BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Wilayah
Letak dan Batas
Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat
di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat penting
dalam mengungkapkan suatu fenomena, gejala, atau masalah dalam kajian
geografis. Lokasi penelitian ini terletak di Sub-DAS Logawa dapat diketahui
sebagai berikut:
a. Letak Atronomis
Secara asrtonomis Sub-DAS Logawa terletak antara 109° 07’ 58,11’’
sampai 109° 13’ 23,52’’ BT dan 7° 27’ 08,53’’ sampai 7° 27’ 08,53’’ LS. Luas
keseluruhan Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa adalah 11.628,82 Ha.
b. Letak Geografis
Wilayah Sub-DAS Logawa terletak di Kabupaten Banyumas,. Wilayahnya
mencakup tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan
Cilongok, dan Kecamatan Karanglewas. Sub-Das Logawa mengalir dari puncak
Gunungapi Slamet hingga bermuara di Sungai Serayu dengan panjang aliran
mencapai kurang lebih 25 km. Sub-Das Logawa memiliki perbatasan hidrologi
- Sebelah utara : Igir Puncak Gunung Slamet
- Sebelah selatan : Hilir Sungai Logawa
- Sebelah timur : DAS Banjaran
- Sebelah Barat : DAS Tajum
B.Iklim
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca di suatu wilayah dalam satu periode
tertentu. Klasifikasi iklim di Sub-DAS Logawa ditentukan dari data curah. Data
curah hujan ini dapat digunakan dalam menentukan iklim di Sub-DAS Logawa.
Curah hujan bulanan diambil dari stasiun pengukuran curah hujan Kecamatan
Baturraden sepuluh tahun terakhir yaitu dari tahun 2004-2013 yang diperoleh dari
Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Kabupaten Banymas.
Schmidt-Ferguson membagi iklim menjadi 8 tipe iklim. Klasifikasi iklim
yang digunakan oleh Schmidt-Ferguson didasarkan pada banyaknya bulan basah
dan bulan kering selama rerata waktu tertentu, yaitu sebagai berikut.
a. Bulan Basah bila curah hujan lebih dari 100 mm
b. Bulan Lembab bila curah hujan 60 – 100 mm
c. Bulan Kering bila curah hujan kurang dari 60 mm
Kondisi iklim yang terdapat di Sub-DAS Logawa ditentukan berdasarkan
data curah hujan. Tabel 4.1 menyajikan data curah hujan bulanan tahun
Tabel 4.1 Tabel curah hujan bulanan tahun 2004-2013 Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.
Sumber : Laboratorium Pengendalian Hama Dan Penyakit Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan Tabel 4.1 data curah hujan bulanan tahun 2004-2013 di
Kecamatan Baturraden curah hujan terbanyak adalah pada tahun 2010 sedangkan
curah hujan paling sedikit adalah pada tahun 2013. Klasifikasi iklim menurut
Schmidt-Ferguson mendasarkan pada banyaknya bulan basah apabila curah hujan
>100 mm dan bulan kering apabila curah hujan <60 mm. Tabel 4.2 menyajikan
data klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson.
Tabel 4.2 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson
Tipe Iklim Nilai Q Keterangan
A O < Q < 0,143 Sangat Basah B 0,143 < Q < 0,333 Basah C 0,333 < Q < 0,600 Agak Basah D 0,600 < Q < 1,000 Sedang E 1,000 < Q < 1,670 Agak Kering F 1,670 < Q < 3,000 Kering G 3,000 < Q < 7,000 Sangat Kering
H 7,000 < Q Luar Biasa Kering
Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2008.
.
Berdasarkan tabel 4.2 klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson tipe
iklim Kecamatan Baturraden adalah tipe iklim C atau Agak Basah, karena
memiliki nilai Q = 0,43. dalam klasifikasi yaitu 0,333 < Q < 0,666. Gambar 4.1
C. Kemiringan Lereng
Lereng adalah kenampakan permukaan alam pada suatu beda tinggi,
apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus
mendatar, akan diperoleh besarnya kelerengan (slope). Kemiringan lereng adalah
faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Lereng
adalah faktor yang sangat penting untuk terjadinya erosi karena menentukan
besarnya kecepatan dan volume air larian. Kecepatan air larian yang besar
umumnya ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang
serta terkonsentrasi pada saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar
untuk terjadinya erosi alur dan erosi parit (Asdak, 2010).
Wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas memiliki 5 kelas
kemiringan lereng. Wilayah terluas adalah kelas kemiringan lereng >45% kategori
sangat curam dengan luas 3.855,72 Ha, kemudian kelas kemiringan lereng 8-15%
kategori landai dengan luas 3.443,46 Ha, dilanjutkan dengan kelas kemiringan
lereng 15-25% kategori agak curam dengan luas 2.032,85 Ha, selanjutnya kelas
kemiringan lereng 25-45% kategori curam dengan luas 1.179,54 Ha, serta dengan
wilayah tersempit adalah kelas kemiringan lereng 0-8% kategori datar dengan luas
1.117,26 Ha. Tabel. 4.3 menyajikan data Klasifikasi kemiringan lereng di
DAS Logawa dan Gambar 4.2. menyajikan peta kelas kemiringan lereng
Tabel 4.3 Klasifikasi Lereng No. Kelas
Lereng
Kemiriringan lereng (%)
Kategori Luas
Ha %
1. I 0-8 Datar 1.117,26 9,61
2. II 8-15 Landai 3.443,46 29,61
3. III 15-25 Agak curam 2.032,85 17,48
4. IV 25-45 Curam 1.179,54 10,14
5. V >45 Sangat curam 3.855,72 33,16
Jumlah 11.629,24 100,00
Sumber : Gambar 4.2 Peta Kelas Kemiringan lereng Sub-DAS Logawa (Suwarno dan Sutomo, 2014)
D.Jenis Tanah
Jenis tanah merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi.
Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada jenis tanah. Sub-DAS Logawa
Kabupaten Banyumas memiliki jenis tanah yang peka terhadap erosi. Jenis tanah
Latosol Coklat merupakan jenis tanah terluas yang terdapat pada Sub-DAS
Logawa dengan luas 9.077.22 Ha dengan kategori agak peka terhadap erosi,
kemudian jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat dengan luas
1.923.09 Ha kategori peka terhadap erosi, dilanjutkan dengan jenis tanah Asosiasi
Glei Humus Rendah dan Aluvial Kelabu dengan luas 509.40 Ha kategori tidak
peka terhadap erosi, serta jenis tanah dengan luas paling sempit adalah jenis tanah
Asosiasi Andosol dengan luas 119.54 Ha kategori peka terhadap erosi. Tabel 4.4
menyajikan data jenis tanah yang terdapat di Sub-DAS Logawa dan Gambar 4.3
menyajikan peta jenis tanah Sub-DAS Logawa.
Tabel 4.4 Jenis Tanah No.
Jenis Tanah
Luas
Ha %
1. Asosiasi Glei Humus Rendah dan Aluvial Kelabu
509.40 4,38
2. Latosol Colat 9.077.22 78,06
3. Asosiasi Andosol 119.54 1,03
4. Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat
1.923.09 16,54
Jumlah 11.629,24 100
E.Penggunaan Lahan
Luasan penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten
Banyumas diambil dari data luas penggunaan lahan yang bersumber dari
penelitian Tri Hendra, 2015 yang secara umum di kelompokkan menjadi 8 , yaitu:
a. Hutan
Pengguanaan lahan hutan penyebarannya terdapat di bagian hulu Sub-DAS
Logawa atau terletak di bagian utara Sub-DAS Logawa. Luas pengguanaan lahan
Hutan di wilayah ini adalah 2.690,42 Ha, atau 23,13% dari luas wilayah Sub-DAS
Logawa.
b. Kebun
Penggunaan lahan kebun terdapat di sebagian besar wilayah Sub-DAS
Logawa. Kebun umumnya menempati daerah berkemiringan lereng landai sampai
agak terjal. Penggunaan lahan kebun di wilayah Sub-DAS Logawa adalah seluas
3.309,33 Ha, atau 28,45% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.
