Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup tiga sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum dan sanitasi yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
6.1 Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan social e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagaiisu strategis nasionalyang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di Kabupaten Muaro Jambi terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.
Table 6.1 Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Muaro Jambi
No. Isu Strategis Keterangan
(1) (2) (3)
1. Belum menerbitkan sertifikat laik fungsi bagi seluruh bangunan gedung
Pembinaan teknis pembangunan gedung negara
2. Belum tersusunnya manajemen pencegahan kebakaran atau melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran
Penyusunan rencana induk system proteksi kebakaran (RISPK)
3. Belum tersedianya prasarana dan sarana bagi penyandang cacat
- Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung
- Rehabilitasi bangunan gedung negara 4. Pengembangan wilayah belum didasari atas Rencana
Tata Bangungan dan Lingkungan (RTBL)
Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL)
5. Masih ada kawasan yang terdegradasi dan belum ditata ulang
- Bantuan teknis penataan dan revitalisasi kawasan
- Percontohan penataan dan revitalisasi kawasan
6. Belum tersedianya rencana penanganan kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional dan bersejarah
- Pembangunan sarana dan prasarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan
- Pembangunan sarana dan prasarana penataan lingkungan permukiman tradisional/bersejarah
7. Belum dilaksanakannya pembangunan lingkungan berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan yang berkelanjutan
- Paket dan replikasi pemberian bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET), pemberian bantuan program replikasi (P2KP) - Bantuan langsung masyarakat
Sumber: Dokumen RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.
Tabel 6.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
No.
Perda/Pergub/Perbup/Peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
10/2013 Rencana Tata Ruang Wialayah Provinsi Jambi Tahun 2013 – 2033
Penataan ruang wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang harmonis dan merata berbasis pengelolaan
02/2014 Rencana Tata Ruang Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 – 2034
Mewujudkan Kabupaten Muaro Jambi yang kompetitif, sejahtera dan mandiri berbasis agribisnis dan ekonomi kerakyatan yang berwawasan lingkungan, dinamis dan beretika serta menjunjung tinggi supremasi hukum, budaya dan adat istiadat 3. Peraturan Daerah
Kabupaten Muaro Jambi
13/2012 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2006 – 2025
- Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam mencapai tujuan daerah - Menjamin terciptanya
No.
Perda/Pergub/Perbup/Peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
14/2012 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011 – 2016
Memuat arah kebijakan keuangan daerah, program strategis pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahn disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
641/2014 Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh kawasan perkotaan di Kabupaten Muaro Jambi
Belum ada amanat kebijakan daerah
Perkotaan:
Tabel 6.3
Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Tabel 6.4
Data Kondisi RSH di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
No. Lokasi RSH Tahun
Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni
Kondisi Prasarana CK
yang ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Belum terdata
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 Belum tedata dan tidak terdapat dalam dokumen RP2KP
Tabel 6.5
Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
No. Lokasi
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 Belum tedata dan tidak terdapat dalam dokumen RP2KP
Perdesaan:
Tabel 6.6
Data Program Perdesaan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
No. Lokasi Kawasan
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 Belum tedata dan tidak terdapat dalam dokumen RP2KP
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden).
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah.
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di Kabupaten Muaro Jambi terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Muaro Jambi serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten Muaro Jambi.
Tabel 6.7
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Muaro Jambi
No. Permasalahan Pengembangan
Permukiman Tantangan Pengembangan Alternative Solusi
(1) (2) (3) (4)
1. Aspek teknis;
- Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana - Sarana dan prasarana hidran
kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapatkan perhatian.
