• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENYUSUN MODEL BAHAYA EROSI DI SUB -DAERAH ALIRAN SUNGAI LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENYUSUN MODEL BAHAYA EROSI DI SUB -DAERAH ALIRAN SUNGAI LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Model

Model merupakan representasi dari realita. Tujuan pembuatan model adalah

untuk membantu mengerti, menggambarkan, atau memprediksi bagaimana suatu

fenomena bekerja di dunia nyata melalui penyederhanaan bentuk fenomena

tersebut. Pemodelan spasial terdiri dari sekumpulan proses yang dilakukan pada

data spasial untuk menghasilkan suatu informasi umumnya dalam bentuk peta.

Kita dapat menggunakan informasi tersebut untuk pembuatan keputusan, kajian

ilmiah, atau sebagai informasi umum. Membuat model, kita harus mengetahui

informasi apa yang dapat diperoleh dari model tersebut, data apa saja yang

diperlukan, dan bagaimana proses yang harus dilakukan untuk memperoleh hasil

yang diinginkan (Anonim, 2009).

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu

objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi.

Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe),

model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis

(Anonim, tt) .

Model ikonik (model fisik), merupakan suatu model yang

mempresentasikan satu aspek dunia nyata dengan menggunakan satu simbol atau

ikon. Model ikonik pada hakekatnya merupakan perwakilan fisik dari beberapa

hal, baik dalam bentuk ideal maupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik

(2)

sangat sesuai untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik. Model

ikonik dapat berdimensi dua (foto, peta, cetak-biru) atau tiga dimensi (prototipe

mesin, alat, dan lainnya). Apabila model berdimensi lebih dari tiga tidak mungkin

lagi dikonstruksi secara fisik sehingga diperlukan kategori model simbolik (Ikbal

Bahua, 2009).

B.

Definisi Erosi

Erosi tanah adalah kemampuan yang kurang dari tanah untuk

menginfiltrasikan air ke lapisan tanah yang lebih dalam, baik pada waktunya

terjadi hujan atau dengan adanya air yang mengalir ke permukaan itu, laju aliran

air akan terjadi di permukaan tanah tersebut sambil mengangkut atau

menghanyutkan partikel-partikel tanahnya (Russel, 1973 dalam Kartasapoetra,

2005). Erosi tanah diartikan sebagai proses hilangnya lapisan tanah yang lebih

cepat dari proses pemindahan/hilangnya bagian-bagian tanah karena erosi secara

alamiah (geological erosion) ( Frevert, 1959 dalam Kartasapoetra, 2005).

Erosi tanah dapat terjadi sebagai akibat aliran radiasi, angin atau air, dan

seringkali karena kombinasi ketiga-tiganya. Tanah sangat peka terhadap radiasi,

khususnya di daerah beriklim kering. Suhu tanah yang terlalu tinggi atau tanah

terlalu kering, misalnya setelah terjadi penggundulan dari vegetasi atau penutup

mulsa, kehidupan tanah menjadi terancam, pertumbuhan dan berfungsinya akar

menjadi tidak optimal, dan humus pada lapisan atas terurai, akibatnya permukaan

tanah liat akan tertutup karena terpaan air hujan, sedangkan tanah pasir akan

kehilangan ikatannya, keadaan seperti ini akan mengakibatkan meningkatnya

(3)

dikurangi dengan mencegah cahaya matahari agar tidak langsung mengenai

permukaan tanah, ini bisa dilakukan dengan menutup tanah langsung dengan

vegetasi atau mulsa, atau dengan memberi naungan (Reijntjes. dkk., 1999 dalam

A’yunin 2008). Erosi merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari induknya

disuatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin

kemudian diikuti dengan pengendapan material yang terangkut di tempat yang

lain (Suripin, 2004).

Erosi tanah didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya

tanah atau bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain, baik disebabkan oleh

pergerakan air, angin, dan es. Di daerah tropis seperti Indonesia, erosi terutama

disebabkan oleh air hujan (Rahim, 2003 dalam Londongsalu, 2008). Erosi adalah

suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat

yang terangkut ke tempat lain, oleh air ataupun angin (Arsyad, 2012).

Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian

tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah

yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan dan diendapkan di tempat-tempat

aliran air melambat seperti sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau

muara sungai. Tanah yang tererosi berdampak pada mendangkalnya sungai

sehingga mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir pada musim hujan dan

kekeringan pada musim kemarau (Arsyad, 2010 dalam Tuvaila, 2012).

Erosi terjadi akibat interaksi kerja antara faktor iklim, topografi, tanah,

vegetasi dan manusia. Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah

(4)

yang berpengaruh terhadap debit dan kadar lumpur. Faktor tanah yang

mempengaruhi erosi dan sedimentasi yang terjadi adalah luas jenis tanah yang

peka terhadap erosi, luas lahan kritis atau daerah erosi dan luas tanah

berkedalaman rendah (Arsyad, 2000 dalamLondongsalu, 2008).

C.

