ROE, NPM, dan OPM. Dengan Wilcoxon signed ranks test, asym sig lebih besar daripada

α=5% kecuali total

(43)

4 Sutrisno dan Sumarsih (2004). Dampak jangka panjang merger dan akuisisi terhadap pemegang saham di BEJ perbandingan akuisisi internal dan eksternal CAPM dan single index model, pengujian statistic dengan metode Crude Dependence Adjustment, uji beda dua rata-rata.

T hitung = 0,638, probabilitas 0,526, probabilitas tingkat kesalahan 5%. Dalam jangka panjang akuisisi memiliki dampak terhadap kemakmuran pemegang saham yang melakukan akuisisi. Tidak ada pengaruh

signifikan terhadap nilai AAR dan CAAR 5 Hendro

[image:43.595.113.512.107.658.2]

Widjanarko (2006) Merger, akuisisi, dan kinerja perusahaan, studi atas perusahaan manufaktur tahun 1998-2002 ROA, ROE, GPM, NPM, OPM, DER. Analisis deskriptif, ROE, OPM, dan DER meningkat dan ROA, GPM, dan NPM menurun. Analisis data SPSS. ROA, ROE, GPM, NPM, OPM, dan DER memiliki nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Tidak mengalami peningkatan yang signifikan anatara sebelum dan setelah M&A

6 Januar Eko Prasetyo (2007) Dampak merger dan akuisisi terhadap cash flow operasi. Operational cash flow.

Nilai Asym Sig lebih

besar dari 5% (α= 5%).

(44)

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Suatu kegiatan yang mungkin memperoleh perhatian cukup besar dari masyarakat adalah pada waktu perusahaan melakukan aksi mengambil alih (melakukan akuisisi) perusahaan lain, atau penggabungan (merger atau consolidation) dari dua perusahaan. Merger dan akuisisi perusahaan oleh

perusahaan lainnya pada dasarnya merupakan suatu keputusan investasi yang mengandung unsur ketidakpastian, oleh karena itu konsep keuangan tentang keputusan melakukan investasi juga berlaku, jika diterapkan dalam konteks merger dan akuisisi, maka kegiatan korporasi merger dan akuisisi dapat dibenarkan secara ekonomi apabila akuisisi tersebut diharapkan memberikan nilai manfaat yang positif bagi perusahaan yang melakukannya.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu dan apabila dikaitkan dengan teori yang telah dijelaskan menunjukkan adanya suatu perbedaan atau gap antara hasil penelitian-penelitian terdahulu, penelitian dengan teori, dan teori dengan kenyataan yang hasilnya tidak selalu konsisten.

(45)

yang dilakukan Samosir (2003: 29) menunjukkan hasil ROA masih terlihat rendah, sedangkan ROE telah menunjukkan perbaikan. Hal ini didukung hasil penelitian Widjanarko (2006: 48) yang menunjukkan ROA mengalami penurunan dan ROE mengalami peningkatan. Payamta dan Setiawan (2004: 278), hasil dalam penelitiannya, ROA dan ROE tidak mengalami perbedaan signifikan. Sutrisno dan Sumarsih (2004: 193) mengungkapkan dalam jangka panjang akuisisi memiliki dampak terhadap kemakmuran pemegang saham yang melakukan akuisisi, dimana return saham dapat bernilai positif atau negatif walaupun tidak signifikan secara statistik.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja perusahaan, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini untuk masa 2 (dua) tahun sebelum dan 2 (dua) tahun setelah melakukan merger dan akuisisi. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan secara finansial dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan setelah merger dan akuisisi berlangsung. Jika hasil uji menunjukkan hasil yang berbeda, maka dapat dikatakan bahwa merger dan akuisisi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, lebih lanjut pengaruh ini bisa mengarah ke nilai pengaruh yang positif atau pengaruh negatif.

Berdasarkan uraian yang ada, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran dari pengaruh sebelum dan setelah merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan sebagai berikut :

(46)
[image:46.595.162.475.139.200.2]

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran tersebut maka dapat dirumuskan dan disusun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1: Tingkat return on assetperusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.