- Perlunya ketentuan peraturan zonasi yang terukur dan tegas serta tersedianya kasiba/lisiba peran Kabupaten Muaro Jambi sebagai kawasan penyangga permukiman Kota Jambi - Peningkatan daya layanan
(kapasitas) dan cakupan (areal) layanan pengelolaan sampah
- Mengarahkan dan mengelola perkembangan kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Muaro Jambi sebagai penyangga Ibukota Provinsi - Membangun dan menyediakan
infrastruktur perkotaan sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat
No. Permasalahan Pengembangan
Permukiman Tantangan Pengembangan Alternative Solusi
(1) (2) (3) (4)
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan public dan perijinan
kualitas SDM, penyediaan lahan bagi pembangunan dan
pemerintah dan keuangan daerah dalam mensinergikan penyediaan permukiman yang dikaitkan dengan menumbuhkembangkan ekonomi daerah
- Meningkatkan kerjasama semua pihak dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman
- Menggalang kerjasama dengan berbagai pihak untuk penyediaan perumahan yang layak huni untuk masyarakat berpenghasilan rendah
4. Aspek peran serta masyarakat/swasta; Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam menerapkan pfrofesionalisme
Perlunya disediakan dokumen rencana terpadu, terarah, terprogram dan terukur dalam pembangunan permukiman untuk masa mendatang
- Mendorong kemampuan masyarakat untuk membangun rumah yang layak huni - Mendorong dan memperluas
keterlibatan swasta dalam
5. Aspek lingkungan permukiman; Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap peraturan bangunan gedung
- Penyediaan kasiba/lisiba dan permukiman bagi pelajar Muaro Jambi sebagai kawasan hinterland Kota Jambi dan kawasan agrobisinis
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di Kabupaten Muaro Jambi meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten Muaro Jambi, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.
Tabel 6.8
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Di Perkotaan Untuk 5 Tahun
No. Uraian Unit Tahun
I
Proyeksi persebaran penduduk Jiwa/Km2 - - - - -
-Proyeksi persebaran penduduk miskin
Jiwa/Km2 - - - - -
-2. Sasaran penurunan kawasan kumuh
Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Tidak dilakukan penghitungan perkiraan kebutuhan program pengembangan permukiman di perkotaan untuk 5 tahun kedepan dalam dokumen RP2KP
Tabel 6.9
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Di Perdesaan yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun
No. Uraian Unit Tahun
I
Proyeksi persebaran penduduk Jiwa/Km2 - - - - -
-Proyeksi persebaran penduduk miskin
Jiwa/Km2 - - - - -
-2. Desa potensial untuk agropolitan Desa - - -
-3. Desa potensial untuk minapolitan
Desa - - -
-4. Kawasan rawan bencana Kws - - -
-5. Kawasan perbatasan Kws - - -
-6. Kawasan permukiman pula-pulau kecil
Kws - - -
-7. Desa kategori miskin Desa - - -
-8. Kawasan dengan komoditas unggulan
Kws - - -
-Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
6.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaanterdiri dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
Infrastruktur perdesaan PPIP
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Gambar 6.1
Alur Program Pengembangan Permukiman
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia). Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus Rusunawa
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
Ada calon penghuni RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah. 5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.
6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.
Tabel 6.10
Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Muaro Jambi
No. Program/Kegiatan Volume/
Satuan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria Persiapan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Peningkatan kualitas perumahan yang kurang layak huni
- - Kedemangan 1
-2. Mempertahankan arsitektur rumah panggung yang menjadi ciri permukiman di Kabupaten Muaro Jambi
- - Kedemangan 1
-3. Peningkatan cakupan layanan pengelolaan sampah dan air minum
- - Kedemangan 1
-4. Penanganan kawasan rawan banjir melalui penataan system hidrologi kawasan, baik berupa
pembangunan system drainase
- - Kedemangan 1
-5. Pembangunan TPS dan pengembangan kelembagaan pengelolaan sampah lingkungan
- - Kedemangan 1
-6. Perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan
- - Kedemangan 2
-7. Perbaikan kualitas rumah sehingga sehat dan layak huni
- - Kedemangan 2
-8. Peningkatan kualitas lingkungan melalui penanganan kawasan banjir, pengelolaan air limbah domestic dan peningkatan penggunaan tengki septik
- - Kedemangan 2
-9. Penyediaan sarana tempat pembuangan sampah dan pengelolaannya
- - Kedemangan 2
-10. Pembangunan system jaringan drainase
- - Kedemangan 2
-11. Penanggulangan kawasan rawan genangan/banjir
- - Kedemangan 2
-12. Perbaikan beberapa kondisi perumahan yang kurang layak huni
- - Pudak 1
-13. Peningkatan cakupan pelayanan pengangutan sampah,
pembangunan TPS dan pengembangan pengelolaan persampahan lingkungan
- - Pudak 1
-14. Peningkatan cakupan layanan air bersih dari SPAM yang disediakan pemerintah (system perpipaan)
- - Pudak 1
-15. Pembangunan system jaringan drainase dengan memperhatikan
-No. Program/Kegiatan Volume/
Satuan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria Persiapan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
16. Pengembangan dan peningkatan system pengelolaan air limbah, terutama limbah dapur yang saat ini masih dialirkan secara langsung ke sungai.
