• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - LAELA NINDYA LASYARIKA BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - LAELA NINDYA LASYARIKA BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa keberhasilan tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung. Pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, (Hamalik, 2009: 57). Selain itu, menurut Chalil dalam buku Desain Belajar Mengajar Berbasis Sains (Satiatava, 2013:16) juga menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar. Maka dari itulah, sebuah kegiatan pembelajaran harus membentuk satu kesatuan dengan hal-hal yang menunjang proses didalamnya seperti guru, peserta didik, materi ajar, media pembelajaran, dan lingkungan sekolah. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan semaksimal mungkin.

(2)

2

Pada hakikatnya, setiap orang memang sudah mampu dan bisa berbicara. Namun kegiatan berbicara yang dilakukan oleh manusia sehari-hari hanya untuk memenuhi kebutuhannya saja. Berbeda halnya dengan keterampilan berbicara yang diajarkan di sekolah, peserta didik akan dilatih untuk mampu berbicara dengan baik dan benar sesuai dengan aspek dan aturan-aturan yang ditentukan. Berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa lisan karena melalui berbicara seseorang dapat menyampaikan informasi melalui ujaran kepada orang lain. Menurut (Gert and Hans in Efrizal 2012: 127, dalam International Journal Zuhriyah, 2017: 122), “speaking is speech or utterances produced by the speaker with an intention of

being know and then, the listener processes the sayings in order to know the speaker’s

intention”. Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa berbicara adalah pidato atau

ucapan yang dihasilkan oleh pembicara dengan maksud untuk diketahui pendengar dan kemudian pendengar memproses ucapannya untuk mengetahui maksud pembicara. H.G Tarigan dalam Novi Resmini, dkk, (2016:193) juga mengemukakan bahwa, berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Jadi secara tidak langsung, ketika kita berbicara kita menyampaikan suatu hal atau informasi kepada lawan bicara kita.

(3)

3

disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Tujuan dari Kompetensi ini adalah peserta didik mampu mengemukakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas tokoh, keunggulan, dan alasan mengapa mengidolan tokoh tersebut. Namun ternyata pada praktiknya masih banyak siswa yang belum mencapai kompetensi tersebut.

Sepintas keterampilan berbicara memang dikatakan mudah, namun ternyata dari informasi yang peneliti dengar, di MTs Muhammadiyah 01 Purbalingga tepatnya kelas VII tahun pelajaran 2015-2016 masih banyak siswa yang belum memiliki kemampuan berbicara dengan baik. Informasi ini diperoleh dari salah seorang tetangga peneliti yang bekerja di sekolah tersebut. Ketika beberapa lalu berbincang-bincang, guru tersebut mengungkapkan bahwa di MTs Muhammadiya 01 Purbalingga tepatnya kelas VII kemampuan berbicaranya masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat ketika beberapa waktu yang lalu siswa kelas VII mengikuti lomba pidato dan belum mendapatkan juara. Dari kegiatan tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan berbicara siswa kelas VII masih kurang dan masih dalam tahap latihan. Beliau juga mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru belum memberikan contoh secara langsung berkaitan dengan materi. Selain itu, pembelajaran pada kelas VII juga belum pernah menggunakan LCD, dan juga belum pernah menggunakan media audio visual.

(4)

4

Ibu Gayuh, peneliti mendapat informasi bahwa nilai rata-rata yang diperoleh pada standar kompetensi berbicara pada salah satu kelas (VII B) baru mencapai 68,5 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 63,5. Dengan melihat nilai kemampuan berbicara kelas VII B tahun pelajaran 2015-2016 dapat dikatakan masih kurang, karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia KKM harus di atas nilai 75. Sedangkan di kelas VII B nilai KKM baru mencapai 68,5.

Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran Guru masih menggunakan metode yang konvensional saja sehingga siswa tidak dibekali, dilatih praktik dan diberikan contoh untuk berbicara didepan. Hal ini tentunya menjadi salah satu permasalahan, karena seharusnya dalam pembelajaran siswa juga dilatih untuk praktik. Maka dari itulah, seorang guru sebelum mengajar harus terlebih dahulu mempersiapkan berbagai kebutuhan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu hal yang juga menunjang dalam pembelajaran adalah adanya media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar memudahkan guru dalam penyampaian materi pembelajaran dan memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran.

