• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mortalitas Penderita Sepsis Berat Yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2012 – Juni 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mortalitas Penderita Sepsis Berat Yang Dirawat Di Unit Perawatan Intensif RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2012 – Juni 2013"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

MORTALITAS PENDERITA SEPSIS BERAT YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE

JULI 2012 – JUNI 2013

Oleh :

Jessica Patricia Pangaribuan

100100357

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

MORTALITAS PENDERITA SEPSIS BERAT YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

Jessica Patricia Pangaribuan

100100357

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Mortalitas Penderita Sepsis Berat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2012 – Juni 2013

Nama : Jessica Patricia Pangaribuan

NIM : 100100357

Pembimbing Penguji I

(dr. Dadik Wahyu Wijaya, Sp.An) (dr.Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes) NIP: 19680914 200801 1 013 NIP: 19690609 199903 2 001

Penguji II

(dr. H. Emil Azlin, Sp.A(K)) NIP: 140355822

Medan, Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome/SIRS). Sepsis berat merupakan sepsis disertai hipoperfusi atau hipotensi dan disfungsi organ.Keadaan sepsis berat sering terjadi dan berakibat fatal. Pasien mengalami kerusakan organ, terutama pada organ pernafasan, kardiovaskular, dan sistem neurologi. Hal tersebut menyebabkan peningkatan jumlah pasien yang harus dikirimkan ke Unit Perawatan Intensif. Tetapi data epidemologi sepsis berat masih sangat terbatas di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Mortalitas penderita sepsis berat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2012 sampai Juni 2013.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel penelitian ini diambil dengan cara total sampling dengan jumlah 58 sampel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2013. Dalam penelitian ini dilakukan pencatatan rekam medis, dikelompokkan kemudian diolah dengan menggunakan komputer.

Penelitian menunjukkan pasien sepsis berat di UPI yang pulang atau dipindahkan ke ruang rawat inap sebanyak 15 orang (25,9%), pasien meninggal <48jam sebanyak 17 orang (29,3%) , dan pasien meninggal >48 jam 26 orang (44,8%). Saluran pernafasan merupakan lokasi infeksi terbanyak yang didominasi oleh bakteri gram negatif yaitu Klebsiella pneumoniae.

Berdasarkan hasil penelitian mortalitas pasien sepsis berat di Unit Perawatan Intensif masih tinggi.

(5)

ABSTRACT

Sepsis is a systemic inflammatory response syndrome /SIRS. Severe sepsis defines as sepsis with hypotension or hypo-perfusion and organ dysfunction. Severe sepsis is frequently happen and fatal. The patient will get organ damage, especially in the respiratory organs, cardiovascular, and neurological system. These cause an increase in the number of patients who must be sent to Intensive Care Unit. The epidemiological data of severe sepsis is yet still very limited in developing countries. This study aims to look at the mortality of patients with severe sepsis who were treated in the Intensive Care Unit of Haji Adam Malik Hospital in Medan period July 2012 to June 2013.

This is a descriptive study. The subjects of this study are obtained with total sampling of 58 observations. This study is conducted on July 2013. This study collects data from medical records, grouped, and analyzes data using computer.

15 subjects (25,9%) of samples with severe sepsis in Intensive Care Unit were went home or moved into inpatient wards, 17 subjects (29,3%) of samples dead in the first 48 hours, 26 (44,8%) subjects of samples dead more than 48 hours. Infection was most frequently located in respiratory tract, dominated by Klebsiella pneumonia, a gram-negative bacteria

We found a high mortality rate of severe sepsis attended in the ICU.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dengan petunjuk dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini saya telah mendapat banyak bimbingan, pengarahan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KEGH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumate Utara.

2. dr. Dadik Wahyu Wijaya, Sp.An selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat memberikan bimbingan,

saran, motivasi serta semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

3. dr.Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes dan dr. H.Emil Azlin, Sp.A(K) selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan nasehat dalam penyempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. dr. M. Syahputra, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada saya.

5. Rasa cinta dan terima kasih saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, Leonard Pangaribuan dan Asrida Siahaan , beserta saudara saya, Natasha Pangaribuan, Sarah Pangaribuan dan Kezia Pangaribuan atas doa, perhatian dan dukungan sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

(7)

untuk melakukan penelitian ini.

7. Teman-teman seperjuangan saya, Monica Hutapea, Sufang, Rodinda Marsha, Kristin Sembiring, Stefanie Tarigan yang telah banyak membantu meluangkan waktu, pikiran dan tenaga mereka.

8. Sahabat-sahabat saya, Dwi Indrianni, Amanda Rizka, Dewi Arianna, Ivonne, Pepita Nesi Ginting, Stefani Hutagalung, Theresia Saragih, Sherylin Sirait, Benny, Pareza yang selalu memberikan dukungan dan doa selama masa perkuliahan.

9. Kepada seluruh pihak yang telah membantu saya dalam pengerjaan KTI ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, saya berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Desember 2013

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……....………... i

ABSTRAK ………...……….. ii

ABSTRACT …...……… iii

KATA PENGANTAR …...………. iv

DAFTAR ISI ...……… vi

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR SINGKATAN ………... .. x

DAFTAR LAMPIRAN ………..….. xi

BAB 1 PENDAHULUAN...………. 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ……….. 2

1.3. Tujuan Penelitian ………... 3

1.3.1. Tujuan Umum ……….. 3

1.3.2. Tujuan Khusus ………. 3

1.4. Manfaat Penelitian ………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………. 4

2.1.Sepsis .……….………... 4

2.1.1 Definisi ...…....……….………..……….... 4

2.1.2 Etiologi …...….…….……….. 5

2.1.3 Insidensi ……….. ….………... 6

2.1.4 Tanda dan Gejala ……...…………...………. 7

2.1.5 Diagnosis ………..………... 8

2.1.6 Penatalaksanaan ………..……….. 11

(9)

2.2.UPI/ICU ……….…... 13

2.3.Mortalitas Sepsis Berat di UPI/ICU ….…………....………….…… 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 19

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………..…………... 19

3.2. Defenisi Operasional …...………... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ……….……… 20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 20

4.2.1. Lokasi Penelitian ………. 20

4.2.2. Waktu Penelitian ………. 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 20

4.3.1. Populasi ………... 20

4.3.2. Sampel ………..………... 20

4.4. Metode Pengumpulan Data ………... 21

4.5. Metode Analisis Data ……… 21

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ………. 22

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 22

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ……… 22

5.2. Pembahasan ………... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ……… 28

6.2. Saran ……….. 28

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Terminologi dan Definisi Sepsis …………..……….….... 4

Tabel 2.2 Penyebab Umum Sepsis pada Orang Sehat ……….….. 5

Tabel 2.3 Penyebab Umum Sepsis pada Pasien yang Dirawat ………….…. 5

Tabel 2.4 Indikator Laboratorium Penderita Sepsis ……….. 10

Tabel 2.5 Prognosis Mortalitas di Emergency Department Sepsis (MEDS) . 12 Tabel 2.6 Prinsip dalam Menilai Masalah Etik di UPI ……….. 16