H2: Tingkat return on equityperusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.

Kinerja Perusahaan ROA,ROE

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Menurut Erlina (2008: 66) menyatakan bahwa “Desain penelitian merupakan rencana induk yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang digunakan, metode sampling sampai dengan analisis dan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan”.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2008: 74) “Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

(48)

1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan kegiatan merger dan akuisisi pada periode tahun 2005-2008 serta tidak melakukan kegiatan merger dan akuisisi lebih dari satu kali selama periode pengamatan, yaitu selama 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi.

2. Terdapat data laporan keuangan perusahaan untuk 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi.

[image:48.595.112.510.390.683.2]

Dalam industri manufaktur terdapat 22 sektor industri, selanjutnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 perusahaan untuk periode 2005- 2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Perusahaan Entitas Perusahaan Target Tanggal Keterangan

1 PT. Sarasa Nugraha Tbk (SRSN)

PT. Indo Aciditama Chemical Industry

04/10/05 Merger

2 PT. Mobile-8 Telecom Tbk (Fren)

PT. Komunikasi Seluler Indonesia

31/05/06 Merger

3 PT. AKR Corpindo Tbk (AKRA)

State Investment Communication

03/06/06 65%

4 PT. Sumalindo Lestari Tbk (Suli)

PT. Karya Wijaya Sukses (KWS)

18/12/06 98%

5 PT. Selamat Sempurna Tbk (SMSM)

PT. Adhi Chandra Automotive Product Tbk

28/12/06 Merger

6 PT. United Tractors Tbk (UNTR)

Perusahaan

Pertambangan Batubara

30/01/07 100%

7 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

PT. Perkebunan London Sumatera

25/05/07 64,4%

8 PT. Trias Sentosa Tbk (TRST)

Tianjin Sunshine Plastics Co.Ltd

01/07/07 100%

9 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)

PT. Sigma Cipta Caraka 18/12/07 80%

10 PT. Berlian Laju Tankers (BLTA)

Chembulk Tankers LLC 19/12/07 94,3 %

11 PT. Mitra International Resources Tbk (MIRA)

PT. Apexindo Pratama Duta Tbk

10/09/08 79,78%

(49)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. “ Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik pihak pengumpul data primer maupun pihak lain”. Sumber data laporan keuangan perusahaan sampel berasal dari Indonesian Capital Market Directory dan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website www.idx.co.id.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan dan memepelajari data-data yang tercantum pada Indonesian Capital Market Directory dan dari www.idx.co.id yang berupa data laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi selanjutnya melakukan perhitungan terhadap data yang diperoleh.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Penelitian

(50)

Pada penelitian ini merger dan akusisi dipandang sebagai suatu proses atau peristiwa yang diindikasikan menyebabkan perubahan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan melalui 2 variabel yaitu, Return on asset, dan Return on equity, sedangkan yang berfungsi sebagai variabel independen adalah periode waktu sebelum dan setelah merger dan akuisisi.

3.5.2 Defenisi Operasional Variabel

Merger didefinisikan oleh Hitt (2001: 295) sebagai sebuah strategi dimana dua perusahaan setuju untuk menyatukan kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-sama dapat menciptakan keunggulan kompetetif yang lebih kuat. Akuisisi menurut Hitt (2001: 295) adalah

Strategi yang melaluinya suatu perusahaan membeli hak untuk mengontrol atau 100 persen kepemilikan terhadap perusahaan lain dengan tujuan untuk menggunakan kompetensi inti perusahaan itu secara efektif, dengan cara menjadikan perusahaan yang diakuisisi itu sebagai bagian dari bisnis dalam portofolio perusahaan yang mengakuisisi.

(51)

1. rasio profitabilitas, meliput i: gross profit margin, operating profit margin, operating ratio, net profit margin, earning power of total investment,

return on investment dan return on equity.

3.6. Analisis Data

Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik analisis deskriptif dan analisis statistika.

