• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SOS 1001680 Chapter4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SOS 1001680 Chapter4"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Di bawah ini merupakan analisis data secara statistik untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui :

1. Seberapa besar status sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Perbutulan

Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

2. Sejauhmana tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan

Sumber Kabupaten Cirebon.

3. Seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap

pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan

Sumber Kabupaten Cirebon.

Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian.

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan

Di bawah ini akan dipaparkan perhitungan statistik status sosial ekonomi di

Kelurahan Perbutulan yang dibagi ke dalam empat faktor, yaitu faktor pekerjaan,

faktor pendidikan, faktor pendapatan, dan faktor pemilikan. Yang pertama akan

dibahas ialah faktor pekerjaan dan selanjutnya faktor-faktor berikutnya.

a. Faktor Pekerjaan

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation,

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1

(2)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor pekerjaan

adalah sebesar 23,06, standar deviation sebesar 1,99, nilai maksimum sebesar 28,

dan nilai minimum sebesar 17. Adapun untuk menentukan kategori tinggi, sedang

dan rendahnya faktor pekerjaan dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 28

Nilai Minimum = 17

Range 28 – 17 = 11

Interval 11 : 3 = 3,6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval

pengkategorian faktor pekerjaan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Interval pengkategorian

Batas Kategori

17 – 20,6 Rendah

20,7 – 24,3 Sedang

24,4 - 28 Tinggi

Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pekerjaan diklasifikasi

berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 4.3

Kategorisasi faktor pekerjaan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pekerjaan

Tinggi 8 22,22

Sedang 26 72,22

Rendah 2 5,56

Jumlah 36 100

(3)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pekerjaan akan nampak sebagai

berikut :

Grafik 4.1

Aspek Pekerjaan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pekerjaan, dari tabel

dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar (72,22%)

reponden memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dengan kategori sedang.

Sedangkan responden yang memiliki kategori tinggi sebanyak (22,22%), dan

responden dengan kategori rendah sebanyak (5,56%). Maka rata-rata responden di

Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan kategori

(4)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Faktor Pendidikan

Pada faktor pendidikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar

deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor

pendidikan adalah sebesar 29,06, standar deviation sebesar 3,99, nilai maksimum

sebesar 37, dan nilai minimum sebesar 19. Adapun untuk menentukan kategori

tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendidikan dapat dilihat dari uraian sebagai

berikut :

Nilai Maksimum = 37

Nilai Minimum = 19

Range 37 – 19 = 18

Interval 18 : 3 = 6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval

pengkategorian faktor pendidikan sebagai berikut :

Tabel 4.5

Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendidikan diklasifikasi

berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam

(5)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.6

Kategorisasi faktor pendidikan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pendidikan

Tinggi 11 30,6

Sedang 18 50

Rendah 7 19,4

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendidikan akan nampak

sebagai berikut :

Grafik 4.2

Faktor Pendidikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendidikan, dari tabel

dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa setengah (50%) dari

responden memiliki status sosial ekonomi dari pendidikan dengan kategori

sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (30,6%), dan

dengan kategori rendah sebanyak (19,4%). Maka rata-rata responden di Kelurahan

Perbutulan memiliki status sosial ekonomi pendidikan kategori sedang (50%)

(6)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Faktor Pendapatan

Pada faktor pendapatan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar

deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7

Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendapatan 36 12.00 18.00 15.4722 1.73182

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor

pendapatan adalah sebesar 15,47, standar deviation sebesar 1,73, nilai maksimum

sebesar 12, dan nilai minimum sebesar 18. Adapun untuk menentukan kategori

tinggi, sedang dan rendahnya faktor pendapatan dapat dilihat dari uraian sebagai

berikut :

Nilai Maksimum = 18

Nilai Minimum = 12

Range 18 – 12 = 6

Interval 6 : 3 = 2

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval

pengkategorian faktor pendapatan sebagai berikut :

Tabel 4.8

Interval pengkategorian

Batas Kategori

12 – 14,0 Rendah

14,1 – 16,0 Sedang

16,1 – 18 Tinggi

(7)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pendapatan diklasifikasi

berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 4.9

Kategorisasi faktor pendapatan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pendapatan

