• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kadar Troponin T dan Mortalitas pada Anak Syok Sepsis yang Dirawat di PICU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Kadar Troponin T dan Mortalitas pada Anak Syok Sepsis yang Dirawat di PICU"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KADAR TROPONIN T DAN MORTALITAS PADA ANAK SYOK SEPSIS YANG DIRAWAT DI PICU

TESIS

EMIL SALIM 107103026/ IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA KADAR TROPONIN T DAN MORTALITAS PADA ANAK SYOK SEPSIS YANG DIRAWAT DI PICU

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak / M. Ked (Ped) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

EMIL SALIM 107103026/ IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Hubungan Antara Kadar Troponin T dan Mortalitas pada Anak Syok Sepsis yang Dirawat di PICU

Nama Mahasiswa : Emil Salim Nomor Induk Mahasiswa : 107103026

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua

Prof. dr. H. Munar Lubis,SpA(K)

Anggota

dr. H. Muhammad Ali, SpA(K)

Ketua Program Magister Dekan

Prof.Dr.H.Chairuddin P.Lubis,DTM&H,Sp.A(K)

NIP. 19540220 198011 1 001

Prof.Dr.Gontar A.Siregar,Sp.PD,KGEH

(4)

Telah diuji pada Tanggal : 8 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA KADAR TROPONIN T DAN MORTALITAS PADA ANAK SYOK SEPSIS YANG DIRAWAT DIPICU

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Medan, Juni 2014

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas

akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan

Anak di FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Pembimbing Utama Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K) dan

dr. Muhammad Ali, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan,

bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan

penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), sebagai Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU, dr. Beby Syofiani

Hasibuan, M.Ked (Ped), Sp.A selaku sekretaris program studi yang

telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), sebagai Ketua Departemen Ilmu

Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H.Adam Malik Medan yang telah

(7)

4. Dr. Gema Nazri Yanni, M.Ked (Ped), Sp.A, dr. Rina A.C. Saragih,

M.Ked (Ped), Sp.A, dr. Yunnie Trisnawati, M.Ked (Ped), Sp.A, dr.

Aridamuriany D. Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A, dr. Badai Buana Nasution,

M.Ked (Ped), Sp.A, dan dr. Putri Amelia, M.Ked (Ped), Sp.A yang

telah membimbing saya dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/

RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan bantuan dalam

pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, MSc(CTM), Sp.AK dan dekan FK-USU yang telah

memberikan kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis Anak di FK-USU.

7. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan, Sandro, Arjuna,

Bang Nezman, Kak Sari, Kak Dewi, Aang dan teman lainnya yang

telah membantu saya dan tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Terima kasih atas bantuan dan kebersamaan kita dalam menjalani

pendidikan selama ini.

8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta

penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua Drs. Mat

Salim, Msi dan Asnita, Spd.I, serta mertua saya Syaiful, Spd, S.Sos dan

(8)

karena selalu mendo’akan saya dan memberikan bantuan moril dan materil.

Terima kasih kepada istri saya tercinta, Devia Pebriyenti, SKM yang selalu

mendo’akan, memberikan dorongan, dan membantu saya dalam penulisan

tesis ini. Begitu juga adik saya Ulfa Alfiya Salim, SKG, Reri Anggraini, dan

Cahyani Sri Afriliya Salim yang selalu memberikan dorongan dan

mendoa’kan saya selama mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang

telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini

dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 12 Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Tesis iii

Ucapan Terima Kasih vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

Daftar Singkatan dan Tanda xiv

Abstrak xvi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Hipotesis 2

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.4.1. Tujuan Umum 3

1.4.2. Tujuan Khusus 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Sepsis 4

2.2. Patofisiologi 8

2.3. Karakteristik Disfungsi Miokard pada Sepsis 9

2.4. Troponin Jantung 11

2.5. Struktur Troponin 12

2.6. Mekanisme Peningkatan Troponin pada Sepsis 13

2.7. Troponin T 15

2.8 Peranan Pemeriksaan Kadar Troponin T 16

(10)

2.10. Penyakit Non-jantung yang Menyebabkan 17 Peningkatan Troponin

2.11. Kerangka Konseptual 19

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian 20

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 20

3.3. Populasi dan Sampel 20

3.4. Perkiraan Besar Sampel 20

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 21

3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan/ Informed Consent 22

3.7. Etika Penelitian 22

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 22

3.8.1. Alokasi Subjek 22

3.8.2. Cara Kerja Penelitian 22

3.8.3. Alur Penelitian 24

3.9. Identifikasi Variabel 24

3.10.Definisi Operasional 25

3.11.Rencana Pengolahan dan Analisis Data 26

BAB 4. HASIL PENELITIAN 27

BAB 5. PEMBAHASAN 32

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 37

6.2. Saran 37

(11)

Lampiran :

1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 43

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 45

3. Lembar Isian Sampel (Data Umum, Data Khusus) 46

4. Persetujuan Komite Etik 48

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria diagnosis sepsis 6

Tabel 2.2 Definisi Syok menurut American College of Critical Care 7

Medicine Hemodynamic

Tabel 4.1. Karakteristik demografik subjek 27

Tabel 4.2. Kadar troponin T berdasarkan jenis kelamin 28

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur troponin 12

Gambar 2.2. Mekanisme peningkatan Troponin pada keadaan 15

Sepsis

Gambar 2.3. Penyakit non-jantung yang menyebabkan 18

peningkatan troponin

Gambar 2.4. Kerangka konsep penelitian 19

Gambar 3.1. Alur penelitian 24

Gambar 4.1. Hubungan antara kadar troponin T dengan 30

lama rawatan

(14)

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

PICU : pediatric intensive care unit

SIRS : systemic inflammatory response syndrome

> : lebih besar dari

< : lebih kecil dari

SD : standar deviasi

P10

≥ : lebih besar dan sama dengan

: persentil 10

mL : milliliter

kgbb : kilogram berat badan

kg : kilogram

mg : milligram

dl : desiliter

mmol : milimol

L : liter

mm3

mmHg : millimeter air raksa : millimeter kubik

MAP : mean arterial pressure

ScvO2 : central venous oxygen saturation PaO2 : tekanan parsial oksigen dalam darah FiO2 : fraksi oksigen inspirasi

INR : international normalized ratio

aPTT : activated partial thromboplastin time RES : reticular endothelium system

TNF-α : tumor necrosis factor – α

NO : nitrit oksida

(15)

kDa : kiloDalton

ATP : adenosine triphosphate

pH : derajat keasaman suatu zat

CK-MB : creatine kinase MB

TnT : troponin T

ng : nanogram

IL-1β : interleukin 1 beta

IL-6 : interleukin 6

µL : microliter

Hb : hemoglobin

gr% : gram persen

(16)

ABSTRAK

Latar Belakang. Syok sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak yang dirawat di unit perawatan intensif anak. Sistem kardiovaskular adalah sistem organ yang paling sering terganggu pada keadaan sepsis. Sepsis dapat menyebabkan depresi miokard dan kerusakan sel jantung. Troponin T merupakan penanda yang sangat sensitif dan spesifik terhadap kerusakan sel jantung. Peningkatan troponin mencerminkan beratnya penyakit, disfungsi miokard, dan prognosis yang buruk.

Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara kadar troponin T dan mortalitas pada anak syok sepsis.

Metode. Studi cross sectional dilaksanakan selama Mei 2012 – Juni 2013 di ruang rawat intensif anak RS H. Adam Malik Medan. Pengambilan sampel secara consecutive sampling. Didapati 34 anak yang memenuhi kriteria inklusi.Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, prokalsitonin, C-reaktif protein, kultur darah, fungsi ginjal, kadar troponin T, EKG, dan foto thorax. Kemudian pasien di follow up selama dirawat di unit perawatan intensif anak dan sampai pasien pindah ke ruangan atau meninggal. Untuk menilai hubungan antara kadar troponin T dan mortalitas digunakan uji exact-fisher. Untuk menilai hubungan antara kadar troponin T dan lama rawatan serta kadar troponin T dan hemoglobin digunakan linear regresi.

Hasil. Dari 34 sampel penelitian, didapati kadar troponin T positif berjumlah 15 orang dimana 14 orang (93,3%) diantaranya meninggal, 1 orang (6,7%)

tidak meninggal, sedangkan kadar troponin T negatif berjumlah 19 orang dimana 11 orang (57,9%) diantaranya meninggal, 8 orang (42,1%) tidak meninggal (p = 0.047). Didapati hubungan yang lemah antara kadar troponin T dan lama rawatan (r=0.387, p=0.021) serta ada hubungan cukup kuat antara kadar troponin T dan hemoglobin (r=0.545, p=0.001).

