• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Danarto, kelahiran Sragen, 27 Juni 1940, sebagai cerpenis, memiliki kedudukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Danarto, kelahiran Sragen, 27 Juni 1940, sebagai cerpenis, memiliki kedudukan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Danarto, kelahiran Sragen, 27 Juni 1940, sebagai cerpenis, memiliki kedudukan khusus dalam dunia sastra Indonesia. Melalui cerpen-cerpen yang ditulisnya, ia ditempatkan sebagai pembaharu cerpen Indonesia, baik secara teknik, tema maupun gaya penulisan yang dikembangkanya. Lebih-lebih dari empat kumpulan cerpen yang telah diterbitkan: Godlob (1975), Adam Ma’rifat (1982), Berhala (1987), Danarto berhasil meletakkan tradisi penulisan cerpen yang berakar pada khasanah sufisme (Noor, 2001: x).

Danarto melebur menerobos ruang dan waktu, sehingga sebagai dunia alternatif cerpen-cerpen Danarto membawa kita sebagai pembaca, ke dunia sonya ruri, yang tidak real tetapi juga tidak sepenuhnya abstrak (Noor, 2001: x). Di sinilah uniknya cerpen-cerpen Danarto bila dibandingkan dengan kebanyakan cerpen-cerpen yang ditulis cerpenis Indonesia yang juga mengeksplorasi wilayah non-real sebagai suatu hal yang surealis, bahkan sebagai sesuatu yang absurd. Danarto tidak memahami yang non real itu sebagai sebuah bentuk, tetapi lebih sebagai proses terciptanya dunia alternatif. Pada tingkat inilah cerpen Danarto tidak semata-mata sebagai “sastra fantasi”, karena kita juga tak bisa begitu saja mengabaikan unsur-unsur mistikisme dan sufisme yang mewarnai cerpen-cerpen Danarto. Hal itu terasa pada hasil karyanya. Cerpen Sekuntum Melati di Sayap Jibril, Kursi Goyang, dan 7 Sapi Kurus Memakan 7 Sapi Gemuk merupakan beberapa contoh yang relevan untuk hal itu.

Pengalaman konkret tidak semata-mata diproyeksikan jauh ke depan bagi peradaban dan kelangsungan hidup manusia. Ini yang terasa dari cerpen ‘Lempengan-Lempengan

(2)

Cahaya’ dan ‘Terowongan’ dalam kumpulan cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril . Suatu cerita yang membawa pembaca memasuki ábad nuklir´yang telah membuat Jerusalem menjadi tempat peperangan antara agama dan bangsa. Apa yang ditulis Danarto kian menegaskan keyakinan, betapa sastra ditulis memang untuk membuat manusia mengenali seluruh potensi kemanusiaanya.

Angkatan 1970-1984 para sastrawan yang karyanya memberi corak sastra periode ini pada umumnya sudah mulai menulis pada tahun 60-an. Lebih-lebih setelah 1965, seperti Sutarji Calzoum Bachri, Danarto, dan Kuntowijoyo, telah menulis sejak awal tahun 60-an. Akan tetapi, karya yang penting, karya garda depannya, baru terbit sekitar tahun 1970. Masa integrasi angkatan 70-an ini adalah selama dekade 70-an, dengan karya-karya sastra Merahnya Merah, Ziarah, dan Kering karya Iwan Simatupang, Godlob, karya Danarto (Pradopo, 2005: 21).

Selain mengetahui tahun angkatan ada beberapa ciri khusus sastra tahun 70-an yang ditulis Rachmat Djoko Pradopo dalam bukunya Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Ciri tersebut adalah :

1) mengeksploitasi kehidupan manusia sebagai individu; bukan sebagai mahluk

komunal;

2) mengemukakan kehidupan yang absurd;

3) mengemukakan filsafat eksistensialisme;

4) mengedepankan warna local, dan;

5) mengemukakan tuntunan atas hak-hak asasi manusia untuk bebas dari

kesewenang-wenangan, baik yang dilakukan oleh anggota masyarakat lain atau oleh pihak-pihak yang berkuasa.

