• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB SALATIGA TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB SALATIGA TAHUN 2018"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KURIKULUM PEMBINAAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH TAHANAN

NEGARA KELAS IIB SALATIGA

TAHUN 2018

Oleh

AGUS WIJAYANTO, S.H NIM. 12010150014

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

IMPLEMENTASI KURIKULUM PEMBINAAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH TAHANAN

NEGARA KELAS IIB SALATIGA

TAHUN 2018

Oleh

AGUS WIJAYANTO, S.H NIM. 12010150014

Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga Sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan Islam

Salatiga, 12 September 2018

(3)

iii

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Nama : Agus Wijayanto, SH

NIM : 12010150014

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam

Tanggal Ujian : 24 September 2018

Judul Tesis : IMPLEMENTASI KURIKULUM PEMBINAAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB SALATIGA TAHUN 2018

Panitia Munaqosah Tesis

Ketua Sidang : Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. ______________

Sekertaris : Hamam, Ph. D. ______________

Penguji I : Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag. ______________

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN

Nama : AGUS WIJAYANTO, S.H NIM :12010150014

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Tesis : Implementasi Kurikulum Pembinaan Pendidikan Agama Islam Di Rumah

Tahanan Negara Kelas IIB Salatiga Tahun 2018

Menyatakan bahwa Tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Tesis ini diperbolehkan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN SALATIGA.

Salatiga, 12 September 2018 Yang Membuat Pernyataan

(5)

v ABSTRAK

Judul : Implementasi Kurikulum Pembinaan Pendidikan Agama Islam Di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Salatiga.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) Mengetahui implementasi kurikulum dari pembinaan Pendidikan Agama Islam narapidana di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Salatiga. 2) Mengetahui manajemen pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Salatiga.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian ini adalah Kepala Rumah Tahanan Negara kelas IIB Salatiga, para pembina Pendidikan Agama Islam Rutan Salatiga, para warga binaan dan dokumen-dokumen Rumah Tahanan Negara kelas IIB Salatiga. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi data.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: pembinaaan Pendidikan Agama Islam bagi Narapidana di Rutan Klas IIB Salatiga sudah menggunakan kurikulum sendiri sebagai pedoman bagi pembina Pendidikan Agama Islam di Rumah Tahanan Negara Salatiga dan sudah diterapkan dengan baik sehingga program revolusi mental narapidana dapat terlaksana dengan baik pula. Upaya untuk merevolusi mental dan perubahan karakter narapidana dilakukan pembinaan secara intensif dan terus-menerus melalui ceramah, kajian, diskusi dan bimbingan konseling serta nasehat terhadap warga binaan Rutan Salatiga. Metode pembinaan dilakukan dua cara yaitu di dalam dan di luar ruangan.

(6)

vi ABSTRACT

Title : The Implementation of curriculum in nurturing Islamic Education at House of Detention IIB Salatiga. study approach. The objects of this research are the head of the House of Detention, the inmates of the House of Detention IIB Salatiga, the officers of the House of Detention IIB Salatiga, the relevant documents used in House of Detention IIB Salatiga. The data are collected based on: interviews, documentation and data triangulation.

The results of this research demonstrate that: the implementation of curriculum in nurturing Islamic Education for inmates in the House of Detention IIB Salatiga are based on a specific curriculum used a guide for Islamic spiritual advisers in the house of detention. The curriculum has been implemented properly so that the prisoner’s mental revolution program can be achieved, though not all. Efforts to revolutionize the mentality and change the character of prisoners are conducted intensively and continously through lectures, discussions and counseling guidance and advice to the inmates. Coaching methods are carried out in two ways, namely inside and outside the room.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis dengan judul ”Implementasi Kurikulum Pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rumah Tahanan Negara Salatiga dalam upaya Revolusi Mental” Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW, manusia paling mulia yang telah mengajarkan kehidupan dengan cahaya Islam. Juga kepada para sahabat, keluarga serta orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam menapaki risalah-Nya hingga yaumil qiyamah nanti.

Tesis ini merupakan tugas akhir dan syarat wajib guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga. Karya besar ini diselesaikan tanpa bisa terlepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih setulus hati disampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.

2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Bapak Hammam, Ph.D, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama

Islam Institut Agama islam Nederi Salatiga.

4. Ibu Noor Malihah, S. Pd, M. Hum, Ph. D, selaku dosen pembimbing yang

dengan penuh kesabaran dan kesungguhan dalam membimbing dan mengarahkan sampai penulisan tesis ini selesai.

5. Ibunda tercinta dan almarhum ayahanda yang tidak pernah lelah berdoa untuk

kemajuan anak-anaknya

6. Istri tercinta Astre Tiarawati yang selalu memberikaan motivasi.

7. Bapak Muh Rondi yang telah menginspirasi untuk menempuh pendidikan

(8)

viii

8. Bapak Hero Sulistiyono, Bc. IP, SH, MH selaku Kepala Rumah Tahanan

Negara Salatiga atas diskusi dan arahannya guna kebaikan Rutan Salatiga pada khususnya dan Kementerian Hukum dan HAM pada umumnya.

9. Anak-anakku Kayla Fara Deeba, Majda Aqmar Zaatary, Muhammad Tygo

Samboga, kalian luar biasa.

10. Para Ustadz pengisi pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rutan Salatiga

yang telah banyak membantu mewujudkan revolusi mental narapidana di Rutan Salatiga, wabil khusus almarhum Ustadz Usman mansyur semoga beliau diterima segala amal ibadahnya dan diampuni dosanya.

11.Para dosen Pascasarjana IAIN Salatiga dan teman-teman mahasiswa

Pascasarjana IAIN Salatiga angkatan 2015 atas diskusi dan debat ilmiahnya.

12.Seluruh pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberi bantuan selama penelitian hingga terselesaikannya tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini sangat jauh dari kesempurnaan karena

penulis yakin tidak ada kesempurnaan kecuali Allah SWT, Oleh karena itu saran dan

kritik sangat kami harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semuanya. Aamiin ya

Rabbal ’aalamiin...

Salatiga, 12 September 2018

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …... ………. i

NOTA PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...iv

ABSTRAK... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang……... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Signifikasi Penelitian... 4

D. Kajian Pustaka ………... 5

E. Metode Penelitian... 11

F. Sistematika Penulisan...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum ………...14

B. Komponen Kurikulum………...15

(10)

x

BAB III KURIKULUM PEMBINAAN PAI DI RUTAN SALATIGA…...27

A. Tujuan Kurikulum PAI di Rutan Salatiga ………..………... 27

B. Materi/Isi dari Kurikulum di Rutan Salatiga ………. 29

C. Metode ………..……….……… 31

D. Evaluasi………..….... 32

E. Analisa……… 34

BAB IV. MANAJEMEN PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUTAN SALATIGA ………38

