• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasih & Peduli Volume 23 / 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kasih & Peduli Volume 23 / 2011"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Hari Anak Nasional

Delon Mengapresiasi 800

Kader Posyandu Jakarta

Sidney Mohede ikut mendukung

The Choir Company

Delon Mengapresiasi 800

Kader Posyandu Jakarta

Sidney Mohede ikut mendukung

The Choir Company

WAHANA VISI INDONESIA

mitra World Vision

Volume 23 / 2011

Kasih

&

Peduli

(2)

Dari Redaksi

2 | Kasih&Peduli Vol.23/2011

Belum Semua

Anak Indonesia

Menikmati

Haknya

S

ejak tahun 1986 hingga sekarang, jadi sudah 25 tahun, Indonesia setiap tahun pada tanggal 23 Juli menyelenggarakan Peringatan Hari Anak Nasional. Untuk memperingati Hari Anak Nasional Indonesia, 23 Juli 2011, Pemerintah Indonesia menetapkan ‘anak sehat’ sebagai tema utama tahun 2011 ini.

Perayaan HAN ini dilakukan dengan meriah di berbagai tempat di Indonesia. Pada tanggal 23 Juli yang lalu, Kementerian Sosial menyelenggarakan Hari Anak Nasional 2011 dengan tema “Dengan Senyum Ceria Kutatap Dunia”. Kegiatan yang berlangsung sehari ini mengundang sekitar 1600 anak dari berbagai wilayah di Jabodetabek.

Wahana Visi Indonesia, dengan dukungan mitranya World Vision, tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya juga merayakan HAN ini di berbagai Kantor Operasionalnya di lapangan. Namun, di sisi lain, menurut data KPAI sekitar 3 juta dari 87 juta anak di Indonesia adalah pekerja anak. Sebanyak 13,5 persen dari pekerja anak itu menderita gizi buruk. Mereka terpaksa kehilangan haknya untuk mendapat pendidikan yang baik. Karena tumbuh-kembangnya terganggu, maka kecerdasannya juga akan terganggu, dan hak-hak lain yang seharusnya dimiliki juga terabaikan.

Agaknya masalah utama yang dihadapi oleh sejumlah anak Indonesia adalah kemiskinan yang menghambat mereka

untuk bisa menikmati haknya. Mewujudkan pemenuhan hak anak bukan menjadi tugas pemerintah

saja, tetapi juga menjadi tugas dan tanggung-jawab berbagai unsur di masyarakat, termasuk Wahana

Visi Indonesia. Semua pihak perlu berupaya sungguh-sungguh agar anak-anak Indonesia bisa

menikmati haknya. Salam,

Redaksi

Kasih & Peduli

Diterbitkan oleh Wahana Visi Indonesia bekerja sama dengan World Vision.

Pembina Wahana Visi Indonesia

Mars. Madya (Purn.) B. Y. Sasmito Dirdjo Dr. Nafsiah Mboi, M.D. Ped., MPH Rev. Dr. Kadarmanto Hardjowasito Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed. Maria Hartiningsih

Drs. Ruddy Koesnadi Rev. Ester Mariani Ga, M.Si. Koesoemo Handojo Aditirto

Pengawas Wahana Visi Indonesia

Drs. Utomo Josodirdjo Yozua Makes, S.H., LL.M., M.M.

Tim Redaksi

Emilia K. Sitompul, Priscilla Christin, Sally Tirtadihardja, John Nelwan, Damaris Sarangnga, B. Marsudiharjo, Donna Hattu, Shirley Fransiska, Lukas J. Ginting, Juliarti Sianturi, Hendro Suwito, Sari Estikarini,

Beatrice Mertadiwangsa, Ikene Sere Edwina Mega White, Joseph Soebroto

Graphic Designer

Mario Ciputra Cover

Anak-anak ADP Cilincing bersama The Choir Company

Korespondensi dan perubahan alamat harap sampaikan ke:

Wahana Visi Indonesia

Jl. Wahid Hasyim No. 31, Jakarta 10340 tel. 62-21 3907818, fax. 62-21 3910514

World Vision Indonesia

Jl. Wahid Hasyim No. 33 Jakarta 10340 tel. 62-21 31927467, fax. 62-21 3107846

WAHANA VISI INDONESIA

(3)

Sajian

Utama

(4)

Sajian

Utama

4 | Kasih&Peduli Vol.23/2011

S

ebanyak 975 harapan disuarakan anak-anak Indonesia dari 124 kabupaten/kota di 24 provinsi dalam Lomba Menulis ”Aku Ingin”. Melalui karya tulis sederhana, mereka menyampaikan aspirasi dan solusi untuk mendorong peningkatan status gizi anak dan ibu serta menyelamatkan kehidupan anak Indonesia dari berbagai penyebab kematian yang dapat dicegah.