Kesimpulan. Adanya hubungan antara kadar troponin T dengan mortalitas, lama rawatan, dan hemoglobin pada anak syok sepsis.

(17)

ABSTRACT

Background. Septic shock remains a major cause of morbidity and mortality in children admitted to pediatric intensive care unit. Sepsis can cause myocardial depression and myocard injury. TroponinT is a marker which is highly sensitive and specific for miocard injury. Increased troponin reflect the severity of disease, myocardial dysfunction, and poor prognosis

Objective. To analize the relation between troponin T level and mortality in septic shock children.

.

Methods. A cross-sectional study was conducted in May 2012 - June 2013 in the department of pediatric intensive care unit H. Adam Malik Hospital Medan. There are thirty four children who met the inclusion criteria. We examined complete blood count, procalcitonin, C-reactive protein, blood culture, renal function test, troponin T, ECG, rontgen thorax. The patients were followed up until the patient is moved to the ward or died

Results.

. Fisher-exact test was used to analyse the relation between troponin T level and mortality. Regretion linear was used to analyse the relation between troponin T level with length of stay and hemoglobin.

Troponin T level was positive in 15 children, 14 of them died (93,3%), 1 survived (6,7%). Troponin T level was negative in 19 children, 11 of them died (57,9%), 8 of them survived (42,1%). There was a significant relation between troponin T level and mortality (P=0.047),

Conclusion. There is a significant relation between troponin T level and mortality, length of stay, and hemoglobin in septic shock children.

a slight relation between troponin T level and length of stay (r=0.387,P=0.021), and a slightly strong relation between troponin T level and hemoglobin (r=0.545,P=0.001).

(18)

ABSTRAK

Latar Belakang. Syok sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak yang dirawat di unit perawatan intensif anak. Sistem kardiovaskular adalah sistem organ yang paling sering terganggu pada keadaan sepsis. Sepsis dapat menyebabkan depresi miokard dan kerusakan sel jantung. Troponin T merupakan penanda yang sangat sensitif dan spesifik terhadap kerusakan sel jantung. Peningkatan troponin mencerminkan beratnya penyakit, disfungsi miokard, dan prognosis yang buruk.

Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara kadar troponin T dan mortalitas pada anak syok sepsis.

Metode. Studi cross sectional dilaksanakan selama Mei 2012 – Juni 2013 di ruang rawat intensif anak RS H. Adam Malik Medan. Pengambilan sampel secara consecutive sampling. Didapati 34 anak yang memenuhi kriteria inklusi.Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, prokalsitonin, C-reaktif protein, kultur darah, fungsi ginjal, kadar troponin T, EKG, dan foto thorax. Kemudian pasien di follow up selama dirawat di unit perawatan intensif anak dan sampai pasien pindah ke ruangan atau meninggal. Untuk menilai hubungan antara kadar troponin T dan mortalitas digunakan uji exact-fisher. Untuk menilai hubungan antara kadar troponin T dan lama rawatan serta kadar troponin T dan hemoglobin digunakan linear regresi.

Hasil. Dari 34 sampel penelitian, didapati kadar troponin T positif berjumlah 15 orang dimana 14 orang (93,3%) diantaranya meninggal, 1 orang (6,7%)

tidak meninggal, sedangkan kadar troponin T negatif berjumlah 19 orang dimana 11 orang (57,9%) diantaranya meninggal, 8 orang (42,1%) tidak meninggal (p = 0.047). Didapati hubungan yang lemah antara kadar troponin T dan lama rawatan (r=0.387, p=0.021) serta ada hubungan cukup kuat antara kadar troponin T dan hemoglobin (r=0.545, p=0.001).

Kesimpulan. Adanya hubungan antara kadar troponin T dengan mortalitas, lama rawatan, dan hemoglobin pada anak syok sepsis.

(19)

ABSTRACT

Background. Septic shock remains a major cause of morbidity and mortality in children admitted to pediatric intensive care unit. Sepsis can cause myocardial depression and myocard injury. TroponinT is a marker which is highly sensitive and specific for miocard injury. Increased troponin reflect the severity of disease, myocardial dysfunction, and poor prognosis

Objective. To analize the relation between troponin T level and mortality in septic shock children.

.

Methods. A cross-sectional study was conducted in May 2012 - June 2013 in the department of pediatric intensive care unit H. Adam Malik Hospital Medan. There are thirty four children who met the inclusion criteria. We examined complete blood count, procalcitonin, C-reactive protein, blood culture, renal function test, troponin T, ECG, rontgen thorax. The patients were followed up until the patient is moved to the ward or died

Results.

. Fisher-exact test was used to analyse the relation between troponin T level and mortality. Regretion linear was used to analyse the relation between troponin T level with length of stay and hemoglobin.

Troponin T level was positive in 15 children, 14 of them died (93,3%), 1 survived (6,7%). Troponin T level was negative in 19 children, 11 of them died (57,9%), 8 of them survived (42,1%). There was a significant relation between troponin T level and mortality (P=0.047),

Conclusion. There is a significant relation between troponin T level and mortality, length of stay, and hemoglobin in septic shock children.

a slight relation between troponin T level and length of stay (r=0.387,P=0.021), and a slightly strong relation between troponin T level and hemoglobin (r=0.545,P=0.001).

(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepsis adalah suatu keadaan bakteremia dalam tubuh yang didahului oleh

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS). Pada keadaan sepsis yang berat, dapat berlanjut menjadi refractory shock septic dan renjatan septik dengan angka mortalitas yang sangat tinggi, bahkan mencapai 50%

pada pasien yang sedang dirawat inap. Angka kematian ini hampir menyamai

kejadian yang diakibatkan oleh infark miokard akut. Sepsis berat ditandai oleh

adanya gangguan pada minimal satu fungsi atau multiorgan tubuh. Sistem

kardiovaskular adalah sistem organ yang paling sering terganggu pada

keadaan sepsis, dan hampir selalu terganggu pada keadaan renjatan septik.

Sepsis berat dan syok sepsis masih merupakan salah satu penyebab

utama morbiditas dan mortalitas pada anak yang dirawat di unit perawatan

intensif anak. Insiden syok sepsis dan sepsis berat meningkat dalam 30-40

tahun terakhir. Lebih dari 4300 kematian pertahun atau sekitar 7% dari total

kematian pada anak disebabkan oleh sepsis berat. Di unit perawatan intensif

anak (pediatric intensive care unit, PICU) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan pusat rujukan nasional, sebanyak 19,3% dari 502

pasien anak yang dirawat mengalami sepsis dengan angka mortalitas

mencapai 54%. Mengingat tingginya angka mortalitas, perlu dilakukan upaya

untuk memperbaiki luaran pada sepsis berat dan syok sepsis melalui

(21)

pemberian terapi awal setelah sepsis terdeteksi, serta upaya stabilisasi dan

pemantauan.

Troponin jantung adalah protein regulator dari filamen aktin. Troponin

T dan troponin I muncul akibat cedera pada sel jantung dan sebagai penanda

yang sangat sensitif dan spesifik pada kerusakan jantung. 2

3-6 Troponin T

mempunyai sensitivitas 97% dan spesifisitas 99% dalam mendeteksi

kerusakan sel jantung yang sangat minimal.

Beberapa penelitian prospektif dilakukan untuk mengetahui marker

pada sepsis, dikatakan bahwa sepsis menyebabkan peningkatan troponin T

dan troponin I dan disfungsi ventrikel kiri. Peningkatan troponin jantung juga

berkorelasi dengan lama terjadinya hipotensi dan intensitas terapi

vasopresor. Studi-studi tersebut menyimpulkan bahwa peningkatan troponin

pada pasien sepsis mencerminkan beratnya penyakit, disfungsi miokard, dan

prognosis yang buruk.

7

8,9

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan antara kadar troponin T dan

mortalitas pada anak dengan syok sepsis?

1.3. Hipotesis

Ada hubungan antara kadar troponin T dan mortalitas pada anak dengan

(22)

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kadar troponin T dan mortalitas pada

anak syok sepsis.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara kadar troponin T dengan lama

rawatan.

b. Untuk mengetahui hubungan antara kadar troponin T dengan kadar

hemoglobin.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Di bidang akademik/ ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di

bidang pediatric intensive care unit, khususnya tentang hubungan antara kadar troponin T dengan mortalitas pada anak syok sepsis.

b. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan data awal terhadap

(23)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Sepsis

Systemic Inflammatory Response Syndrome adalah suatu bentuk respon peradangan terhadap adanya infeksi bakteri, fungi, ricketsia, virus, dan protozoa. Respon peradangan ini timbul ketika sistem pertahanan tubuh tidak

cukup mengenali atau menghilangkan infeksi tersebut.9 Systemic

Inflammatory Response Syndrome ditegakkan bila didapatkan minimal dua dari empat kriteria berikut (salah satunya harus berupa suhu atau hitung

leukosit abnormal).

