• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM d140e9e119 BAB IVBAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM d140e9e119 BAB IVBAB IV"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

4.1.1 Petunjuk Umum

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun pedesaan pada hakekatnya untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni (livible), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangnya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola dan struktur serta bahan material yang digunakan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman, diantaranya adalah :

1. Peran kabupaten/kota dalam pengembangan wilayah 2. Rencana pembangunan kabupaten/kota

3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi kabupaten/kota bersangkutan seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman

(2)

7. Keterpaduan pengembangan permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik

8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia

9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam pengembangan perkotaan pada kota bersangkutan

10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan

11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta

12. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman

13. Investasi PS air minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya

14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut

15. Safeguard sosial dan Lingkungan

16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran

Kebijakan program dan kegiatan pembangunan permukiman

Sub bidang pengembangan permukiman pada bidang cipta karya, memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan pengembangan permukiman :

1) Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar permukiman).

2) Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur.

3) Mengarahkan pertumbuhan wilayah.

(3)

Adapun sasaran dari pengembangan permukiman adalah : a) Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman.

b) Tersedianyan perumahan type RSH, RUSUNAWA. c) Terarahnya pertumbuhan wilayah.

d) Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman.

Keluaran dari sub bidang pengembangan permukiman adalah : i) Lahan siap bangun.

ii) Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan.

iii) Tersedianyan kawasan permukiman yang sehat. iv) Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni.

v) Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian yang dinamis.

vi) Tersedianyan kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya.

Asumsi dari pengembangan permukiman adalah :

o Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan masyarakat berpenghasilan rendah.

o Mengacu pada UU No. 4/1992 tentang perumahan dan peraturan perundangan terkait.

(4)

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

Penyediaan PSD bagi kawasan RSH

Target :

 Perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,

Khusunya PNS/TNI/Polri.

 Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.

 Dibangun sesuai PP No. 80 Tahun 1999 tentang Kasiba dan Lasiba BS.  Dukunngan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja

masyarakat berpenghasilan rendah.

 Diprioritas pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera

mendorong perkembangan wilayah.

 Sudah menandatangani MoU antara Pemerintah Daerah dengan

Bapertarum.

Penanganan :

 Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan POLRI

 Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan

kawasan baru

Kontribusi Pemerintah Daerah  Menyediakan dana pendamping  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

Penataan dan Peremajaan Kawasan

Target :

 Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan

 Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan)

tidak accessible terhadap infrastruktur perkotaan

 Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga

(5)

Penanganan

 Pengembangan program dan kebijakan pengendalian kawasan perkotaan  Perencanaan penanganan kawasan permukiman perkotaan

 Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan

kawasan perkotaan

Kontribusi Pemerintah Daerah :  Menyediakan dana pendamping  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa

Target :

 Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi masyarakat berpendapatan

rendah

- Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan (peremajaan kawasan permukiman perkotaan/urban renewal)

- Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan rendah

- Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat administratif, fisik, ekologik, dan tidak berdampak sosial yang negatif

 Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh

- Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah setempat

- Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/pabrik - Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah

- Dengan persyaratan-persyaratan yang disepakati bersama

Penanganan :

 Penetapan Pedoman perencanaan, pengembangan, pengawasan dan

pengendalian pembangunan

 Penetapan pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh

pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Rusunawa

(6)

Kontribusi Pemerintah Daerah :

 Menyusun renstra pembangunan permukiman termasuk pembangunan

Rusunawa

 Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam kawasan sesuai

RUTR berkelanjutan dan mandiri)

 Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam penunjang Rusunawa  Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa pasca

konstruksi

 Mengalokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui APBD

Peningkatan Kualitas Permukiman

Target :

 Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan perkotaan yang tinggi  Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk melaksanakan program

penanggulangan kemiskinan dan membentuk lembaga permukiman serta melaksanakan proses secara partisipatif

 Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada

setiap tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi oleh Walikota/Bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasitas fiskal yang dimiliki

Penanganan :

 Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam bidang

Perumahan dan Permukiman

 Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR  Pembangunan Infrastruktur Permukiman bagi KBR

 Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui

kegiatan pelatihan dan Pendampingan

(7)

Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa

Target :

 Lokasi sasaran adalah kelurahan /desa dengan jumlah penduduk miskin

lebih dari 35 %

 Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang, dan punya

nilai lebih dari kawasan lainnya.

 Mempunyai Desa Pusat dan desa-desa hinterland yang punya kaitan erat

terutama di bidang ekonomi (hinterland sebagai pemasok, desa pusat sebagai pengumpul atau puasat pelayanan)

 Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih besar dari desa

sesuai PODES/BPS

 Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program

Pengembangan Kecamatan (PPK)

 Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan, tidak rawan bencana,

strategis

 Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif  Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten

Penanganan :

 Bantuan Teknis berupa :

- Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa hinterlandnya) - Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk dapat

menyusun perencanaan pengembangan kawasan perdesaan

- Penyusun PJM yang berbasis pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyarakat

 Bantuan Fisik berupa bantuan PS kawasan sesuai dengan apa yang

tertera dalam matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dari DPP ke desa-desa hinterland, dan akses pada kawasan lain.

 Peningkatan PS desa pusat pertumbuhan diarahkan pada penyediaan

(8)

Kontribusi Pemerintah Daerah  Menyediakan dana pendamping

 Mencantumkan rencana penanganan KTP2D pada Renstrada  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

Pengembangan Kawasan Agropolitan

Target :

 Kawasan pertanian yang terdiri dari kota pertanian, desa-desa sentra

produksi pertanian dan desa penyangga yang ada di sekitarnya, yang memiliki fasilitas untuk berkembangnya pertanian industri

Penanganan :

 Pembangunan prasarana dan sarana untuk mendukung kawasan

agropolitan

Kontribusi Pemerintah Daerah :  Menyediakan dana pendamping  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

Pengembangan PS Kawasan Eks Transmigrasi

Target :

 Lokasi sasaran pada kawasan eks transmigrasi dalam upaya mengembangkan Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan meningkatkan PS di kawasan transmigrasi yang telah berumur di atas 5 th (UPT Bina)

Penanganan :

 Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks transmigrasi dan identifikasi kebutuhan prasarana dan sarana dasar permukiman di kawasan eks transmigrasi

 Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar

(9)

Kontribusi Pemerintah Daerah :  Menyediakan dana pendamping  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

Penyediakan PS Permukiman di Pulau Kecil dan Terpencil

Target :

 Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan adalam akses menuju

kawasan lainnya

 Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam hal sosial

budaya maupun ekonomi

 Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum

banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah)

Penanganan :  Bantuan Teknis

- Pedoman pengembangan PS di Pulau Kecil dan Terpencil

- Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan

- Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kwalitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal didalamnya, bertumpu pada kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat

 Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka

pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/PJM dan Rencana Tindak

(10)