”Jika aku menjadi Duta Pangan Indonesia, aku ingin menerapkan program ’Rp1,000 for Live’. Program ini akan diterapkan di sekolah-sekolah dengan mengumpulkan Rp 1.000 per siswa per semester. Seluruh dana yang terkumpul akan digunakan untuk perbaikan gizi anak bangsa, terutama bagi penderita gizi buruk dan busung lapar.” Sepenggal harapan ini adalah suara Afifa Aziz, siswi SMPN 20 DKI Jakarta. Suara Afifa adalah satu dari 975 karya anak Indonesia yang dikirimkan ke Lomba Menulis ”Aku Ingin”.

Lomba Menulis ”Aku Ingin” merupakan wadah bagi anak-anak Indonesia usia 12-18 tahun untuk berpikir kreatif dan berkontribusi mengekspresikan harapan mereka menyikapi permasalahan kesehatan yang masih menimpa anak-anak di negeri ini.

Dengan mengambil tema ”Aku Ingin Ibu dan Anak Indonesia Memiliki Gizi Baik”, Wahana Visi Indonesia didukung oleh World Vision dan para mitra pemerintah serta korporat menyelenggarakan lomba ini selama periode April–Juli 2011 sebagai rangkaian acara Hari Anak Nasional 2011. Kegiatan ini juga menjadi bagian Kampanye Kesehatan Anak “Child Health Now”, sebuah kampanye global World Vision berfokus pada isu tunggal mengurangi kematian yang dapat dicegah pada anak balita.

Anak-anak Indonesia, di mana pun mereka berada, ternyata sangat kritis dan peduli dengan keadaan di sekitar mereka. Suara-suara mereka mengajar kita untuk mendengar dan belajar dari aspirasi anak, bahwa siapa pun, asalkan mau, dapat melakukan berbagai upaya positif – bisa jadi kecil dan sederhana, namun berdampak besar bila dilakukan secara bersama-sama.

Sebagai contoh, suara Febe Rahellea, pemenang I Lomba ”Aku Ingin” kategori usia 16-18 tahun yang menyatakan keinginannya menjual makanan berkualitas bagi anak-anak jika ia menjadi pemilik kantin sekolah. ”Tidak sekedar mencari

Mari Wujudkan Harapan

Anak Indonesia!

Asteria Aritonang

untung, tetapi juga bergizi, bersih, dan pastinya enak. Di kantinku makanannya akan kupaketkan. Nasi, satu sayur, satu daging, dan air mineral dihargai tujuh ribu rupiah. Kalau tidak dipaketkan, bisa-bisa sayurnya tidak laku. Oh, tak lupa kuberikan buah gratis sebagai sumber vitamin,” ujar Febe dalam tulisannya.

Suara-suara anak ini dibawa pada Festival Hari Anak Nasional 2011 tanggal 16-17 Juli 2011 yang dikoordinasi Kementrian Kesehatan di Silang Monas, Jakarta, dan juga pada acara One Day for Children 2011tanggal 21 Juli 2011 yang dikoordinasi oleh Kementerian Sosial.

Karya pemenang juga akan diramu dalam sebuah video yang akan disampaikan dalam forum internasional G20, November mendatang, mewakili suara-suara anak Indonesia. Para juri yang berasal dari World Vision, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia telah memilih tiga pemenang untuk kategori usia 12-15 tahun dan tiga pemenang untuk kategori usia 16-18 tahun.

Anak Indonesia telah bersuara. Harapan mereka kembali mengingatkan kita, apa pun peran kita di masyarakat, baik orangtua, tokoh masyarakat, pengambil keputusan, bahkan penyelenggara negara untuk bersama mewujudkan harapan mereka. Semoga peringatan Hari Anak Nasional tahun ini menjadi momentum untuk beraksi membangun Indonesia yang lebih sehat bagi anak dan ibu. (K&P)

* Penulis adalah Campaign Director World Vision Indonesia.

(5)

Sajian

Utama

Hari Anak Nasional 2011

Wanda Hamidah Ajak Wujudkan Jakarta Sebagai Kota Layak Anak

W

anda Hamidah menyoal perjalanan Raperda Perlindungan Perempuan dan Anak Propinsi DKI Jakarta menjadi Perda, dalam seminar Kota Layak Anak yang diselenggarakan Wahana Visi Indonesia bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMP&KB) DKI Jakarta, 25 Juli 2011di Gedung Cawang Kencana, Jakarta. Seminar ini adalah salah satu kegiatan Wahana Visi Indonesia dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional.

Isu Jakarta menjadi Kota Layak Anak yang diangkat Anggota Komisi E DPRD Provinsi DKI Jakarta, Wanda Hamidah S.H, M. Kn, selaras dengan subtema Hari Anak Nasional 2011 “Nyok Kita Tingkatkan Upaya Perlindungan Anak Menuju Jakarta Kota Layak Anak (KLA) guna Mewujudkan Anak Sehat, Kreatif, dan Berakhlak Mulia.”