- - Pudak 1
-17. Peningkatan kualitas rumah penduduk sehingga lebih sehat dan layak huni
- - Pudak 2
-18. Perbaikan dan pembangunan system drainase serta penanganan kawasan genangan
20. Peningkatan cakupan layanan air minum dengan system perpipaan
- - Pudak 2
-21. Peningkatan pengelolaan air limbah melalui pembangunan tangki septik komunal
- - Pudak 2
-Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Penghitungan volume/satuan, estimasi biaya dan kriteria persiapan belum dirumuskan dalam Dokumen RP2KP Kab. Muaro Jambi
b. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).
Tabel 6.11
Usulan Pembiayaan Program/Kegiatan
No. Program/Kegiatan APBN APBD
Prov
APBD Kab
Masyar
akat Swasta CSR Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) menjadi ciri permukiman di Kabupaten Muaro Jambi
- - -
-3. Peningkatan cakupan layanan pengelolaan sampah dan air minum
-No. Program/Kegiatan APBN APBD Prov
APBD Kab
Masyar
akat Swasta CSR Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
5. Pembangunan TPS dan pengembangan
7. Perbaikan kualitas rumah sehingga sehat dan layak huni
9. Penyediaan sarana tempat pembuangan sampah dan
12. Perbaikan beberapa kondisi perumahan yang kurang layanan air bersih dari SPAM yang disediakan sungai yang berada disisi permukiman yang saat ini masih dialirkan secara langsung ke sungai.
- - -
-17. Peningkatan kualitas rumah penduduk sehingga lebih sehat dan layak huni
- - -
-18. Perbaikan dan pembangunan system
-No. Program/Kegiatan APBN APBD Prov
APBD Kab
Masyar
akat Swasta CSR Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
pembangunan TPS, pengangkutan dan
pengembangan pengelolaan persampahan setempat. 20. Peningkatan cakupan
layanan air minum dengan system perpipaan
- - -
-21. Peningkatan pengelolaan air limbah melalui
pembangunan tangki septik komunal
- - -
-Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
Sumber pendanaan untuk usulan program/kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman di Kabupaten Muaro Jambi belum di rumuskan dalam dokumen.
Tabel 6.12
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Muaro Jambi
No
Output
Lokasi Vol Satuan
Sumber Dana Tahun
Indicator Output APBN APBD
Prov
1. Peningkatan kualitas perumahan yang kurang layak huni Kedem angan 1
2. Mempertahankan arsitektur rumah panggung yang menjadi ciri permukiman di Kabupaten Muaro Jambi
Kedem angan 1
3. Peningkatan cakupan layanan pengelolaan sampah dan air minum Kedem angan 1
4. Penanganan kawasan rawan banjir melalui penataan system hidrologi kawasan, baik berupa pembangunan system drainase
Kedem angan 1
5. Pembangunan TPS dan pengembangan kelembagaan pengelolaan sampah lingkungan
Kedem angan 1
6. Perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan Kedem
angan 2
7. Perbaikan kualitas rumah sehingga sehat dan layak huni Kedem angan 2
8. Peningkatan kualitas lingkungan melalui penanganan kawasan banjir, pengelolaan air limbah domestic dan peningkatan penggunaan tengki septik
Kedem angan 2
-No
Output
Lokasi Vol Satuan
Sumber Dana Tahun
Indicator Output APBN APBD
Prov
9. Penyediaan sarana tempat pembuangan sampah dan pengelolaannya
Kedem angan 2
- - -
-10. Pembangunan system jaringan drainase Kedem
angan 2
- - -
-11. Penanggulangan kawasan rawan genangan/banjir Kedem angan 2
- - -
-12. Perbaikan beberapa kondisi perumahan yang kurang layak huni Pudak 1
- - -
-13. Peningkatan cakupan pelayanan pengangutan sampah,
pembangunan TPS dan pengembangan pengelolaan persampahan lingkungan
Pudak 1
- - -
-14. Peningkatan cakupan layanan air bersih dari SPAM yang disediakan pemerintah (system perpipaan)
Pudak 1
- - -
-15. Pembangunan system jaringan drainase dengan memperhatikan kawasan genangan dan keberadaan sungai yang berada disisi permukiman
Pudak 1
- - -
-16. Pengembangan dan peningkatan system pengelolaan air limbah, terutama limbah dapur yang saat ini masih dialirkan secara langsung ke sungai
Pudak 1
- - -
-17. Peningkatan kualitas rumah penduduk sehingga lebih sehat dan layak huni
Pudak 2
- - -
-18. Perbaikan dan pembangunan system drainase serta penanganan kawasan genangan
Pudak 2
-No
Output
Lokasi Vol Satuan
Sumber Dana Tahun
Indicator Output APBN APBD
Prov APBD
Kab
Masya
rakat Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian Murni PHLN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
19. Peningkatan pengelolaan persampahan mulai dari pembangunan TPS, pengangkutan dan pengembangan pengelolaan persampahan setempat
Pudak 2
- - -
-20. Peningkatan cakupan layanan air minum dengan system perpipaan Pudak 2
- - -
-21. Peningkatan pengelolaan air limbah melalui pembangunan tangki septik komunal
Pudak 2
- - -
-Sumber: RP2KP Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014
6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang- undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah
b. Status kepemilikan bangunan gedung c. Izin mendirikan bangunan gedung
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a.
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negarab. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan social
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada gambar berikut;