(3)

Dari ciri-ciri tersebut dapat tergambarkan mengenai angkatan dan ciri-ciri yang diperlihatkan. Tema yang diusung pada angkatan 70-an ada yang berkaitan dengan kehidupan manusia.

Danarto adalah pengarang yang intensif memanfaatkan paham-paham sufistik sebagai jiwa dalam cerpen-cerpennya. Karya yang menarik dari Danarto adalah munculnya karya yang mengungkapkan seluk beluk sufistik dalam wujud parable-parabel yang diambil dari berbagai pusat kebudayaan seperti kebudayaan Jawa, Kristen, Eropa, Bali, dan sebagainya. Terkadang dapat ditransformasikan ke dalam bentuk keadaan sosial kontemporer Indonesia.

Beberapa penelitian sebelumnya telah mengkaji karya-karya Danarto sebagai objek penelitiannya. Sebuah esai berjudul “Menguak Absurditas cerpen Danarto” yang ditulis oleh Sawali yang dapat dibaca dalam situs internet. Esai lainnya ada dalam buku berjudul Segenggam Gumam yang ditulis oleh penulis Helvy Tiana Rosa, dalam bukunya, dibandingkan antara karya-karya Danarto dengan karya-karya Taufik Al Hakim dengan mengambil tema unsur sufistik dalam karya cerpen (Rosa, 2003: 95).

Dari beberapa esai tersebut Danarto mendapat perhatian dari segi absurd dalam cerpen dan unsur sufistik yang terkandung dalam cerpen Danarto. Esai-esai yang telah ada dapat menjadi referensi untuk penelitian.

Penelitian lain yang ada tentang karya-karya Danarto adalah Karya Religius Danarto: Kajian Kritik Sastra Feminis yang ditulis oleh penulis S.E. Peni Adji (Humaniora,2003:1). Dari penelitian tersebut dibahas mengenai Danarto dan karyanya dari kacamata feminisme. Dengan penelitian-penelitian yang telah ada maka menimbulkan kesan akan kekayaan karya-karya Danarto dilihat dari berbagai sudut pandang penelitian.

(4)

Pengkajian terhadap Danarto bermacam-macam tergantung dari sudut pandang mana seseorang menilainya. Dari tulisan-tulisan dan penelitian yang telah ada sebelumnya memiliki perbedaan pendekatan yang dilakukan untuk lebih memahami karya-karya Danarto. Dimulai dari unsur sufistik secara religiusitas sampai ke feminisme. Bahkan dari karyanya yang surealis telah ada yang melakukan pendekatan ke arah absurdnya karya Danarto.

Karya-karya Danarto yang telah dikaji berupa Adam Ma’rifat yang terdapat dalam kumpulan cerpen Adam Ma’rifat oleh Helvy Tiana Rosa dengan membandingkan unsur sufistiknya dengan Taufik Al Hakim.

Berdasarkan penelitian-penelitan yang sudah ada sebelumnya, maka penulis menggunakan referensi. Cerpen-cerpen yang akan diambil sebagai bahan penelitian adalah cerpen yang berjudul ‘Lempengan-Lempengan Cahaya’ dan ‘Terowongan’ karya Danarto dalam kumpulan cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril. Pendekatannya menggunakan pisau analisis sosiologi sastra.

Kedua cerpen yang dipilih memiliki kesamaan dalam beberapa unsur cerita. Adanya kesamaan kesan yang ditimbulkan dari cerpen “Lempengan-Lempengan Cahaya” dan “Terowongan” yaitu dapat memberikan imajinasi atau gambaran tentang kekacauan, teror, dan kehidupan rakyat Palestina.

