PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MENGENAI PENGELOMPOKAN BERBAGAI
BANGUN DATAR SEDERHANA MENGGUNAKAN
MEDIA REALITA PADA SISWA KELAS I
SEMESTER GENAP SD NEGERI SOKA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Nama : Eti Suhaeti
NIM : 101132011
PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Skripsi ini teruntuk:
1. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. UPT Disdikpora Kecamatan Mertoyudan
3. SD Negeri Soka Kecamatan Mertoyudan
4. Rekan-rekan guru SD Negeri Soka Kecamatan Mertoyudan
5. Suami dan anak-anakku tersayang
MOTTO
Orang yang cerdik itu adalah orang-orang yang selalu menjaga dirinya dan
beramal sholeh untuk bekal mati sesudah dan orang-orang yang kerdil itu
orang yang hanya menuruti hawa nafsunya tetapi ia selalu meminta
harapan-harapan kepada Alla SWT.
(Hadist Riwayat Al-Tirmidzi)
“Dengan ilmu hidup ini menjadi mudah, dengan seni hidup ini menjadi indah, dan dengan agama (iman dan taqwa) hidup ini menjadi terarah”.
ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MENGENAI PENGELOMPOKAN BERBAGAI
BANGUN DATAR SEDERHANA MENGGUNAKAN
MEDIA REALITA PADA SISWA KELAS I
SEMESTER GENAP SD NEGERI SOKA
Eti Suhaeti
NIM : 101132011
Universitas Sanata Dharma
2012
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan
media realita dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas I
semester genap SD Negeri Soka tahun pelajaran 2011/2012 yang berkaitan
dengan materi bangun datar sederhana.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri 2 siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas I SD Negeri Soka tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 17
siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test tertulis dalam
bentuk soal pilihan ganda. Validitas instrumen menggunakan validitas isi dan
diuji dengan expert judgement (konsultasi ahli).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar
matematika yang berkaitan dengan bangun datar sederhana pada siswa kelas I SD
Negeri Soka Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan ini ditunjukkan dengan
peningkatan hasil rata-rata pra siklus 56 menjadi 70 dalam siklus I dan 88 pada
siklus II. Jumlah siswa yang tuntas meningkat dari 4 siswa pada pra siklus
menjadi 8 siswa pada siklus I dan 14 siswa pada siklus II.
ABSTRACT
INCREASE IN MATHEMATICS ACHIEVEMENTS ON THE GROUPING
OF VARIOUS FLAT UP IS SIMPLE USING THE MEDIA REALITIES IN
THE GRADE I SECOND SEMESTER SOKA ELEMENTARY SCHOOL
YEARS 2011/2012
Eti Suhaeti
NIM : 101132011
Universitas Sanata Dharma
2012
Purpose of the study was to determine whether the use of media reality can
improve mathematics achievement in grade I in Soka Elementay School year
2011/2012. Realiting to the material simple flat wake.
This study is an action research consisting of 2 cycles. Each cycle consisting
of 2 subyek study were grade I students in Soka Elementary School year
2011/2012. amounting to 17 students. Instruments used in this study is a written
test in the form of multiple choice questions. The validity of the instrument was
tested by expert judgment (expert consltation).
Result showed that an increase in mathematics achievement related to a
simple flat wake in grade I of Soka Elementary school in years 2011/2012. This
improvement is shown by an increase in the everage yield of 56 to 70 pre cycle in
cycle I and 88 in cycle II. The number of students who completed increased from
4 students in pre cycle to 8 students in cycle I and 14 in cycle II.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, karena penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Mengenai Pengelompokan Berbagai Bangun Datar sederhana Menggunakan Media Realita Pada Siswa Kelas 1 Semester 2 SD Negeri Soka Tahun Pelajaran 2011/2012”
Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan tugas akhir mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta. Keberhasilan dalam penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenakanlah penulis mengucapkan
rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas studi
S1 PGSD.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST Kepala Program Studi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.
3. Bapak Drs.Y.B.Adimassana, M.A. Dosen Pembimbing yang telah membantu,
membimbing dan mengarahkan dalam penelitian ini.
4. Bapak Suwardi, S.Pd.SD. Kepala SD Negeri Negeri Soka yang telah
memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian ini.
5. Bapak dan Ibu Guru SDN Soka yang banyak memberi bantuan dan dorongan.
6. Berbagai pihak yang telah membantu terlaksananya Skripsi ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis tidak dapat memberikan balasan apapun kecuali ucapan terima
kasih. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kesalahan dalam penulisan
Skripsi ini. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Magelang, 13 September 2012
Penulis
Eti Suhaeti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... . i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEGIATAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ………….. ... viii
ABSTRACT ……… ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ……….. ... xi
DAFTAR TABEL ….. ... xiv
DAFTAR GAMBAR .. ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 6
C. Perumusan Masalah ... 6
D. Pemecahan Masalah ... 6
E. Batasan Pengertian ... 6
F. Tujuan Penelitian ... 7
G. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 9
1. Teori Belajar ... 9
2. Prestasi Belajar ... 10
3. Hakikat Matematika ... 11
c. Pembelajaran Matematika ... 14
4. Konsep Bangun Datar ... 16
5. Media Pembelajaran ... 20
a. Pengertian Media Pembelajaran ……….. . 20
b. Prinsip pemilihan Media Pembelajaran ……... . 21
c. Fungsi Media Pembelajaran ………. 22
d. Jenis Media pembelajaran ………. 25
6. Media Realita ... 26
a. Pengertian Media Realita ………. . 26
b. Keunggulan Media Realita ……….. . 26
c. Kelemahan Media Realita ……….... 27
7. Pembelajaran Matematika Tentang Pengelompokan Berbagai Bangun Datar Melalui Penggunaan Media Realita ... 27
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 28
C. Kerangka Berpikir ... 30
D. Hipotesis Tindakan ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32
B. Setting Penelitian ... 33
C. Rencana Tindakan ... 35
D. Instrumen Penelitian ………. 50
E. Validitas ……… 52
F. Teknik Pengumpulan Data ……… 55
G. teknik Analisis Data ……….. 56
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58
1. Deskripsi Kondisi Awal ... 58
2. Deskripsi Per Siklus ... 60
b. Siklus II ... 78
B. Pembahasan ……… . 91
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 94
DAFTAR TABEL
Jadwal Kegiatan Penelitian ...
Instrumen Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Perbaikan
Pembelajaran yang Dilakukan Oleh Guru ...
Rentang Nilai Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Bangun
Datar Menggunakan Media Realita yang Dilakukan Oleh
Guru ………. Instrumen Pengamatan Terhadap Kegiatan Belajar Siswa ...
Rentang Skor Pengamatan Keterlibatan Siswa dalam
Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Media Realita ...
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Siswa ... Peubah dan Instrumen Penelitian ……… Kisi-kisi Soal Evaluasi Pada Siklus I ……….. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ……….. Rincian Pemberian Skor Siklus I dan Siklus II ……… Skor Hasil Perhitungan Validitas Perangkat Pembelajaran ……. Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran ………. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajara Siswa ………. Data Hasil Tes Diagnosa Awal ...