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a.
Kegiatan penataan lingkungan permukiman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur
Pelatihan teknis
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan
Paket dan Replikasi
6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi local
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan)
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 6.13
Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Muaro Jambi
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
di Kabupaten Muaro Jambi
(1) (2) (3)
1. Penataan Lingkungan Permukiman
-2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
-3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
-B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.
Tabel 6.14
Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/
Peraturan lainnya terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
Perda/Pergub/Perbup/Peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
10/2013 Rencana Tata Ruang Wialayah Provinsi Jambi Tahun 2013 – 2033
Penataan ruang wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang harmonis dan merata berbasis pengelolaan
02/2014 Rencana Tata Ruang Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 – 2034
Mewujudkan Kabupaten Muaro Jambi yang kompetitif, sejahtera dan mandiri berbasis agribisnis dan ekonomi kerakyatan yang berwawasan lingkungan, dinamis dan beretika serta menjunjung tinggi supremasi hukum, budaya dan adat istiadat 10. Peraturan Daerah
Kabupaten Muaro Jambi
13/2012 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2006 – 2025
- Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam mencapai tujuan daerah - Menjamin terciptanya
No.
Perda/Pergub/Perbup/Peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk
Pengaturan No./Tahun Perihal
(1) (2) (3) (4) (5)
- Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
14/2012 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011 – 2016
Memuat arah kebijakan keuangan daerah, program strategis pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahn disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
641/2014 Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh kawasan perkotaan di Kabupaten Muaro Jambi
Belum ada amanat kebijakan daerah
Tabel 6.15
Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan Tradisional/
Bersejarah RTH Pemenuhan SPM
Tabel 6.16
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No Kawasan/ Fungsi Sosial Budaya : ... unit
Fungsi Khusus : ... unit 2. dst
Keterangan: belum dilakukan pendataan di dalam dokumen RP2KP (dokumen penataan Bangunan dan Gedung belum ada)
Tabel 6.17
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No. Kecamatan Kegiatan PNPM
Perkotaan (P2KP)
Kegiatan Pemberdayaan lainnya
(1) (2) (3) (4)
Keterangan: belum terdata
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran • Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih
melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman
• Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah sertaheritage
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
• Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
• Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia
• Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan)
• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian
• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan
• Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien • Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
• Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan
• Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi
Tabel 6.18
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Aspek PBL Permasalahan yang
dihadapi
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis 1)
2) 2 Aspek Kelembagaan 1) 2) 3 Aspek Pembiayaan 1) 2) 4 Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis 1)
2) 2 Aspek Kelembagaan 1) 2) 3 Aspek Pembiayaan 1) 2) 4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/ Swasta
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis 1)
2) 2 Aspek Kelembagaan 1) 2) 3 Aspek Pembiayaan 1) 2) 4 Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta
Keterangan: belum dilakukan identifikasi
6.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab 6.2.1. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
- RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:
• Program Bangunan dan Lingkungan; • Rencana Umum dan Panduan Rancangan; • Rencana Investasi;
• Ketentuan Pengendalian Rencana; • Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
- RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
- Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:
1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
- Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel berikut, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Tabel 6.19
SPM Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Jenis Pelayanan Dasar
Standar Pelayanan
100% 2014 Dinas yang
No Jenis Pelayanan Dasar
3. Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/ kawasan perkotaan.