Pengembangan PS Kawasan Perbatasan

Target

 Kawasan yang berbatasan dengan Negara lain (kepulauan dan daratan)

sesuai Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan  Rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan budaya

Penanganan

 Bantuan Teknis berupa :

 Bantuan fisik berupa bantuan PS dalam rangka pengembangan kawasan

sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM

Kontribusi Pemerintah Daerah  Menyediakan dana pendamping  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

Penyediaan PS Dalam Rangka Penanganan Bencana

Target :

 Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan

sarana dasar permukimannya

 Sudah ada laporan dari Pemerintah Daerah atau media massa mengenai

kejadian bencana, jenis kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman serta jumlah korban yang ditimbulkan

Penanganan :

 Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman untuk

biasa memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana  Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar

permukiman untuk mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana

(11)

4.1.2 Profil Pembangunan Permukiman

4.1.2.1 Kondisi Umum

4.1.2.1.1 Gambaran Umum

Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa kepada pihak lain. Kendala utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya keterjangkauan pembiayaan rumah. Di lain pihak, kredit pemilikan rumah dari perbankan memerlukan berbagai persyaratan yang tidak setiap pihak dapat memperolehnya dengan mudah serta suku bunga yang tidak murah. Jenis tempat tinggal di Kabupaten Wonogiri bersifat permanen maupun non permanen tersebar di setiap kecamatan.

4.1.2.1.2 Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman

Rumah merupakan ketentuan dasar manusia yang selain berfungsi sebagai tempat berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari dalam keluarga, juga berperan besar dalam pembentukan karakter keluarga. Sehingga selain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keamanan, rumah juga harus memberikan kenyamanan bagi penghuninya, baik kenyamanan thermal maupun psikis sesuai kebutuhan penghuninya. Selain pemenuhan kebutuhan rumah itu sendiri juga perlu didukung adanya prasarana dan sarana lingkungan disekitarnya.

Prasarana dan sarana dasar permukiman digunakan untuk menentukan besaran standar untuk perencanaan kawasan baik permukiman maupun perumahan. Prasarana dan sarana tersebut untuk memudahkan dalam distribusi sarana lingkungan dan manajemen sistem pengelolaan administratifnya. Apabila dalam pemenuhan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan belum dapat terpenuhi sesuai besaran standar yang ditentukan maka pengembangan permukiman dapat mempertimbangkan sistem radius pelayanan bagi penempatan parasarana dan sarana lingkungan yaitu dengan kriteria pemenuhan distribusi prasarana dan sarana lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan sekitar terdekat.

(12)

administrasi kependudukan. Selain itu, terdapat sarana pendidikan berupa SD, TK, SMP maupun SMA.

Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Wonogiri berupa rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes sampai dokter pribadi.

Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.

Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. "Ruang Terbuka Hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.

(13)

4.1.2.1.3 Parameter Teknis Wilayah

Pembangunan permukiman dan perumahan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat, mutu kehidupan serta kesejahteraan umum sehingga perlu dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana serta berkelanjutan/ berkesinambungan. Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam merencanakan lingkungan perumahan di perkotaan adalah

a. Lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen rencana lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota/ Kabupaten.

b. Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan yang sehat, aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan / berkesinambungan, harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan ekologis, setiap rencana pembangunan rumah atau perumahan, baik yang dilakukan oleh perorangan maupun badan usaha perumahan.

c. Perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang serasi, sehat, harmonis dan aman. Pengaturan ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan perumahan sebagai satu kesatuan fungsional dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya.

d. Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus dilaksanakan oleh kelompok tenaga ahlinya yang dapat menjamin kelayakan teknis, yang keberadaannya diakui oleh peraturan yang berlaku.

e. Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan bagian dari sistem pelayanan umum perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus dipadukan dengan perencanaan lingkungan perumahan dan kawasan-kawasan fungsional lainnya.

(14)

terkecil (250 penduduk) hingga skala terbesar (120.000 penduduk), yang ditempatkan dan ditata terintegrasi dengan pengembangan desain dan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan.

g. Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang berkaitan dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan sertifikasi tanah, yang diatur oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Rancangan bangunan hunian, prasarana dan sarana lingkungan harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keselamatan sesuai Standar Nasional Indonesia atau ketentuan-ketentuan lain yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah serta Pedoman Teknis yang disusun oleh instansi terkait.

i. Perencanaan lingkungan perumahan juga harus memberikan kemudahan bagi semua orang, termasuk yang memiliki ketidakmampuan fisik atau mental seperti para penyandang cacat, lansia, dan ibu hamil, penderita penyakit tertentu atas dasar pemenuhan azas aksesibilitas (sesuai dengan Kepmen No. 468/ Thn. 1998).

j. Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan lingkungan perumahan kota yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan, menggunakan pendekatan besaran kepadatan penduduk.

k. Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan, didasarkan pada beberapa ketentuan khusus

(15)

distribusi prasarana dan sarana lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan sekitar terdekat.

Lokasi lingkungan permukiman harus memenuhi ketentuan sebagai berikut

a. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut:

 kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa

lokasi tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan

limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi;

 kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa

lokasi tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam;

 kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian

(aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia);

 kriteria keindahan/keserasian/keteraturan (kompatibilitas),

dicapai dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/situ/sungai/kali dan sebagainya;

 kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan

kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana;

 kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan

(16)

 kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan

mempertimbangkan keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/lokal setempat.

b. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.

c. Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan yang dimaksud.

Dasar penyediaan sarana pemerintahan dan pelayanan umum untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT dan RW) maupun yang formal (Kelurahan dan Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan sarana ini juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan sarana mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

4.1.2.1.4 Aspek Pendanaan

Dilihat dari aspek pendanaan sebagian besar permukiman disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa kepada pihak lain serta kredit pemilikan rumah dari perbankan. Untuk pembangunan prasarana - sarana dasar pemukiman sebagian dilakukan swadaya masyarakat dan sebagian dana lagi berasal dari alokasi dana APBD II Kabupaten Wonogiri.

4.1.2.1.5 Aspek Kelembagaan

(17)

4.1.2.2 Target dan Sasaran

 Terpenuhinya peningkatan prasarana dan sarana di kawasan Kumuh

Perdesaan

 Terpenuhinya Prasarana jalan yang baik di kawasan desa KTP2D  Terpenuhinya Prasarana jalan yang baik di kawasan

Agropolitan/Minapolitan

 Terhindarnya kawasan pemukiman RSH dari genangan dan banjir  Terhindarnya kawasan pemukiman Agropolitan dari genangan dan

banjir

 Terhindarnya kawasan pemukiman KTP2D dari genangan dan

banjir.

 Terpenuhinya kebutuhan air minum di kawasan desa KTP2D

 Tersedianya sarana persampahan dan air limbah di wilayah desa

KTP2D.