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Sampel ……….. 22

Tabel 5.2 Distribusi Usia Sampel ……… 23

Tabel 5.3 Distribusi Sumber Infeksi dari Sepsis Berat ……… 23

Tabel 5.4 Distribusi Hasil Pemeriksaan Kultur (Mikrobiologi) ………….. 24

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome ALT : Alanine Aminotransferase

APTT : Activated Partial Thromboplastin Time ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome AST : Aspartate Aminotransferase

CDC : Center for Disease Control

DIC : Disseminated Intravascular Coagulation DNR : Do Not Resuscitate

ICU : Intensive Care Unit

IV : Intravena

MEDS : Mortality in Emergency Department Sepsis PT : Prothrombin Time

UPI : Unit Perawatan Intensif RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

RSUPN : Rumah Sakit Umum Pusat Nasional

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Output SPSS

(14)

ABSTRAK

Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome/SIRS). Sepsis berat merupakan sepsis disertai hipoperfusi atau hipotensi dan disfungsi organ.Keadaan sepsis berat sering terjadi dan berakibat fatal. Pasien mengalami kerusakan organ, terutama pada organ pernafasan, kardiovaskular, dan sistem neurologi. Hal tersebut menyebabkan peningkatan jumlah pasien yang harus dikirimkan ke Unit Perawatan Intensif. Tetapi data epidemologi sepsis berat masih sangat terbatas di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Mortalitas penderita sepsis berat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2012 sampai Juni 2013.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel penelitian ini diambil dengan cara total sampling dengan jumlah 58 sampel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2013. Dalam penelitian ini dilakukan pencatatan rekam medis, dikelompokkan kemudian diolah dengan menggunakan komputer.

Penelitian menunjukkan pasien sepsis berat di UPI yang pulang atau dipindahkan ke ruang rawat inap sebanyak 15 orang (25,9%), pasien meninggal <48jam sebanyak 17 orang (29,3%) , dan pasien meninggal >48 jam 26 orang (44,8%). Saluran pernafasan merupakan lokasi infeksi terbanyak yang didominasi oleh bakteri gram negatif yaitu Klebsiella pneumoniae.

Berdasarkan hasil penelitian mortalitas pasien sepsis berat di Unit Perawatan Intensif masih tinggi.

(15)

ABSTRACT

Sepsis is a systemic inflammatory response syndrome /SIRS. Severe sepsis defines as sepsis with hypotension or hypo-perfusion and organ dysfunction. Severe sepsis is frequently happen and fatal. The patient will get organ damage, especially in the respiratory organs, cardiovascular, and neurological system. These cause an increase in the number of patients who must be sent to Intensive Care Unit. The epidemiological data of severe sepsis is yet still very limited in developing countries. This study aims to look at the mortality of patients with severe sepsis who were treated in the Intensive Care Unit of Haji Adam Malik Hospital in Medan period July 2012 to June 2013.

This is a descriptive study. The subjects of this study are obtained with total sampling of 58 observations. This study is conducted on July 2013. This study collects data from medical records, grouped, and analyzes data using computer.

15 subjects (25,9%) of samples with severe sepsis in Intensive Care Unit were went home or moved into inpatient wards, 17 subjects (29,3%) of samples dead in the first 48 hours, 26 (44,8%) subjects of samples dead more than 48 hours. Infection was most frequently located in respiratory tract, dominated by Klebsiella pneumonia, a gram-negative bacteria

We found a high mortality rate of severe sepsis attended in the ICU.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepsis adalah penyakit sistemik yang dicetuskan oleh infeksi bakteri atau jamur ditandai dengan beberapa hal meliputi bukti infeksi pada pasien, demam atau hipertermi, leukositosis atau leukopenia, takikardia dan takipnea (Opal, 2012). Berbagai definisi tentang sepsis, namun definisi yang digunakan saat ini di klinik adalah definisi yang ditetapkan dalam consensus American College of Chest Physician dan Society of Critical Care Medicine pada tahun 1992 yang mendefnisikan sepsis sebagai sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome/SIRS), sepsis berat dan syok/renjatan sepsis

(Chen et.al, 2009).

Sepsis masih merupakan penyebab kematian utama pada kasus kritis di berbagai penjuru dunia (Nasronudin, 2007).Tingginya kejadian dan problema infeksi yang biasanya dikaitkan dengan keadaan negara berkembang atau tempat dengan higienitas kurang, ternyata tidak seluruhnya benar. Data dari Center for Disease Control (CDC) menunjukkan bahwa insiden sepsis meningkat ±8,7%

setiap tahun, dari 164.000 kasus (83 per 100.000 populasi) pada tahun 1979 menjadi 660.000 kasus (240 kasus per 100.000 populasi) pada tahun 2000. Sepsis merupakan penyebab kematian nomor 11 dari seluruh penyebab kematian (Suharto, 2007). Di Amerika Serikat juga yang merupakan negara maju, kematian akibat sepsis setiap tahun mencapai 70.000 orang. Kira-kira 500.000 kasus baru mengalami sepsis dimana kematiannya mencapai 35% (Kuntaman, 2007). Angka kematian ini cenderung naik dan kini menempati urutan ke-10 penyebab kematian di Amerika Serikat (Shapiro et. al,2010).

(17)

penurunan kesadaran, oliguria, dan asidosis meta bolik (Moss et.al, 2012).

Keadaan sepsis berat sering terjadi dan bisa berakibat fatal (Kumar et.al,2011). Seperti penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat jumlah penderita sepsis berat yang dirawat meningkat dari 143 dari 100.000 pasien pada tahun 2000 menjadi 343 dari 100.000 pasien pada tahun 2007 dengan peningkatan rata-rata 16,5% setiap tahun. Sepanjang tahun 2000-2007 peningkatan kejadian sepsis berat cukup konsisten dan angka kematian tidak berbeda pada penderita laki-laki dan perempuan (Shen et. al,2010) oleh karena itu dapat disimpulkan kematian akibat sepsis berat tidak bergantung dengan jenis kelamin penderita (Wichmann et. al,2000). Peningkatan kejadian sepsis berat terjadi pada pasien berumur tua (>65 tahun) (Kumar et all,2011). Tetapi data epidemologi sepsis berat masih sangat terbatas di negara berkembang (Shen et. al,2010).

Selama periode 1997-2006 pada penelitian yang dilakukan di Taiwan, pasien mengalami kerusakan organ, terutama pada organ pernafasan, kardiovaskular, dan sistem neurologi. Hal tersebut menyebabkan peningkatan jumlah pasien yang harus dikirimkan ke UPI (Shen et. al,2010).

Dari latar belakang, sangat penting untuk mengetahui mortalitas penderita sepsis berat yang dirawat di unit perawatan intensif RSUP H.Adam Malik Medan periode Juli 2012-Juni 2013 karena dari penelitian sebelumnya tampak kejadian sepsis berat terus meningkat dan berakibat fatal, oleh karena itu penting bagi kita melakukan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan koreksi dalam penatalaksanaan sepsis berat untuk menurunkan mortalitas.