Rentang Hasil Tes Diagnosa Awal ...
Data Hasil Perencanaan Pertemuan 1 Siklus I ...
Hasil Pengamatan Pembelajaran Pengelompokan Bangun Datar
Menggunakan Media Realita Pertemuan 1 Siklus I ...
Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran
Bangun Datar Menggunakan Media Realita Pertemuan 1
Siklus I ...
Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Pengelompokan
Bangun Datar Menggunakan Media Realita Pertemuan 2
Siklus I ...
Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Tabel 21
Bangun Datar Menggunakan Media Realita Pertemuan 2
Siklus I ...
Hasil Rekap Terhadap Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
Pengelompokan Bangun Datar Menggunakan Media Realita
Pada Siklus I ...
Hasil Rekap Pengamatan Terhadap Keterlibatan Siswa dalam
Pembelajaran Bangun Datar Menggunakan Media Realita Pada
Silkus I ...
Hasil Tes Formatif Pertemuan 2 Siklus I ...
Hasil Rekap Pertemuan 2 Siklus II ...
Data Hasil Perencanaan Tindakan Pertemuan 1 Siklus II ...
Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Bangun Datar
Menggunakan Media Realita Pertemuan 1 Siklus II ...
Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran
Bangun Datar Menggunakan Media Realita Pertemuan 1
Siklus II ...
Hasil Pengamatan terhadap Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
Pengelompokan Bangun Datar Menggunakan Media Realita
Pertemuan 2 Siklus II ...
Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran
Pengelompokan Bangun Datar Menggunakan Media Realita
Pertemuan 2 Siklus II ...
Hasil Rekap Pengamatan Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
Pengelompokan Bangun Datar Menggunakan Media Realita
Siklus II ...
Analisis Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Pengelompokan Bangun Datar Menggunakan Media Realita
Pada Silkus II ...
Hasil Tes Formatif Pertemuan 2 Siklus II ...
Hasil Rekap Tes Formatif Pertemuan 2 Siklus II ...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Macam-macam bangun Datar ... 20
Gambar 2 Alur Kerangka Pembelajaran ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bab ini dibahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah,
Perumusan Masalah, Pemecahan Masalah, Pembatasan Pengertian, Tujuan
Penenlitian, Manfaat Penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan belajar yang diciptakan secara alamiah akan membawa dampak
yang lebih baik pada siswa. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa
yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi
target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam jangka
panjang, dan itu terjadi di kelas-kelas sekolah. Pembelajaran merupakan proses
interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat
belajar dengan baik. Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan
siswa pada suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya (Krismanto,
2003).
Mempelajari matematika pada hakikatnya adalah suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan dalam memahami arti dari struktur-struktur,
hubungan-hubungan, simbol-simbol yang ada dalam pelajaran matematika. Mempelajari
operasi-operasinya, melainkan matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan
mendasar untuk dipelajari di Sekolah Dasar (SD). Pelajaran matematika diberikan
kepada siswa SD untuk membekali siswa agar mampu berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, kreatif. Dengan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah yang muncul
dalam kehidupan nyata.
Masalah yang muncul dalam kehidupan nyata, salah satunya adalah
kemampuan dalam memahami konsep bentuk benda. Untuk memahami konsep
bentuk benda dapat dipelajari melalui matematika. Berdasarkan silabus, untuk
memahami konsep bentuk benda, salah satunya dapat dipelajari dalam materi
bangun datar.
Bangun datar merupakan bagian dari geometri yang dipelajari di Sekolah
Dasar. Bangun datar merupakan bangun dua dimensi. Dengan kata lain bahwa
bangun dua dimensi adalah bangun yang seluruh bagiannya terletak pada satu
bidang datar yang tidak memiliki ruang hanya sebuah bidang.
Di Sekolah Dasar, bangun datar diajarkan pada siswa dari kelas awal
sampai kelas akhir. Untuk mempelajari materi tersebut, cara kegiatan
pembelajaranya tidak boleh disamaratakan, tetapi harus sesuai dengan tingkat
perkembangan belajar siswa. Karso (2008:12) mengutip pendapat Bruner
mengenai “perkembangan belajar” menekankan bahwa setiap individu pada waktu
mengalami peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk
hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga
tahapan, yaitu (1) Tahapan Enaktif atau tahapan kegiatan, (2) Tahap Ikonik atau
tahap gambar bayangan, dan (3) Tahap Simbolik. Tahap enaktif atau tahapan
pertama ini anak belajar kosep yang berhubungan dengan benda-benda riel atau
mengalami peristiwa dunia di sekitarnya. Tahap ikonik atau tahap kedua anak
telah mengubah, menandai dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk
bayangan mental. Dengan kata lain siswa dapat memberikan gambaran dalam
pikiranya tentang benda atau peristiwa yang dialami atau dikenalnya dalam tahap
enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu dan tidak ada di hadapannya. Tahap
terakhir atau tahap simbolik siswa dapat mengutarakan bayangan mental tersebut
dalam bentuk simbol atau bahasa.
Dengan memperhatikan pendapat Bruner, siswa SD kelas I masuk dalam
Tahapan Enaktif. Tahapan ini dimulai dengan model konkret, yaitu menggunakan
benda-benda nyata yang ada dilingkungan sekitar siswa. Sesuai dengan tahapan
enaktif, dalam pembelajaran matematika di kelas I, diperlukan media yang dapat
menghubungkan antara hal yang sedang dipelajari dan kehidupan nyata.
Dalam penggunaan media guru harus menggunakan media yang tepat.
Media yang tepat adalah media yang sesuai dengan meteri yang diajarkan.
Dengan menggunakan media yang tepat, merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran dan diharapkan dapat
mempertinggi kualitas aktivitas pembelajaran yang pada akhirnya bermuara pada
peningkatan hasil belajar siswa.
Namun, berdasarkan observasi yang dilakukan selama peneliti menjadi
bahwa dalam proses pembelajaran matematika di kelas I, khususnya dalam materi
bangun datar siswa masih kesulitan dalam memahami konsep bentuk benda,
terutama benda-benda yang berkaitan dengan bangun datar, akibatnya siswa
menjadi kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika.
Kurang antusiasnya siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika terutama
materi bangun datar, disebabkan oleh pembelajaran yang diterapkan masih
bersifat tradisional, guru masih berperan sebagai aktor pembelajaran sementara
siswa pasif mendengarkan dan memperhatikan. Siswa masih beranggapan bahwa
pelajaran matematika masih sangat abstrak, sehingga cenderung terjadi proses
penghafalan konsep atau prosedur. Hal ini menyebabkan pemahaman konsep
matematika rendah.
