• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Gangguan Ginjal Akut dan Mortalitas pada Anak dengan Penyakit Kritis di Unit Perawatan Intensif Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara Gangguan Ginjal Akut dan Mortalitas pada Anak dengan Penyakit Kritis di Unit Perawatan Intensif Anak"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS

DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK

TESIS

PUTRI AMELIA 087103028-IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK –

KONSENTRASI ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS

DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) Dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

PUTRI AMELIA 087103028-IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK –

KONSENTRASI ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Hubungan antara Gangguan Ginjal Akut dan Mortalitas pada Anak dengan Penyakit Kritis di Unit Perawatan Intensif Anak

Nama Mahasiswa : Putri Amelia Nomor Induk Mahasiswa : 087103028-IKA

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K)

Anggota

Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS

Dr. Melda Deliana, Sp.A(K) Dr. Zainuddin Amir, Sp.P(K)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 September 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. dr. Munar Lubis, SpA(K) dan Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini. 2. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen dan dr. Melda

(6)

3. Prof. dr. H. M. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K), dr. Supriatmo, SpA(K), dan dr. Selvi Nafianti, SpA(K) yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Yunnie Trisnawati, MKed (Ped), SpA, dr. Rina A.C. Saragih, MKed (Ped), SpA, dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

5. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Kak En, Kak Dida, Kak Vivi, Bea, Kak Ismy. Terimakasih untuk bantuan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

(7)

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Tesis iii

Ucapan Terima Kasih v

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Singkatan dan Lambang xii

Abstrak xiii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Hipotesis 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis 5

3.5.2. Kriteria Eksklusi 14

3.6. Persetujuan / Informed Consent 15

3.7. Etika Penelitian 15

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 15

3.8.1. Alokasi Subjek 15

3.8.2. Cara Kerja 15

(9)

3.9. Identifikasi Variabel 17

3.10. Definisi Operasional 18

3.11. Pengolahan dan Analisis Data 21

BAB 4. HASIL 23

BAB 5 PEMBAHASAN 29

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 34

6.2. Saran 34

Ringkasan 35

Daftar Pustaka 37

Lampiran

1. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua 42

2. Lembar isian sampel 44

3. Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) 46

4. Persetujuan Komite Etik 47

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria pediatric RIFLE 8

Tabel 4.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian 24

Tabel 4.2. Karakteristik umum GnGA 25

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

GnGA : Gangguan Ginjal Akut

ADQI : Acute Dialysis Quality Initiative

RIFLE : Risk, Injury, Failure, Loss dan End-stage

pRIFLE : pediatric Risk, Injury, Failure, Loss dan End-stage

SCr : kreatinin serum

eCCI : estimated creatinine clearence UPI : Unit Perawatan Intensif

RRT : Renal Replacement Therapy PIM : Pediatric Index of Mortality PRISM : Pediatric Risk of Mortality

PELOD : Pediatric Logistic Organ Dysfunction LFG : Laju filtrasi glomerulus

eLFG : estimated laju filtrasi glomerulus

mL : mililiter

: proporsi yang diteliti

Zα : deviasi baku normal untuk α

(13)

ABSTRAK

Latar belakang Laporan kematian gangguan ginjal akut (GnGA) masih tinggi sekitar 60% pada pasien anak dengan penyakit kritis. Tingginya kematian ini dipengaruhi oleh derajat berat penyakit, disfungsi organ, dan derajat GnGA. Tujuan Mengetahui hubungan antara GnGA dan mortalitas pada pasien anak dengan penyakit kritis.

Metode Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional, yang dilakukan selama bulan April 2012 – Juli 2012. Sampel penelitian adalah semua pasien yang berusia 1 bulan – 18 tahun yang masuk ke PICU > 24 jam. Produksi urin dan kreatinin serum diperiksa setiap hari. Pasien dikelompokkan berdasarkan kriteria pRIFLE. Untuk menilai hubungan GnGA, mortalitas, skor PELOD, dan lama rawatan digunakan uji Chi square Fisher Exact, Mann-Whitney, dan Kruskal-Wallis. Analisis data menggunakan program komputer, dengan batas kemaknaan P<0,05 dan interval kepercayaan 95%. Hasil Subjek penelitian sebanyak 57 anak yang terdiri dari 25 (43.9%) perempuan dan 32 (56.1%) laki-laki, rentang usia 1 – 206 bulan (median 43 bulan). Prevalensi GnGA sebesar 31.5%, dengan GnGA derajat risk 72.2%, injury 16.7%, dan failure 11.1%. Prevalensi kematian penderita GnGA adalah 16.7%. Tidak ada hubungan antara GnGA dan mortalitas (P=0.592). Rerata skor PELOD pada penderita GnGA dan non GnGA sama (10.28±11.32 vs 10.39±12.23), dan tidak ada hubungan antara GnGA dengan lama rawatan (P=0.819).

Kesimpulan Tidak ada hubungan antara GnGA dan mortalitas di Unit Perawatan Intensif Anak RS H. Adam Malik Medan

(14)

ABSTRACT

Background The mortality from acute kidney injury (AKI) is as high as 60% in critically ill children. This high mortality rate is influenced by the severity of the disease, organ dysfunction, and stage of acute kidney injury.

Objective To assess the association between AKI and mortality in critically ill children.

Methods A cross-sectional study was conducted in April – July 2012. All patients aged 1 month – 18 years which admitted to PICU > 24 hours were included. The urine output and serum creatinine were evaluated daily. Patient were categorized according to the pRIFLE criteria. Chi square Fisher Exact Test, Mann-Whitney, and Kruskal-Wallis tests were used to assess the association between AKI, mortality, PELOD score and length of stay. Data was analyzed by computer programme with P<0.05 and confidence interval 95%.

Results During the follow-up period, 57 children were admitted, consisted of 25 (43.9%) female and 32 (56.1%) male with median age 43 months. The prevalance of AKI was 31.5% and classified into stage: risk 72.2%, injury 16.7% and failure 11.1%. The prevalence of death in AKI was 16.7%. There was no association between AKI and mortality (P=0.592). The PELOD scores were found equal in all patients (SD 11.32 vs SD 12.23, P=0.830), and there was no association between AKI and length of stays (P=0.819).

Conclusion There is no association between AKI and mortality at PICU in H. Adam Malik Hospital.

(15)

ABSTRAK

Latar belakang Laporan kematian gangguan ginjal akut (GnGA) masih tinggi sekitar 60% pada pasien anak dengan penyakit kritis. Tingginya kematian ini dipengaruhi oleh derajat berat penyakit, disfungsi organ, dan derajat GnGA. Tujuan Mengetahui hubungan antara GnGA dan mortalitas pada pasien anak dengan penyakit kritis.