1.2. Rumusan Masalah

(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui mortalitas penderita sepsis berat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2012 - Juni2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian sepsis berat yang dirawat di Unit Perwatan Intensuf RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Mengetahui distribusi penyakit yang menyebabkan sepsis berat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Bagi institusi rumah sakit, penelitian ini dapat bermanfaat untuk 1.1. Evaluasi menyeluruh penatalaksanaan intensif penderita sepsis berat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif.

1.2. Memberikan informasi angka kejadian sepsis berat di Unit Perawatan Intensif dalam kaitannya dengan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi angka kejadian dan mortalitas pasien sepsis berat di Unit Perawatan Intensif RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat untuk 3.1. Menambah wawasan tentang sepsis berat.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sepsis

2.1.1. Defenisi

Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses inflamasi. Berbagai definisi sepsis telah diajukan, namun definisi yang saat ini digunakan di klinik adalah definisi yang ditetapkan dalam consensus American College of Chest Physician dan Society of Critical Care Medicine pada tahun 1992 yang mendefinisikan sepsis, sindroma respon inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome / SIRS), sepsis berat, dan syok/renjatan septik (Chen et.al,2009).

Tabel 2.1. Terminologi dan Definisi Sepsis

Sindroma respons inflamasi sistemik (SIRS: systemic inflammatory response

syndrome) Respon tubuh terhadap inflamasi sistemik mencakup 2 atau lebih keadaan berikut:

suhu >38°C atau <36°C

frekuensi jantung >90 kali/menit

frekuensi nafas >20 kali/menit atau PaCO2 <32 mmHg

leukosit darah >12.000/mm3, <4.000/mm3 atau batang >10%

Sepsis

Keadaan klinis berkaitan dengan infeksi dengan manifestasi SIRS.

Sepsis berat

Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi termasuk asidosis laktat, oliguria, dan penurunan kesadaran.

Ranjatan septik

Sepsis dengan hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi cairan secara adekuat atau memerlukan vasopressor untuk mempertahaankan tekanan darah dan perfusi organ.

(20)

2.1.2. Etiologi

Sepsis merupakan respon terhadap setiap kelas mikroorganisme. Dari hasil kultur darah ditemukan bakteri dan jamur 20-40% kasus dari sepsis. Bakteri gram negatif dan gram positif merupakan 70% dari penyebab infeksi sepsis berat dan sisanya jamur atau gabungan beberapa mikroorganisme. Pada pasien yang kultur darahnya negatif, penyebab infeksi tersebut biasanya diperiksa dengan menggunakan kultur lainnya atau pemeriksaan mikroskopis (Munford, 2008). Penelitian terbaru mengkonfirmasi bahwa infeksi dengan sumber lokasi saluran pernapasan dan urogenital adalah penyebab paling umum dari sepsis (Shapiro, 2010)

Tabel 2.2. Penyebab Umum Sepsis pada Orang Sehat Sumber lokasi Mikroorganisme

Kulit Staphylococcus aureus dan gram positif bentuk cocci lainnya

Saluran kemih Eschericia coli dan gram negatif bentuk batang lainnya

Saluran pernafasan Streptococcus pneumonia

Usus dan kantung empedu Enterococcus faecalis, E.coli dan gram negative bentuk batang lainnya, Bacteroides fragilis

Organ pelvis Neissseria gonorrhea,anaerob Sumber: Moss et.al,2012

Tabel 2.3.Penyebab Umum Sepsis pada Pasien yang Dirawat Masalah klinis Mikroorganisme

Pemasanagan kateter Escherichia coli, Klebsiella spp., Proteus spp., Serratia spp., Pseudomonas spp.

Penggunaan iv kateter Staphylococcus aureus,

(21)

Setelah operasi: Wound infection

Deep infection

Staph. aureus, E. coli,

anaerobes(tergantung lokasinya) Tergantung lokasi anatominya

Luka bakar coccus gram-positif, Pseudomonas spp., Candida albicans

Pasien immunocompromised Semua mikroorganisme diatas Sumber: Moss et.al,2012

2.1.3. Insidensi

Sepsis adalah penyakit yang berkontribusi pada lebih dari 200.000 kematian pertahun di Amerika Serikat. Insideni sepsis, sepsis berat dan syok septik meningkat selama 20 tahun terakhir, dan jumlah kasus >700.000 per tahun (3 per 1000 penduduk). Sekitar dua pertiga kasus terjadi pada pasien dengan penyakit terdahulu. Kejadian sepsis dan angka kematian meningkat pada penderita usia lanjut dan sudah adanya komorbiditas sebelumnya. Meningkatnya insiden sepsis berat di Amerika Serikat disebabkan oleh usia penduduk, meningkatnya pasien usia lanjut menyebabkan meningkatnya pasien dengan penyakit kronis, dan juga akibat berkembangnya sepsis pada pasien AIDS. Meluasnya penggunaan obat antimikroba, obat imunosupresif, pemakaian kateter jangka panjang dan ventilasi mekanik juga berperan. Infeksi bakteri invasif adalah penyebab kematian yang paling sering di seluruh dunia, terutama pada kalangan anak-anak (Munford, 2008).

(22)

terbaru menunjukkan bahwa Amerika Afrika memiliki insiden yang lebih tinggi dari sepsis berat dibandingkan kulit putih (6 banding 3,6 per 1000 penduduk) dan angka kematian yang tinggi di UPI (32.1%) (Russell, 2012).

2.1.4. Tanda dan Gejala

Manifestasi dari respon sepsis biasanya ditekankan pada gejala dan tanda-tanda penyakit yang mendasarinya dan infeksi primer. Tingkat di mana tanda-tanda dan gejala berkembang mungkin berbeda dari pasien dan pasien lainnya, dan gejala pada setiap pasien sangat bervariasi. Sebagai contoh, beberapa pasien dengan sepsis adalah normo-atau hipotermia, tidak ada demam paling sering terjadi pada neonatus, pada pasien lansia, dan pada orang dengan uremia atau alkoholisme (Munford, 2008).

Pasien dalam fase awal sepsis sering mengalami cemas, demam, takikardi, dan takipnea (Dasenbrook & Merlo, 2008). Tanda-tanda dari sepsis sangat bervariasi. Berdasarkan studi, demam (70%), syok (40%), hipotermia (4%), ruam makulopapular, petekie, nodular, vesikular dengan nekrosis sentral (70% dengan meningococcemia), dan artritis (8%). Demam terjadi pada <60% dari bayi dibawah 3 bulan dan pada orang dewasa diatas 65 tahun (Gossman & Plantz, 2008). Infeksi menjadi keluhan utama pada pasien (Hinds et.al,2012). Perubahan status mental yang tidak dapat dijelaskan (LaRosa, 2010) juga merupakan tanda dan gejala pada sepsis. Adanya tanda dan gejala disseminated intravascular coagulation (DIC) meningkatkankan angka mortalitas (Saadat,

2008).