Bentuk-bentuk Erosi

Menurut Suripin (2004), bentuk dari erosi dibagi menjadi 7 yaitu :

1. Erosi Percikan (splash erosion)

Erosi percikan adalah terlepas dan terlemparnya partikel-partikel tanah dari

massa tanah akibat pukulan butiran hujan secara langsung.

2. Erosi Aliran Permukaan

Erosi aliran permukaan akan terjadi hanya dan jika intensitas dan/atau

lamanya hujan melebihi kapsitas infiltrasi atau kapsitas simpan air tanah.

Mengingat bahwa aliran permukaan tidak merata dan arah alirannya tidak

beraturan, maka kemampuan untuk mengikis tanah juga tidak sama atau tidak

merata untuk semua tempat.

3. Erosi Alur (rill erosion)

Erosi alur terbentuk pada jarak tertentu kearah bawah lereng sebagai akibat

terkonsentrasinya aliran permukaan sehingga membentuk alur-alur kecil.

Menurut arsyad (1989), alur-alur biasanya terjadi pada lahan-lahan yang

ditanami dengan pola berbasis menurut arah kemiringan lereng, atau akibat

(5)

4. Erosi Parit/selokan (gully erosion)

Erosi parit, atau dikenal sebagai ravine, sama dengan erosi alur, sehinnga pada

mulanya erosi parit ini dianggap sebagai perkembangan lanjut dari erosi alur.

Proses pembentukan parit dimulai dengan pembentukan depresi pada lereng

sebagai akibat adanya bagian lahan yang gundulatau tanaman penutupnya

jarang akibat pembakaran atau perumputan.

5. Erosi Tebing Sungai (streem bank erosion)

Erosi tebing sungai adalah erosi yang terjadi akibat pengikisan tebing oleh air

yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air sungai yang

kuat terutama pada tikungan-tikungan.

6. Erosi Internal (internal or subsurface erosion)

Erosi internal adalah proses terangkutnya partikel-partikel tanah kebawah

masuk ke celah-celah atau pori-pori akibat adanya aliran bawah permukaan.

7. Tanah Longsor (land slide)

Tanah longsor merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan

massa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar.

D.

Sistem Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografis adalah Suatu komponen yang terdiri dari

perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang

bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki,

memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis, dan

menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (ESRI,1990 dalam

(6)

yang terdiri dari berbagai sumberdaya fisik dan logika yang berkenaan dengan

objek-objek yang terdapat di permukaan bumi. Sistem Informasi Geografi

merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan,

penyimanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis

atribut-atributnya (Prahasta, 2005).

Sistem Informasi Geografis adalah sistem berbasiskan komputer yang

digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi.

Sistem Informasi Geografis dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan

menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan

karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Sistem Informasi Geografis

merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam

menangani data yang bereferensi geografi: (a) masukan, (b) manajemen data

(penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d)

keluaran (Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2005).

Sistem Informasi Geografi merupakan sistem informasi yang dirancang

untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat

geografi. Sistem Informasi Geografis merupakan sistem basisdata dengan

kemampuan-kemampuan khusus untuk data yang tereferensi secara geografis

berikut sekumpulan operasi-operasi yang mengelola data tersebut (Foote, 1995

dalam Prahasta, 2005 ).

E.

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara

(7)

menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai

utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau

catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai

pemanfaat sumberdaya alam (Asdak, 2010).

Sub-Daerah Aliran Sungai adalah bagian Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama.

Daerah Aliran Sungai (DAS) terbagi habis ke dalam sub - Daerah Aliran Sungai

(DAS). Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah suatu wilayah daratan yang

menerima air hujan, menampung dan mengalirkannya melalui satu outlet atau tempat peruntukannya (Menteri Kehutanan, 2009).

F.

Penelitian Terdahulu

Tufaila, Dkk.,(2012), penelitian berjudul “Analisis Spasial Tingkat Bahaya

Erosi Di DAS Moramo dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Tingkat Bahaya Eosi (TBE) di

Daerah Aliran Sugai (DAS) Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode survey serta tumpangsusun (overlay)

peta-peta tematik seperti peta bentuklahan, peta lereng, peta tanah, dan peta

penggunaan lahan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG), dan

untuk penentuan tingkat bahaya erosi menggunakan rumus USLE (Universal Soil

Loss Equation) dari Wischmeir dan Smith (1978). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 5 kelas TBE secara berturut-turut yaitu sangat ringan, ringan, sedang,

(8)

Rusnam, Dkk., (2013), penelitian berjudul “Analisis Spasial Besaran

Tingkat Bahaya Erosi Pada Tiap Satuan Lahan Di SUB DAS Batang Kandis”.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui besaran tingkat bahaya erosi pada tiap

satuan bentuk lahan di SUB DAS Batang Kandis. Metode yang digunakan adalah

metode USLE (Universal Soil Loss Equation), dan menggunakan pendekatan

Sistem Informasi Geografis (SIG) yaitu untuk memprediksi laju ersi secara spasial

yang diperoleh dari hasil overlay peta curah hujan, peta jenis tanah, peta

kemiringan lereng, dan peta penggunaan lahan dalam bentuk spasial. Hasil yang

diperoleh adalah sebagian besar memiliki kriteria Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

yang sedang, dan sebagian kecil diketahui kriteriaTingkat Bahaya Erosi (TBE)

yang sangat tinggi. Secara keseluruhan Sub DAS Batang Kandis memiliki nilai

(9)

Tabel 2.1 Perbedaan penelitian terdahulu dengan peneliti

Nama

Peneliti Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil

Tufaila, USLE (Universal Soil Loss Equation).