4.1.3 Analisis Permasalahan Pembangunan Permukiman

Kondisi dan analisis permasalahan terkait pembangunan permukiman antara lain disajikan sebagai berikut

TABEL 4.1

KONDISI PERMASALAHAN

No Kondisi Permasalahan

I. Kawasan Permukiman

Perkotaan

Kualitas jalan buruk sehingga sedikit

mengganggu aksesbilitas penduduk di kedua RSH tersebut

Terjadi genangan air terutama pada musim penghujan akibat terhambatnya aliran air kesaluran induk di kawasan RSH

Terjadinya erosi sungai Majenang akibat arus sungai.

(18)

No Kondisi Permasalahan

Pembangunan prasarana dan sarana

pemukiman baik yang dibangun pengembang atau masyarakat masih bergantung pada pemerintah Kabupaten.

Teridentifikasinya

pengembangan kawasan yang tak terkendali di wilayah perkotaan.

Pengembangan perumahan pada lahan non pemukiman diwilayah kota.

Lingkungan pemukiman perkotaan yang tidak teratur.

II. Kawasan Permukiman

Perdesaan

Kondisi jalan sebagian besar masih berupa jalan tanah

Pendangkalan saluran drainase akibat sedimentasi saluran tanah

Rendahnya tingkat kesehatan perumahan di pedesaan terutama terkait dengan tingkat pendidikan dan kesadaran penduduk.

Terbatasnya air bersih terutama pada musim kemarau

Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan.

Kondisi jalan sebagian besar masih berupa jalan batu sehingga sedikit menghambat aksesbilitas penduduk untuk memasarkan hasil pertanian.

Pendangkalan saluran drainase akibat sedimentasi saluran tanah

4.1.4 Usulan Pembangunan Permukiman

Pengembangan pemukiman di Kabupaten Wonogiri berdasarkan skenario pengembangan wilayah Kabupaten Wonogiri diprioritaskan untuk kawasan sebagai berikut :

a. Pemukiman Perkotaan diarahkan :

 Penyediaan prasarana dan sarana penanganan kawasan kumuh

di perkotaan yaitu berupa peningkatan lingkungan permukiman kumuh di Kecamatan Pracimantoro, Purwantoro, Eromoko, Baturetno, Jatisrono dan Slogohimo

 Penyediaan Prasarana dan Sarana kawasan pemukiman RSH

PNS/TNI/Polri, berupa pembangunan insfrastruktur permukiman RSH di Kecamatan Wonogiri.

(19)

 Penanganan prasarana dan sarana permukiman di kawasan

rawan bencana dengan kegiatan berupa pembangunan talud di Desa Sendang Kecamatan Wonogiri

b. Pemukiman Perdesaan diarahkan :

 Peningkatan lingkungan permukiman kumuh Kecamatan

Pracimantoro (Desa Pracimantoro), Kecamatan Baturetno (Desa Baturetno, dan Talunambo) (kawasan Gajahmungkur)

 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan

Kumuh di Kec. Purwantoro, Ngadirojo, Baturetno dan Selogiri  Penyediaan Prasarana dan Sarana di Kawasan Perdesaan

Potensial/ Agropolitan/ Minapolitan di Kab Wonogiri.

 Pengembangan Prasarana dan Sarana Desa Kawasan

agropolitan Kec. Jatisrono, Slogohimo.

 Pengembangan kawasan Agropolitan di Kec. Girimarto,

Jatipurno, Slogohimo, Jatisrono.

 Pembangunan/Peningkatan Jalan Desa Boto, Setrorejo dan

Kedungombo Kecamatan Baturetno, Jalan Desa Sedayu Kecamatan Slogohimo

4.1.4.1 Program Pengembangan Pemukiman Perkotaan

Program pengembangan pemukiman perkotaan diarahkan pada pengembangan Kawasan Pemukiman RSH PNS/TNI/Polri serta penataan dan peremajaan lingkungan Kota Wonogiri.

A. Pengembangan Kawasan Pemukiman RSH PNS/TNI/POLRI

Pengembangan Kawasan Pemukiman RSH PNS/TNI/Polri dan pekerja berpenghasilan rendah di Kota Wonogiri diarahkan pada kawasan RSH yang memenuhi memenuhi kriteria minimal sebagai berikut :

 Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan

rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.

 Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah

 Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS  Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri,

(20)

 Sudah mendatangani MoU antara Pemerintah Daerah dengan

Bapertarum.

 Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat

segera mendorong perkembangan wilayah.

Di Kota Wonogiri terdapat beberapa perumahan yang diperuntukkan untuk PNS/TNI/Polri dan pekerja berpenghasilan rendah. Perumahan ini tersebar di beberapa Kelurahan yang ada di Kota Wonogiri.

B. Penataan dan Peremajaan Kawasan

1. Gambaran Umum

Penataan dan peremajaan Kawasan Pemukiman di Kabupaten Wonogiri diarahkan pada kawasan yang memenuhi memenuhi kriteria minimal sebagai berikut :

 Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.

 Lingkungan permukiman sebagai trip distribusi (distribusi pergerakan)

tidak accessible terhadap infrastruktur perkotaan

 Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga

berdampak pada lingkungan perkotaan.

 Penanganan pemukiman kumuh yang tidak efektif.

Kawasan-kawasan ini biasanya terletak di pusat kota Kabupaten dan Kota kecamatan. Kawasan-kawasan yang teridentifikasi tidak teratur biasanya terletak di kawasan pusat perdagangan seperti pasar dan pemukiman didekatnya.

(21)

2. Aspek Pendanaan

Untuk pendanaan kegiatan penataan dan peremajaan kawasan sangat kumuh ini sebagian besar di bebankan pada biaya APBD II Kabupaten Wonogiri. Sebagian lagi dari dana APBN melalui program pemberdayaan masyarakat P2KP dengan cost sharing APBD dan dana swadaya dari masyarakat.

3. Aspek Kelembagaan

Kabupaten Wonogiri melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya bertanggung jawab terhadap kegiatan penataan dan peremajaan Kawasan. Kegiatan penataan biasanya juga melibatkan peran masyarakat dengan sistem padat karya melalui program pemberdayaan masyarakat P2KP.

4. Aspek Peraturan Perundangan

Pada dasarnya pelaksanaan penataan dan peremajaan kawasan harus mengacu pada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku saai ini, diantaranyan adalah sebagai berikut :

o UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,

o KEPPRES No. 05 Tahun 1992 Pemerintah memfasilitasi proses pemukiman kembali masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh di atas tanah negara.

o Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu.