(23)

Diagnosis sepsis sering terlewat, khususnya pada pasien usia lanjut yang tanda-tanda klasik sering tidak muncul. Gejala ringan, takikardia dan takipnea menjadi satu-satunya petunjuk, Sehingga masih diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yang dapat dikaitkan dengan hipotensi, penurunan output urin, peningkatan kreatinin plasma, intoleransi glukosa dan lainnya (Hinds et.al,2012).

2.1.5. Diagnosis

Tindakan tes diagnostik pada pasien dengan sindrom sepsis atau dicurigai sindrom sepsis memiliki dua tujuan. Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi infeksi dan juga menentukan tingkat keparahan infeksi untuk membantu dalam memfokuskan terapi (Shapiro et.al,2010).

Bila pasien mengalami penurunan kesadaran, sebelum evaluasi diagnostik dimulai lakukan penilaian awal dari pasien yang sakit perhatikan jalan nafas (perlu untuk intubasi), pernapasan (laju pernafasan, gangguan pernapasan, denyut nadi), sirkulasi (denyut jantung, tekanan darah, tekanan vena jugularis, perfusi kulit), dan inisiasi cepat resusitasi (Russell, 2012). Kemudian dilakukan anamnesis riwayat penyakit dan juga beberapa pemeriksaan fisik untuk mencari etiologi sepsis.

Sistem pernapasan adalah sumber yang paling umum infeksi pada pasien sepsis. Riwayat batuk produktif, demam, menggigil, gejala pernapasan atas, masalah tenggorokan dan nyeri telinga harus dicari. Kedua, adanya pneumonia dan temuan takipnea atau hipoksia telah terbukti merupakan alat prediksi kematian pada pasien dengan sepsis. Pemeriksaan fisik juga harus mencakup evaluasi rinci untuk infeksi fokal, misalnya tonsilitis eksudatif, nyeri pada sinus, injeksi membran timpani, dan ronki atau dullness pada auskultasi paru.

(24)

kesan sumber umum infeksi atau penyakit tanda Murphy menunjukkan kolesistitis, nyeri pada titik McBurney menunjukkan usus buntu, nyeri kuadran kiri bawah menunjukkan divertikulitis, dan pemeriksaan rektal mengungkapkan abses rektum atau prostatitis.

Sistem neurologis diperiksa dengan mencari tanda-tanda meningitis, termasuk kaku kuduk, demam, dan perubahan kesadaran. Pemeriksaan neurologis terperinci adalah penting. Letargi atau perubahan mental mungkin menunjukkan penyakit neurologis primer atau hasil dari penurunan perfusi otak dari keadaan shock.

Riwayat urogenital termasuk pertanyaan mengenai adanya nyeri pinggang, disuria, poliuria, discharge, pemasangan kateter, dan instrumentasi urogenital. Riwayat seksual untuk menilai resiko penyakit menular seksual. Alat kelamin juga harus diperiksa untuk melihat apakah ada bisul, discharge, dan lesi penis atau vulva. Pemeriksaan dubur harus dilakukan, menentukan ada nyeri, pembesaran prostat, konsisten dengan prostatitis. Nyeri adneksa pada wanita berpotensi abses tuba-ovarium.

Riwayat muskuloskeletal adanya gejala ke sendi tertentu. Kemerahan, pembengkakan, dan sendi terasa hangat, terutama jika ada berbagai penurunan kemampuan gerak sendi, mungkin tanda-tanda sepsis arthritis dan mungkin arthrocentesis. Pasien harus benar-benar terbuka dan kulit diperiksa untuk melihat selulitis, abses, infeksi luka, atau trauma. Luka yang mendalam, benda asing sulit untuk mengidentifikasi secara klinis. Petechiae dan purpura merupakan infeksi Neisseria meningitidis atau DIC. Ruam seluruh tubuh merupakan eksotoksin dari pathogen seperti Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes (Shapiro et.al,2010).

(25)

Tabel 2.4.Indikator Laboratorium Penderita Sepsis Pemeriksaan

Laboratorium

Temuan Uraian

Hitung leukosit Leukositosis atau leukopenia Endotoxemia menyebabkan leukopenia

Hitung trombosit Trombositosis atau trombositopenia

Peningkatan jumlahnya diawal menunjukkan respon fase akut; penurunan jumlah trombosit menunjukkan DIC Kaskade

koagulasi

Defisiensi protein C; defisiensi antitrombin; peningkatan D-dimer;

pemanjangan PT dan PTT

Abnormalitas dapat diamati sebelum kegagalan organ dan tanpa pendarahan

Kreatinin Peningkatan kreatinin Indikasi gagal ginjal akut Asam laktat As.laktat>4mmol/L(36mg/dl) Hipoksia jaringan

Enzim hati Peningkatan alkaline phosphatase, AST, ALT, bilirubin

Gagal hepatoselular akut disebabkan hipoperfusi

Serum fosfat Hipofosfatemia Berhubungan dengan level cytokin proinflammatory C-reaktif protein

(CRP)

Meningkat Respon fase akut

Procalcitonin Meningkat Membedakan SIRS dengan atau tanpa infeksi

Sumber:LaRosa,2010

(26)

2.1.6. Penatalaksanaan

Menurut Opal (2012), penatalaksanaan pada pasien sepsis dapat dibagi menjadi :

1. Nonfarmakologi

Mempertahankan oksigenasi ke jaringan dengan saturasi >70% dengan melakukan ventilasi mekanik dan drainase infeksi fokal.

2. Sepsis Akut

Menjaga tekanan darah dengan memberikan resusitasi cairan IV dan vasopressor yang bertujuan pencapaian kembali tekanan darah >65 mmHg, menurunkan serum laktat dan mengobati sumber infeksi.

a. Hidrasi IV, kristaloid sama efektifnya dengan koloid sebagai resusitasi cairan.

b. Terapi dengan vasopresor (mis., dopamin, norepinefrin, vasopressin) bila rata-rata tekanan darah 70 sampai 75 mm Hg tidak dapat dipertahankan oleh hidrasi saja. Penelitian baru-baru ini membandingkan vasopresin dosis rendah dengan norepinefrin menunjukkan bahwa vasopresin dosis rendah tidak mengurangi angka kematian dibandingkan dengan norepinefrin antara pasien dengan syok sepsis.

c. Memperbaiki keadaan asidosis dengan memperbaiki perfusi jaringan dilakukan ventilasi mekanik ,bukan dengan memberikan bikarbonat.

d. Antibiotik diberikan menurut sumber infeksi yang paling sering sebagai rekomendasi antibotik awal pasien sepsis. Sebaiknya diberikan antibiotik spektrum luas dari bakteri gram positif dan gram negative.cakupan yang luas bakteri gram positif dan gram negative (atau jamur jika terindikasi secara klinis).

(27)

3. Sepsis kronis

Terapi antibiotik berdasarkan hasil kultur dan umumnya terapi dilanjutkan minimal selama 2 minggu.