• Suhu sentral (rektal/oral) tubuh >38,5 2,10,11

0C atau <360

• Takikardi dengan denyut jantung > 2 SD di atas normal berdasarkan usia

(tanpa stimulus eksternal, pengaruh obat, atau stimulus nyeri) atau

peningkatan denyut jantung yang menetap selama >0.5 jam tanpa sebab

jelas. Pada anak < 1 tahun termasuk juga bradikardi, didefinisikan

sebagai rerata denyut jantung <P

C

10

• Rerata laju napas >2 SD di atas normal berdasarkan usia atau

menggunakan ventilator karena proses akut (bukan berhubungan dengan

penyakit neuromuskular atau obat-obat anestesi umum).

berdasarkan usia (tanpa stimulus

vagal eksternal, obat penghambat beta penyakit jantung bawaan, atau

penurunan denyut jantung yang menetap selama >0.5 jam tanpa sebab

jelas).

(24)

• Jumlah leukosit meningkat atau menurun sesuai usia (bukan karena

sebab sekunder, seperti obat kemoterapi yang menyebabkan leukopeni)

atau neutrofil imatur >10%.

Sepsis adalah SIRS yang terjadi akibat infeksi, baik infeksi yang sudah

terbukti maupun yang masih dicurigai.2 Sepsis berat adalah sepsis yang

disertai dengan salah satu disfungsi organ kardiovaskular atau acute respiratory distress syndrome, atau ≥ 2 disfungsi o rgan lain (hematologi, renal, hepatik).

Syok sepsis adalah sepsis berat yang disertai adanya hipotensi atau

hipoperfusi yang menetap selama 1 jam, walaupun telah diberikan resusitasi

cairan yang adekuat. 11

2 Penelitian lain menyebutkan syok sepsis adalah sepsis

yang disertai disfungsi organ kardiovaskular, yang masih berlangsung setelah

(25)

Tabel 2.1. Kriteria diagnosis sepsis

Infeksi, baik yang terbukti atau yang masih dicurigai dan beberapa kriteria berikut : 12

Variabel umum

Demam (suhu >38.50 Hipotermia (suhu < 36

C) 0

Denyut jantung > 90 x/menit atau > 2SD di atas nilai normal sesuai usia C)

Takipnu (> 2SD di atas nilai normal sesuai usia) Perubahan status mental

Udem signifikan atau balans cairan positif ( >20 mL/kg/24 jam)

Hyperglycemia (plasma glukosa > 120 mg/dl atau 7,7 mmol/L) pada anak tanpa diabetes

Variabel inflamasi

Leukositosis (jumlah leukosit > 12.000/mm3 Leukopenia (jumlah leukosit < 4.000/ mm

) 3

Jumlah leukosit normal dengan bentuk imatur > 10% )

Plasma c-reaktif protein > 2SD di atas nilai normal Plasma prokalsitonin > 2 SD di atas nilai normal Variabel hemodinamik

Hipotensi (tekanan darah sistolik < 90 mm Hg, MAP < 70 atau tekanan darah sistolik < 2SD di bawah nilai normal sesuai usia)

ScvO2

Cardiac index > 3.5 L/menit > 70%

Variabel disfungsi organ PaO2/FiO2

Urine output < 0.5ml/kg/hari < 300

Peningkatan kreatinin > 0.5 mg/dl

Gangguan koagulasi (INR > 1.5 atau aPTT > 60 detik) Ileus (tidak terdengar suara usus)

Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3

Hiperbilirubinemia (total bilirubin plasma > 4 mg/dl atau 70 mmol/L) )

Variabel perfusi jaringan

Hiperlaktatemia (> 1 mmol/L)

(26)

Syok sepsis dibedakan atas 2 jenis, yaitu warm shock dan cold shock. Warm shock ditandai dengan curah jantung yang meningkat, kulit yang hangat dan kering, serta bounding pulse; sedangkan cold shock ditandai oleh curah jantung yang menurun, kulit lembab dan dingin, serta nadi yang

lemah.2,13

Tabel 2.2 Definisi Syok menurut American College of Critical Care Medicine Hemodynamic

Cold or Warm Shock Menurunnya perfusi yang bermanifestasi sebagai

perubahan status mental, waktu pengisian kapiler

(capillary refill time) > 2 detik (cold shock) atau waktu

pengisian kapiler cepat (warm shock), tekanan nadi

perifer menyempit (cold shock) atau bounding (warm

shock), ekstremitas dingin dan mottling (cold shock),

atau output urin yang menurun < 1 ml/kgbb/jam.

14

Syok refrakter cairan Syok yang menetap walaupun telah diberikan cairan

atau resisten resusitasi ≥ 60 ml/kgbb dan infus dopamin sampai

dopamin 10 mikrogram/kgbb/menit.

Syok resisten Syok yang menetap walaupun telah diberikan direct

katekolamin acting catecholamines; epinefrin atau norepinefrin.

Syok refrakter Syok yang menetap walaupun telah dilakukan goal

directed therapy menggunakan inotropik, vasopressor,

vasodilator, dan pemeliharaan metabolik rumatan

(27)

2.2. Patofisiologi

Syok terjadi akibat kegagalan sirkulasi dalam upaya memenuhi kebutuhan

tubuh. Hal ini disebabkan oleh menurunnya cardiac output atau kegagalan distribusi aliran darah dan kebutuhan metabolik yang meningkat disertai

dengan atau tanpa kekurangan penggunaan oksigen pada tingkat selular.

Tubuh mempunyai kemampuan kompensasi untuk menjaga tekanan darah

melalui peningkatan denyut jantung dan vasokonstriksi perifer. Hipotensi

adalah tanda yang timbul belakangan pada anak akibat kegagalan

mekanisme kompensasi tubuh sehingga terjadi ancaman gangguan

kardiovaskular.

Respon imun melalui sistem imun seluler, humoral dan reticular endothelium system (RES) dapat mencegah terjadinya sepsis. Respon imun ini menghasilkan kaskade inflamasi dengan mediator yang toksik seperti

hormon, sitokin, dan enzim. Jika proses kaskade inflamasi ini tidak terkontrol,

maka SIRS terjadi dan dapat berlanjut dengan disfungsi sel, organ, dan

gangguan sistem mikrosirkulasi. 10

Kaskade inflamasi dimulai dengan adanya toksin atau superantigen.

Endotoksin, mannosa, glikoprotein, dan komponen dinding sel bakteri gram

negatif, berikatan dengan makrofag meyebabkan aktivasi dan ekspresi gen

inflamasi. Superantigen atau toksin bakteri gram positif, mycobacteria, dan virus akan mengaktivasi limfosit dan menginisiasi kaskade mediator

inflamasi.

10

(28)

Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan lepasnya substansi

vasoaktif, perubahan tonus kardiovaskuler, obstruksi mekanis kapiler karena

adanya agregasi elemen seluler, dan aktivasi sistem komplemen. Pada

tingkat selular terjadi penurunan fosforilasi oksidatif, metabolisme anaerob,

penurunan glikogen, produksi laktat, peningkatan kalsium sitosol, aktivasi

membran fosfolipase, pelepasan asam lemak dan pembentukan

prostaglandin.

Respon biokimia yang dapat terjadi adalah produksi metabolit asam

arakhidonat, pelepasan endogen opiat, aktivasi komplemen, dan aktivasi

sejumlah mediator lain. Metabolit asam arakhidonat seperti thromboxane A2, prostaglandin, dan leukotrien akan menyebabkan vasokontriksi, agregasi

trombosit, bronkokontriksi, dan peningkatan permeabilitas kapiler. Tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan beberapa interleukin (IL-1β dan IL-6) menyebabkan depresi miokardium melalui peningkatan perangsangan nitrit

oksida sintase. Opiat endogen, termasuk didalamnya β-endorfin, menurunkan

aktivasi simpatis, menurunkan kontraksi miokardium, dan menyebabkan

vasodilatasi. Aktivasi sistem komplemen merangsang lepasnya mediator

vasokontriksi yang akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler,

vasodilatasi, aktivasi dan agregasi trombosit serta granulosit. 10

10,15

2.3. Karakteristik Disfungsi Miokard pada Sepsis

Sistem kardiovaskular adalah salah satu organ yang paling sering

(29)

sepsis berat dan syok sepsis mengalami gangguan pada sistem

kardiovaskular yang ditandai dengan penurunan fungsi pompa jantung kiri,

gambaran sirkulasi yang hiperdinamik, perfusi jaringan perifer yang baik

(akral hangat), tahanan pembuluh darah perifer yang rendah dan curah

jantung yang tinggi umumnya dijumpai pada pasien sepsis yang memiliki

status hemodinamik adekuat. Pasien sepsis berat dengan gangguan fungsi

jantung memiliki peningkatan risiko kematian 70-90% lebih tinggi jika

dibandingkan dengan pasien sepsis tanpa kelainan fungsi jantung.

