• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KREATIVITAS GURU PAI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X AGAMA MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2016 2017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KREATIVITAS GURU PAI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X AGAMA MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2016 2017 SKRIPSI"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA

TENTANG KREATIVITAS GURU PAI

DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

KELAS X AGAMA MAN TEGALREJO MAGELANG

TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ZAHROTUL FUADAH

NIM 11113155

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA

TENTANG KREATIVITAS GURU PAI

DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

KELAS X AGAMA MAN TEGALREJO MAGELANG

TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ZAHROTUL FUADAH

NIM 11113155

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapak saya, Ibu Muslichah dan Bapak Abdul Wahab tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang, dan

do’a yang tak pernah putus serta nasihat-nasihatnya;

2. Saudara-saudaraku, (kakak tercinta alm. Qurotul Aini, S. Pd., adik-adik tersayang Maelal Khasanah dan Fuad Mas Rukhan), terima kasih atas dukungan

yang telah kalian berikan kepadaku;

3. Saudara-saudaraku dari keluarga bapak dan ibu yang selalu memberiku

semangat;

4. Mas Ahmad Fauzan se-keluarga yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam penyelesaian penulisan ini;

5. Abah K. H. Minanurrohman Anshori beserta Ibu Nyai Hj. Dzikriyah, Ibu Nyai Hj. Siti Zulaikho, A. H., dan Abah K. H. Nurrohman beserta Ibu Nyai yang tak

henti-hentinya mengirim do’a yang terbaik untuk saya;

6. Sahabat-sahabatku yang berada di Ponpes Al-Muntaha yang senantiasa mengingatkan saya dalam penulisan ini;

7. Rekan-rekan saat PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan tugas;

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul: “HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KREATIVITAS GURU PAI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X AGAMA MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak bantuan yang

telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa mterial, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga;

2. Bapak Suwardi S.Pd., M.Pd selaku ketua Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (IAIN) Salatiga;

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (IAIN) Salatiga;

4. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik;

(10)
(11)

xi

Fuadah, Zahrotul. 2017. Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Kreativitas Guru PAI dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Agama MAN Tegalrejo Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag.

Kata Kunci: Kreativitas Guru, Motivasi Belajar.

Penelitian ini membahas tentang Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Kreativitas Guru PAI dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Agama MAN Tegalrejo Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017. Fokus penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI kelas X Agama MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017?, (2) Bagaimanakah motivasi belajar siswa kelas X Agama MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017?, (3) Seberapa tinggi hubungan antara persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI dengan motivasi belajar siswa kelas X Agama MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan observasi, beserta penyebaran angket mengenai dua variabel tersebut kepada siswa, dan penyelesaiannya menggunakan pendekatan statistik kuantitatif dengan rumus product moment.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Tingkat persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI MAN Tegalrejo Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017 berada pada kategori banyak 7,0% atau 4 responden, kategori sedang 63,2% atau 36 responden, kategori rendah 29,8% atau 17 responden. (2) Tingkat motivasi belajar siswa kelas X Agama berada dalam kategori tinggi 8,77% atau 5 responden, kategori sedang 50,88% atau 29 responden, kategori rendah 40,35% atau 23 responden. (3) Hasil hitung dengan rumus korelasi product moment diperoleh dengan hasil rxy=0,454, kemudian dikonsultasikan dengan r product moment

dengan N = 60 pada taraf signifikasi 5% diperoleh nilai 0,254. Dengan demikian nilai rxy yang lebih besar daripada nilai r tabel, atau (0,454 > 0,254). Berarti

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Hipotesis Penelitian ... 4

E. Kegunaan atau Manfaat Penelitian ... 5

(13)

xiii

G. Metode Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 14

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Kreativitas Guru ... 16

1. Pengertian Kreativitas... 16

2. Pengertian Guru ... 17

3. Tugas dan Peran Guru ... 18

4. Fungsi Guru ... 21

5. Kreativitas Guru ... 21

B. Motivasi Belajar ... 22

1. Pengertian Motivasi ... 22

2. Komponen-komponen Motivasi ... 24

3. Fungsi Motivasi ... 25

4. Pengertian Belajar... 26

5. Prinsip-prinsip Belajar ... 27

6. Tujuan Belajar ... 29

7. Teori-teori Belajar ... 31

8. Motivasi Belajar ... 34

9. Unsur-unsur Motivasi Belajar ... 34

10. Bentuk-bentuk Motivasi ... 35

11. Hubungan Antara Kreativitas Guru dengan Motivasi Belajar .... 38

BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 41

A. Sejarah Berdirinya MAN Tegalrejo Magelang ... 41

B. Sarana dan Prasarana Pendidikan MAN Tegalrejo ... 44

C. Struktur Organisasi MAN Tegalrejo ... 45

D. Keadaan Guru MAN Tegalrejo... 46

E. Keadaan Siswa MAN Tegalrejo ... 46

F. Data Guru PAI MAN Tegalrejo ... 47

(14)

xiv

H. Data Kreativitas Guru PAI dengan Motivasi Belajar Siswa ... 52

BAB IV. ANALISIS DATA ... 60

A. Analisis Pendahuluan ... 60

B. Analisis Data ... 61

C. Interpretasi Data ... 70

BAB V. PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran-saran ... 73

C. Kata Penutup ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Tabel Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 44

Tabel 3.2 : Tabel Struktur Organisasi ... 45

Tabel 3.3 : Tabel Keadaan Guru ... 46

Tabel 3.4 : Tabel Keadaan Siswa ... 46

Tabel 3.5 : Tabel Data Guru PAI ... 47

Tabel 3.6 : Tabel Data Responden ... 49

Tabel 3.7 : Tabel Data Nilai Angket Kreativitas Guru ... 52

Tabel 3.8 : Tabel Data Nilai Angket Motivasi Belajar Siswa ... 56

Tabel 4.1 : Tabel Interval Kreativitas Guru PAI ... 62

Tabel 4.2 : Tabel Komparasi Kreativitas Guru PAI ... 63

Tabel 4.3 : Tabel Interval Motivasi Belajar Siswa ... 65

Tabel 4.4 : Tabel Komparasi Motivasi Belajar ... 66

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan dan dapat mendorong peningkatan kualitas manusia. Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif, karena pendidikan menurut hakikatnya

memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik (pengajar/guru) dan anak didik

(siswa) berpegang pada ukuran, norma hidup, pandangan tentang individu dan masyarakat, nila-nilai moral, kesusilaan yang semuanya merupakan sumber norma di dalam pendidikan (Sardiman, 1994:13). Pendidikan

merupakan pengkondisian situasi pembelajaran bagi peserta didik guna memungkinkan mereka mempunyai kompetensi-kompetensi yang dapat

bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri maupun masyarakat (Syukur, 2014:2).