Dalam kumpulan cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril karya Danarto terdapat pelukisan sebuah situasi yang sarat akan sebuah konflik. Permasalahan yang terjadi di negara Palestina dengan orang-orang Yahudi Israel.

Dengan cerpen yang beraliran surealis, cerita fantasi, dan kaya akan unsur sufistik maka cerpen ini akan menarik untuk dikaji. Dalam kedua cerpen tersebut digambarkan tentang situasi sebuah kota atau negara beserta situasi masyarakatnya. Keadaan suau kota

(5)

atau negara yang kacau digambarkan oleh masyarakat yang mengalami ketakutan. masyarakat yang mengalami penindasan oleh bangsa lain dan melakukan perlawanan terdapat dalam cerpen “Lempengan-Lempengan Cahaya”, serta seorang gadis kecil Palestina yang bersedih dan pemberitaan korban peperangan dalam cerpen “terowongan”.

Cerpen ”Lempengan-Lempengan Cahaya” merupakan cerpen yang bertemakan tentang konflik yang terjadi antara penduduk Palestina dan Israel. Danarto mengangkat tema tersebut dan menjadikannya sebuah cerpen, ini semua tidak terlepas dari pikiran pengarang untuk menyampaikan pikiran-pikirannya melalui karyanya, dari cerpen ini diperlihatkan seorang anak kecil yang memegang teguh keyakinannya.

Cerpen “Terowongan” adalah cerpen kedua yang mengusung tema seputar konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel. Cerpen ‘Terowongan’ mengajak pembaca untuk mengetahui hal-hal yang terjadi saat peperangan Palestina-Israel. Dalam cerpen ini terdapat pemberitaan mengenai korban-korban yang meninggal selama konflik terjadi dan isu-isu yang sedang melanda Palestina.

Danarto adalah seorang muslim yang memiliki pandangan yang moderat terhadap Islam. Ia peduli terhadap Islam, namun menyerukan kebebasan dalam berekspresi. Meski demikian, Ia menegaskan bahwa menulis merupakan proses bagi diri dan umat manusia (noor dalam Danarto, 2001: x).

Hal lain yang menarik dari cerpen-cerpen Danarto adalah menyinggung atau bercerita tentang peristiwa kehidupan masyarakat pada umumnya dan fakta sosial atau fakta kemanusiaan yang terjadi di negara Israel-Palestina dari dimulainya peperangan. Dengan gaya penceritaan yang tidak menunjukan suatu peristiwa secara langsung tentang konflik yang terjadi di Israel-Palestina. Cerpen “Lempengan-Lempengan Cahaya” memiliki kesetaraan antara sejarah yang mencatat tentang peperangan Israel-Palestina dan cerpen

(6)

“Terowongan” yang menggambarkan kekacauan yang terjadi dalam masyarakat Palestina dan bentuk perjuangan mereka melawan pendudukan Israel. Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian untuk menganalisis cerpen-cerpen Danarto yang berjudul ‘Lempengan-Lempengan Cahaya’ dan ‘Terowongan’. Penelitian ini ingin menunjukan representasi sosial yang terjadi dan membuktikan konflik sosial yang terjadi dalam cerpen yang memiliki kesetaraan dengan sejarah atau fakta yang terjadi di negara Israel-Palestina dalam kehidupan.

1.2 Danarto dan Karyanya

Danarto lahir di Sragen, Jawa Tengah, 27 Juni 1940. Ia dikenal sebagai penulis dan sastrawan yang produktif di Indonesia. Karyanya yang terkenal diantaranya adalah kumpulan cerpen, Godlob. Kumpulan cerpennya yang lain, Adam Ma'rifat, memenangkan hadiah Sastra 1982 Dewan Kesenian Jakarta, dan hadiah Buku Utama 1982.