Respon klasik kardiovaskular pada syok sepsis adalah berupa

vasodilatasi perifer dengan manifestasi hipotensi sistemik dan hiporesponsif

terhadap pemberian agen vasopresor. Perubahan kebutuhan oksigen

jaringan dan perubahan pada fungsi sistolik dan diastolik adalah ciri khas

sepsis yang merupakan manifestasi awal dan tidak ada satupun organ yang

kebal terhadap efek dari sepsis. Mediator vasoaktif yang dikeluarkan saat

sepsis di antaranya adalah vasodilator prostasiklin dan nitrit oksida (NO) yang

diproduksi oleh sel endotel. Nirit oksida diyakini berperan sentral dalam

vasodilatasi terhadap syok sepsis, dimana NO menekan mekanisme yang

mengontrol kebutuhan oksigen dan dapat memicu cedera sistem saraf

pusat.

9,16,17

Syok sepsis dapat menurunkan fungsi sistolik dengan penurunan

fraksi ejeksi ± 33% karena disfungsi sistolik dan diastolik, dan peningkatan

diameter left ventricular end diastolic (LVED). Ini dapat dinilai dengan pemeriksaan ekokardiografi. Perubahan-perubahan pada fungsi ventrikel kiri

(30)

terjadi secara cepat dan reversible dalam 7-10 hari.18,19 Perubahan ini terjadi

karena mekanisme kompensasi pada perfusi pembuluh darah perifer, aliran

darah balik vena, tekanan arteri pulmonalis dan atau denyut jantung. Dengan

menggunakan pengukuran left ventricular stoke work index (LVSWI), didapatkan gangguan performa ventrikel pada sepsis secara signifikan.8

2.4. Troponin Jantung

Troponin jantung adalah protein regulator dari filamen aktin. Troponin T dan

troponin I muncul akibat cedera pada sel jantung dan sebagai penanda yang

sangat sensitif dan spesifik pada kerusakan jantung.

Pengukuran troponin secara serial digunakan untuk diagnosis dan

stratifikasi risiko pasien dengan sindroma koroner akut. Beberapa penelitian

telah menunjukkan bahwa peningkatan troponin pada pasien sepsis dapat

memperkirakan adanya disfungsi miokard dan peningkatan rata-rata

mortalitas. Dalam beberapa studi pada pasien sepsis, 12% - 85% terjadi

peningkatan troponin secara signifikan. Adanya hubungan signifikan antara

troponin dengan penurunan fraksi ejeksi dan peningkatan troponin yang

dihubungkan dengan disfungsi ventrikel kiri telah banyak dibuktikan. 5,20

18,21

Peningkatan kadar troponin pada keadaan sepsis dihubungkan

dengan derajat keparahan sepsis yang tinggi, adanya gangguan struktural

(hilangnya integritas membran sel) pada sel otot jantung dan prognosis yang

(31)

monitoring dan menilai prognosis pasien dengan sepsis berat dan syok

sepsis. 6, 22,23

2.5. Struktur Troponin

Troponin terdiri dari 3 subunit, yaitu troponin T (39 kDa), troponin I (26 kDa),

dan troponin C (18 kDa). Tiap-tiap komponen troponin memainkan fungsi

yang khusus. Troponin C mengikat Ca2+, troponin I menghambat aktivitas

ATPase aktomiosin, dan troponin T mengatur ikatan troponin pada

tropomiosin.

Setiap subunit troponin mempunyai berbagai isoform tergantung pada

tipe otot dan dikode oleh sebuah gen yang berbeda. Struktur asam amino

troponin T dan I yang ditemukan pada otot jantung berbeda dengan struktur

troponin T dan I pada otot skeletal, sedangkan struktur troponin C pada otot

jantung dan skeletal identik. 24-28

[image:31.612.185.433.470.649.2]

29,30

(32)

2.6. Mekanisme Peningkatan Troponin pada Sepsis

Pada orang yang sehat, troponin jantung tidak terdeteksi di dalam darah.

Pelepasan troponin dapat terjadi ketika terjadi kerusakan miosit oleh berbagai

kondisi seperti trauma, terpapar racun, inflamasi, dan nekrosis akibat

sumbatan pembuluh darah koroner.

Sepsis dan proses inflamasi sistemik lainnya dapat menyebabkan

depresi miokard dan kerusakan sel jantung, meningkatkan konsumsi oksigen,

menurunkan sirkulasi mikrovaskular, dan penurunan pengiriman oksigen ke

jantung

26

yang akhirnya akan menyebabkan pelepasan troponin ke sirkulasi.26

Ketika terjadi iskemia miokard maka membran sel menjadi lebih

permeabel sehingga komponen intraseluler seperti troponin jantung

merembes ke dalam interstisium dan ruang intravaskuler. Akan terjadi

pelepasan troponin dini segera setelah terjadi jejas iskemia diikuti oleh

pelepasan troponin miofibriler yang lebih lama yang menyebabkan pola

pelepasan bifasik yang terutama terjadi pada troponin T.

28 Anemia, takikardia,

dan kebutuhan oksigen jantung yang tinggi dapat memperburuk iskemia.31

Berat dan lamanya iskemia miokard menentukan perubahan miokard

yang reversibel atau ireversibel (berupa kematian sel). Pada iskemia miokard, glikolisis anaerob dapat mencukupi kebutuhan posfat energi tinggi dalam

waktu relatif singkat. Penghambatan proses transportasi yang dipengaruhi

ATP dalam membran sel menimbulkan pergeseran elektrolit, edema sel dan

terakhir hilangnya integritas membran sel.

(33)

Dalam hal kerusakan sel ini, mula-mula akan terjadi pelepasan protein

yang terurai bebas dalam sitosol melalui transport vesikuler. Setelah itu

terjadi difusi bebas dari lisis sel ke dalam interstisium yang dimungkinkan

oleh pecahnya seluruh membran sel. Peningkatan kadar laktat intrasel

disebabkan proses glikolisis sehinnga menurunkan pH yang diikuti oleh

pelepasan dan aktifasi enzim-enzim proteolitik lisosom. Perubahan pH

bersama-sama dengan aktifasi enzim proteolitik mengakibatkan terjadinya

disintegrasi struktur intraselular dan degradasi protein yang struktural terikat.

Implikasi klinisnya adalah jika terjadi kerusakan miokard akibat iskemia,

troponin T dan CK-MB dari sitoplasma dilepas ke dalam aliran darah.

Lamanya kira-kira 30 jam terus menerus sampai persediaan troponin T

sitoplasma habis. Bila terjadi iskemia yang persisten, maka sel mengalami

asidosis intraseluler dan terjadilah proteolisis yang melepaskan sejumlah

besar troponin T yang terikat ke dalam darah. Masa pelepasan troponin T ini

(34)
[image:34.612.165.475.91.304.2]

Gambar 2.2: Mekanisme peningkatan Troponin pada keadaan Sepsis.8

2.7. Troponin T

Troponin T ditemukan pada jejas otot jantung dan tidak ditemukan pada otot

skelet. Peningkatan kadar troponin T terdeteksi kira-kira bersamaan dengan

CK-MB, dengan kadar yang dapat dideteksi dalam waktu 3 sampai 4 jam

setelah terjadi jejas. Troponin T tetap meningkat kira-kira 4-5 kali lebih lama

daripada CK-MB, karena sustained release protein yang secara struktural berikatan dengan miofibril yang mengalami desintegrasi, dengan kadar yang

masih dapat dideteksi hingga 240 jam setelah terjadi jejas jantung.