Di samping masalah di atas, dalam penyampaiannya guru juga kurang
memerhatikan dalam penggunaan media, padahal di sekolah tersebut sudah
banyak tersedia media yang berhubungan dengan bangun datar. Guru hanya
menampilkan gambar yang dibuat secara manual di papan tulis sehingga siswa
cenderung hanya mencatat dan menggambar saja sesuai dengan apa yang ada di
papan tulis tanpa melakukan peragaan untuk dapat menentukan asal mula dan
konsep materi yang sesungguhnya. Tidak adanya interaktif antara siswa dengan
guru maupun antar sesama siswa. Sehingga hal ini menyebabkan pembelajaran
yang tidak aktif dan komunikatif serta menyebabkan konsep materi kurang bisa
dipahami dan berdampak pada rendahnya hasil belajar.
Pemikiran di atas didukung oleh realitas dalam proses belajar mengajar
khususnya mata pelajaran matematika di SD Negeri Soka. Kondisi yang mewarnai
matematika. Permasalahan pembelajaran matematika semakin kompleks terlebih
munculnya kesan siswa bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran
yang sangat sulit dan rumit. Juga ada kesan bahwa guru matematika adalah guru
yang menakutkan. Kompleksitas permasalahan pembelajaran matematika
berujung pada rendahnya prestasi hasil belajar matematika di SD Negeri Soka.
Dari daftar nilai formatif tahun pelajaran 2011/2012 pada waktu
dilaksanakan evaluasi pada pokok bahasan pengelompokan bangun datar
menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa kurang baik. Dari 17 siswa yang
mengikuti evaluasi, didapat data bahwa siswa yang mendapat nilai diatas 75
sebanyak 8 siswa dengan nilai rata-rata 71. KKM mata pelajaran matematika yang
telah disepakati adalah 75, sehingga dapat disimpulkan bahwa banyak siswa
belum mencapai KKM.
Sesungguhnya kompleksitas permasalahan pembelajaran dapat
diminimalisasi atau diantisipasi dengan peran guru dalam menerapkan suatu
strategi dalam pembelajaran. Dalam paradigma baru, strategi pembelajaran lebih
penting dari pada hasil belajar, namun penerapan strategi pembelajaran yang tepat
diakui lebih memungkinkan mencapai hasil belajar yang lebih bermakna.
Berdasar permasalahan-permasalahan tersebut, terdorong oleh peran dan
tanggung jawab guru untuk memajukan anak didik dan mensikapi paradigma baru
dalam pendidikan, maka peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul Peningkatkan prestasi belajar matematika mengenai pengelompokan
berbagai bangun datar sederhana menggunakan media realita pada siswa kelas I
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini lebih berfokus pada Peningkatkan prestasi belajar matematika
mengenai pengelompokan berbagai bangun datar sederhana menggunakan media
realita pada siswa kelas I semester genap SD Negeri Soka Tahun Pelajaran
2011/2012.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan
yaitu “Bagaimana penggunaan media realita dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika tentang pengelompokkan berbagai bangun datar sederhana pada siswa
kelas I semester genap SD Negeri Soka Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat
meningkat?”
D. Pemecahan Masalah
Alternatif tindakan guru dalam menangani permasalahan dalam peningkatan
prestasi belajar matematika tentang pengelompokan berbagai bangun datar
sederhana diantaranya adalah melalui penggunaan media realita pada siswa kelas I
semester genap SD Negeri Soka tahun pelajaran 2011/2012.
E. Batasan Pengertian
Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan tidak menimbulkan multi tafsir
tentang suatu istilah yang akan dipakai peneliti memberikan batasan pengertian
1. Prestasi belajar adalah hasil belajar akademikdan non akademik siswa
setelah siswa melakukan kegiatan belajar yang diukur menggunakan tes
maupun non tes.
2. Bangun datar sederhana merupakan bagian dari geometri yang hanya
memiliki bidang saja dan tidak memiliki ruang.
3. Media realita disebut juga sebagai benda nyata atau makhluk hidup (real life materials).
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah menggunakan media
realita dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri Soka tentang
pengelompokan berbagai bangun datar sederhana.
G. Manfaat Penelitian
Secara teori penerapan penggunaan media realita dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.
Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu:
1. Bagi siswa
a. Media realita dapat menghilangkan rasa bosan, serta dapat memahami secara
langsung tentang pengelompokan berbagai bangun datar sederhana.
b. Menunjukkan kepada siswa bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa
diharuskan aktif dan termotivasi dalam peningkatan prestasi belajar pada
2. Bagi guru
a. Memberikan pertimbangan dan pedoman bagi guru dalam pemilihan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran .
b. Media pembelajaran dapat digunakan guru untuk meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar.
c. Proses belajar mengajar matematika di kelas tidak monoton.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai tambahan informasi bahwa
penggunaan media realita dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas Kajian Pustaka, Penelitian yang relevan, Kerangka
Berpikir dan Hipotesis Tindakan.
A. Kajian Pustaka
1. Teori Belajar
Hakikat belajar adalah aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku
pada diri individu yang belajar. Dalam belajar perlu memperhatikan tentang
prinsip-prinsip belajar: Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Kedua,
belajar merupakan proses. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.
Menurut teori Geslalt (Andrian, 2009), belajar sangat menguntungkan untuk
kegiatan memecahkan masalah. Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu
pengamatan secara cermat dan lengkap. Dalam memecahkan masalah menurut
John Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:
a. Realisasi adanya masalah. Jadi harus memahami apa masalahnya dan juga
harus dapat merumuskan.
b. Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin member arah
pemecahan masalah.
c. Mengumpulkan data atau informasi dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
d. Menilai dan mencoba usaha pembuktian hipotesa dengan
keterangan-keterangan yang diperoleh.
e. Mengambil kesimpulan membuat laporan atau membuat sesuatu dengan hasil
Menurut Ausubel dalam Hudojo (1988) belajar dikatakan menjadi bermakna
bila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif
siswa sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan barunya dengan struktur
kognitif yang dimilikinya. Ausubel juga mengemukakan belajar dengan penemuan
yang bermakna, yaitu informasi yang dipelajari, ditentukan bebas oleh siswa.
Belajar bermakna akan terjadi apabila ada keinginan siswa untuk memahami
hal-hal yang akan dipelajari serta keterkaitan materi dengan struktur kognitif yang
dimiliki siswa.
2. Prestasi Belajar
Prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan,
secara singkat dapat dikatakan prestasi adalah hasil usaha. Perbedaaan hasil
belajar dengan prestasi belajar, bahwa penilaian hasil belajar dilakukan
menyangkut 3 aspek yaitu afektif, kognitif,dan sikomotor, sementara penilaian
prestasi belajar dilakukan pada aspek kognitif. Prestasi belajar merupakan sesuatu
yang harus dapat diukur (measurable). Mengkur prestasi belajar bearti mengukur atau melakukan penilaian mengenai seberapa besar pencapaian kompetensi dasar
yang diperoleh siswa. Kompetensi dasar berarti kemampuan minimal yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan.