A. Perencanaan ………...……… 39

B. Pengorganisasian ………...……… 39

C. Pelaksanaan ……….………... 39

D. Pengawasan ………..……….. 42

BAB V PENUTUP... 44

A. Simpulan... 44

B. Saran... 45

DAFTAR PUSTAKA... 47

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berbagai tindak kriminal seperti pencurian, penipuan, penggelapan,

penganiayaan, pencabulan, perjudian, penyalahgunaan narkotika hingga tindak

pidana korupsi dapat dengan mudah kita jumpai pada tayangan televisi maupaun

secara langsung di sekitar kita. Apa yang kita dengar dan lihat tersebut mengacu

kepada satu hal, yaitu karakter dan mental1. Berbagai fakta yang terjadi tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan karakter dan mental bagi masyarakat Indonesia

sangat penting. Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia

untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

dan kebudayaan.2 Dasar pendidikan atau pembinaan karakter dan mental pada

dasarnya berangkat dari dasar religius yaitu yang terdapat dalam Qs At-Taubah ayat

122.3

ٌةَفِئاَط ْمُهْىِم ٍةَق ْسِف ِّلُك ْهِم َسَفَو َلَ ْىَلَف ًةَّفاَك اوُسِفْىَيِل َنىُىِمْؤُمْلا َناَك اَم َو

اىُهَّقَفَتَيِل

َنوُزَرْحَي ْمُهَّلَعَل ْمِهْيَلِإ اىُعَجَز اَذِإ ْمُهَم ْىَق اوُزِرْىُيِل َو ِهيِّدلا يِف

Firman Allah SWT menerangkan bahwa tidak perlu semua orang mukmin

berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian kaum

1

Muhammad Kristiawan, “Telaah Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Sumber Daya Manusia Indonesia yang Pandai dan Berakhlak Mulia”, Ta’dib, Volume 18, No1 (Juni 2015), 15.

2

Tim Dosen FIP IKIP. Malang. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1980, 2.

(12)

2

muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian

berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun menuntut ilmu dan

mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan

secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan

bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.

Setiap manusia berhak mendapat pendidikan,4 sebagai bagian dari HAM.

Pendidikan atau pembinaan tidak hanya dilakukan di sekolah saja. Pendidikan dapat

dilakukan di keluarga dan masyarakat. Salah satu contoh pendidikan adalah

pendidikan yang di berikan di Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan bagi

para narapidana. Menurut Undang-Undang Pemasyarakatan Bab I pasal 1, yang

dimaksud Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat

untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.5

Pembinaan yang diberikan antara lain adalah pembinaan Pendidikan Agama

Islam bertujuan untuk mengubah mental narapidana sehingga terjadi revolusi mental

yang baik. Tujuan revolusi mental adalah mengubah cara pandang, pola pikir, sikap,

perilaku dan cara kerja yang berorientasi pada kemajuan, serta membangkitkan

kesadaran dan membangun sikap optimis dalam menatap masa depan sebagai

masyarakat dengan kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif dan berpotensi

menjadi diri yang maju6. Nilai strategis dari revolusi mental yaitu menjadi diri yang

4

Leah Levin, Human Rights Question and Answer, California, 1981, 19.

5

Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasayakatan Bab 1 Pasal 1.

6

(13)

3

jujur, dapat dipercaya, berkarakter, bertanggung jawab, kerja keras, optimis,

produktif, inovatif dan berdaya saing. Apabila narapidana mengikuti program

pembinaan dengan baik maka mereka akan mengalami revolusi mental dengan baik7.

Narapidana di Rutan Salatiga mayoritas beragama Islam namun adapula yang

memeluk agama lain seperti Kristen , Katolik dan Budha, karena variasinya agama

yang dipeluk oleh narapidana tersebut maka bimbingan rohani yang dilakukan di

Rutan salatiga meliputi bimbingan Pendidikan Agama Islam dan bimbingan rohani

Kristen. Sejauh ini bimbingan rohani Kristen cukup baik. Dalam satu minggu bisa

3-5 pertemuan . Sedang dalam bimbingan Islam tidak mencapai itu. Hal ini menjadi

tantangan para pembimbing Pendidikan Agama Islam untuk lebih intensif dalam

memberikan bimbingan rohani Islam bagi para narapidana. Dengan fenomena ini

penulis tertarik untuk meneliti program tersebut terkait dengan kurikulumnya,

tujuanya, evaluasinya, pengajarannya serta implementasi dari program tersebut dan

capaianya sejauh mana pembinaan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di

Rutan Salatiga terhadap Revolusi Mental Narapidana. Pembinaan yang dilaksanakan

berdasarkan Sistem Pemasyarakatan bertujuan untuk mempersiapkan narapidana

agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat sehingga berperan kembali

sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.8 Adapun tujuan

pemidanaan ada dua pandangan konseptual yang masing-masing mempunyai

7

Bayung Syakroa, “Paradigma Implementasi Konsep Revolusi Mental”, Elementary, Volume 2 Edisi (3 Januari 2016), 29.

8

(14)

4

implikasi moral yang berbeda satu sama lain, yakni pandangan retributif (retributif

view) dan pandangan utilitarian (utilitarian view).9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka penelitian ini

mempunyai identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kurikulum serta analisis terhadap implementasi dari program

pembinaan Pendidikan Agama Islam untuk narapidana di Rumah Tahanan

Negara kelas IIB Salatiga?

2. Bagaimana manajemen pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rumah

Tahanan Negara Kelas IIB Salatiga ?

C. Signifikansi Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari dilakukan penelitian ini adalah untuk

mengetahui :

1. Mengetahui kurikulum, tujuan, materi, metode, evaluasi serta analisa

terhadap implementasi dari pembinaan Pendidikan Agama Islam narapidana

di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Salatiga.

2. Mengetahui manajemen pembinaan Pendidikan Islam narapidana di Rumah

Tahanan Negara kelas IIB Salatiga.

9

(15)

5

Sedangkan Manfaat yang ingin dicapai dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi khasanah ilmu, dapat

memberikan kontribusi keilmuan pada civitas akademik IAIN Salatiga tentang

pembinaan perilaku narapidana, menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan

ilmu yang didapat selama kuliah pada permasalahan dan kondisi di masyarakat

sehingga mendapat pengalaman di lapangan.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan informasi dan masukan mengenai pembinaan pada

narapidana ke Rumah Tahanan Negara Salatiga supaya dapat ditingkatkan lagi dalam

proses pelaksanaan pembinaan tersebut agar menjadi lebih baik.

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai program pembinaan narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan telah dilakukan beberapa peneliti. Berdasarkan eksplorasi peneliti,

terdapat beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini,

di antaranya:

Rhigetti Kheymal Wijaya, Amd.Ip, S.Sos yang menitikberatkan pada aspek

(16)

6

Penelitian ini berusaha unruk mengetahui pembinaan narapidana kasus narkoba yang

telah dilaksanakan dan sekaligus mengajukan model yang tepat untuk dilaksanakan

dalam rangka pembinaan narapidana kasus narkoba. Penelitian tersebut adalah

penelitian kualitatif dimana data diperoleh dengan teknik wawancara dan kuesioner.

Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa pembinaan narapidana narkotika dapat

mencapai hasil maksimal dengan menggunakan konsep pemasyarakatan sesuai

fungsi dan tugas pokok sebagai Pembina dan pembimbing narapidana. Karena

konsep pemasyarakatan adalah proses penjatuhan pelaksanan pidana yang bukan

semata-mata sebagai pembalasan dendam belaka, tetapi yang paling penting adalah

pemberian bimbingan dan pengayoman kepada narapidana agar menjadi manusia

yang berguna di masyarakat dan tidak mengulangi lagi tindak pidana serta menjadi

anggota masyarakat yang baik.