Ia pernah bergabung dengan Teater Sardono, yang melawat ke Eropa Barat dan Asia, 1974. Di samping berpameran Kanvas Kosong (1973) ia juga berpameran puisi konkret (1978). Pada 1 Januari 1986, Danarto mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Siti Zainab Luxfiati, yang biasa dipanggil Dunuk. Sayangnya, rumah tangga Danarto tidak berlangsung lama. Danarto dan Zainab bercerai setelah kurang lebih 15 tahun berumah tangga.

Perjalanan hidup Danarto kaya dengan pengalaman baik di dalam negeri dan di luar negeri. Selain sebagai sastrawan, ia dikenal juga sebagai pelukis, yang memang ditekuni sejak masa muda. Sebagai pelukis ia pernah mengadakan pameran di beberapa kota. Sebagai budayawan dan penyair ia pernah mengikuti program menulis di luar negeri diantaranya di Kyoto, Jepang.

(7)

Danarto juga menulis sandiwara dan menyutradarainya, seperti lakon Bel Geduwel pada 1978 di Jakarta, Mengembalikan Kegembiraan Berpolitik (1996) dan Waktu yang Alpa (1998). IA memulai inten menulis puisi sejak 1992 ketika terjadi pemusnahan etnis di Bosnia Herzegovina. Sepak terjangnya dalam seni rupa adalah rintisanya dalam sejumlah seni instalasi sejak 1962 dan memamerkan Kanvas Kosong pada 1973, yang menyatukan seni lukis, seni arsitektur dan seni patung.

Ia dikenal pula sebagai art-director untuk sejumlah film layar lebar, di antaranya Suci Sang Primadona, karya Arifin C. Noer. Sedangkan sebagai art-director teater, Danarto mendukung teater Sardono yang berkeliling ke Eropa Barat dan Selatan, serta di Teheran, Iran memainkan Dongeng dari Dirah karya Sardono W. Kusumo, pada tahun 1974.

Menurut Danarto dengan hidup di dunia ini, kita sudah menjelajahi tiga alam: alam roh, alam rahim, dan alam dunia. Masih satu alam lagi yang perjalanannya sedang kita tempuh: alam akhirat. Baginya hidup di dunia ini mistis.

Setelah empat buku kumpulan cerpennya, Godlob (1975: 9 cerpen), Adam Ma’rifat (1996:13 cerpen), Berhala (1987:13 cerpen) dan Gergasi (1996:13 cerpen), dan kini buku kelimanya, Setangkai Melati di Sayap Jibril (2000) yang berisi 28 cerpen.

Cerpen-cerpenya sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, diantaranya Abrakadabra (diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dari Godlob) oleh Harry Aveling. Penerjemah lainya adalah Chamber Loir (ke dalam bahasa perancis) dan tim Behrend (ke dalam bahasa inggris, meski Ia ahli sastra jawa dari New Zealand). Sejumlah sarjana menulis kajian tentang cerpen-cerpenya.

Beberapa hadiah pernah didapatnya, diantaranya: hadiah buku utama maupun hadiah Pusat Bahasa. Pada 1998, Ia mendapat hadiah SEA Writes dari pemerintah Thailan. Pernah

(8)

mengikuti lokakarya penulisan “boleh menulis apa saja atau atau tidak menulis apa-apa” di Lowa City, Amerika Serikat, pada 1976. Ia memperoleh profesional fellowships dari The Ford Foundaion untuk menulis novel pada 1990-1991 di Kyoto sampai munculnya Asmaraloka.

Karya Danarto lainnya berupa novel. Novel pertama berjudul Asmaraloka, ini ditulis secara spontan: hari itu ditulis, hari itu dimuat. Harian Republika memuatnya selama enam puluh hari, sejak 23 april 1993. Sebelum diterbitkan novel ini ditulis ulang terlebih dahulu.