25% 2014 Dinas/SKPD
yang membidangi Penataan Ruang.
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
Tabel 6.20
Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Uraian Satuan
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
M2
2. Ruang Terbuka M2
3. PSD unit
No Uraian Satuan
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Bangunan Fungsi
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1. P2KP 2. lainnya
Keterangan: Belum dilakukan penghitungan kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan
6.2.4 Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah: - Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:
Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung
Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG - Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas:
Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan
Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat - Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi:
Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006
Kawasan terbangun yang memerlukan penataan
Kawasan yang dilestarikan/heritage
Kawasan rawan bencana
Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district)
Kawasan strategis menurut RTRW Kabupaten
Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
- Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau
Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha)
Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya
Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis
Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas
Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota
Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
Kriteria KhususFasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman (RTH Publik)
Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang)
Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
Kriteria KhususFasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah:
Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten)
Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis
Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
- Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK): Ada Perda Bangunan Gedung
Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang
Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi
Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata Ruang
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-Bersejarah
Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya
Ada DDUB
Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran
Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
- Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:
Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal SK/peraturan bupati/walikota)
Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan DPRD)
Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun
Ada lahan yg disediakan Pemda
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
- Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan: Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan
Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal, stasiun, bandara)
Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat (taman, alun-alun)
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
6.2.5 Usulan Program dan Kegiatan PBL
Tabel 6.21
Usulan Program dan Kegiatan PengembanganPenataan Bangunan dan LingkunganKabupaten Muaro Jambi
No
Output
Lokasi Vol Satuan
Sumber Dana Tahun
Indicator Output APBN APBD
Prov
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELENGGARAAN DALAM PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN TERMASUKPENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA 1. LAYANAN PERKANTORAN
Jumlah Bulan Layanan Perkantoran
1.a Penyelenggaraan operasional & pemeliharaan perkantoran
Bln/Thn
2. PERATURAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Jumlah NSPK Bid Penataan Bangunan dan Lingkungan
2.a Penyusunan NSPK, Legalisasi Draft NSPK
NSPK
3. PEMBINAAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan Bidang
Penataan Bangunan dan Lingkungan
3.a Bantek dan Pendampingan penyusunan Ranperda BG Laporan
3.b Fasilitasi penyusunan RTBL Laporan
3.c Fasilitasi penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
Laporan
3.d Fasilitasi penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Laporan
3.e Fasilitasi Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Laporan
3.f Fasilitasi penyusunan Rencana Tindak
Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional Bersejarah
Laporan
3.g Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Laporan
4. PENGAWASAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELO- LAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Bidang
Penataan Bangunan dan Lingkungan
4.a Pemeriksaan keandalan bangunan gedung Laporan
5. BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA
Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah 5.a Pengembangan Bangunan Gedung Negara dan
Bersejarah
No
Output
Lokasi Vol Satuan
Sumber Dana Tahun
Indicator Output APBN APBD
Prov APBD
Kab
Masya
rakat Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian Murni PHLN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
6. SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN Jumlah kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya 6.a Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Proteksi
kebakaran
Kab
6.b Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Aksesibilitas BG
Kab
6.c Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Kaw
6.d Sarana dan Prasarana Ruang Terbuka Hijau Kab
6.e Sarana dan Prasarana pada Pemukiman Tradisional dan Bersejarah
Kaw
6.f Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Proteksi kebakaran
Kab
6.g Pengembangan PIP2B Prov
7. KESWADAYAAN/PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P2KP) Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)
7.a Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM) Kel/des
TOTAL
Sumber: RTBL Kabupaten Muaro Jambi
6.3 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 6.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
i) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
ii) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
iii) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
iv) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
v) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang- undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:
Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum
6.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum 2. Pengembangan Pendanaan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
6. Rencana Pengamanan Air Minum
7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat
8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur (RPI2JM) yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Muaro Jambi secara umum adalah:
i. Aspek Teknis