Penelitian yang lain juga pernah dilakukan oleh Putra S, Angga Perdana, tesis

ini menitikberatkan pada peran pendidikan agama Islam dalam pembinaan mental

narapidana dengan sub focus mencakup materi pendidikan agama Islam dan

pembinaan mental narapidan di LP Anak Klas II A Blitar saja belum mengungkap

program pembinaan semuanya hanya pada pendidikan agama Islam saja. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan rancangan studi kasus.

(17)

7

dokumentasi.10 Hasil penelitian tersebut adalah bahwa dampak yang diperoleh

narapidana dari pembinaan yang dilakukan pihak Lapas mencakup beberapa aspek

antara lain aspek koqnitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.

Penelitian yang lainnya yang juga pernah disampaikan oleh Ari Astuti, dalam

penelitian ini menitikberatkan tentang pembinaan mental di Lembaga

Pemasyarakatan Wirogunan.Sedangkan penelitian penulis lebih fokus pada

model-model komunikasi dakwah untuk narapidana.11 Peneliti menggunakan pengambilan

data langsung di lapangan untuk mencari kebenaran dalam pengambilan data dengan

menggunakan teknik wawancara atau kuesioner terhadap para petugas atau pejabat

yang berkompeten dalam pembinaan narapidana narkotika dan menggunakan

analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian tersebut adalah bahwa dalam pelaksanaan pembinaan mental

narapidana sesuai dengan ketentuan prosedur yang terdapat dalam PP No. 31 Tahun

1999 Tentang Pembinaan serta Undang-Undang N0. 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan, dilaksanakan melalui pendidikan keagamaan yang meliputi

pendidikan agama Islam, pendidikan agama Kristen dan Katolik serta latihan

kepramukaan. Adapun hambatan yang dihadapi oleh petugas Lapas Wirogunan

Yogyakarta dalam pelaksanaan pembinaan mental narapidana adalah kurangnya

10Putra S, dkk, “Pembinaan Mental narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II A Blitar (Studi Kasus)”,Tesis, Program Studi Agama Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2015, 42.

(18)

8

petugas pembinaan, keterbatasan dan transportasi untuk penceramah, serta

ketidakaktifan narapidana dalam mengikuti kegiatan pembinaan mental.

Dari penelitian terdahulu di atas, penelitian yang dilakukan penulis sekarang

berbeda dalam berbagai aspek. Pembinaan dalam penelitian ini lebih spesifik yaitu

membahas kurikulum pembinaan Pendidikan Agama Islam narapidana dan

manajemennya serta penekanan terhadap revolusi mental narapidana. Maka dari itu

pentinglah kiranya penulis melakukan penelitian ini.

2. Kerangka Teori

a. Revolusi Mental

Menurut Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan

Kebudayaan, Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat

(masyarakat dan rakyat) dengan cara yang cepat untuk mengangkat kembali

nilai-nilai strategis yang diperlukan oleh bangsa dan negara untuk mampu menciptakan

ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan di era

globalisasi. Revolusi mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang

berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa

besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.12 Menurut

pendapat Bung Karno “Revolusi Mental merupakan satu gerakan untuk

(19)

9

menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih,

berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala”.

Revolusi mental atau mental revolution adalah suatu konsep perubahan

kearah peningkatan mutu dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang

pendidikan.13 Solusi revolusi mental ada dua cara yaitu dengan kembali kepada

Tuhan dan pemulihan kemanusian.14 Mental adalah sesuatu yang berkaitan dengan

batin dan watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga. Secara umum

mental mencakup beberapa hal yaitu sikap kepribadian yang baik terhadap diri

sendiri, perkembangan serta pertumbuhan diri, dan keseimbangan mental, kesatuan

pandangan dan ketahanan terhadap segala tekanan15.

b. Program Pembinaan

Pengertian pembinaan menurut pengertian yang tercantum pada Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1994), pembinaan adalah hal-hal yang meliputi: suatu proses,

pembaharuan, usaha / tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan

berhasil guna untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.16

Dalam hal ini menunjukan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan,

evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembangnya, atau meningkatnya sesuatu.

13Mulyasa, Revolusi Mental dalam Pendidikan,Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015, 24. 14 Daniel Agustinus, Mental revolution. A Small Change For A Better Civilizatio, GMRN. Indonesia, 2014, 10.

15

Muhammad Kristiawan, Telaah Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Sumber Daya Manusia Indonesia yang Pandai dan Berakhlak Mulia”, Ta’dib, Volume 18, No 1 ( Juni 2015), 15.

(20)

10

Disini terdapat dua unsur pengertian, yakni pembinaan dari suatu tujuan dan yang

kedua pembinaan dapat menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu17, bagi

terciptanya manusia yang terampil, cakap dan terpupuk sikap mental yang positif

dimana pengembangan diselaraskan dengan nilai yang dianut.18

Program pembinaan narapidana adalah semua usaha yang ditujukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan akhlak (budi pekerti) para narapidana dan anak

didik yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara.

Pembinaan narapidana dilakukan secara terus menerus sejak narapidana

masuk dalam rutan. Sistem pemasyarakatan merupakan suatu proses pembinaan

warga binaan sebagai makhluk Tuhan, individu dan sebagai masyarakat. Dalam

pembinaan, narapidana dikembangkan keadaan jasmani, rohani serta

kemasyarakatannya dan dibutuhkan pula elemen-elemen yang berkaitan untuk

mendukung keberhasilan dalam pembinaan. Menurut pasal 20 UU No 12 Tahun

1995 tujuan pembinaan adalah membentuk warga binaan pemasyarakatan agar

menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar

sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Selain itu dalam pribadi narapidana

17Thoha Miftah, Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi, Jakarta: Raja Gradindo Persada, 2003, 22.

(21)

11

diharapkan mampu mendekatkan diri pada Tuhan sehingga dapat memperoleh

keselamatan baik didunia maupun akhirat.

E. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan merupakan penelitian

lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Objek dalam

penelitian ini adalah narapidana, Pembina PAI dan Kepala Rumah Tahanan Negara

Salatiga.

Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, dokumentasi dan

wawancara. Observasi untuk mendapatkan gambaran kegiatan pembinaan PAI yang

berlangsung di Rumah Tahanan Negara Salatiga dari berbagai aktifitas narapidana,

pengajar dan peran Kepala Rumah Tahanan Negara Salatiga dalam mewujudkan

revolusi mental narapidana.

Selanjutnya adalah dokumentasi yaitu dengan melihat dokumen pembinaan,

diantaranya Kartu Pembinaan yang mencakup tahap-tahap pembinaan, Buku

Perwalian untuk melihat perkembangan narapidana yang dilaksanakan oleh wali

pemasyarakatan, Litmas (Penelitian Masyarakat) dilaksanakan oleh petugas Balai

Pemasyarakatan dengan cara melakukan kegiatan home visit ke rumah penjamin

narapidana yang telah di usulkan program pembinaan PB (Pembebasan Bersyarat),

CB (Cuti Bersyarat), CMB (Cuti Menjelang Bebas) dan CMK (Cuti Mengunjungi

(22)

12

Wawancara adalah teknik untuk mendapatkan data tertulis yang berisi

wawancara dengan narapidana, pembina PAI, dan Kepala Rumah Tahanan Negara

Salatiga mengenai pembinaan PAI untuk mewujudkan revolusi mental.