Selanjutnya penilaian prestasi belajar pada penelitian ini difokuskan pada
penilaian pada aspek kognitif siswa yang berkenaan dengan pencapaian
kompetensi dasar tentang pengelompokkan berbagai bangun datar sederhana. Data
3. Hakikat Matematika
Hakikat matematika dipaparkan teori-teori tentang pembelajaran
matematika, pengertian matematika, karakteristik matematika sekolah, dan
pemahaman konsep-konsep dasar matematika.
a. Pengertian Matematika
Istilah “matematika” berasal dari bahasa Yunani “mathematikos” berarti secara
ilmu pasti dari kata “mathema” atau “mathesis” berarti ajaran pengetahuan
abstrak dan deduktif atau ilmu pengetahuan, dimana kesimpulan tidak ditarik
berdasarkan pengalaman penginderaan , tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari
kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi. Matematika adalah salah satu
pengetahuan tertua, terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang (Shadily
1983:217). Selain terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang, matematika juga
merupakan sebuah bahasa yang mempunyai fungsi. Secara umum matematika
merupakan pengetahuan yang dasar dan eksak sehingga dapat membentuk disiplin
dalam berpikir dan melatih seorang berpikir sederhana, cepat dan tepat.
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,
dan konsep yang berhubungan dengan jumlah yang banyak, yang terbagi dalam
tiga bidang yaitu: Aljabar, Analisa dan Geometri (Karso 1993: 2). Matematika itu
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas
dan akurat, representasinya dengan simbol lebih berupa bahasa simbol mengenai
Selanjutnya Hamzah (2006: 12) mengutip pendapat Ernest bahwa
matematika sebagai seuatu konstruksivisme sosial yang memenuhi tiga premis sebagai berikut:
1) Dasar dari pengetahuan matematika adalah ilmu bahasa, konvensi dan aturan,
serta bahasa sebagai konstruksi masyarakat.
2) Proses hubungan sosial antar personal sangat dibutuhkan dalam perubahan
pengetahuan subjek matematika seseorang ke pengetahuan objek matematika.
3) Aktivitas matematika akan dipahami menjadi sosial
Semua definisi itu dapat kita terima, karena memang matematika dapat
ditinjau dari segala sudut, dan matematika itu sendiri bisa memasuki seluruh segi
kehidupan manusia, dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling
kompleks. Dengan kata lain bahwa definisi atau pengertian dari matematika
adalah sebanyak orang yang mendefinisikan sesuai dengan latar belakang dan
pemahaman tentang matematika itu sendiri.
Dari pendapat-pendapat di atas, memang matematika dapat ditinjau dari
segala sudut, dan matematika itu sendiri bisa memasuki seluruh segi kehidupan
manusia, dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling komplek. Selain
itu juga, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan kumpulan ide-ide,
unsur-unsur dari konsep-konsep abstrak yang berhubungan dan tersusun secara
berurutan dengan menggunakan penalaran deduktif.
b. Karakteristik Matematika Sekolah
Pandangan tentang karakteristik matematika sekolah akan memberikan
(2001: 24) matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti bahwa proses
pengerjaan matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan
pembuktian deduktif. Baik isi maupun metode mencari kebenaran daam
matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan. Pada umunya metode mencari
kenbenaran yang digunakan dalam matematika adalah metode deduktif,
sedangkan metode yang digunakan dalam ilmu pengetahuan alam adalah metode
induktif eksperimen. Dalam matematika, suatu generalisasi, sifat, teori, atau dalil
belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibedakan secara deduktif.
Meskipun demikian untuk membantu pemikiran siswa dalam mempelajari
matematika di sekolah pada tahap-tahap permulaan seringkali diperlukan bantuan
contoh-contoh khusus atau ilustrasi geometris. Dalam pembelajaran matematika di
sekolah, mencari kebenaran dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya
generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dibuktikan secara deduktif.
Dalam matematika juga dikenal suatu cara pembuktian yang disebut dengan
induksi matematika. Induksi matematika merupakan pembuktian deduktif, meski
namanya induksi. Induksi matematika atau disebut juga induksi lengkap sering
dipergunakan untuk pernyataan-pernyataan yang menyangkut bilangan-bilangan
asli. Pembuktian cara induksi matematika ingin membuktikan bahwa teori atau
sifat itu benar untuk n = 1 (atau S (1) adalah benar), kemudian ditunjukkan bahwa
sifat itu benar untuk n = k + 1 (atau S (k+1) benar).
Suherman (2001: 55-56) mengatakan matematika sekolah adalah
matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di
sedangkan fungsi matematika sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan.
Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam
pembelajaran matematika sekolah.
c. Pembelajaran Matematika
Sebagai salah satu ilmu dasar, matematika berkembang cukup pesat, hal
itu dibuktikan makin banyaknya kegunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu konsep dasar matematika harus dikuasai siswa sejak dini,
yang akhirnya terampil dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pribadi (2009: 9) mengutip pendapat Gagne bahwa istilah pembelajaran
sebagai “a set of events embedded in purposeful activeties that facilitate
learning”. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan
dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.
Pembelajaran Matematika hendaknya disajikan melalui pembelajaran yang
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan (PAIKEM). Dalam
pembelajaran PAIKEM guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk
menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab
memang berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam
memberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi ,
refersi dan transfer dalam belajar sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk
belajar sepanjang hayat( Jauhar 2011: 6)
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar
kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga
(Muhsetyo 2009: 1.26). Menurut Muhsetyo salah satu komponen yang
menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran
metematika yang sesuai dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2) tingkat
perkembangan intlektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4)
keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik
sehari-hari, dan (6) pengembangan dan penalaran matematika.
Waluyo (2000: 2) Pembelajaran merupakan proses perubahan perilaku
melalui pengalaman dan proses berfikir sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Proses belajar dalam konteks pengalaman dan proses berfikir dalam mencapai
tujuan memerlukan perencanaan, karena ada unsur kesengajaan, sehingga unsur
kesenganjaan di luar individu yang mengajar merupakan ciri utama dalam konsep
pembelajaran. Pihak luar individu yang belajar tersebut adalah perancang
pembelajaran yaitu pengajar atau ahli pembelajaran lainnya.
Muhsetyo, (2007: 1.2) menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena
objek dasarnya abstrak, yaitu fakta konsep, operasi dan prinsip. Ciri abstrak
matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, meyebabkan matematika
tidak mudah untuk dipelajari, dan membuat banyak siswa kurang tertarik pada
matematika. Hal ini berarti perlu adanya jembatan yang dapat menghubungkan
keilmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih mudah dipahami.
Persoalan mencari jembatan merupakan tantangan pendidik untuk dapat
memilih model pembelajaran matematika yang menarik, mudah dipahami siswa,
menggugah semangat, menantang terlibat, dan pada akhirnya menjadikan siswa
cerdas matematika. Pencarian dan pemilihan model pembelajaran matematika
untuk memperpendek kesenjangan antara kemajuan dunia dan kenyataan di
Indonesia. Perkembangan dan kemajuan pembelajaran matematika di dunia tidak
bisa diabaikan. Karena dapat menyebabkan kita semakin sulit mengejar kemajuan
negara lain.
Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah
penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang
sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual siswa, (3) prinsip dan
teori belajar, (4) keterlibatan aktif siswa, (5) keterkaitan dengan kehidupan siswa
sehari-hari, dan (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.
Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk mencapai kompetensi yang
harus dicapai dalam matematika tersebut di atas dengan membangkitkan minat
siswa terhadap matematika melalui pembelajaran matematika yang melibatkan
siswa dalam menemukan prinsip matematika sehingga lebih bermakna karena
siswa telah membuktikannya sendiri.
Kompetensi matematika yang ingin dicapai pada perbaikan pembelajaran
matematika adalah mampu mengelompokkan berbagai bangun datar sederhana
melalui penggunaan media realita.
4. Konsep Bangun Datar
Bangun datar merupakan bagian dari geometri. Geometri berasal dari kata
Latin “Geometria” yang berarti pengukuran. Pada jaman dahulu orang Mesir
Kuno menggunakan geometri untuk keperluan pengukuran lahan setiap kali
Pendefinisian tentang geometri dapat merujuk pada kutipan Moeharti (1986:
12) dalam sistem-sistem geometri, bahwa geometri didefinisikan juga sebagai
cabang ilmu matematika yang mempelajari titik, garis, bidang dan benda-benda
ruang serta sifat-sifatnya.
Menurut Susanta (1995: 2) dalam pengantar yang disampaikan pada
pendalaman materi untuk Widyaiswara ada beberapa cara menggolongkan
geometri untuk dipilih sebagai bahan ajar, tergantung kepada tujuan instruksional,
sasaran dan alokasi watunya. Geometri dapat digolongkan menurut:
a. Dimensi (geometri bidang, geometri ruang)
b. Bahasa (geometri murni, geometri analitik)
c. System aksioma (Euclide, Non Euclide)
Geometri yang diajarkan di Sekolah Dasar menurut garis-garis besar
program pengajaran adalah geometri bidang dan geometri ruang. Menurut
Ruseffendi (1985: 24-25) tujuan diajarkannya geometri adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan cara berpikir logis dan kemampuan membuat
generalisasi secara benar.
2) Agar dapat memahami aritmatika, aljabar, kalkulus dan lain-lain dengan baik,
geometri digunakan sebagai alat.
3) Untuk belajar lebih lanjut.
4) Untuk mengekalkan (mengawetkan) geometri itu sendiri.
5) Untuk menyeimbangkan pertumbuhan otak sebelah kiri dan otak sebelah
kanan. Otak sebelah kiri berkenaan dengan peranan berpikir logis dan
analitik, sedangkan otak bagian kanan berperan dalam ruang dan holistik
Dari beberapa uraian diatas dapat ketahui bahwa bangun datar termasuk
dalam geometri bidang. Artinya bahwa bangun datar hanya memiliki bidang saja
dan tidak memiliki ruang. Lebih lanjut akan dipaparkan beberapa pengertian dari
bangun datar yaitu:
a) Unsur lain dalam geometri yang tidak dapat dijelaskan menggunakan
kata-kata sederhana atau kalimat simpel seperti halnya titik dan garis.
b) Ide atau gagasan abstrak yang hanya ada dalam batas pikiran orang yang
memikirkanya.
c) Permukaan yang rata, meluas ke segala arah dengan tidak terbatas dan tidak
memiliki tebal.
Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Prasetyono (2009: 30) bangun
datar adalah bangun yang seluruh bagiannya terletak pada suatu bidang datar atau
disebut juga bangun dua dimensi. Prasetyono mengemukakan bahwa bangun datar
memiliki ciri-ciri :
(1) Bangun dua dimensi.
(2) Memiliki ukuran, misalnya panjang dan lebar pada persegi panjang.
(3) Memiliki luas.
Berdasarkan silabus Sekolah Dasar kelas 1 semester genap standar
kompetensi dan kompetensi dasar bangun datar diuraikan sebagai berikut:
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4. Mengenal unsur-unsur bangun
datar sederhana.
4.1 Mengelompokan bangun datar
4.2 Mengenal sisi-sisi bangun datar.
4.3 Mengenal sudut-sudut bangun
Tujuan kegiatan pembelajaran bangun datar di kelas 1 Sekolah Dasar
menurut Suharjana (2010: 14) adalah agar siswa dapat:
(a) Memahami ciri-ciri bangun datar.
(b) Mengelompokkan bangun datar.
(c) Mengenal sisi-sisi bangun datar.
(d) Mengenal sudut-sudut bangun datar.
(e) Menggambar bangun datar
Bangun datar yang dipelajari di kelas 1 Sekolah Dasar meliputi persegi,
persegi panjang, jajar genjang, layang-layang, trapesium, segi tiga dan lingkaran.
Karim (2008: 1.25) mendefinisikan tentang jenis-jenis bangun datar sebagai
berikut:
{a} Persegi adalah segi empat yang mempunyai sifat sisi-sisi yang berhadapan
sejajar, keempat sudutnya siku-siku, dan keempat sisinya sama panjang.
{b} persegi panjang adalah segi empat yang mempunyai sifat 2 pasang sisi yang
berhadapan sejajar, Keempat sudutnya siku-siku, dan sisi-sisi yang
berhadapan sama panjang.
{c} Jajar genjang adalah segi empat yang mempunyai sifat sisi-sisi yang
berhadapan sejajar dan sama panjang.
{d} Layang-layang adalah segi empat dengan sifat kedua sisi yang berdekatan
sama panjang.
{e} Trapesium adalah segi empat yang satu pasang sisinya sejajar.
{f} Lingkaran adalah himpunan titik-titik pada suatu bidang yang berjarak sama
Berikut gambar-gambar bangun datar yang telah disebutkan di atas:
Gambar 1 macam-macam bangun datar
5. Media Pembelajaran
Dalam pembelajaran matematika Sekolah Dasar (SD), agar bahan pengajaran
yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan alat
bantu pembelajaran yang disebut media.
a. Pengertian Media Pembelajaran
Secara etimologi kata media, berasal dari Bahasa Latin “Medium” artinya
perantara atau pengantar. Secara umum media diartikan sebagai segala sesuatu
yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima. Menurut
Persegi Persegi panjang Jajar genjang
Trapesium
Layang-layang Segi tiga
Muhsetyo (2009: 2.3) Media adalah alat bantu guru untuk mempresntasikan dan
menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung
dengan pembelajaran matematika.
b. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
Musfiqon (2012: 15) Ada tiga prinsip utama yang bisa dijadikan rujukan
bagi guru dalam memilih media pembelajaran, yaitu (1) prinsip efektif dan efisien,
(2) prinsip relevansi, dan (3) prinsip produktifitas. Prinsip efektif dan efisien
media yang digunakan seharusnya bisa mendukung dan mempercepat tujuan
pembelajaran, jangan sampai media yang digunakan tidak mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam prinsip relevansi, media
yang digunakan harus relevan dengan tujuan pembelajaran. Media yang relevan
memudahkan anak dalam mengaitkan materi dengan media yang digunakan.