Tinggi 10 27,78

Sedang 17 47,22

Rendah 9 25

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pendapatan akan nampak

sebagai berikut :

Grafik 4.3

Faktor Pendapatan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pendapatan, dari

tabel dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa hampir setengah

(47,22%) dari responden memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan

kategori sedang. Sedangkan responden dengan kategori tinggi sebanyak (27,78%),

(8)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelurahan Perbutulan memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dengan

kategori sedang (47,22%) dengan skor rata-rata 15,47.

d. Faktor Pemilikan

Pada faktor pemilikan, perhitungan statistik dengan uji mean dan standar

deviation, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahui bahwa skor mean yang diperoleh faktor

pemilikan adalah sebesar 4,19, standar deviation sebesar 0,66, nilai maksimum

sebesar 5, dan nilai minimum sebesar 2. Adapun untuk menentukan kategori

tinggi, sedang dan rendahnya faktor pemilikan dapat dilihat dari uraian sebagai

berikut :

Nilai Maksimum = 5

Nilai Minimum = 2

Range 5 – 2 = 3

Interval 3 : 3 = 1

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval

pengkategorian faktor pemilikan sebagai berikut :

Tabel 4.11

(9)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya Jawaban responden terhadap faktor pemilikan diklasifikasi

berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam

table berikut :

Tabel 4.12

Kategorisasi faktor pemilikan

Aspek Kategori Frekuensi Prosentase

Pemilikan

Tinggi 11 30,6

Sedang 22 61,1

Rendah 3 8,3

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka faktor pemilikan akan nampak sebagai

berikut :

Grafik 4.4

Faktor Pemilikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi faktor pemilikan, dari tabel

dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa lebih dari setengah (61,1%)

dari responden memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan kategori sedang.

Sedangkan responden yang memiliki barang-barang dari hasil bekerja dengan

(10)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maka rata-rata responden di Kelurahan Perbutulan memiliki barang-barang dari

hasil bekerja dengan kategori sedang (61,1%) dengan skor rata-rata 4,19.

e. Variabel Status Sosial Ekonomi

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation,

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.13

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel

status sosial ekonomi adalah sebesar 71,78, standar deviation 4,28, nilai

maksimum 81 dan nilai minimum 64. Adapun untuk menentukan kategori tinggi,

sedang dan rendahnya variabel status sosial ekonomi dapat dilihat dari uraian

sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 81

Nilai Minimum = 64

Range 81 – 64 = 17

Interval 17 : 3 = 5,6

Berdasarkan perhitungan statistika tersebut, maka diperoleh interval

pengkategorian variabel status sosial ekonomi sebagai berikut :

Tabel 4.14

(11)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya Jawaban responden terhadap variabel status sosial ekonomi

diklasifikasi berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat

dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.15

Kategorisasi Status Sosial Ekonomi

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase

Status

Sosial

Ekonomi

Tinggi 7 19,4

Sedang 17 47,2

Rendah 12 33,4

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel

status sosial ekonomi akan nampak sebagai berikut :

Grafik 4.5

Gambaran umum variabel Status Sosial Ekonomi

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi status sosial ekonomi

keluarga di Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat

(12)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedang sebanyak (47,2%). Sedangkan hanya sebagian kecil respoden yang

memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi sebanyak (19,4%), dan

responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak

(33,4%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja di konveksi

milik Hj. Oom memiliki status sosial ekonomi keluarga yang tergolong sedang

(47,2%) dengan skor rata-rata 71,78.