Selanjutnya teknik analisis data adalah dengan menggunakan analisis model Miles

and Huberman. Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

terus menerus sampai tuntas.19 Model analisis ini terdiri dari tiga komponen yaitu

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dengan melakukan verifikasi

kepada Kepala Rumah Tahanan Negara Salatiga.

F. Sistematika Penulisan

1. BAB I, latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian,

kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II, kurikulum dan komponen kurikulum.

3. BAB III kurikulum PAI di Rumah Tahanan Negara Salatiga

4. BAB IV, mamajemen pembinaan PAI di Rutan Salatiga

5. BAB V, simpulan dan saran.

(23)

13 BAB II

A. KURIKULUM

Secara umum pengertian kurikulum adalah suatu perangkat mata pelajaran

atau program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga

penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan

kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan20. Hilda Taba

berpendapat bahwa kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang

direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan

bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta

didik selama di sekolah. Kurikulum adalah suatu rencana pembelajaran di bawah

bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf

pengajarnya yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar.21

Di bawah ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para

ahli antara lain:

a. Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh

pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang

sudah ditentukan.

20

Hajar Dewantoro, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, JPI FIAI Jurusan Tarbiyah, Volume IX, No 6 (Desember 2003), 49.

21

(24)

14

b. Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran yang

dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di

sekolah maupun di luar sekolah.

c. Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional22.

B. KOMPONEN KURIKULUM

Kurikulum terdapat 4 komponen yaitu:

1. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan erat dengan hasil yang diharapkan dalam

suatu pendidikan atau pembinaan. Mengingat pentingnya pendidikan atau

pembinaan tersebut bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para

warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, yang disesuaikan dengan falsafah

negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungan23.

Tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa: “Pendidikan

22

Depdiknas, Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional,

Jakarta, 2003.

23

(25)

15

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”24

.

2. Komponen Isi/ Materi Pelajaran

Komponen isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan erat dengan

pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Materi kurikulum menyangkut semua

aspek yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya

tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan

kegiatan siswa25. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk

mencapai tujuan yang ditentukan. Materi pembelajaran disusun secara logis dan

sistematis, dalam bentuk:

Depdiknas. Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Jakarta, 2003.

25

(26)

16

Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting,

sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi meliputi rencana,

metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.

T. Rajakoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum

perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

4. Komponen Evaluasi

Evaluasi adalah komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Evaluasi

sebagai penentu nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan

pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian –

bagian mana yang harus disempurnakan26. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat

berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau

26

(27)

17

belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang

ditetapkan.

C. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PEMBINAAN AGAMA ISLAM

1. Pendidikan Agama Islam

Arti dari Pendidikan Agama Islam adalah Usaha untuk hidup iman, sebab

pada dasarnya hidup merupakan penyerahan diri penuh kepada Tuhan27. Secara

umum Islam adalah Agama wahyu yang diterima langsung oleh Nabi Muhammad

SAW. diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir

dan batin. Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan

kepada manusia suatu kelebihan dan keutamaan di atas makhluk lainnya yaitu fitrah,

kebebasan, ruh yang kekal, dan akal.

ْمُهاَنْلَّضَف َو ِتاَبِّيَّطلا َنِم ْمُهاَنْقَزَر َو ِرْحَبْلا َو ِّرَبْلا يِف ْمُهاَنْلَمَح َو َمَدآ يِنَب اَنْمَّرَك ْدَقَل َو

ًلي ِضْفَت اَنْقَلَخ ْنَّمِم ٍريِثَك ٰىَلَع

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan dilautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan

makhluk yang telah Kami ciptakan”28

. (Al-Isra: 70).29

Pendidikan Agama Islam, adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran

27

Darminta. Praksis Bimbingan Rohani, Yogyakarta: Konisius, 2006, 16.

28

(28)

18

agama Islam, dibarengi dengan tuntunan hukum syariat dan menghormati penganut

agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama hingga

terwujud kesatuan dan persatuan bangsa30.

Tujuan Pendidikan Agama Islam antara lain adalah:31

1) Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.

2) Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan.

3) Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir secara logis

dan membimbing proses pemikirannya.

4) Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana yang

dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan dengan baik.

Armai Arief mengutip pendapat Mohammad Al Toumy Al Syaibani (2002:

25-26) tentang tujuan pembinaan keagamaan mempunyai tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1) Tujuan individual

Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan perubahan

yang dicapai pada tingkah laku dan aktifitasnya.

2) Tujuan sosial

Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah

laku mereka secara umum.

30Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

31

(29)

19 3) Tujuan profesional

Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu.

Pembinaan kerohanian islam dalam konteks keagamaan bertujuan untuk

menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terus-menerus agar

perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan. Namun secara garis besar,

arah atau tujuan dari pembinaan keagamaan adalah meliputi dua hal, yaitu:

a) Tujuan yang berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk

seorang hamba yang bertakwa kepada Allah Swt;

b) Tujuan yang berorientasi pada kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia

yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan agar

hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.

Allah Swt berfirman dalam Al Qur‟an surat Al Qashash: 77, yang berbunyi:

َكَبي ِصَن َسْنَت َلَ َو ۖ َة َر ِخ ْلْا َراَّدلا ُ َّاللَّ َكاَتآ اَميِف ِغَتْباَو

ُ َّاللَّ َنَسْحَأ اَمَك ْنِسْحَأ َو ۖ اَيْنُّدلا َنِم

َنيِدِسْفُمْلا ُّب ِحُي َلَ َ َّاللَّ َّنِإ ۖ ِض ْرَ ْلْا يِف َداَسَفْلا ِغْبَت َلََو ۖ َكْيَلِإ

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77)32

32

(30)

20

Ayat di atas mengandung pengertian bahwa Allah Swt menyuruh kepada

semua hamba-Nya agar mencari kebahagiaan akhirat dengan cara beribadah kepada

Allah Swt. Tetapi manusia tidak boleh melupakan kebahagiaan dunia, oleh sebab itu

manusia disuruh untuk bekerja guna memenuhi kehidupan selama masih hidup di

dunia.

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagaimana dimuat dalam Peraturan

Menteri Agama (Permenag) Nomor 2 Tahun 2008 yang berjudul Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di

Madrasah terdiri dari enam bab dengan perincian sebagai berikut.

a. Bab I, berkenaan dengan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah, yang terdiri

dari33 :

1) Al-Qur’an-Hadis (memahami, menghafal, menulis dan memahami

surat-surat pendek dalam al-Qur’an:al-Fatihah, Naas, sampai dengan

al-Duha’ dan menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadis-hadis

pilihan tentang akhlak dan amal salih.

2) Akidah-Akhlak (mengenal dan meyakini rukun iman mulai dari iman

kepada Allah sampai denga iman kepada qada dan qadar melalui

pembiasaan dan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, pengenalan,

pemahaman sederhana, dan penghayatan terhadap rukun iman dan

(31)

21

asma al-husna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak terpuji dan

ada Islami serta menjauhi akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari.

3) Fikih (mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan

ruun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah,

shalat, puasa, zakat sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, seerta

ketentuan makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan

jual beli dalam pinjam meminjam).