Metode Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional, yang dilakukan selama bulan April 2012 – Juli 2012. Sampel penelitian adalah semua pasien yang berusia 1 bulan – 18 tahun yang masuk ke PICU > 24 jam. Produksi urin dan kreatinin serum diperiksa setiap hari. Pasien dikelompokkan berdasarkan kriteria pRIFLE. Untuk menilai hubungan GnGA, mortalitas, skor PELOD, dan lama rawatan digunakan uji Chi square Fisher Exact, Mann-Whitney, dan Kruskal-Wallis. Analisis data menggunakan program komputer, dengan batas kemaknaan P<0,05 dan interval kepercayaan 95%. Hasil Subjek penelitian sebanyak 57 anak yang terdiri dari 25 (43.9%) perempuan dan 32 (56.1%) laki-laki, rentang usia 1 – 206 bulan (median 43 bulan). Prevalensi GnGA sebesar 31.5%, dengan GnGA derajat risk 72.2%, injury 16.7%, dan failure 11.1%. Prevalensi kematian penderita GnGA adalah 16.7%. Tidak ada hubungan antara GnGA dan mortalitas (P=0.592). Rerata skor PELOD pada penderita GnGA dan non GnGA sama (10.28±11.32 vs 10.39±12.23), dan tidak ada hubungan antara GnGA dengan lama rawatan (P=0.819).

Kesimpulan Tidak ada hubungan antara GnGA dan mortalitas di Unit Perawatan Intensif Anak RS H. Adam Malik Medan

(16)

ABSTRACT

Background The mortality from acute kidney injury (AKI) is as high as 60% in critically ill children. This high mortality rate is influenced by the severity of the disease, organ dysfunction, and stage of acute kidney injury.

Objective To assess the association between AKI and mortality in critically ill children.

Methods A cross-sectional study was conducted in April – July 2012. All patients aged 1 month – 18 years which admitted to PICU > 24 hours were included. The urine output and serum creatinine were evaluated daily. Patient were categorized according to the pRIFLE criteria. Chi square Fisher Exact Test, Mann-Whitney, and Kruskal-Wallis tests were used to assess the association between AKI, mortality, PELOD score and length of stay. Data was analyzed by computer programme with P<0.05 and confidence interval 95%.

Results During the follow-up period, 57 children were admitted, consisted of 25 (43.9%) female and 32 (56.1%) male with median age 43 months. The prevalance of AKI was 31.5% and classified into stage: risk 72.2%, injury 16.7% and failure 11.1%. The prevalence of death in AKI was 16.7%. There was no association between AKI and mortality (P=0.592). The PELOD scores were found equal in all patients (SD 11.32 vs SD 12.23, P=0.830), and there was no association between AKI and length of stays (P=0.819).

Conclusion There is no association between AKI and mortality at PICU in H. Adam Malik Hospital.

(17)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kejadian dan mortalitas gangguan ginjal akut (GnGA) pada anak dengan penyakit kritis masih cukup tinggi.1,2 Suatu penelitian tentang epidemiologi GnGA mendapati angka kejadian GnGA pada anak kritis berkisar antara 12% sampai 87.8%, bergantung pada kriteria definisi GnGA yang digunakan.3 Saat ini ada lebih dari 30 definisi GnGA. Keterbatasan definisi yang seragam dan multidimensional dapat mengakibatkan kegagalan dalam menentukan cedera ginjal, keterlambatan pengobatan, dan ketidakmampuan untuk generalisasi hasil penelitian.4,5

Acute Dialysis Quality Initiative group (ADQI) telah mengajukan suatu sistem klasifikasi baru yg digunakan pada pasien dewasa dengan penyakit kritis, yaitu kriteria RIFLE yang merupakan singkatan dari Risk for renal dysfunction, Injury to the kidney, Failure of kidney function, Loss of kidney

function dan End-stage renal disease.

3 Modifikasi dari kriteria RIFLE tersebut,

yang dinamakan pRIFLE telah digunakan untuk pasien pediatrik. Kriteria tersebut membedakan tingkat keparahan GnGA berdasarkan perubahan kreatinin serum (SCr) atau estimated creatinine clearance (eCCl) dan produksi urin.2

Berbagai penelitian pada pasien dewasa menunjukkan bahwa kriteria RIFLE mempunyai relevansi klinis terhadap diagnosis GnGA, tingkat

(18)

keparahan GnGA, progresifitas GnGA, serta mempunyai nilai prediktif terhadap mortalitas.6,7 Penelitian pada anak dengan menggunakan kriteria pRIFLE masih sangat terbatas. Suatu penelitian mendapati bahwa GnGA umumnya dijumpai pada tujuh hari pertama rawatan di unit perawatan intensif anak (UPI anak), pasien yang tidak menunjukkan perbaikan fungsi ginjal dalam 48 jam rawatan UPI anak memiliki risiko yang lebih besar untuk mendapatkan Renal Replacement Therapy (RRT).

Tingginya angka kematian penderita sakit kritis yang disertai GnGA selain dipengaruhi oleh derajat GnGA juga dipengaruhi oleh derajat beratnya penyakit dan gangguan fungsi organ yang menyertai oenyakit tersebut.

2

Terdapat 3 skor penilaian derajat berat sakit (Severity score) yang digunakan pada anak penyakit kritis, yaitu PIM (Pediatric Index of Mortality), PRISM (Pediatric Risk of Mortality), dan PELOD (Pediatric Logistic Organ Dysfunction). Skor PELOD merupakan skor yang digunakan untuk menilai ada dan atau tidaknya disfungsi organ dan beratnya disfungsi pada masing-masing sistem organ maupun antara beberapa sistem organ (Multiple Organ Dysfunction Syndrome).

8

Skor PELOD lebih bermakna secara klinis karena mampu memaksimalkan deskripsi disfungsi organ yang terjadi pada anak dengan penyakit kritis yang dirawat di UPI Anak. Skor ini mempunyai hubungan yang erat dengan angka kematian serta dapat mendeteksi disfungsi organ, meskipun pada pasien dengan prediksi kematian yang rendah.

9

(19)

Suatu penelitian di 8 UPI Anak di Perancis, Kanada, dan Swiss melaporkan bahwa skor PELOD penderita yang meninggal lebih tinggi secara bermakna dengan nilai rerata 31.0±1.2 dibandingkan penderita yang hidup dengan nilai rata-rata 9.4±0.2.10 Penelitian lain di Bandung mendapatkan skor PELOD pada yang meninggal rata-rata 22.2±10.1 dan yang hidup 13.5±8.5.11

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilihat GnGA pada pasien anak dalam keadaan kritis sering terjadi dan berhubungan dengan kematian.