2.1.7. Prognosis

Dokter harus mengidentifikasi tingkat keparahan penyakit pada pasien dengan infeksi dan memulai resusitasi agresif bagi pasien dengan potensi tinggi untuk menjadi kritis. Meskipun pasien telah memenuhi kriteria SIRS, ini sendiri hanya mampu memberikan sedikit prediksi dalam menentukan tingkat keparahan penyakit dan mortalitas. Angka Mortalitas di Emergency Department Sepsis (MEDS) telah membuat skor sebagai metode untuk mengelompokkan resiko mortalitas pasien dengan sepsis. Skor total dapat digunakan untuk menilai risiko kematian. Jadi, semakin besar jumlah faktor risiko, semakin besar kemungkinan pasien meninggal selama di ICU/UPI (Shapiro et.al,2010)

Tabel 2.5.Prognosis Mortalitas di Emergency Department Sepsis (MEDS)

Faktor resiko Skor MEDS

Penyakit terminal (kemungkinan kematian dalam 30 hari)

6 poin

Takipnea dan hipoksia 3 poin

Syok Sepsis 3 poin

Trombosit <150.000/min3 3 poin

Bands >5% 3 poin

Umur >65 tahun 3 poin

Pneumoniae 2 poin

Pasien panti jompo 2 poin Perubahan status mental 2 poin

(28)

Sangat rendah 0-4 (1,1%)

Rendah 5-7 (4,4%)

Sedang 8-12 (9,3%)

Tinggi 13-15 (16,1%)

Sangat tinggi >15 (39%) Sumber: Shapiro et.al,2010

2.2. UPI/ICU

Unit Perawatan Intensif adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan juga terapi pasien, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. UPI menyediakan kemampuan, sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut (Menkes,2010).

Unit perawatan intensif harus mudah diakses oleh departemen darimana pasien dirawat dan dekat dengan departemen yang berbagi layanan. Sangat diharapkan pasien yang mengalami sakit kritis, orang-orang yang membutuhkan perawatan koroner atau perawatan ketergantungan tinggi terhadap penggunaan alat bantu dipisahkan karena pasien seperti ini sangat membutuhkan lingkungan yang tenang.

Perawatan intensif telah berkembang sampai hari ini, tenaga kesehatan di Unit perawatan intensif harus mendedikasikan sesi konsultan untuk kegiatan manajemen, pengajaran dan audit. Sesi ini harus dibagi antara beberapa spesialis perawatan intensif. Selain itu, spesialis perawatan intensif harus didukung oleh dokter yang sedang dalam pelatihan yang dapat memberikan waktu 24 jam per hari sesuai giliran dan juga perawat. (Singer & Webb, 2005).

Menurut Menkes (2010) pasien yang dirawat di UPI adalah:

(29)

b. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan dan metode terapi titrasi.

c. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.

Pedoman ukuran UPI sangatlah dibutuhkan yaitu jumlah tempat tidur perawatan intensif tergantung pada aktivitas rumah sakit dan tempat tidur yang dibutuhkan untuk spesialisasi regional seperti operasi kardiotoraks atau bedah saraf. Unit dikatakan sangat kecil (<6 tempat tidur) atau sangat besar (> 14 tempat tidur) memang lebih sulit dalam pengelolahan tapi bisa lebih banyak menerima pasien baru (Singer & Webb, 2005). Bila kebutuhan masuk UPI melebihi tempat tidur yang tersedia, Kepala UPI menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik,pasien mana yang akan dirawat di UPI. Prosedur untuk melakasanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara terperinci (Menkes,2010).

1. Kriteria masuk

UPI memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke UPI :

a. Pasien prioritas 1 (satu)

(30)

umumnya tidak mempunyai batas.

b. Pasien prioritas 2 (dua)

Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di UPI, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

c. Pasien prioritas 3 (tiga)

Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di UPI pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

d. Pengecualian

Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala UPI, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari UPI agar fasilitas UPI yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:

(31)

Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di UPI untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.

2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.

3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti itu dapat dimasukkan ke UPI untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor organ.

2. Kriteria keluar

Prioritas pasien dipindahkan dari UPI berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala UPI dan tim yang merawat pasien.

3. Pengkajian ulang kerja

Setiap UPI hendaknya membuat peraturan dan prosedur-prosedur masuk dan keluar, standar perawatan pasien, dan kriteria outcome yang spesifik. Kelengkapankelengkapan ini hendaknya dibuat oleh tim UPI di bawah supervisi komite medik, dan hendaknya dikaji ulang dan diperbaiki seperlunya berdasarkan keluaran pasien (outcome) dan pengukuran kinerja yang lain. Kepatuhan terhadap ketentuan masuk dan keluar harus dipantau oleh komite medik.

Prinsip-prinsip yang tercantum dalam Tabel 2.6 menunjukkan beberapa kerangka kerja untuk menilai masalah etik di UPI. Namun, konflik sering muncul karena pasien sering tidak dapat berpartisipasi langsung dalam membuat keputusan terhadap perawatannya sendiri, banyak anggota keluarga terlibat. Pendapat hukum baru-baru ini mendukung konsep bahwa yang pasien yang kompeten dapat menolak terapi. Pengambilan keputusan terhadap pasien yang tidak kompeten lebih kontroversial (Peters, 2008).

Tabel 2.6. Prinsip dalam Menilai Masalah Etik di UPI

Beneficence-bertindak untuk kepentingan pasien dengan menopang kehidupan,

mengobati penyakit, dan menghilangkan rasa sakit Nonmaleficence-tidak merugikan

(32)

Informed consent-memberikan informasi faktual dan memadai kepada pasien

yang berkompeten untuk membuat keputusan tentang perawatan mereka

Substituted judgement-kemampuan anggota keluarga, wali, atau pengganti lain

untuk membuat keputusan atas nama pasien pada dasar apa yang dia percaya pasien akan memilih jika kompeten

Social justice-alokasi sumber daya medis sesuai dengan kebutuhan

Advance directives- diberikan kebebasan kepada pasien sehubungan dengan

pengobatan tetapi jika mereka dianggap sakit parah dan tidak lagi mampu untuk berpartisipasi dalam keputusan biasanya ada ketentuan atau permintaan penolakan lifesupport spesifik dan mengganti pembuat keputusan

Sumber : (Peters, 2008)

2.3. Mortalitas Sepsis Berat di UPI/ICU

Dalam menentukan insidensi dan mortalitas dari sepsis berat yang terjadi di Unit Perawatan Intensif (UPI) atau Intensive Care Unit (ICU) beberapa orang telah melakukan penelitian sebelumnya dan menemuka tingginya tingkat kejadian dan mortalitas sepsis berat yang dirawat di UPI/ICU. Beberapa penelitian tersebut ialah :

1. Sepuluh tahun sebelum penelitian yang dilakukan oleh Buisson et. al (2004) ada 8,45% pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif (UPI) Prancis yang merupakan pasien sepsis berat dan 56% nya mengalami kematian di UPI. Pada saat penilitian tercatat 14,6% pasien menunjukan gejala sepsis berat dan 30% membutuhkan UPI. Selama 30 hari dirawat di ICU 35% pasien meninggal; setelah 2 bulan 41,9% dan sisanya tetap dibawah perawatan rumah sakit. Kesimpulan dari penilitian ini menyatakan bahwa terjadi peningkatan selama beberapa dekade tetapi angka kematian mulai menurun dikarenakan penangan sepsis yang meningkat.

(33)

11,8% dari jumlah pasien yang dirawat di UPI. 26,5% pasien meninggal di ruangan UPI, 34,2% pasien meninggal setelah didiagnosa sepsis berat selama 28 hari (Finfer et.al,2004).

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

[image:34.595.120.503.299.356.2]

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penilitian

3.2. Definisi operasional

1. Sepsis berat adalah sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi, oliguria, hipoksia, dan penurunan tingkat kesadaran sesuai diagnosa dari rekam medis yang ada di Unit Perawatan Intesif RSUP Haji Adam Malik Medan 2012-2013.

2. Mortalitas adalah angka rata-rata kematian pada penderita sepsis berat. a. Cara pengukuran mortalitas adalah dengan analisis data rekam medik

mengenai pasien sepsis berat.

b. Alat ukur yang digunakan adalah data rekam medis yang menunjukkan kejadian sepsis berat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif.

c. Hasil pengukuran yang diperoleh adalah angka kejadian meninggal atau tidaknya penderita sepsis berat dengan skala pengukuran berupa skala nominal.

Penderita Sepsis Berat di Unit Perawatan Intensif

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu didapatkan data mortalitas penderita sepsis berat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP Haji Adam Malik Medan periode Juli 2012-Juni 2013.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. 4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah penderita sepsis berat dari bulan Juli 2012 sampai Juni 2013 di Unit Perawatan Intensif Dewasa RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penilitian ini adalah:

Kriteria inklusi:

(36)

Kriteria eksklusi

a. Pasien dengan indikasi masuk UPI sebagai pasien pengecualian (pada tinjauan pustaka hal.15)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data rekam medik penderita sepsis berat. Data dikumpulkan kemudian diolah dan dikelompokkan sesuai meninggal atau tidaknya.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan Sub Bagian Rekam Medis yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No.17, Medan. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.355/Menkes/SK/VII/1990.

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit Rujukan Wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau sehingga diharapkan populasi yang didapatkan akan lebih representative untuk jangkauan daerah Sumatera Utara.RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.502/Menkes/SK/IX/1991. RSUP H. Adam Malik ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan dan melakukan kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

[image:37.595.106.506.645.738.2]

Dibawah ini akan dijelaskan distribusi dari jenis kelamin, usia , sumber infeksi, hasil pemeriksaan kultur atau laboratorium dan mortalitas dari sampel

Tabel 5.1. Distribusi Jenis Kelamin Sampel

Jenis Kelamin Jumlah (n) %

Laki-laki 22 37.9

Perempuan 36 62.1

(38)
[image:38.595.109.512.216.407.2]

Pada tabel 5.1 ditunjukkan bahwa jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 58 orang yaitu laki-laki sebanyak 22 orang (37,9%) dan perempuan sebanyak 36 orang (62,1%).

Tabel 5.2. Distribusi Usia Sampel

Usia (tahun) Jumlah (n) %

16 – 25 6 10.3

26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 66 – 75 76 – 85

14 11 9 13 2 3 24.1 19 15.5 22.4 3.4 5.2

Total 58 100

Pada tabel 5.2. ditunjukkan bahwa sampel penelitian berusia antara 16 – 85 tahun dengan presentase usia tertinggi 26 – 35 tahun sebanyak 14 orang (24,1%).

Tabel 5.3 Distribusi Sumber Infeksi dari Sepsis Berat

Penyakit Penyebab Jumlah (n) %

Infeksi saluran pernafasan 42 72.4

Infeksi intra abdominal 7 12.1

Infeksi saluran kemih 2 3.4

Lainnya (kulit, kelenjar getah bening, sistem saraf) 7 12.1

Total 58 100

Pada tabel 5.3. dapat disimpulkan bahwa dari 58 sampel sumber infeksi sepsis

berat terbanyak adalah infeksi saluran pernafasan sebanyak 42 orang (72,4%)

[image:38.595.108.517.509.644.2]
(39)
[image:39.595.117.508.129.465.2]

Tabel 5.4. Distribusi Pemeriksaan Berdasarkan Hasil Kultur (Mikrobiologi)

Hasil Pemeriksaan Jumlah (n) %

Hasil Kultur (+) Gram positif Streptococcus pneumonia Staphylococcus aureus Staphylococcus haemolyticus Enterococcus faecium Clostridium Tetani Gram negatif Klebsiella pneumonia Acinetobacter baumanni Eschericia coli Pseudomonas aeruginosa Spingomonas paucimobilis

Hasil Kultur (-)

6 4 2 2 2 8 6 5 4 1 18 10.3 6.9 3.4 3.4 3.4 13.8 10.3 8.6 6.9 1.7 31

Total 58 100

Pada tabel 5.4. ditunjukkan bahwa bakteri mayor penyebab sepsis berat terdiri dari kelompok gram positif yaitu Streptococcus pneumonia berjumlah 6 orang (10,3%) dan kelompok gram negatif yaitu Klebsiella pneumonia sebanyak 8 orang (13,8%). Dimana penderita dengan hasil kultur negatif sebanyak 18 orang.

Tabel 5.5. Distribusi Mortalitas Sampel

Mortalitas Jumlah (n) %

Pulang / Pindah ke ruangan Meninggal

15 25.9

Meninggal <48 jam Meninggal >48 jam

17 26

29.3 44.8

[image:39.595.109.507.612.742.2]
(40)

Pada tabel 5.5. ditunjukkan bahwa pasien yang pulang/pindah ke ruangan sebanyak 15 orang (25,9%), pasien yang meninggal <48 jam sebanyak 17 orang (29,3%) dan pasien yang meninggal >48 jam sebanyak 26 orang (44,8%).

5.2. Pembahasan

Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, diperoleh 58 sampel penderita sepsis berat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif. Proporsi penderita sepsis berat berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu berjumlah 36 orang (62,1%) dibandingkan laki-laki yaitu 22 orang (37,9%) tetapi perbedaan ini tidak cukup signifikan sama seperti penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Widodo (2004) di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan terdapatnya distrubusi sepsis yang proporsional atau sebanding menurut jenis kelamin. Penelitian juga dilakukan di RSUD Dr Soetomo Surabaya yang menyatakan komposisi jenis kelamin hampir sama banyaknya antara penderita wanita dan penderita laki-laki (Irawan et.al, 2012).