Menurut Syukur (2014:25-26), pendidikan tidak lepas dari

komponen yang menentukan, yakni: sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, dan guru sebagai motor penggerak. Untuk mencapai fungsi dan

tujuan pendidikan nasional, tidak terlepas dari unsur-unsur yang berada dalam proses pendidikan itu, unsur tersebut salah satunya adalah guru.

(17)

2

keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar mengajar yang maksimal. Guru merupakan sosok yang

pantas untuk ditaati dan dicontoh. Biasa orang jawa menyebutnya guru itu dengan singkatan dari digugu lan ditiru, dengan arti bahwa seorang guru

itu harus dipatuhi perintahnya dan dicontoh dari segi ucapan, perilaku maupun etikanya. Seorang guru bisa kita jumpai di mana saja, yakni di jalan, di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Komponen yang tak kalah pentingnya yakni siswa. Karena, tanpa adanya siswa seorang guru juga tidak bisa disebut sebagai guru. Tugas

siswa di sini yakni mengikuti perintah guru, taat kepada guru dan meniru apa yang dilakukan guru. Kami sebagai manusia, menuntut ilmu itu hukumnya wajib. Karena, manusia tanpa ilmu itu ibarat gelas tanpa air,

yang kosong tidak berbobot. Kewajiban menuntut ilmu tersebut dapat kita lihat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim:

ةّنلجا لى ا اقيرط له ّللّا لّهس مالع هيف ستملي اقيرط لكس نم

لمسم هاور(

(

Artinya:“Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah

akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim).

Maksud dari hadis tersebut yakni, Allah memberikan jaminan akan dimudahkan jalannya menuju surga bagi orang yang sedang menuntut ilmu. Karena wajib menuntut ilmu, sehingga Allah menjanjikan surga

(18)

3

Untuk memajukan negara kami ini, tidak cukup hanya dengan pendidikan saja, akan tetapi pendidikan yang maju, yang mampu

meningkatkan motivasi belajarnya peserta didik. Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dibutuhkan lingkungan pendidikan yang

mendukung. Diantaranya, yakni ruang kelas yang bersih dan nyaman, sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai, pembelajaran dengan metode yang menarik dan menyenangkan.

Untuk mencapai pembelajaran dengan metode yang menarik dan menyenangkan, tentunya dibutuhkan tenaga pengajar yang profesional.

Tenaga pengajar yang profesional itu tenaga pengajar yang mampu menerapkan metode PAIKEM yakni singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, yang mampu meningkatkan

motivasi belajar peserta didik.

Untuk membuktikan kebenarannya, penulis hendak meneliti

“HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG

KREATIVITAS GURU PAI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X AGAMA di MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016 /

2017”. Dari penelitian tersebut, dapat diketahui seberapa besar

hubungannya tingkat kreativitas guru dengan motivasi belajar peserta

didiknya.

Dengan demikian, diharapkan para tenaga pengajar setelah

(19)

4

bakat dan kreativitasnya kepada peserta didik, supaya motivasi belajar peserta didik meningkat, dan mampu memajukan bangsa ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI kelas X

Agama MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Bagaimanakah motivasi belajar siswa kelas X Agama MAN Tegalrejo,

Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017?

3. Seberapa tinggi hubungan antara persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI dengan motivasi belajar siswa kelas X Agama MAN

Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI kelas X

Agama MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017;

2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas X Agama MAN

Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017;

3. Untuk mengetahui seberapa tinggi hubungan antara persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI dengan motivasi belajar siswa kelas X

Agama MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Hipotesis Penelitian

1. Persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI kelas X Agama MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017 tergolong tinggi;

(20)

5

3. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI dengan motivasi belajar siswa kelas X Agama

MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017. E. Kegunaan atau Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik secara teoritis dan praktis bagi pihak peneliti sendiri maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara akademik). Secara lebih rinci kegunaan penelitian

ini dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan persepsi siswa tentang kreativitas guru dan motivasi belajar

siswa;

b. Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan

ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan, guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi bagi pihak sekolah, supaya guru PAI

ditekankan untuk lebih kreatif;

b. Menambah wawasan bagi para praktisi pendidikan mengenai

(21)

6

c. Sebagai bahan masukan bagi para guru PAI, bahwa kreativitas guru harus dibentuk sedemikian rupa, sehingga dapat memotivasi

belajar siswa. F. Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri dari variabel independent (variabel bebas) yaitu persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI, serta variabel dependent (variabel terikat) yaitu motivasi belajar siswa. Variabel ini masih memiliki

pengertian yang bersifat umum. Oleh karena itu, supaya penelitian mempunyai batas pengertian yang jelas, dan mudah diukur, maka perlu

dijabarkan arti setiap variabel ke dalam suatu definisi operasional. Kemudian definisi operasional dari setiap variabel tersebut dijabarkan ke dalam dimensi-dimensi dengan indikatornya masing-masing. Adapun

definisi operasional variabel dengan dimensi dan indikatornya masing-masing sebagai berikut:

1. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu

sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya maupun orang lain. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya

merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya yang menjadi hal yang baru,

(22)

7

Ahli utama kreativitas, Guilford mengatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau berpikir menjajaki

bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama benarnya (Nashori dkk, 2002: 43).