Untuk itu penelitian ini mencoba menilai apakah ada hubungan antara GnGA dan mortalitas pada anak dengan penyakit kritis yang dirawat di UPI anak?

1.3. Hipotesis

Ada hubungan antara gangguan ginjal akut dan mortalitas pada anak dengan penyakit kritis di UPI anak.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

(20)

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mencari hubungan antara GnGA dengan derajat disfungsi organ berdasarkan skor PELOD pada anak penyakit kritis.

2. Mencari hubungan antara lama rawatan pada anak penyakit kritis dengan GnGA.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bidang akademik/ilmiah

Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang perawatan intensif, khususnya mengenai hubungan antara GnGA dengan mortalitas pada pasien dengan penyakit kritis.

1.5.2. Bidang pelayanan masyarakat

Meningkatkan kualitas pelayanan perawatan intensif pada anak. 1.5.3. Bidang pengembangan masyarakat

(21)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis

Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin dan produk sisa nitrogen darah yang bersifat reversibel dan disertai ketidakmampuan ginjal untuk meregulasi keseimbangan cairan dan elektrolit.12 Gagal ginjal sering dijumpai di UPI anak, baik sebagai penyakit yang menyebabkan rawatan di UPI anak atau sekunder akibat proses penyakit yang mendasari.

Walaupun angka tepat insidensi GnGA pada anak belum diketahui, penelitian-penelitian terbaru menunjukkan peningkatan kejadian GnGA pada pasien anak yang dirawat.

13

12

(22)

kejadian GnGA sebesar 58%, dimana mortalitas pasien dengan GnGA lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa GnGA.1

Penyebab GnGA terdiri atas prarenal, renal dan paskarenal.

14

Penyebab GnGA pada pasien kritis seringkali multifaktorial. Sepsis merupakan penyebab yang terutama, dimana 45% sampai 70% GnGA pada pasien kritis dianggap berkaitan dengan sepsis.15,16 Suatu penelitian multinasional tentang GnGA pada pasien kritis mendapati bahwa syok sepsis merupakan penyebab utama (47.5%), diikuti oleh pasca pembedahan (34%), syok kardiogenik (27%), hipovolemia (26%) dan obat-obatan (19%), dimana pada banyak kasus dijumpai keterlibatan lebih dari satu faktor.16

2.2. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)

Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan indikator fungsi renal yang penting untuk diagnosis gangguan fungsi ginjal. Renal inulin clearance merupakan baku emas untuk LFG, namun terbatas penggunaannya oleh karena ketidaktersediaan dan pemeriksaan yang sulit. Perhitungan LFG berdasarkan Creatinine clearance sering digunakan pada pasien anak. Untuk memperkirakan LFG digunakan rumus Schwartz, yaitu:

eLFG = k x L/Scr

17,18

eLFG : estimated LFG (ml/menit/ 1.73 m2) L : tinggi badan (cm)

(23)

k : konstanta ( bayi aterm: 0.45; anak dan remaja putri: 0.55; remaja putra:0.7 )

2.3. Kriteria Diagnosis GnGA

Penelitian GnGA pada anak mengalami kesulitan akibat tidak tersedianya definisi standar. Definisi yang ada beragam, mulai dari berbagai variasi peningkatan kreatinin serum (SCr) atau penurunan produksi urin (UOP) sampai ketentuan Renal Replacement Therapy (RRT).

Angka kejadian GnGA yang diperhitungkan pada populasi anak kemungkinan lebih rendah dari yang sesungguhnya oleh karena kriteria diagnostik sebelumnya berdasarkan pada peningkatan kreatinin serum yang tinggi. Saat ini, bahkan sedikit peningkatan kreatinin serum, jauh lebih sedikit dari indikasi RRT, didapati berpengaruh terhadap outcome yang buruk.

19

19

Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kreatinin serum sebesar 0.3 mg/dL berkaitan dengan meningkatnya mortalitas pada pasien dewasa. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan definisi GnGA yang lebih baik dan deteksi dini GnGA sebelum pasien membutuhkan RRT.

Pada tahun 2004, Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI) mengajukan definisi gangguan ginjal akut pada pasien anak dan dewasa yaitu dipakai sistem RIFLE ( R: risk, I: injury, F: failure, L: loss of kidney function, dan E: end stage renal disease ).

19

3 Sedangkan kriteria AKIN dipakai oleh Acute

(24)

dan dewasa, dokter critical care bersama dengan organisasi sosial. Kriteria AKIN dikembangkan untuk meningkatkan sensitivitas kriteria RIFLE dengan merekomendasi perubahan kreatinin yang lebih kecil sebagai batasan, dan menetapkan batas waktu kurang dari 48 jam untuk penegakkan diagnosis GnGA.

Pengembangan kriteria pediatric RIFLE diharapkan akan lebih jelas menggambarkan GnGA pada anak. Penelitian mendapatkan pRIFLE memberikan klasifikasi dan menggambarkan perjalanan klinis GnGA yang lebih baik pada pasien-pasien anak yang dirawat di unit intensif. Akan tetapi, penelitian dan validasi lanjutan masih diperlukan untuk utilisasi kriteria ini. Kriteria pRIFLE membedakan tingkat keparahan GnGA berdasarkan perubahan kreatinin serum (SCr) atau estimated creatinine clearance (eCCl) dan produksi urin (Table 2.1).

20

Tabel 2.1. Kriteria pediatric RIFLE 2

Kategori

2

Estimated creatinine clearance

(eCCl) sesuai rumus Schwartz

Produksi urin

Risk Injury Failure

eCCl menurun 25% eCCl menurun 50% eCCl menurun 75% atau < 35mL/mnt/1.73m2 BSA

<0.5 mL/kgBB/jam selama 8 jam <0.5 mL/kgBB/jam selama 16 jam <0.3 mL/kgBB/jam selama 24 jam atau anuria selama >12 jam

Loss End Stage

Failure > 4 minggu

(25)

2.4. Perjalanan Penyakit dan Prognosis GnGA

Suatu penelitian mendapati bahwa 42.3% pasien mengalami GnGA pada hari pertama rawatan di UPI anak dan fungsi ginjal membaik dalam 48 jam pertama rawatan pada 46% pasien dengan GnGA.2 Penelitian lain mendapati 26 dari 46 pasien yang mengalami GnGA pada hari pertama rawatan mengalami tingkat keparahan GnGA yang lebih berat ( pRIFLE I dan F) selama 7 hari rawatan PICU.1

Prognosis GnGA bergantung pada penyebabnya. Pasien dengan GnGA sebagai bagian dari gagal sistem organ multipel mempunyai tingkat mortalitas yang jauh lebih tinggi. GnGA yang disebabkan oleh nefrotoksis dan hipoksia/iskemia bersifat reversibel dimana fungsi ginjal dapat kembali ke normal.