Prinsip produktifitas media yang digunakan tidak mempersulit guru dalam
membuat media tersebut. Dalam prinsip produktifitas guru dituntut untuk
menggunakan media yang mudah dibuat, tetapi dapat mempermudah siswa dalam
memahami materi.
Terwujudnya media pembelajaran harus melalui sebuah proses. Sebelum
memproduksi dan mengembangkan media pembelajaran guru perlu menyusun
rancangan media. Hal ini dilakukan digunakan agar media yang diproduksi dan
digunakan sesuai dengan karakteristik siswa. Musfiqon (2012: 18) mengutip
pendapat Arief dan Sadiman tentang pengembangan program media pembelajaran
sebagai berikut (1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa, (2)
butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan, (4)
mengembangkan alat pengukur keberhasilan, (5) menulis naskah media, dan (6)
mengadakan tes dan revisi.
Setelah merancang dan mengembangkan media, langkah selanjutnya yang
dilakukan oleh guru adalah mengevaluasi media yang akan digunakan. Musfiqon
(2012: 27) secara ringkas menjelaskan bahwa evaluasi media pembelajaran dapat
difokuskan pada tiga hal yaitu (1) ketepatan media yang dipilih guru, (2)
ketrampilan guru dalam menggunakan media, dan (3) ketersampaian pesan
pembelajaran melalui media yang dipilih. Ketepatan media yang dipilih guru
berkaitan dengan evaluasi untuk mencari informasi tentang ketepatan guru dalam
memilih media. Ukuran ketepatan ini dianalisis dengan kesesuian isi dan tujuan
pembelajaran, strategi pembelajaran, serta desain media yang digunakan. Evaluasi
yang kedua, tentang ketrampilan guru dalam menggunakan media ini difokuskan
pada kemampuan guru dalam menggunakan media yang dipilih, jangan sampai
guru memilih media yang dia sendiri tidak terampil menggunakannya. Evaluasi
yang terakhir difokuskan pada analisis tentang ketersampaian pesan atau materi
pembelajaran yang disalurkan melalui media yang dipilih dan digunakan tersebut.
Apakah anak didik dapat menerima materi pembelajaran secara optimal atau tidak
saat pembelajaran menggunakan media tersebut.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa
informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan
lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media
dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan
kemampuan media adalah sebagai berikut:
1) Kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan
kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau
kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat
disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali
seperti kejadian aslinya.
2) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek
atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat
pula diulang-ulang penyajiannya.
3) Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar
jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV
atau Radio.
Secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain,
siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa
2) Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya
jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau
di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.
3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati
secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena
terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa
dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks
pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran
tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.
4) Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung.
Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
5) Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara
langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film
atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu,
kelelawar, dan sebagainya.
6) Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk
didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi,
gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
Media pembelajaran mempunyai kontribusi yang besar dalam kegiatan
pembelajaran. Daryanto (2011: 5) mengutip pendapat Kempt dan Dayton tentang
kontribusi media pembelajaran sebagai berikut(1) penyampaian pesan
pembelajaran dapat lebih berstandar, (2) pembelajaran lebih menarik, (3)
pembelajaran menjadi lebih menarik, (4) waktu pelaksanaan pembelajaran dapat
pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan, (7) sikap
positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan, dan (8) peran guru mengarah ke hal yang positif. Dengan kontribusi
yang telah disampaikan oleh Daryanto, maka selayaknya guru dalam kegiatan
pembelajaran menggunakan media pembelajaran.
d. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Muhsetyo (2009: 2.3) Media pembelajaran matematika relatif sama
dengan dengan media pembelajaran dalam bidang lain, yaitu dapat
dikelompokkan berupa media sederhan, media cetak, dan media elektronik. Media
sederhana adalah media yang berada di sekitar siswa seperti papan tulis, papan
grafik, dll. Media cetak adalah media yang berupa bahan kertas atau bahan cetak
misalnya buku, modul, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan petunjuk praktikum.
Media elektronik adalah media yang menggunakan bahan-bahan elektronik,
seperti Over Haed Transparanci (OHT), radio, televisi, proyektor dan lain-lain. Dilihat dari bahan pembuatanya Djamarah (142: 1996) membagi media
dalam media sederhana dan media kompleks. Media sederhana adalah media yang
bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah. Cara pembuatan media
sederhana pun mudah dan penggunaanya tidak sulit. Sedangkan media kompleks
adalah media yang bahan dan alat pembuatanya sulit diperoleh, serta mahal
harganya. Media kompleks sulit dalam membuatnya dan membuatnya
6. Media Realita
a. Pengertian Media Realita
Media realita disebut juga sebagai benda nyata atau menurut Sudjana (2005:
196) media realita adalah media benda-benda nyata atau makhluk hidup (real life materials). Menurut Rusman (2005: 2) media realita yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun yang
sudah diawetkan.
Pemanfaatan media realita tidak harus dihadirkan didalam ruang kelas,
tetapi dapat digunakan sebagai suatu kegiatan observasi pada lingkungannya.
Realita dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana
adanya tidak perlu dimodivikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari
kondisi lingkungan hidup aslinya.
b. Keunggulan Media Realita
Adapun keunggulan dari media realita antara lain:
1) Mudah didapat , pada umumnya media realita dapat ditemui karena
merupakan benda nyata yang ada di sekitar lingkungan.
2) Memberikan informasi yang jelas dan akurat.
3) Melatih keterampilan anak dengan menggunakan sebanyak mungkin alat
indera.
4) Member kesempatan pada anak untuk mengalami sendiri situasi yang
sesungguhnya.
6) Membantu proses belajar anak menjadi lebih aktif pada saat mengamati,
menangani, dan memanipulasi.
c. Kelemahan Media Realita
Adapun kelemahan dari media realita antara lain:
1) Ukuran. Kendala utama dalam menghadirkan media realita dalam ruang kelas
adalah ukuran yang terlalu besar dan sulit untuk dibawa ke ruang kelas.
2) Benda nyata yang berharga mahal. Benda-benda nyata yang harganya mahal
tentunya sulit untuk digunakan sebagai media realita.
3) Membawa anak-anak keluar ruangan bahkan keluar sekolahan yang
kadang-kandang mengundang resiko dalam bentuk kecelakaan.
4) Tidak selalu dapat memberikan semua gambaran dari objek yang sebenarnya,
seperti pembesaran, pemotongan dan gambar bagian demi bagian sehingga
pengajjaran harus didukung pula dengan media lain.