Kreativitas adalah interaksi antara sikap, proses dan lingkungan dimana seseorang atau sekelompok orang menghasilkan suatu karya yang dinilai baru dan berguna dalam konteks sosialnya (Aziz, 2010:

12). Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.

Kreativitas dapat pula diartikan sebagai suatu proses berpikir kreatif atau berpikir divergen, yaitu merupakan suatu kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia (Andrianto,

2013:90-91). 2. Guru

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru

yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai

tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang (Sardiman, 1994: 123).

(23)

8

dan diteladani. Guru juga merupakan agen perubahan sosial (agent of social change) yang mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku umat

manusia menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bermartabat dan lebih mandiri (Sukadi, 2006:2).

3. Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai

tujuan. berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan (Sardiman 1994: 73).

Motivasi diistilahkan sebagai ungkapan tingkah laku yang giat dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan (Sukadi, 2006:37). Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan

atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 1994: 75).

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang

(24)

9

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian

tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2004:138).

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena

itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat

mencapai tujuan pembelajaran (Syukur, 2014: 52). 4. Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,

dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dalam pengertian luas,

belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang

merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 1994:22-23).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

(25)

10

penafsiran kuantitatif yang kokoh (Hikmat, 2011:41). Metode ini disebut sebagai metode positifistik, karena telah memenuhi kaidah

ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Dan dikatakan kuantitatif karena data penelitian menggunakan angka dan

analisis menggunakan statistik.

Dalam penelitian ini, menggunakan teknik metode pengumpulan data berupa angket sebagai standarisasi ukuran hasil dalam penelitian,

dan menggunakan metode observasi sebagai pembanding ukuran standar penelitian. Dan metode dokumentasi untuk keperluan

instrumen penelitian. Untuk mengetahui pengaruh atau hubungan tiap variable peneliti menggunakan sebuah analisis statistik product

moment.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MAN Tegalrejo, Magelang.

Dan penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan April tahun 2017, terhitung mulai dibuatnya penulisan ini sampai dengan selesai.

3. Populasi dan Sampel

Populasi secara etimologi dapat diartikan penduduk atau orang banyak yang memiliki sifat universal (Hikmat, 2011:60). Populasi bisa

disebut juga sebuah keseluruhan. Dan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri yang sama dengan populasi (Purwanto,

(26)

11 4. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Angket

Metode angket adalah pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan

yang sudah dipersiapkan sebelumnya (Sudijono, 2010:30). Metode angket adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan terstruktur dan terinci terhadap informan yang terlibat langsung dalam peristiwa /

keadaan yang diteliti (Hikmat, 2011:75). Angket berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada indikator penelitian

kedua variabel. Metode ini penulis gunakan untuk menghimpun data Guru PAI kelas X Agama MAN Tegalrejo, Magelang.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yakni penelusuran dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia (Hikmat,

2011:83). Dokumentasi merupakan metode untuk menyimpan data yang telah terkumpul, sehingga data-data penelitian dapat terakomodir dengan baik. Metode ini digunakan untuk

mendapatkan dan menyimpan informasi penelitian seperti: profil sekolah, sejarah, visi dan misi sekolah, keadaan guru dan siswa,

dan sejumlah informasi lain yang menunjang penelitian ini. Adapun alat-alat yang digunakan antara lain:

(27)

12

3) Komputer Ms. Exel (alat ukur dan penghitung) c. Metode Observasi

Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat

indera (terutama mata) terhadap kejadian-kejadian langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi (Walgito, 1995:49). Metode observasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati

serta melakukan pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks penelitian (Hikmat, 2011:73). Dalam ruang lingkup

psikologi, observasi disebut juga pengamatan, yang meliputi kegiatan pemusatan, perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan indera. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan dengan

alat indera: penglihatan, penciuman, perasaan, dan pengecapan. Apa yang dikatakan ini adalah pengamatan logis, bahwa

pengamatan dipakai untuk menggali data tentang Guru PAI dan siswa kelas X Agama MAN Tegalrejo, Magelang.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data telah terkumpul dengan lengkap, maka selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk mengetahui hasil akhir dan

(28)

13

a. Untuk mengetahui kecenderungan variasi masing-masing variabel, digunakan teknik analisis dengan rumus sebagai

berikut:

P=

Keterangan:

P = Angka Presentase

F = Frekuensi masing-masing variabel

N = Jumlah Responden

b. Untuk mengetahui presentase hubungan kedua variabel dan

menguji hipotesis yang telah diujikan, digunakan analisis persentase frekuensi kuadrat dengan rumus product moment. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel yang

terbagi dalam kategori meliputi variabel dependent atau variabel terikat yaitu kreativitas guru PAI (X) dan variabel

independent atau variabel bebas yaitu motivasi belajar siswa (Y). Adapun rumusnya sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑

Keterangan:

Rxy : koefisien variabel x dan y X : variabel pengaruh

(29)

14

XY : perkalian antar variabel x dan variabel y N : jumlah sampel

∑ : sigma (jumlah)

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional,

metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Kajian Pustaka

Meliputi teori-teori yang berhubungan dengan variabel,

yaitu: persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI, motivasi belajar siswa, hubungan antara persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI

dengan motivasi belajar siswa. Bab III : Laporan Hasil Penelitian

Meliputi gambaran umum lokasi penelitian MAN Tegalrejo

Magelang, yang mencakup sejarah berdirinya lokasi, sarana dan prasarana pendidikan, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan

(30)

15 Bab IV : Analisis Data

Dalam hal ini, penulis berusaha menganalisis data tentang

kreativitas guru PAI dan motivasi belajar siswa kelas X Agama MAN Tegalrejo Magelang.

Bab V : Penutup

(31)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kreativitas Guru

1. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya maupun orang lain.

Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari

pengalaman-pengalaman sebelumnya yang menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat (Nashori dkk, 2002: 33). Ahli utama kreativitas, Guilford mengatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan

berpikir divergen atau berpikir menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama benarnya (Nashori dkk,

2002: 43).

Kreativitas adalah interaksi antara sikap, proses dan lingkungan dimana seseorang atau sekelompok orang menghasilkan suatu karya

yang dinilai baru dan berguna dalam konteks sosialnya (Aziz, 2010: 12). Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk membuat kombinasi

baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas dapat pula diartikan sebagai suatu proses berpikir kreatif

(32)

17

berdasarkan data atau informasi yang tersedia (Andrianto, 2013:90-91).

Dari beberapa definisi mengenai kreativitas di atas, penulis mengatakan bahwa kreativitas adalah gabungan antara sikap, proses,

dan lingkungan, di mana seseorang dapat menghasilkan sesuatu yang baru, berguna dan menyenangkan.

2. Guru

a. Definisi Guru

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses

belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus

berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin

berkembang (Sardiman, 1994: 123).

Guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru

dan diteladani. Guru juga merupakan agen perubahan sosial (agent of social change) yang mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku umat

manusia menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bermartabat dan lebih mandiri (Sukadi, 2006:2). Guru adalah seseorang yang mengajar

(33)

18

tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,

melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta.

Dari berbagai pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa guru merupakan kunci kesuksesan atau kunci keberhasilan suatu pendidikan. Karena tanpa adanya guru, pemahaman seseorang akan

materi pelajaran menjadi kurang matang. b. Tugas dan Peran Guru

Tugas guru merupakan suatu proses mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (afektif). Mengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (kognitif). Adapun melatih berarti mengembangkan keterampilan

siswa (psikomotorik) (Sukadi, 2009:17).

Sebagai seorang guru memiliki peran sebagai berikut: 1) Guru sebagai demonstrator

Sebagai demonstrator, guru adalah seorang pengajar dari bidang ilmu yang dikuasai. Oleh karena itu, agar dapat

melaksanakan perannya dengan baik, seorang guru harus menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan. Ia harus

(34)

19

dimilikinya dapat disampaikan kepada para siswa dengan baik, seorang guru juga harus terampil dalam tujuan-tujuan

operasional serta mampu menggunakan metodologi dan sarana pembelajaran secara optimal (Sukadi, 2009: 20).

2) Guru sebagai pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru harus mampu menciptakan suasana atau kondisi belajar di kelas. Ia juga harus mampu

merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, terampil mengendalikan suasana kelas agar tetap hangat, aman,

menarik, dan kondusif (Sukadi, 2009: 20-21). 3) Guru sebagai motivator

Guru sebagai motivator berperan sebagai pembangkit

motivasi peserta didik supaya mereka selalu semangat belajar dan semangat dalam menuntut ilmu pengetahuan (knowledge).

Sebagai motivator yang baik, guru berusaha untuk mengarahkan peserta didik kepada hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan mereka, terutama saat KBM berlangsung

(Zahroh, 2015: 166-167).

4) Guru sebagai mediator atau fasilitator

Guru sebagai mediator, berarti guru memiliki sejumlah pengetahuan yang cukup tentang bagaimana menggunakan

(35)

20

mengajar (KBM). Media pendidikan ini merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari KBM. Salah satu

keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah ketepatan dalam menggunakan media pendidikan ini. Media ini

bermanfaat untuk memperjelas materi yang disampaikan guru agar lebih mudah untuk dipahami peserta didik, tanpa harus menunggu lama karena sudah diperjelas dengan adanya media

tersebut (Zahroh, 2015: 161). 5) Guru sebagai evaluator

Evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan serta variabel lain yang mempunyai arti apabila

berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada

pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh

peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan teknik yang sesuai dan relevan

(36)

21 c. Fungsi Guru

1) Guru sebagai pendidik

Dalam melaksanakan fungsi ini, guru dituntut menjadi inspirator dan menjaga disiplin kelas. Sebagai inspirator, guru

memberikan semangat kepada siswa tanpa memandang tingkat kemampuan intelektual atau tingkat motivasi belajarnya (Sukadi, 2009: 22).

2) Guru sebagai didaktikus

Kualitas pengajaran sangat bergantung pada cara

menyajikan materi yang harus dipelajari (Sukadi, 2009: 23). 3. Kreativitas Guru

Dari uraian di atas, dapat kita lihat bahwa kreativitas adalah

gabungan antara sikap, proses, dan lingkungan, di mana seseorang dapat menghasilkan sesuatu yang baru, berguna dan menyenangkan.

Dan guru merupakan kunci kesuksesan atau kunci keberhasilan suatu pendidikan. Karena tanpa adanya guru, pemahaman seseorang akan materi pelajaran menjadi kurang matang.

Jadi menurut penulis, kreativitas guru adalah gabungan antara sikap, proses, dan lingkungan, di mana seorang guru dapat

(37)

22 B. Motivasi Belajar

1. Motivasi

a. Definisi

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai

tujuan. berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc.

Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan (Sardiman 1994: 73). Motif adalah daya dalam

diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya

untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu

(Usman, 2006: 28-29).

Motivasi diistilahkan sebagai ungkapan tingkah laku yang giat dan

(38)

kondisi-23

kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan

atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 1994: 75).

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang

anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan

sebelumnya (Siagian, 2004:138). Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang

tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran (Syukur, 2014: 52). Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan

(Hamalik, 2004:158).

Menurut penulis berdasarkan penjabaran di atas, maka motivasi

(39)

24 b. Komponen-komponen motivasi :

1) Menggerakkan

Yang dimaksud menggerakkan di sini adalah motivasi yang menimbulkan kekuatan untuk menggerakkan

individu dan membawanya untuk bertindak dengan cara tertentu. Pada motivasi ini ada unsur menggerakkan sehingga membuat orang tersebut menjadi bergerak untuk

melakukan sesuatu. Misalnya kekuatan dalam ingatan, keinginan untuk mewujudkan cita-cita, keinginan untuk

menjadi juara kelas, dan sebagainya (Zahroh, 2015: 240). 2) Mengarahkan

Motivasi dapat mengarahkan tingkah laku atau

perbuatan seseorang. Motivasi yang mengarah pada tingakh laku berarti motivasi tersebut berorientasi pada tujuan yang

hendak dicapai sehingga segala bentuk tingkah lakunya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir (Zahroh, 2015: 241).

3) Menopang

Motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang

tingkah laku atau perbuatan. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, maka lingkungan sekitar harus ikut berperan

(40)

25

berasal dari adanya keinginan individu tersebut, tetapi peran lingkungan atau masyarakat juga sangat berpengaruh

dan sangat membantu (Zahroh, 2015: 241).

c. Menurut Sardiman (1994: 85) fungsi motivasi ada tiga, yakni:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan lulus, tentu akan melakukan

kegiatan belajar dengan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi

(41)

26 2. Belajar

a. Definisi Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar

dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian

seutuhnya (Sardiman, 1994:22-23).

Belajar merupakan sebuah proses. Proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak biasa menjadi biasa, dari

tidak mampu menjadi mampu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak memahami

menjadi memahami, dan seterusnya (Al Ilmi dkk, 2007: 27). Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

(learning is defined as the modification or strengthening of behavior

through experiencing) (Hamalik, 2004: 27).

Dari beberapa definisi mengenai belajar di atas, dapat dikatakan

(42)

27 b. Prinsip-prinsip belajar

Menurut Sardiman (1994: 26), untuk melengkapi

penjelasan dari definisi belajar tersebut, maka perlu dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Dalam hal ini ada

beberapa prinsip-prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain: 1) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi

dan kelakuannya;

2) Belajar memerlukan proses dan pentahapan serta kematangan diri pada siswa;

3) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam / dasar kebutuhan / kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar

dengan karena rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita;

4) Dalam banyak belajar itu merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan;

5) Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran;

(43)

28

b) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun,

dan lain-lain);

c) Pengenalan dan peniruan.

7) Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan

belajar hafalan saja;

8) Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak

mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan; 9) Bahan pelajaran yang bermakna / berarti, lebih mudah dan

menarik untuk dipelajari daripada bahan yang kurang

bermakna;

10)Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan

serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar;

11)Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka

(44)

29 c. Tujuan Belajar

Sardiman (1994: 28-29) mengatakan bahwa tujuan belajar

ada tiga, yakni:

1) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat

mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan

memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai

pengajar lebih menonjol.

Adapun jenis interaksi atau cara yang dipergunakan

untuk kepentingan itu pada umumnya dengan model kuliah (presentasi), pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian anak didik akan diberikan pengetahuan sehingga

menambah pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berfikir dalam rangka

memperkaya pengetahuannya. 2) Penanaman konsep dan keterampilan

(45)

30

yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat

dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak / penampilan dari anggota tubuh

seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah “teknik” dan “pengulangan”. Sedangkan keterampian rohani lebih rumit, karena tidak selalu

berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih

abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau

konsep. Jadi semata-mata bukan soal “pengulangan”, tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat.

Keterampilan itu memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan,

bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian

keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru. Cara

(46)

31 3) Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan

pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan

mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Dalam interaksi belajar mengajar guru akan

senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dari proses observasi

mungkin juga menirukan itu diharapkan terjadi proses internalisasi sehingga menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.

Dari penjabaran di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan belajar terbagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). d. Teori- teori belajar

Menurut Sardiman (1994: 31-36), teori-teori dalam belajar sebagai

berikut:

1) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya, dan masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk

(47)

32

untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing. Begitu

pula untuk daya-daya yang lain. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil

dari pembentukan dari daya-daya itu. Dengan demikian, maka belajar seseorang akan berhasil.

2) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian atau unsur. Sebab keberadaan

keseluruhan itu lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Tokoh penting yang

merumuskan penerapan dari kegiatan pengamatan ke kegiatan belajar itu adalah Koffka. Koffka berpendapat

bahwa hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu bisa diterapkan dalam kegiatan belajar. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa belajar itu yang terpenting adalah

penyesuaian pertama, yakni mendapatkan respon yang tepat. Karena penemuan respon yang tepat tergantung pada

kesediaan diri seseorang untuk belajar dengan segala panca inderanya. Dalam kegiatan pengamatan, keterlibatan semua

(48)

33

sulitnya memecahkan masalah itu tergantung pengamatannya.

Menurut aliran ini, seseorang belajar jika mendapat

insight. Dan insight ini diperoleh kalau seseorang melihat

hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya insight itu tergantung:

a) Kesanggupan: maksudnya kesanggupan atau

kemampuan intelegensia individu.

b) Pengalaman: karena belajar, berarti akan mendapat

pengalaman, dan pengalaman itu mempermudah munculnya insight.

c) Taraf kompleksitas dari suatu situasi: semakin

kompleks semakin sulit.

d) Latihan: dengan banyak latihan akan dapat

mempertinggi kesanggupan memperoleh insight,

dalam situasi yang bersamaan yang telah dilatih. e) Trial and eror: dengan melakukan

percobaan-percobaan, maka seseorang dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam masalah itu,

sehingga akhirnya menemukan insight.

3) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

(49)

34

unsur-unsurnya. Dari aliran ini, dua teori yang sangat terkenal, yakni teori konektionisme dari Thorndike dan teori

conditioning dari Pavlov. 3. Motivasi Belajar

Dari uraian di atas, motivasi adalah suatu penggerak semangat seseorang untuk menjadi lebih giat guna mencapai tujuannya. Dan belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku dari tidak tahu

menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa dan lain sebagainya. Jadi, motivasi belajar adalah kondisi psikologis seseorang atau keinginan

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna memperoleh perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, daya ingat, daya mengenal, nilai sikap dan tingkah laku ke arah yang lebih

baik karena adanya keinginan untuk berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan memiliki harapan untuk cita-citanya, sehingga seseorang

berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar dengan lebih giat dan semangat serta tidak mudah menyerah untuk mencapai tujuan.

Menurut Zahroh (2015: 238), unsur-unsur motivasi belajar terbagi

menjadi dua, yakni:

a. Adanya keinginan untuk mengetahui tentang apa yang akan

dipelajari (memperoleh ilmu pengetahuan);

b. Adanya keinginan untuk memahami mengapa hal tersebut patut

(50)

35

Bentuk-bentuk motivasi di sekolah sebagai berikut: a. Memberi angka (nilai)

Angka yang dimaksud di sini adalah simbol atau nilai hasil kegiatan belajar peserta didik. Angka yang diberikan kepada

setiap peserta didik biasanya bervariasi sesuai dengan hasil yang telah mereka peroleh dari penilaian guru. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan

kepada peserta didik untuk mempertahankan atau lebih meningkatkan prestasi belajar. Angka ini biasanya terdapat

dalam buku rapor sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum (Zahroh, 2015: 245).

b. Memberi hadiah (reward)

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk pekerjaan,

mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik

mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar (Sardiman, 1994:92).

c. Persaingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat

(51)

36

meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini bbanyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau

perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa (Sardiman, 1994: 92).

d. Ego-Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan

berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri itu, begitu juga

untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya (Sardiman, 1994: 92).

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan

sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa

membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini, guru juga harus terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus

(52)

37 f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat,

maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat (Sardiman, 1994:93). g. Memberi pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian.

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini menjadi motivasi, maka pemberiannya harus

tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus

akan membangkitkan harga diri (Sardiman, 1994: 93). h. Memberi hukuman (punishment)

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip

pemberian hukuman (Sardiman, 1994: 93). i. Mengembangkan minat

(53)

38

yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang (Zahroh, 2015: 249).

j. Kerja sama dan suasana yang menyenangkan

Kerja sama merupakan salah satu kunci dalam

menumbuhkan kedisiplinan dengan mengingatkan seluruh warga kelas untuk bekerja sama menerapkan hal-hal yang sudah disepakati bersama (Zahroh, 2015: 249).

k. Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh peserta didik

Segala bentuk motivasi selalu mempunyai tujuan. Apabila

tujuan tersebut memiliki arti, pasti peserta didik akan berusaha untuk mencapainya. Adanya tujuan yang menarik bagi peserta didik merupakan motivasi yang baik. Sebagai guru, seharusnya

berusaha agar peserta didik jelas dalam menegtahui tujuan dari setiap kegiatan pembelajaran, di samping mengetahui

kompetensi dasar dan sub kompetensi dasarnya (Zahroh, 2015: 250).

C. Hubungan antara Kreativitas Guru dengan Motivasi Belajar

Berdasarkan penjelasan dari kedua variabel, kreativitas guru dan motivasi belajar sebagaimana telah dijabarkan di atas, dapat dikatakan

bahwa kreativitas guru adalah gabungan antara sikap, proses, dan lingkungan, di mana seorang guru dapat menghasilkan sesuatu yang baru

(54)

39

seseorang atau keinginan seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna memperoleh perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan, daya ingat, daya mengenal, nilai sikap dan tingkah laku ke arah yang lebih baik karena adanya keinginan untuk berhasil, dorongan

kebutuhan belajar, dan memiliki harapan untuk cita-citanya, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar dengan lebih giat dan semangat serta tidak mudah menyerah untuk mencapai tujuan.

Kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang sangat erat. Karena, dari penjabaran tersebut sudah jelas mengandung arti, bahwa

kreativitas guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya guru yang kreatif, pada umumnya siswa lebih tertarik dan semakin giat untuk belajar. Dan pernah penulis rasakan juga, bahwa semangat atau

tidaknya belajar siswa, dan suka atau tidaknya siswa dengan mata pelajaran tertentu, itu tergantung dari siapa gurunya, bagaimana metode

yang digunakan, seperti apa situasi dan kondisinya ketika pembelajaran. Dari hubungan kreativitas guru dengan motivasi belajar siswa ini, dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari di sekolah. Seperti yang

penulis alami ketika sekolah, contohnya guru matematika yang selalu menyampaikan materi pelajaran dengan situasi dan kondisi yang

menyenangkan, dan memakai cara praktis dalam menyampaikan rumus matematika yang mudah dipahami oleh siswa dan menjadikan siswa

(55)

40

diinginkan. Dari sini dapat dikatakan bahwa contoh dari kreativitas guru tersebut adalah guru yang bisa menciptakan situasi dan kondisi yang

menyenangkan ketika pembelajaran, dan aktif mencari cara –cara praktis mudah dipahami oleh siswa. Dan contoh dari motivasi berdasarkan

pengalaman tadi yakni menjadikan siswa tersebut menjadi semangat belajar dan ingin menjadi guru matematika seperti guru tadi. Dengan kata lain, guru yang menggunakan metode-metode yang tepat, sesuai dengan

materi dan pelajaran, di sinilah motivasi siswa akan bertambah, menjadi semakin bersemangat dan bahkan ingin menjadi seperti guru yang

mengajar dan menggunakan metode yang sama digunakan oleh guru tersebut dengan tujuan supaya siswa yang dididik akan nyaman seperti ketika penulis dididik..

Jadi, hubungan kedua variabel tersebut, yakni hubungan antara kreativitas guru ketika pembelajaran dengan motivasi belajar siswa itu

saling berkaitan. Bukan hanya teknologi yang canggih yang bisa menguasai motivasi belajar siswa, akan tetapi peran guru di sini sangatlah penting dan berguna. Karena titik keberhasilan siswa itu tergantung pada

(56)

41 BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Sejarah berdirinya MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang

Pada tahun 1979, para tokoh Kyai Nahdlotul Ulama Kecamatan

Tegalrejo Kabupaten Magelang yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak KH. Idris Abdan, BA berfikir mendirikan sebuah Madrasah Aliyah untuk memfasilitasi siswa Mts YAKTI Tegalrejo Kabupaten Magelang agar

dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya.