4.1.4.2 Program yang Diusulkan

Program yang diusulkan adalah sebagai berikut :

1. Penyediaan PS penanganan kawasan kumuh di perkotaan (fisik) 2. Penataan dan Peremajaan Kawasan Kota

3. Penanganan prsarana dan sarana (PS) permukiman di kawasan rawan bencana (fisik)

4. Penyediaan PS di kawasan Perdesaan

(22)

4.1.4.3 Kegiatan dan Rincian

Terlampir

4.2 RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN

4.2.1 Kondisi Eksisting dan Permasalahan

Saat ini di Kabupaten Wonogiri, perbedaan wilayah yang menjadi pusat pemerintahan kota atau kecamatan hanya dibedakan oleh tingkat keramaian dan keberadaan dari kantor – kantor pemerintahan. Sedangkan bangunan bersejarah dan gedung pemerintahan hanya dirawat jika sudah terjadi suatu kerusakan.

A. Rehabilitasi Gedung Pemerintah

Dalam suatu kabupaten, identitas wilayah dapat tercermin dari keadaan dan kelengkapan berbagai fasilitas yang ada di wilayah tersebut. Di kabupaten Wonogiri keadaan dari fasilitas yang ada cukup memprihatinkan (termasuk gedung pemerintahan dan bangunan bersejarah) sehingga investor yang diundang untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Wonogiri menjadi berpikir ulang.

B. Penataan Ruang Terbuka Hijau

Selain dari segi bangunan, keindahan suatu wilayah juga dapat dilihat dari adanya taman kota dan boulevard. Saat ini, Kabupaten Wonogiri telah memiliki keduanya. Akan tetapi, kurangnya perawatan mengakibatkan keberadaan taman kota dan boulevard yang ada kurang meningkatkan keindahan. Selain itu,

Gambar 4.1

(23)

boulevard yang saat ini hanya tersedia di Kota Wonogiri merupakan percontohan bagi pengadaan boulevard di kecamatan lainnya.

Dalam bidang penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Wonogiri saat ini memerlukan suatu peningkatan pengembangan penataan bangunan dan lingkungan. Adapun permasalahan dan tantangan utama yang dihadapi, yaitu:

TABEL 4.2 PERMASALAHAN

No Kondisi Permasalahan

I. Bangunan Gedung

Bangunan gedung yang ada belum tertata dan pembangunan kota yang kurang terkendali.

Belum adanya perda pengaturan bangunan gedung

Terlalu mudahnya ijin pendirian bangunan

Padatnya pusat perdagangan dan pemukiman kota bisa menyebabkan rawan kebakaran

Belum adanya rencana induk perlindungan terhadap bahaya kebakaran

Beberapa gedung pemerintah yang ada mengalami kerusakan

Kurangnya kontrol dan perawatan gedung-gedung pemerintah yang ada

II. Lingkungan Permukiman

Penataan bangunan dan lingkungan perkotaan kurang terkonsep

Belum adanya pedoman penataan bangunan dan lingkungan kota

Ruang terbuka hijau kota berfungsi juga sebagai taman dan tempat bermain masyarakat.

RTH yang ada belum tertata secara rapi untuk tempat rekreasi masyarakat kota

Kurangnya kesadaran masyarakat merawat ruang hijau yang ada

Gambar 4.2

(24)

4.2.2 Target dan Sasaran

Target dan sasaran yang hendak dicapai dari Program Penataan Bangunan dan Lingkungan ini adalah :

 Menciptakan fasilitas ruang publik yang lebih representatif, tepat guna dan

efisien

 Menyediakan wadah kegiatan/event resmi skala tingkat Kabupaten yang

memenuhi syarat dan standart yang telah di tentukan.

 Meningkatkan fungsi dan estetika alun-alun, boulevard dan trotoar sebagai

pusat ruang publik bagi masyarakat Kota Wonogiri khususnya dan kawasan sekitar Kabupaten Wonogiri secara umum.

4.2.3 Usulan Program

A. Analisa Program

Dalam menyusun suatu rencana penangan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan, hal-hal yang dapat dilakukan yaitu:

 Analisis kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan

Analisis mengenai penataan bangunan dan lingkungan adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan yang mendasar dan kebutuhan pengembangan dalam penataan bangunan dan lingkungan. Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi di atas, maka dapat diambil analisis sebagai berikut :

1. Kebutuhan mendasar dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah dengan tetap menjaga karya (bangunan dan lingkungan buatan) yang sudah ada.

2. Kebutuhan pengembangan dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah dengan membuat perluasan lingkungan buatan selain di Kota Wonogiri (kecamatan lainnya).

Usulan Program :

Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

1. Diseminasi Peraturan/Per UU an

(25)

Penataan Lingkungan Permukiman

1. Bantek RTBL 2. Penataan RTH

3. Penataan Jalan dan taman Monumen Wuryorejo dan Pracimantoro 4. Penataan jalan dan Taman Lapangan Krida Bhakti

5. Penataan jalan dan Taman POR 3 Ngadirojo, Giriwoyo, Baturetno dan Eromoko

6. Dukungan prasarana dan sarana RTH Kawasan Stadion Pringgondani 7. Dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman

Kumuh

8. Pemberdayaan Masyarakat Kota (P2KP dan PNPM)

TABEL 4.3

PERKIRAAN HASIL YANG DIPEROLEH KETIKA USULAN KEGIATAN TEREALISASI

No. Uraian Kondisi saat ini Kondisi Akhir Keterangan

(26)

4.2.4 Kegiatan dan Rincian

Program penataan bangunan lingkungan di Kabupaten Wonogiri diprioritaskan pada :

a. Rehabilitasi gedung Pemerintah di Kota Wonogiri b. Kegiatan Penataan Bangunan Lingkungan

- Penataan kawasan tradisional di Kecamatan Pracimantoro - Revitalisasi kawasan Desa Sendang di Kecamatan Purwantoro - Pengembangan Prasarana dan Sarana pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran di Kecamatan Wonogiri

- Peningkatan kualitas PS ruang terbuka hijau di lingkungan permukiman Kota Wonogiri dan Kecamatan Pracimantoro c. Pengembangan ruang terbuka hijau di Kabupaten Wonogiri

- Penataan Jalan dan Taman Lapangan Krida Bhakti di Kecamatan Wonogiri.

- Penataan Jalan dan Taman Monumen Wuryorejo di Kecamatan Wonogiri dan Pracimantoro

- Penataan jalan dan Taman POR 3 di Kecamatan Ngadirejo dan Baturetno

- Dukungan PS RTH di Kawasan Stadion Pringgondani Kecamatan Wonogiri

4.3 PENYEHATAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN

4.3.1 Sub Sektor Air Limbah

Untuk pendanaan kegiatan Pengelolaan Air Limbah ini sebagian besar di bebankan pada biaya APBD Kabupaten Wonogiri. Pengelolaan air limbah permukiman dapat dilakukan dengan sistem on-site atau sistem off-site atau kombinasi dari kedua sistem ini :

 Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem

penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

 Sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem

(27)

A. Kondisi Eksisting dan Permasalahan

Secara umum Kabupaten Wonogiri belum memilki sistem pelayanan Limbah Manusia secara riolering (off-site). Pengelolaan limbah manusia pada saat ini dilakukan secara individual dan semi komunal (on-site) oleh masyarakat melalui sarana berupa jamban keluarga, jamban sederhana, saluran pembuangan air limbah (SPAL) serta sarana MCK (mandi, cuci, kakus). Di sebagian area pemukiman yang berdekatan dengan sungai atau saluran terbuka, ditemukan masyarakat yang masih memanfaatkan jamban-jamban liar (terutama di tepi sungai), walaupun diantaranya sudah tersedia MCK, atau juga memanfaatkan jamban pribadi tapi menyalurkan air buangannya langsung ke sungai atau saluran terbuka tersebut.