4) Sejarah Kebudayaan Islam (mengenal, mengidentifikasi, meneladani dan

mengambil ibrah dari sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW,

Khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah

masing-masing, dan

5) Bahasa Arab: (a) menyimak: (b) berbicara: (c) membaca: (d) menulis:

menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sederhana

dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.

b. Bab II, berkenaan dengan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran

Pendidikan Agama dan Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah, yang terdiri dari

:

1) Al-Qur’an-Hadis: memahami dan mencintai al-Qur’an dan hadis sebagai

pedoman hidup umat Islam, meningkatkan pemahaman al-Qur’an, al

-Fatihah dan surat pendek pilihan melalui upayapenerapan cara

(32)

22

2) Akidah-Akhlak: meningkatkan pemahaman dan keyakinan terhadap

rukun iman melalui pembuktian dengan dalil naqli dan aqli, serta

pemahaman dan penghayatan terhadap asma al-husna dengan

menunukkan ciri-citi/tanda-tanda perilaku seseorang dalam fenomena

kehidupan dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari, dan

membiasakan akhlak terpuji seperti ikhla, taat, khauf, taubat, tawakal,

ikhtiar, sabar,

3) Fikih: memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah

mahdah dan mu’alah serta dapat mempraktikan dengan benar dalam

kehidupan sehari-hari

4) Sejarah Kebudayaan Islam: meningkatkan pengenalan dan kemampuan

mengambil ibrah terhadap peristiwa penting sejarah kebudayaan Ilam

mulai perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi.

5) Bahasa Arab (a) menyimak, (b) berbicara, (c) membaca, (d)menulis

c. Bab III, berkenaan dengan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran

Pendidikan Agama dan Bahasa Arab Madrasah34

34

(33)

23 2. Pembinaan PAI

a. Pembinaan

Sebelum membahas tentang pembinaan PAI, maka perlu dikemukakan

pengertian pembinaan itu sendiri, pengertian pembinaan antara lain:

1) Menurut Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10

Pembinaan adalah usaha yang ditujukan untuk memperbaiki,

emningkatkan akhlak (budi pekerti).35

2) Menurut PP RI Nomor 31 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1. Pembinaan adalah

kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Intelektual. Sikap dan Perilaku, Profesional, kesehatan jasmani

dan rohani36.

3) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:152)

Pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan awalan “pe”

dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara. Pembinaan berarti

kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh

hasil yang lebih baik37.

4) Menurut Thoha (2003) Pembinaan adalah sebagai suatu tindakan, proses,

hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan

35

Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10

36

Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1.

37

(34)

24

adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai

kemungkinan, berkembangnya, atau meningkatnya sesuatu.

b. Pembinaan PAI

Landasan pembinaan PAI telah dijelaskan dalam ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits. Dalam buku M. Quraisy Syihab (2005: 63)

Allah Swt menjelaskan hal tersebut dalam Surat Ali Imran: 104 yang berbunyi:

َنوُعْدَي ٌةَّمُأ ْمُكْنِم ْنُكَتْل َو

َكِئَٰلوُأ َو ۚ ِرَكْنُمْلا ِنَع َن ْوَهْنَي َو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَي َو ِرْيَخْلا ىَلِإ

َنوُحِلْفُمْلا ُمُه

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang

munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran:104)38.

Dalam firman-Nya dinyatakan bahwa Allah SWT. mengangkat derajat

ummatnya yang berilmu, bahkan ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT

melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. bukanlah ayat yang menerangkan tentang shalat, puasa, ataupun zakat, melainkan perintah “Iqra” yaitu

membaca, menelaah, merenungkan, dan mengkaji yang merupakan salah satu upaya

dalam mencerdaskan manusia melalui pembinaan atau pendidikan.

Adapun landasan Pembinaan PAI menurut M. Arifin dalam bukunya, yaitu:

38

(35)

25

1). Al-Quran. Merupakan kalam Allah SWT yang telah diwahyukan- Nya kepada

Nabi Muhammad SAW. bagi seluruh ummat manusia. Al-Quran merupakan

petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek

kehidupan manusia dan bersifat universal. 2) Hadits (As-Sunnah). Dasar yang kedua

selain al-Quran adalah Sunnah Rasulullah SAW. Yaitu perbuatan, perkataan, dan

taqrir yang pernah di contohkan Nabi Muhammad SAW. dalam perjalanan hidupnya

melaksanakan dakwah Islam.39

39

(36)

26 BAB III

KURIKULUM PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI RUTAN SALATIGA

A. TUJUAN KURIKULUM PAI DI RUTAN SALATIGA

Tujuan kurikulum PAI secara garis besar tertuang dalam buku pedoman Taman Pendidikan Al Qur’an At Taubah Rutan Salatiga, disusun oleh staf pelayanan

tahanan bagian kerohanian Islam Rutan Salatiga yang bertujuan (1) membentuk

karakter warga binaan pemasyarakatan40 menjadi lebih baik, (2) membentuk karakter

warga binaan pemasyarakatan yang mandiri dan memiliki daya saing berlandaskan

iman, taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta (3) mendorong terciptanya umat

yang berakhlak mulia. Dengan tujuan yang tertuang di buku tersebut, diharapkan

setelah bebas dari Rutan, warga binaan pemsyarakatan tersebut dapat diterima di

tengah-tengah masyarakat dengan baik.

Landasan pengambilan tujuan tersebut terdapat di dalam Al Qur‟an surat Ar

-Ra’du : 11, yang berbunyi:

ْمِهِسُفْنَأِب اَم اوُرِّيَغُي ٰىَّتَح ٍم ْوَقِب اَم ُرِّيَغُي َلَ َ َّاللَّ َّنِإ

(37)

-27

Ayat di atas mengandung pengertian bahwa Allah SWT menyuruh kepada

semua hamba Nya agar manusia berusaha untuk menjadi lebih baik.

Tujuan tersebut di atas telah sesuai dengan tujuan revolusi mental (lihat bab I)

dan tujuan PAI (lihat bab II). Misalnya pada tujuan (1) yang bermaksud menjadikan

warga binaan pemsyarakatan memiliki karakter yang lebih baik, jelaslah bahwa aka

nada proses perubahan menjadi lebih baik yang berarti telah terjadi revolusi mental.

Di tujuan ke (2), warga binaan pemasyarakatan diharapkan dapat mandiri dan

berdaya saing berlandaskan iman dan takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi..

Hal ini sesuai dengan tujuan revolusi mental yang telah dibahasa di bab 1 bahwa

dalam proses revolusi mental terdapat ide kreatif, inovatif seperti pemanfaatan

teknologi yangnantinya menjadi bekal mereka untuk bersaing dalam masyarakat.