7. Pembelajaran Matematika Tentang Pengelompokan Berbagai Bangun
Datar Melalui Penggunaan Media Realita
Dari pengertian hakikat belajar seseorang yang telah mengalami proses
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan, sikap
maupun keterampilannya. Jadi, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa
berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa. Maka pembelajaran akan bermakna bila pada diri
Pembelajaran matematika dengan media nyata dapat meningkatkan
ketertarikan siswa dalam belajar. Penggunaan media ini juga memberikan dampak
positif, karena siswa akan lebih memahami tentang proses pengelompokan
berbagai bangun datar dan bukan hanya sekedar hafalan belaka. Sehingga dalam
pembelajaran berikutnya, siswa telah memiliki konsep yang kokoh, hingga
pembelajaran akan berjalan lancar. Ini dikarenakan pemahaman tentang proses
pengelompokan berbagai bangun datar merupakan materi pokok yang harus
dikuasai siswa untuk mempelajari materi pelajaran matematika selanjutnya.
Penggunaan media realita dalam pembelajaran matematika pengelompokan
bangun datar sangatlah sesuai dengan karakteristik siswa yang sedang duduk di
kelas I karena siswa masih dalam tahap belajar konkret yaitu belajar dengan
menggunakan media yang nyata. Dengan penggunaan media nyata diharapkan
pemahaman siswa dapat meningkat.
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Pustaka yang mendasari penelitian yang akan dilaksanakan adalah hasil
penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Beberapa
penelitian yang mengangkat permasalahan pembelajaran dengan media realita
antara lain dilakukan oleh Nurjanah (2008) yang berjudul PerbedaanKemampuan Menulis Wacana Menggunakan Media Gambar Dengan Media Realita Pada Siswa Kelas XI di SMAN 1 Sape. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif dari kedua media tersebut setelah siswa mengikuti
pembelajaran menulis wacana. Hasil penelitian Kemampuan menulis wacana
sebanyak 53,33 % dan yang tergolong sedang sebanyak 46,67 % dengan indek
prestasi kelompok 65,6 termasuk kategori normal.
Tahun 2011, Ling Indrawati menulis skripsi dengan judul Studi Eksperimen Tentang Penggunaan Media Realita dan Replika Terhadap Kemampuan Dasar Bahasa Anak. Dari hasil penelitian antara kelompok media realita dan kelompok replika, ternyata selain ada perbedaan dalam penggunaan
media realita dan replika, juga kemampuan bahasa anak juga lebih baik
dibandingkan dengan kelompok realita.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan Joko Muryono pada
siswa kelas IV SDN 3 Ketaon Boyolali untuk pembuatan skripsinya. Skripsi yang
disusun berjudul Penggunaan Media Realita Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Konsep Bangun Ruang Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Ketaon Banyudono Boyolali Tahun 2009/2010. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan belajar matematika konsep bangun ruang pada siswa
kelas IV SD Negeri 3 Ketaon Banyudono Kabupaten Boyolali melalui
penggunaan media realita. Hasil penelitian dengan penggunakan pendekatan suku
kata dapat meningkatkan kemampuan belajar matematika konsep bangun ruang.
Peningkatan kemampuan belajar matematika konsep bangun ruang dapat dilihat
dari hasil paparan data nilai kondisi awal rata 60.00, Pada siklus I nilai
rata-rata 67,00, Pada Siklus ke II nilai rata-rata-rata-rata 74.00. Mengenal konsep bangun ruang
menggunakan media realita. Dapat memecahkan permasalahan dengan mengulang
C. Kerangka Berpikir
Dalam sebuah pembelajaran, banyak komponen yang terlibat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Kendala yang dihadapi dalam mencapainya
pun tidak sedikit. Siswa memiliki karakter dan latar belakang yang unik dan
berbeda satu dengan lainnya, sementara guru harus mampu mengantarkan siswa
menguasai konsep-konsep yang telah tercantum dalam standar isi.
Rendahnya minat dan prestasi belajar siswa terhadap materi yang diberikan
guru disebabkan kurang menariknya pembelajaran yang diciptakan guru, guru
hanya menggunakan metode ceramah yang menjemukan lalu pemberian tugas
setelah ceramah selesai. Dampaknya, prestasi belajar yang dicapai siswa di bawah
KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dampak yang lebih luas, kesulitan ini
akan menghambat peningkatan mutu pendidikan yang diharapkan dalam mata
pelajaran matematika sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Hal
tersebut merupakan masalah yang dihadapi guru. Masalah tersebut harus dicari
jalan keluarnya. Salah satu jalan keluar yang dapat dilakukan guru adalah
pembelajaran dengan penggunaan media realita.
Untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan, maka membawa siswa
pada suasana belajar yang menyenangkan adalah sebuah cara yang tepat. Dan
penggunaan media realita memungkinkan siswa terbawa dalam suasana proses
belajar mengajar yang menyenangkan. Pembelajaran akan berlangsung secara
alamiah karena diskusi suatu kegiatan yang sesuai dengan karakteristik dan usia
siswa. Guru bukan hanya menyampaikan materi yang berupa hapalan, tetapi
mengatur sebuah strategi yang memungkinkan anak belajar. Dan penggunaan
pelajaran matematika bagi siswa kelas I di SD Negeri Soka Mertoyudan
Magelang.
Gambar 2 Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah “Penggunaan Media Realita Dapat
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Mengenai Pengelompokan Berbagai
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas jenis penelitian, setting penelitian, rencana
tindakan, pengumpulan data dan instrumen, dan analisa data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas didefinisikan sebagai penelitian yang memerlukan tindakan untuk
menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam
kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatan
kualitas pembelajaran (Kasihani Kasbolah, 2001: 11). Penelitian ini direncanakan
dengan 2 siklus dengan alur sebagai berikut:
Siklus 1 Siklus 2
Gambar 3 Alur Penelitian
Refleksi
Rencana Tindakan
Observasi Rencana Tindakan
Refleksi Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Pelaksanaan Tindakan
B. Setting Penelitian
Dalam subjek penelitian akan disajikan lokasi, waktu pelaksanaan, mata
pelajaran, kelas, dan karakteristik siswa.
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Soka.
SD Negeri Soka berada di belakang pabrik Karoseri New Arrmada dan Armada
Town Square (ARTOS) dusun Soka Kecamatan Mertoyudan Kabupaten
Magelang.
2. Subjek Penelitian
Dalam subjek penelitian akan disajikan mata pelajaran, kelas, dan
karakteristik siswa.
a. Mata Pelajaran
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran matematika
dengan materi bangun datar.
b. Kelas
Sasaran penelitian adalah siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Soka
Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. Jumlah siswa kelas I adalah 17
c. Karakteristik Siswa
Siswa kelas I SD Negeri Soka memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Penyebab perbedaan karakteristik siswa diantaranya adalah tingkat intlektual yang
berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain. Di samping itu tingkat ekonomi
dan perhatian orang tua juga mempengaruhi karakteristik siswa.