1.2.1 Kumpulan Cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril

Sumber data dari penelitian ini adalah buku kumpulan cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril karya Danarto dengan ketebalan 2cm dan jumlah halaman 410 halaman. Cetakan pertama bulan Februari 2001 yang diterbitkan oleh Bentang Budaya, Jogjakarta. Buku ini memuat tiga bagian: bagian pertama, pengantar penyunting, kedua, memuat dua puluh delapan judul cerita pendek, dan bagian ketiga adalah biografi penulisnya. Dari dua puluh delapan cerpen yang terbuat ditulis dari tahun 1985-2000.

Cerpen “Lempengan-Lempengan Cahaya” dan ”Terowongan” mendapatkan perhatian dari seorang sastrawan perempuan bernama Helvy Tiana Rosa. Kekagumannya Ia tunjukkan terhadap kedua cerpen ini, selain itu karya ini memiliki kesamaan dengan cerpen yang pernah ditulis oleh Helvy. Inti cerpen tersebut tentu nyaris tak berbeda dengan karya penulis yang mengambil tema Palestina: prihatin, empati terhadap Palestina.

Mengingat akan keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penulis tidak akan meneliti semua cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibri. Tetapi, dalam penelitian ini penulis hanya akan menganalisis dua cerpen yaitu 1, cerpen

(9)

“Lempengann-Lempengan Cahaya,” dan 2, ”Terowongan”. Cerpen-cerpen tersebut dipilih karena memiliki kesamaan dalam tema yang diusung.

1.2.2 Karya Danarto Lainnya

Danarto pernah menulis esai. Hasilnya dua buku esai, Cahaya Rosul dan Begitu ya Begitu tapi Mbok Jangan Begitu. Buku yang pertama mencoba menafsirkan hadis, sedangkan buku kedua mencoba menafsirkan situasi politik. Catatan hariannya ketika menunaikan ibadah haji pada 1983, Orang Jawa Naik Haji, laris karena lucunya. (yang membuat laris boleh jadi juga judulnya, pemberian penyair Goenawan Muhamad.)

Danarto pernah menulis sandiwara seperti, lakon Bel Geduwel pada 1978 di Jakarta, Mengembalikan Kegembiraan Berpolitik (1996) dan Waktu yang Alpa (1998). Ia memulai menulis puisi sejak 1992 ketika terjadi pemusnahan etnis di Bosnia Herzegovina.

Danarto sudah menghasilkan lima karya cerpen diantaranya Godlob (1975), Adam Ma’rifat (1996), Berhala (1987) dan Gergasi (1996), dan buku kelimanya, Setangkai Melati di Sayap Jibril (2000).

1.3 Rumusan Masalah

Masalah yang ada dalam dunia sastra sangat luas dan kompleks. Dalm kesempatan ini penulis membatasi ruang lingkup permasalahan dengan maksud agar pembicaraan tidak terlalu mengambang. Pembatasan masalah tersebut adalah pemahaman terhadap cerpen “Lempengan-Lempengan Cahaya” dan “Terowongan” berdasarkan pendekatan Sosiologi Sastra. Sosiologi Sastra merupakan sebuah pendekatan yang luas cakupannya. Karena itu

(10)

penulis membatasi ruang lingkup permasalahan haya dari aspek karya sastra sebagai wadah yang memuat berbagai kehidupan masyarakat atau dengan kata lain karya sastra dilihat sebagai dokumen kehidupan masyarakat yang tercatat dalam sebuah karya sastra.

Permasalahan yang akan dikaji meliputi kehidupan rakyat Palestina dalam menghadapi konflik yang terjadi antara Israel dengan Palestina. Perjuangan apa yang dilakukan rakyat Palestina dalam melawan Israel.

Berkaitan dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah struktur cerpen ”lempengan-lempengan Cahaya”, dan

“Terowongan” karya Danarto?

2) Bagaimanakah representasi kehidupan rakyat Palestina dalam cerpen cerpen tersebut?