Serta dituliskan pula di tujuan bahwa warga binaan tersebut harus tetap melandaskan

kehidupan mereka berdasarkan iman dan takwa. Maka jelaslah, ada tatanan, aturan

yang nantinya akan mengatur dan menjadikan para warga binaan pemasyarakatan

tersebut menjadi lebih baik, jujur dan bertanggung jawab sesuai keimanan dan

ketakwaannya, dalam hal ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini menunjukkan

bahwa Rutan Salatiga berprinsip untuk melakukan revolusi mental yang pada intinya

adalah melakukan perubahan seseorang baik dari perilakunya maupun sikapnya, juga

mengharapkan narapidana memiliki bekal pengetahuan yang berarti ada proses

revolusi mental untuk menjadikan sesorang produktif dan inovatif serta berdaya

(38)

28

B.MATERI / ISI DARI KURIKULUM DI RUTAN SALATIGA

Kurikulum Pembinaan Pendidikan Agama Islam di RUTAN Salatiga yang

berjudul Standar Kompetensi dan Standar Isi Pembinaan Pendidikan Agama Islam

terdiri dari 2 bab dengan perincian sebagai berikut :

Bab I

Berkenaan dengan Standar Kompetensi dan Standar Isi Pembinaan

Pendidikan Agama Islam materi terdiri dari:

1. Al-Qur’an-Hadis

Tujuan dari materi Qur’an hadits ini adalah mengenalkan, mengajarkan,

dan mengamalkan isi pokok Alqur’an hadits terutama ayat-ayat Alqur’an yang

membahas manusia dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Para warga binaan di Rutan

Salatiga dituntut untuk bisa menghafal surat-surat pendek minimal surat al

fatikhah, annas sampai dengan ad duha.

2. Akidah-Akhlak

Mengenal dan meyakini rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai

denga iman kepada qada dan qadar melalui pembiasaan dan mengucapkan

kalimat-kalimat thayyibah, pengenalan, pemahaman sederhana, dan penghayatan

(39)

29

akhlak terpuji dan Islami serta menjauhi akhlak tercela dalam perilaku

sehari-hari.

3. Fikih

` Mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun

Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah, shalat, puasa,

zakat sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan makanan dan

minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dalam pinjam

meminjam.

4. Sejarah Kebudayaan Islam

Memahami dan mengambil ibrah sejarah dakwah nabi Muhammad SAW

beserta sahabat-sahabatnya. Dengan mempelajari sejarah kebudayaan Islam

diharapkan warga binaan bisa meneladani tokoh-tokoh Islam seperti para

sahabat nabi yang berprestasi dalam perkembangan Islam sehingga menjadikan

motivasi bagi warga binaan untuk melakukan perubahan / revolusi mental

terhadap dirinya sendiri dimana banyak kisah para sahabat nabi yang dahulunya

adalah dari kalangan pembenci Islam yang mempunyai latar belakang kehidupan

social, budaya, ekonomi yang diantaranya sama dengan latar belakang

(40)

30 Bab II

Berkenaan dengan Standart Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

Pembinaan Pendidikan Agama Islam yang memuat tentang:

1. Latar belakang tentang perlunya pembinaan Pendidikan Agama Islam dengan

mengacu pada tujuan kurikulum PAI Rutan Salatiga dan UU Nomor 20

Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

2. Tujuan masing-masing mata pelajaran antara lain: Al-Qur’an-Hadist, Fikih,

dan Aqidah akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam.

3. Ruang lingkup dari masing-masing mata pembinaan pelajaran Agama Islam

tersebut yang pada dasarnya sama dengan deskripsi yang terdapat dalam

struktur kurikulum.

4. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk masing-masing mata

pelajaran Pembinaan PAI tersebut yang disusun sesuai dengan hakikat dari

standart kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.

C. METODE

Metode pembinaan PAI di Rutan Salatiga bagi narapidana dibagi menjadi

dua bagian yaitu

(41)

31

Dalam proses pembelajaran di ruangan merupakan proses pembelajaran yang

sangat efektif dari segi waktu dan tempatnya. Sehingga dalam penyampaian

materi oleh Pembina / pengajar dapat diterima dengan baik dan mudah oleh

narapidana dengan menggunakan metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode diskusi, metode belajar dari pengalaman, metode iqro’ dan metode

sima’i.

2. Proses pembelajaran di luar kelas, metodenya antara lain metode keteladanan,

metode pembiasaan dan metode konseling agama Islam.

Kegiatan yang dilakukan oleh pihak RUTAN antara lain:

a. Pengajian/ kajian keislaman yang diadakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu,

Sabtu pukul 10.30-12.00 WIB.

b. Pengajaran iqro dan al-qur’an diadakan setiap hari kamis pada pukul

10.30-12.00 WIB.

c. Peringatan hari besar agama Islam diadakan pada saat momen hari besar

agama Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad, Isra’

dan Mi’raj.

D. EVALUASI

Untuk proses evaluasi di Rutan Salatiga dilakukan dua kegiatan yaitu

pemantauan dan evaluasi. Pemantauan yang dilakukan terhadap proses pembinaan

(42)

32

1. Pemantauan proses pembinaan dilakukan pada tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian hasil pembinaan.

2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan,

pencatatan, perekaman, wawacara, dan dokumentasi.

3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan

pendidikan dalam hal ini TPP ( Tim Pengamat Pemasyarakatan )

Evaluasi dilakukan dengan cara:

1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas

pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses

pembinaan, pelaksanaan proses pembinaan, dan penilaian hasil pembinaan.

2. Evaluasi proses pembinaan diselenggarakan dengan cara:

a. Membandingkan proses pembinaan yang dilaksanakan guru ngaji/ustadz

ustadzah dengan standar proses.

b. Mengidentifikasi kinerja pengajar dalam proses pembinaan sesuai dengan

kompetensi pengajar/ustad ustadzahnya.

c. Evaluasi proses pembinaan memusatkan pada keseluruhan kinerja guru

dalam proses pembinaan.

(43)

33

Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembinaan

dilaporkan kepada Kepala Rutan.

e. Tindak lanjut

Penguatan dan penghargaan diberikan kepada narapidana yang telah

memenuhi standar pembinaan PAI di Rutan Salatiga berupa sertifikat dan

sebagai syarat pemberian PB (Pembebasan Bersyarat). Sedangkan bagi

warga binaan yang tidak memenuhi standar diberikan teguran dan sanksi

berupa hukuman fisik yang bersifat membangun.

E. ANALISA

1. Analisa Kelebihan

Berdasarkan paparan tersebut di atas, tentang Kurikulum PAI pada

Narapidana di Rutan Salatiga memiliki beberapa kelebihan diantaranya sebagai

berikut:

a. Telah memenuhi kebutuhan materi kurikulum untuk tingkat Narapidana. Dengan

demikian kurikulum tersebut dapat dikatakan sudah lengkap, dan digunakan

sebagai acuan dalam menyusun silabus pembinaan Pendidikan Agama Islam.

b. Standar kompetensi lulusan untuk seluruh mata pelajaran pembinaan Pendidikan

Agama Islam (PAI), untuk Narapida sebagai binaan yang berciri khas

(44)

34

Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, tersebut sudah dirumuskan dengan cara cukup

sistematis, saling berkaitan, sesuai dengan tingkatannya dan kebutuhan materi

untuk seorang narapidana yang sangat membutuhkan pembinaan akhlak untuk

menjadi baik.

c. Sudah terdapat perbedaan standar kompetensi yang dan jelas untuk setiap

tingkat atau jenjang pendidikan, umur dan kemampuan pemahaman agama.

d. Seluruh Materi dalam kurikulum tersebut pada Rutan Salatiga ditujukan selain

untuk memberikan pemahaman, wawasan tentang ajaran Islam, juga dalam

rangka menghayati dan mengamalkan ajaran Islam tersebut, sehingga

pembinaan PAI tersebut akan nampak dalam sikap, ucapan dan perbuatan

Narapidana sehari-hari.

e. Materi al-Qur’an-Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan

Bahasa Arab ada pada seluruh kelas pada tingkat umur dan status kemampuan

narapidana dengan menggunakan pendekatan integrated. Tujuannya untuk

membentuk manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan

keterampilan yang religius (berjiwa dan berkarakter agama) dan berakhlak

mulia, sehingga menjadi seorang ahli ilmu agama Islam yang kelak dapat

menjadi bekal hidup setelah narapidana keluar dari Rutan atau kembali ke

masyarakat.

f. Penyusunan kurikulum Pembinaan PAI pada Rutan Salatiga ini sudah memenuhi

(45)

35

tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional,42.