(35)

2.8. Peranan Pemeriksaan Kadar Troponin T

Troponin T merupakan protein pengatur kontraktil jantung dan secara normal

kadarnya tidak terdeteksi dalam sirkulasi darah. Troponin T baru terdeteksi

jika terjadi kerusakan sel jantung sehingga merupakan penanda kerusakan

jantung yang sensitif dan spesifik. Peningkatan kadar troponinT merupakan

faktor prediksi yang kuat meningkatnya mortalitas pada pasien dengan syok

sepsis.4

Nilai troponin T dikatakan negatif pada pasien syok sepsis jika < 0,03

ng/ml dan positif jika ≥ 0,03 ng/ml.23,32

Pengukuran troponin T telah terbukti lebih unggul dibandingkan

dengan CKMB untuk menilai cedera jantung. Pada orang dewasa, mungkin

ada kebingungan dalam menghubungkan peningkatan troponin T untuk

sepsis yang menyebabkan cedera jantung karena adanya penyakit arteri

koroner. Pada anak dengan syok sepsis, peningkatan protein ini lebih

mungkin disebabkan oleh sepsis dibandingkan penyakit jantung iskemik.33

Ada data penting tentang kadar troponin pada anak-anak dengan

syok sepsis, bahwa troponin meningkat pada lebih dari 50% anak dengan

syok sepsis pada awal penyakit mereka. Pengukuran tanda biokimia tersebut

dapat membantu dalam mendeteksi cedera jantung pada pasien dengan syok

(36)

2.9. Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Troponin T

Penelitian tentang sensitivitas dan spesifisitas troponin T untuk mendeteksi

jejas jantung telah banyak dilakukan, dengan hasil yang bervariasi. Penelitian

menunjukkan bahwa troponin T mempunyai sensitivitas 97% dan spesifisitas

99% dalam mendeteksi kerusakan sel jantung yang sangat minimal. Hal ini

tidak ditemukan pada penanda jantung yang lain.7 Pada penelitian lain

didapatkan bahwa troponin T mempunyai sensitivitas 100% terhadap jejas

jantung dengan angka spesifisitas 72%.

Untuk mendeteksi adanya jejas jantung, troponin terbukti lebih spesifik

dan sensitif dibanding CK-MB.

34

32,33

Peningkatan troponin jantung tidak hanya dijumpai pada sindrom koroner

akut tetapi juga pada beberapa penyakit jantung lainnya dan kondisi yang

bukan penyakit jantung. Kondisi yang bukan penyakit jantung yang

menyebabkan peningkatan troponin antara lain emboli paru, gagal ginjal,

pneumonia, sepsis, stroke, dan lain-lain.

2.10. Penyakit Non Jantung yang Menyebabkan Peningkatan Troponin

(37)

[image:37.612.139.512.84.348.2]
(38)

2.11. Kerangka Konseptual

[image:38.612.139.418.95.565.2]

: yang diamati dalam penelitian

Gambar 2.4: Kerangka konsep penelitian Inflamatory Cytokines (TNF-α, IL-1β, IL-6)

Syok sepsis

Peningkatan permeabilitas membran sel miosit

Pelepasan Troponin

Mikrovaskular trombosis

Nekrosis sel miosit Faktor prokoagulasi

Anemia Mortalitas

(39)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai hubungan antara peningkatan kadar troponin T dengan mortalitas pada anak syok sepsis

yang dirawat di ruang rawat intensif anak.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang rawat intensif anak RSUP. H. Adam Malik

Medan. Waktu penelitian dilaksanakan selama Mei 2012 – Juni 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah semua pasien syok sepsis yang dirawat di ruang rawat

intensif anak. Populasi terjangkau adalah populasi target yang dirawat di

ruang rawat intensif anak RSUP. H. Adam Malik Medan selama periode

penelitian. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. Umur sampel yang diambil: anak usia 1 bulan – 18 tahun.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis satu

(40)

n = (Zα √P0Q0 + Zβ √PaQa ) (P

2

a-P0) Keterangan :

2

n = besar sampel

Po = proporsi standar (dari pustaka) = 0.60

P

4

a

Q

= proporsi yang diteliti (clinical judgement) = 0.40

o = 1- P0 Q

= 0.40

a = 1- Pa

α = tingkat kemaknaan 5% --> Zα = 1,96 = 0.60

β = power penelitian 80 % --> Zβ = 0.842

Dengan menggunakan rumus di atas didapat besar sampel sebanyak

30 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi :

• semua pasien syok sepsis yang dirawat di ruang rawat intensif anak

• usia 1 bulan - 18 tahun

Kriteria eksklusi :

• pasien dengan penyakit jantung bawaan

• pasien myocarditis

• pasien post operasi jantung

• pasien gagal ginjal

(41)

3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) / Informed Consent

Subjek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan

penjelasan terlebih dahulu mengenai kondisi penyakit yang dialami dan efek

yang akan diobservasi (mortalitas).

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1. Alokasi Subjek

Subjek dikumpulkan secara consecutive sampling. Semua sampel yang memenuhi kriteria baik kelompok troponin T normal maupun Troponin T yang

meningkat diobservasi angka mortalitasnya diruang rawat intensif anak.

3.8.2. Cara Kerja Penelitian

1. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai subjek penelitian

dan yang memenuhi kriteria eksklusi dikeluarkan dari penelitian. Bapak/

ibu/ wali subjek penelitian akan diberi penjelasan dan akan diminta

persetujuan tertulis.

2. Bapak/ ibu/ wali subjek diwawancarai tentang riwayat perjalanan penyakit,

(42)

penyakit terdahulu, dan diagnosis masuk, sedangkan subjek dilakukan

pemeriksaan fisik dan penunjang.

3. Dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap,

kultur darah, prokalsitonin, C-reaktif protein, fungsi ginjal, dan kadar

troponin T. Pasien juga dilakukan pemeriksaan EKG dan foto thorax.

4. Kadar troponin T diperiksa dengan menggunakan alat Roche Cardiac Reader. Pemeriksaan menggunakan darah vena. Darah diambil dengan menggunakan jarum suntik lalu dimasukkan kedalam tabung yang telah

diberi heparin. Sebelum dilakukan pemeriksaan, masukkan chip troponin

T kedalam alat guna untuk menghapus data-data pemeriksaan

sebelumnya dan untuk penyesuaian kode. Kemudian akan keluar perintah

pada layar untuk memasang stik pada tempat yang tersedia. Lalu tekan

tombol “start”, maka akan dilakukan pengecekan secara otomatis apakah

posisi stik sudah benar. Ambil sampel darah dari tabung dengan

menggunakan pipet sampai batas garis 150 µL lalu tegakkan secara

vertikal pada tempat untuk memasukkan sampel. Kemudian tekan tombol

“start”. Setelah 12 menit maka hasil akan tampil pada layar.

Hasil dari pemeriksaan kadar troponin T tersebut ada 2 kemungkinan,

bisa negatif (troponin T < 0,03 ng/ml) atau troponin T positif (troponin T ≥ 0,03

(43)

3.8.3. Alur Penelitian

[image:43.612.108.542.110.487.2]

: yang diamati dalam penelitian

Gambar 3.1: Alur penelitian

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Kadar troponin T nominal dikotom

Variabel tergantung Skala

Mortalitas nominal dikotom

Syok sepsis

Kadar Troponin T

Troponin T negatif TnT < 0,03 ng/ml

Troponin T positif

TnT ≥ 0,03 ng/ml

Mortalitas

Anemia Jenis kelamin Umur

(44)

3.10. Definisi Operasional

1. Syok sepsis : sepsis yang disertai disfungsi organ kardiovaskular, yang

masih berlangsung setelah diberikan cairan isotonik bolus intravena >

40 ml/kgbb selama 1 jam.

Kriteria diagnosis syok sepsis:

a. Suhu > 38,5°C atau < 36°C. 38

b. Perubahan status mental atau penurunan kesadaran

c. Pengisian kapiler > 2 detik, tekanan nadi yang halus, dijumpai

mottled, dan akral dingin (cold shock).

d. Pengisian kapiler yang cepat, bounding pulses, tekanan nadi yang melebar (warm shock).

e. Urin output < 1 cc/KgBB/jam.

2. Kadar Troponin T : salah satu jenis enzim jantung yang sensitif dan

spesifik terhadap kerusakan otot jantung. Dikatakan negatif jika

konsentrasi troponin T < 0,03 ng/mL dan troponin T positif jika ≥ 0,03

ng/mL.

3. Anemia : suatu kondisi kekurangan kadar hemoglobin didalam darah

(Hb< 10 gr%). 32

4. Jenis kelamin : identitas pasien laki – laki atau perempuan.

5. Umur : usia pasien mulai dari 1 bulan – 18 tahun

6. Lama rawatan : jumlah hari mulai dari pasien didiagnosa syok sepsis di

(45)

7. Mortalitas : pasien meninggal selama dilakukan pemantauan di PICU

maupun setelah pasien pindah ke ruangan (ya atau tidak).

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan

SPSS versi 18.0. Untuk menilai hubungan antara kadar troponin T dan

mortalitas pada anak dengan syok sepsis digunakan uji exact-fisher dan

dikatakan bermakna jika P<0.05.