Sebagai realisasi dari pemikiran tersebut, pada bulan Januari 1981

berdirilah MA YAKTI Tegalrejo Kabupaten Magelang yang langsung di Kepalai oleh beliau Bapak KH. Idris Abdan, BA. Dan pada bulan Juli 1981 tepatnya pada tahun pelajaran 1981/1982 MA YAKTI Tegalrejo

mulai menerima siswa baru. Kepemimpinan Bapak KH. Idris Abdan, BA, berlangsung selama 2 tahun sampai dengan tahun pelajaran 1982/1983

dengan pertimbangan usia beliau yang sudah semakin tua (Sumber: Profil MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2016/2017).

Pada tahun 1983, kepemimpinan MA YAKTI Tegalrejo diserahkan

kepada Bapak KH. Siradj Abdan. Untuk melakukan pengembangan pendidikan, maka Bapak KH. Siradj Abdan, pada tahun 1984 menginduk

ke MAN Temanggung, sehingga MA YAKTI Tegalrejo berubah nama menjadi MA Fillial Temanggung. Selama kepemimpinan Bapak KH.

(57)

42

Tegalrejo berubah status menjadi MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang dengan Kepala Madrasah Drs. Achroru Rochibi (Sumber: Profil MAN

Tegalrejo Magelang Tahun 2016/2017).

Semenjak tahun 1997, MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang,

banyak menerima bantuan dari APBN yang dianggarkan untuk pembangunan fisik dan bantuan dari APBN yang dianggarkan untuk beasiswa. Kepemimpinan Bapak Drs. Achroru Rochibi berlangsung

sampai tahun 2002.

Untuk selanjutnya, dari tahun 2002 kepemimpinan MAN Tegalrejo

Kabupaten Magelang diserahkan kepada beliau Bapak Drs. HM. Manshur Asnawi, M. S. I. Pada masa kepemimpinannya, MAN Tegalrejo mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Setiap tahun selalu

mendapatkan bantuan dana dari APBN yang dianggarkan untuk pembangunan fisik, rehabilitasi gedung, pengadaan barang dan media

pembelajaran serta peningkatan kualitas guru. Begitu juga dengan bantuan dari APBD dalam bentuk beasiswa yang dianggarkan untuk siswa yang tidak mampu. Selain bantaun tersebut, MAN Tegalrejo juga bekerja sama

dengan BLK (Balai Latihan Kerja) Kabupaten Magelang sebagai langkah di dalam peningkatan kualitas siswa yang harus mampu untuk bersaing di

dunia kerja. Sehingga sampai pada tahun 2009 bertepatan dengan berakhirnya masa kepemimpinan Bapak Drs. HM. Manshur Asnawi, M. S.

(58)

43

yang diakui kualitasnya (Sumber: Profil MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2016/2017).

Pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni tahun 2014, kepemimpinan MAN Tegalrejo dipegang oleh beliau Bapak Ali Masyhar,

M. S. I. Pada saat itu jumlah siswa MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang semakin banyak, sehingga Bapak Ali Masyhar, M. S. I. selalu berusaha untuk mendapatkan dana bantuan dari APBD. Bantuan yang sering

diterima oleh MAN Tegalrejo adalah bantuan dana untuk anggaran rehab gedung dan BSM (Bantuan Siswa Miskin).

Mulai bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2017, kepemimpinan MAN Tegalrejo dipegang oleh beliau Drs. H. Muhammad Fauzi. Saat kepemimpinannya oleh beliau, banyak membawa kemajuan.

Kemajuan di sini berupa komputer untuk UNBK, kendaraan roda dua, dan rehabilitasi gedung.

Pada bulan Februari 2017 hingga sampai saat ini kepemimpinan MAN Tegalrejo dipegang oleh beliau Bapak Joko Susilo, S. Pd. M. Pd. Beliau merupakan guru pindahan dari Madrasah Aliyah Negeri Salatiga.

Hingga saat ini beliau terus berusaha untuk memajukan MAN Tegalrejo, dengan segala upaya bersama guru dan para karyawannya (Sumber: Profil

(59)

44

B. Sarana dan Prasarana Pendidikan MAN Tegalrejo Magelang

Tabel 3.1 No. Sarana dan Prasarana

Pendidikan

Jumlah

1. Ruang Kelas 27

2. Laboratorium IPA 2

3. Laboratorium

Komputer (Praktek dan UNBM)

2

4. Laboratorium Bahasa 1

5. Aula 1

6. Free Wifi 3

7. Masjid 1

8. Mushola 1

9. Perpustakaan 1

(60)

45

C. Struktur Organisasi MAN Tegalrejo Magelang

Tabel 3.2

(Sumber: Profil MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2016/2017)

D. Keadaan Guru MAN Tegalrejo Magelang

Keadaan guru di MAN Tegalrejo Magelang dari tahun ke tahun

semakin bertambah dan semakin maju dengan keahlian di bidang IPTEKnya. Semakin banyak pula guru beserta karyawan yang sudah PNS.

Berikut data guru dan karyawan yang PNS dan non PNS pada tahun 2017.

Komite Kepala Madrasah

Kaur TU

Waka. Kurikulum

Waka. Kesiswaan

Waka. Sapras

Waka. Humas

Guru

(61)

46

(Sumber: Profil MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2016/2017)

E. Keadaan Siswa MAN Tegalrejo Magelang

Keadaan siswa MAN Tegalrejo Magelang kini semakin meningkat,

tidak kalah juga dari guru dan karyawan meningkat, maka secara otomatis karena jumlah siswanya meningkat atau bertambah banyak.