Berdasarkan data yang didapatkan, penderita sepsis berat terbanyak ada pada kelompok usia 26 - 35 tahun (24,1%.). Kemudian diikuti kelompok usia 56-65 tahun yaitu 22,4% dari jumlah total penderita sepsis berat yang dirawat. Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dr Shen (2010) dengan mengambil data dari the Bureau of National Health Insurance selama 10 tahun tampak insidensi sepsis berat meningkat sesuai dengan peningkatan umur. Adanya ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh umur penderita yang dirawat sebagian besar adalah pasien dengan usia produktif dan perbedaan operasional berdasarkan jumlah penderita dimana hal ini dapat mempengaruhi hasil penelitian pada presentase akhirnya. Tetapi untuk tingkat keparahan dari sepsis itu sendiri Widodo (2004) menyatakan tidak ada hubungan yang ditemukan antara umur dan keparahan sepsis karena ada banyak faktor yang mengambil peran terhadap perkembangan sepsis pada orang muda, seperti penyakit kronis dan kondisi imun rendah.

(41)

terbanyak di UPI yang berjumlah 42 orang dari 58 pasien sepsis berat yang dirawat diikuti infeksi intra abdominal (12,1) dan lainnya seperti kulit, kelenjar getah bening, saraf sebanyak 7 orang (12,1%). Dr Shen (2010), menyatakan bahwa lokasi infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru. Hal ini juga signifikan dengan pernyataan Gao (2005) bahwa sumber utama infeksi berasal dari bagian dada dan intra abdomen. Pada penelitian yang dilakukannya di Inggris dijumpai setengah dari penderita sepsis berat merupakan penderita pneumonia. Diperkuat dengan penelitian Widodo (2004) yang menyatakan sumber infeksi penyebab sepsis tersering dari paru-paru yaitu pneumonia, kulit dan jaringan lunak, abdomen, dan saluran kemih.

Berdasarkan data yang didapatkan mikroorganisme penyebab sepsis berat terbanyak pada Juli 2012 sampai Juni 2013 adalah Klesbsiella pneumoniae yaitu 13,8% diikuti dengan Acinetobacter baumanni (10,3%) dan Streptococcus pneumonia (10,3%). Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa bakteri gram negatif lebih mendominasi dibandingkan bakteri gram positif. Widodo (2004) menyatakan dari profil mikrobiologi yang diperoleh dalam penelitiannya, bakteri Gram negatif masih lebih sering ditemukan dibanding bakteri Gram positif. Bakteri Gram negatif yang ditemukan umumnya disebabkan infeksi nosokomial, seperti Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter dan infeksi E. coli.

Data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini, menunjukkan pasien sepsis berat yang pulang atau dipindahkan ke ruangan rawat inap sebanyak 15 orang (25,9%) dan pasien yang meninggal berjumlah 43 orang (74,1%) terdiri dari 17 orang pasien meninggal <48jam dan 26 orang pasien meninggal > 48 jam. Dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan di China pasien sepsis berat meninggal setelah 28 hari dirawat di UPI sebanyak 44,7% (Cheng et.al,2007), mortalitas penderita sepsis berat dari data yang didapatkan masih lebih tinggi.

(42)
(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian, maka kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Mortalitas penderita sepsis berat di RSUP Haji Adam Malik Medan Juli 2012 – Juni 2013 yaitu 29,3% pasien yang meninggal <48 jam, 44,8% pasien yang meninggal >48jam, dan 25,9% pasien pulang atau dipindahkan ke ruangan.

2. 72,4% pasien yang mengalami sepsis berat menderita infeksi saluran

pernafasan.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan, RSUP H.Adam Malik Medan diharapkan dapat mengevaluasi juga meningkatkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk penanganan pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif.

2. RSUP H. Adam Malik Medan diharapkan meningkatkan kualitas data rekam medis agar lengkap dan mempermudah peneliti dan tenaga medis lainnya untuk melakukan pengamatan bagi pasien tersebut seperti hasil pemeriksaan mikrobiologi.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Angus, D.C., and Wax, R.S., 2001. Epidemiology of Sepsis: An Update. Critical Care Medicine. 29 (7): 109-116.

Buisson, B., Meshaka, P., Pinton, P., Vallet, B., 2004. A Reappraisal of The Epidemiology and Outcome of Severe Sepsis in French Intensive Care Unit. Intensive Care Medicine. 30 (4): 580-588.

Chen, K., and Pohan, H.T., 2009. Penatalaksanaan Syok Septik. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing, 252-256.

Cheng, et al., 2007. Epidemiology of severe sepsis in critically ill surgical patients in ten university hospitals in China. Crit Care Med. 35 : 2538–2546.

Dasenbrook, E., and Merlo, C., 2008. Critical Care. In: Le, T., Hong, P.C., and Baudendistel, T.E., ed. First Aid for The Internal Medicine Boards. 2nd ed. USA: Mc Graw Hill, 157-159.

Finfer, S., Bellomo, R., Lipman, J., French, C., Dobb, G., Myburgh, J., 2004. Adult-Population Incidence of Severe Sepsis in Australian and New Zealand Intensive Care Unit. Intensive Care Medicine. 30 (4): 589-596.

Gao, F., Melody. T., Daniels, F.D., Giles, S., Fox, S., 2005. The impact of compliance with 6-hour and 24-hour sepsis bundles on hospital mortality in patients with severe sepsis: a prospective observational study. Critical Care. 9(6): R764–R770.

(45)

Irawan et al., 2012. Profil Penderita Sepsis Akibat Bakteri Penghasil ESBL. J Peny Dalam. 13 : 63-68

Kumar et al., 2011. Nationwide Trends of Severe Sepsis in the 21st Century (2000-2007). Chest Journal. 140 (5): 1232-1242.

LaRosa, S.P., 2010. Sepsis. In: Gordon, S., ed. Current Clinical Medicine. 2nd ed. Philadelphia: Saunders Elsevier, 720-725.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. Available from: http://www.perdici.org/wp-content/uploads/Pedoman-ICU.pdf [Accessed 13 April 2013 ].

Moss, P.J., Langmead, L., Preston, S.L., Hinds, C.J., Watson, D., Pearse, R.M., 2012. Kumar and Clark’s Clinical Medicine. 8th ed. Spanyol: Saunders Elsevier.

Munford, R.S., 2008. Severe Sepsis and Septic Shock. In: Fauci et al., ed. Harrison,s Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: Mc Graw Hill, 1695-1702.

Opal, S.M., 2012. Septicemia. In: Ferri et al., ed. Ferri’s Clinical Advisor 2012: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier Mosby, 924-925.

(46)

Schaffer, A.I., ed. Goldman’s Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, 658-665.

Saadat, S., 2008. Deja Review Internal Medicine. USA: Mc Graw Hill.

Shapiro, N.I., Zimmer, G.D., and Barkin, A.Z., 2010. Sepsis Syndromes. In: Marx et al., ed. Rosen’s Emergency Medicine Concepts and Clinical Practice. 7th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, 1869-1879.

Shen, H.N., Lu, C.L., Yang, H.H., 2010. Epidemiologic Trend of Severe Sepsis in Taiwan from 1997 Through 2006. Chest Journal. 138 (2): 298-304.

Singer, M., and Webb, A.R., 2005. Oxford Handbook of Critical Care. 2nd ed. USA: Oxford University Press.