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis dengan merinci dan menjelaskan keterkaitan data penelitian yang biasanya tercantum dalam bentuk tabel dan analisis didasarkan pada data di tabel tersebut. Data penelitian tersebut adalah data perhitungan rasio keuangan perusahaan sampel yang diolah dengan menggunakan statistik deskriptif.

2. Analisis statistika

(52)

statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis :

H0 : data residual berdistribusi normal, jika Sig.>0.05 H1 : data residual tidak berdistribusi normal, jika Sig.<0.05

Sedangkan kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

jika probabilitas atau Sig. > 0.05, maka H1 dan H2 ditolak jika probabilitas atau Sig.< 0.05, maka H1 dan H2 diterima

G. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut:

Tahapan Penelitian

Maret April Mei Juni Juli Agustus

2012 2012 2012 2012 2012 2012

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pemilihan

Judul

Penyelesaian Proposal

Bimbingan

Proposal

Pengumpulan

Data

Pengolahan

Data

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan data dari 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah perusahan melakukan merger dan akusisi. Penelitian ini membandingkan antara rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan akusisi. Seperti yang seharusnya diharapkan, kegiatan merger dan akuisisi dilakukan untuk mencapai sinergi yang mampu meningkatkan keuntungan dan dapat memperbaiki kinerja perusahaan yang dilihat melalui penampilan finansial atau posisi keuangannya.

Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang telah go public dan melakukan merger dan akuisisi serta bukan perusahaan perbankan. Dengan menggunakan proses purposive sampling data penentuan sampel, dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di ICMD terdapat sampel 13 perusahaan yang melakukan merger dan akusisi selama periode tahun 2008-2011 dengan data keuangan 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah setelah merger dan akusisi yang diperoleh dari data keuangan yang tercantum dalam Indoesian Capital Market Directory.

(54)

debt to equity ratio, total asset turn over, return on assets, dan return on equity.

Kelima varibel tersebut diperoleh dari perhitungan dan berdasarkan laporan keuangan tahunan yang terdapat pada ICMD serta sumber lain yang dapat dipercaya.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Deskriptif Rasio Keuangan

a. Statistik Deskriptif Sebelum Merger dan Akuisisi

[image:54.595.113.514.609.695.2]

Berikut akan ditampilkan deskriptif variabel yang ditinjau dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum untuk periode sebelum merger dan akuisisi. Dimana jika standar deviasi lebih bersar dari pada nilai rata-rata maka berarti data yang ada memiliki variasi yang besar, begitu juga sebaliknya jika standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata maka berarti data yang ada memiliki variasi yang rendah. Nilai maksimal menunjukan nilai terbesar pada data, sedangkan nilai minimum menunjukan nilai terkecil pada data. Berikut Tabel 4.1 yang menunjukan statistik deskriptif data pada periode dua dan satu tahun sebelum merger dan akuisisi:

Tabel. 4.1.

Hasil Statistik Deskripsi Sebelum Merger dan Akuisisi

Periode Variabel N Min Max Mean Std.Deviation

Dua tahun sebelum

ROA ROE

Valid N (listwise) 13 13 13 -29.43 -252.25 14.69 38.49 1.9062 -15.300 13.08896 77.27934 Satu tahun Sebelum ROA ROE

Valid N (listwise)

13 13 13 -18.06 -107.66 14.65 39.21 1.9562 5669 8.62999 37.00903

(55)

Hasil deskriptif variabel sebelum merger dan akuisisi seperti yang ditampilkan Tabel 4.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Periode dua tahun sebelum merger dan akuisisi

1. Nilai rata-rata ROA untuk satu tahun sebelum M&A sebesar 1.9062 dengan standar deviasi 13.08896. Nilai standar deviasi yang jauh lebih besar dari nilai rata-rata menunjukan adanya variasi dengan kesenjangan yang besar antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata ROA sebesar 1.9062 menunjukan bahwa rata-rata efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki adalah sebesar 1.9062 %, sedangkan masing-masing nilai maksimum dan minimum adalah 14.69 dan -29.43.