Tabel 3.4

(62)

47

F. Data Guru PAI MAN Tegalrejo Magelang

Tabel 3.5

No. Nama Guru PAI Mata Pelajaran yang

Dipegang 1. Dra. Hj. Mizhariyatil H. Akidah Akhlak,

Akhlak

8. Uswatul Hasanah, S. Ag Al-Qur’an Hadits

9. Oktora Milasari, S. Pd. I Bahasa Arab

10. Mursyidul Anam, S. Ag Tafsir, Hadits

11. Hj. Aqshol Hidayah, S. HI, M.SI Akidah Akhlak,

Akhlak

12. Muhammad Ilyas, S.PdI SKI, Al-Qur’an Hadits

13. Ahmat Sahit, S. Pd. Hadits, Kalam

Jumlah Keseluruhan 13

(Sumber: Profil MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2016/2017)

(63)

48

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik angket dengan ketentuan nilai pada setiap item jawaban adalah:

1. Jawaban A diberi nilai 4 2. Jawaban B diberi nilai 3

3. Jawaban C diberi nilai 2 4. Jawaban D diberi nilai 1

Untuk selanjutnya, akan penulis paparkan nama-nama responden yang

(64)
(65)
(66)

51

H. Data Kreativitas Guru PAI dengan Motivasi Belajar Siswa

Untuk mengetahui tentang kreativitas guru PAI dengan motivasi

belajar siswa, maka penulis memberikan daftar angket kepada siswa kelas X Agama. Dan berikut data yang telah penulis peroleh:

1. Data Kreativitas Guru PAI

Daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kreativitas guru PAI yang peneliti ajukan terdiri dari 15 item soal, bersifat tertutup dengan 4

alternatif jawaban. Setelah dilakukan penyebaran angket, maka hasilnya kemudian dimasukkan ke dalam tabel frekuensi distribusi

sebagai berikut:

Tabel 3.7

Data Nilai Angket Tentang Kreativitas Guru PAI MAN Tegalrejo, Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017

(67)
(68)
(69)

54

Adapun standar atau kriteria penilaian angket sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A nilainya 4

b. Alternatif jawaban B nilainya 3 c. Alternatif jawaban C nilainya 2

d. Alternatif jawaban D nilainya 1 2. Data Tentang Motivasi Belajar Siswa

Setelah penilaian tentang kreativitas guru PAI selesai dilakukan,

maka dilanjutkan penelitian tentang motivasi belajar dengan mengajukan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan motivasi belajar.

Daftar frekuensi distribusinya sebagai berikut: Tabel 3.8

Data Nilai Angket Tentang Motivasi Belajar Siswa Kelas X Agama MAN Tegalrejo Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017

No. JAWABAN NILAI JML

RES A B C D A B C D

1. - 3 10 2 - 9 20 2 31

(70)
(71)
(72)

57

47. 6 6 3 - 24 18 6 - 48

48. 15 - - - 60 - - - 60

49. 1 5 8 1 4 15 16 1 36

50. 5 7 3 - 20 21 6 - 47

51. 3 3 9 - 12 9 18 - 39

52. 2 - 13 - 8 - 26 - 34

53. 4 4 7 - 16 12 14 - 42

54. 3 7 5 - 12 21 10 - 42

55. - 1 13 1 - 3 26 1 30

56. 5 - 7 3 20 - 14 3 37

57. 1 9 5 - 4 27 10 - 41

Adapun standar atau kriteria penilaian angket sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A nilainya 4

(73)

58 BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pendahuluan

Dengan adanya beberapa teori-teori dan data-data yang telah penulis kumpulkan, langkah selanjutnya adalah menganalisa kemudian membuktikan apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara

persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI dengan motivasi belajar siswa kelas X Agama MAN Tegalrejo, Magelang tahun pelajaran 2016/2017.

Adapun dalam menganalisis data tersebut, menggunakan teknik korelasi

product moment. Adapun rumusnya sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑

Keterangan:

Rxy : koefisien variabel x dan y

X : variabel persepsi siswa tentang kreativitas guru Y : variabel motivasi belajar

XY : perkalian antar variabel x dan variabel y

N : jumlah sampel

(74)

59 B. Analisis Data

1. Data nilai persepsi siswa tentang kreativitas guru PAI

44, 33, 38, 31, 31, 26, 36, 30, 38, 39, 31, 42, 40, 35, 30, 34, 41, 38, 42, 36, 38, 30, 39, 42, 31, 48, 42, 27, 30, 38, 44, 39, 42, 38, 29, 38, 43, 45,

41, 53, 41, 31, 42, 45, 34, 40, 47, 50, 32, 45, 41, 41, 41, 38, 42, 36, 40. Mencari lebar interval

Untuk mengetahui berapa frekuensi dari tiap kategori (A)

tinggi, (B) sedang dan (C) rendah, maka penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

R= H-L+1

Keterangan:

H: Skor tertinggi R: Skor terendah

3: option kategori R= H-L+1

= 53-26+1

= 29

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
 Tabel 3.4
No. Tabel 3.5 Nama Guru PAI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permendikbud 67-2013 KD-SD Permendikbud 68-2013 KD-SMP Permendikbud 69-2013 KD-SMA Permendikbud 70-2013 KD-SMK Permenag 912-2013 Kurik

berhubungan dengan stres kerja pada perawat di ruang rawat inap rumah sakit jiwa provinsi sulawesi tenggara tahun 2016 Beban Kerja, Shift Kerja, Hubungan Interpersonal,

Program Studi/ Fakultas : Keperawatan Diploma III Fakultas Ilmu Kesehatan Menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa laporan tugas akhir dengan judul “ Nyeri akut pada Ny.N

Yang paling terlihat jelas disini adalah aktifitas manusia yang secara langsung menghancurkan terumbu karang, seperti misalnya pembangunan lapangan terbang dan

Akibat ketidaktahuan ibu menyusui terhadap manfaat pemberian ASI eksklusif tersebut, maka akan banyak ibu-ibu yang kurang bahkan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya

Akhirnya bahwa upaya untuk memperluas jaringan, memperbanyak hubungan- hubungan antara infra struktur lembaga pendidikan seni grafis dengan dunia di sekelilingnya secara lebih luas

Hasil penelitian menemukan sebagian besar informan membuat pertanyaan yang isinya penuh semangat yang disampaikan pada audiens, salah satu informan yang memiliki bisnis

PENGKLASIFIKASIAN ANDOSOLS SEDEP DAN PASIR MALANG,