Suatu systematic review mendapati bahwa klasifikasi RIFLE merupakan prediktor outcome yang baik, dimana mortalitas meningkat dengan memberatnya klasifikasi RIFLE. Bahkan gangguan fungsi ginjal yang ringan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap outcome.

14

Beberapa penelitian pada orang dewasa dan anak membuktikan bahwa penyakit ginjal kronik merupakan komplikasi lanjutan dari GnGA. Dengan semakin meningkatnya insiden GnGA yang selanjutnya akan berkembang menjadipenyakit ginjal kronis, maka pemantauan jangka panjang sangat diperlukan pada anak dengan riwayat GnGA.

7

(26)

2.5. Korelasi antara Skor PELOD, Penyakit Kritis, dan GnGA

Penelitian tentang GnGA pada penyakit kritis menunjukkan bahwa insiden GnGA pada penyakit kritis cukup tinggi, dengan mortalitas mencapai 60% sampai 80%. Tingginya angka kematian penderita sakit kritis yang disertai GnGA selain dipengaruhi oleh derajat GnGA juga dipengaruhi oleh derajat beratnya penyakit dan gangguan fungsi organ yang menyertai penyakit tersebut.

Penilaian beratnya penyakit dan prediksi kematian pada setiap penderita yang dirawat di UPI Anak perlu dilakukan secara objektif untuk memperkirakan prognosis serta menentukan gangguan fungsi organ utama yang menyebabkan kematian pada penderita. Penilaian derajat berat penyakit dan prediksi kematian dilakukan dengan menggunakan skor penilaian derajat beratnya penyakit.

7

Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai beratnya disfungsi organ pada anak sakit kritis, baik disfungsi pada masing-masing sistim organ maupun antara beberapa sistim organ.

23-25

26

Skor PELOD menggunakan 6 variabel sistem organ (neurologis, kardiovaskular, pernafasan, ginjal, hematologi, dan hepatik) dengan 8 ukuran disfungsi organ.27-28 Yang menghasilkan skor dari 0 untuk kondisi sehat hingga skor 71 yaitu sangat buruk atau mati.

Suatu penelitian menggunakan skor PELOD setiap harinya pada pasien-pasien UPI anak, mampu menunjukkan kondisi yang semakin

(27)

memburuk atau tidak adanya kemajuan setiap waktunya menjadi prognostik yang kuat untuk kematian. Informasi ini menjadi penting khususnya untuk 4 hari perawatan awal pasien. Disimpulkan bahwa pengukuran skor PELOD selama 7 hari menyediakan informasi optimal mengenai perjalanan gagal organ multipel selama rawatan UPI anak.29

(28)

2.5. KERANGKA KONSEPTUAL

= Yang diamati dalam penelitian ini

Gambar 2.1. Kerangka konseptual

Pasien kritis Riw. peny.

sebelumnya

UOP Ureum

Kreatinin

Gangguan Ginjal Akut eCCl

Mortalitas Fungsi ginjal Riwayat penyakit

ginjal

Status hidrasi Penatalaksanaan

(29)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Disain Penelitian

Metode yang digunakan adalah cross sectional untuk menilai hubungan antara GnGA dengan mortalitas pada anak dengan penyakit kritis.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di unit perawatan intensif anak (UPI anak) RS Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian April - Juli 2012.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi target adalah semua pasien kritis yang dirawat di UPI anak. Populasi terjangkau adalah populasi target yang dirawat di ruang UPI anak RS Haji Adam Malik Medan selama periode penelitian. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

(30)

Keterangan :

n = besar sampel

Po = proporsi yang meninggal pada anak dengan penyakit kritis di UPI anak (dari pustaka) = 0.12

P

2

a

Q

= proporsi yang meninggal pada anak dengan penyakit kritis di UPI anak (clinical judgement) = 0.02

o = 1- P0 Q

= 0.75 a = 1- P0

α = tingkat kemaknaan 5% --> Zα = 1,96 = 0.90

1 - β = power penelitian 80 % --> Zβ = 0.842

Dengan menggunakan rumus di atas didapat besar sampel minimal sebanyak 57 orang.

3.5. Kriteria Penelitian Kriteria inklusi:

Setiap pasien masuk ruang rawat intensif dengan:

- Usia 1 bulan - 18 tahun - Lama rawatan >24 jam

Kriteria eksklusi:

(31)

- Orang tua pasien yang tidak bersedia diperiksa anaknya atau tidak mau mengikuti penelitian

3.6. Persetujuan/ informed concent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai kondisi penyakit yang dialami, dan efek yang akan diobservasi (mortalitas).

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1. Alokasi Subjek

Subjek dikumpulkan secara purposive sampling. Semua sampel yang memenuhi kriteria baik kelompok dengan GnGA maupun tanpa GnGA diobservasi angka mortalitasnya di UPI anak.

3.8.2. Cara Kerja

(32)

2. Dilakukan pemantauan setiap hari pada pasien yang tidak terdiagnosis GnGA hingga pasien mengalami GnGA dengan melakukan pemeriksaan kreatinin serum dan pemantauan UOP.

3. Pasien yang telah terdiagnosis dengan GnGA dan memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai subjek penelitian dan yang memenuhi kriteria eksklusi dikeluarkan dari penelitian.

4. Bapak/ ibu/ wali subjek penelitian akan diberi penjelasan dan akan diminta persetujuan tertulis

5. Bapak/ibu/wali subjek diwawancarai tentang riwayat perjalanan penyakit terdahulu, keadaan sosial ekonomi, dilakukan pencatatan data dasar, riwayat penyakit terdahulu, diagnosis masuk, BB, TB, status gizi, sedangkan subjek dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, serta pengumpulan produksi urin. 6. Dilakukan pencatatan lama rawatan di UPI anak dan mortalitas selama rawatan

(33)

3.8.3. Alur Penelitian

Pasien UPI Anak

Ditentukan tingkat keparahan GnGA dengan menggunakan kriteria pRIFLE

Pasien dengan GnGA

Dilakukan penilaian skor PELOD dengan pengambilan sampel darah: darah lengkap, AGDA, fungsi ginjal, fungsi hati, dan HST pada

hari pertama rawatan

Pasien tanpa GnGA

Mortalitas

(34)

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Gangguan ginjal akut nominal dikotom

Variabel tergantung Skala Ukur

Mortalitas nominal dikotom

Skor PELOD ordinal

Lama rawatan nominal dikotom

3.10. Definisi Operasional

1. Gangguan ginjal akut (GnGA) : ditegakkan berdasarkan kriteria pRIFLE.

2. Kriteria Pediatric-modified RIFLE (pRIFLE):

Estimated CCl Produksi urin

Risk Injury Failure Loss End stage

eCCl menurun 25% eCCl menurun 50% eCCl menurun 75% atau <35ml/min/1,73m

Failure > 4 minggu 2

End stage renal disease

(failure >3 bulan)

< 0.5 ml/kg/jam selama 8 jam < 0.5 ml/kg/jam selama 16 jam < 0.3 ml/kg/jam selama 24 jam atau anuri selama 12 jam

eCCl, estimated creatinine clearance; pRIFLE, pediatric risk, injury, failure, loss dan end-stage renal disease

(35)

3. Estimated creatinine clearance (eCCl) = laju filtrasi glomerulus (LFG) dihitung dengan menggunakan rumus Schwartz:

eCCl = LFG = kL/Pcr

Sumber :Alatas, H. 2002. Pemeriksaan Laboratorium pada Penyakit Ginjal. Buku Ajar Nefrologi Anak (Edisi Kedua). Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

4. Keadaan kritis : semua kondisi yang memerlukan dukungan untuk kegagalan sistem organ vital

(36)

dilakukan, jika < 15 hari dibulatkan ke bawah, jika ≥ 15 hari dibulatkan ke atas. Selanjutnya usia dikelompokkan lagi berdasarkan usia tumbuh kembang :

a. 1 – 12 bulan : bayi

b. > 12 bulan – 60 bulan (5 tahun) : prasekolah c. > 5 tahun – 12 tahun : sekolah d. > 12 tahun – 18 tahun : praremaja 6. Jenis kelamin : ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik

7. Status gizi : ditentukan berdasarkan baku antropometri berat badan terhadap tinggi badan berdasarkan grafik pertumbuhan WHO 2000:

a. Gizi Buruk : BB/TB < 70% b. Gizi Kurang : BB/TB 70-90 % c. Gizi Baik : BB/TB 90-110% d. Gizi Lebih : BB/TB > 110%

(37)

akut dehidrasi berat dengan gangguan elektrolit akan digolongkan menjadi penyakit gastroenteritis. Paska operasi oleh sebab apapun akan digolongkan menjadi paska operasi.

9. Lama rawatan : waktu mulai pasien masuk ruang rawat intensif hingga keluar dari UPI Anak dalam keadaan hidup atau meninggal (hari). Selanjutnya lama rawatan dikelompokkan lagi menjadi :

a. ≤ 7 hari b. > 7 hari

10. Mortalitas : pasien meninggal selama dilakukan pemantauan di ruang rawat intensif (ya atau tidak)

11. PELOD: Pediatric Logistic Organ Dysfunction, sistem skoring untuk menilai beratnya disfungsi organ pada anak sakit kritis dan memprediksi angka kematian, dilakukan pada saat pasien masuk UPI anak. Selanjutnya skor PELOD dikelompokkan lagi berdasarkan beratnya disfungsi organ :

a. Rendah : skor < 10 b. Sedang : skor 10 – 19 c. Berat : skor ≥ 20

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

(38)
(39)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara GnGA dan mortalitas pada pasien anak dengan penyakit kritis yang dirawat di UPI Anak. Penelitian dilakukan dari bulan April 2012 – Juli 2012. Penderita yang dirawat di UPI Anak RS HAM selama periode waktu tersebut adalah sebanyak 72 anak, 15 anak tidak memenuhi kriteria inklusi karena hasil pemeriksaan darah yang tidak lengkap dan lama rawatan < 24 jam. Penderita yang menjadi subjek penelitian sebanyak 57 anak.

(40)

Tabel 4.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian (n=57)

Usia (bulan), mean (SD) Jenis kelamin, n (%)

Laki-laki Perempuan

Ventilasi mekanik, n (%) Dengan

Tanpa

Hasil rawat, n (%) Hidup

Meninggal

(41)

Tabel 4.2. Karakteristik umum GnGA (n=18)

Pada Tabel 4.2. terlihat GnGA ditemukan pada 18 subjek (32.1%) dengan derajat GnGA terbanyak adalah derajat risk (72.2%). Subjek penelitian yang mengalami GnGA pada 24 jam pertama sebanyak 17 subjek (94.4%), dan GnGA yang berlanjut setelah 48 jam sebanyak 4 subjek (22.2%).

Tabel 4.3. Hubungan GnGA dengan mortalitas

GnGA

Hasil rawatan

OR (IK95%)

P Meninggal Hidup

n % n %

(42)

Pada Tabel 4.3. terlihat bahwa subjek dengan GnGA yang meninggal sebesar 16.7%, lebih tinggi dibandingkan jumlah kematian pada penderita yang tidak GnGA (15.4%). Subjek GnGA memiliki risiko mengalami kematian 0.909 kali dibandingkan dengan subjek tidak GnGA. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan bermakna jumlah penderita yang meninggal pada kelompok GnGA dan bukan GnGA (P=0.592).

Semakin tinggi derajat GnGA maka persentase kematian semakin meningkat. Pada pasien dengan derajat injury memiliki risiko kematian 2.75 kali dibandingkan derajat risk.

Tabel 4.4. Distribusi skor PELOD berdasarkan GnGA (n=57)

Skor PELOD

(43)

Tabel 4.5. Rerata skor PELOD pada GnGA ** Uji Kruskal-Wallis

Pada Tabel 4.5. terlihat rerata skor PELOD pada kelompok GnGA adalah 10.2 (SD 11.32) dan pada kelompok tidak GnGA 10.3 (SD 12.23). Berdasarkan uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna skor PELOD pada kelompok GnGA dan tidak GnGA (z=-0.215, P=0.830), berdasarkan uji Kruskal-Wallis tidak terdapat perbedaan bermakna skor

(44)

Tabel 4.6. Hubungan GnGA dengan lama rawatan (n=57)

* Uji Regresi Logistik Uji Kai Kuadrat

Pada Tabel 4.6. terlihat bahwa subjek dengan GnGA dengan lama rawatan lebih dari 7 hari sebesar 67.5%, lebih rendah dibandingkan lama rawatan pada penderita yang tidak GnGA (70.6%). Berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan bermakna lama rawatan pada kelompok GnGA dan bukan GnGA (P=0.819).