2. Nilai rata-rata ROE untuk satu tahun sebelum M&A sebesar - 15.3000 dengan standar deviasi 77.27934. Nilai standar deviasi yang sangat besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang sangat besar antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata ROE sebesar -15.3000 menunjukan bahwa rata-rata untuk mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa sebesar -15.3000 %, sedangkan masing-masing nilai maksimum dan minimum adalah 38.49 dan - 252.25.

b. Periode satu tahun sebelum merger dan akuisisi

(56)

sebesar 1.9562 menunjukan bahwa rata-rata efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki adalah sebesar 1.9562 %, sedangkan masing-masing nilai maksimum dan minimum adalah 14.65 dan -18.06.

2. Nilai rata-rata ROE untuk satu tahun sebelum M&A sebesar 0.5669 dengan standar deviasi 37.00903. Nilai standar deviasi yang sangat besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang sangat besar antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata ROE sebesar 0.5669 menunjukan bahwa rata-rata untuk mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa sebesar -0.5669%, sedangkan masing-masing nilai maksimum dan minimum adalah 39.21 dan -107.66.

[image:56.595.114.517.502.585.2]

b. Statistik Deskriptif Sebelum Merger dan Akuisisi Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif Setelah Merger dan akuisisi

Periode Variabel N Min Max Mean Std.Deviation

Dua tahun sebelum

ROA ROE

Valid N (listwise)

13 13 13 -29.41 -179.55 12.33 30.95 2.1785 -46277 11.40048 55.85008 Satu tahun Sebelum ROA ROE

Valid N (listwise)

13 13 13 -27.10 -146.96 15.64 29.06 .3877 -10.9977 13.63656 52.46706

Sumber: Indonesian Capital Market Directory yang diolah.

(57)

a. Periode satu tahun setelah merger dan akuisisi

1. Nilai rata-rata ROA untuk satu tahun sebelum M&A sebesar 2.1785 dengan standar deviasi 13.63658. Nilai standar deviasi yang jauh lebih besar dari nilai rata-rata menunjukan adanya variasi dengan kesenjangan yang besar antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata ROA sebesar 2.1785 menunjukan bahwa rata-rata efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki adalah sebesar 2.1785 %, sedangkan masing-masing nilai maksimum dan minimum adalah 12.33 dan -29.41.

2. Nilai rata-rata ROE untuk satu tahun sebelum M&A sebesar -4.6277 dengan standar deviasi 55.85008. Nilai standar deviasi yang sangat besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang sangat besar antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata ROE sebesar -4.6277 menunjukan bahwa rata-rata untuk mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa sebesar -4.6277 %, sedangkan masing-masing nilai maksimum dan minimum adalah 30.95 dan -179.55.

b. Periode dua tahun setelah merger dan akuisisi.

(58)

dimiliki adalah sebesar 0.3877 %, sedangkan masing-masing nilai maksimum dan minimum adalah 15.64 dan -27.10.

2. Nilai rata-rata ROE untuk satu tahun sebelum M&A sebesar -10.9977 dengan standar deviasi 52.46706. Nilai standar deviasi yang sangat besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang sangat besar antara Universitas Sumatera Utara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata ROE sebesar -10.9977 menunjukan bahwa rata-rata untuk mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa sebesar -10.9977 %, sedangkan masing-masing nilai maksimum dan minimum adalah 29.06 dan -146.96.

4.2.2 Uji Normalitas Data

Pada uji normalitas data ini menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test. Pemilihan metode ini didasarkan bahwa Kolmogorov-Smirnov test

merupakan metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal atau tidak. Sampel berdistribusi normal

jika nilai probabilitas > taraf signifikansi yang ditetapkan (α=0.05). jika hasil uji

(59)

Tabel 4.3.

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test

Periode Variabel Sig Taraf Signifikasi Kesimpulan Sebelum Merger dan Akuisisi ROA ROE 0,000 0,000 0,05 0,05 Tidak normal Tidak normal Setelah merger dan Akuisisi ROA ROE 0,000 0,000 0,05 0,05 Tidak normal Tidak normal Sumber: Indonesian Capital Market Directory yang diolah.