2. Analisa Kekurangan

Adapun kekurangan yang terdapat pada Kurikulum PAI untuk Pembinaan

Narapidana di Salatiga tersebut antara lain:

a. Belum memuat tentang prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum yaitu :

1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

Narapidana dan lingkungannya.

2) Beragam dan terpadu.

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

4) Menyeluruh dan berkesinambungan.

5) Belajar sepanjang hayat.

6) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Prinsip ini belum disebutkan secara menyeluruh dalam kurikulum, namun

dalam pelaksanaannya sudah tercermin dalam kurikulum tersebut.

b. Belum mencantumkan tentang acuan operasional penyusunan Kurikulum antara

lain yaitu:

1). Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

2). Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

42

(46)

36

3). Tuntutan dunia kerja setelah Narapidana kembali ke masyarakat

4). Perkembangan ilmu

5). Kesetaraan jender

6). Dinamika perkembangan global

(47)

37 BAB IV

MANAJEMEN PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUTAN SALATIGA

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terkait dengan Pembinaan

Pendidikan Agama Islam bagi Narapidana di Rutan Klas IIB Salatiga ditemukan

bahwa pembinaan yang dilakukan pihak RUTAN dalam membina dan membimbing

dibagi menjadi 2 bagian yaitu didalam ruangan dan diluar ruangan. Manajemen

pembinaan Agama Islam yang sudah diterapkan di Rutan Klas IIB Salatiga ini secara

umum sudah cukup efektif dan baik, hal ini dapat dilihat dari sudah tersusunnya

dengan baik tujuan pembinaan, jadwal pembinaan, materi pembinaan, kurikulum

pembinaan serta petugas-petugas pembinaan sudah tertata dengan baik. Namun ada

beberapa hal yang harus ditingkatkan berdasarkan wawancara dengan salah satu

Pembina PAI bapak Parjono.

harapan saya walaupun saya memiliki ilmu yang sedikit semoga dapat bermanfaat pada narapidana agar tetap menjalankan kegiatan sesuai dengan ajaran agama dan aturan negara. Dan semoga masyarakat bisa mengorangkan dan menerima narapidana dan mau melanjutkan pembinaan dilingkungan masing-masing. Kepedulian dari semua pihak terhadap narapidana sangat dibutuhkan di rutan salatiga sehingga pembinaan bisa berjalan dengan lancar dan dapat di implementasikan di masyarakat dan bisa bermanfaat untuk sesama dan menjadi orang yang lebih baik“43

Penerapan manajemen pembinaan PAI di Rutan Klas IIB Salatiga adalah

dengan cara menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan serta evaluasi.

43

(48)

38 A. PERENCANAAN

Perencanaan dimulai pada awal bulan Januari, hal ini terkait dengan anggaran

yang akan dialokasikan yang akan dievaluasi pada setiap akhir tahun anggaran.

Kegiatan diawali dengan rapat perencanaan dengan mengundang ustadz-ustadz yang

terlibat dalam pembinaan PAI di Rutan Salatiga. Selanjutnya membagi kelas-kelas

sesuai kemampuan narapidana.

B. PENGORGANISASIAN

Merumuskan tujuan dengan jelas yaitu revolusi mental/pembentukan karakter

narapidana. Dilakukan pembagian tugas:

1. Ustadz Usman dan Pembina dari Kemenag Salatiga bertugas pembinaan

al-Qur’an Hadits, akidah akhlak fiqih dan SKI.

2. Bapak H. Hartadi D9 bertugas sebagai pengajar iqro’.

3. Bapak Parjono sebagai koodinator pembinaan PAI di Rutan Salatiga.

C. PELAKSANAAN

Berdasarkan metode observasi membuktikan bahwa di Rutan Klas IIB

Salatiga mengalami keterbatasan pada area tempat maka pendidikan agama Islam

dilaksanakan di aula Rutan Salatiga dimana tempat itu juga dijadikan sebagai tempat

multi fungsi. Metode pendidikan agama Islam di Rutan Salatiga berfariasi seperti

(49)

39

ustadz, dan ustadzah hal itu disebabkan karena ustadz dan ustadzah yang mendidik

agama Islam bagi narapidana tidak tentu artinya tidak setiap pertemuan dalam agama

Islam ustadz dan ustadzahnya selalu sama. Ustad/ustazahnya diambil dari Kemenag

Salatiga. Dari Kemenag itulah yang memberikan pendidikan agama Islam kepada

narapidana secara rutin dan bergantian pengajarnya.

Adapun dalam pelaksanaan pembinaan PAI Rutan Klas IIB Salatiga

dilakukan setiap hari senin sampai kamis dengan pengisi materi dari pihak-pihak

hasil kerjasama Rutan Klas IIB Salatiga dengan instansi lain yaitu Kementrian

Agama Islam seperti yang sudah dijelaskan diatas. Pelaksanaan sudah terjadwal

dengan baik supaya tidak terbentur dengan pelaksanaan pembinaan yang lain.

Berikut ini jadwal pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rutan Klas IIB Salatiga

sesuai yang tersusun di tabel1.

Tabel 4.1. Jadwal Pembinaan PAI:

Kegiatan Hari Waktu Keterangan

(50)

40

Metode pembinaan PAI (Pendidikan Agama Islam) bagi narapidana di Rutan

Klas IIB Salatiga pada dasarnya seperti apa yang diterapkan di luar Rutan, metode

yang dilakukan kebanyakan menggunakan metode ceramah/siraman rohani dan

Tanya jawab antara narapidana dengan narasumber atau pengajar. Metode yang

diterapkan dalam Pembinaan Pendidikan Agama Islam di Rutan Klas IIB Salatiga

antara lain ada:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah dilakukan oleh Pembina-pembina yang sudah penulis

sebutkan diatas sudah bisa diterima dengan baik oleh warga binaan hal ini

terlihat dari antusias warga binaan yang mengikuti. Salah satu warga binaan

yang bernama TT menyatakan

“Kehidupan saya sebelumnya jarang mengikuti pengajian, sholat bolong-bolong. Sejak kecil sudah di didik oleh orang tua dalam hal keagamaan dan sebelumnya sudah pernah khatam al-qur’an 2 kali setelah di rutan menjadi 6 kali khatam. Semua itu karena rutinnya pembinaan yang dilaksanakan di

Rutan Salatiga”44

2. Metode Diskusi

Dalam metode diskusi ustadz membagi kedalam beberapa kelompok,

kemudaian ustadz memberikan pertanyaan kepada narapidana untuk dijawab

secara bersama-sama dalam satu kelompok, selanjutnya ustadz menyuruh

narapidana untuk mempersentasikan jawaban dari kelompok mereka didepan

44

(51)

41

kelompok lain, ustadz memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk

bertanya kepada kelompok yang persentasi waktu itu, kemudian dijawab oleh

kelompok yang diberi pertanyaan, Selanjutnya ustadz memberikan kesimpulan

dan jawaban dari pertanyaan narapidana, apabila ada jawaban dari narapidana

yang belum jelas dan benar.

