ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
PADA SDR. T DI RUANG TERATAI RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang
Pendidikan Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya
Keperawatan
Disusun Oleh :
Ici Tri Astuti
A01301764
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
iv
Program Studi DIII Keperawatan
Sekoah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Agustus 2016
Ici Tri Astuti¹, Irmawan Andri Nugroho²
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN
DAN NYAMAN PADA SDR. T DI RUANG TERATAI RSUD
DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Latar Belakang: Masalah karya tulis ilmiah ini berdasarkan data yang diperoleh
dari berbagai sumber kepustakaan yang menyatakan kebutuhan rasa dan nyaman.
Kenyamanan merupakan kebutuhan dasar yang merupakan tujuan pemberian
asuhan keperawatan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama
dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual,
psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan
dan merasakan nyeri.
Tujuan:
Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan
masalah gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman pada pasien pre operasi
hernia.
.
Asuhan Keperawatan:
Masalah utama yang muncul pada klien Sdr. T yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. Implementasi yang
dilakukan berdasarkan intervensi yang dibuat yaitu mengkaji nyeri secara
komprehensif, mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan,
memonitor TTV, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan klien cara
mengontrol nyeri dengan teknik non farmakologi (nafas dalam dan terapi musik),
edukasi keluarga tentang management nyeri. Evaluasi keperawatan: masalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologis teratasi.
Analisis Tindakan:
Kombinasi antara teknik nonfarmakologi nafas dalam dan
terapi musik ini direkomendasikan untuk mengatasi nyeri khususnya pada klien
pre operasi.
v
Diploma III of Nursing Program
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Nursing Care Report, August 2016
Ici Tri Astuti¹, Irmawan Andri Nugroho²
ABSTRACT
NURSING CARE OF INTERFERENCE SECURE AND COMFORT NEED
TO MR. T IN TERATAI WARD DR. SOEDIRMAN HOSPITAL OF
KEBUMEN
Background: The issue of scientific paper is based on data obtained from various
sources of literature that states need taste and comfortable. Convenience is a basic
need that is the purpose of nursing care. The concept of the convenience of having
the same subjectivity of pain. Each individual has a characteristic physiological,
social, spiritual, psychological, and cultural influences how they interpret and
pain.
Objective: To provide an overview of nursing care with interference problems the
needs of safety and comfort for patients pre hernia surgery.
Nursing: The main problem that appears on the client Mr. T is acute pain
associated with injury to biological agents. The implementation is based on the
intervention made that assess pain in a comprehensive manner, observing the
reaction of non-verbal discomfort, monitor vital signs, giving a comfortable
position, teaches clients how to control pain with techniques non-pharmacological
(deep breathing and music therapy), educating families about the management of
pain , Evaluation of nursing: the problem of acute pain associated with injury to
biological agents is resolved.
Analysis Action: The combination of nonpharmacological techniques deep breath
and music therapy is recommended to treat pain, especially in the pre clients
operations.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
irobbil’alamin
. Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “
Asuhan Keperawatan Gangguan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T Diruang Teratai Rsud Dr.
Soedirman Kebumen
”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada yang terhormat:
1.
Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep., Ns selaku ketua STIKes Muhammadiyah
Gombong yang memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
2.
Bapak Sawiji, S.Kep., Ns., M.Sc selaku ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
kesehatan di STIKes Muhammadiyah Gombong.
3.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Soedirman Kebumen yang
telah memberikan ijin tempat untuk melaksanakan ujian komprehensif.
4.
Kepala dan seluruh staf bangsal Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soedirman Kebumen, yang telah membimbing dan membantu dalam proses
ujian komprehensif.
5.
Bapak Irmawan Andri, M.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi,
perasaan
nyaman
dalam
membimbing
serta
memfasilitasi
demi
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
6.
Segenap dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong yang telah membimbing dan memberikan materi selama belajar di
vii
7.
Keluarga besarku tercinta, terutama Ibu, Bapak, Suami yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil serta motivasi untuk dapat
menyelesaikan kuliah dengan baik.
8.
Sdr. T beserta keluarga yang telah berkenan untuk bekerjasama dengan
penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan.
9.