Berdasarkan hasil uji normalitas data tabel 4.3, terlihat bahwa rata-rata

data nilai probabilitas < taraf signifikansi (α=0,05), dari hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa data data rasio keuangan berdistribusi tidak normal. Hal ini sesuai dengan asuamsi awal didalam pemilihan metode untuk menguji data rasio keuangan perusahaan pada Bursa Efek Indonesia, bahwa data tidak normal maka untuk pengujian digunakan Wilcoxon Signed Ranks Test. Pendapat ini juga didukung oleh hasil penelitian oleh Payamta (2004: 274), yang menggunakan metode non-parametrik dalam penelitiannya mengenai merger dan akuisisi. Sehingga untuk menguji data rasio keuangan dalam penelitian ini akan digunakan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk uji hipotesis secara parsial.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

Pada pengujian hipotesisi ini digunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui kinerja perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi. Dengan menganalisis hasil pengamatan dari dua data yang berpasangan diharapkan diketahui apakah mengalami perbedaan atau tidak. Uji Wilcoxon Signed Rank Test ini memberikan bobot nilai lebih untuk setiap pasangan yang

(60)

pasangan yang menunjukkan perbedaan kecil. Berikut diuraikan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk masing-masing perbandingan tahun (periode)

sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi.

a. Uji Wilcoxon Signed Rank Test periode 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.

[image:60.595.114.512.348.406.2]

Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk periode 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi diuraikan dalam tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah. Variabel Z Asymo. Sig (2-tailed) α Kesimpulan

ROA -0,035 0,972 0,05 tidak berbeda

ROE -,0245 0,807 0,05 tidak berbeda

Sumber : output data SPSS 17 yang diolah

Hasil analisis data pada variabel ROA, dengan membandingkan kinerja 2 tahun sebelum dengan 2 tahun sesudah, diperoleh nilai Z sebesar -0.035 dengan signifikansi sebesar 0.972. Karena nilai signifikasi lebih besar dari 0.05 (0.972>0.05) maka berarti tidak ada perbedaan pada variabel ROA dengan masa periode perbandingan 2 tahun sebelum dengan 2 tahun sesudah.

(61)

b. Uji Wilcoxon Signed Rank Test periode 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi.

Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk periode 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi diuraikan dalam tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah. Variabel Z Asymo. Sig (2-tailed) α Kesimpulan

ROA -0,025 0,807 0,05 tidak berbeda

ROE -,0594 0,522 0,05 tidak berbeda

Sumber: output data SPSS 17 yang diolah.

Hasil analisis data pada variabel ROA, dengan membandingkan kinerja 1 tahun sebelum dengan 1 tahun sesudah, diperoleh nilai Z sebesar -0.314 dengan signifikansi sebesar 0.753. Karena nilai signifikasi lebih besar dari 0.05 (0.753>0.05) maka berarti tidak ada perbedaan pada variabel ROA dengan masa periode perbandingan 1 tahun sebelum dengan 1 tahun sesudah.

(62)

4.3. Interprestasi Hasil

Dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test dengan tingkat signifikansi 5% menunjukan bahwa hampir seluruh rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi, yang digunakan dalam penelitian ini, tidak mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum dilakukannya merger dan akuisisi. Namun pada saat pengujian periode 2 tahun sebelum dibandingkan dengan 2 tahun sesudah menunjukan adanya perbedaan yang siginifikan pada variabel ROA dan ROE masing-masing signifikansi = 0.033 dan 0.047. dan pada variabel DER pada pengujian tahun 1 tahun sebelum dengan 1 tahun sesudah menunjukan adanya perbedaan, dengan signifikansi = 0.46.

[image:62.595.114.512.570.629.2]

Rasio DER menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Berikut adalah tabel 4.6 rekapitulasi hasil output perhitungan data yang menggunakan metode Wilcoxon Signed Ranks Test.