c. Permukiman
Penggunaan lahan permukiman penyebarannya di setiap tempat, menempati
daerah – daerah perbukitan berelief halus hingga sedang, umumnya terkonsentrasi
di sepanjang jalur jalan. Luas wilayah permukiman di wilayah ini adalah 1.884,66
Ha, atau 16,21% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.
d. Rumput
Pengguanaan lahan rumput di wilayah Sub-DAS Logawa adalah 17,96 Ha,
e. Sawah Irigasi
Penggunaan lahan sawah irigas pada umumnya menempati daerah dataran
dan pada kaki perbukitan. Luas wilayah sawah irigasi adalah 173,66 Ha, atau
1,49% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.
f. Sawah Tadah Hujan
Penggunaan lahan sawah tadah pada umumnya menempati daerah pada kaki
perbukitan dan lereng perbukitan. Luas penggunaan lahan sawah tadah hujan
adalah 2.527,06Ha, atau 21,73% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.
g. Semak/Belukar
Penggunaan lahan semak belukar terdapat di wilayah Sub-DAS Logawa
Kabupaten Banyumas adalah seluas 941,06 Ha, atau 8,09% dari dari luas wilayah
Sub-DAS Logawa.
h. Tegalan
Penggunaan lahan tegalan di Sub-DAS Logawa adalah 51,57 Ha, atau
0,44% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.
Penggunaan lahan di Sub-DAS Logawa sebagian besar digunakan untuk
Kebun dengan luas 3.309,33 Ha, terluas kedua adalah penggunaan lahan untuk
Hutan dengan luas 2.690,42 Ha, dilanjutkan dengan penggunaan lahan Sawah
Tadah Hujan dengan luas 2.527,06 Ha. Tabel 4.5 menyajikan luasan
pengguanaan lahan di Sub-DAS Logawa dan Gambar 4.4. menyajikan peta
Tabel 4.5 Luasan Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa
No Bentuk Penggunaan Lahan
Luas
Hektar %
1 Hutan 2.690,42 23,13
2 Kebun 3.309,33 28,45
3 Permukiman 1.884,66 16,21
4 Rumput 17,96 0,15
5 Sawah Irigasi 173,66 1,49
6 Sawah Tadah Hujan 2.527,06 21,73
7 Semak/Belukar 941,06 8,09
8 Tegalan 51,57 0,44
Jumlah 11.629,24 100,00
F. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Model Bahaya Erosi
Model bahaya erosi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah model
ikonik dalam bentuk dua dimensi yaitu peta. Model Ikonik adalah suatu model
yang mempresentasikan satu aspek dunia nyata dengan menggunakan satu simbol
atau ikon. Simbol atau ikon yang terdapat di dalam model bahaya erosi
Sub-Daaerah Aliran Sungai Logawa adalah simbol area. Area-area yang dimaksud
adalah area kategori bahaya erosi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat
tinggi. Peta model bahaya erosi digunakan untuk memprediksi terjadinya erosi
pada daerah-daerah di Sub-DaerahAliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas.
Gambar 4.5 menyajikan Peta Model Bahaya Erosi di Sub-DAS Logawa
Berdasarkan Gambar 4.5 hasil overlay antara Peta Curah hujan, Peta Jenis
Tanah, Peta Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan menggunakan
aplikasi Sistem Informasi Geografis (ArcView GIS 3.3) menghasilkan 5 kategori
bahaya erosi. Luas masing-masing wilayah dengan kategori bahaya erosi secara
berturut-turut adalah dimulai dari kategori erosi Tinggi dengan luas 3.640,56 Ha
atau 31,31% dari total luas wilayah, kategori erosi Rendah dengan luas 3.071,79
Ha atau 26,41% dari total luas wilayah, kategori erosi Sedang dengan luas
2.986,86 Ha atau 25,68% dari total luas wilayah, kategori erosi Sangat Rendah
dengan luas 1.866,24 Ha atau 16,05% dari total luas wilayah, dan kategori erosi
Sangat Tinggi dengan luas 63,70 Ha atau 0,55% dari total luas wilayah. Tabel 4.6
menyajikan luasan kategori bahaya erosi di Sub-DAS Logawa Kabupaten
Banyumas.