Untuk menilai hubungan antara kadar toponin T dan lama rawatan

serta hubungan antara kadar troponin T dan kadar hemoglobin digunakan uji

(46)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di unit perawatan intensif anak Rumah Sakit

H. Adam Malik Medan. Selama periode penelitian didapati 34 anak dengan

syok sepsis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Karakteristik sampel penelitian syok sepsis yang dirawat di PICU

[image:46.612.122.520.326.648.2]

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik demografik subjek

Karakteristik n (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur (bulan) 1-50 51-100 101-150 151-200

Lama Rawatan (hari) 1-25

26-50 51-75 76-100

Kadar Hemoglobin (gr%) 1-5,5

5,6-10,5 10,6-15,5 15,6-20,5 Leukosit (mm3

< 4.000 )

4.000 – 12.000 > 12.000 20 (58,8) 14 (41,2) 26 (76,5) 4 (11,8) 3 (8,8) 1 (2,9) 32 (94,2) 0 1 (2,9) 1 (2,9) 1 (2,9) 14 (41,2) 19 (55,9) 0 0 9 (26,5) 25 (73,5)

Berdasarkan tabel 4.1, pasien syok sepsis yang dirawat di PICU

(47)

perempuan 14 orang (41,2%) dengan usia 1- 50 bulan berjumlah 26 orang

(76,5%), usia 51-100 bulan berjumlah 4 orang (11,8%), usia 101-150 bulan

berjumlah 3 orang (8,8%) dan usia 151-200 bulan berjumlah 1 orang (2,9%).

Lama rawatan paling banyak antara 1-25 hari berjumlah 32 orang (94,2%),

kadar hemoglobin terbanyak antara 10.6-15.5 gr% dan leukosit yang paling

tinggi di sekitar >12.000/mm3.

4.2. Kadar Troponin T berdasarkan Jenis Kelamin

[image:47.612.107.529.360.418.2]

Kadar troponin T berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Kadar troponin T berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Kadar Troponin T

Positif (n,%) Negatif (n,%)

Laki-laki Perempuan

7 (46.7%) 8 (53.3%)

13 (68.4%) 6 (31.6%)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kadar troponin T positif dijumpai

pada 15 orang, dimana lebih banyak dijumpai pada perempuan yaitu 8 orang

(53.3%) dan laki-laki 7 orang (46.7%). Sedangkan kadar troponin T negatif

sebanyak 19 orang dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki yaitu 13 orang

(48)

4.3. Hubungan Kadar Troponin T dengan Mortalitas pada Pasien Syok Sepsis

Hubungan Kadar Troponin T dengan mortalitas pada pasien syok sepsis

yang dirawat di PICU dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Hubungan kadar troponin T dengan mortalitas pada pasien syok sepsis yang dirawat di PICU

Variabel

Kadar TroponinT

P OR IK95%

Positif (n,%) Negatif (n,%) Meninggal

Tidak Meninggal

14 (93.3%) 1 (6.7%)

11 (57.9%)

8 (42.1%) 0.047 10.182 1.102-94.104

Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa dari semua pasien syok

sepsis yang mengalami peningkatan kadar troponin T sebanyak 93,3%

meninggal. Sedangkan dari semua pasien syok sepsis yang tidak mengalami

peningkatan kadar troponin T, hanya 57,9% yang meninggal.

Uji hipotesis yang digunakan adalah Fisher’s exact test, dengan nilai P

sebesar 0,047. Artinya, secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara peningkatan kadar troponin T dengan mortalitas pada pasien syok

sepsis.

Parameter kekuatan hubungan yang digunakan adalah OR, yaitu

sebesar 10,18 dengan IK 95% 1,102 – 94,104. Artinya, pasien syok sepsis

dengan peningkatan kadar troponin T mempunyai kemungkinan 10,18 kali

untuk mengalami kematian dibandingkan dengan pasien yang tidak

(49)
[image:49.612.85.480.132.455.2]

Gambar 4.1: Hubungan antara kadar troponin T dengan lama rawatan.

Berdasarkan gambar 4.1, dijumpai nilai P sebesar 0.021, artinya

terdapat korelasi yang bermakna antara kadar troponin T dan lama rawatan

dengan nilai r=0.387 yang artinya menunjukkan hubungan yang lemah

antara kadar troponin T dengan lama rawatan.

L

am

a r

aw

at

an (ha

ri)

(50)
[image:50.612.86.474.104.431.2]

Gambar 4.2: Hubungan kadar troponin T dengan hemoglobin

Berdasarkan gambar 4.2, dijumpai nilai P sebesar 0.001, artinya terdapat

korelasi yang bermakna antara kadar troponin T dan kadar hemoglobin

dengan nilai r=0.545 yang artinya menunjukkan hubungan cukup kuat antara

kadar troponin T dengan kadar hemoglobin. Kadar Troponin T (µg/L)

H

em

ogl

obi

n

(

gr

%

(51)

BAB 5. PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan di unit perawatan intensif anak Rumah Sakit

H. Adam Malik Medan, dari 34 sampel pasien syok sepsis berdasarkan

karakteristik demografi subjek, menunjukkan persentase anak laki-laki lebih

tinggi dibandingkan anak perempuan (58.8%), sedangkan dari umur dijumpai

26 pasien berumur 1 - 50 bulan (76.5%). Berdasarkan lama rawatan, 32

pasien paling lama dirawat selama 1-25 hari (94.2%) dengan 19 pasien kadar

hemoglobinnya 10.6-15.5 gr% (55.9%). Sebanyak 25 anak yang mengalami

syok sepsis pada umumnya mengalami peningkatan jumlah leukosit , yaitu

> 12.000/mm3

Penelitian di Brazil tahun 2008 menemukan bahwa dari 218 pasien

sepsis dan syok sepsis, persentase anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan

anak perempuan (58,3%), umur terbanyak 1.1-185.1 bulan, dan lama

rawatan 1-82 hari.

(73.5%). Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian

sebelumnya, namun pada penelitian tersebut yang dinilai adalah

peningkatan troponin I pada pasien syok sepsis.

Kelainan kardiovaskular cukup sering dijumpai pada pasien sepsis.

Sekitar 50% pasien sepsis berat dan syok sepsis dapat mengalami gangguan

fungsi jantung yang ditandai dengan penurunan fungsi ventrikel kiri. 19

8,17 Pada

studi ini kami menemukan peningkatan troponin T pada pasien syok sepsis

(52)

menilai hubungan peningkatan kadar troponin T pada anak yang mengalami

syok sepsis dengan mortalitas.

Berdasarkan meta-analisis terbaru dari 3278 pasien sepsis yang

dirawat di unit perawatan intensif dijumpai peningkatan kadar troponin

sebesar 12%-85%, dengan frekuensi rata-rata 43%.17 Penelitian yang

dilakukan pada tahun 2004 tentang kadar troponin I pada anak dengan syok

sepsis menemukan bahwa troponin meningkat pada lebih dari 50% anak

pada awal penyakit mereka. Pengukuran tanda biokimia tersebut dapat

membantu dalam mendeteksi cedera jantung pada pasien syok sepsis dan

memprediksi hasilnya.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan troponin

pada pasien sepsis dapat memperkirakan adanya disfungsi miokard dan

peningkatan rata-rata mortalitas. 33

17 Peningkatan kadar troponin adalah salah

satu penanda cedera miokard yang digunakan untuk diagnosis infark miokard

pada pasien dewasa, tetapi kondisi-kondisi lain juga dapat menyebabkan

cedera miokard. Pada anak dengan syok sepsis peningkatan protein ini lebih

mungkin disebabkan oleh cedera jantung yang diinduksi oleh sepsis.

Penelitian ini lebih difokuskan pada troponin T dibandingkan troponin I

karena troponin T bisa terdeteksi lebih cepat dibandingkan troponin I, yaitu

3-4 jam setelah terjadi kerusakan pada sel otot jantung dan tetap tinggi dalam

serum selama 1-2 minggu. Pada troponin I dapat terjadi false positive atau terjadinya reaksi silang dengan

4,33

faktor rheumatoid, antibodi heterofil,

(53)

Penelitian ini menemukan adanya hubungan yang bermakna antara

kadar troponin T dan mortalitas pada pasien syok sepsis. Dijumpai kadar

troponin T positif pada 15 pasien (44.1%) dan troponin T negatif pada 19

pasien (55.9%). Dari 15 pasien dengan kadar troponin T positif, 14

diantaranya meninggal (93.3%) dan hanya 1 pasien (6.7%) sembuh dan

keluar dari rumah sakit. Penelitian yang dilakukan di Bangkok melaporkan

bahwa dari 40 pasien dewasa dengan syok sepsis, kadar troponin T

meningkat dijumpai pada 17 pasien (42.5%) dan tidak meningkat pada 23

pasien (57.5%), dimana troponin T positif memiliki angka kematian yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pasien dengan troponin T negatif (100 % vs 48%,

P < 0.001). Lamanya pasien menderita hipotensi dan pemberian vasopressor

dengan dosis maksimal juga berkorelasi dengan peningkatan troponin

jantung.4

Peningkatan troponin pada keadaan sepsis sering dijumpai, namun

sampai saat ini belum diketahui secara pasti mekanisme peningkatan

troponin pada pasien sepsis.