(28)

TABEL 4.4

DATA PENGELOLAAN AIR LIMBAH

No. Lokasi kecamatan IPAL/IPLT

Kapasitas Pengolahan

(M3 / hari)

Tahun Operasi

Kondisi Jumlah dan persentase Penduduk

Terlayani Operasi Tidak

Operasi

1 RSUD Wonogiri IPL 30 m3 - Layak - -

Desa

Giriwono,Wonogiri

2 RSA Astrini IPL 15,000 lt/hr - Layak - -

Desa Kaliancar, Selogiri

3 RS. Amal Sehat IPL 15,000 lt/hr - Layak - -

Desa Ngerjopuro, Slogohimo

4 PT. Taenia Jaya IPL 50,000 lt/hr - Layak - -

Desa Klerong, Wonogiri

Kolam Oksigen

5 PT. Air Mancur IPL 7,500 lt/hr - Layak - -

Desa Kaliancar, Selogiri

Kolam Oksigen

(29)

Pada umumnya di daerah masyarakat berpenghasilan rendah, masyarakat masih membuang limbahnya ke saluran – saluran dan sungai yang ada di sekitar permukiman. Upaya untuk pemenuhan kebutuhan prasarana sanitasi secara mandiri saat ini terutama masih terbentur kepada masalah sosialnya dari pada masalah kemampuan masyarakatnya dan pada akhirnya pada keterbatasan kemapuan instansi pengelola. Hal ini menjadi tantangan utama bagi pemerintah daerah untuk mengentaskan kebiasaan yang tidak menguntungkan bagi aspek kesehatan yang ada di masyarakat.

B. Target dan Sasaran

Dalam hal teknis, kesulitan utama adalah penyediaan prasarana di daerah kepadatan tinggi dimana kriteria teknis seperti halnya jarak untuk pengolah tinja dengan sumber air penduduk (sumur) sulit untuk diterapkan, disamping muka air tanahnya cukup tinggi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1) Pemilihan teknologi perlu dipertimbangkan kebutuhan / kemampuan masyarakat dan kondisi setempat

2) Mobilisasi sumber dana masyarakat / swasta dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah

3) Mengembangkan lembaga atau institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan air limbah

C. Program yang Diusulkan

Analisis Program

1) Faktor perilaku dan kebiasaan masyarakat masih merupakan hambatan utama dalam upaya memasyarakatkan sanitasi 2) Faktor kemampuan pendanaann, kekurangan pelayanan

sanitasi di Kota Wonogiri pada umumnya terpusat di area-area permukiman penduduk berpenghasilan rendah

(30)

TABEL 4.5

PERBANDINGAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH

No. Parameter yang

dibandingkan Satuan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

1. Masyarakat

Dalam menyusun suatu rencana pengelolaan air limbah, hal-hal yang dapat dilakukan yaitu:

 Analisis kebutuhan  Mengusulkan program

Program yang diusulkan adalah pengelolaan air limbah di Kabupaten Wonogiri. Program ini memberikan penjelasan bahwa Kabupaten Wonogiri masih memerlukan peningkatan pengelolaan air limbah termasuk pengadaan sarana MCK. Dengan berjalannya program ini diharapkan Kabupaten Wonogiri terutama desa/kelurahan yang belum terakses pelayanan pengelolaan air limbah mendapatkan pelayanan tersebut.

 Membuat Usulan Kegiatan

(31)

D. Rencana Kegiatan

Program pengelolaan air limbah di Kabupaten Wonogiri di prioritaskan pada :

a. Pembangunan sarana pengelolaan limbah di seluruh Puskesmas rawat inap di Kecamatan Wonogiri, Jatisrono, Purwantoro, Baturetno, Wuryantoro

b. Penyehatan Lingkungan Permukiman di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri

 Pembangunan PS Air Limbah dengan system On-Site,

Pengelolaan air limbah di kawasan permukiman RSH  Pembangunan PS Air Limbah dengan system Off-Site,

Pembangunan/Revitalisasi IPLT dan pendukungnya di Pokoh Wonoboyo Kecamatan Selogiri

 Pembangunan MCK Plus di Kabupaten Wonogiri

c. Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Individu di Kec. Pracimantoro, Tirtomoyo, Manyaran, Selogiri, Wonogiri, Ngadirojo, Jatisrono, Girimarto, Purwantoro, Eromoko, Giritontro, Jatisrono

d. Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Komunal di Kecamatan Wonogiri, Purwantoro, Pracimantoro, Baturetno, Slogohimo, Jatisrono, Selogiri (Desa Krisak dan Jendi), Wuryantoro, Sidoharjo

e. Pengadaan Mobil Tinja sebanyak 2 (dua) unit di Kabupaten Wonogiri

4.3.2 Sub Sektor Persampahan

(32)

1. Skala individual, yaitu pengelolaan individual yang dilakukan oleh satu sumber atas sampah yang dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut. 2. Skala kawasan/lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk

melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 kepala keluarga tetapi tidak lebih dari 1 wilayah kecamatan.

3. Skala kota, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah kota yang karena alasan kelayakan ekonomi dan teknis maka perlu terdiri atas kurangnya 10% dari jumlah penduduk kota tersebut atau sekurang-kurangnya untuk 1 wilayah administrasi kecamatan.

4. Skala regional, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian atau keseluruhan masyarakat yang tinggal di lebih dari satu wilayah atau kabupaten/kota yang mengadakan kerjasama pengelolaan.

5. Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan oleh salah satu atau beberapa bentuk pengelola yang dapat berupa, pengelola kebersihan kabupaten/kota, badan usaha/swata, dan lembaga kemitraan.

A. Kondisi Eksisting

Penanganan masalah kebersihan di Kabupaten Wonogiri selama ini menjadi tanggungjawab dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Wonogiri, khususnya pada Bidang Kebersihan. Guna mendukung terselenggaranya pelayanan kebersihan kepada masyarakat diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, teknologi dan peran masyarakat yang besar dalam kontribusinya sebagai pengguna jasa kebersihan.

(33)

Sumber : Hasil Survey, 2008.

B. Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan

1. Pengumpulan

Pengumpulan sampah dilakukan dimulai dari pengumpulan sampah di pagi hari oleh penyapu jalan dengan pembagian :

 Pagi hari mulai pukul 05.30-09.00 WIB ;

 Siang hari (dialokasi tertentu), pukul 10.00-12.00 WIB; dan  Sore hari (dialokasi tertentu), pukul 13.00-15.00 WIB

Kemudian, sampah tersebut dikumpulkan dengan menggunakan becak sampah dengan pembagian waktu :

 Pagi hari mulai pukul 06.00-10.00 WIB;  Siang hari mulai pukul 12.00-14.00 WIB;  Sore hari mulai pukul 15.00-17.00 WIB;

(34)

TABEL 4.6

JUMLAH SARANA PENAMPUNGAN, ANGKUTAN SAMPAH SERTA PETUGAS KEBERSIHAN KABUPATEN WONOGIRI 2011

NO KECAMATAN BAK

SAMPAH

GEROBAK

TPA TRUK/ PETUGAS

SAMPAH CONTAINER KEBERSIHAN

1 Pracimantoro 2 1 1 1 9

2 Paranggupito - - - - -

3 Giritontro - - - - -

4 Giriwoyo - - - - -

5 Batuwarno - - - - -

6 Karangtengah - - - - -

7 Tirtomoyo 1 2 - - -

8 Nguntoronadi - - - - -

9 Baturetno 6 3 1 1 16

10 Eromoko 1 1 - - 1

11 Wuryantoro 1 1 - - 1

12 Manyaran - - - - -

13 Selogiri 7 1 - - 6

14 Wonogiri 38 25 - 6 76

15 Ngadirojo 2 1 1 - 8

16 Sidoharjo 1 1 - - 2

17 Jatiroto - - - - -

18 Kismantoro - - - - -

19 Purwantoro 5 3 1 1 10

20 Bulukerto - 1 - - 3

21 Puhpelem - - - - -

22 Slogohimo 1 2 - - 4

23 Jatisrono 2 2 1 - 8

24 Jatipurno - - - - -

25 Girimarto - - - - -

Jumlah 67 44 5 9 144

(35)

2. Pemindahan

Pemindahan sampah dilakukan oleh beberapa armada, antara lain : a. Armada Pick Up

Dioperasionalkan untuk pengambilan sampah tambahan dari sumber sampah yang sudah terdaftar sebagai langganan dan melakukan pembersihan sampah kerja bakti masyarakat. Pada waktu tertentu dioperasionalkan untuk pengambilan sampah di luar kota satu hari dalam satu minggu.

C. Aspek pendanaan

Untuk pendanaan kegiatan pengelolaan persampahan ini sebagian besar di bebankan dari biaya APBD Kabupaten Wonogiri dan sebagian dana swadaya masyarakat.

D. Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan

Dinas Kebersihan dan Pertamanan dari kabupaten Wonogiri dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang membawahi empat orang Kepala Bidang. Berikut ini adalah struktur organisasi Bidang Kebersihan DKP dari Kabupaten Wonogiri.

E. Stakeholder yang Terlibat

Dalam memberikan pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan, maka stakeholder yang dilibatkan dalam proses-proses tersebut adalah :

a. Masyarakat

Masyarakat berperan subyek dan obyek pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan serta sebagai mitra dalam memberikan masukan kepada pemerintah mengenai program pembangunan selanjutnya.

b. Pemerintah / SKPD

 Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bidang Kebersihan dan

Pertamanan

(36)

Belum adanya rumusan SOP dan SPM yang jelas dalam pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan di Kabupaten Wonogiri menjadikan arahan / guide line dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat menjadi kurang optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu rumusan SOP dan SPM baru yang lebih terperinci dan jelas sehingga dalam memberikan pelayana kepada masyarakat, kinerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Wonogiri dapat lebih optimal.

Disamping itu peran/komitmen SKPD terkait dalam memberikan pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan masih sangat rendah. Komitmen yang ada selama ini, SKPD hanya mengeluarkan kebijakan pembangunan dan mengkoordinasikan dinas-dinas yang terkait dalam merealisasikan kebijakan antara SKPD untuk mewujudkan kebersihan dan pengelolaan persampahan masih sangat rendah.

c. Swasta  Investor  Pengusaha

Dalam memberikan pelayana kebersihan dan pengelolaan persampahan, sudah saatnya dipikirkan untuk bekerjasama (kemitraan dengan pihak swasta. Kemitraan yangada dapat berupa penanaman modal/investasi serta kemitraan lain yang bersifat non komersil tetapi lebih kearah sosial kemasyarakatan untuk kepentingan bersama dalam menjagakebersihan, kerja sama dalam pengelolaan persampahan, dll.

F. Permasalahan

Permasalahan yang ada di Kabupaten Wonogiri adalah:

1. Lahan TPA yang sudah sangat memerlukan perluasan karena tidak dapat menampung jumlah timbulan sampah yang semakin hari semakin bertambah besar.

(37)

3. Kabupaten Wonogiri belum memiliki jumlah sarana & prasarana kebersihan yang seimbang dengan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan perharinya. Sehingga pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan kepada masyarakat belum optimal.

4. Masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang layak untuk penampungan sampah. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang ± 60 % dari seluruh produksi sampahnya. Dari 60 % ini, sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari (Daniel et al, 1985). Hal itu pula yang terjadi di Kota Wonogiri, timbulan sampah yang dapat dikelolan dan ditangani hanya sekitar 70 % dari keseluruhan timbulan sampah yang ada. 0 % dari sampah yang ada dikelola oleh masyarakat sendiri, dikarenakan letak lokasi dan jalan sulit dijangkau fasilitas pelayanan persampahan.

5. Kurangnya SDM yang berkualitas/berkompeten dalam manajemen persampahan serta belum didukung dengan teknologi yang modern. 6. Belum adanya SOP/SPM yang jelas dan pasti, dan kesejahteraan

aparatur pemerintah masih rendah

7. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengetahuan persampahan 8. Komitmen SKPD terkait rendah.

G. Target dan Sasaran

Target Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah :

1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin (sebesar 20%) dimulai dari sumbernya; dengan sasaran :

 Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R

(Reduce-Reuse-Recycle) dan pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan

Berbahaya) rumah tangga.

 Mengembangkan dan menerapkan system insentif dan disinsentif dalam

pelaksanaan 3R

 Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian &

(38)

2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan; dengan sasaran :

 Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini

melalui pendidikan bagi anak usia sekolah

 Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan

kepada masyarakat umum

 Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan

dalam pengelolaan sampah

 Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat

 Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia

usaha/swasta.