3. Objek Penenlitian
Objek penenlitian ini adalah peningkatan prestasi belajar matematika
mengenai pengelompokan berbagai bangun datar sederhana menggunakan media
realita pada siswa kelas 1 SD Negeri Soka semester genap tahun pelajaran
2011/2012
4. Waktu Pelaksanaan
Waktu pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran kelas I semester genap
tahun pelajaran 2011/2012
a) Siklus I :
Pertemuan 1 : 23 Mei 2012
Pertemuan 2 : 25 Mei 2012
b) Siklus II :
Pertemuan 1 : 28 Mei 2012
Pertemuan 2 : 31 Mei 2012
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2012.
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian
NO KEGIATAN
BULAN DAN MINGGU
APRIL MEI JUNI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi
2 Proposal Penelitian
3 Menyusun Instrumen
4 Pelaksanaan Siklus I
5 Pelaksanaan Siklus I
6 Analisa data
Penyusunan Laporan
8 Pengumpulan Data
C. Rencana Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dengan dua siklus,yaitu
siklus I dan siklus II. Berikut diuraikan rencana pelaksanaan kegiatan perbaikan
pembelajaran dari siklus I dan siklus II.
1. Persiapan
a. Minta izin kepada Kepala SD Negeri Soka Mertoyudan Magelang.
Permintaan izin dimaksudkan agar kegiatan berjalan dengan lancar dan
mendapat data yang sesuai.
Untuk mendapatkan data kondisi awal prestasi sesuai dan kendala yang dialami
dalam materi belajar. Data diperoleh dari hasil nilai tes.
2. Rencana Tindakan Tiap Siklus
a. Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan
pertemuan 2. Pada pertemuan 1 guru menjelaskan tentang materi awal, sedangkan
pada pertemuan 2 guru menjelaskan tentang materi lanjutan dan mengadakan
evaluasi. Selama pembelajaran berlangsung, peneliti bersama teman sejawat
mengadakan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah
disiapkan.
Tindakan siklus I rencana pembelajaran difokuskan pada tujuan
pembelajaran yaitu agar siswa dapat mengelompokan jenis-jenis bangun datar.
Setelah memfokuskan rencana pembelajaran, peneliti merencanakan tindakan
pembelajaran. Tindakan pembelajaran untuk siklus I, dilaksanakan untuk
mengatasi masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Dengan pengarahan
peneliti, terhadap teman sejawat yang bertugas sebagai guru dalam pelaksanaan
perbaikan, rencana dalam pelaksanaan tindakan akan menggunakan media
realita. Dengan pembelajaran menggunakan realita diharapkan tujuan
pembelajaran yang dilakukan dapat tercapai. Berikut adalah langkah pembelajaran
1) Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah peneliti
membuat persiapan untuk melaksanakan pembelajaran pada siklus I pertemuan
pertama. Persiapan yang akan dibuat adalah berupa pembuatan Rencana
Perbaikan Pembelajaran, pembentukan kelompok, mempersiapkan media yang
akan digunakan, dan mempersiapkan instrumen penelitian. Instrumen yang
dipersiapkan dalam kegiatan tindakan pada pertemuan 1 antara lain
mempersiapkan lembar observasi, lembar wawancara dengan siswa, dan Lembar
Kerja Siswa (LKS).
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Dalam pelaksanaan tindakan dilaksanakan dua pertemuan, yaitu pertemuan
1 dan pertemuan 2.
a) Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus I akan dilaksanakan berdasarkan Rencana
Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Kompetensi dasar yang harus
dicapai dalam pertemuan pertama siklus I adalah siswa dapat mengelompokan
bangun datar (persegi,segi tiga & lingkaran). Indikatornya adalah siswa dapat
mengelompokan bangun datar (persegi,segi tiga & lingkaran) menurut bentuk.
Tindakan yang akan dilakukan pada pertemuan 1 adalah :
a) Tahap awal kegiatan berlangsung selama 15 menit. Guru memulai
pembelajaran dengan mengucapkan salam yang kemudian dilanjutkan dengan
b) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa secara klasikal. Berdasarkan
jawaban dari siswa, guru memberitahukan materi yang akan dipelajari.
c) Guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran bangun datar.
Guru memberikan konsep awal tentang jenis-jenis bangun datar. Setelah
dijelaskan kansep awal, guru kemudian mengaitkan antara benda-benda yang
ada di dalam kelas dengan materi bangun datar.
d) Setelah penyajian materi proses pembelajaran dilaksanakan dengan
pemberian tugas kelompok. Siswa diminta membentuk kelompok, dari 17
siswa dibagikan ke dalam 4 kelompok, yang berarti masing-masing kelompok
terdiri dari 4 dan 5 anak.
e) Guru kemudian menjelaskan cara kerja tugas kelompok. Siswa diminta
mengamati seluruh benda-benda yang terdapat di dalam kelas, selanjutnya
siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk mengidentifikasi.
Setelah diidentifikasi siswa ditugaskan untuk mengelompokan sesuai yang
terdapat dalam lembar kerja.
f) Guru mengamati kelompok siswa dan mengarahkan kelompok yang
mengalami kesulitan dalam memahami tugas yang diberikan guru.
g) Kegiatan selanjutnya, siswa secara perwakilan kelompok diminta untuk maju
ke depan kelas mempresentasikan hasil kegiatannya
h) Pada kegiatan penutup, siswa mengumpulkan hasil pekerjaan LKS, guru juga
memberikan tugas pekerjaan rumah.
b) Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pertemuan 2 siklus I merupakan
lanjutan dari pelaksanaan tindakan dari pertemuan 1 siklus I.
Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan seperti pada pelaksanaan
pembelajaran pertemuan 1 siklus I. Materi pokok pembelajaran pada pertemuan
kedua adalah bangun datar, dengan kompetensi dasar siswa dapat
mengelompokan bangun data (persegi,segi tiga & lingkaran). Indikatornya adalah
siswa dapat mengelompokan bangun datar (persegi,segi tiga & lingkaran) menurut
bentuk. dengan tepat.
Pada pertemuan kedua, kegiatan awal yang akan dilakukan oleh guru adalah
bersama-sama membahas tugas yang telah diberikan sebelumnya. Selanjutnya
siswa bersama guru menyiapkan media atau bahan pembelajaran untuk
melaksanakan kegiatan mengelompokan bangun datar menurut jenisnya melalui
peragaan sederhana. Bangun datar yang dibahas di pertemuan 2 adalah
persegi,segi tiga dan lingkaran. Media yang dibutuhkan antara lain benda-benda
yang berbentuk persegi,segi tiga, dan lingkaran. Di samping itu guru juga
memeriksa kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran.
Pada kegiatan awal pembelajaran, guru akan menanyakan beberapa bentuk
bangun datar yang mereka ketahui. Setelah siswa dapat mengklasifikasikannya
kemudian guru menyampaikan bahwa yang dibahas pada pertemuan kali ini
adalah membahas tentang mengelompokan bangun datar persegi,segi tiga dan
lingkaran menurut jenisnya.
Proses pembelajaran dilaksanakan masih menggunakan media realita. Guru