Hasil penelitian diperoleh 5 kelas TBE secara berturut-turut yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat dan sangat berat. yaitu 2.685,60 Ha (21,27%), 2.359,08 Ha

(18,68%), 903,70 Ha (7,16%), 381,63 Ha (3,02%) dan 6.297,94 Ha (49,87%). erosi dan mengatur arahan konservasi penelitian ini adalah USLE (Universal Soil Loss Equation) dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis.

Diketahui bahwa kriteria tingkat bahaya erosi sangat tinggi adalah areal terkecil dengan luas 53,292 hektar , sekitar 0,97 % . Dari hasil identifikasi berdasarkan arah rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, maka diperoleh bahwa satuan lahan KCB dan KCL adalah prioritas utama sebagai daerah yang memerlukan Daerah Aliran Sungai model bahaya erosi di Sub-Daerah Aplikasi Sistem Informasi Geografis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Overlay

Terdapat 5 kategori bahaya erosi dengan luasan secara berturut-turut adalah kategori erosi Tinggi dengan luas 3.640,56 Ha, kategori erosi Rendah dengan luas 3.071,79 Ha, kategori erosi Sedang dengan luas 2.986,86 Ha, kategori erosi Sangat Rendah dengan luas 1.866,24 Ha, dan kategori erosi Sangat Tinggi dengan luas 63,70 Ha.

(10)

G.

Landasan Teori 1. Erosi

Erosi tanah didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau

terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain, baik

disebabkan oleh pergerakan air, angin, dan es.

2. Model

Model adalah media yang digunakan membantu mengerti,

menggambarkan, atau memprediksi bagaimana suatu fenomena bekerja di

dunia nyata melalui penyederhanaan bentuk fenomena tersebut. Pemodelan

spasial terdiri dari sekumpulan proses yang dilakukan pada data spasial

untuk menghasilkan suatu informasi umumnya dalam bentuk peta.

3. Model Ikonik (model fisik)

Model Ikonik merupakan suatu model yang mempresentasikan satu

aspek dunia nyata dengan menggunakan satu simbol atau ikon. Model

ikonik pada hakekatnya merupakan perwakilan fisik dari beberapa hal, baik

dalam bentuk ideal maupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik dapat

berdimensi dua (foto, peta, cetak-biru) atau tiga dimensi (prototipe mesin,

alat, dan lainnya).

H.

Kerangka Pikir

Erosi merupakan penyebab terjadinya kerusakan lahan pada suatu daerah.

Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Logawa merupakan contoh dari banyak daerah

di Kabupaten Bnayumas yang rawan terhadap erosi, karena pada daerah ini,

(11)

kemiringan lereng yang tinggi serta curah hujan yang tinggi. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui model bahaya erosi menggunakan aplikasi Sistem

Informasi Geografis, sehinngga diharapkan dapat memberikan informasi tentang

bahaya erosi yang kemungkinan akan terjadi di Sub - Daerah Aliran Sungai

(DAS) Logawa tersebut. Untuk mempermudah penelitian ini dibuatlah Kerangka

Pikir sebagai berikut :

Gambar 2.1 Diagram alur kerangka pikir penelitian.

I.

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian yaitu sebagai berikut “Bagaimana model bahaya erosi di Sub-Daerah

Aliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas ?”

Penskoran

Peta Model Bahaya Erosi Sub DAS Logawa

Overlay Peta Curah Hujan Peta Jenis Tanah

Klasifikasi

Peta Penggunaan Lahan Peta Kelas

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan penelitian terdahulu dengan peneliti
Gambar 2.1 Diagram alur kerangka pikir penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

1) Dapat memberikan masukan kepada lahan praktik dalam memberikan pelayanan kesehatan tentang asuhan kebidanan komperehensif pada kehamilan, persalinan, nifas bayi

Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah polusi suara atau disebut “kebisingan”, yang didefinisikan sebagai suara yang memekakkan telinga dan tidak dikehendaki,

Hasil penelitianmenunjukkanbahwa pondok pesantren putra An Nawawi Berjan Purworejo melaksanakan menejemen sarana dan prasarana dengan langkah langkah yaitu

Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa dalam dua tahun terakhir peningkatan kejadian asma bronkhial mengalami peningkatan hampir 100% sehingga peneliti tertarik

produk yang berasal dari alam dan tidak mengandung bahan pengawet sehingga baik buat tubuh serta tidak merusak lingkungan1. berasal dari alam, bahan pengawet, tidak

Hasil analisis struktur puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas X semester I.. Tujuan pembelajarannya adalah

Dalam penelitian Setiagama (2014) tentang Pertumbuhan dan Produktivitas Jamur Tiram Putih ( Pleurotus ostreatus ) dengan Komposisi Media Tumbuh Serbuk Gergaji