Teman - teman seperjuangan dan sahabatku tercinta yang telah memberikan
semangat, bantuan tenaga, pikiran dan perhatian, sehingga saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10.
Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
memberikan saran dan bantuannya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa penyusunan dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi bentuk maupun isinya. Oleh karna
itu, saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan saya semoga
Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Gombong, 5 Agustus 2016
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ... ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Tujuan ... 5
C.
Manfaat ... 6
BAB II KONSEP DASAR
A.
Kebutuhan Rasa Aman & Nyaman ... 7
B.
Nyeri ... 9
1.
Definisi ... 9
2.
Fisiologi nyeri ... 10
3.
Pengkajian nyeri ... 15
4.
Penatalaksanaan nyeri... 20
C.
Penggunaan Terapi Musik untuk Menurunkan Nyeri ... 24
1.
Definisi ... 24
2.
Manfaat terapi musik ... 25
3.
Cara kerja terapi musik ... 25
4.
Tata cara pemberian terapi musik ... 26
5.
Prosedur pelaksanaan terapi musik ... 27
BAB III RESUME KEPERAWATAN
A.
Pengkajian ... 30
B.
Analisa Data ... 33
ix
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Diagnosa Keperawatan ... 41
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ... 41
2.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ... 43
3.
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi .. 45
B.
Proses Keperawatan ... 46
C.
Analisis Inovasi Tindakan Keperawatan ... 55
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 59
B.
Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ...
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kenyaman merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan dalam
sehari-hari), trasenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan
nyeri), kelegaan (kebutuhan dapat terpenuhi). Kenyamanan meski dipandang
secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu fisik (berhubungan dengan
sensasi tubuh), sosial (berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga,
sosial), psikospiritual (berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan), dan
lingkungan (berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya)
(Potter & Perry, 2006). Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak
nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri diartikan sebagai suatu keadaan
yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri ialah sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap nyeri beragam
sensasi dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Hal tersebut
menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien. Penyebab
nyeri sendiri dapat diklasifikasikan ke dalam 2 golongan yaitu fisik dan psikis
(Asmadi, 2008).
Ketidaknyamanan yang dirasakan setiap individu masing- masing berbeda
tergantung bagaimana individu tersebut menyikapinya. Ketidaknyamanan
fisik pada individu salah satunya ialah nyeri baik itu nyeri akut (nyeri yang
berlangsung kurang dari 6 bulan) maupun nyeri kronis (nyeri yang
2
adalah suatu keadaan yang mengalami sensasi yang tidak menyenangkan
dalam merespon stimulus (Tamsuri, 2007).
Kesehatan merupakan bagian penting bagi hidup kita, dimana dengan
hidup sehat kita bisa menjalankan semua aktifitas dengan baik, pada zaman
seperti sekarang ini dimana tantangan hidup semakin besar dan kebutuhan
hidup juga semakin banyak sehingga manusia dituntut untuk bekerja keras
agar kebutuhannya terpenuhi semuanya sampai mengesampingkan kesehatan,
padahal semakin berat pekerjaan semakin banyak penyakit yang ditimbulkan,
seperti hernia penyakit ini bisa timbul karena pekerjaan yang keras seperti
mengangkat benda
–
benda berat (Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga yang
bersangkutan. Di negara berkembang seperti di Indonesia ini banyak sekali
kasus hernia, yang salah satunya disebabkan karena pola hidup seseorang.
Diantaranya karena pola buang air besar yang kurang teratur, sering mengejan
pada saat buang air besar, pola makan yang kurang berserat, serta para
pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat sehingga meningkatkan
tekanan pada intraabdomen (Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Kortz dan Sabiston (1994) mengemukakan bahwa hernia timbul dalam
sekitar 1,5% populasi umum di Amerika Serikat. Sekitar 75% dari kasus
hernia terjadi dalam regio inguinalis dan sekitar 50 persennya merupakan
hernia inguinalis lateralis. Diperkirakan 15% populasi dewasa menderita
hernia inguinal, 5-8% pada rentang usia 25-40 tahun dan mencapai 45% pada
usia 75 tahun. Hernia inguinalis dijumpai 25 kali lebih banyak pada pria
dibanding wanita (Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan
ditribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut golongan sebab
sakit Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8 dengan jumlah
18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari total tersebut, 15.051
diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita. Sedangkan
untuk pasien rawat jalan, hernia masih menempati urutan ke-8. Dari 41.516
3
pasien pria dan 4.922 pasien wanita (Romadhon dan Wicaturatmashudi,
2014).
Data yang diperoleh dari rumah sakit islam (RSI) Siti Khadijah
Palembang, tercatat adanya kasus hernia yang membutuhkan tindakan
pembedahan, tahun 2011 tercatat sebanyak 239 kasus, tahun 2012 tercatat
sebanyak 128 kasus, dan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 366 kasus
(Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Hernia dapat dijumpai pada semua usia, lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita. Karena pekerjaan yang dilakukan pria lebih berat dari
pada wanita. Umumnya penderita dan masyarakat mengatakan bahwa
penyakit hernia adalah penyakit turun berok, kelingsir, serta adanya benjolan
didaerah selangkangan atau kemaluan dan sebagian besar penderita dan
masyarakat tidak segera melakukan pengobatan seperti operasi (Romadhon
dan Wicaturatmashudi, 2014).
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien hernia inguinalis salah
satunya yaitu nyeri. Menurut Smeltzer (2006), nyeri adalah sebagai suatu
sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
dirasakan dalam kejadian- kejadian dimana terjadi kerusakan (Judha, 2012).
Nyeri merupakan pengalaman sensori emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan aktual atau potensial (Tamsuri, 2007).
Untuk mengatasi rasa nyeri dapat dilakukan dengan metode farmakologi
dan non farmakologi. Nyeri merupakan suatu gangguan rasa aman dan
nyaman. Menurut Kolcaba, (1992) dalam Potter & Perry, (2012) kenyamanan
adalah keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan
tersebut mencakup kebutuhan akan ketentraman atau suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari, kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi),
dan transenden (keadaan mengenai sesuatu yang melebihi masalah nyeri).
Banyak cara yang dilakukan untuk mengurangi nyeri salah satunya yaitu
dengan teknik distraksi relaksasi dan distraksi relaksasi dapat dilakukan
4
relaksasi pernafasan, teknik pernafasan, dan imajinasi terpimpin (Tamsuri,
2007).
Menurut Ayudiahningsih & Maliya, (2009) selain tindakan farmakologi
(analgesik) cara lain yang berperan yakni tindakan non farmakologi dalam hal
ini teknik relaksasi. Teknik relaksasi merupakan alternatif non obat-obatan
dalam strategi penanggulangan nyeri, disamping metode distraksi. Relaksasi
merupakan suatu kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress,
karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik
relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri.
Tindakan lain yang dapat digunakan selain relaksasi adapun terapi musik.
Terapi musik sebagai teknik relaksasi yang digunakan untuk penyembuhan
suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik
yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan,
seperti musik klasik, instrumentalia, dan slow musik (Erfandi, 2009).
Dari hasil penelitian Nurdiansyah (2015) tentang Pengaruh terapi musik
terhadap respon nyeri pada pasien dengan post operasi di RSUD A. Dadi
Tjokrodipo kota Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa rerata respon
nyeri responden pada kelompok intervensi sebelum terapi musik adalah
sebesar 8,35, sedangkan rerata respon nyeri responden pada kelompok kontrol
sebelum diberikan prosedur standar adalah sebesar 8,65, rerata respon nyeri
responden pada kelompok intervensi setelah terapi musik adalah sebesar 5,71,
sedangkan rerata respon nyeri responden pada kelompok kontrol setelah
diberikan prosedur standar adalah sebesar 7,06 (Jurnal Kesehatan, Vol. VI,
No. 1, April 2015).
Setiap individu dapat merasakan nyeri yang akan menimbulkan
ketidaknyamanan fisik, begitu pula yang terjadi pada Sdr. T walaupun belum
melakukan operasi pastilah masih ada rasa nyeri karena proses penyakit
hernia yang nyerinya masih hilang timbul. Namun nyeri tadi dapat diobati
dengan obat (farmakologis) yaitu obat analgetik dan juga dapat dialihkan
5
Kebutuhan rasa aman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang selalu dirasakan dan diinginkan oleh masing-masing setiap individu.
Nyeri adalah salah satu respon yang tidak menyenangkan baik ringan maupun
berat yang dapat timbul pada seseorang yang mengalami kondisi tidak sehat.
Nyeri dapat timbul karena ada susunan saraf pusat, nyeri terjadi karena
terdapat gangguan pada suatu jaringan dan di jaringan itu juga dapat
mengenai setiap individu. Tindakan non farmakologis dan farmakologis
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi nyeri (Potter & Perry, 2006).
Penulis tertarik untuk mengambil ju
dul “Asuhan Keperawatan Gangguan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman Pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD Dr.
Soedirman“ karena penulis ingin memberikan informasi tentang cara
penanganan dalam hal mengurangi rasa nyeri dengan cara non farmakologi.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Sdr. T dengan pre operasi
hernia selama 3 hari, penulis banyak menemukan hal-hal yang bermanfaat
dan bisa menumbuhkan wawasan bagi penulis tentang penanganan keluhan
nyeri khususnya pada pasien pre operasi hernia.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menjelaskan
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada klien dengan Gangguan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD
Dr. Soedirman Kebumen.
2.
Tujuan Khusus
a.
Memaparkan hasil pengkajian pada klien dengan Gangguan Kebutuhan
Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD Dr.
Soedirman Kebumen.
b.
Memaparkan hasil diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah yang
muncul pada klien dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan
Nyaman pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD Dr. Soedirman
6
c.
Memaparkan hasil rencana keperawatan untuk mengatasi klien dengan
Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T di Ruang
Teratai RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
d.
Memaparkan hasil tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan
pada klien dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
e.
Memaparkan hasil evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien
dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T di
Ruang Teratai RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
C.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan yaitu:
1.
Bagi Institusi/Pendidikan
Karya tulis ini diharapkan mampu menjadi referensi penulisan
karya tulis baik ilmiah maupun non ilmiah, dan memberikan referensi
untuk tindakan yang saat ini sedang populer untuk pembelajaran
mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Gombong tentang penanganan nyeri pre operasi pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman dengan metode
nafas dalam dan terapi musik.
2.
Bagi Rumah Sakit
a.
Bagi Perawat
Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
rumah sakit dan perawat yang bekerja dalam rumah sakit tersebut
dalam penanganan nyeri secara non farmakologis terutama metode
terapi musik sebagai inovasi. Dapat mempraktekan cara
penanganan nyeri pre operasi dengan nafas dalam dan terapi
musik. Meningkatkan keperdulian perawat akan pentingnya
pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman, dan memberikan
7
dalam membantu mengurangi nyeri khususnya pada pasien pre
operasi.
b.
Bagi Klien dan Keluarga
Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
kesehatan bagi klien dan keluarganya bahwa nyeri pre operasi itu
merupakan respon tubuh yang normal sehingga dapat mengurangi
intensitas kecemasan pada klien dan keluarganya, dan diharapkan
dapat menjadi sumber pengetahuan tentang cara penanganan nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2008).
Teknik Prosedural Keperawatan ; Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Azizah, Nisak, Nisa (2015). Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Musik
Sebagai Upaya Penurunan Intensitas Nyeri Haid
. The 2td University
Research Coloquium 2015.
Djohan (2006).
Terapi Musik Teori dan Aplikasi
. Yogyakarta : Galang Press.
Gutgsell K. J et all. (2013).
Music Therapy Reduces Pain in Palliative Care
Patient: A Randomized Controlled Trial. Journal of Pain and Symptom
Management, Vol. 45, No. 5 May 2013.
Herdman, T. Heather. (2012).
Diagnosisi Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012 - 2014.
Jakarta : EGC
Herdman,T. Heather. (2015
). NANDA Internasional Diagnosis Definisi Dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.
Indonesia Departemen pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia), 2008.
Kamus Besar Bahas Indonesia Pusat Bahasa
. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Irmawaty dan Ratilasari. (2014).
Manajemen Nyeri Menggunakan Terapi Musik
Pada Pasien Post Sectio Caesarea (Studi Kasus Di Rsud Pasar Rebo Tahun
2013).
Jurnal ilmiah WIDYA, Vol.2, No.3 Agustus-Oktober 2014.
Judha. (
2012
).
Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan.
Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kozeir & Erb, (2009).
Buku Ajar Keperawatan Fundamental : Konsep Proses,
Praktik
. Jakarta : EGC
Mubarak & Chayatin. (2008).
Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
. Jakarta :
EGC.
Murwani. (2009).
Buku Ajar Keperawatan Konsep Nyeri
. Jakarta : EGC
Muttaqin Arif. (2008).
Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan
. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin Arif & Kumala Sari. (2013).
Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah dengan Gangguan Gastrointestinal.
Jakarta : Salemba Medika.
Moorhead, Su., et al. (2008).
Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition
.United States of America: Mosby Elsevier.
Nilsson, U. (2009).
Caring Music: Music Intervention For Improved Health.
Nurdiansyah, T. E. (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri pada
Pasien dengan Post Operasi Di Rsud A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar
Lampung.
Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1 April 2015.
Prabowo, H & Regina, H.S (2007).
Tritmen Meta Musik untuk Menurunkan
Stress
. http://repository.gunadarma.ac.id
Prasetyo, S. N. (2010).
Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri
. Yogyakarta :
Raha Ilmu.
Price dan Wilson, (2006).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
.
Jakarta : EGC.
Priharjo, (2006).
Perawatan nyeri
. Jakarta : EGC
Primadita, A (2011
). Efektivitas Intervensi Terapi Musik Klasik terhadap Stres,
skripsi, Universitas Diponegoro.
Potter & Perry. (2006).
Fundamental of Nursing, Edition 7, vol 3
. Jakarta :
Salemba medika.
Potter & Perry (2006).
Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, &
Praktik Edisi ketujuh
. Jakarta : EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G., (2011).
Fundamentals of nursing
, (6th Ed). St. Louis,
MO: Mosby.
Romadhon dan Wicaturatmasudi. (2014). Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
Pasien Hernia.
Jurnal Keperawatan Bina Husada Vol.2, No.2 Agustus 2014.
Suhartini, A, (2008).
Prosedur Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V
. Jakarta :
Rieka Cipta
Tamsuri, A. (2007).
Konsep & Penatalaksanaan Nyeri
. Jakarta : EGC.
Tarwoto dan Wartonah. (2006).
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan (3
thed.)
. Jakarta : EGC.
Yuanitasari, Lena. (2008).
Terapi Musik untuk Anak Balita Panduan untuk
Mengoptimalkan Kecerdasan Anak Melalui Musik,
Yogyakarta : Cemerlang
i
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Program di Ruang Teratai
RSUD Dr. Soedirman Kebumen
Di susun oleh:
Ici Tri Astuti
A01301764
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
1
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS
A.
PENGERTIAN
Menurut Suster Nada (2007) Hernia adalah sebuah tonjolan atau
benjolan yang terjadi di salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak
ada. Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi organ ataupun
jaringan melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau
lubang abnormal. Menurut Ester (2006) hernia adalah protrusi abnormal
organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal
berisi..Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan.
Dilihat
dari
macam
dan
jenis
hernia,
maka
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan terjadinya:
a.
Hernia bawaan atau congenital
Hernia yang terdapat pada waktu lahir.
b. Hernia dapatan atau akuisita
Hernia yang disebabkan oleh pengangkatan benda berat atau
strain atau cedera berat.
2.
Menurut letaknya
a.
Hernia Diafraga
Herniasi struktur abdomen atau retroeritoneum ke dalam rongga
dada.
b.
Hernia Inguinal
Hernia lengkung usus ke dalam kanalis inguinalis. Hernia
inguinalis adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah
inguinalis,di daerah lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
Hernia Inguinalis Interalis (indirek)
2
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior,lalu hernia masuk ke
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,menonjol dan keluar
dari anulus inguinalis eksternum.lebih banyak terjadi pada
laki-laki usia muda.
2.
Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa
epigastrika
inferior
didaerah
yang
dibatasi
segitiga
Hasseibach.lebih banyak terjadi pada orang tua.
c.