Tabel 4.6 Luasan Kategori Bahaya Erosi
Skor Kategori Luas (Ha) %
Sumber: Gambar 4.5 Peta Model Bahaya Erosi (Penelitian, 2016)
2. Pembahasan
Berdasarkan data hasil pemodelan bahaya erosi menunjukkan bahwa
wilayah Sub-DAS Logawa memiliki wilayah yang sebagian besar rawan erosi.
Faktor yang mempengaruhi erosi di Sub-DAS Logawa adalah faktor penggunaan
Wilayah dengan kategori bahaya erosi Sangat Tinggi adalah wilayah pada
penggunaan lahan belukar/semak yang terletak pada kelas kemiringan lereng IV
(25-45%), memiliki jenis tanah Latosol Coklat dengan kategori agak peka pada
erosi, dan terletak pada wilayah dengan curah hujan tinggi yaitu >4000 mm/thn.
Wilayah yang memiliki kategori bahaya erosi Tinggi adalah wilayah pada
penggunaan lahan hutan. Hutan adalah penutup lahan yang mencegah terjadinya
erosi. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya erosi adalah faktor
kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan. Penggunaan lahan hutan di
Sub-DAS Logawa terletak pada kelas kemiringan lereng V (>45%), kemudian terletak
pada jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat yakni merupakan
tanah yang sangat peka pada erosi, dan curah hujan di wilayah ini yaitu >4000
mm/thn. Wilayah dengan kategori bahaya erosi Sedang terletak pada penggunaan
lahan yang bervariasi, dengan kemiringan lereng >15% atau diatas lereng kelas
III, memiliki jenis tanah Latosol Coklat dengan kategori agak peka terhadap erosi,
serta curah hujan yang tinggi yaitu >3000 mm/thn. Wilayah dengan kategori erosi
Rendah adalah wilayah yang terletak pada kemiringan lereng >8%, dan jenis
tanah agak peka terhadap erosi yaitu tanah Latosol Coklat dan sebagian kecil jenis
tanah Asosiasi Andosol yang peka terhadap erosi, terletak pada curah hujan
3000-4000 mm/thn, dan penggunaan lahan yang bervariasi. Wilayah yang masuk dalam
kategori erosi Sangat Rendah adalah wilayah yang terletak pada penggunaan
lahan yang bervariasi, terletak pada kelas kemiringan lereng <15%, memiliki jenis
tanah yang agak peka terhadap erosi yaitu jenis tanah Latosol Coklat, dan terletak
Wilayah yang masuk dalam kategori bahaya erosi Sangat tinggi hingga
Sangat Rendah tidak hanya dipengaruhi oleh oleh satu faktor saja, melainkan
semua faktor yang menjadi parameter pendorong terjadinya erosi yakni dilihat
dari jumlah skor total yang didapat dari masing-masing faktor. Berdasarkan tabel
4.7 faktor penyebab yang paling dominan terhadap kategori bahaya erosi adalah
faktor penggunaan lahan dan faktor kemiringan lereng karena masing-masing
memiliki nilai factor yang sangat bervariasi. Table 4.7 menyajikan contoh hasil
penskoran kategori bahaya erosi.
Tabel 4.7 Contoh Hasil Penskoran
Penggunaan
Lahan Jenis Tanah
Kelas Kemiringan
Lereng
Curah Hujan Kategori
Sawah Irigasi Coklat dan Regosol
Coklat
3. Validasi Model Bahaya Erosi
Tabel 4.8 Validasi Model Bahaya Erosi
NO GAMBAR KETERANGAN
TEMPAT
1
Contoh kenampakan erosi pada kategori Sangat Rendah Desa Jipang
2
Contoh kenampakan erosi pada kategori Sangat Rendah
3
Contoh kenampakan erosi pada kategori Rendah
Desa Dawuhan Wetan
4
Contoh kenampakan pada kategori Rendah
NO
GAMBAR KETERANGAN
TEMPAT
5
Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sedang
Desa Kalikesur
6
Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sedang
Desa Rancamaya
7
Validasi Model pada kategori bahaya erosi Tinggi
Desa Sambirata
8
NO GAMBAR
KETERANGAN TEMPAT
9
Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sangat Tinggi Desa Melung
10
Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sangat Tinggi
Sumber: Penelitian, 2016
G.Implementasi Dalam Pembelajaran
Penelitian tentang Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemodelan
Bahaya Erosi Di Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas dapat
digunakan sebagai pengetahuan tambahan dalam kegiatan belajar mengajar pada
mata pelajaran Geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Penelitian
ini dapat digunakan sebagai materi tambahan dalam pembahasan Kompetensi
Dasar dalam Satuan Pendidikan SMA/MA. Kompetensi Dasar yang dimaksud
dalam mata pelajaran Geografi adalah pada kelas X tentang penerapan materi
Penelitian Geografi dan pada kelas XII tentang penerapan materi Pemetaan dan
Kompetensi Dasar kelas X dan Tabel 4.10 Menyajikan Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar kelas XII:
Tabel 4.9 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas X
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
4.2 Menyajikan contoh penerapan langkah – langkah penelitian geografi dalam bentuk laporan observasi lapangan.
4.7 Menyajikan contoh penerapan mitigasi dan cara beradaptasi terhadap bencana alam di lingkungan sekitar.
Sumber : Silabus SMA Kelas X
Tabel 4.10 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas XII
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3.Memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi engetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
1.1Menghayati keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa untuk mendalami kajian ilmu dan teknologi Penginderaan Jauh, peta, serta Sistem Informasi Geografis (SIG).
4.2Menunjukkan perilaku jujur dan bertanggung jawab dalam menyajikan contoh hasil analisis penerapan informasi geografis melalui peta dasar dan peta tematik serta Sistem Informasi Geografis (SIG).
3.2Menganalisis pemanfaatan peta dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk inventarisasi sumberdaya alam, perencanaan
pembangunan, kesehatan lingkungan, dan mitigasi bencana.
Pentingnya seorang Guru harus dapat menguasai semua materi dan
memiliki pengetahuan yang luas. Seorang Guru dalam menyampaikan materi
khususnya pada mata pelajaran Geografi harus baik, tepat, meyakinkan dan
menarik untuk mempermudah para siswa dalam menangkap materi yang
disampaikan. Dalam Kurikulum 2013 peserta didik dituntut agar lebih aktif dalam
proses pembelajaran di dalam kelas. Semakin maju teknologi pada saat ini dan
saat yang akan datang seorang Guru wajib untuk dapat menguasai dan mengikuti
arus kemajuan teknologinya.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran peserta didik
khususnya dalam mata pelajaran Geografi. Penerapannya adalah saat peserta didik
mempelajari kompetensi dasar menyajikan contoh penerapan langkah – langkah
penelitian geografi dalam bentuk laporan observasi lapangan bagi kelas X
(sepuluh) dan menyajikan contoh hasil analisis SIG dalam bentuk peta meskipun
kebanyakan dalam SMA belum dikenalkan secara mendalam mengenai SIG.
Penerapan langkah – langkah penelitian geografi dalam bentuk laporan
observasi lapangan memudahkan peserta didik dalam membuat sebuah laporan
penelitian, dengan mengetahui sistematika laporan penelitian.Peserta didik
ditugasi untuk mengamati sejumlah laporan yang bersifat penelitian geografi atau
diminta untuk membaca artikel dari jurnal ilmu geografi.Peserta didik ditugasi
membaca buku teks tentang metode penelitian geografi untuk memahami sifat
studi, pendekatan, metode analisis, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data geografi, serta publikasi hasil penelitian geografi. Kemudian peserta didik
diamati dan kemudian peserta didik wajib memberikan kesimpulan dari apa yang
telah diamati.
Dalam penerapannya Sistem Informasi Geografis (SIG) Peserta didik
secara individu diberikan tugas untuk membuat sebuah peta perjalanan dari rumah
menuju ke Sekolah dengan seperti itu peserta didik dtugasi untuk menganalisis
informasi apa saja yang didapatkan setelah melakukan perjalanan dari rumah ke
sekolah, ataupun secara berkelompok untuk berdiskusi menyajikan contoh hasil
analisis penerapan informasi geografis melalui peta dasar dan peta tematik
mencari informasi yang terdapat pada peta, dapat pula masing-masing peserta
didik diberikan tugas untuk menggambar peta secara manual sesuai dengan