• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Nilai Red Cell Distribution Width dengan Mortalitas pada Pasien Sepsis di Unit Perawatan Intensif Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Nilai Red Cell Distribution Width dengan Mortalitas pada Pasien Sepsis di Unit Perawatan Intensif Anak"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN NILAI RED CELL DISTRIBUTION WIDTH DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN SEPSIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak / M.Ked(Ped) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

TRINA DEVINA

0107103005 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-KONSENTRASI ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Tesis : Hubungan Nilai Red Cell Distribution Width dengan Mortalitas pada Pasien Sepsis di Unit Perawatan Intensif Anak

Nama Mahasiswa : Trina Devina Nomor Induk Mahasiswa : 107103005

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K) Ketua

Dr. Ir. Erna Mutiara, MKes Anggota

Program Magister Kedokteran Klinik

Sekretaris Program Studi Dekan

Dr. Murniati Manik,MSc,SpKK,SpGK Prof.dr. Gontar A.Siregar,SpPD,KGEH NIP. 19530719 198003 2 001 NIP. 19540220 198011 1 001

(3)

Tanggal Lulus: 21 Oktober 2014 PERNYATAAN

HUBUNGAN NILAI RED CELL DISTRIBUTION WIDTH DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN SEPSIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Oktober 2014

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Salam sejahtera.

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya serta telah memberikan kesempatan yang baik kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H. Adam Malik dan pembimbing utama Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

(5)

3. Dr. Gema Nazri Yanni,MKed(Ped), SpA, Dr. Rina Amalia C. Saragih, MKed(Ped), SpA, Dr. Yunnie Trisnawati, MKed(Ped), SpA, Dr. Aridamuriany D. Lubis, MKed(Ped), SpA, Dr. Aridamuriany D. Lubis, MKed(Ped), SpA, Dr. Badai Buana Nasution, MKed(Ped), SpA yang sudah membantu membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini. 4. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU /

RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

5. Kepala Instalasi Unit Perawatan Intensif RSUP HAM, kepala ruangan Unit Perawatan Intensif Anak RSUP HAM beserta seluruh staf yang telah memberikan bantuan selama penelitian dan penulisan tesis.

6. Teman-teman yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Elida Irawati Saragih, Sisca Kartika Dewi, Ika Citra Dewi, Khairunisa Agustina, Atika Rimalda Nasution, Dwi Novianti, Cherie Nurul Lubis, Silvia Yasmin Lubis, Poppy Indriasari, Dewi Angreany, serta teman-teman seangkatan lainnya. Terima kasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.

(6)

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya Papa Erwin T. Winarto dan Mama Erliyanti, Daddy Ps. Dr. Robert Benedictus, MA, MTh dan Mami Maria Arul, Paman Iskandar dan istri, Tante Wirawati beserta keluarga, abang saya Eko Prajitno danJohannes Dwi Putra beserta keluarga, adik-adik saya Yansen, Shelly, Faith Samool Benedictus, Felicia Ivana Benedictus, Farren Chelsea Sonia Benedictus atas doa, dukungan moril dan materil selama studi keprofesian spesialis saya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya kepada kita semua dan segala budi baik yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan yang Maha Kuasa.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Oktober 2014

(7)

DAFTAR ISI

Lembaran Persetujuan Pembimbing ii

Pernyataan iiii

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel 5 2.2. Kelainan Sel Darah Merah pada Sepsis 8

2.3. Red Cell Distribution Width 11

2.4. Kepentingan Pemeriksaan RDW pada Pasien Sepsis 12

2.5. Kerangka Konseptual 14

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian 16

3.2. Tempat dan Waktu 16

3.3. Populasi dan Sampel 16

3.4. Metode Pengumpulan Data 17

3.5. Perkiraan Besar Sampel 17

3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 18

3.6.1. Kriteria Inklusi 18

3.6.2. Kriteria Eksklusi 19

3.7. Persetujuan / Informed Consent 19

3.8. Etika Penelitian 19

3.9. Cara Kerja 20

3.10. Alur Penelitian 21

(8)

3.12. Definisi Operasional 22 3.13. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 25

BAB 4. HASIL PENELITIAN 26

BAB 5. PEMBAHASAN 30

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 35

RINGKASAN 36

SUMMARY 38

Daftar Pustaka 40

Lampiran 1. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Calon Subjek Penelitian 43

2. Persetujuan Setelah Penjelasan 45

3. Data Pribadi Subjek Penelitian 46

4. Persetujuan Komite Etik 48

5. Riwayat Hidup 49

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria disfungsi organ pada anak 7

Tabel 3.1. Skoring PELOD (Pediatric Logistic Organ Dysfunction) 24

Tabel 4.1. Karakteristik dasar subjek penelitian 27

Tabel 4.2. Hubungan antara nilai RDW dengan mortalitas 28

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Perjalanan penyakit pada sepsis 6

Gambar 2.2. Morfologi eritrosit 9

(11)

DAFTAR SINGKATAN

PRC Packed Red Cell

SIRS Systemic Inflammatory Response Syndrome

MODS Multiple Organ Dysfunction Syndrome

WHO World Health Organization

Hb Hemoglobin

Ht Hematokrit

PELOD Pediatric Logistic Organ Dysfunction

P-MODS Pediatric Multiple Organ Dysfunction Score

RDW Red Cell Distribution Width

RR Relative Risk

TNF Tumor Necrosis Factor

IL Interleukin

EPO Eritropoietin

MCV Mean Corpuscular Volume

DO2 Oxygen delivery

SaO2 Arterial oxygen saturation

BB Berat badan

TB Tinggi badan

PB Panjang badan

CRP C-reactive protein

PSP Persetujuan setelah penjelasan

EDTA ethylenediamine tetraacetic acid

dL desiliter

mL milliliter

μL mikrotiler

kg kilogram

g gram

CI Confidence Interval

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang Red cell distribution width (RDW) adalah parameter hematologis yang rutin diperiksa sebagai bagian dari panel pemeriksaan darah lengkap. Belakangan ini, RDW telah banyak digunakan sebagai faktor prediktor keluaran klinis yang potensial untuk pasien dewasa dengan sepsis. Namun peran RDW sebagai prediktor mortalitas pada pasien anak masih kontroversial.

Tujuan Mengetahui hubungan nilai RDW dengan mortalitas pada pasien anak dengan sepsis.

Metode Penelitian cross sectional dilakukan terhadap 40 pasien anak dengan sepsis yang dirawat di Unit Perawatan Intensif mulai Desember 2013 sampai Maret 2014. Nilai RDW pasien diambil dalam 24 jam setelah diagnosis sepsis ditegakkan. Hubungan nilai RDW dengan hemoglobin (Hb) dinilai dengan menggunakan korelasi Spearman’s. Nilai RDW dikategorikan menjadi normal (≤ 14.5%) dan meningkat (> 14.5%). Hubungan mortalitas, lama rawatan dan kelompok RDW dinilai dengan uji x2

and Mann Whitney.

Hasil Usia median subjek penelitian adalah 30 bulan (2 bulan sampai 17 tahun) dengan 28 pasien (70%) dengan jenis kelamin laki-laki. Nilai median RDW adalah 14.8% (11.2% sampai 27.8%) dan tidak berhubungan dengan nilai Hb (r=0.056, P=0.73). Kejadian mortalitas pada kelompok RDW normal and meningkat adalah 40% dan 45%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kelompok RDW dengan terjadinya mortalitas (P=0.749) dan lama rawatan(P=0.280).

Kesimpulan Nilai RDW tidak berhubungan dengan terjadinya mortalitas pada pasien anak dengan sepsis.

(13)

ABSTRACT

Background Red cell distribution width (RDW) is a hematological parameter routinely obtained as part of the complete blood count. Recently, RDW has emerged as a potential independent predictor of clinical outcome in adult with sepsis. However, the role of RDW as a mortality predictor in pediatric population remains doubtful.

Objective The aim of the study was to determine the relationship between RDW value and mortality in pediatric sepsis.

Method We performed a cross sectional study of 40 consecutive pediatric patients with sepsis admitted to PICU from December 2013 to March 2014. All patients’ RDW were collected within 24 hours of sepsis diagnosis. We determined the association of RDW with hemoglobin (Hb) using Spearman’s Rho. We categorized RDW ≤ 14.5% as normal and > 14.5% as elevated. We compared mortality, length of stay (LOS) and RDW group using x2 test and Mann Whitney test.

Results The median age of patients was 30 mos (2 mos to 17 yrs). There were 28 (70%) male patients among subjects. The median RDW was 14.8% (ranged 11.2% to 27.8%) and was not correlated with Hb (r=0.056, P=0.73). Mortality rate in normal and elevated RDW group were 40% and 45%, respectively. There were no significant association between RDW group and both mortality (P=0.749) and PICU LOS (P=0.280).

Conclusion Unlike in adults, RDW value is not corellated with mortality in our study. Therefore, RDW value cannot be used as a prognostic marker in pediatric sepsis.

(14)

ABSTRAK

Latar Belakang Red cell distribution width (RDW) adalah parameter hematologis yang rutin diperiksa sebagai bagian dari panel pemeriksaan darah lengkap. Belakangan ini, RDW telah banyak digunakan sebagai faktor prediktor keluaran klinis yang potensial untuk pasien dewasa dengan sepsis. Namun peran RDW sebagai prediktor mortalitas pada pasien anak masih kontroversial.

Tujuan Mengetahui hubungan nilai RDW dengan mortalitas pada pasien anak dengan sepsis.

Metode Penelitian cross sectional dilakukan terhadap 40 pasien anak dengan sepsis yang dirawat di Unit Perawatan Intensif mulai Desember 2013 sampai Maret 2014. Nilai RDW pasien diambil dalam 24 jam setelah diagnosis sepsis ditegakkan. Hubungan nilai RDW dengan hemoglobin (Hb) dinilai dengan menggunakan korelasi Spearman’s. Nilai RDW dikategorikan menjadi normal (≤ 14.5%) dan meningkat (> 14.5%). Hubungan mortalitas, lama rawatan dan kelompok RDW dinilai dengan uji x2

and Mann Whitney.

Hasil Usia median subjek penelitian adalah 30 bulan (2 bulan sampai 17 tahun) dengan 28 pasien (70%) dengan jenis kelamin laki-laki. Nilai median RDW adalah 14.8% (11.2% sampai 27.8%) dan tidak berhubungan dengan nilai Hb (r=0.056, P=0.73). Kejadian mortalitas pada kelompok RDW normal and meningkat adalah 40% dan 45%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kelompok RDW dengan terjadinya mortalitas (P=0.749) dan lama rawatan(P=0.280).

Kesimpulan Nilai RDW tidak berhubungan dengan terjadinya mortalitas pada pasien anak dengan sepsis.

(15)

ABSTRACT

Background Red cell distribution width (RDW) is a hematological parameter routinely obtained as part of the complete blood count. Recently, RDW has emerged as a potential independent predictor of clinical outcome in adult with sepsis. However, the role of RDW as a mortality predictor in pediatric population remains doubtful.

Objective The aim of the study was to determine the relationship between RDW value and mortality in pediatric sepsis.

Method We performed a cross sectional study of 40 consecutive pediatric patients with sepsis admitted to PICU from December 2013 to March 2014. All patients’ RDW were collected within 24 hours of sepsis diagnosis. We determined the association of RDW with hemoglobin (Hb) using Spearman’s Rho. We categorized RDW ≤ 14.5% as normal and > 14.5% as elevated. We compared mortality, length of stay (LOS) and RDW group using x2 test and Mann Whitney test.

Results The median age of patients was 30 mos (2 mos to 17 yrs). There were 28 (70%) male patients among subjects. The median RDW was 14.8% (ranged 11.2% to 27.8%) and was not correlated with Hb (r=0.056, P=0.73). Mortality rate in normal and elevated RDW group were 40% and 45%, respectively. There were no significant association between RDW group and both mortality (P=0.749) and PICU LOS (P=0.280).

Conclusion Unlike in adults, RDW value is not corellated with mortality in our study. Therefore, RDW value cannot be used as a prognostic marker in pediatric sepsis.

(16)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang

tinggi.1 Insiden sepsis pada anak yang pernah dilaporkan di Amerika Serikat berkisar

0.56 kasus per 1000 populasi per tahun dengan kelompok usia tertinggi pada

neonatus dan bayi.1,2 Angka ini diperkirakan meningkat setiap tahunnya seiring

dengan peningkatan penggunaan prosedur invasif.3 Kematian akibat sepsis sekitar

4500 kasus per tahun atau sekitar 7% dari total kematian anak.3,4 World Health

Organization (WHO) melaporkan 70% dari 8 juta kematian anak di bawah 5 tahun di

negara berkembang disebabkan penyakit infeksi, yang sebagian besar berakhir

dengan sepsis.3 Data insiden sepsis di unit perawatan intensif pediatrik Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo (RSCM) adalah 19.3% dari 502 pasien anak yang dirawat

dengan angka mortalitas mencapai 54%.4

Pada sepsis, sering terjadi gangguan hemodinamik dan mikrosirkulasi, yang

pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan multiorgan. Diagnosis dini dan

stratifikasi derajat keparahan sepsis sangat penting untuk mencegah terjadinya

komplikasi lanjut tersebut.5 Biomarker, yang merupakan parameter objektif terhadap

status biologis6, sering digunakan untuk mendeteksi keadaan sepsis, menentukan

derajat keparahan, serta membedakan berbagai kemungkinan penyebab sepsis.5

Ketersediaan pemeriksaan biomarker sepsis di beberapa fasilitas kesehatan masih

terbatas.6

Pemeriksaan red cell distribution width (RDW), yang merupakan bagian dari

(17)

penyebab anemia.7,8 Beberapa penelitian yang berkembang pada orang dewasa

belakangan ini melaporkan tentang peran nilai RDW sebagai faktor prognostik pada

beberapa keadaan sakit kritis, termasuk sepsis.9-15 Berbeda dengan studi pada

orang dewasa, peran nilai RDW sebagai faktor prognostik masih belum sepenuhnya

terbukti. Peningkatan nilai RDW setelah 72 jam rawatan dilaporkan dapat

memprediksi terjadinya mortalitas.16 Namun, sebuah studi kohort prospektif

melaporkan tidak ada hubungan antara peningkatan nilai RDW dengan derajat

keparahan penyakit dan mortalitas pada anak dengan sepsis.17 Hal ini menjadi latar

belakang dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara nilai RDW dengan

mortalitas pada pasien sepsis di unit perawatan intensif anak.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

- Apakah terdapat hubungan antara nilai RDW dengan mortalitas pada pasien anak

dengan sepsis?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara nilai RDW dengan mortalitas pada pasien anak dengan

sepsis.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan nilai RDW dengan terjadinya mortalitas pada pasien anak

(18)

1.4.2 Tujuan Khusus

- Mengetahui profil RDW pada pasien sepsis.

- Mengetahui hubungan nilai RDW dengan nilai hemoglobin pada pasien sepsis.

- Mengetahui hubungan nilai RDW dengan lama rawatan pada pasien sepsis

- Mengetahui insidensi mortalitas pada pasien sepsis.

1.5. Manfaat Penelitian

- Di bidang akademik / ilmiah : memberikan gambaran tentang peran nilai RDW

dalam memprediksi terjadinya keluaran pada pasien sepsis, di mana pemeriksaan

ini lebih sederhana, umum dilakukan dan lebih tersedia pada sarana kesehatan.

- Di bidang pelayanan masyarakat : dengan mengetahui peran nilai RDW pada

pasien sepsis, maka klinisi dapat lebih peka terhadap kemungkinan keluaran

pasien sepsis tanpa harus melakukan pemeriksaan yang lebih spesifik dan

cenderung memerlukan biaya lebih besar. Masyarakat juga lebih terbantu dengan

adanya pemeriksaan yang lebih sederhana namun telah dapat diketahui

kemungkinan perjalanan penyakit pada anak dengan sepsis.

- Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah mengenai

peran nilai RDW pada pasien anak dengan sepsis.

(19)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel

Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory

Response Syndrome / SIRS) yang disebabkan oleh infeksi, baik yang telah terbukti

dengan kultur darah maupun dugaan terjadinya infeksi secara klinis.1,4 SIRS

ditegakkan bila didapatkan minimal dua dari empat kriteria berupa abnormalitas

suhu tubuh, jumlah leukosit, takikardi atau takipnu, dengan mengharuskan adanya

instabilitas suhu dan jumlah leukosit abnormal.1,4,18

Menurut perjalanan penyakitnya, sepsis yang tidak tertangani akan berlanjut

menjadi sepsis berat. Sepsis berat adalah sepsis yang disertai hipoperfusi atau

hipoksia atau gangguan kesadaran, oliguria, atau asidosis laktat.19 Selanjutnya akan

terjadi syok septik, yaitu sepsis yang disertai disfungsi kardiovaskular yang tidak

tertangani dengan resusitasi cairan adekuat.1,19 Sepsis berlanjut menjadi disfungsi

sistem organ multipel (Multiple Organ Disfunction Syndrome/ MODS) bila tedapat

kegagalan pada dua atau lebih sistem organ, serta meningkatkan risiko kematian

(sesuai gambar 2.1).19 Untuk menilai terjadinya disfungsi organ, dapat digunakan

(20)

Gambar 2.1. Perjalanan penyakit pada sepsis19 Infeksi

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)  Respon terhadap berbagai keadaan klinis 

 Hiper atau hipotermi 

 Takikardi 

 Takipnu 

 Peningkatan atau penurunan hitung leukosit 

Sepsis

SIRS dengan hipotensi sebagai respon terhadap infeksi

Sepsis Berat

Sepsis dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi. Dapat melibatkan  perubahan status kesadaran, oliguri, hipoksemia atau asidosis laktat 

Syok septik

Sepsis berat dengan hipotensi persisten walaupun dengan pemberian cairan  resusitasi adekuat

Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS)

Adanya gangguan fungsi organ seperti hemostasis yang tidak dapat  dipertahankan tanpa resusitasi

(21)

Tabel 2.1. Kriteria disfungsi organ pada anak20

Organ Variabel Kriteria

Kardiovaskular Tekanan darah sistolik <40 mmHg (bayi) <50 mmHg (anak-anak)

Frekuensi jantung <50 x/menit atau >220 x/menit (bayi) <40 x/menit atau >200 x/menit (anak) Henti jantung

pH darah <7.2 dengan PaCO2 normal

Pengobatan Infus kontinu agen inotropik untuk

mempertahankan tekanan darah dan atau keluaran jantung (cardiac output)

Respiratori Frekuensi nafas >90 x/menit (bayi) >70 x/menit (anak)

Analisa gas darah PaCO2 >65 mmHg

PaO2 <40 mmHg (tidak termasuk pasien dengan kelainan jantung)

Lama pemberian ventilasi mekanik

>24 jam pada pasien pasca operasi

Rasio PaO2/FiO2 <200, tidak termasuk pasien dengan kelainan jantung

Ginjal BUN >100 mg/dL

Kreatinin serum >2 mg/dL (tidak ada penyakit ginjal

sebelumnya) Dialisis

Hematologi Hemoglobin < 5 g/dL

Jumlah Leukosit < 3000/mm3

Jumlah trombosit < 20000/mm3

Neurologi Skala Koma Glasgow < 5 Pupil dilatasi tanpa refleks

Skoring terhadap disfungsi organ pertama kali dibuat untuk pasien dewasa

untuk menjelaskan dan menghitung tingkat keparahan dari disfungsi organ yang

terjadi, namun tidak untuk memprediksi mortalitas. Pada anak, skoring yang sering

digunakan adalah Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) dan Pediatric

(22)

masing-masing sistem skoring ini menunjukkan korelasi yang kuat dengan terjadinya

disfungsi sistem organ multipel.22,23

2.2. Kelainan Sel Darah Merah pada Sepsis

Sistem hematologi memegang peranan penting dalam penghantaran oksigen,

pembuangan karbondioksida, hemostasis dan pertahanan diri terhadap patogen.

Gangguan pada sistem hematologi pada sepsis sering dihubungkan dengan

terjadinya morbiditas dan mortalitas pada pasien sepsis. Sistem hematologi yang

terlibat dapat meliputi berbagai komponen sel darah dan protein koagulasi. Salah

satu yang banyak diteliti adalah gangguan pada lini sel darah merah (eritrosit).24

Sepsis menyebabkan berbagai kelainan pada lini eritrosit, antara lain

gangguan deformabilitas, agregasi eritrosit, anemia, serta peningkatan hemoglobin

bebas akibat peningkatan destruksi sel eritrosit. Keempat gangguan ini dapat

menyebabkan gangguan sirkulasi, yang pada akhirnya akan memperberat disfungsi

organ yang terjadi.24

Eritrosit memiliki kemampuan deformabilitas, yaitu kemampuan untuk

berubah bentuk dan kembali ke bentuk semula tanpa terjadi ruptur pada situasi

tertentu. Deformabilitas ini memegang peranan penting bagi sel darah merah dalam

menjalankan fungsinya untuk menghantarkan oksigen hingga sirkulasi

mikrovaskular. Kemampuan ini dikarenakan oleh bentuk eritrosit dan adanya

komponen elastik pada struktur korteks membran eritrosit.24,25 Sel eritrosit normal

yang matang berbentuk lempeng bikonkaf, tidak mengandung inti sel, dengan

ketebalan 2-3 mikrometer (μm), dengan diameter 6-8 μm, dan volume sel rata-rata

(23)

berbentuk seperti jaring yang memberikan resistensi saat terjadi deformitas eritrosit.

Secara skematik, bentuk dan struktur membran eritrosit dapat dilihat pada gambar

2.2.25

Berbagai kondisi pada sepsis dapat mempengaruhi deformabilitas eritrosit.24

Temperatur yang meningkat pada percobaan in vitro, yang juga umumnya terjadi

pada pasien sepsis, terbukti menyebabkan penurunan deformabilitas eritrosit.25

Reactive oxygen species yang bersirkulasi dapat menyebabkan kerusakan membran

eritrosit dan terjadi kelainan morfologi eritrosit.24 Endotoksin bakteri dapat

mengganggu fleksibilitas dinding eritrosit.14 Penurunan deformabilitas pada sepsis

akan meningkatkan waktu pengaliran darah, terutama mikrosirkulasi, sehingga

berpengaruh negatif terhadap penghantaran oksigen ke jaringan dan dapat

memperberat disfungsi organ yang terjadi.14,24

Pada sepsis dapat terjadi agregasi eritrosit, namun patofisiologi yang pasti

belum diketahui. Hal ini dapat terlihat melalui peningkatan laju endap darah.24

Kelainan pada membran sel eritrosit juga dapat mengakibatkan peningkatan

penghancuran sel. Bila terjadi peningkatan penghancuran eritrosit, maka kadar

(24)
(25)

2.3. Red Cell Distribution Width

Red Cell Distribution Width (RDW) adalah parameter yang menunjukkan variabilitas

ukuran sel darah merah yang bersirkulasi.7 Nilai RDW dapat diperoleh dengan

pemeriksaan panel darah lengkap.7,15 Nilai rujukan RDW yang normal pada anak

adalah 11.5% sampai 14.5%. Peningkatan nilai RDW menunjukkan variasi ukuran

sel dan heterogenitas bentuk sel darah merah.7

Nilai RDW telah banyak digunakan sebagai parameter untuk membedakan

berbagai kemungkinan penyebab anemia.15 Nilai RDW, bersamaan dengan Mean

Corspuscular Volume (MCV), sangat berguna untuk menentukan morfologi sel darah

merah yang bersirkulasi.7 Peningkatan nilai RDW akan terjadi seiring dengan

peningkatan pelepasan retikulosit ke dalam sirkulasi.15

Selain sebagai parameter untuk evaluasi anemia, nilai RDW saat ini telah

banyak diteliti sebagai salah satu faktor prognostik pada pasien dewasa dengan

berbagai penyakit. Mekanisme terjadinya peningkatan nilai RDW pada keadaan

tersebut tidak sepenuhnya dimengerti, namun terdapat dugaan kuat adanya peran

respon inflamasi yang terjadi pada individu sakit.15

2.4. Kepentingan Pemeriksaan RDW pada Pasien Sepsis

Hubungan peningkatan RDW dengan beberapa penanda (marker) inflamasi, seperti

Interleukin (IL)-6 dan tumor necrosis factor (TNF) telah diteliti. Sitokin pro-inflamatori

juga dapat menghambat maturasi dan memperpendek waktu paruh sel darah merah,

sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan produksi sel darah merah dan terjadi

(26)

Dengan adanya proses yang sama (inflamasi), maka pada pasien sepsis dapat

terjadi peningkatan RDW.15

Sampai saat ini, terdapat beberapa penelitian yang menganalisa hubungan

antara sepsis dan nilai RDW. Pada sebuah studi dengan subjek pasien dewasa

yang sakit kritis, kejadian sepsis dan hasil kultur darah positif didapati lebih banyak

pada kelompok dengan peningkatan nilai RDW.13 Penelitian lain, yang mengambil

subjek pasien dewasa dengan sepsis di Meksiko, melaporkan bahwa nilai RDW

lebih tinggi pada pasien sepsis dibandingkan dengan pasien yang tidak sepsis dan

kontrol yang sehat.14 Studi di Korea yang dilakukan selama 3 tahun melaporkan

bahwa nilai RDW yang meningkat berhubungan dengan terjadinya mortalitas dalam

28 hari rawatan pada pasien dewasa dengan sepsis berat dan syok septik.15 Studi

lain yang membandingkan hubungan peningkatan nilai RDW dalam 72 jam dari nilai

baseline mendapati bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan

nilai RDW dengan mortalitas dalam 28 hari dan 90 hari rawatan pada pasien dewasa

dengan sepsis dan syok septik, sehingga nilai RDW dapat dijadikan sebagai marker

prognostik.16

Hubungan peningkatan RDW dengan mortalitas pada anak dengan sepsis

belum sepenuhnya terbukti. Sebuah penelitian pada anak dengan sepsis berat dan

syok septik melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai RDW dengan tingkat

keparahan penyakit dan mortalitas.17

2.5. Kerangka Konseptual

Inflamasi sistemik yang disertai dengan infeksi menunjukkan suatu keadaan sepsis.

(27)

adalah kelainan eritrosit. Gangguan eritrosit yang terjadi akan menurunkan hantaran

oksigen ke jaringan yang dapat dilihat dengan penurunan saturasi oksigen arteri.

Akibatnya, akan terjadi penurunan penggunaan oksigen di perifer (terjadinya

penurunan saturasi oksigen vena), sehingga menimbulkan iskemia jaringan. Iskemia

jaringan yang tidak tertangani akan menyebabkan disfungsi organ lebih lanjut dan

bahkan kematian. Berbagai penanda objektif dari parameter laboratorium dapat

dijadikan faktor prognostik pada pasien sepsis. Umumnya parameter ini sangat

bermanfaat, namun ketersediaannya di fasilitas kesehatan sangat terbatas. Upaya

untuk menemukan parameter lain yang lebih sederhana dan umum tersedia, namun

juga bermanfaat bagi penentuan prognosis pasien sepsis perlu dilakukan. Salah

satunya adalah dengan pemeriksaan nilai RDW. Dengan melakukan pemeriksaan

RDW dan mengikuti perjalanan penyakit pasien ke depan, dapat diketahui hubungan

(28)

Ket: 

z

Gambar 2.4 Kerangka konseptual penelitian 

Yang 

‐ Penyakit Penyerta 

(29)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional dengan metode kohort

prospektif yang menilai hubungan antara nilai Red cell Distribution Width (RDW)

dengan mortalitas pada anak sepsis yang dirawat di unit perawatan intensif anak.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di unit perawatan intensif anak Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Desember 2013 sampai Maret 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target pada penelitian ini adalah anak usia 1 bulan sampai 18 tahun

dengan sepsis. Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien anak usia 1 bulan

sampai 18 tahun dengan sepsis yang dirawat di unit perawatan intensif anak RSUP

Haji Adam Malik Medan selama bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Sampel

pada penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi yang dipilih secara consecutive sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data demografi subjek penelitian dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan

orang tua atau wali pasien menggunakan alat bantu daftar isian mengenai data

(30)

pernah dijalani. Penilaian derajat keparahan penyakit dengan skoring Pediatric

Logistic Organ Disfunction (PELOD) dilakukan secara langsung oleh peneliti dibantu

oleh peserta program pendidikan dokter spesialis anak yang bertugas di unit

perawatan intensif anak selama periode penelitian. Pencatatan berat badan (BB),

panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB), status gizi, parameter laboratorium (nilai

Hb, leukosit, RDW, CRP kualitatif, prokalsitonin, asam laktat arteri, kultur darah)

yang tersedia dilakukan secara langsung oleh peneliti. Keluaran berupa kematian

dan lama rawatan pada subjek diikuti oleh peneliti.

3.5. Perkiraan Besar Sampel

Penghitungan besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar

sampel untuk uji hipotesis dengan dua kelompok (dua sisi). Besar sampel dalam

penelitian ini menggunakan derajat kemaknaan (CI) 95% dan power sebesar 80%.

Besar sampel minimal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

n : besar sampel

P1 : proporsi pasien sepsis dengan peningkatan RDW yang meninggal

(dari pustaka)17 = 0,48

(31)

meninggal pada penelitian (clinical judgement) = 0,88

α : kesalahan tipe I = 0.05 (tingkat kepercayaan 95%)  ∝ = 1,96

1-β : kekuatan uji (80%)

Zβ : nilai deviasi pada β 20% = 0.842

Dengan menggunakan rumus di atas didapati besar sampel minimal adalah 20

orang untuk masing-masing kelompok.

3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.6.1. Kriteria Inklusi

a. Pasien anak berusia 1 bulan sampai 18 tahun dengan sepsis di ruang rawat

intensif anak

3.6.2. Kriteria Eksklusi

a. Anak berusia di bawah 1 bulan

b. Pasien dengan penyakit hematologi, seperti talasemia, sickle cell anemia,

leukemia, anemia hemolitik, anemia aplastik, myelodisplasia syndrome

c. Pasien dengan kelainan jantung bawaan atau penyakit jantung sebelumnya

d. Pasien dengan perdarahan akut

3.7. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed consent)

Semua sampel penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua atau perwakilan

(32)

diobservasi (mortalitas). Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dan naskah

penjelasan kepada orang tua terlampir dalam usulan penelitian ini.

3.8. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.9. Cara Kerja

1. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi akan dimintai persetujuan dari

orang tua untuk mengikuti penelitian setelah diberikan penjelasan dan

menandatangani lembar PSP.

2. Data dasar pasien diperoleh dari rekam medis pasien tentang penyakit primer,

BB, TB, status gizi, kemudian dilakukan wawancara dengan orang tua pasien

mengenai riwayat penyakit terdahulu dan riwayat pengobatan yang pernah

dijalani.

3. Pada 24 jam pertama rawatan, semua subjek penelitian dinilai skor PELOD dan

diperiksa nilai darah lengkap (diperoleh data Hb, Leukosit, RDW), prokalsitonin

serta asam laktat arteri untuk mewakili kriteria sangkaan sepsis, serta

pengambilan sampel untuk kultur untuk memenuhi kriteria terbukti sepsis.

Pemeriksaan RDW merupakan bagian dari panel pemeriksaan darah lengkap,

yang dilakukan dengan mengambil darah vena secara aseptik melalui syiringe

disposable oleh petugas laboratorium yang terlatih dan berpengalaman. Darah

(33)

diberi EDTA dan ditranspor ke laboratorium sesuai Standar Operating

Procedure.

4. Pemeriksaan parameter darah lengkap dilakukan segera, maksimal pengolahan

dalam waktu 1 jam pasca pengambilan sampel, dengan menggunakan Sysmec

4000i milik Departemen Patologi Klinik RS HAM yang telah ditera secara

berkala.

5. Nilai RDW ≤ 14.5% ditetapkan sebagai kategori normal dan nilai > 14.5%

merupakan kategori meningkat.

6. Kemudian seluruh pasien yang termasuk sampel penelitian diikuti selama

dirawat di ruang rawat intensif apakah terjadi kematian (mortalitas) atau pasien

pindah ruang rawat inap.

7. Data dimasukkan dalam tabel, kemudian dianalisis lebih lanjut terhadap hasil

penelitian dan dilakukan penyusunan serta penggandaan laporan hasil

penelitian.

3.10. Alur Penelitian

Informed consent Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi

Skor PELOD, lama rawatan Nilai RDW

Mortalitas

(34)

3.11. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Nilai RDW nominal dikotom

Variabel Tergantung Skala

Mortalitas nominal dikotom

Lama rawatan numerik

3.12. Definisi Operasional

1. Sepsis adalah kumpulan gejala inflamasi sistemik yang disebabkan oleh

infeksi, baik yang telah terbukti dengan kultur darah maupun dugaan

terjadinya infeksi secara klinis, ataupun pemeriksaan penanda sepsis

menunjukkan keadaan tersebut (asam laktat arteri, prokalsitonin).

2. Red Cell Distribution Width (RDW) adalah koefisien variasi dari volume sel

darah merah yang bersirkulasi.

3. Darah Lengkap adalah panel pemeriksaan laboratorium yang memberikan

nilai parameter hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, eritrosit, indeks

eritrosit, hitung jenis leukosit, platelet distribution width (PDW) dan red cell

distribution width (RDW). 

4. Skoring Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) adalah skoring untuk

menentukan terjadinya disfungsi organ yang terjadi pada anak (sesuai tabel

3.1).21

5. Mortalitas adalah pasien meninggal selama dilakukan pemantauan di ruang

rawat intensif anak, yaitu berhentinya seluruh aktivitas dan fungsi kehidupan

(35)

6. Lama rawatan adalah waktu pasien mulai masuk unit perawatan intensif

(36)

Ket: PaO2: tekanan parsial oksigen arteri, FiO2 : fraksi oksigen, PaCO2: tekanan parsial karbondioksida arteri, INR: international

normalized ratio, Skala koma Glasgow: menggunakan nilai terendah, Jika pasien mendapat sedasi, catat perkiraan SKG sebelum sedasi, Lakukan pemeriksaan pada pasien dengan gangguan sistem syaraf akut. Reaksi pupil: pupil non-reaktif harus >3 mm, tidak dilakukan pemeriksaan dengan dugaan dilatasi pupil iatrogenik. Frekuensi jantung dan tekanan darah sistolik: tidak dilakukan pemeriksaan saat menangis atau agitasi. Ventilasi mekanik: penggunaan ventilasi dengan masker tidak

terhitung ventilasi mekanik. ¶: persentase aktivitas.

Disfungsi Organ dan variabel

Sistem skoring

- Frekuensi jantung (x/mnt)

<12 tahun ≤195 >195

≥12 tahun ≤ 150

dan

>150

atau

- Tekanan darah sistemik (mmHg)  

< 1 bulan >65  35-65 <35

- Ventilasi mekanik Tidak  Ventilasi  

 

Hematologi    

- Jumlah leukosit (x 10

9

- Jumlah trombosit (x 10

9

(37)

3.13. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan disajikan dengan menggunakan

sistem komputer dengan tingkat kemaknaan P < 0.05. Hubungan antara Hb dan

RDW dinilai dengan menggunakan korelasi Pearson jika data berdistribusi normal,

atau dengan korelasi Spearman jika data tidak berdistribusi normal. Analisis bivariat

dilakukan untuk menilai hubungan nilai RDW dengan kematian. Uji statistik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square, jika syarat uji terpenuhi.

Hubungan antara kelompok RDW dan lama rawatan dilakukan dengan student t test

jika data lama rawatan berdistribusi normal, atau dengan Mann-Whitney test jika

data tidak berdistribusi normal.

(38)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peningkatan nilai RDW dengan mortalitas pada pasien sepsis yang dirawat di unit perawatan intensif anak. Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Seluruh penderita sepsis yang dirawat di UPI Anak RS HAM selama periode waktu tersebut adalah 61 anak. Sebanyak 21 anak tidak memenuhi kriteria inklusi karena anak dengan penyakit penyerta kelainan hematologis atau kelainan jantung bawaan, atau anak dengan perdarahan akut, serta usia kurang dari satu bulan. Penderita yang menjadi subjek penelitian sebanyak 40 anak. Karakteristik dasar subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.

(39)

sebanyak 23 orang (57.5%). Lama rawatan pada subjek penelitian didapati median 148 jam (25 jam sampai 960 jam).

Tabel 4.1. Karakteristik dasar subjek penelitian

Hubungan antara kadar Hb dan RDW dianalisa dengan korelasi Spearman karena data tidak berdistribusi normal. Dari analisis didapati hubungan yang sangat lemah (r = 0.056, P = 0.730), yang menegaskan bahwa nilai RDW tidak berhubungan dengan nilai Hb dan lebih berhubungan dengan kondisi inflamatori yang terjadi pada sepsis.

Karakteristik dasar Besar sampel (n=40) Usia, median (range), bulan 34 (3-203) Jenis Kelamin, n Penyakit penyerta, n

SSP Skor PELOD, median (range) 11 (1-41) Kadar Hb, rerata (SD), g/dL 11,3 (2.33) Nilai RDW, median (range), %

≤14.5 %, n

(40)

Persentase terjadinya mortalitas pada pasien dengan nilai RDW yang normal dan meningkat masing-masing sebesar 40% dan 45%. Berdasarkan hasil uji statistik, tidak dijumpai perbedaan yang bermakna jumlah subjek yang meninggal pada kelompok RDW yang meningkat dengan yang normal (P=0.749), sehingga tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara peningkatan nilai RDW dengan mortalitas. Risiko kematian pasien sepsis dengan RDW meningkat adalah sebesar 1,125 (IK 95% 0.350-4.307) kali dibandingkan dengan pasien dengan RDW normal.

Tabel 4.2. Hubungan antara nilai RDW dengan mortalitas

#

Uji Chi Square

Perbedaan lama rawatan berdasarkan kategori RDW pasien dianalisa dengan Uji Mann Whitney karena hasil uji normalitas terhadap variabel lama rawatan menunjukkan distribusi yang tidak normal. Berdasarkan hasil uji statistik, tidak dijumpai perbedaan yang bermakna lama rawatan di UPI anak pada kelompok RDW yang meningkat dengan yang normal (P=0.350). (Lihat tabel 4.3)

Hasil rawatan

RR (IK 95%) P

Meninggal (n) Hidup (n)

Nilai RDW

meningkat, n=20 9 11 1.125 (0.350 - 4.307) 0.749#

(41)

Tabel 4.3 Hubungan antara nilai RDW dengan lama rawatan

*Uji Mann Whitney

Median, jam

(range)

P

Lama rawatan kelompok RDW meningkat 144 (28-960)

(42)

BAB 5. PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan di unit perawatan intensif anak Rumah Sakit H.

Adam Malik Medan, dari 40 sampel pasien sepsis mortalitas terjadi pada 17 orang

pasien (42.5%). Angka yang hampir sama dilaporkan juga di penelitan lain di

Indonesia, seperti di RSCM Jakarta dan RS Dr. Sardjito Yogyakarta dengan

persentase terjadinya mortalitas pada sepsis adalah 53% dan 32%.4,28 Penelitian di

Korea melaporkan angka mortalitas yang lebih rendah pada sepsis yaitu sebesar

berkisar 10% sampai 29%.15,16 Penelitian di negara maju mendapati angka kematian

akibat sepsis sebesar 10.3% atau sekitar 4500 kematian per tahun.2,3 Dengan

demikian, secara global sepsis masih merupakan masalah yang cukup serius karena

angka kematian akibat sepsis cukup tinggi.

Nilai RDW menunjukkan variasi volume sel darah merah yang bersirkulasi,

dengan nilai normal pada anak adalah 11.5% sampai 14.5%. Peningkatan nilai RDW

menunjukkan variabilitas ukuran dan bentuk sel darah merah, serta peningkatan

pelepasan retikulosit di sirkulasi.7 Pengukuran RDW sering digunakan untuk

mengevaluasi berbagai penyebab anemia pada populasi normal8, namun pada

pasien sakit kritis peningkatan RDW sering dihubungkan dengan respon terhadap

inflamasi.13 Nilai RDW tidak selamanya menunjukkan hubungan yang kuat dengan

kondisi anemia pada penyakit kritis. Penelitian pada pasien anak sepsis mendapati

peningkatan nilai RDW pada 67% pasien dan hubungan yang lemah antara nilai

RDW dengan kadar Hb dengan nilai korelasi Spearman’s (r=0.08, P=0.44).17

(43)

neonatus yang mengalami sepsis.29 Penelitian di Italia melaporkan adanya

hubungan antara peningkatan RDW dengan peningkatan C-reactive protein (CRP)

dan laju endap darah, di mana parameter tersebut telah banyak digunakan untuk

penanda inflamasi.30 Sejalan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini yang

mendapati hubungan yang lemah antara nilai RDW dan kadar Hb (r=0.056) yang

diduga kuat akibat respon inflamasi yang terjadi pada subjek penelitian. Penelitian ini

mendapati peningkatan nilai RDW yang terjadi pada 50% pasien sepsis yang

dirawat dengan median nilai RDW 14.55%.

Peran nilai RDW yang meningkat sebagai faktor prognostik pada pasien

dewasa dengan berbagai penyakit kritis telah banyak diteliti.9-13 Pada penelitian di

Kroasia dengan subjek pasien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani dialisis,

peningkatan 1% pada nilai RDW meningkatkan risiko kematian hingga 54% atau

dengan hazard ratio 5.15 kali lebih tinggi (CI 95%, 2.33 sampai 11.36, P<0.001)

mengakibatkan kematian dibandingkan penderita yang bertahan hidup.9 Penelitian

lain pasien dengan hipertensi pulmonal di Chicago, peningkatan nilai RDW

mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya kematian sampai 2.4 kali (CI 95%, 1.02

sampai 5.84, P=0.045) dibandingkan penderita dengan RDW normal.10 Hal yang

serupa dilaporkan pada pasien dengan stroke, di mana subjek yang mengalami

peningkatan RDW 2.38 kali berisiko lebih tinggi (CI 95%, 1.41 sampai 4.01)

mengalami kematian akibat masalah kardiovaskular dibandingkan subjek dengan

RDW normal.11 Pada pasien pasca henti jantung, bila didapati peningkatan nilai

RDW, maka risiko kematian akan meningkat 1.95 kali (CI 95%, 1.05 sampai 3.60,

(44)

Penelitian nilai RDW pada sepsis dewasa telah banyak dilakukan. Studi di

Boston dengan subjek pasien dewasa yang sakit kritis, risiko relatif hasil kultur darah

positif didapati lebih banyak pada kelompok dengan peningkatan nilai RDW dengan

1.40 dan 1.44 kali pada pasien dengan RDW 14.7% sampai 15.8% dan di atas

15.8%.13 Penelitian lain, yang mengambil subjek pasien dewasa dengan sepsis di

Meksiko, melaporkan bahwa nilai RDW lebih tinggi (18.2% ± 2.01) pada pasien

sepsis dibandingkan dengan pasien yang tidak sepsis (14.0% ± 1.36) dan kontrol

yang sehat (12.0% ± 0.27) dengan nilai kemaknaan P< 0.05.14 Studi di Korea yang

dilakukan selama 3 tahun melaporkan bahwa nilai RDW 14.1% sampai 15.7% dan di

atas 15.7% berhubungan dengan terjadinya mortalitas dalam 28 hari rawatan pada

pasien dewasa dengan sepsis berat dan syok septik dengan hazard ratio 1.66 (CI

95% 1.00 sampai 2.76) dan 2.57 (CI 95%, 1.53 sampai 4.34).15 Studi lain yang

membandingkan hubungan peningkatan nilai RDW dalam 72 jam sebesar lebih dari

0.2% dari nilai baseline mendapati peningkatan risiko mortalitas dengan hazard ratio

3.64 (CI 95% 0.77 sampai 17.14,, P=0.102) dalam 28 hari rawatan dan 7.44 (CI

95%, 1.71 sampai 32.34) dalam 90 hari rawatan.16

Penelitian tentang RDW pada pasien anak masih terbatas. Penelitian pada

neonatus dengan sepsis di China mendapati kejadian mortalitas lebih tinggi pada

pasien dengan RDW meningkat (91.76%) dibandingkan dengan normal (49.32%).30

Sebuah penelitian pada anak dengan sepsis berat dan syok septik melaporkan

bahwa tidak ada hubungan antara nilai RDW dengan tingkat keparahan penyakit

dan mortalitas dengan nilai risiko 0.59 (CI 95%, 0.43 sampai 0.76).17 Penelitian ini

mendapati proporsi kematian pada pasien dengan peningkatan RDW yang lebih

(45)

risiko kematian yang lebih tinggi pada kelompok RDW meningkat namun tidak

bermakna secara statistik (risiko relatif (RR) = 1.125, CI 95% 0.350 sampai 4.307,

P=0.749), sehingga peningkatan nilai RDW tidak berhubungan dengan mortalitas

pada anak sepsis.

Penelitian ini masih mempunyai beberapa kelemahan yaitu jumlah sampel

yang sedikit dengan berbagai derajat keadaan sepsis yang kurang menggambarkan

homogenisitas sampel penelitian. Selain itu, studi ini hanya berupa studi kualitatif

yang membandingkan mortalitas pada kelompok nilai RDW yang meningkat dan

normal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang

lebih besar, serta kriteria subjek yang lebih spesifik dengan analisa kuantitatif,

(46)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara

peningkatan nilai RDW dengan terjadinya mortalitas dan lama rawatan pada pasien

anak dengan sepsis di unit perawatan intensif anak (P=0.749 dan P= 0.350).

6.2. Saran

Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai hubungan antara peningkatan RDW

dengan mortalitas pada pasien sepsis dengan sampel yang lebih besar dan kriteria

sampel penelitian yang lebih homogen. Hubungan antara peningkatan RDW dengan

parameter sepsis lainnya juga dapat dianalisa lebih lanjut untuk dapat menilai fungsi

(47)

Daftar Pustaka

1. Wong HR, Nowak JE, Standage SW, Oliveira CF. Sepsis. Dalam: Fuhrman BP, Zimmerman JJ, Carcillo JA, Clark RSB, Relvas M, Rotta AT, dkk, penyunting. Pediatric critical care. Edisi keempat. Philadelphia: Elsevier; 2011. h. 1413-29.

2. Watson RS, Carcillo JA, Lind-Zwirble WT, Clermont G, Lidicker J, Angus DC. The epidemiology of severe sepsis in children in the United States. Am J Respir Crit Care Med. 2003;167:695-701.

3. Riley C, Wheeler DS. Prevention of sepsis in children: A new paradigm for public policy. Crit Care Res Pract. 2011;2012:1-8.

4. Latief A, Pudjiadi AH, Somasetia DH, Alwy EH, Mulyo GD, Kushartono H, dkk. Diagnosis dan tatalaksana sepsis pada anak. Rekomendasi ikatan dokter anak Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. h. 1-7. 5. Pierrakos C, Vincent JL. Sepsis biomarkers: A review. Crit Care.

2010;14:R15.

6. Strimbu K, Tavel JA. What are biomarkers? Curr Opin HIV AIDS. 2010;5:463-6.

7. Lanzkowsky P. Classification and diagnosis of anemia in children. Dalam Lanzkowsky P, penyunting. Manual of pediatric hematology and oncology. Edisi kelima. San Diego: Elsevier; 2011. h. 9.

8. Sazawal S, Dhingra U, Dhingra P, Dutta A, Shabir H, Menon VP, dkk. Efficiency of red cell distribution width in identification of children aged 1-3 years with iron deficiency anemia againts traditional hematological markers. BMC Pediatrics. 2014;14:8.

9. Sicaja M, Pehar M, Derek L, Starcevic B, Vuletic V, Romic Z, dkk. Red blood cell distribution width as a prognostic marker of mortality in patients on chronic dialysis: A single center, prospective longitudinal study. Croat Med J. 2013;54:25-32.

10. Hampole CV, Mehrotra AK, Thenappan T, Gomberg-Maitland M, Shah SJ. Usefulness of red cell distribution width as a prognostic marker in pulmonary hypertension. Am J Cardiol. 2009;104:868-72.

11. Ani C, Ovbiagele B. Elevated red blood cell distribution width predicts mortality in persons with known stroke. J Neurol Sci. 2009;277:103-8.

12. Kim J, Kim K, Lee JH, Jo YH, Rhee JE, Kim TY, dkk. Red blood cell distribution width as an independent predictor of all-cause mortality in out of hospital cardiac arrest. Resuscitation. 2012;83:1248-52.

13. Bazick H, Chang D, Mahadevappa K, Gibbons FK, Christopher KB. Red cell distribution width and all-cause mortality in critically ill patients. Crit Care Med. 2011;39:1913-21.

(48)

15. Jo YH, Kom K, Lee JH, Kang C, Kim T, Park HM, dkk. Red cell distribution width is a prognostic factor in severe sepsis and septic shock. Am J Emerg Med. 2013;31:545-8.

16. Kim CH, Park JT, Kim EJ, Han JH, Han JS, Choi JY, dkk. An increase in red blood cell distribution width from baseline predicts mortality in patients with severe sepsis or septic shock. Crit Care. 2013;17:R282.

17. Ramby A, Denise G, Eric W, Scott W. Red cell distribution width as a marker for severity of illness and mortality in pediatric sepsis. Crit Care Med. 2012;40;1-132.

18. Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku ajar pediatrik gawat darurat. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011. h. 152-7.

19. Stormorken A, Powell KR. Sepsis and shock. Dalam: Kliegman R, Stanton BMD, Geme JS, Schor N, Berhman RE, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-19. WB Saunders Company; 2011. h. 846-50.

20. Upperman JS, Ford HR. MODS in children. Dalam: Deitch EA, Vincent JL, Windsor A, penyunting. Sepsis and multiple organ dysfunction: a multidisciplinary approach. China: Elsevier; 2002. h. 39-45.

21. Leteurtre S, Duhamel A, Grandbastien B, Proulx F, Cotting J, Gottesman R, dkk. Daily estimation of the severity of multiple organ dysfunction syndrome in critically ill children. CMAJ. 2010;182:1181-7.

22. Hendra, Runtunuwu AL, Manoppo JIC. Pediatric logistic organ dysfunction (PELOD) score as prognosis of multiple organ failure in sepsis. Pediatr Indones. 2010;50:226-32.

23. Graciano AL, Balko JA, Rahn DS, Ahmad N, Giroir BP. The pediatric multiple organ dysfunction score (P-MODS): development and validation of an objective scale to measure the severity of multiple organ dysfunction in critically ill children. Crit Care Med. 2005;33:1484-91.

24. Aird WC. The hematologic system as a marker of organ dysfunction in sepsis. Mayo Clin Proc. 2003;78:869-81.

25. Kim Y, Kim K, Park Y. Measurement techniques for red blood cell

deformability: recent advances. Dalam: Moschandreou T, penyunting. Blood cell – an overview of studies in hematology. InTechPub; 2012. h. 167-92. Diunduh dari: http://www.intechopen.com/books/blood-cell-an-overview-of-

studies-in-hematology/measurement-techniques-for-red-blood-cell-deformability-recent-advances. Diakses tgl 4 April 2014.

26. Piagnerelli M, Boudjeltia KZ, Gulbis B, Vanhaeverbeek M, Vincent JL. Anemia in sepsis: The importance of red blood cell membrane changes. Transfus Alternatives Transfus Med. 2007;9:143-9.

27. Raghavan M, Marik PE. Anemia, allogenic blood transfusion, and

(49)

28. Nurnaningsih, Setyowireni D, Rusmawatiningtyas D. Microbial pattern in pediatrics septicaemia at pediatric intensive care unit Sardjito Hospital. Paed Indones. 2011;51(S):92.

29. Chen J, Jin L, Yang T. Clinical study of RDW and prognosis in sepsis newborns. Biomed Res. 2014;25:276-9.

(50)

RINGKASAN

Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang

tinggi. Insiden sepsis di unit perawatan intensif pediatrik Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit rujukan di Indonesia adalah 19.3%

dari 502 pasien anak yang dirawat dengan angka mortalitas mencapai 54%.

Diagnosis dini dan stratifikasi derajat keparahan sepsis sangat penting untuk

mencegah terjadinya komplikasi kegagalan multi organ yang akhirnya berujung

dengan kematian. Parameter sepsis yang objektif seperti prokalsitonin masih

terbatas ketersediaannya di beberapa fasilitas kesehatan.

Pemeriksaan red cell distribution width (RDW), yang merupakan bagian dari

panel pemeriksaan darah lengkap, telah bayak dilaporkan pada penelitian dewasa

sebagai faktor prognostik pada beberapa keadaan sakit kritis, termasuk sepsis.

Namun, peran RDW pada penelitian anak sepsis masih kontroversial.

Penelitian cross sectional dilakukan terhadap 40 pasien anak dengan sepsis

yang dirawat di Unit Perawatan Intensif mulai Desember 2013 sampai Maret 2014.

Nilai RDW pasien diambil dalam 24 jam setelah diagnosis sepsis ditegakkan.

Hubungan nilai RDW dengan hemoglobin (Hb) dinilai dengan menggunakan korelasi

Spearman’s. Nilai RDW dikategorikan menjadi normal (≤ 14.5%) dan meningkat (>

14.5%). Hubungan mortalitas, lama rawatan dan kelompok RDW dinilai dengan uji x2

and Mann Whitney.

Hasil penelitian mendapati usia median subjek penelitian adalah 30 bulan (2

bulan sampai 17 tahun) dengan 28 pasien (70%) dengan jenis kelamin laki-laki. Nilai

RDW meningkat pada 50% pasien, dengan nilai median RDW adalah 14.8% (11.2%

(51)

melalui korelasi Spearman’s menunjukkan hubungan yang lemah (r=0.056, P=0.73)

yang mengindikasikan peningkatan RDW pada pasien sepsis lebih dipengaruhi oleh

respon inflamasi yang terjadi. Dari hasil analisa didapati tidak ada hubungan yang

bermakna antara kelompok RDW dengan terjadinya mortalitas (P=0.749) dan lama

rawatan (P=0.280). sehingga nilai RDW tidak dapat digunakan sebagai faktor

(52)

SUMMARY

Sepsis remains as a major health problem with high morbidity and mortality. The

incidence of sepsis reported in the pediatric intensive care unit Cipto Mangunkusumo

Hospital (RSCM) as a referral hospital in Indonesia is 19.3 % among 502 pediatric

patients with 54 % mortality.

Early diagnosis and stratification of severity of sepsis are important to

prevent multiple organ failure that eventually led to the death. Objective parameters

in sepsis such as procalcitonin, is still not widely available in some health facilities.

Red cell distribution width (RDW), which is examined as part of complete

blood analysis, has been reported recently in adult population as a prognostic factor

in critically ill patients, including sepsis. However, the role of RDW in pediatric sepsis

remains doubtful.

A cross-sectional study was conducted between 40 pediatric sepsis

patients in the Intensive Care Unit (ICU) from December 2013 to March 2014. The

value of RDW were taken within 24 hours after the diagnosis of sepsis. The

relationship between RDW and hemoglobin (Hb) were assessed using Spearman 's

correlation. Patients were devided according to RDW values as normal group (≤ 14.5

%) and increased group (> 14.5 %). Relationships of mortality, length of ICU stay

and the group RDW were assessed by x2 test and Mann Whitney test.

This study reported the median age of the subjects was 30 months (2

months to 17 years) with 28 patients (70 %) were male. RDW value was increased in

50 % patients, with a median value of RDW was 14.8 % (11.2% to 27.8%). The

correlation between RDW value and anemia was analyzed using Spearman's

(53)

that the increment of RDW value was more influenced by the inflammatory process

in sepsis. There was no significant relationship between RDW with mortality (P =

0749) and length of hospital stay (P = 0.280). Therefore, RDW value can not be

(54)

LAMPIRAN 1

Penjelasan dan Persetujuan Kepada Calon Subjek Penelitian

Kepada Yth Bapak / Ibu ...

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, nama saya dr. Trina Devina beserta

tim bertugas di Divisi Gawat Darurat dan Unit Perawatan Intensif Departemen Ilmu

kesehatan Anak FK USU / RSUP Haji Adam Malik Medan.

Bersama ini, kami ingin menyampaikan kepada Bapak / Ibu bahwa Divisi

Gawat Darurat dan Unit Perawatan Intensif Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK

USU - RSHAM Medan, bermaksud mengadakan penelitian mengenai “Hubungan

nilai RDW dengan mortalitas pasien sepsis yang dirawat di unit perawatan intensif

anak”

Sepsis adalah keadaan tubuh yang disebabkan oleh infeksi. Pada keadaan

sepsis yang berat, dapat terjadi kegagalan organ tubuh untuk bekerja, dan pada

akhirnya menyebabkan kematian. Beratnya derajat penyakit pada sepsis dapat

diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Tujuannya adalah supaya tim medis

dapat mengantisipasi secara dini kemungkinan perburukan keadaan penyakit. Salah

satunya parameter yang telah banyak diteliti di luar negeri adalah dengan

pemeriksaan RDW.

Pemeriksaan RDW yang didapat dari hasil pemeriksaan darah lengkap,

sebagai pemeriksaan yang umum dilakukan saat pasien masuk ke UPI anak.

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pasien yang menjadi subjek penelitian adalah pasien sepsis,

2. Data awal dari pasien akan diambil melalui wawancara dengan orang

tua/perwakilan pasien dan pengisian formulir biodata yang berisi data pribadi,

riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan yang pernah dijalani.

3. Data tentang nilai RDW awal saat pasien didiagnosa sepsis, status gizi dan

penyakit dasar yang menyebabkan pasien dirawat di UPI anak dicatat

(55)

4. Pasien akan mendapatkan perawatan seesuai prosedur operasional

perawatan di UPI anak.

5. Efek yang diamati adalah apakah terjadi kematian, atau pasien bertahan hiup

dan pindah ke ruang rawat biasa. Turut juga dicatat lama perawatan di UPI

anak.

Partisipasi anak Bapak / Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak

terjadi perubahan mutu pelayanan dari dokter terhadap anak Bapak / Ibu bila tidak

bersedia mengikuti penelitian ini. Anak Bapak / Ibu akan tetap mendapatkan

pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan prosedur pelayanan kesehatan.

Jika Bapak / Ibu bersedia, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu

menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Bila ada keluhan

selama perawatan maka Bapak / Ibu dapat menghubungi saya di nomor

081397228776. Peneliti akan berusaha membantu mengatasi keluhan Bapak / Ibu.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya

(56)

Lampiran 2

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur : ... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Pekerjaan : ...

Alamat : ... Selaku orang tua/perwakilan dari pasien yang dirawat dengan:

Nama : ... Umur : ... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

MR : ………..

Alamat : ...

Telah menerima dan mengerti penjelasan yang sudah diberikan oleh dokter mengenai penelitan “Hubungan nilai RDW dengan mortalitas pada pasien sepsis yang dirawat di uinit perawatan intensif anak” dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya memberikan ijin untuk anak/……….. saya menjadi peserta penelitian ini. Apabila sewaktu-waktu anak saya tidak nyaman dan ingin berhenti sebagai subjek, maka kepada saya tidak akan dituntut apapun.

(57)

Lampiran 3

DATA PRIBADI SUBJEK PENELITIAN

No Urut :

Tanggal :

DATA PRIBADI

Nama : ... MR : ...

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Tempat/ Tgl lahir : ………

Alamat : ...

Berat badan : ……….kg Tinggi Badan : ……….cm

Status gizi :

Tanggal Masuk :

Tanggal Keluar : Keterangan: Meninggal / pindah ruangan

Diagnosis : ...

Orang tua Ayah Ibu

Nama : ... ...

Usia (tahun) : ... ...

Pekerjaan : ... ... ...

Pendidikan : ... ...

Riwayat Penyakit Terdahulu:

(58)

PEMANTAUAN

Nama :

Tanggal Masuk : Tanggal Keluar :

No Variabel Nilai

1 Usia

2 JK

3 Status gizi

4 Penyakit penyerta

5 Penggunaan ventilator

6 Penggunaan inotrop dan vasoaktif

7 Antibiotik

8 Transfusi

9 PELOD awal

10 Parameter Lab H1 H3

Hb

Leukosit

Trombosit

RDW

PCT

CRP

As Laktat Arteri

11 Hasil Kultur

12 Outcome Meninggal / pindah ruangan

(59)
(60)

Lampiran 5

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : dr. Trina Devina

Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 7 April 1987

Alamat : Komp. Cemara Asri, Jln. Anggur no.68,

Deli Serdang, Sumatera Utara

Indonesia

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Kalam Kudus Medan, tamat tahun 1998

Sekolah Menengah Pertama : SLTP Kalam Kudus Medan, tamat tahun 2001

Sekolah Menengah Umum : SMU Methodist-2 Medan, tamat tahun 2004

Dokter Umum : Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat tahun 2008

RIWAYAT PEKERJAAN : -

PERTEMUAN ILMIAH / PELATIHAN

1. Pertemuan Ilmiah Tahunan IV Ikatan Dokter Anak Indonesia, di Medan,

22-24 Februari 2010 , sebagai peserta.

2. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ikatan Dokter Anak Indonesia cabang

Sumut di Medan, 13-14 November 2010, sebagai peserta.

3. Simposium Kongres Nasional IV Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak

Indonesia di Medan, 4-6 Desember 2010, sebagai peserta.

4. Pendidikan kedokteran Berkelanjutan ke V Ikatan Dokter Anak Indonesia

cabang Sumut, 29-30 April 2012, sebagai peserta.

5. Pelatihan Advance Pediatric Resuscitation Course, UKK Pediatri Gawat

Darurat di Medan, April 2013, sebagai peserta

6. Pendidikan kedokteran Berkelanjutan ke VI Ikatan Dokter Anak Indonesia

(61)

7. Simposium Nasional HUT Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU,

Januari 2014, sebagai peserta

ORGANISASI

Gambar

Tabel 2.1. Kriteria disfungsi organ pada anak20
Gambar 2.2 Morfologi eritrosit (a), gambaran spektrin pada mikroskop elektron (b), skema membran sel eritrosit (c)25
Gambar 2.3 Dampaak sepsis ter rhadap sel ddarah merah24
Gambar 2.4 Kerangka konseptual penelitian 
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu perlu dilakukan penelitian pewarnaan kain sutera dengan pewarna gambir guna melihat pengaruh kondisi suhu pencelupan dan jenis fiksator yang digunakan

Dengan memanfaatkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, penelitian ini bermaksud menerapkan sebuah metode deteksi manusia pada kamera pengawas di kantor

Pendidikan ketaatan dan keteladanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Siti Mahmudah di dalam mendidik agama pada anaknya. Karena dengan melalui pendidikan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana representasi kesuksesan bisnis dalam iklan media Bisnis Indonesia versi buah durian isi pisang di media billboard

Salah satu jenis dari alat penukar kalor ialah alat penukar kalor pipa ganda (Double Pipe Heat Exchanger, DPHE), di bedakan menurut arah aliran fluidanya, berlawanan

Perjanjian kerja sebagaimana diatur Pasal 1 angka 14 UU ketenagakerjaan yakni Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang

Tulang kaki depan dan belakang trenggiling menunjukkan ciri hewan plantigradi yang memiliki kemampuan sebagai hewan penggali dan pemanjat...

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan sektor awam (pengobatan sendiri) yang dilakukan ibu hamil terhadap keluhan sakit selama hamil adalah membeli obat