Dalam diskusi ini masih terdapat kendala dikerenakan warga binaan

kurang respon karena keterbatasan mereka terhadap pemahaman agama. Mereka

lebih menyukai metode ceramah dan tanya jawab

3. Pemberian nasihat

Pemberian nasihat dilaksanakan oleh pembina PAI dengan tujuan agar

warga binaan menjadi lebih baik sehingga diharapkan terjadi revolusi mental

terhadap narapidana.

D. PENGAWASAN

Pengawasan adalah suatu rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk

mengadakan pengawasan, penyempurnaan dan penilaian untuk menjamin agar tujuan

dapat dicapai seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Dalam pengendalian

terdapat kegiatan monitoring hasil-hasil dan membandingkannya dengan standar,

(52)

penyimpangan-42

penyimpangannya45. Pengawasan di Rutan Salatiga disamping dari pembina

kerohanian juga melibatkan petugas keamanan Rutan. Kepala Rutan Salatiga (Hero

Sulistiyono, Bc.IP, S.H, M.Si) menyatakan;

bagi warga binaan yang tidak mengikuti program pembinaan yang dilaksanakan di Rutan maka saya beri sanksi diantaranya mengisi bak mandi, jalan bebek dan apabila masih tidak mengikuti kegiatan maka saya tidak akan menandatangani pengajuan PB (Pembebasan Bersyarat)”46

Pengawasan dilakukan dengan cara adanya absensi berupa finger print sebagai

dasar narapidana mengikuti program pembinaan lanjutan, salah satu warga binaan

atas nama Tembong menyatakan;

dalam mengikuti sholat jamah saya lebih takut dengan finger print, lebih baik saya mengikuti kegiatan daripada menerima sanksi mengisi bak mandi seluruh

kamar hunian dan jalan bebek”47

Dari pengawasan ini terlihat sudah terjadi revolusi mental narapidana di Rutan

Salatiga yang awalnya narapidana mengikuti pembinaan karena keterpaksaan

menimbulkan kesadaran diri dalam beragama karena pembiasaan yang diterapkan di

Rutan Salatiga.

45

Sutopo, Administrasi manajemen Organisasi, Jakarta: LAN RI, 1998, 96.

46

Wawancara, Hero Sulistiyono, Kepala Rumah Tahanan Negara kelas IIb Salatiga, ) 2 Agustus 2018, pukul 10:15

47

(53)

43 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pembinaaan Pendidikan Agama Islam bagi Narapidana di Rutan Klas IIB Salatiga

sudah menggunakan kurikulum sendiri dan sudah diterapkan dengan baik sehingga

program revolusi mental narapidana dapat terlaksana dengan baik pula. Metode

pembinaan dilakukan dua cara yaitu di dalam dan di luar ruangan. Diantara dengan

cara ceramah, diskusi, tanya jawab, bimbingan dan pemberian nasehat. Jadwal

pengajian/ kajian keislaman diadakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Sabtu pukul 10.30-12.00 WIB. Pengajaran iqro’ dan al-qur’an diadakan setiap hari kamis pada

pukul 10.30-12.00 WIB. Serta peringatan hari besar agama Islam diadakan pada saat

momen hari besar agama Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi

Muhammad, Isra’ dan Mi’raj. Disamping pengajar berperan sebagai pembina

pendidikan agama Islam di Rutan Salatiga pengajar juga melakukan pengawasan

terhadap pembinaan yang dilakukan dengan cara pemantauan dan evaluasi hasil

pembinaan yang nantinya menjadi barometer penilaian terhadap narapidana layak

(54)

44 B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis tentang pola pembinan karakter di

Rutan Kelas IIB Salatiga, dan sebagaimana penulis juga ikut langsung terjun dalam

pembinaan karakter maka penulis mengajukan hasil karya penelitian ini sebagai

acuan pembentukan karakter di Rutan / Lapas di Indonesia sebagai berikut :

1. Kepada Pemerintah Pusat terutama Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia dapat membakukan sebuah kurikulum pembentukan karakter

skala nasioanal, sehingga dapat menjadi acuan bagi Rutan dan Lapas se

Indonesia sebagai landasan pembentukan revolusi mental warga binaan.

2. Kepada Pemerintah Kota Salatiga diharapkan kepedulianya terhadap

Rutan Salatiga dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan kepada

narapidana, hal ini dikarenakan sebagian besar penghuni Rutan Salatiga

adalah warga Salatiga.

3. Kepada Kepala Rutan Salatiga untuk memaksimalkan koordinasi dan

kerjasama dengan unsur-unsur terkait seperti Kementerian Agama,

Pemerintah Daerah, Dinas Sosial dalam rangka mewujudkan revolusi

mental narapidana

4. Kepada pembina PAI Rutan Salatiga diharapkan untuk selalu

meningkatkan SDM.

5. Kepada narapidana diharapkan selalu mengikuti kegiatan pembinaan PAI

(55)

45

tindak pidana di kemudian hari dan bisa diterima di masyarakat dengan

baik.

Demikianlah saran penulis, agar dapat menjadi acuan bagi

Kementerian Hukum dan HAM, yang selama ini tidak ada satu pola baku

secara nasional bagi setiap warga binaan di Indonesia, dengan tesis ini.

Kementerian Hukum dan HAM dapat menidak lanjuti sehingga

menjadikan warga binaan yang berkarakter dan mandiri secara ekonomi.

Sehingga kita dapat melihat 10 tahun kedepan ada perubahan positif

secara spesifik mengurangi narapidana kambuhan di Indonesia dan

menjadikan bangsa Indonesia yang damai seperti cita-cita para pahlawan.

Gambar

Tabel 4.1. Jadwal Pembinaan PAI:

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dari data preliminary yang didapatkan, mengakibatkan munculnya persepsi ketidakadilan pada beberapa karyawan.Dari permasalahan ketidakadilan yang terjadi,

Untuk pemilihan motor induk dari suatu kapal, maka dibutuhkan perkiraan daya dari motor induk agar bisa beroperasi dengan baik sesuai dengan kebutuhan. Daya motor induk

Setiap rumah tradisional di pesisir Selatan Pulau Seram struktur otonom; misalnya rumah untuk kapitan; hanya ditempati oleh kapitan dan keturunannya, perlu untuk

Hasil kajian secara keseluruhan menunjukkan bahwa potensi baik dari segi kuantitas maupun kualitas batuan perlit di daerah Karangnunggal cukup memadai sebagai bahan eksperimentasi,

Pak Najib, Mbak Armi, Mbak Dewi, Mbak Yani, Pak Slamet Rahardjo, Mbak Agnes, Kakak Maru dan seluruh staf yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) yang telah banyak

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayahnya, karena pertolongan dan izin Nya jua laporan akhir yang berjudul “ RANCANG

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Gaya

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan