KARAKTERISTIK SEPSIS NEONATORUM DI UNIT PERINATOLOGI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012-2013
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh : AULIA BARIZON
110100313
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbila’lamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat, terutama nikmat kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Karakteristik Sepsis Neonatorum di Unit Perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2013”, sebagai tahapan akhir pembelajaran dalam program studi Strata I Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih banyak kepada orang tua penulis, Ayahanda tercinta Isral Lubis, Ibunda tercinta Margawati dan adinda tersayang Sripi Mahalya atas dukungannya baik berupa dukungan kasih sayang, dan do’a, sehingga penulis dapat memperoleh pendidikan di FK USU dan bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kedokteran.
Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan, antara lain:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH atas izin penelitian yang diberikan.
2. Dosen Pembimbing dr. Rasyidah, SpA yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, serta memberikan arahan dan dukungan moral dalam proses bimbingan KTI ini.
3. Dosen Penguji dr. Hemma Yulfi DAP&E M. Med. Ed dan dr. Bambang Prayugo, SpB yang telah membantu mengkoreksi, menyempurnakan, menguji, dan menilai KTI ini.
4. Kepada RSUP H. Adam Malik Medan khususnya bagian perinatologi dan bagian rekam medik pasien yang telah memberikan izin tempat penelitian.
6. Sahabat penulis yang telah membantu dan memberi berbagai dukungan selama penyusunan KTI ini, Fadhil Afif, M. Harmen Reza, Aditya Prakoso, Fawzan Mohammad, Feisal Jabbar, Tario Karrier Harsyanda, Ahmad Syahril Anwar, M. Nevino Fachry, Abdurrahman Huzaifi, Roni Abimanyu, Mutamamin Ula, M.Archie Amanta, Riza Andhika, M.Faried, M. Fiqih Hilman, Mohammad Alghazali, Wahyu Medsa, Muhammad Iqbal, M. Ikhsan Chaniago, Rizaniami, Nadhira Lesarina, Aisha Citra Nissa, Ressa Hana, Zarin Safanah, Eka Aprilia Lubis, Astrini Aslam, Azkia Yolanda, Tentoro UTD dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan semua.
7. Teman satu kelompok penelitian penulis, Hendriawan Putra yang telah bersama-sama berjuang dan saling memberikan semangat dalam penyelesaian KTI ini.
Akhirnya, penulis mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini dan juga untuk menambah ilmu dan pengetahuan penulis untuk masa yang akan datang.
Medan, 8 Desember 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1. Tujuan Umum ... 2
1.3.2. Tujuan Khusus ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sepsis Neonatorum ... 4
2.2. Etiologi ... 4
2.3. Klasifikasi ... 5
2.4. Faktor Risiko ... 5
2.5. Patofisiologi ... 6
2.6. Diagnosis ... 8
2.6.1. Gejala Klinis ... 8
2.6.2. Pemeriksaan Penunjang ... 8
2.6.3. Kriteria Penegakan Diagnosis ... 9
2.7. Penatalaksanaan ... 10
2.7.1. Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan dini ... 11
2.7.2. Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan lambat ... 11
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep ... 12
3.2. Definisi Operasional ... 12
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 15
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15
4.3. Populasi dan Sampel ... 15
4.3.1. Kriteria Inklusi ... 15
4.3.2 Kriteria Eklusi ... 16
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 16
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 16
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 17
5.1.1. Deskripsi Lokasi dan Sampel Penelitian ... 17
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sepsis Neonatorum Berdasarkan Karakteristik Bayi ... 18
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sepsis Neonatorum Berdasarkan Karakteristik Ibu ... 20
5.2. Pembahasan ... 21
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 24
6.2. Saran ... 24
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Kriteria diagnosis sepsi pada neonatus ... 10 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi sepsis neonatorum berdasarkan
umur bayi, jenis kelamin bayi dan berat badan lahir bayi . 18 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi sepsis neonatorum berdasarkan
angka kematian ... 19 Tabel 5.3. Distribusi frekuensi sepsis neonatorum berdasarkan
penyakit penyerta bayi ... 19 Tabel 5.4. Distribusi frekuensi sepsis neonatorum berdasarkan
umur kehamilan ibu... 20 Tabel 5.5. Distribusi frekuensi sepsis neonatorum berdasarkan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2.1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2.2. : Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 : Lok Book Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 : Ethical Clereance
Lampiran 5 : Hasil Analisis Data
DAFTAR SINGKATAN
BBL : Berat Badan Lahir
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah CRP : C-Reactive Protein
DJJ : Denyut Jantung Janin
GM-CSF : Granulocyte-Macrophage Colony Stimulating Factor
IFN : Interferon
IL : Interleukin
ISK : Infeksi Saluran Kemih
IVIG : Intravenous Immunoglobulin KID : Kardiovaskular Diseminata KPD : Ketuban Pecah Dini
LPS : Lipopolisakarida
PAF : Platelet Activating Factor Riskesdas : Riset kesehatan dasar
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangoenkoesoemo SIRS : Systemic Inflammatory Response Syndrome SNAD : Sepsis Neonatorum Awitan Dini
SNAL : Sepsis Neonatorum Awitan Lambat TNF : Tumor Necrosis Factor
TORCH : Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sepsis adalah keadaan klinis yang diawali oleh timbulnya SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) disertai dengan bukti adanya infeksi (biakan
positif terhadap organisme dari tempat yang seharusnya tidak ditemukan kuman patogen) (Guntur AH et al, 2009). Sepsis dapat menjadi suatu penyakit yang berat dan menyebabkan peningkatkan morbiditas dan mortalitas. Sepsis pada neonatus merupakan sindrom klinik penyebab penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakterimia pada bulan pertama kehidupan (Gomella et al, 2009).
Sepsis neonatorum dibagi menjadi sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) dan sepsis neonatorum awitan lambat (SNAL). SNAD timbul dalam 72 jam pertama kehidupan dan ditularkan perinatal dari ibunya, sedangkan SNAL timbul setelah 72 jam dan didapatkan pascanatal dari lingkungan, biasanya sering ditemukan pada bayi yang dirawat di ruang intensif, berat badan lahir (BBL), nutrisi parenteral yang berlarut-larut, infeksi dari alat perawatan bayi, infeksi nosokomial atau infeksi silang dari bayi lain atau dari tenaga medis yang merawat (Aminullah A et al, 2010).
Berhubungan dengan proses persalinan bahwa insiden sepsis neonatorum lebih banyak pada kasus bayi yang lahir melalui seksio sesarea dibandingkan dengan lahir secara spontan. Penelitian sebelumnya di RS. Dr Soetomo, bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko sepsis 2.75 kali lebih tinggi. Sedangkan pada persalinan prematur juga berisiko 4 kali lebih tinggi dibandingkan bayi-bayi yang lahir cukup bulan dan bayi yang lahir dengan seksio sesarea mempunyai risiko terjadi sepsis 1.89 kali lebih tinggi daripada yang tidak melakukan seksio sesarea (Utomo MT et al, 2010).
dilaporkan bahwa 36% kematian neonatus disebabkan oleh penyakit infeksi, diantaranya sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare. WHO juga melaporkan case fatality rate yang tinggi (40%) pada kasus sepsis neonatus (Putra PJ et al, 2012). Insiden tingkat kejadian sepsis neonatorum di beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia sekitar 8.7-30.29% dengan angka kematian 11.56-49.9% (Utomo MT et al, 2010).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2007 melaporkan bahwa kematian neonatal dini (0-7 hari) sebesar 78.5% dari seluruh kematian neonatal, sebagian besar disebabkan karena gangguan pernapasan, prematuritas, dan juga sepsis. Kematian neonatal lanjut (8-28 hari) sebanyak 20% disebabkan oleh sepsis (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Banyaknya kasus sepsis neonatorum yang terjadi di Sumatera Utara, khususnya di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang merupakan rumah sakit rujukan terbesar di Sumatera Utara menjadi dasar penulis untuk meneliti karateristik sepsis neonatorum di unit perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2013.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana karakteristik sepsis neonatorum yang terjadi di unit Perinatologi RSUP H. Adam Malik tahun 2012-2013 ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mencari karakteristik sepsis neonatorum di unit perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
c. Untuk mengetahui karakteristik sepsis neonatorum berdasarkan usia kehamilan ibu dan riwayat persalinan ibu.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUP H. Adam Malik Medan dalam upaya perencanaan pencegahan sepsis neonatorum dengan pengenalan secara dini faktor risiko dan karakteristik bayi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum adalah suatu gejala klinis dengan mikroorganisme positif yang didapat dari spesimen steril seperti darah, cairan serebrospinal, dan urin yang di ambil dengan cara steril pada satu bulan pertama kehidupan (Thaver D et al, 2009). Infeksi merupakan penyebab paling umum kematian pada bayi yang berumur kurang dari empat minggu (Qazi SA et al, 2009). Diperkirakan empat juta neonatus meninggal, 99% dari kematian ini terjadi di negara berkembang dengan mayoritas di minggu pertama kehidupan (Thaver D et al, 2009).
Dimana angka kejadian sepsis neonatorum di negara berkembang cukup tinggi (1,8–18/1000 kelahiran hidup), sedangkan di negara maju (1–5/1000 kelahiran). Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2007). Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002 bahwa angka kelahiran bayi di Indonesia diperkirakan mencapai 4,6 juta jiwa per tahun, dengan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) sebesar 48/1000 kelahiran hidup. Di RSUP Dr. Kariadi Semarang angka kejadian sepsis pada neonatus pada tahun 2004 adalah sebesar 33.1% dengan angka kematian 20.3%, di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2005 sekitar 13.68% terjadi sepsis dari seluruh kelahiran hidup dengan angka kematian mencapai 14.18%. Sedangkan di RSUD dr H Abdul Moeloek Lampung, angka kejadian sepsis pada tahun 2009 adalah sebesar 30.1% dengan angka kematian 40% (Apriliana E et al, 2013).
2.2. Etiologi
Di Indonesia sendiri, menurut data RSCM/FKUI pada tahun 1975-1980 Salmonella sp, Klebsiella sp. Tahun 1985-1990 Pseudomonas Sp, Klebsiella Sp,
E. Coli. Tahun 1995-2003 Acinetobacter Sp, Enterobacter Sp, Pseudomonas Sp,
Serratia Sp, E. Coli (Aminullah et al, 2010).
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis)
(Anderson-Berry, 2014).
Sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau kelahiran bayi. Incidence rate sepsis neonatorum awitan dini adalah 3.5 kasus per 1.000 kelahiran hidup dan 15-50% pasien tersebut meninggal (Depkes RI, 2008). Sepsis neonatorum awitan lambat (SNAL) terjadi disebabkan kuman yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi setelah 72 jam kelahiran. Proses infeksi semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk didalamnya infeksi karena kuman nasokomial (Aminullah, 2010).
2.4. Faktor Risiko
keputihan yang tidak diobati, ibu yang dicurigai infeksi saluran kemih (ISK). Seorang bayi memiliki resiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor (Wilar et al, 2010).
2.5. Patofisiologi
Patofisiologi sepsis neonatorum merupakan interaksi respon komplek antara mikroorganisme patogen dan keadaan hiperinflamasi yang terjadi pada sepsis, melibatkan beberapa komponen, yaitu: bakteri, sitokin, komplemen, sel netrofil, sel endotel, dan mediator lipid. Faktor inflamasi, koagulasi dan gangguan fibrinolisis memegang peran penting dalam patofisiologi sepsis neonatorum. Meskipun manifestasi klinisnya sama, proses molekular dan seluler untuk menimbulkan respon sepsis neonatorum tergantung mikroorganisme penyebabnya, sedangkan tahapan-tahapan pada respon sepsis neonatorum sama dan tidak tergantung penyebab. Respon inflamasi terhadap bakteri gram negatif dimulai dengan pelepasan lipopolisakarida (LPS), suatu endotoksin dari dinding sel yang dilepaskan pada saat lisis, yang kemudian mengaktifasi sel imun non spesifik (innate immunity) yang didominasi oleh sel fagosit mononuklear. LPS terikat pada protein pengikat LPS saat di sirkulasi. Kompleks ini mengikat reseptor CD4 makrofag dan monosit yang bersirkulasi (Hapsari, 2009).
Organisme gram positif, jamur dan virus memulai respon inflamasi dengan pelepasan eksotoksin/superantigen dan komponen antigen sel. Sitokin proinflamasi primer yang diproduksi adalah tumor necrosis factor (TNF) α, interleukin (IL)1, 6, 8, 12 dan interferon (IFN). Peningkatan IL-6 dan IL-8 mencapai kadar puncak 2 jam setelah masuknya endotoksin. Sitokin ini dapat mempengaruhi fungsi organ secara langsung atau tidak langsung melalui mediator sekunder (nitric oxide, tromboksan, leukotrien, platelet activating factor (PAF), prostaglandin, dan komplemen. Mediator proinflamasi ini mengaktifasi berbagai tipe sel, memulai kaskade sepsis dan menghasilkan kerusakan endotel (Nasution, 2008).
yang kadarnya rendah saat lahir dan meningkat saat terpapar infeksi selama kehamilan. Peningkatan kadar Ig M merupakan indikasi adanya infeksi neonatus. Ada 3 mekanisme terjadinya infeksi neonatus yaitu saat bayi dalam kandunga n / pranatal, saat persalinan/ intranatal, atau setelah lahir/ pascanatal. Paparan infeksi pranatal terjadi secara hematogen dari ibu yang menderita penyakit tertentu, antara lain infeksi virus atau parasit seperti Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes (infeksi TORCH), ditransmisikan secara hematogen melewati plasental ke fetus (Nasution, 2008).
Infeksi transplasenta dapat terjadi setiap waktu selama kehamilan. Infeksi dapat menyebabkan aborsi spontan lahir mati, penyakit akut selama masa neonatal atau infeksi persisten dengan sekuele. Infeksi bakteri lebih sering di dapat saat intranatal atau pascanatal. Selama dalam kandungan ibu, janin terlindung dari bakteri karena adanya cairan dan lapisan amnion. Bila terjadi kerusakan lapisan amnion, janin berisiko menderita infeksi melalui amnionitis. Neonatus terinfeksi saat persalinan dapat disebabkan oleh aspirasi cairan amnion yang mengandung lekosit maternal dan debris seluler mikroorganisme, yang berakibat pneumonia. Paparan bayi terhadap bakteri terjadi pertama kali saat ketuban pecah atau dapat pula saat bayi melalui jalan lahir. Pada saat ketuban pecah, bakteri dari vagina akan menjalar ke atas sehingga kemungkinan infeksi dapat terjadi pada janin (infeksi transmisi vertikal, paparan infeksi yang terjadi saat kehamilan, proses persalinan dimasukkan ke dalam kelompok infeksi paparan dini (early onset of neonatal sepsis) dengan gejala klinis sepsis, terlihat dalam 3-7 hari pertama setelah lahir (Hapsari, 2009).
Infeksi yang terjadi setelah proses kelahiran biasanya berasal dari lingkungan sekitarnya. Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui udara pernapasan, saluran cerna, atau melalui kulit yang terinfeksi. Bentuk sepsis semacam ini dikenal dengan sepsis paparan lambat (late onset of neonatal sepsis). Selain perbedaan dalam waktu paparan kuman, kedua bentuk infeksi ini (early onset dan late onset) sering berbeda dalam jenis kuman penyebab infeksi. Walaupun
2.6. Diagnosis
Diagnosis dini sepsis neonatorum penting artinya dalam penatalaksanaan dan prognosis pasien. Keterlambatan diagnosis berpotensi mengancam kelangsungan hidup bayi dan memperburuk prognosis pasien (Aminullah, 2010). Diagnosis sepsis neonatorum sulit ditegakkan, oleh karena gejala yang muncul tidak spesifik bahkan dapat menyerupai kelainan non infeksi. Pendekatan yang rasional dalam diagnosis sepsis ditunjang oleh anamnesis, faktor risiko, gejala klinik dan pemeriksaan laboratorium.
2.6.1. Gejala Klinis
Gejala klinik neonatus sehat adalah tampak bugar, menangis keras, refleks hisap bagus, napas spontan dan teratur, aktif dan gerakan simetris, dengan umur kehamilan 37-42 minggu, berat lahir 2500-4000 gram dan tidak terdapat kelainan bawaan berat/mayor (Arkhaesi, 2008).
Neonatus yang terkena infeksi akan menderita takikardia, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karena nilai Apgar rendah. Setelah lahir, bayi tampak lemah dan tampak gambaran klinis sepsis seperti hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia. Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh. Selain itu, terdapat kelainan susunan saraf pusat (letargi, refleks hisap buruk, menangis lemah kadang-kadang terdengar high pitch cry, bayi menjadi iritabel dan dapat disertai kejang), kelainan kardiovaskular (hipotensi, pucat, sianosis, dingin dan clummy skin). Bayi dapat pula memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal ataupun gangguan respirasi (perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi abdomen, intoleransi minum, waktu pengosongan lambung yang memanjang, takipnea, apnea, merintih dan retraksi) (Depkes RI, 2008).
2.6.2. Pemeriksaan Penunjang
berlainan dari jenis kuman yang biasa ditemukan di masing-masing klinik. Kultur darah dapat dilakukan baik pada kasus sepsis neonatorum awitan dini maupun lanjut. Pemeriksaan penunjang lain seperti pewarnaan gram, sitokin, biomolekuler, darah lengkap, dan C-reactive protein (CRP) juga membantu dalam penegakan diagnosis sepsis neonatorum (Aminullah, 2010).
2.6.3. Kriteria Penegakan Diagnosis
Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis Sepsis Pada Neonatus Variabel Klinis
Suhu tubuh tidak stabil
Denyut nadi >180 kali/menit atau < 100 kali/menit
Laju nafas > 60 kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen Letargi
Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L ) Intoleransi minum
Variabel Hemodinamik TD < 2 SD menurut usia bayi
TD sistolik < 50 mmHg ( bayi usia 1 hari ) TD sistolik < 65 mmHg ( bayi usia < 1 bulan ) Variabel Perfusi Jaringan
Pengisian kembali kapiler > 3 detik Asam laktat plasma > 3 mmol/L
Variabel Inflamasi
Leukositosis ( >34000 x 109/L ) Leukopenia ( <5000 x 109/L ) Neutrofil muda > 10%
Neutrofil muda/ total neutrofil ( I/T ratio ) > 0,2% Trombositopenia < 100.000 x 109/L
C Reactive Protein > 10mg/dl atau > 2 SD dari nilai normal
2.7. Penatalaksanaan
diberikan terapi empirik, pilihan antibiotik harus dievaluasi ulang dan disesuaikan dengan hasil kultur dan uji resistensi. Bila hasil kultur tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri dalam 2-3 hari dan bayi secara klinis baik, pemberian antibiotik harus dihentikan (Sitompul, 2010).
2.7.1. Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan dini
Pada bayi dengan sepsis neonatorum awitan dini, terapi empirik harus meliputi Streptococcus Group B, E. coli, dan Lysteria monocytogenes. Kombinasi penisilin dan ampisilin ditambah aminoglikosida mempunyai aktivitas antimokroba lebih luas dan umumnya efektif terhadap semua organisme penyebab sepsis neonatorum awitan dini. Kombinasi ini sangat dianjurkan karena akan meningkatkan aktivitas antibakteri (Sitompul, 2010).
2.7.2. Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan lambat
Kombinasi pensilin dan ampisilin ditambah aminoglikosida juga dapat digunakan untuk terapi awal sepsis neonatorum awitan lambat. Pada kasus infeksi Staphylococcus (pemasangan kateter vaskular), obat anti staphylococcus yaitu vankomisin ditambah aminoglikosida dapat digunakan sebagai terapi awal. Pemberian antibiotik harusnya disesuaikan dengan pola kuman yang ada pada masing-masing unit perawatan neonatus (Sitompul, 2010).
2.7.3. Terapi Suportif (adjuvant)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
[image:27.595.134.499.176.414.2]3.1. Kerangka Konsep
Gambar 3.1. Karakteristik penderita sepsis neonatorum
3.2. Definisi Operasional
a. Penderita sepsis neonatorum adalah bayi yang dinyatakan mengalami sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan berdasarkan hasil diagnosis dokter dan tercatat dalam rekam medik pasien.
b. Karakteristik sepsis neonatorum adalah gambaran penderita sepsis neonatorum dan gambaran ibu penderita sepsis neonatorum yang tercatat dalam rekam medik pasien.
c. Umur bayi adalah umur bayi yang tercatat dalam kartu rekam medik Skala ukur : ordinal
Nilai ukur :
1. Umur 0-7 hari : Neonatal dini 2. Umur 8-28 hari : Neonatal lanjut Karakteristik penderita
sepsis neonatorum 1. Karakteristik bayi
Umur bayi Jenis kelamin Berat badan lahir Angka kematian
Penyakit bayi 2. Karakteristik ibu
Umur kehamilan Riwayat persalinan
d. Angka kematian adalah jumlah penderita sepsis neonatorum yang meninggal selama masa perawatan.
Skala ukur : rasio
Nilai ukur : angka kematian
e. Jenis kelamin bayi adalah ciri anatomi genitalia yang dimiliki oleh bayi seperti yang tercatat dalam rekam medik.
Skala ukur : nominal Nilai ukur :
1. Laki-laki 2. Perempuan
f. Berat badan lahir adalah ukuran timbangan badan bayi saat dilahirkan yang tercatat dalam rekam medik pasien.
Skala ukur : ordinal Nilai ukur :
1. 2500-4000 gram : Normal
2. < 2500 gram : Berat badan lahir rendah 3. > 4000 gram : Bayi badan lahir lebih
g. Penyakit bayi adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi, atau kesukaran yang terjadi pada bayi.
Skala ukur : nominal Nilai ukur :
1. Diagnosis pada rekam medik
2. Normal atau tidak ada ditemukan penyakit lain pada rekam medik h. Umur kehamilan adalah lama kehamilan dihitung dari hari pertama
menstruasi normal sampai dengan terjadinya proses kelahiran janin sesuai dengan yang tercatat dalam rekam medik pasien.
Skala ukur : ordinal Nilai ukur :
i. Riwayat persalinan adalah tindakan yang dilakukan terhadap ibu pada masa persalinan yang tercatat pada rekam medik pasien.
Skala ukur: nominal Nilai ukur :
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian desksiptif yang menilai prevalensi pasien neonatus yang menderita sepsis neonatorum. Pendekatan yang telah digunakan pada desain penelitian ini adalah studi retrospektif, dimana dilakukan pengambilan data rekam medis dari Unit Perinatologi Departemen Anak RSUP H. Adam Malik Medan selama tahun 2012 - 2013.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Perinatologi Departemen Anak serta bagian rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan. Waktu pengumpulan data selama tahun 2012 - 2013. RSUP H. Adam Malik adalah merupakan rumah sakit pusat rujukan utama dan terbesar di Medan, mempunyai fasilitas yang lengkap, dan mempunyai sistem penyimpanan rekam medis yang sistematis. Hal ini menjadi tujuan utama pemilihan tempat penelitian.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua pasien neonatus yang pernah dirawat di Departemen Anak RSUP H. Adam Malik Medan dan telah didiagnosa mengalami penyakit sepsis neonatorum. Jumlah populasi tersebut diambil dari rekam medik yang terdapat pada Unit Perinatologi Departement Anak RSUP H. Adam Malik Medan selama tahun 2012 - 2013. Metode penentuan jumlah sampel yang digunakan adalah total sampling.
4.3.1. Kriteria Inklusi
4.3.2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah semua data penderita sepsis pada neonatus yang didiagnosa oleh dokter mengalami sepsis neonatorum yang tidak terbukti dengan hasil kultur darah.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data mengenai faktor risiko, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang dari sepsis neonatorum diambil dari rekam medik yang telah memenuhi kriteria inklusi. Data merupakan data sekunder.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini diperolah dari data rekam medik pasien yang didiagnosa sepsis neonatorum dan telah teruji pada hasil kultur darah di unit perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2013.
5.1.1 Deskripsi Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan, Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VIII/1990. Disamping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarakan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993.
Sampel pada penelitian ini mengambil semua kasus pada pasien perinatologi RSUP H. Adam Malik yang didiagnosis dengan sepsis neonatorum berdasarkan gejala klinis serta adanya bukti kultur pada rekam medik pasien dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik sepsis neonatorum berdasarkan karakteristik bayi
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan umur bayi,jenis kelamin bayi, dan berat badan lahir bayi
Karakteristik Frekuensi Persen
Umur bayi 0-7 hari 8-28 hari Jenis Kelamin
Laki-laki
92 48
74
65.7 34.3
52.9
Perempuan 66 47.1
Berat Badan Lahir
< 2500 gram 73 52.1
2500-4000 60 42.9
> 4000 7 5
Total 140 100.0
Dari tabel diatas didapatkan hasil penelitian berdasarkan umur bayi neonatal dini (0-7 hari) sebesar 92 kasus (65.7% ) dan neonatal lanjut (8-28 hari) sebesar 48 kasus (34.3%).
Dari tabel diatas hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin didapatkan laki-laki sebesar 74 kasus (52.9%) dan perempuan sebesar 66 kasus (47.1%).
[image:33.595.112.511.202.463.2]Tabel 5.2. Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan angka kematian bayi
Angka Kematian Frekuensi Persen
Hidup 92 65.7
Meninggal 48 34.3
Total 140 100
Distribusi Frekuensi berdasarkan angka kematian bayi, bayi yang hidup sebesar 92 kasus (65.7%) dan bayi yang meninggal 48 kasus (34.3%).
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan penyakit penyerta bayi
Penyakit Bayi Frekuensi Persen (n =140)
Apnea of prematurity 9 6.4
Respiratory Distress Syndrom 63 45.0
Pneumonia 23 16.4
Hernia Umbilikus 11 7.9
Hipoksia encelopaty 21 15.0
Neonatal seizure
Congenital Heart Failure
2 11
1.4 7.9
[image:34.595.111.512.151.240.2] [image:34.595.114.513.355.524.2]5.1.3. Deskripsi Karakteristik sepsis neonatorum berdasarkan karakteristik ibu
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan umur kehamilan ibu
Karakteristik Frekuensi Persen
Umur Kehamilan
< 37 Minggu 109 77.9
37-42 Minggu 31 22.1
>42 Minggu 0 0
Total 140 100.0
Dari tabel diatas, didapatkan usia kehamilan ibu dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu sebesar 109 kasus (77.9%), usia kehamilan ibu di antara 37 sampai dengan 42 minggu yaitu 31 kasus (22.1%) dan tidak ada ditemukan kasus sepsis neonatorum pada ibu dengan usia kehamilan di atas 42 minggu.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan riwayat persalinan ibu
Karakterisktik Frekuensi Persen
Riwayat persalinan
Normal 74 45.7
Seksio sesarea 64 42.9
Vakum 2 1.4
Total 140 100
5.2 Pembahasan
Pada penelitian ini kejadian sepsis neonatorum lebih banyak terjadi pada neonatal dini di bandingkan dengan neonatal lanjut dengan persentase 65,7% berbanding 34,3%. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nugrahani tahun 2005 di RS Dr. Sardjito Yogyakarta yakni kejadian sepsis neontorum pada neonatal dini lebih banyak dari pada neonatal lanjut dengan persentase 77,2% dan 22,8%. Menurut Jumah (2007), sepsis pada neonatal dini dihubungkan dengan infeksi saluran kemih yang dialami oleh ibu yang akan menyebabkan bayinya terinfeksi saat melalui jalan lahir, sementara sepsis pada neonatal lanjut dihubungkan dengan prosedur invasive yang dilakukan pada bayi, atau karena terlalu lama dirawat di rumah sakit dan pemakaian antibiotik yang terlalu lama (Jumah, 2007).
Pada penelitian ini didapatkan jumlah kasus sepsis neonatorum pada laki-laki lebih besar dari pada perempuan dengan persentase 52.9% berbanding 47.1%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adelina, di Rumah Sakit Pirngadi Medan tahun 2010. Yakni persentase kasus sepsis pada laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dengan persentase 57.1% berbanding 42.9%. Kejadian pada bayi laki-laki dua kali lebih besar daripada bayi perempuan, hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mengatur sintesis dari imunoglobulin terkait dengan kromosom x , sehingga dengan keberagaman kromosom pada perempuan memiliki pertahanan imunologi yang lebih kuat dibanding laki-laki (Mendoza, U.A., 2000).
Pada penelitian ini didapat jumlah angka kematian pada bayi (Case Fatality Rate ) sebesar 34,3 % sedangkan jumlah angka bayi hidup sebesar 65,7 %. Hasil ini sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utoma (2010) dimana Insiden tingkat kejadian sepsis neonatorum di beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia sekitar 8.7 – 30.29% dengan angka kematian 11.56 – 49.9 %. Tingginya angka kematian pada sepsis ini sesuai dengan pernyataan wilar (2010) yang menyatakan bahwa sepsis neonatorum merupakan salah satu penyebab tersering kematian pada neonatus. Hal ini juga di jelaskan Journal of Clinical and Diagnostic Reasearch (2011) tingginya angka kematian pada sepsis neonatorum
disebabkan oleh banyaknya penggunaan antibiotik yang resisten terhadap bakteri gram negatif dan bakteri gram positif ( Ramesh, 2011).
Pada penelitian ini didapatkan penyakit penyerta bayi paling sering adalah respiratory distress syndrome 63 kasus (45%), pneumonia 23 kasus (16.4%), hipoksia 21 kasus (15%), hernia umbilikus 11 kasus (7.9%), congenital heart failure 11 kasus (7.9%), apnea of prematury 9 kasus (6.4%) dan neonatal seizure 2 kasus (1.4%). Hasil penelitian ini sesuai dengan Departemen Kesehatan RI (2007) sebagian besar penyakit pada bayi baru lahir disebabkan karena sepsis, gangguan pernapasan, prematuritas, dan juga pneumonia. Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir disebabkan belum matangnya paru-paru pada bayi prematur yang mengakibatkan tidak mengembang paru-paru bayi tersebut. Kasus pneumonia dengan persalinan spontan memiliki faktor resiko yaitu bayi teraspirasi cairan amnion, sekresi saluran cerna, genitourinaria ibu yang terinfeksi saat kelahiran dan juga persalinan yang lama (Cicilia, 2013).
lahir biasanya berbanding sejajar dengan usia kehamilan ibu (Roshental, dikutip oleh Marbun, 2007. Krisnadi (1998) juga menjelaskan apabila bayi lahir pada usia kehamilan < 37 minggu akan cenderung lahir dengan berat badan lahir yang rendah dan juga pertumbuhan yang belum sempurna (Sitompul, 2010).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Karakteristik Sepsis Neonatorum di Unit Perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2013” yang diperoleh dari 140 pasien maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Proporsi penderita sepsis neonatorum berdasarkan karakteristik bayi yang paling banyak yaitu :
Umur bayi neonatal dini (0-7 hari) 65.7%, jenis kelamin bayi laki-laki 52.9%, berat badan lahir rendah 52.1%, penyakit penyerta pada bayi sepsis respiratory distress syndrome 45%, angka kematian bayi(Case Fatality Rate) 34.3%.
2. Proporsi penderita sepsis neonatorum berdasarkan karakteristik ibu yang paling banyak yaitu :
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu 77.9 % dan riwayat persainan ibu normal 45.7%.
6.2. Saran
1. Pihak RSUP H. Adam malik Medan khususnya dibagian perinatologi, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui upaya kuratif dan diagnosis dini khususnya untuk penyakit sepsis neonatorum dalam menurunkan angka kematian neonatus.
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, A., 2004. Perinatologi dari Rahim Ibu Menuju Sehat Sepanjang Hayat. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap FKUI. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI, pp. 170-87.
Andersen-Berry, A. L., 2014. Neonatal Sepsis. Available from : http://www.emedicine.com. [Accessed 23 April 2014].
Anita, K. M. Z., Hammad, A. G., Sana, S., Simon C., Anne, C. C. L., Robert, B., Arkhaesi, N., 2008. Kadar Malondialdehyde (MDA) Serum Sebagai Indikator Prognosis Keluaran Pada Sepsis Neonatorum. Available from:
http://eprints.undip.ac.id. [Accessed 2 Mei 2014].
Apriliana, E., Rukmono, R., Erdian, D. N., Tania, F., 2013. Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum & Pola Kepekaannya Terhadap Antibiotika. Lembaga
Penelitian Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Apryanti, E., 2008. Peranan C-Reaktive Protein (crp) Sebagai Parameter Diagnosis Sepsis Neonatorum di RS. M.Djamil Sumatra Barat. Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Arkhaesi, N., 2008. Kadar Malondialdehyde (MDA) Serum Sebagai Indikator Prognosis Keluaran Pada Sepsis Neonatorum. Available from:
http://eprints.undip.ac.id. [Accessed 6 Mei 2014].
Dahlan, M. S., 2010. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Seri 3 Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI, 2010. Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit. Available from :
http:// HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit.ac.id. [Accesed 26 April 2014].
Gomella, T., Cunningham, M. D., Eyal F. G., 2009. Neonatology Management, Procedures, on-Call Problems, Diseases and Drugs. 6 th ed. New York:
The Mc graw-hill co,inc.
Hapsari, A. T., 2009. Kadar Seng Serum Sebagai Indikator Prognosis Pada Keluaran Sepsis Neonatorum. Available from: http://eprints.undip.ac.id.
[Accesed 23 April 2014]
Jumah, D. S., 2007. Predictors of Mortality Outcome in Neonatal Sepsis. The Medical Journal of Basrah University.
Kardana, I. M., 2011. Incidence and Factors Associated with Mortality of Neonatal Sepsis. Paediatrica Indonesiana. Available from: http://pediatrica.indonesiana.or.id. [Accesed 23 April 2014].
Kementrian Kesehatan Indonesia, 2007. Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007, Kementrian Kesehatan Indonesia. Available from: http://www.depkes.go.id. [Accesed 23 April 2014].
Kosim, M. S., Yunanto, A., Dewi, R., Saroso, G. I., Usman, A., 2010. Buku Ajar Neonatologi Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Manuaba., 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC. Mendoza, U. A., 2000. Sepsis Neonatorum at Manila Central University Filemon
D, Tanchoco Med Foundation (MCU-FDTMF). Calacoon City. Manila.
Mukhtar, Z., Haryuna, T. S. H., Effendy, E., Rambe, A. Y. M., Betty, Z. D., 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan: USU Press.
Nasution, D. A., 2008. Faktor Risiko Dan Kesamaan Jenis Kuman Jalan Lahir Ibu Dengan Kultur Darah Pada Sepsis Neonatal Awitan Dini. Available from: http://eprints.undip.ac.id. [Accessed 5 Mei 2014].
Putra, P. J., 2012. Insiden dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sepsis neonatus di RSUP Sanglah Denpasar. Denpasar: Sari Pediatri.
Qazi, S. A., Stoll, B. J., 2009. Neonatal sepsis: a major global public health challenge. Pediatric Infect Dis J. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2334/13/601. [Accessed 23 April 2014].
Ramesh, B., Lincy, P. B., 2011.Early Onset of Neonatal Sepsis: Analysis of the Risk Factors and the Bacterial Isolates byUsing the BacT Alert System.
Rokhayati, E., 2011. Hubungan antara Neutropenia dan Mortalitas pada Neonatus dengan Sepsis, dengan Mengendalikan Pengaruh Umur Gestasi
dan Berat Badan Lahir. Jurnal Kedokteran Indonesia. Available from:
http://sari.pediatrica.go.id. [Accesed 15 April 2014].
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Sitompul, A. T., 2010. Karakteristik Penderita Sepsis Neonatorum yang dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009. FKM USU. Available from:
http://repository.usu.ac.id. [Accesed 23 April 2014].
Thaver, D., Zaidi, A. K. M., 2009. Burden of neonatal infections in developing countries a review of evidence from community-based studies. Pediatr
Infect Dis J.
Tumaini, V., Mhada, Francis, F., Mecky, I., 2012. Matee and Augustine Neonatal sepsis at Muhimbili National Hospital, Dar es Salaam, Tanzania;
aetiology, antimicrobial sensitivity pattern and clinical outcomeMassawe.
Available from: http://www.biomedcentral.com. [Accessed 23 April 2014].
Utomo, M. T., 2010. Risk factors of neonatal sepsis : A preliminary study in Dr. Soetomo Hospital. Indonesian journal of tropical and infectious disease. Available from : http://sari.pediadrica.or.id. [Accessed 3 April 2014]. Walukow, C. R. A., Profil Pneumonia Neonatal di Sub Bagian Neonatologi BLU
RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2009-Juli 2011.
Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1 Maret 2013, hlm. 106-110. Available from : http://repository.unsrat.ac.id. [Accessed 29 Desember 2014].
Lampiran 5
Hasil Data Distribusi Frekuensi SPSS
Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan umur bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid NEONATAL DINI 92 65.7 65.7 65.7
NEONATAL LANJUT 48 34.3 34.3 100.0
Total 140 100.0 100.0
Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan jenis kelamin bayi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-lak 74 52.9 52.9 52.9
Perempua 66 47.1 47.1 100.0
Total 140 100.0 100.0
Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan berat badan lahir bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid BBN 60 42.9 42.9 42.9
BBLR 73 52.1 52.1 95.0
BBLL 7 5.0 5.0 100.0
Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan, angka kematian bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Hidup 92 65.7 65.7 65.7
Meninggal 48 34.3 34.3 100.0
Total 140 100.0 100.0
Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan usia gestasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <37 minggu 109 77.9 77.9 77.9
37-42 minggu 31 22.1 22.1 100.0
Total 140 100.0 100.0
Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan riwayat persalinan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 74 52.9 52.9 52.9
SC dokte 64 45.7 45.7 98.6
Vakum 2 1.4 1.4 100.0
Total 140 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Respiratory Distress
Syndrom
63 45.0 45.0 45.0
Pneumonia 23 16.4 16.4 61.4
Hipoksia 21 15.0 15.0 76.4