3. Peningkatan cakupan pelayanan (mencapai 60% jumlah penduduk) dan kualitas sistem pengelolaan; dengan sasaran :

 Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan  Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan  meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran

pelayanan

 Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan

 Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA kearah sanitary landfill serta  Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional

 Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan

persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan

4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan; dengan sasaran :

 Meningkatkan Status dan kapasitas institusi pengelola  Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan  Memisahkan fungsi / unti regulator dan operator

 Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku

kepentingan lain

 Meningkatkan kualitas SDM manusia

 Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan

skala regional

 Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai landasan dan

(39)

 Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi

hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya

5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan; dengan sasaran :  Penyamaan persepsi para pengambil keputusan

 Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan

H. Analisis SWOT

(40)

TABEL 4.7

3. Peluang kemitraan dengan pihak swasta

4. Partisipasi SKPD dalam gerakan kebersihan kota melalui Jum'at bersih

1.Jumlah timbulan sampah yang berbanding dengan pertambahan jumlah penduduk

3. Komitmen SKPD "terkait" rendah 4.Belum didukung dengan teknologi

modern menjadi pedoman/dasar hukum dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

2. Didukung dengan APBD, jumlah tenaga kerja, komitmen aparatur dan LSM diharapkan dapat memperbaiki peringkat ADIPURA

3. Peluang kemitraan dengan pihak swasta dapat mengurangi ketergantungan anggaran pada APBD

4. Mengoptimalkan SKPD dalam gerakan Jum'at bersih guna memperbaiki peringkat ADIPURA

1. Mengoptimalkan penggunaan APBD mengadakan peralatan teknologi modern

2. Menerapkan Perda No.7 tahun 2001 untuk meningkatkan pendapatan retribusi persampahan

3. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada masyarakat mengenai aparatur dan SKPD terkait dalam memberikan pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan perkotaan

WEAKNESS WO WT

1. SDM yang kurang berkualitas

2. Belum adanya SOP dan SPM yang jelas dan pasti 3. Kesejahteraan aparatur

masih rendah

4. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung

1. Peningkatan SDM dengan mengukuti diklat teknis/fungsional bagi pejabat struktural/staf DKP

2. Diperlukan suatu rumusan SOP dan SPM baru yang lebih terperinci dan jelas sehingga kinerja DKP dapat lebih optimal melalui Pertauran Bupati 3. Melaksanakan kemitraan

dengan swasta seperti pengeloaan sampah menjadi pupuk sehingga menghasilkan output yang bersifat komersial 4. Melakukan kerjasama dengan

pihak swasta dalam mendukung penyediaan sarana dan prasarana

1. Memanfaatkan jumlah timbulan sampah untuk diolah menjadi pupuk sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan aparatur

2. Diperlukan suatu rumusan SOP dan SPM baru sehingga kinerja DKP dapat lebih optimal dan komitmen SKPD "terkait" dapat lebih meningkat

3. Menambah sarana dan prasarana pendukung dengan menggunakan teknologi yang modern

4. Mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat dengan didukung sarana dan prasarana modern

(41)

I. Program yang Diusulkan

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka diperlukan suatu perencanaan yang dapat mengatasi permasalahan dengan cepat dan dalam jangka waktu pendek. Perencanaan tersebut melibatkan banyak pihak (multi sektor) yang disepakati oleh semua stakeholder/semua sektor. Dalam rencana tindak tersebut perlu ditawarkan sebuah konsep/strategi. Rancangan konsep/strategi ini akan diwujudkan sebagai rencana tindak (action plan) dalam mengatasi belum optimalnya pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan kepada masyarakat.

Salah satu rencana tindak yang dilakukan di antaranya adalah dengan menerapkan system pembuangan sampah yang baik dan benar bagi masyarakat Wonogiri. Untuk dapat menerapkan sistem pembuangan sampah yang baik dan benar di masyarakat Kabupaten Wonogiri, saat ini tidak cukup hanya dengan menyediakan kontainer dan TPA saja, akan tetapi diperlukan pula kerja sama yang baik antara berbagai pihak, pemerintah, swasta, pemimpin non formal, ulama, LSM dan tokoh masyarakat lainnya. Dan tidak kalah penting, semuanya ini harus mengikut sertakan para pemimpin non formal yang paling bawah yaitu di tingkat RT dan RW.

Usulan yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan antara lain  Kebutuhan tingkat pelayanan

 Skala pelayanan

 Kemampuan penyediaan prasarana dan sarana

 Peluang investasi dan pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana

dan sarana

 Penerapan pengelolaan yang didukung oleh berbagai

perangkat-pengaturan serta pengembangan kelembagaan dan SDM  Dukungan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas maka dibentuk usulan kegiatan sebagai berikut:

1. Penyusunan Master Plan Persampahan

(42)

J. Rencana Kegiatan

Program pengelolaan persampahan di Kabupaten Wonogiri di prioritaskan pada :

1) Program Kegiatan Jangka Pendek di TPA untuk P2 ADIPURA tahun 2010/2011

 Meratakan sampah pada zone aktif  Pagar keliling TPA/Talud

 Penyediaan tanah urug

 Menutup sampah dengan tanah pada zone non aktif  Memasang pipa ventilasi gas metan pada zone non aktif  Membersihkan drainase dan seluruh lokasi TPA

 Penataan barak pemulung  Perlakuan air lindi

2) Program kegiatan jangka menengah/panjang di TPA Wonogiri 1. Sarana dan Prasarana dasar TPA

a. Pengerasan/pengaspalan jalan operasi di dalam area TPA b. Pembuatan pelataran truk (ampalan) untuk menumpahkan

sampah

c. Pembuatan pagar TPA

d. Garasi alat berat.gudang peralatan e. Pembangunan jalan dalam TPA 2. Peralatan pendukung

a. Wheel Loader b. Mobil tangki air c. Jembatan timbang d. Gen set

3. Pembangunan PS sampah terpadu 3R

4.3.3 Sub Sektor Drainase

Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan infrastruktur Drainase harus mengacu pada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku saai ini , diantaranyan adalah sebagai berikut :

(43)

d). Per MenNeg LH No. 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.

e). PP No. 35 tahun 1991 tentang Sungai.

f). PP No.22 tahun 1982 tentang Pengaturan Air.

g). SNI 02 - 2406 - 1991 tentang perencanaan umum drainase perkotaan.

Kabupaten Wonogiri melalui Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, bertanggung jawab terhadap kegiatan penataan dan pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Wonogiri. Kegiatan penataan biasanya juga melibatkan peran serta masyarakat dengan sistem padat karya melalui program pemberdayaan masyarakat P2KP.Dilihat dari aspek pendanaan sebagian besar drainase berasal dari alokasi dana APBD Kabupaten Wonogiri.

Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi menjadi 2 yakni : drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor drainage). Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat, kriteria dan peruntukannya.

Sistem drainase mayor, adalah sistem drainase utama atau drainase makro yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan hujan. Sistem drainase mikro, adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar di dalam wilayah kota. Fungsi drainase perkotaan dapat dibagi dalam kriteria sebagai berikut :

1. Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.