(45)

BAB 5. PEMBAHASAN

Gangguan ginjal akut adalah suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin dan produk sisa nitrogen darah yang bersifat reversibel disertai ketidakmampuan ginjal untuk meregulasi keseimbangan cairan dan elektrolit. Insidensi GnGA pada kelompok usia anak menunjukkan peningkatan.31 Di Amerika Serikat, lebih kurang 2% sampai 5% dari seluruh pasien yang dirawat menderita kelainan ini. Gangguan ginjal akut terutama timbul pada pasien yang dirawat di UPI anak sampai dengan 67% kasus.

Suatu penelitian tentang epidemiologi GnGA mendapati angka kejadian GnGA pada anak kritis berkisar antara 12% sampai 87.8%, bergantung pada kriteria definisi GnGA yang digunakan.

32

Pada penelitian neonatus, insidens GnGA bervariasi dari 8% hingga 24% untuk bayi baru lahir, dan GnGA umum terjadi pada neonatus yang menjalani operasi jantung.

3

31

Penelitian prospektif pada 235 anak pada tahun 2008 menggunakan pRIFLE mendapati insidensi GnGA sebesar 30.6%, dengan distribusi risk (39.1%), injury (39.1%), dan failure (21.8%).33 Insidensi GnGA pada populasi anak bervariasi dari 1% sampai 82%, pada penelitian saat ini didapatkan insidensi 339 dari 3 396 pasien (≈ 10%) yang masuk ke unit rawat intensif anak.

Pada penelitian ini, dari 57 anak yang dirawat di UPI anak, GnGA ditemukan pada 18 subjek (31.5%) yang ditegakkan berdasarkan kriteria

(46)

pRIFLE dengan derajat GnGA terbanyak adalah derajat risk (72.2%), diikuti injury (16.7%), dan failure (11.1%). Sedangkan penelitian lain mendapatkan insiden yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu 58% dengan distribusi risk (52%), injury (37%), dan failure (11%).1

Onset GnGA yang terjadi pada 24 jam pertama perawatan di UPI anak sebesar 94.4%. Sedangkan pada penelitian melaporkan 45% kejadian GnGA terjadi pada <24 jam. Hal ini menunjukkan kriteria pRIFLE memberikan sensitivitas yang tinggi terhadap gangguan fungsi ginjal pada tahap awal.

Perbedaan prevalensi ini disebabkan karena perbedaan populasi penelitian dan perbedaan karakteristik UPI anak pada masing-masing penelitian.

35 Peneitian lain juga melaporkan bahwa kriteria pRIFLE dapat

mendeteksi GnGA sebesar 18% dari seluruh pasien dengan penyakit kritis.

Penelitian multisenter pada 29 269 penderita kritis usia lebih dari 12 tahun mendapati 1 738 mengalami GnGA selama perawatan di ruang rawat intensif, dan penyebab tersering terjadinya GnGA ialah syok septik (47.5%; 95% CI, 45.2%-49.5%), diikuti dengan operasi besar (34%), syok kardiogenik (27%), hipovolemia (26%), dan akibat penggunaan obat (19%). Frekuensi syok septik didapati berkisar 50% di setiap pusat dalam menyebabkan terjadinya GnGA.

16,36

16

(47)

(8.4%), dan politrauma (4.5%).37 Penelitian retrospektif lainnya pada 254 pasien pediatrik justru mendapatkan hasil yang berbeda, dengan penyebab tersering ialah iskemia ginjal (21%), pengobatan nefrotoksik (16%), dan sepsis (11%), sedangkan penyakit ginjal primer hanya sebesar 7%.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa presentasi GnGA terbanyak terdapat pada subjek dengan penyakit primer paska operasi (44.4%), selanjutnya gastroenterologi (22.2%). Sedangkan penelitian lain mendapatkan bahwa presentasi GnGA terbanyak adalah pada pasien dengan gagal nafas (26%) selanjutnya pada pasien dengan paska operasi (22%).

38

Pada penelitian retrospektif pada 60 pasien anak dengan GnGA berdasarkan kriteria pRIFLE, 34 pasien memenuhi kriteria pRIFLE derajat manapun pada hari pertama rawatan didapati mempunyai angka kematian lima kali lebih tinggi dibandingkan kontrol (25% vs. 5%, p < 0.05).

1

1

Suatu penelitian mendapatkan 36.2% pasien didiagnosa GnGA pada hari pertama rawatan.33 Sama juga dengan penelitian lain dimana 45% pasien didiagnosa GnGA pada 24 jam pertama.1 Data ini menunjukkan sensitivitas kriteria pRIFLE untuk menegakkan GnGA.

Pada penelitian ini, subjek penelitian yang mengalami GnGA pada 24 jam pertama sebanyak 17 subjek (94.4%), dan GnGA yang berlanjut setelah 48 jam sebanyak 4 subjek (22.2%). GnGA yang meninggal sebesar 16.7%, lebih tinggi dibandingkan jumlah kematian pada penderita yang tanpa GnGA

(48)

(13.2%). Subjek GnGA memiliki risiko mengalami kematian 0.909 kali dibandingkan dengan subjek tanpa GnGA. Tidak terdapat perbedaan bermakna tingkat kematian pada kelompok GnGA dan bukan GnGA (P=0.592). Semakin tinggi derajat GnGA maka persentase kematian semakin meningkat. Pada pasien dengan derajat injury memiliki risiko kematian 2.75 kali dibandingkan derajat risk. Sama halnya dengan penelitian ini, dimana didapati tidak adanya perbedaan yang signifikan mortalitas pada kelompok dengan GnGA dan tanpa GnGA.2 Hal ini berbeda dengan suatu penelitian prospektif yang menemukan GnGA berhubungan dengan kematian, subjek dengan GnGA berisiko mengalami kematian 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa GnGA. Pada penelitian lain juga mendapati bahwa pasien dengan GnGA risiko mengalami kematian lebih tinggi 5 kali dibandingkan dengan pasien tanpa GnGA.1 Sama halnya dengan penelitian lainnya yang mendapati pasien dengan GnGA berisiko mengalami kematian lebih tinggi 4 kali dibandingkan tanpa GnGA.39 Tingginya angka mortalitas GnGA pada berbagai penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tingginya derajat GnGA merupakan indikator prognosis yang buruk pada pasien dengan penyakit kritis.

Rerata skor PELOD pada penelitian ini didapati tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok GnGA dan tanpa GnGA (P=0.830), serta tidak terdapat perbedaan bermakna skor PELOD pada GnGA risk, injury, dan failure (P=0.516). Hal ini sesuai dengan suatu penelitian, dimana tidak ada

(49)

perbedaan skor prognostik pada pasien dengan GnGA atau tanpa GnGA.40 Berbeda dengan hasil penelitian lain yang menggunakan skor PRISM dan skor PIM II didapati rerata skor pada penderita GnGA lebih tinggi dibandingkan tidak GnGA.

Suatu penelitian menggunakan kriteria RIFLE pada anak dan dewasa, didapati bahwa ada hubungan antara lama rawatan di UPI anak dengan GnGA, menunjukkan prognosis yang buruk pada pasien dengan penyakit kritis.

2,33

33

Pada penelitian lain, didapati hasil yang berbeda dimana tidak dijumpai adanya hubungan antara lama rawatan antara kelompok dengan GnGA dan tidak GnGA.

Pada penelitian ini, tidak terdapat perbedaan bermakna lama rawatan pada kelompok GnGA dan bukan GnGA (P=0.819), semakin tinggi derajat GnGA maka persentase lama rawatan semakin meningkat. Pada pasien dengan derajat injury memiliki risiko lama rawatan 1.125 kali dibandingkan derajat risk.

1

(50)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari penelitian ini didapati bahwa tidak terdapat hubungan antara gangguan ginjal akut dan mortalitas pada pasien anak dengan penyakit kritis yang dirawat di UPI Anak RS H. Adam Malik Medan. Serta tidak terdapat perbedaan rerata skor PELOD dan lama rawatan pada penderita GnGA dan tanpa GnGA.

6.2. SARAN

Perlu dilakukan pemantauan produksi urin, pemeriksaan serum kreatinin dan fungsi ginjal lainnya secara rutin pada seluruh pasien dengan penyakit kritis yang dirawat di UPI anak untuk pencegahan, deteksi dini, dan diagnosis dini GnGA agar prevalensi dan mortalitas GnGA semakin berkurang.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

1. Plőtz FB, Bouma AB, van Wijk JAE, Kneyber MCJ, Bo¨kenkamp A. Pediatric acute kidney injury in the ICU: an independent evaluation of pRIFLE criteria. Intensive Care Med. 2008; 34:1713–17

2. Akcan-Arikan A, Zappitelli M, Loftis LL, Washburn KK, Jefferson LS, Goldstein SL. Modified RIFLE criteria in critically ill children with acute kidney injury. Kidney Int. 2007; 71:1028–35

3. Zappitelli M, Parikh CR, Akcan-Arikan A, Washburn KK, Moffett BS, GoldsteinSL. Ascertainment and epidemiology of acute kidney injury varies with definition interpretation. Clin J Am Soc Nephrol. 2008; 3:948–54

4. Bellomo R, Ronco C, Kellum JA,Mehta RL, Palevsky P, ADQI workgroup. Acute renal failure – definition, outcome measures, animal models, fluid therapy and information technology needs: the Second International Consensus Conferences of the Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI) Group. Crit Care. 2004; 8:R204-12

5. Mak HR. Acute kidney injury in children: the dawn of a new era. Pediatr Nephrol. 2008; 23:2147–49

6. Bagshawl SM, George C, Dinu I, Bellomo R. A multi-centre evaluation of the RIFLE criteria for early acute kidney injury in critically ill patients. Nephrol Dial Transplant. 2008; 23:1203–10

7. Ricci Z, Cruz D, Ronco C. The RIFLE criteria and mortality in acute kidney injury: A systematic review. Kidney Int. 2008; 73:538–46

8. Bresolin N, Manthous C, Eggers P. Prognosis for children with acute kidney injury in intensive care unit. Pediatr Nephrol. 2009; 24:537-44

(52)

10. Khwannimit B. A comparison of the three organ dysfunction scores: MODS, SOFA, LOD for predicting ICU mortality in critically ill patients. J Med Assoc Thai. 2007; 90(6):1074-81

11. Metta D, Soebardja D, Hudaya D. The use of Prdiatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) scoring system to determine the prognosis of patient in pediatric intensive care unit. Pediatrica Indonesiana. 2006; 46:1-6

12. Andreoli SP. Acute kidney injury in children. Pediatr Nephrol. 2009; 24:253-63 13. Hackbarth RM, Maxfold NJ, Bunchman TE. Acute renal failure and end-stage

renal disease. Dalam: Nichols DG, penyunting. Rogers’ Textbook of Pediatric Intensive Care. Edisi ke-4. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. h. 1661-75

14. Andreoli SP. Management of acute kidney injury in children. A guide for pediatricians. Pediatr Drugs. 2008; 10:379-90

15. Bagshaw SM, Uchino S, Bellomo R, Morimatsu H, Morgera S, Schetz M, dkk. Septic acute kidney injury in critically ill patients: clinical characteristics and outcomes. Clin J Am Soc Nephrol. 2007; 2: 431-9

16. Uchino S, Kellum JA, Bellomo R, Doig GS, Morimatsu H, Morgera S, dkk. Acute renal failure in critically ill patients: a multinational, multicenter study. JAMA. 2005; 294(7):813-8

17. Schwartz GJ, Haycock GB, Edelmann CM, Spitzer A. A simple estimate of glomerular filtration rate in children derived from body length and plasma creatinine. Pediatrics. 1976; 58;259-63

18. Schwartz GJ, Work DF. Measurement and estimation of GFR in children and adolescents. Clin J Am Soc Nephrol. 2009; 4:1832–43

19. Goldstein SL, Devarajan P. Progression from acute kidney injury to chronic kidney disease: a pediatric perspective. An invited review for advances in chronic kidney disease. Adv Chronic Kidney Dis. 2008; 15(3):278–83

(53)

21. Azkenazi D, Feig D, Graham N, Hui-Stickle S, Goldstein S. 1-5 years longitudinal follow-up of pediatric patient after acute renal failure. Kidney Int. 2006; 69:184-9

22. Slater A. Monitoring outcome in pediatric intensive care. Pediatr Anaesthesia. 2004; 14:113-6

23. Marcin J, Pollack M. Review of the acurity scoring systems for the pediatric intensive care unit and their use of quality improvement. J Intensive Care Med. 2007; 22(3):131-40

24. Lacroix J, Cotting J. Severity of illness and organ dysfunction scoring in children. Pediatr Crit Care Med. 2005; 6(3):126-34

25. Vincent J, Ferreira F, Moreno R. Scoring systems for assesing organ dysfunction and survival. Crit Care Clin. 2000; 16(2):353-66

26. Dzulfikar DLH. How to use Pediatric Logistic Organ Dysfunction score in pediatric intensive care unit. Dalam: Lubis B, Ali M, Yanni GN, Trisnawati Y, Ramayani OR. Penyunting. Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan 2010. Medan: USU Press, 2010. h. 190-200