Hernia Umbilikal
Sejenis hernia abdominalis dengan sebagian usus menonjol di
umbilikus dan ditutupi oleh kulit dan jaringan subkutan.
d.
Hernia Femoral
Hernia gelung usus ke dalam kanalis femoralis.
e.
Hernia Epigastrika
Hernia abdominalis melalui linea alba diatas umbilikus.
f.
Hernia Lumbalis
Herniasi omentum atau usus di daerah pinggang melalui ruang
lesshaft atau segitiga lumbal.
3.
Menurut sifatnya
a.
Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala abstruksi usus.
b.
Hernia Irreponibel
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritonium kantong hernia
c.
Hernia Inkarserata
Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
3
diartikan hernia irreponible yang sudah disertai dengan gejala
ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada keadaan ini terjadi
obstruksi jalan makan.
d.
Hernia Strangulata
Hernia irreponible dengan gangguan vaskulerisasi mulai dari
bendungan sampai nekrosis.
4.
Hernia menurut terlihat atau tidaknya
a.
Hernia Externa
Hernia yang menonjol keluar malalui dinding perut,
pinggang atau perineum.
b.
Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam
rongga perut seperti foramen winslow, ressesus retrosekalis atau
defek dapatan pada mesinterium. Umpamanya setelah anatomi
usus. (Syamsuhidayat, 2006)
4
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus
inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia
transpersalis dan aponeurosis tranversus abdominis. Dimedial
bawah, diatas tuberkulum tubkum, kanal ini dibatasi oleh anulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis moblikus
eksternus. Atapnya adalah aponeurosis moblikus eksternus,
dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi
tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada
perempuan.
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis
lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut
hernia skrotalis. (Sjamsuhidayat, 2004)
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada
bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
5
beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan. (Mansjoer, 2007).
C.
ETIOLOGI
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah:
a.
Batuk
b.
Mengangkat benda berat
c.
Adanya presesus vaginalis yang terbuka
d.
Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
e.
Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut.
f.
Kehamilan multi para dan obesitas.
D.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu
melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat
seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor
usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang
maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia
ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi
6
dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat
kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara
isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali.
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau
berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap
cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia
strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus
sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan
menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik.
Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate
akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah. (Manjoer, Arif, 2000 : 314 –315, Syamsuhidayat, 1998 : 706).
E.
MANIFESTASI KLINIS
Adapun Manifestasi Klinis yang timbul menurut Hidayat (2006) yaitu
a.
Penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi
hernia
7
c.
Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul
benjolan kembali
d.
Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi
komplikasi.
e.
Benjolan tidak berwarna merah
f.
Bila di raba terdapat benjolan
Sedangkan menurut Long (1996),gejala klinis yang mungkin timbul
setelah dilakukan operasi :
a.
Nyeri
b.
Peradangan
c.
Edema
d.
Pendarahan
e.
Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
f.
Retensi urin
g.
Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha
F.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul menurut Hidayat (2006) yaitu:
a.
Hernia ireponibel (inkarserata)
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hermia tidak dapat dimasukan kembali pada keadaan ini
belum terjadi gangguan penyaluran isi usus .
b.
Hernia strangulata
Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat makin banyaknya
usus yang masuk . Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus
di ikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi)
G.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) www.indopos..co.id
8
a.
Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang
telah di reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal)
.Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata , pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup.Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai
komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah
yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.
b.
Definitif
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ
dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip
pembedaahan yaitu:
1)
Herniorafi
Perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka
atau laparoskopik
2)
Herniotomi
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin kalau di potong . Menurut Oswari
penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan
menutup lubang hernianya. Bila bagian dinding perut yang lemah
dipotong dan dijahit maka di sebut herniorhapy, bila seluruh
kantong hernia di potong misalnya pada hernia inkarserata yang
telah menjadi gangren maka di sebut herniorapy .Bila dinding
perut yang lemah itu ditempati dengan fasia , misal di ambil dari
9
H.
PEMERIKSAAN KHUSUS
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya,
beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di
sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
a.
Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala:atropi otot, gangguan dalam berjalan riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.
b.
Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c.
Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan
timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d.
Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan
dan kaki.
e.
Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f.
Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja
terjadi(Doenges, 2000, hal 320
–
321).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
(Yudha, 2011) :
1.
Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi
untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada
groin
. Mungkin
terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien
dengan nyeri kronis pada
groin
.
2.
USG
10
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi.
I.
POHON MASALAH
Nyeri
Terputusnya jaringan saraf
Peristaltik usus menurun
Gangguan eliminasi Faktor pencetus:
Aktivitas berat, bayi prematur, kelemahan dinding abdominal, tekanan intraabdominal yang tinggi
Hernia
Kantung hernia memasuki celah inguinal
Diatas ligamentum inguinal mengecil bila berbaring
Hernia inguinalis
Benjolan pada canalis inguinal
Mual Insisi bedah
Resiko perdarahan
Asupan gizi kurang Pembedahan
Nafsu makan menurun
Intake makanan inadekuat
Gangguan rasa nyaman
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Dinding posterior canalis inguinal yang lemah
Kurang pengetahuan
11
J.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Preoperasi
1.
Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot akibat penekakan oleh isi
hernia
2.
Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
nyeri
dan
ketidaknyamanan, spasme otot.
3.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan informasi
Pascaoperasi
1.
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
2.
Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
4.
Resiko perdarahan
12
K.
Rencana Tindakan Keperawatan
Preoperasi
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Nyeri akut berhubungan dengan
diskontinuitas
jaringan
akibat
tindakan operasi
a.
Lakukan pengkajian
nyeri
secara
komprehensif (lokasi,
karakteristik,
durasi,frekuensi)
b.
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
d.
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
e.
Lakukan penanganan
nyeri
non
farmakologis:
relaksasi nafas dalam
dan massage
f.
Ajarkan
keluarga
a.
Menentukan
skala
nyeri
pasien
b.
Mengetahui
tingkat
nyeri
pasien dari reaksi nonverbal
c.
Menjalin
hubungan
saling
percaya dengan pasien dan
menggali tingkat nyeri pasien
d.
Mengurangi faktor penyebab
nyeri
e.
Mengontrol dan menurunkan
nyeri pasien
13
teknik relaksasi nafas
dalam
g.
Menurunkan
tngkat
nyeri
pasien secara cepat dan tepat
2.
Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, spasme otot
b.Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
a.
Berikan
tindakan
pengamanan
sesuai
indikasi dengan situasi
yang spesifik
b.
Catat respon emosi
atau perilaku pada saat
immobilisasi, berikan
a.
Mengurangi resiko cidera
kepada pasien
b.
Memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pasien
c.
Memberikan bantuan secara
total kepada pasien
d.
Mengurangi kelelahan pasien
selama prosedur
14
pasif
3.
Ansietas
berhubungan
dengan
perubahan status kesehatan
NOC
a.Anxiety self-kontrol
b.Anxiety level
c.Coping
Kriteria Hasil
a.Klien
mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala cemas
b.mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan
tehnik
untuk
mengontrol
cemas
c.Vital sign dalam batas
normal
d.Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
menunjukkan
penurunan kecemasan
a.
Identifikasi
tingkat
kecemasan
b.
Gunakan pendekatan
yang menenangkan
c.
Jelaskan
semua
prosedur
dan
apa
yang
dirasakan
selama prosedur
d.
Lakukan back rub
e.
Kolarorasi pemberian
obat
a.
Mempermudah dalam
mengontrol kecemasan
b.
Memberikan perasaan yang
tenang kepada pasien
c.
Penjelasan tentang prosedur
merupakan hal yang harus
dijelaskan
d.
Melancarkan sirkulasi darah
dan menurunkan tingkat nyeri
e.
Menurunkan nyeri secara
15
4.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kesalahn informasi
NOC
a.Knowledge:
disease
process
b.Knowledge:
health
behavior
Kriteria Hasil
a.Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis
dan
program pengobatan
b.Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur
yang
dijelaskan
secara
benar
c.Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kempabi
apa
yang
dijelaskan
a.
Jelaskan kembali
prosespenyakit dan
prognosis
b.
Diskusikan mengenai
pengobatan dan juga
efek sampingnya
c.
Diskusikan mengenai
kebutuhan diet
d.
Anjurkan untuk
melakukan evaluasi
medis secara teratur.
a.
Memberikan pengetahuan
kepada pasien
b.
Menjelaskan
prosedur
tindakan
c.
Membantu
memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien
d.
Melakukan
evaluasi
16
L.
Pascaoperasi
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Nyeri akut berhubungan dengan
diskontinuitas
jaringan
akibat
tindakan operasi
a.
Lakukan pengkajian
nyeri
secara
komprehensif (lokasi,
karakteristik,
durasi,frekuensi)
b.
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
d.
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
e.
Lakukan penanganan
nyeri
non
farmakologis:
relaksasi nafas dalam
a.
Menentukan
skala
nyeri
pasien
b.
Mengetahui
tingkat
nyeri
pasien dari reaksi nonverbal
c.
Menjalin
hubungan
saling
percaya dengan pasien dan
menggali tingkat nyeri pasien
d.
Mengurangi faktor penyebab
nyeri
17
nyeri berkurang
dan massage
f.
Ajarkan
keluarga
teknik relaksasi nafas
dalam
f.
Memberikan
pengetahuan
kepada keluarga
g.
Menurunkan
tngkat
nyeri
pasien secara cepat dan tepat
2.
Resiko infeksi berhubungan dengan
a.Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
b.mendeskripsikan
proses
penularan
penyakit, factor yang
mempengaruhi
a.
Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
b.
Pertahankan
teknik
isolasi
c.
Batasi
pengunjung
jika perlu
d.
Instruksikan
pada
pengunjung
untuk
gejala infeksi lokal
dan sistemik
f.
Ajarkan pasien dan
keluarga
tentang
tanda
dan
gejala
a.
Mengurangi resiko infeksi
silang
b.
Meminimalkan resiko infeksi
silang
c.
Memberikan kenyamanan
pada pasien
d.
Meminimalkan resiko infeksi
silang
e.
Mengetahui secara cepat
tanda-tanda infeksi
18
dalam batas normal
infeksi
g.
Kolaborasi
dengan
dokter
pemberian
antibiotik
h.
Instruksikan
kepada
pasien untuk minum
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
NOC
a.Nutritional
status:
food and fluid
b. Nutritional status:
nutrient intake
sesuai dengan tinggi
badan
b.
Berikan
makanan
yang terpilih sesuai
dengan
hasil
konsultasi ahli gizi
c.
Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
d.
Monitor BB pasien
e.
Kolaborasi
dengan
ahli
gizi
untuk
menentukan
jumlah
kalori dan nutrisi
a.
Mengurangi resiko keracunan
makanan
19
4.
Defisit pengetahuan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif
a.Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis
dan
program pengobatan
b.Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur
yang
dijelaskan
secara
benar
c.Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kempabi
apa
yang
dijelaskan
a.
Berikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan
pasien
tentang
proses
penyakit yang spesifik
b.
Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan hal
e.
Beri
penjelasan
penanganan
pasien
c.
Penjelasan
pada
keluarga
merupakan hal yang sangat
penting untuk mengurangi
kecemasan keluarga
d.
Memberikan kondisi terbaru
yang sedang dialami pasien
e.
Memberikan
pengetahuan
penanganan yang tepat
5.
Resiko perdarahan
NOC
a.Blood lose severity
b.Blood coagulation
a.
Monitor ketat
tanda-tanda perdarahan
b.
Monitor TTV
a.
Mengurangi resiko kehilangan
darah berlebih
20
Kriteria Hasil
a.Tidak ada hematuria
b.Tekanan darah dalam
batas normal
c.Tidak ada distensi
abdominal
d.Hemoglobin
dan
hematokrit
dalam
batas normal
c.
Pertahankan bed rest
selama
perdarahan
aktif
d.
Monitor status cairan
yang meliputi intake
dan output
e.
Kolaborasi
dalampemberian
produk
darah
(transfusi darah)
pasien
c.
Pergerakan
yang
berlebih
meningkatkan
resiko
perdarahan
d.
Memenuhi kebutuhan cairan
yang hilang akibat perdarahan
e.
Meningkatkan volume darah
21