Untuk menjawab persoalan pertama, analisis dilakukan dengan cara membaca cerpen “Lempengan-Lempengan Cahaya”, dan “Terowongan” kemudian dilakukan analisis terhadap strukturnya. Setelah analisis struktur, untuk menjawab persoalan yang kedua mencari hal-hal apa saja yang dimunculkan dari cerpen berkenaan dengan kehidupan sosial, khususnya yang berkenaan dengan kehidupan rakyat Palestina. Untuk menjawab persoalan ketiga adalah dengan menganalisis kedua cerpen dan membandingkan antara peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen dengan fakta-fakta yang ada.

(11)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan:

1) struktur cerpen “lempengan-Lempengan Cahaya”, dan ”Terowongan” karya Danarto;

2) representasi kehidupan rakyat Palestina dalam cerpen tersebut.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Secara ringkas manfaat penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pertama, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian yang sudah ada dengan cara persepsi yang berbeda sehingga diperoleh keanekaragaman pemahaman dan penafsiran.

Kedua, menyangkut tujuan praktis, penelitian ini diharapkan membantu pembaca untuk memahami cerpen-cerpen karya Danarto.

Ketiga menjadi alternatif yang bisa menjadi masukan bagi masyarakat. Dalam memahami kehidupan rakyat Palestina dan persoalan-persoalanya, dan menambah sudut pandang terhadap kajian social tentang Palestina.

(12)

1.5 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa istilah, untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ini penulis menguraikan definisi-defini mengenai istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Istilah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Cerita pendek atau cerpen adalah cerita pendek yang berupa karangan fiksi, cerita

rekaan yang menampilkan tokoh dan latar belakang pada saat tertentu, biasanya selesai dibaca dalam sekali duduk.

2. Sosiologi sastra dalam hal ini sosiologi sastra sebagai sebuah pendekatan yang

digunakan untuk penafsiran cerpen karya Danarto. Penelitian yang berkenaan dengan karya sastra yang berkaitan dengan realitas yang terjadi pada Palestina dan Israel. Dengan kata lain sosiolgi sastra adalah pendekatan yang mempelajari hubungan sastra dengan masyarakat, sastra dengan fakta yang terjadi, dan sastra sebagai dokumen sosial. Semua ini untuk memudahkan pembaca dalam memahami cerpen Danarto.

3. Representasi, dalam hal ini adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen

sebagai gambaran dari realita. Hal-hal itu sebagai perwakilan dari gambaran realita yang ada dalam cerpen.

4. Kehidupan rakyat Palestina merupakan kehidupan yang dialami oleh orang-orang

Palestina dalam menjalani kehidupan yang dibayang-bayangi peperangan terutama dalam konflik yang terjadi dengan bangsa Yahudi Israel.

5. Konflik Israel dan Palestina adalah permasalahan yang terjadi antara dua kekuatan

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat ruang lingkup pembangunan ekonomi daerah sangat luas maka peneliti membatasi pembahasan masalah pada sektor yang menjadi sektor unggulan maupun sektor non

Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada perbedaan konsep pemikiran dua masyarakat (Jepang dan batak Toba) yang

Ruang lingkup penelitian digunakan agar penelitian lebih terfokus, maka peneliti membatasi penelitian dengan beberapa karakteristik, yaitu objek pada penelitian ini

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian sesuai dengan pembahasan tentang Perbedaan Kinerja Keuangan Daerah sebelum dan saat Pandemi Covid-19 Pada Kabupaten/Kota

Agar laporan akhir ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan laporan akhir Pengaruh

Agar dalam penulisan laporan akhir ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada penerapan metode pencatatan

Karena luasnya ruang lingkup tentang batu giok, maka penulis membatasi masalah hanya pada bagaimana fungsi batu giok, baik dalam proses penguburan, sebagai benda fungsional,

Sesuai dengan inti dari penulisan tugas akhir ini, maka peneliti akan membatasi ruang lingkup pada proses Program Pengelolaan Tempat Parkir, yaitu : a) Pengembangan