Tabel 4.6

Hasil Rekapitulasi Wilcoxon Signed Ranks Test. Variabel 2 tahun sebelum dan 2

tahun sesudah

1 Tahun sebelum dan 1 tahun sesudah

ROA Tidak berbeda Tidak berbeda

ROE Tidak berbeda Tidak berbeda

Sumber: output data SPSS 17 yang diolah.

(63)

akuisisi, hal ini menunjukan bahwa keinginan ekonomis yang ingin memperbaiki profitabilitas pasca merger dan akuisis menjadi tidak terwujud, hal ini kemungkinan disebabkan alasan non-ekonomi. Sehingga H1 dan H2 tidak dapat diterima berdasarkan uji beda pada penelitian ini.

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis diketahui bahwa seluruh rasio yang diteliti menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Hasil pengujian yang dilakukan secara parsial menunjukan terdapat beberapa keadaan yang menunjukkan perbedaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, sedangkan hampir pada seluruh variabel-variabel yang digunakan pada penilitian ini, menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan pada variabel rasio-rasio keuangan yang digunakan pasca merger dan akuisisi. Sehingga hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima atau ditolak. Merger dan akuisisi tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan yang kemungkinan disebabkan lemahnya strategi yang dilakukan, pemilihan perusahaan target yang kurang tepat, perusahaan entitas kurang pengalaman dalam melakukan merger dan akuisisi dan adanya faktor non-ekonomi yaitu untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Berikut ini penjelasan kesimpulan masing masing rasio keuangan yang digunakan pada penelitian ini:

1. Pada variabel ROA yang diuji dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger. Baik pada periode amatan yang membandingkan antara 2 tahun sebelum sampai dengan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.

(65)

sesudah merger. Baik pada periode amatan yang membandingkan antara 2 tahun sebelum sampai dengan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik, antara lain:

a. Dalam penelitian ini hanya menganalisis kinerja berdasarkan rasio keuangan yang merupakan aspek ekonomi saja, sementara banyak faktor non-ekonomi yang tidak dapat dimasukan kedalam ukuran kuantitatif. Beberapa kinerja non-ekonomi seperti teknologi, sumber daya manusia, budaya perusahaan dan sebagainya. Oleh karena itu penelitian ini tidak dapat menggambarkan keseluruhan aspek kinerja perusahaan.

b. Periode waktu yang digunakan kurang mewakili sehingga manfaat dari merger dan akuisisi belum kelihatan. Dalam penelitian ini tidak dibedakan jenis merger dan akuisisi apakah merger dan akuisisi vertikal, horizontal atau konglomerat. Penelitian ini juga tidak membedakan apakah merger dan akuisisi dilakukan oleh motivasi internal atau eksternal perusahaan. Selain dari jenis merger dan akuisisi, ukuran perusahaan yang dilakukan juga tidak diperhitungka

Gambar

Tabel 1.1 Rata-rata variabel ROA dan ROE 13 Perusahaan yang melakukan merger dan
Gambar 2.1 Skema merger
Gambar 2.2 Skema Akuisisi
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Return On Asset (ROA) diukur dari laba bersih setelah pajak terhadap total asetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan

Dan terakhir ROA adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba terhadap rata-rata total aset yang dimiliki oleh perusahaan, yang

Penelitian ini menguji pengaruh revaluasi aset tetap terhadap kinerja masa depan perusahaan yang diukur melalui laba operasi dan arus kas operasi perusahaan yang terdaftar

Untuk mengetahui Pengaruh Rasio Profitabilitas (Gross Profit Margin) terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun

Rasio profitabilitas berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunkan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti misalnya

Apabila terjadi peningkatan suku bunga namun perusahaan mampu menerima laba yang lebih tinggi maka profitabilitas perusahaan juga akan meningkat (Aditya dan

Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas yang diukur dengan ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan sektor kesehatan yang terdaftar di Bursa

Profitabilitas diukur menggunakan Return On Assets ROA, Leverage diukur dengan menggunakan Debt On Assets Ratio DAR, Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total asset perusahaan