(5)

5

isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer

(Gagne’ dan Briggs 1975 dalam Arsyad 2014:4). Dalam penelitian ini salah satu

media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa adalah berupa video.

Melihat permasalahan yang telah disampaikan, peneliti tertarik untuk menggunakan media pembelajaran yang relevan dan menunjang kemampuan siswa dalam Kompetensi Dasar menceritakan tokoh idola. Media pembelajaran yang peneliti gunakan adalah media audio visual. Menurut (Chunning 2001 in international journal, 2016: 238), states that video provides stimuli to learners, as it gives learners an opportunity to get a background schema of the subject. Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa media audio visual dapat memberikan rangsangan kepada siswa, kerena siswa diberikan kesempatan untuk mengetahui latar belakang seseorang. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, media audio visual juga digunakan sebagai media pengajaran yang mengaktifkan mata dan telinga peserta didik dalam proses belajar mengajar dikelas. Media pembelajaran ini juga dirasa efektif untuk mengembangkan ide dan gagasan peserta didik melalui alat indra penglihatan dan pendengaran.

Media pembelajaran audio visual dipilih karena media pembelajaran ini dapat membantu mengembangkan ide dan gagasan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa sering kali tidak memiliki keberanian untuk menyampaikan ide dan gagasan yang dimilikinya serta mereka masih merasa malu jika diperintahkan untuk berbicara di depan teman-temannya. Ketika guru mengatakan “siapa yang belum paham atau

(6)

hal-6

hal yang belum mereka mengerti. Media audio visual dirasa tepat untuk digunakan karena siswa dapat memiliki wawasan dan pengetahuan tambahan dari video yang ditayangkan. Dengan melihat dan mendengarkan suatu informasi secara langsung, dapat memudahkan siswa dalam memahami dan menyerap hal-hal yang nantinya ingin mereka kemukakan kembali. Kegiatan berbicara (bercerita) tentu akan lebih mudah jika kita benar-benar pernah mengalami atau dalam hal ini kita mendengar dan melihat suatu informasi secara langsung. Penggunaan media audio visual ini juga dapat menarik minat siswa untuk belajar sehingga suasana pembelajaran akan semakin berkesan dan menyenangkan. Hal tersebut dapat menunjang dan relevan untuk mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran, yang diharapkan terjadi peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas VII B MTs Muhammadiyah 1 Purbalingga tahun pelajaran 2016-2017.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian pada siswa kelas VII B MTs Muhammadiyah 01 Purbalingga tahun pelajaran 2016-2017. Adapun demikian, judul penelitian tindakan kelas ini adalah Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Media Audio Visual pada Kompetensi Dasar Menceritakan Tokoh Idola Siswa Kelas VII B MTs Muhammadiyah 01 Purbalingga Tahun Pelajaran 2016-2017.

B. Rumusan Masalah

(7)

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui media audio visual pada kompetensi dasar menceritakan tokoh idola siswa kelas VII B MTs Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun Pelajaran 2016-2017.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai keterampilan berbicara.

b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai penerapan media pembelajaran audio visual.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik

1) Penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran berbicara dengan lebih bermakna.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran berbicara dan antusias peserta didik dapat meningkat.

b. Bagi Guru

1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa dan sastra Indonesia sebagai acuan untuk pembelajaran berbicara.

(8)

8

c. Bagi Sekolah

1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar evaluasi baik terhadap guru maupun peserta didik.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu teller akan memanggil dan nasabah akan memberikan sejumlah uang dan buku tabungan untuk meminta pencetakan transaksi setor tunai ke bank..

[r]

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Perancangan Sistem Pendeteksi Berita Hoax Menggunakan Algoritma Levenshtein Distance Berbasis Php Dimisalkan jika terdapat 10 buah dokumen berita yang akan diuji dalam

semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat yang meliputi norma agama, etika, peraturan sekolah, keluarga dan sebagainya, itu

Pemanenan dapat dilaksanakan setelah seluruh langkah-langkah persiapan sudah terpenuhi. Perlu diperhatikan dalam proses pemanenan sebaiknya dilakukan pada tanaman pinggiran

Tren metodologi yang digunakan sepertinya juga bergantung pada tren subyek penelitian, misalnya pada prosiding KNSI 2005, 2006 dan 2007 yang memiliki subyek Sistem Informasi,