27. Leteurtre S, Martinol A, Duhamel A, Proulx F, Grandbastein B, Cotting J dkk. Validation of the pediatric logistic organ dysfunction (PELOD) score: prospective, observasional, multicentre study. Lancet. 2003; 362: 192-7

28. Leteurtre S, Martinot A, Duhamel A, Gauvin F, Granbastien B, Nam TV dkk. Development of a pediatric multiple organ dysfunction score: use of two strategies. Med Decis Making. 1999; 19(4): 399-410

29. Leteurtre S, Duhamel A, Gauvin F, Grandbastein B, Proulx F, Cotting J dkk. Daily estimation of the severity of multiple organ dysfunction syndrome in critically ill children. CMAJ. 2010; 10: 1-7

30. Lwanga SK, Lameshow S. Sample size determination in health studies. A Practical Manual. India : WHO, 1991. h.6-8

31. Andreoli SP. Acute kidney injury in children. Pediatr Nephrol. 2009; 24:253-63 32. Goldberg R, Dennen P. Long-term outcomes of acute kidney injury. Adv

(54)

33. Freire KMS, Bresolin NL, Farah ACF, Carvalho FLC, Goes JEC. Acute kidney injury in children: incidence and prognostic factors in critically ill patients. Rev Bras Ter Intensiva. 2010; 22(2):166-74

34. Basu RK, Devarajan P, Wong H, Wheeler DS. An update and review of acute kidney injury in pediatrics. Pediatr Crit Care Med. 2011; 12(3): 339-47

35. Chang C, Lin C, Jeng C, Chang M, Chen Y. Acute kidney injury classification: comparison of AKIN an RIFLE criteria. Shock. 2010; 3:247-52

36. Hoste E, Kellum J. Acute kidney injury in sepsis. Nephrol Dial Transplant. 2010; 25:1738-9

37. Pundziene B, Dobiliene D, Rudaitis S. Acute kidney injury in pediatric patients: experience of a single center during an 11-year period. Medicine. 2010; 46(8): 511-5

38. Hui-Stickle S, Brewer ED, Goldstein SL. Pediatric ARF epidemiology at a tertiary care center from 1999 to 2001. Am J Kidney Dis. 2005; 45(1): 96-101

39. Ostermann M, Chang RWS. Acute kidney injury in the intensive care unit according to RIFLE. Crit Care Med. 2007; 35: 1837-43

40. Plőtz FB, Hulst HE, Twisk JW, Bőkenkamp A, Markhorst DG, van Wijk JA.

(55)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN

Hubungan antara Gangguan Ginjal Akut dan Mortalitas pada Anak dengan Penyakit Kritis di Unit Perawatan Intensif Anak

1. Saya telah membaca lembar persetujuan untuk penelitian ini. Saya telah mendapatkan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian serta apa yang akan dilakukan. Semua istilah teknis telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab dengan memuaskan.

2. Saya setuju anak saya berpartisipasi dalam penelitian ini.

3. Saya mengerti bahwa partisipasi anak saya dalam penelitian ini bersifat sukarela dan saya dapat menolak untuk ikut serta, tanpa kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan medis yang menjadi hak saya.

4. Saya mengerti bahwa informasi yang didapatkan akan dijaga kerahasiaannya.

(56)

Nama lengkap dan tanda tangan orangtua/wali Tanggal

Nama lengkap peneliti

(57)

Lampiran 2

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN

INTENSIF ANAK DATA UMUM

No. /MR. :... Tanggal Masuk:... Nama Pasien:………...………L/P…….….... Tanggal lahir:... Umur:... Alamat:……… Diagnosa masuk:………... Diagnosa keluar:………... BB/PB: ... STATUS GIZI: ... TERAPI YANG DIBERIKAN:

(58)

Pemantauan

Tanggal

Perawatan hr ke-

Diagnosis

Kreatinin serum (mg/dl)

eCCl = LFG ( ml/menit/1,73m2)

UOP (ml/kgBB/j)

pRIFLEUOP

pRIFLECr

pRIFLEUOP+Cr

SKOR PELOD

Variabel Nilai

1. Neurologik 2.Kardiovaskular 3.Ginjal

(59)

Lampiran 3

Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD)

Disfungsi Organ dan Variabel

Sistem Skor

Skor

0 1 10 20

1.

Skor Koma Glasgow Neurologik

Denyut jantung (x/menit) Kardiovaskular

< 12 tahun ≥ 12 tahun

Tekanan darah sistolik < 1bulan

Kreatinin (umol/ L) Ginjal

(60)
(61)

Lampiran 5

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Putri Amelia

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Agustus 1984

Alamat : Jl. Laksana No. 15. Medan. Indonesia

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Negeri BBB I, tamat tahun 1996

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 21 Semarang, tamat tahun 1999

Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Bekasi, tamat tahun 2002 Dokter Umum : Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat

tahun 2007

PEKERJAAN

2008 – sekarang : PNS Kemendikbud

PERTEMUAN ILMIAH/ PELATIHAN

1. Pertemuan Ilmiah Tahunan IV Ilmu Kesehatan Anak di Medan, tahun 2010, sebagai peserta

2. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan V Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara, tahun 2012 sebagai peserta

ORGANISASI

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka konseptual
Tabel 4.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian (n=57)
Tabel 4.3. Hubungan GnGA dengan mortalitas
Tabel 4.4. Distribusi skor PELOD berdasarkan GnGA (n=57)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang berbeda nyata pada variabel jumlah badan buah terjadi karena pada sistem benebaran bibit secara dicampur akan memiliki jumlah titik tumbuh yang lebih

Metode yang digunakan penulis adalah analisis yang berupa kuesioner tentang sistem yang diusulkan, survey ke toko, dan studi kepustakaan.. Survey ke toko meliputi wawancara

3/Hack: Hyperbolic geometry is the same as Euclidean, except that parallel lines are not unique: given a line, there are an infinite number of lines that are parallel to

Pendidikan ketaatan dan keteladanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Siti Mahmudah di dalam mendidik agama pada anaknya. Karena dengan melalui pendidikan

Salah satu jenis dari alat penukar kalor ialah alat penukar kalor pipa ganda (Double Pipe Heat Exchanger, DPHE), di bedakan menurut arah aliran fluidanya, berlawanan

Tulang kaki depan dan belakang trenggiling menunjukkan ciri hewan plantigradi yang memiliki kemampuan sebagai hewan penggali dan pemanjat...

Dengan memanfaatkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, penelitian ini bermaksud menerapkan sebuah metode deteksi manusia pada kamera pengawas di kantor