Congenital Heart Failure 11 7.9 7.9 84.3
Hernia Umbilikus 11 7.9 7.9 92.1
Apnea of prematurity 9 6.4 6.4 98.6
Neonatal seizure 2 1.4 1.4 100.0
Tabulasi Data Rekam Medik No. Usia (Hari ) Jenis Kelamin Berat Bada n Lahir Angka Kematian Umur Kehamilan (minggu) Riwayat Persalinan Hasil
Kultur Penyakit ba
1 25 laki-laki 4300 Hidup 36 Normal
Staphylococcus sp
Respiratory Distress Syn
2 4
perempua
n 2700 Hidup 32 SC dokter Pseudomonas sp
Respiratory Distress Syn
3 2
perempua
n 1800 Hidup 31 SC dokter
Staphylococcus epidermidis
Congenital Failure 4 3 laki-laki 1550 Hidup 28 SC dokter Citrobacter sp Pneumonia
s 2 laki-laki 2000 Hidup 34 Normal Proteus sp
Congenital Failure
6 11
perempua
n 2100 Hidup 29 Normal Streptococcus sp
Congenital Failure
7 7 laki-laki 3400 Hidup 34 Normal
Staphylococcus epidermidis
Respiratory Distress Syn
8 1 laki-laki 2300 meninggal 29 SC dokter
Enterobacter aerogenes
Congenital Failure
9 2
perempua
n 2620 Hidup 36 SC dokter Serretia sp
Congenital Failure
10 3
perempua
n 3200 Hidup 34 SC dokter
Staphylococcus
sp Hipoksia
11 8
perempua
n 2400 meninggal 37 Normal Escherichia coli
Congenital Failure
12 1 laki-laki 700 meninggal 34 Normal Serretia sp
Respiratory Distress Syn
13 21
perempua
n 2200 meninggal 24 SC dokter Citrobacter sp Pneumonia
14 2 laki-laki 4100 Hidup 36 Normal
Staphylococcus epidermidis
Apnea of prematurity 15 8 laki-laki 1850 Hidup 28 SC dokter Pseudomonas sp Pneumonia
16 1 laki-laki 3300 Hidup 34 SC dokter Pseudomonas sp
Respiratory Distress Syn
17 1
perempua
n 3000 Hidup 34 SC dokter
Staphylococcus sp
Congenital Failure
18 2 laki-laki 1700 meninggal 24 SC dokter Salmonella thypi
Respiratory Distress Syn
19 1 laki-laki 1800 Hidup 31 SC dokter
Staphylococcus aerues
Apnea of prematurity
20 8 laki-laki 3600 meninggal 37 Normal Enterobacter sp
21 1 laki-laki 2100 meninggal 38 SC dokter Klebsiella sp
Respiratory Distress Syn
22 3
perempua
n 2300 Hidup 31 Normal
Staphylococcus sp
Respiratory Distress Syn
23 2 laki-laki 2500 Hidup 29 SC dokter Enterobacter sp
Respiratory Distress Syn
24 1
perempua
n 2300 Hidup 36 SC dokter Pseudomonas sp
Congenital Failure
25 9
perempua
n 3000 Hidup 36 Normal Enterobacter sp
Respiratory Distress Syn
26 17 laki-laki 2600 Hidup 31 SC dokter Salmonella thypi
Apnea of prematurity
27 17
perempua
n 1600 Hidup 35 SC dokter
Staphylococcus aerues
Respiratory Distress Syn
28 17
perempua
n 3000 Hidup 36 Normal Serretia sp
Respiratory Distress Syn
29 8
perempua
n 3500 Hidup 38 SC dokter Enterobacter sp Pneumonia
30 6
perempua
n 3200 Hidup 36 Normal
Staphylococcus sp
Respiratory Distress Syn
31 1
perempua
n 2900 Hidup 34 Normal
Staphylococcus aerues
Respiratory Distress Syn
32 10 laki-laki 2800 Hidup 38 Normal
Staphylococcus
epidermidis Hipoksia
33 2 laki-laki 4200 Hidup 40 Normal
Staphylococcus aerues
Respiratory Distress Syn
34 2
perempua
n 2400 meninggal 34 Normal
Enterobacter aerogenes
Respiratory Distress Syn
35 1
perempua
n 2250 meninggal 35 SC dokter Pseudomonas sp Hernia Umb
36 1
perempua
n 2300 Hidup 39 SC dokter
Staphylococcus
sp Hernia Umb
37 4
perempua
n 3200 meninggal 36 normal Klebsiella sp
Respiratory Distress Syn
38 1
perempua
n 2450 meninggal 24 SC dokter Pseudomonas sp Pneumonia
39 8
perempua
n 2800 meninggal 28 normal Pseudomonas sp
Respiratory Distress Syn
40 22 laki-laki 2200 meninggal 30 SC dokter Serretia sp
Respiratory Distress Syn
41 2
perempua
n 2400 meninggal 30 SC dokter
Staphylococcus sp
aerogenes Distress Syn 44 22 laki-laki 1500 meninggal 27 normal Enterobacter sp Hernia Umb
45 15
perempua
n 3300 Hidup 33 normal Pseudomonas sp Pneumonia
46 4
perempua
n 1400 meninggal 20 SC dokter
Pseudomonas aeroginosa
Respiratory Distress Syn
47 7 laki-laki 3000 Hidup 37 SC dokter Serretia sp Neonatal se
48 2
perempua
n 1700 meninggal 34 SC dokter Klebsiella sp Hernia Umb
49 1 laki-laki 1500 meninggal 33 normal Pseudomonas sp
Respiratory Distress Syn
50 4 laki-laki 1500 meninggal 25 SC dokter Salmonella thypi
Respiratory Distress Syn
51 3
perempua
n 3000 Hidup 38 SC dokter
Staphylococcus epidermidis
Apnea of prematurity
52 7
perempua
n 3250 Hidup 41 normal Enterobacter sp Hernia Umb
53 5 laki-laki 2800 meninggal 36 normal
Staphylococcus sp
Respiratory Distress Syn
54 14 laki-laki 1900 Hidup 28 SC dokter
Staphylococcus sp
Respiratory Distress Syn
55 6 laki-laki 3300 Hidup 36 normal
Pseudomonas
aeroginosa Pneumonia
56 1
perempua
n 2600 Hidup 36 normal
Staphylococcus
sp Hernia Umb
57 30
perempua
n 2500 Hidup 32 normal Salmonella thypi Hipoksia
58 7 laki-laki 2300 Hidup 37 normal
Pseudomonas aeroginosa
Respiratory Distress Syn
59 1 laki-laki 1400 meninggal 32 SC dokter Proteus sp
Congenital Failure
60 4 laki-laki 2100 meninggal 32 SC dokter Pseudomonas sp
Respiratory Distress Syn
61 14 laki-laki 1000 meninggal 32 normal
Staphylococcus
epidermidis Pneumonia
62 7 laki-laki 2300 meninggal 32 normal Serretia sp
Respiratory Distress Syn
63 7
perempua
n 2100 Hidup 28 SC dokter
Enterobacter
aerogenes Hernia Umb
64 4
perempua
n 960 meninggal 20 normal
Staphylococcus
epidermidis Hipoksia
65 6
perempua
n 1500 meninggal 31 SC dokter Pseudomonas sp Hipoksia
66 4
perempua
n 2400 Hidup 31 SC dokter
Pseudomonas aeroginosa
67 3 laki-laki 3300 Hidup 38 SC dokter Streptococcus sp
Apnea of prematurity
68 25 laki-laki 3000 meninggal 32 normal