Suharto, Nasronudin, Kuntaman, 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang. Surabaya: Airlangga University Press.

Weber, R., and Fontana, A., 2007. Fever. In: Siegenthaler, W., ed. Differential Diagnosis in Internal Medicine from Symptom to Diagnosis. Stuttgart:

Thieme, 106-203.

Wichmann, M.W., Inthorn, D., Andress, H.J., Schildberg, F.W., 2000. Incidence and Mortality of Severe Sepsis in Surgical Intensive Care Patients: The Influence of Patient Gender on Disease Process and Outcome. Intensive Care Medicine 26: 167-172.

(47)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jessica Patricia Pangaribuan

NIM : 100100357

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 2 Juni 1993 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Hang Tuah No.17, Medan Nama Ayah : Leonard Pangaribuan

Nama Ibu : Asrida Siahaan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Immanuel Medan (1998)

2. SMP Santo Thomas 1 Medan (2004) 3. SMA Santo Thomas 1 Medan (2007)

(48)

LAMPIRAN 2

Output SPSS

(49)
(50)
(51)

LAMPIRAN 5

DATA INDUK

Responden Jenis Kelamin Usia Hasil Kultur Mortalitas Batas Usi

1 perempuan 56 Acinetobacter baumanni Meninggal >48 jam 56-65

2 perempuan 65 Staphylococcus aureus Meninggal >48 jam 56-65

3 perempuan 49 Streptococcus pneumoniae Meninggal >48 jam 46-55

4 perempuan 56 Klebsiella pneumoniae Meninggal >48 jam 56-65

5 perempuan 61 Kultur negatif Meninggal <48 jam 56-65

6 laki-laki 61 Pseudomonas aeruginosa Meninggal >48 jam 56-65

7 perempuan 34 Kultur negatif Meninggal <48 jam 26-35

8 laki-laki 61 Escherichia coli Meninggal >48 jam 56-65

9 perempuan 22 Kultur negatif Meninggal <48 jam 16-25

10 perempuan 39 Enterococcus faecium Meninggal >48 jam 36-45

11 laki-laki 45 Acinetobacter baumanni Meninggal >48 jam 36-45

12 perempuan 37 Pseudomonas aeruginosa Meninggal >48 jam 36-45

13 laki-laki 56 Klebsiella pneumoniae Meninggal >48 jam 56-65

14 laki-laki 33 Staphylococcus haemolyticus Pulang 26-35

15 perempuan 42 Escherichia coli Meninggal >48 jam 36-45

16 perempuan 57 Streptococcus pneumoniae Meninggal >48 jam 56-65

17 laki-laki 19 Staphylococcus aureus Pulang 16-25

18 laki-laki 58 Escherichia coli Pulang 56-65

19 perempuan 75 Klebsiella pneumoniae Meninggal >48 jam 66-75

20 laki-laki 38 Kultur negatif Meninggal <48 jam 36-45

21 perempuan 26 Staphylococcus aureus Pulang 26-35

(52)

23 laki-laki 52 Kultur negatif Meninggal <48 jam 46-55

24 perempuan 37 Kultur negatif Pulang 36-45

25 perempuan 51 Streptococcus pneumoniae Meninggal >48 jam 46-55

26 laki-laki 77 Enterococcus faecium Meninggal <48 jam 76-85

27 perempuan 33 Sphingomonas paucimobilis Meninggal >48 jam 26-35

28 laki-laki 72 Pseudomonas aeruginosa Meninggal >48 jam 66-75

29 laki-laki 38 Acinetobacter baumanni Meninggal >48 jam 36-45

30 laki-laki 35 Streptococcus pneumoniae Meninggal >48 jam 26-35

31 laki-laki 30 Acinetobacter baumanni Pulang 26-35

32 perempuan 47 Kultur negatif Pulang 46-55

33 perempuan 60 Kultur negatif Pulang 56-65

34 perempuan 51 Kultur negatif Meninggal <48 jam 46-55

35 laki-laki 56 Klebsiella pneumoniae Meninggal >48 jam 56-65

36 perempuan 54 Staphylococcus aureus Pulang 46-55

37 perempuan 30 Kultur negatif Meninggal >48 jam 26-35

38 perempuan 28 Streptococcus pneumoniae Pulang 26-35

39 perempuan 36 Clostridium Tetani Meninggal <48 jam 36-45

40 perempuan 24 Kultur negatif Meninggal <48 jam 16-25

41 perempuan 30 Staphylococcus haemolyticus Meninggal >48 jam 26-35

42 perempuan 42 Klebsiella pneumoniae Meninggal >48 jam 36-45

43 perempuan 42 Streptococcus pneumoniae Pulang 36-45

44 perempuan 30 Acinetobacter baumanni Pulang 26-35

45 perempuan 30 Escherichia coli Meninggal >48 jam 26-35

46 perempuan 29 Kultur negatif Meninggal <48 jam 26-35

47 perempuan 27 Klebsiella pneumoniae Pulang 26-35

(53)

49 perempuan 25 Kultur negatif Meninggal <48 jam 16-25

50 laki-laki 51 Kultur negatif Meninggal <48 jam 46-55

51 laki-laki 23 Kultur negatif Meninggal <48 jam 16-25

52 laki-laki 16 Klebsiella pneumoniae Pulang 16-25

53 perempuan 51 Kultur negatif Meninggal <48 jam 46-55

54 laki-laki 61 Escherichia coli Meninggal >48 jam 56-65

55 perempuan 54 Acinetobacter baumanni Meninggal >48 jam 46-55

56 laki-laki 43 Klebsiella pneumoniae Meninggal >48 jam 36-45

57 perempuan 61 Clostridium Tetani Meninggal <48 jam 56-65

Gambar

Tabel 2.1 Terminologi dan Definisi Sepsis …………..……………….…....   4
Tabel 2.2. Penyebab Umum Sepsis pada Orang Sehat
Tabel 2.4.Indikator Laboratorium Penderita Sepsis
Tabel 2.5.Prognosis Mortalitas di Emergency Department Sepsis (MEDS)
+5

Referensi

Dokumen terkait

TREND COMPETITIONS MA PLUS AL-AQSHA TAHUN 2017 ANTAR SMP/MTs SE-KECAMATAN CIKALONG DAN SEKITARNYA SMP N 3 CIKALONG MTs

[r]

KOMPUTER 3 Dian Ade

Demikian Pengumuman Pemenang Pemilihan Langsung Pekerjaan Konstruksi ini disampaikan, apabila Peserta yang keberatan dengan hasil Pemilihan Langsung tersebut diberi

AKUNTANSI 1 Edi Wahyudin, M.Pd... AKUNTANSI 1 Heliyanti

WEB 1 Dita Rizki Amalia, M.Kom... KOREA Wita

Ayo belajar (tepuk tangan 3 kali) Bila kau ingin cerdas.. Bila kau ingin pintar Ayo

Oleh sebab itu di samping model pembelajaran yang cocok dan proses pembelajaran yang benar perlu ada sistem penilaian yang baik dan terencana (Surapranata, 2005: 1)...