Pada penelitian ini, semua pasien mendapatkan inotropik baik

dopamin maupun dobutamin, namun tidak dilakukan pemeriksaan ulang

kadar troponin setelah pasien mendapatkan inotropik tersebut.

35 Sepsis dan proses inflamasi sistemik lainnya

dapat menyebabkan depresi miokard dan kerusakan sel jantung,

meningkatkan konsumsi oksigen, menurunkan sirkulasi mikrovaskular, dan

penurunan pengiriman oksigen ke jantung karena hipoksemia sistemik,

disfungsi mikrosirkulasi, hipotensi, dan kadang-kadang anemia yang akhirnya

(54)

dengan gangguan fungsi jantung memiliki peningkatan risiko kematian 70%

-90% lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien sepsis tanpa kelainan

fungsi jantung.

Dari penelitian ini, dengan menggunakan regresi linier kami

menemukan hubungan yang lemah antara peningkatan kadar troponin T

dengan lama rawatan. 31

Penelitian terbaru pada dewasa menemukan bahwa dari 926 pasien

sepsis, 645 (69,7%) dijumpai peningkatan kadar troponin T sedangkan 281

(30,3%) kadar troponin T tidak terdeteksi. Selama dirawat, 15% pasien

dengan troponin T negatif meninggal dan pasien dengan kadar troponin T

positif sebesar 31,9% yang meninggal (P< 0.0001). Penelitian tersebut juga

menilai lama rawatan pasien dimana didapati hasil pasien dengan troponin T

positif yang meninggal dibawah 30 hari sebesar 31% dan 17% troponin T

negatif (P< 0.0001). Peningkatan troponin T pada pasien sepsis yang

dirawat di ruang rawat intensif berhubungan dengan lama rawatan dan

kematian jangka pendek, tidak berhubungan dengan kematian jangka

panjang.39 Penelitian lain juga menyimpulkan bahwa peningkatan kadar

troponin berhubungan dengan lama rawatan dan kematian (P<0.001).

Penelitian ini juga menunjukkan hubungan cukup kuat antara kadar

troponin T dengan kadar hemoglobin. Penelitian terbaru pada pasien dengan

gangguan kardiovaskular (gagal jantung) telah menunjukkan hubungan

antara anemia ringan-sedang dengan memburuknya gejala gagal jantung,

(55)

menemukan hubungan yang bermakna antara peningkatan kadar troponin I

dengan anemia (P=0.3).41

Anemia sering dijumpai pada pasien dengan gangguan kardiovaskular

yaitu sebesar 25%-50%.

41 Ketika terjadi iskemia miokard maka membran sel

menjadi lebih permeabel sehingga komponen intraseluler seperti troponin

jantung merembes ke dalam interstisium dan ruang intravaskuler. Akan

terjadi pelepasan troponin dini segera setelah terjadi jejas iskemia diikuti oleh

pelepasan troponin miofibriler yang lebih lama yang menyebabkan pola

pelepasan bifasik yang terutama terjadi pada troponin T.28 Anemia, takikardia,

dan kebutuhan oksigen jantung yang tinggi dapat memperburuk iskemia.31

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan berdasarkan hasil

penelitian kami, ternyata peningkatan kadar troponin T berpengaruh terhadap

lama rawatan dan mortalitas pasien yang dirawat di ruang rawat intensif.

Peningkatan kadar troponin T mungkin bisa dijadikan penanda awal sudah

terjadinya syok pada anak dengan sepsis, menggambarkan tingkat

keparahan penyakit, dan menunjukkan prognosis yang buruk.

Penelitian ini masih mempunyai beberapa kelemahan seperti desain

penelitian yang hanya bersifat observasional, jumlah sampel yang sedikit.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan suatu studi

(56)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pada penelitian ini kami menemukan adanya hubungan antara kadar

troponin T dengan mortalitas, lama rawatan, dan anemia (kadar hemoglobin)

pada pasien syok sepsis yang dirawat di ruang rawat intensif anak.

6.2. Saran

Sebaiknya setiap pasien sepsis berat yang di rawat di unit perawatan intensif

anak dilakukan pemeriksaan troponin T untuk melihat apakah memang sudah

terjadi gangguan kardiovaskular atau tidak, karena troponin T bisa dijadikan

penanda awal terjadinya syok pada pasien sepsis sehingga kita tidak

(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hunter JD, Doddi M. Sepsis and the heart. Br J Anaesth. 2010; 104;3-11 2. Latief A, Pudjiadi AH, Somasetia DH, Alwy EH, Mulyo GD, Lubis M, dkk. Diagnosis dan tata laksana sepsis pada anak. Edisi Pertama: IDAI; 2010.h.1-7

3. Kalla C, Raveh D, Algur N, Rudensky B, Yinnon AM, Balkin J. Incidence and significance of a positive troponin test in bacteremic patients without acute coronary syndrome. Am J Med. 2008; 121:909-15

4. Choon-ngarm T, Partpisanu P. Serum cardiac troponin –T as a

prognostic marker in septic shock. J Med Assoc Thai. 2008; 91: 1818-22 5. Correale M, Nunno L, Leva R, Rinaldi M, Maffei GF, Magaldi R, dkk.

Troponin in newborns and pediatric patients. Cardiovascular & Hematological Agents in Medicinal Chemistry. 2009; 7:270-8

6. Markou N, Gregorakos L, Myrianthefs P. Increased blood troponin levels in ICU patients. Curr Opin Crit Care. 2011;17:454-63

7. Tarigan E. Hubungan kadar troponin T dengan gambaran klinis

penderita sindroma koroner akut. [Tesis]. Universitas Sumatera Utara. 2003

8. Maeder M, Fehr T, Rickli H, Ammann P. Sepsis- associated myocardial dysfunction diagnostic and prognostic impact of cardiac troponins and natriuretic peptides. Chest. 2006; 129:1349-66

9. Merx MW, Weber C. Sepsis and the hearth. Circulation. 2007; 116:793-802

10. Enrione MA, Powel KR. Sepsis, septic shock and systemic inflammatory response syndrome. Dalam: Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.h.1094-9.

11. Goldstein B, Giroir B, Randolph A, and the members of the International Consensus Conference on Pediatric Sepsis. International pediatric sepsis consensus conference: definition for sepsis and organ dysfunction in pediatrics. Pediatr Crit Care Med. 2005; 6:2-8

12. Levy MM, Fink MP, Marshall JC, Abraham E, Angus D, Cook D, dkk. International sepsis definitions conference. Crit Care Med. 2003; 31:1250-6

13. Court O, Kumar A, Parrillo JE, Kumar A. Myocardial depression in sepsis and septic shock. Crit Care. 2002; 6:500-8

(58)

15. Gupta A, Brahmbhatt S, Kapoor R, Loken L & Sharmma AC. Chronic peritoneal sepsis: myocardial dysfunction, endothelin and signaling mechanisms. Frontiers in Bioscience. 2005; 10:3183-205

16. Landesberg G, Gilon D, Meroz Y, Georgieva M, Levin PD, Goodman S, dkk. Diastolic dysfunction and mortality in severe sepsis and septic shock. Eur Heart J. 2011:1-9

17. Agewall S, Giannitsis E, Jernberg T, Katus H. Troponin elevation in coronary vs non-coronary disease. Eur Heart J. 2011;32:404-11

18. Rudiger A, Singer M. Mechanisms of sepsis induced cardiac dysfunction. Crit Care Med. 2007; 35:1599-608

19. Oliveira NS, Silva VR, Castelo JS, Neto JE, Pereira FE, Carvalho WB. Serum level of cardiac troponin I in pediatric patients with sepsis or septic shock. Pediatr Crit Care Med. 2008; 9:414-17

20. Lim W, Whitlock R, Khera V, Devereaux PJ, Tkaczyk A, Ansdell DH, dkk. Etiology of troponin elevation in critically ill patients. Crit Care. 2010; 25:322-8

21. Gurkan F, Alkaya A, Ece A, Haspolat K, Bosnak M, Bilici M, dkk. Cardiac troponin I as a marker of myocardial dysfunction in children with septic shock. Swiss Med WKLY. 2004; 134:593-6