2. Pencapaian Tingkat Pendidikn Anak di Kelurahan Perbutulan

Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji mean dan standar deviation,

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16

Perhitungan Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tingkat Pendidikan 36 43.00 66.00 56.4444 5.44817 Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil olah data SPSS 20

Dari tabel di atas, diketahuai bahwa skor mean yang diperoleh untuk variabel

tingkat pendidikan adalah sebesar 56,4444, standar deviation 5,44817, nilai

maksimum 66 dan nilai minimum 43. Adapun untuk menentukan kategori tinggi,

sedang dan rendahnya variabel Tingkat Pendidikan dapat dilihat dari uraian

sebagai berikut :

Nilai Maksimum = 66

Nilai Minimum = 43

Range 66 – 43 = 23

Interval 23 : 3 = 7,6

Berdasarkan perhitungan statistik tersebut, maka dengan perhitungan interval

untuk mengetahui kategorisasi tingkat pendidikan di Kelurahan Perbutulan maka

(13)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.17

Interval Pengkategorian

Batas Kategori

43 – 50,6 Rendah

50,7 – 58,3 Sedang

58, 4 - 66 Tinggi

Sumber: Hasil olah data penulis

Selanjutnya Jawaban responden terhadap tingkat pendidikan diklasifikasi

berdasarkan perhitungan frekuensi dan prosentase. Hasilnya dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 4.18

Kategorisasi Tingkat Pendidikan

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase

Tingkat

Pendidikan

Tinggi 14 38,9

Sedang 18 50

Rendah 4 11,1

Jumlah 36 100

Sumber: Hasil olah data penulis

Jika digambarkan dengan grafik, maka gambaran umum mengenai variabel

(14)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38,9

Gambaran umum variabel tingkat pendidikan

Tabel dan grafik di atas menjelaskan kategorisasi tingkat pendidikan di

Kelurahan Perbutulan, dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat setengah dari

responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak (50%).

Sedangkan respoden yang memiliki tingkat pendidikan dalam kategori tinggi

sebanyak (38,9%), dan responden yang memiliki status sosial ekonomi dalam

kategori rendah sebanyak (11,1%). Maka dapat disimpulkan bahwa responden

yang bekerja di konveksi milik Hj. Oom memiliki tingkat pendidikan yang

tergolong sedang (50%) dengan skor rata-rata 56,4.

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat

Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mencari seberapa kuat hubungan antara

variabel (X) dengan variabel (Y). Dalam hal ini akan dicari keeratan hubungan

yang terjadi antara status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat

pendidikan, berdasarkan perhitungan SPSS 20 maka diperoleh hasil sebagai

(15)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.19

Korelasi variabel X terhadap variabel Y

Correlations

SSE TP

Spearman's rho

Status Sosial Ekonomi

Correlation Coefficient 1.000 .392*

Sig. (2-tailed) . .018

N 36 36

Tingkat Pendidikan

Correlation Coefficient .392* 1.000

Sig. (2-tailed) .018 .

N 36 36

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber: Hasil olah data SPSS

Tabel 4.19 di atas menunjukan hasil koefisien korelasi yang diperoleh yaitu

sebesar 0,392. Hasil tersebut masuk ke dalam interval 0,200 – 0,399 (tabel 3.11),

sehingga dapat ditafsirkan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel status

sosial ekonomi dengan tingkat pendidikan adalah hubungan positif dengan tingkat

keeratan rendah. Banyak faktor yang dapat memengaruhi dalam upaya

meningkatkan status sosial ekonomi, seperti faktor pekerjaan, pendidikan,

pendapatan, dan pemilikan.

b. Koefisien Determinasi (KD)

Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar

pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien

determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi jika dihitung secara manual

maka akan diperoleh hasil sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

= 0,3922 x 100%

= 15,37%

Dari perhitungan di atas didapatkan hasil sebesar 15,37%. Hal tersebut

menggambarkan bahwa variabel status sosial ekonomi memberikan pengaruh

sebesar 15,37% terhadap terjadinya pencapaian tingkat pendidikan anak,

(16)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 3.(tabel 3.12) hasil perhitungan

koefisien determinasi sebesar 15,37% termasuk ke dalam kriteria prosentase/skor

di rentang 1% - 24%. Artinya status sosial ekonomi sebagian kecil faktor yang

mempengaruhi dalam pencapaian pendidikan.

c. Uji Hipotesis Uji t

Pengujian hipotesis (uji-t) dilakukan untuk membuktikan apakah status sosial

ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan, berikut disajikan

perhitungan t hitung dengan rumus (Sugiyono, 2013, hlm. 250) :

Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Adapun hipotesis statistik secara parsial yang akan diuji dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Hο : ρ = 0, status sosial ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan

H1 : ρ ≠ 0, status sosial ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap

pencapaian tingkat pendidikan.

(17)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Grafik 4.7

Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Variabel Status Sosial Ekonomi

terhadap Pencapaian Tingkat Pendidikan

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat nilai t hitung (2,486) berada di

daerah penolakan H0, maka dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi

memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tingkat pendidikan,

dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,018 > 0,05 dan t-hitung 2,486 >

t-tabel 2,032.

B. Pembahasan

Berikut ini akan dipaparkan pembahasan dari hasil penelitian mengenai

pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan

anak di Kelurahan Perbutulan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

Pembahasan dari hasil penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu status

sosial ekonomi keluarga yang ada di Kelurahan Perbutulan, pencapaian tingkat

pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan, dan pengaruh status sosial ekonomi

anak terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak di Kelurahan Perbutulan.

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Perbutulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dibagi kedalam empat faktor , yaitu faktor

pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Hasil penelitian yang pertama

pada faktor pekerjaan lebih dari setengahnya atau sebagian besar responden

memiliki status sosial ekonomi dari pekerjaan dalam kategori sedang sebanyak

72,22%, responden dalam kategori tinggi sebanyak 22,22%, dan sebagian kecil

Daerah Penerimaan H0 Daerah penolakan

Ho

t tabel = -2,032 0 t tabel = 2,032 t hitung = 2,486

(18)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

responden yang dalam kategori rendah sebanyak 5,56%. Hasil kedua pada faktor

pendidikan tepat setengah dari responden memiliki status sosial ekonomi dari

pendidikan dengan kategori sedang sebanyak 50, responden dalam kategori tinggi

sebanyak 30,6%, dan dalam kategori rendah sebanyak 19,4%.

Hasil yang ketiga pada faktor pendapatan hampir setengah dari responden

memiliki status sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori sedang sebanyak

47,22%. Tidak terdapat jauh perbedaan antara responden yang memiliki status

sosial ekonomi dari pendapatan dalam kategori tinggi dan rendah, responden

dalam kategori tinggi sebanyak 27,78%, dan responden dalam ketegori rendah

sebanyak 25%. Hasil yang keempat pada faktor pemilikan lebih dari setengah

responden memiliki status sosial ekonomi dilihat dari barang-barang yang mereka

miliki (pemilikan) dalam kategori sedang sebanyak 61,1%, responden dalam

kategori tinggi sebanyak 30,6%, dan responden dalam kategori rendah hanya

sedikit yaitu sebanyak 8,3%.

Dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi

menunjukan bahwa hampir setengahnya (47,2%) memiliki status sosial ekonomi

sedang, hanya sebagian kecil yang memiliki status sosial ekonomi tinggi (19,4%),

dan lebih dari seperempat (33,4%) responden yang memiliki status sosial ekonomi

rendah. Dengan skor rata-rata 71,78. Hal ini menunjukan responden di Kelurahan

Perbutulan yang bekerja di konveksi memiliki status sosial ekonomi yang sedang

dengan prosentase sebanyak 47,2%. Jadi status sosial ekonomi yang dimiliki

masyarakat Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi dalam kategori sedang

sebanyak 47,2%.

Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat

yang ditinjau dari segi ekonomi. dengan Status sosial ekonomi juga merupakan

pembentuk gaya hidup bagi keluarga. Dalam Pengantar Sosiologi Setiadi dan

Kolip (2011, hlm. 436-439) mengemukakan bahwa,

(19)

benda-Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

benda berharga yang dimiliki, sampai pakaian yang dikenakan sehari-hari dalam kehidupan yang biasa disebut gaya hidup.

Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Setiadi dan Kolip diatas,

Status sosial ekonomi sedang itu artinya, keadaan keluarga yang bekerja pada

konveksi tersebut dalam kategori menengah (sederhana). Dimana status sosial

ekonomi yang didapatkan berasal dari pekerjaan yang selama ini mereka kerjakan,

dan pendidikan yang ditempuh, serta pendapatan yang mereka dapatkan dari hasil

bekerja dapat dibelikan barang-barang yang dapat mengisi rumah mereka. Jadi

mereka masih dapat membagi waktu mereka antara bekerja, dan mengurus rumah

tangga. Keadaannya ekonominya tidak terlalu dibawah rata-rata tetapi tidak juga

diatas rata-rata. Pekerjaannya mengikuti saja pekerjaan yang ada, dan

pendidikannya hanya mengikuti saja pendidikan yang dianjurkan pemerintah

tanpa ada niatan untuk meneruskan pendidikan yang lebih baik lagi. Keluarga

yang berada pada status sosial ekonomi sedang ini berkecukupan dalam

memenuhi kebutuhan dirinya. Interaksi sosialnya pun berjalan dengan baik.

Selanjutnya, hanya sebagian kecil responden yang bekerja di konveksi yang

memiliki status sosial ekonomi dalam kategori tinggi (diatas rata-rata) sebanyak

19,4% itu artinya, responden yang bekerja di konveksi yang masuk ke dalam

kategori ini lebih bisa menghidupi dirinya dari kategori yang sebelumnya.

Responden yang masuk ke dalam kategori ini kehidupan ekonominya lebih baik

diantara yang lain. Keluarga yang masuk ke dalam kategori ini bisa memberikan

ilmu pendidikan di sekolah yang lebih tinggi tingkatannya dari yang lainnya.

Mereka memiliki barang-barang dirumah yang dapat menunjang kebutuhan

sosialnya lebih banyak dibandingkan yang lain. Mereka akan lebih

memperhatikan peralatan yang terbaru utnuk mengisi rumahnya. Pendapatan

keluarganya pun memadai dan dapat menunjang tumbuh kembang anak, karena

orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun

sekunder. Pendapatan yang dimiliki lebih besar dibandingkan yang lainnya.

Mereka akan lebih memilih bekerja dibandingkan bermain atau menghabiskan

waktu dengan hal-hal yang lainnya. Mereka yang masuk kedalam kategori ini

(20)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itu penting. Walaupun biaya pendidikan mahal mereka tetap mengusahakan

melanjutkan pendidikan. Mereka yang masuk dalam kategori ini memiliki ruang

lingkup interaksi yang lebih luas dan bervariasi dibandingkan dua kategori

lainnya. Mereka akan lebih mendapatkan penghargaan yang tinggi di masyarakat.

Gaya bahasa yang mereka gunakan lebih beragam dan berkelas dibanding

kategori lainnya.

Terakhir responden yang bekerja di konveksi dalam kategori status sosial

ekonomi rendah sebanyak 33,4%. Status sosial ekonomi rendah (dibawah

rata-rata), artinya mereka yang berada di dalam kategori ini ada dipaling bawah

diantara kategori yang lainnya. Mereka tidak dapat memilih untuk melanjutkan

pendidikannya, karena mereka diharuskan untuk bekerja keras membantu

kebutuhan keluarganya. Mereka menghabiskan sebagian besar aktivitasnya di

tempat kerja, dan sulit membagi waktunya untuk keluarga. Responden yang

berada pada kategori ini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi

dalam menaikan status sosialnya dengan pendidikan. Keluarga dalam kategori

rendah ini tidak dapat menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua tidak

dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.

Interaksi sosialnya pun sangat terbatas, mereka berinteraksi hanya di kalangan

pekerja konveksi saja. Sikap dan rasa penghargaan masyarakat terhadap mereka

pun rendah.

Status sosial ekonomi diperlukan untuk melihat seberapa besar kedudukan

kita di masyarakat. Orang yang memiliki status sosialnya tinggi, akan

mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan mereka akan mendapatkan

penghormatan yang lebih besar. Serta mereka dapat dengan mudah memenuhi

kebutuhan hidupnya. Responden yang bekerja di konveksi sebagian besar

berstatus sosial ekonomi sedang, jadi tidak terlalu ada kesenjangan sosial yang

begitu terlihat di sana. Semuanya sama, mereka bekerja disitu karena untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, ataupun keluarganya.

(21)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penelitian tingkat pendidikan di konveksi Kelurahan Perbutulan

setengah (50%) dari responden berkategori sedang. Dalam variabel tingkat

pendidikan ini dilihat dari beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu keluarga,

lingkungan, dan teman sebaya. Karena tiga faktor tersebut dianggap paling

mempengaruhi seseorang dalam menempuh pendidikan. Keluarga dianggap faktor

yang paling mendukung karena apabila kita sudah tidak mendapatkan dukungan

dari keluarga untuk melanjutkan pendidikan, maka kita tidak bisa melanjutkannya,

karena keluargalah yang memegang peranan penting semuanya, baik dalam

membayar biaya sekolah maupun memfasilitasi apa saja yang kita butuhkan untuk

sekolah. Kedua lingkungan, apabila kita berada pada lingkungan yang

berpendidikan maka keluarga kita akan memaksa kita untuk melanjutkan

pendidikan agar keluarga kita tetap sesajar dengan lingkungan disekitar kita.

Ketiga teman sebaya, secara tidak langsung teman sebaya dapat mempengaruhi

kita didalam melanjutkan pendidikan.

Kelurahan perbutulan khususnya di konveksi memiliki skor rata-rata 56,4

dalam tingkat pendidikan. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi

sebanyak 38,9%, setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan sedang

sebanyak 50%, dan 11,1% memiliki tingkat pendidikan rendah. Kenyataan yang

ada dilapangan dimana mereka yang bekerja di konveksi tersebut hanya

mengenyam pendidikan paling tinggi adalah SMA/MAN. Namun rata-rata yang

bekerja di konveksi menempuh pendidikan paling banyak hanya sampai

SMP/MTS, dan masih ada saja yang hanya lulusan sekolah dasar (SD). Hampir

semua masyarakat Perbutulan lulusan pesantren karena Kelurahan Perbutulan

termasuk kelurahan yang sangat memperhatikan pendidikan agamanya, jadi orang

tua disana rata-rata menyekolahkan anaknya ke pesantren bukan ke sekolahan

biasa.

Tingkat pendidikan dalam kategori tinggi sebanyak 38,9%, artinya

masyarakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi masih memikirkan

pendidikan, dan menganggap bahwa pendidikan itu penting. Dilihat dari

presentase dalam kategori tinggi banyak responden yang berminat dalam

(22)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendukung anaknya untuk melanjutkan pendidikan, tidak adanya paksaan dari

orang tua untuk berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja. Disini terlihat

pengharapan orang tua kepada anaknya untuk bersekolah dengan benar dan dapat

membanggakan kedua orang tuanya.

Tingkat pendidikan dalam kategori sedang sebanyak 50%. Berdasarkan

penelitian responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang ini

artinya mereka yang bekerja di konveksi tersebut tetap mengenyam pendidikan

namun tidak terlalu tinggi. Mereka hanya mengikuti pendidikan berdasarkan

program dari pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun.

Tingkat pendidikan dalam kategori rendah sebanyak 11,1%, artinya

masyakat di Kelurahan Perbutulan yang bekerja di konveksi tidak antusias

terhadap pendidikan, yang mereka pikirkan hanya bekerja saja. Orang tua tidak

mendukung anaknya dalam melanjutkan pendidikan, menurut mereka pendidikan

tidak terlalu penting, karena pendidikan orang tuanya sendiri tidak tinggi sehingga

mereka berpikir anak-anaknya pun tidak usah menempuh pendidikan yang tinggi.

Disini banyak usia yang sebenarnya harus belajar di sekolah namun mereka

memilih untuk bekerja. Mereka lebih tertarik bekerja daripada bersekolah karena

banyak teman mereka yang bekerja, dan mereka merasa senang.

Pendidikan dirasa mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

ada, karena dengan pendidikan dapat membantu membentuk anak

mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga ia mampu

beradaptasi dengan lingkungannya.

3. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Pencapaian Tingkat

Pendidikan Anak di Kelurahan Perbutulan

Dari hasil perhitungan yang peneliti lakukan diperoleh nilai korelasi pengaruh

status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak

sebesar 0,392. Nilai yang diperoleh adalah positif dengan tingkat keeratan rendah.

Pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap pencapaian tingkat pendidikan

anak sebesar 15,37%. Artinya status sosial ekonomi yang dimiliki keluarga dapat

(23)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anak, sedangkan sisanya sebesar 84,63% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

diteliti. Meskipun presentase pengaruh status sosial ekonomi termasuk rendah,

tetapi status sosial ekonomi termasuk sebagian kecil faktor yang dapat

mempengaruhi pencapaian tingkat pendidikan anak.

Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat dari Soetjiningsih (2004, hlm. 67)

mengemukakan bahwa,

Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena dengan pendapatan orang tua yang tinggi dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Dan dengan itu anak akan menjadi anak yang pintar dan mempunyai banyak pengetahuan, dengan itu pula anak bisa berprestasi.

Ciri utama dari status sosial ekonomi dalam keluarga adalah adanya status

sosial dalam sebuah keluarga dan status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga.

Status sosial yang dimiliki keluarga didapatkan melalui tiga hal yaitu: Pertama,

status sosial yang diperoleh dengan sendirinya atau didapatkan karena faktor

keturunan dan didapatkan tidak melalui usaha apa pun. Kedua, status sosial yang

diperoleh memalui usaha yang disengaja dan melalui perjuangan yang panjang.

Ketiga, status sosial yang diberikan oleh masyarakat sebagai tanda penghargaan

dari perjuangan yang telah dilakukannya. Status sosial yang dimiiki keluarga

berpengaruh terhadap kedudukan keluarga di masyarakat, bagaimana penghargaan

masyarakat terhadap sebuah keluarga bergantung kepada status sosial yang

dimiliki.

Selanjutnya status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga. Kartono (2006. hlm.

45) mengemukakan bahwa, “Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau

keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat

dilihat dari perndapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok”. Ada

empat faktor yang dapat mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga yaitu,

pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan. Pertama, didapatkan melalui

pekerjaan yang dijalani seseorang, dari bekerja segala kebutuhan akan terpenuhi

selain itu juga kepuasan jasmani pun akan terpenuhi. Kedua, pendidikan sangat

(24)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupannya maupun kehidupan orang lain, dan dapat meningkatkan taraf

kehidupan keluarganya. Ketiga, pendapatan dimana diperoleh melalui kerja atau

usaha yang kita lakukan, dimana pendapatan mempengaruhi gaya hidup dan status

sosial seseorang. Keempat, pemilikan dimana semakin banyak barang berharga

seperti rumah dan tanah yang dimiliki keluarga, semakin dinilai tinggi status

ekonomi yang dimiliki keluarga.

Keluarga pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, kebutuhan yang paling

mencolok adalah kebutuhan pendidikan anak. Pendidikan anak penting untuk

meningkatkan dan membantu status sosial yang dimiliki keluarga. Pendidikan

adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam

mencapai pendidikan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu keluarga, lingkungan

masyarakat, dan teman sebaya. Pertama, keluarga peranannya sangat penting

dalam pendidikan anak karena mulai dari yang membiayai pendidikan sampai

menyediakan segala kebutuhannya. Kedua, lingkungan disini peran lingkungan

dalam pendidikan adalah dalam peningkatan mutu pendidikan. Jika lingkungan

baik, sarana prasarana pendidikan menunjang maka keluarga akan termotivasi

dalam meningkatkan pendidikan, dan sebaliknya. Ketiga, teman sebaya dirasa

mampu mempengaruhi pendidikan anak. Pergaulan yang dilakukan kearah positif

maka dapat menghasilkan kepribadian yang baik, begitu pula dalam aspek

pendidikan. Jika kita bergaul dengan orang yang berpendidikan secara tidak

langsung kita akan termotivasi untuk setara dengan dirinya.

4. Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Sosiologi

Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang

masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis

berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir untuk

mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan

teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam pembelajarannya

sosiologi juga berusaha memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi,

(25)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampai pada terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian

dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode.

Sosiologi dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SMA/MA,

khususnya bagi siswa-siswi yang mengambil program IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) akan

mempejajari Sosiologi lebih dalam. Sementara itu, bagi mereka yang masih

menduduki bangku SMP/MTS, mata pelajaran sosiologi sudah dilebur kedalam

mata pelajaran IPS terpadu. Dengan adanya mata pelajaran sosiologi

dipersekolahan ini membuat siswa lebih mengerti tentang fenomena-fenomena

yang terjadi di masyarakat. Pada zaman sekarang ini di tahun 2014, hampir semua

sekolah sudanh mengganti kurikulum yang lama (KTSP) dengan kurikulum 2013.

Dengan kurikulum yang ada saat ini menuntut siswa untuk lebih mencari tahu,

mempelajari lebih dalam, dan mengembangan materi yang ada. Bukan lagi

teacher center yang digunakan, tetapi student center dimana siswalah yang

menjadi fokus dalam pembelajaran. Guru sudah tidak lagi menggunakan metode

ceramah atau metode lainnya yang membuat siswa pasif, tetapi disini guru

dituntut untuk mencari metode yang membuat siswa aktif dan mengembangkan

dirinya pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Mata pelajaran sosiologi di tingkat SMA cenderung mempelajari

masalah-masalah yang ada di masyarakat. Salah satu masalah-masalah yang sering terjadi di

masyarakat adalah masalah pembagian kelas-kelas sosial atau yang biasa disebut

stratifikasi sosial. Pembelajaran tersebut menjelaskan bagaimana masyarakat

membatasi dirinya kedalam beberapa lapisan kelompok, membahas

perbedaan-perbedaan yang terjadi di masyarakat dilihat dari status sosialnya dan bagaimana

cara mendapatkanya. Sosiologi didalam pendidikan juga berfungsi untuk

memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan

sosiologi, mengatasi masalah-masalah sosial budaya yang berkembang di

masyarakat.

Seperti halnya penelitian mengenai “Pengaruh status sosial ekonomi terhadap pencapaian tingkat pendidikan anak” dapat memberikan implementasi terhadap pendidikan, khususnya pendidikan sosiologi. Yaitu dalam pembelajaran sosiologi

(26)

Rhizka Indriantika Destiyanti, 2014

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

faktor yang mempengaruhi stratifikasi seseorang. Materi stratifikasi sosial juga

dipelajari bagaimana seseorang mendapatkan status sosial yang dapat

mengingkatkan status mereka didalam masyarakat. Terdapat juga faktor-faktor

status sosial ekonomi seperti, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan

yang dapat menjadi ciri-ciri stratifikasi sosial seseorang. Dengan adanya

penelitian tersebut, diharapkan dapat dijadikan sumber dan bahan ajar dalam

pembelajaran sosiologi. Dan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan

contoh nyata adanya permasalahan tersebut yang terjadi di masyarakat. Dan untuk

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2 Interval pengkategorian
Grafik 4.1 Aspek Pekerjaan
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Approved by the Department of English, Faculty of Cultural Studies University of Sumatera Utara (USU) Medan as Thesis for the Sarjana

KEPEDULIAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN TSUNAMI DI KOTA SIBOLGA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu..

[r]

Menurut saya penting jika petugas administrasi menjelaskan kepada saya tentang prosedur pelayanan dengan jelas dan mudah dipahami. Menurut saya penting jika petugas

hipotiroid subklinis tinggi pada pasien SLE dibandingkan dengan populasi normal.. Pasien dengan diagnosa SLE dan disertai

Namun demikian program ini juga masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti jumlah input sumber dan tujuan yang terbatas, jumlah supply harus sama dengan jumlah demand, dan hasil

Analisis Yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model linear programming dan metode simpleks, dari hasil penelitian yang diperoleh, ternyata kombinasi

Pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan pt.. Indonesia putra pratama