Staphylococcus
sp Pneumonia
69 25 laki-laki 3300 Hidup 36 normal Klebsiella sp
Respiratory Distress Syn
70 5
perempua
n 3000 meninggal 40 normal Pseudomonas sp Hipoksia
71 1
perempua
n 2200 Hidup 33 SC dokter Salmonella thypi
Respiratory Distress Syn
72 2
perempua
n 2950 Hidup 40 SC dokter Klebsiella sp
Apnea of prematurity
73 28 laki-laki 3200 Hidup 33 normal Proteus sp Pneumonia
74 7
perempua
n 1600 Hidup 33 SC dokter
Staphylococcus epidermidis
Respiratory Distress Syn
75 2
perempua
n 4000 Hidup 36 normal
Pseudomonas aeroginosa
Respiratory Distress Syn
76 6 laki-laki 4800 meninggal 39 SC dokter Enterobacter sp
Respiratory Distress Syn
77 2 laki-laki 2800 Hidup 42 normal
Staphylococcus sp
Apnea of prematurity
78 6 laki-laki 2100 meninggal 37 normal
Staphylococcus epidermidis
Respiratory Distress Syn
79 3 laki-laki 3400 Hidup 37 normal
Enterobacter aerogenes
Respiratory Distress Syn
80 6 laki-laki 3200 Hidup 31 normal Pseudomonas sp Hipoksia
81 2
perempua
n 2300 meninggal 37 normal
Staphylococcus epidermidis
Respiratory Distress Syn 82 1 laki-laki 1800 Hidup 35 SC dokter Pseudomonas sp Pneumonia
83 3 laki-laki 2250 Hidup 35 SC dokter
Pseudomonas aeroginosa
Respiratory Distress Syn
84 28
perempua
n 1900 Hidup 33 normal Streptococcus sp Hipoksia
85 2 laki-laki 4700 Hidup 40 normal
Staphylococcus sp
Respiratory Distress Syn
86 3 laki-laki 3200 Hidup 41 SC dokter Pseudomonas sp
Respiratory Distress Syn
87 11
perempua
n 2450 meninggal 32 SC dokter
Staphylococcus
epidermidis Pneumonia
88 2 laki-laki 1900 meninggal 31 SC dokter
Staphylococcus epidermidis
Congenital Failure 89 1 laki-laki 500 meninggal 23 SC dokter Pseudomonas sp Pneumonia
aeroginosa
92 1
perempua
n 2400 Hidup 40 SC dokter Serretia sp
Respiratory Distress Syn
93 1 laki-laki 4400 meninggal 39 SC dokter Enterobacter sp
Congenital Failure
94 10
perempua
n 1200 Hidup 33 normal
Staphylococcus
epidermidis Hipoksia 95 6 laki-laki 3500 Hidup 40 SC dokter Salmonella thypi Pneumonia
96 1
perempua
n 1010 meninggal 33 SC dokter
Staphylococcus
epidermidis Pneumonia
97 1 laki-laki 1000 Hidup 31 SC dokter Klebsiella sp
Respiratory Distress Syn
98 7
perempua
n 1700 Hidup 35 SC dokter Pseudomonas sp
Apnea of prematurity 99 4 laki-laki 2400 meninggal 40 normal Streptococcus sp Hipoksia
100 5
perempua
n 2900 meninggal 37 normal Escherichia coli Hernia Umb
101 1
perempua
n 3100 meninggal 37 normal
Staphylococcus
sp Pneumonia
102 8
perempua
n 2900 hidup 32 SC dokter
Enterobacter aerogenes
Respiratory Distress Syn
103 5
perempua
n 3000 hidup 35 normal Enterobacter sp Neonatal se
104 4 laki-laki 1900 meninggal 28 SC dokter
Enterobacter
aerogenes Hipoksia
105 10 laki-laki 2400 hidup 35 normal
Staphylococcus
epidermidis Hipoksia
106 11 laki-laki 2600 hidup 40 SC dokter
Staphylococcus
epidermidis Pneumonia
107 6
perempua
n 3100 meninggal 36 SC dokter Salmonella thypi Pneumonia
108 9 laki-laki 2800 hidup 34 normal Serretia sp
Respiratory Distress Syn
109 11 laki-laki 3200 hidup 35 normal Proteus sp Hipoksia
110 8 laki-laki 2600 hidup 36 SC dokter Salmonella thypi Hernia Umb 111 4 laki-laki 2450 hidup 33 normal Streptococcus sp Pneumonia
112 1 laki-laki 2000 hidup 40 normal Pseudomonas sp Pneumonia
113 12
perempua
n 2400 hidup 36 SC dokter Klebsiella sp
Respiratory Distress Syn
114 18
perempua
n 2800 hidup 35 SC dokter Klebsiella sp Hipoksia
115 9
perempua
n 1900 hidup 30 normal
Staphylococcus epidermidis
Respiratory Distress Syn
116 5
perempua
n 2300 meninggal 28 SC dokter
Staphylococcus sp
117 11 laki-laki 3000 hidup 32 normal Serretia sp
Respiratory Distress Syn
118 9 laki-laki 3100 hidup 34 normal
Staphylococcus
epidermidis Pneumonia 119 20 laki-laki 3800 hidup 30 SC dokter Pseudomonas sp Hipoksia
120 8 laki-laki 1950 hidup 35 SC dokter
Staphylococcus epidermidis
Respiratory Distress Syn
121 19 laki-laki 4100 hidup 28 normal Pseudomonas sp
Respiratory Distress Syn
122 8 laki-laki 1700 meninggal 27 SC dokter
Enterobacter
aerogenes Pneumonia
123 5
perempua
n 900 meninggal 28 SC dokter Enterobacter sp
Respiratory Distress Syn
124 19
perempua
n 3000 hidup 30 normal Salmonella thypi Hipoksia
125 10
perempua
n 3900 hidup 36 SC dokter Escherichia coli Hipoksia
126 5
perempua
n 2400 hidup 30 normal Klebsiella sp
Respiratory Distress Syn
127 10
perempua
n 1800 hidup 28 SC dokter
Staphylococcus
epidermidis Hernia Umb
128 8
perempua
n 2200 hidup 34 SC dokter Enterobacter sp
Respiratory Distress Syn
129 3 laki-laki 2900 hidup 30 normal Pseudomonas sp Hipoksia
130 8 laki-laki 3000 hidup 28 SC dokter
Enterobacter
aerogenes Pneumonia
131 1
perempua
n 3350 hidup 33 normal
Enterobacter aerogenes
Respiratory Distress Syn
132 3 laki-laki 3200 hidup 36 normal Proteus sp
Respiratory Distress Syn 133 1 laki-laki 2300 hidup 32 SC dokter Salmonella thypi Hipoksia
134 10
perempua
n 3000 meninggal 28 normal
Staphylococcus epidermidis
Respiratory Distress Syn 135 2 laki-laki 2550 meninggal 26 SC dokter Streptococcus sp Hernia Umb
136 5 laki-laki 3600 hidup 40 vakum Streptococcus sp
Respiratory Distress Syn
137 1
perempua
n 3000 hidup 33 normal
Staphylococcus epidermidis
Apnea of prematurity
138 18
perempua
n 2900 hidup 36 normal Pseudomonas sp
Respiratory Distress Syn
139 25 laki-laki 2600 hidup 30 SC dokter Escherichia coli
Congenital Failure