22. Fenton KE, Sable CA, Bell MJ, Patel KM, Berger JT. Increase in serum levels of troponin I are associated with cardiac dysfunction and disease severity in pediatric patients with septic shock. Pediatr Crit Care Med. 2004; 5:533-8

23. Rosjo H, Varpula M, Hagve TA, Karlsson S, Ruokonen E, Pettila V, dkk. Circulating high sensitivity troponin T in severe sepsis and septic shock;distribution, associated factors, and relation to outcome. Intensive Care Med. 2011; 37:77-85

24. Fromm RE. Cardiac troponin in the intensive care unit: common causes of increased levels and interpretation. Crit Care Med. 2007; 35:584-8 25. Korff S, Katus HA, Giannitsis E. Differential diagnosis of elevated

troponins. Heart. 2006;92:987-93

26. Favory R, Neviere R. Bench-to-bedside review: significance and interpretation of elevated troponin in septic patients. Crit care .2006;10:1-6

27. Kemp M, Donovan J, Higham H, Hooper J. Biochemical markers of myocardial injury. Br J Anaesth. 2004; 93:63-73

28. Samsu N, Sargowo. Sensitivitas dan spesifisitas Troponin T dan I pada diagnosis Infark Miokard Akut. Maj Kedokt Indon. 2007; 57:363-72

29. Gennaro LD, Brunetti ND, Cuculo A, Pellegrino PL, Izzo P, Roma F, Biase MD. Increased troponin levels in nonischemic ccardiac conditions and noncardiac diseases. J Interven Cardiol. 2008; 21:129-39

(59)

31. Hussain N. Elevated cardiac troponins in setting of systemic inflammatory response syndrome, sepsis, and septic shock. ISRN Cardiology.2013;1-7

32. Babuin L, Jaffe AS. Troponin: the biomarker of choice for the detection of cardiac injury. CMAJ. 2005;173:1191-202

33. Lodha R, Arun S, Vivekanandhan S, Kohli U, Kabra SK. Myocardial cell injury is common in children with septic shock. Acta Paediatrica. 2009; 98:478-81

34. Wong P, Murray S, Ramsewak A, Robinson A, van Heyningen C, Rodrigues E. Raised cardiac troponin T levels in patients without acute coronary syndrome. Postgrad Med J. 2007;83:200–5

35. Agzew Y. Elevated serum cardiac troponin in non-acute coronary syndrome. Clin Cardiol. 2009; 32:15-20

36. Ilva TJ, Eskola MJ, Nikus KC, Pulkki L, Lund J, Mustonen H, dkk. The etiology and prognostic significance of cardiac troponin I elevation in unselected emergency department patients. J Emerg Med. 2010; 38:1-5

37. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto H. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto, 2002.h.271-2

38. Kissoon N, Orr RA, Carcillo JA. Updated American College of critical care medicine – pediatric advanced life support guidelines for management of pediatric and neonatal septic shock. Pediatr Emer Care. 2010; 26:867-9

39. Vasile VC, Chai HS, Abdeldayem D, Afessa B, Jaffe A. Elevated cardiac troponin T levels in critically ill patients with sepsis. Am J Med.2013;126:1114-21

40. Babuin L, Vasile VC, Rio Perez JA, Alegria JR, Chai HS, Afessa B, dkk. Elevated cardiac troponin is an independent risk factor for short and long term mortality in medical intensive care unit patients. Crit Care Med.2008;36:759-65

(60)

Lampiran 1

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Selamat pagi / siang / malam Bapak / Ibu

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, nama saya dr. Emil Salim. Saat

ini saya sedang mengikuti Program Pendidikan Spesialis Anak di FK-USU

dan sedang melakukan penelitian di Divisi Pediatri Gawat Darurat

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan,

dengan judul “Hubungan antara kadar troponin T dan mortalitas pada anak dengan syok sepsis yang dirawat di PICU” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerusakan otot jantung terhadap lama rawatan dan

angka kematian pasien yang dirawat di ruang intensif anak. Adapun manfaat

dari penelitian ini adalah untuk menilai berapa besar kemungkinan angka

kematian atau kesembuhan dari anak Bapak/ Ibu.

Anak Bapak / Ibu akan dilakukan pemeriksaan kadar salah satu zat

dalam darah yang bernama troponin T, yaitu enzim jantung yang berperan

dalam menilai kerusakan otot jantung yang akan diperiksa pada saat masuk

ruang rawat intensif anak. Jika anda setuju anak anda berpartisipasi dalam

penelitian ini, maka dokter anda akan mengisi satu formulir pernyataan

tentang anda dan penyakit yang diderita anak anda. Pertanyaan yang

diajukan adalah tentang usia, keadaan sosial ekonomi dan riwayat penyakit

(61)

lipat siku sebanyak ½ sendok teh pada saat masuk ruang rawat intensif anak.

Efek samping dari pengambilan darah yang mungkin timbul adalah rasa nyeri

dan timbul kebiruan pada tempat pengambilan, dan apabila hal tersebut

terjadi maka dapat diatasi dengan melakukan kompres dengan larutan garam

fisiologis (NaCL 0,9%), pemberian Trombophob salap dan pemberiaan anti

nyeri seperti parasetamol. Tetapi, bila Bapak/ Ibu tidak berkenan, maka tidak

akan mempengaruhi prosedur perawatan terhadap anak Bapak/Ibu. Adapun

biaya penelitian ini tidak akan dibebankan kepada Bapak/ Ibu dan data ini

akan saya rahasiakan.

Bila ditemukan hal-hal yang tidak diinginkan, ataupun yang ingin

ditanyakan, silahkan menghubungi saya :

Nama : dr. Emil Salim

Alamat : Jl. Dr. Mansyur No. 84 AF Medan

Telp/ HP: 085358888853

Demikian yang saya sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang

Bapak/ Ibu berikan, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

(62)

Lampiran 2

Inform Consent

Lembar persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :………..………

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan terhadap anak saya :

Nama :

Umur : tahun, Laki-laki/ Perempuan

Alamat :

Dirawat di :

Nomor rekam medis :

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat, saya bersedia dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan untuk ikut dalam penelitian ini.

…………., ………2012

Yang memberikan Yang membuat pernyataan

penjelasan persetujuan

Dr. Emil Salim ………...

Saksi – saksi : Tanda tangan

1. ………. ………

(63)

Lampiran 3

LEMBAR ISIAN SAMPEL

Hubungan antara Kadar Troponin T dan Mortalitas pada Anak Syok Sepsis yang dirawat di PICU

DATA UMUM

No. /MR. :...

Tanggal Masuk:...

Nama Pasien:………...………L/P……..…..

Tempat/Tanggal lahir:...

Umur:...

Alamat:………...………

Berat Badan:……....Kg, Tinggi Badan: ………. Cm

Diagnosa masuk:………...………...

Diagnosa keluar:………...

Riwayat penyakit terdahulu: ……….

TERAPI YANG DIBERIKAN:

...

...

...

...

Lama Rawatan:...

<

Gambar

Gambar 2.1: Struktur troponin28
Gambar 2.2: Mekanisme peningkatan Troponin pada keadaan Sepsis.8
Gambar 2.3: Penyakit non-jantung yang menyebabkan peningkatan troponin 36
Gambar 2.4: Kerangka konsep penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

m. Guru meminta para peserta didik mengamati gambar- gambar yang ditayangkan itu dengan cermat. Guru mendorong peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu hal yang

Menurut peneliti dari data yang didapat orang tua anak prasekolah yang dirawat di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri sebagian besar berpendidikan SMA sehingga

Kasus keracunan tahun 2004 sebanyak 13 kasus, dan tahun 2005 sampai bulan Mei telah ada 8 kasus keracunan makanan (Dinkes Daerah Istimewa Yogyakarta, 2005), dengan adanya fakta

Fenomena dalam penelitian ini adalah mengenai peran UPTD III dalam pengelolaan Rusunawa Penjaringansari dimana pengelolaan tersebut tertulis dalam Surat Edaran

Zihaf: perubahan yang terjadi pada huruf kedua dari sabab, baik sabab tsaqil dengan mematikan huruf hidup, atau sabab Khafif dengan membuang huruf mati.. Huruf

6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.. 164 7) Penyakit radang panggul terjadi. 8) Prosedur medis, termasuk

NO NIM NAMA MAHASISWA JUR/KLS DOSEN PENGAMPU 1 16150010 Latifah Mawardiah Asfriyani PBA/A M.. WAHID

Untuk itu baterai pada handphone haruslah dirawat secara baik, karena permasalahan dari baterai yang sering terjadi karena penggunaan handphone secara tidak baik,