2. Membebaskan suatu wilayah terutama permukiman yang padat dari genangan air, erosi dan banjir.

3. Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya dengan terlebih dahulu memberikan kesempatan air limpasan untuk meresap terlebih dahulu ke dalam tanah.

4. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.

5. Meningkatkan kesehatan lingkungan, bila drainase lancar maka memperkecil resiko penyakit yang ditransmisikan melalui air dan penyakit lainnya.

(44)

7. Dengan sistem drainase yang terencana maka dapat dioptimalkan pengaturan tata air, yang berfungsi mengendalikan keberadaan air yang berlimpah pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.

A. Kondisi Eksisting dan Permasalahan

Wonogiri dilalui oleh beberapa sungai besar yang berfungsi sebagai pengendali banjir. Aliran drainase diarahkan ke sungai – sungai yang ada. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya genangan yaitu :

 Terdapat permukiman di daerah rendah  Dimensi saluran belum sesuai debit  Banyak jaringan yang rusak

 Sistem drainase belum terpadu  Meluapnya air dari saluran irigasi

 Tingginya endapan/sedimen pada jaringan irigasi yang ada

Sumber : hasil survey, 2011

B. Permasalahan

Berdasarkan informasi dari masyarakat dan aparat pemerintah setempat serta pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa permasalahan yang timbul disebabkan oleh :

 Terjadinya penyempitan dan pendangkalan saluran

 Terdapat saluran tertutup terlalu panjang dengan kondisi bangunan yang

kurang sempurna

 Lining pasangan pada saluran pembuang banyak yang sudah rusak dan

sebagian masih tanah asli

 Sedimentasi, gulma, dan alang – alang pada saluran pembuang yang Gambar 4.4

(45)

 Terjadinya genangan pada saat turun hujan

 Sistem jaringan drainase yang belum dilaksanakan secara keseluruhan,

atau ada beberapa dimensi yang tidak sesuai dengan rencana sehingga masih ada bagian yang menimbulkan hambatan.

 Karena adanya bangunan-bangunan pelepas yang tidak dilengkapi

dengan bangunan pengatur (pintu air), sehingga pada saat air hilir lebih tinggi, atau terjadi banjir di luar catchment maka akan menimbulkan genangan di dalam catchment.

 Adanya alur-alur drainase dari daerah Selatan yang masuk ke

cekungan-cekungan di dalam kota, sehingga menimbulkan genangan dan sulit untuk dialirkan ke luar.

 Tidak berfungsinya outlet (saluran pembuangan) untuk mengeringkan.  Dimensi saluran dan bangunan pelengkap yang tidak bisa menampung

air

 Pemeliharaan yang tidak rutin/kurang memadai sehingga terjadi

penyumbatan pada mulut gorong-gorong dan sedimentasi serta sampah pada saluran

 Limpahan air dari KB 1 ke KB 15

 Kurangnya kepedulian masyarakat untuk turut memelihara saluran drainase

 Tidak berfungsinya inlet drain karena penampang jalan yang tidak sesuai  Sistem drainase yang tidak sesuai.

Guna menangani masalah-masalah tersebut di atas maka perlu ditempuh beberapa cara penanganan, diantaranya :

 Perlu diadakan penataan kembali terhadap sistem jaringan drainase di

dalam Kota Wonogiri. Serta perlu pemeliharaan terhadap jaringan yang sudah ada agar tidak terjadi hambatan terhadap aliran.

 Pada alur-alur pemasukan ke pembuangan akhir perlu dipasang

bangunan pengatur agar aliran dapat dikendalikan, sehingga tidak menimbulkan backwater.

 Aliran air dari Selatan kota yang akan masuk ke cekungan-cekungan di

dalam kota, agar dibuatkan saluran pengarah ke Barat sehingga air tidak menimbulkan genangan di kota.

(46)

Beberapa alternatif pemecahan masalah drainase sebagai berikut: a. Penataan kembali sistem drainase di Wonogiri

b. Pemeliharaan saluran drainase yang sudah ada dan penyesuaian kapasitas pengaliran saluran dan bangunan pelengkap agar tidak terjadi hambatan terhadap aliran

c. Perlu dipasang bangunan pengatur agar aliran dapat dikendalikan dan penyesuaian kapasitas pengaliran saluran.

d. Pembuatan Sumur Resapan kolektif (bersama) per blok atau per RT di Kota Kecamatan di Kabupaten Wonogiri.

C. Target dan Sasaran

Sasaran pengelolaan sistem drainase di Kabupaten Wonogiri adalah:  Terserapnya kelebihan air terutama pada daerah-daerah prioritas

yang tergenang air

 Tercapainya perumahan yang bebas genangan dan terpenuhinya

sarana prasarana dasar masyarakat

 Tercapainya lingkungan Kabupaten Wonogiri yang bersih dan

sehat

D. Program yang Diusulkan

a) Analisis Program

1).

Analisis Kebutuhan

Secara umum kualitas sistem drainase yang sudah ada belum bisa dikatakan layak. Dari segi jumlah, jaringan drainase yang ada juga belum memenuhi jumlah kebutuhan akan jaringan sistem drainase. Terbukti dengan adanya genangan di sebagian wilayah perkotaan.

2).

Analisis Sistem Drainase

Gambar

TABEL 4.1
 Gambar 4.1 Kondisi taman dan boulevard
Gambar 4.2
TABEL 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

upi.edu/file/Melli_Sri.pdf ). Metode pendeka- tan yang dilakukan meliputi : 1) Ceramah (penyuluhan) tentang kewirausahaan/ entrepr eneurship (Mangunwihardjo, 1997), 2) Cera-

Dari permasalahan tersebut, terdapat dorongan penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas denga n judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Predictors: (Constant), Ethical Sensitivity, Overall Harm, Social Pressure Sumber: Data primer yang diolah, 2017.. Maka pada model II, overall harm

H0:Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan ancaman (X2) terhadap kedisiplinan peserta didik (Y) pada pembelajaran PAI kelas VI dan V di SDN 1 Mayong

Indikator yang memberikan skor tertinggi yaitu indikator yang berkaitan dengan Pegawai yang dapat dipercaya dalam memberikan pelayanan RSUD Raden Mattaher dengan nilai 13,83

Menimbang, bahwa bukti P.6 merupakan bukti autentik yang menerangkan bahwa Tergugat I sejak tanggal 14 Maret 2010 sudah tidak diketahui lagi keberadaannya, bukti tersebut

Konstruksi pelat satu arah adalah pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen

Instansi pemerintah perlu melaksanakan metode penilaian risiko (risk assessment) yang memadai sesuai dengan tujuan tingkat organisasi maupun tujuan tingkat kegiatan, serta