Menurut Wanda yang juga seorang figur publik, dalam kondisi kota yang kondusif, anak dapat terlibat pada kegiatan positif sehingga terpenuhi hak-haknya secara utuh. “Percepatan

Mega White

Kami mengucapkan terima kasih kepada beberapa perusahaan yang sudah demikian setia dalam mendukung pendanaan program-program sosial dan kemanusiaan Wahana Visi Indonesia

pengesahan Raperda Perlindungan Anak menjadi Perda berarti mendukung upaya pemenuhan dan perlindungan anak. Tidak hanya bagi masyarakat Jakarta tetapi juga bangsa Indonesia,” tegas Wanda. Pembicara lain yaitu Hamid Patilima dari Konsultan Kementrian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak untuk

pengembangan KLA. Sangkan Sinaga, Manager Regio Jawa Wahana Visi Indonesia, menuturkan, ”Hari Anak Nasional tidak boleh sekedar dimaknai sebagai perayaan, tetapi sebagai refleksi dari upaya mewujudkan kesejahteraan anak. Jakarta ditunjuk dan ditetapkan untuk mewujudkan Kota Layak Anak dan masyarakat tergerak untuk mulai dengan hal-hal sederhana, misalnya tempat posyandu yang layak anak.”

“Keputusan Meneg PP & PA No. 56 Tahun 2010 mengenai DKI Jakarta sebagai salah satu provinsi yang ditunjuk dan ditetapkan untuk mengembangkan Kota Layak Anak dan mendorong perwujudannya di tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, hingga mewujudkan Indonesia Layak Anak,” tutur Sangkan Sinaga seirama dengan pernyataan Wanda Hamidah.

“Untuk melandasi pembangunan anak berlandaskan komitmen nasional dan internasional bangsa, mari dukung pemerintah wujudkan Kota Layak Anak demi anak Indonesia sehat, kreatif dan berakhlak mulia,” kata Sangkan Sinaga menutup seminar. (K&P)

(6)

Sajian

Utama

Empat Hak Anak

Dikumandangkan di Sisarahili NE

M

inggu, 5 Juni 2011 adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, khususnya anak-anak Desa Sisarahili Namohalu Esiwa (NE), Nias. Pada hari itu dilaksanakan kegiatan pesta anak, suatu kegiatan istimewa yang memberikan kesempatan bagi anak untuk berkreasi seluas-luasnya.

Antusiasme anak-anak sangat tinggi ketika rombongan Wahana Visi Kantor Operasional Nias tiba di lokasi. Anak-anak berkumpul dengan tertib dan teratur, menggunakan baju seragam dan topi mahkota yang terbuat dari kertas berwarna kuning mengkilap. Anak-anak pun langsung diajak bernyanyi sebelum acara pesta anak dimulai.

Yang sangat berkesan dari kegiatan kali ini adalah kekompakan anak-anak Kelompok Bermain Anak (KBA) dari dua desa tetangga Sisarahili NE, yakni Desa Hilibanua dan Desa Sisobahili NE. Jadi, siang itu, sekitar 150 anak KBA dari tiga desa berkumpul dan ambil bagian dalam satu kegiatan bersama, yakni pesta anak di Desa Sisarahili NE.

Sejumlah 18 anak KBA dari beberapa desa yang terbagi menjadi dua kelompok mementaskan drama dengan tema yang berbeda. Kelompok pertama membawakan tema pentingnya pendidikan. Anak-anak mensosialisasikan bagaimana seharusnya orangtua mendukung anak agar mendapatkan pendidikan di sekolah, bukannya malah mempekerjakan anak

Marcell F.A.M. Sinay

di kebun untuk menderes karet, misalnya, sehingga anak tidak bersekolah.

Kelompok kedua membawakan tema tentang isu jender. Anak-anak dengan kreatif menyuarakan bagaimana kesetaraan jender dapat berpengaruh besar bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, khususnya perempuan. Tidak kalah penting dengan dua tema di atas, Hak Anak juga dikampanyekan, meskipun melalui cara yang tidak biasa namun cukup mengena. Di awal acara ketika pesta anak dimulai, manajer Wahana Visi Kantor Operasional Nias Portunatas Tamba membuka sambutannya dengan satu pertanyaan yang sederhana tetapi bermakna dalam.

“Di antara yang hadir di sini, siapa yang tahu dan bisa menyebutkan, apa saja empat hak anak?” tanya Portunatas. Ketika tidak ada seorang pun memberikan respons, seorang anak perempuan dari tim drama anak, Rosmawati Zebua (14 tahun), maju ke depan panggung. Dengan lantang dan percaya diri, anak yang berasal dari KBA Desa Hiambanua ini mulai menjelaskan empat hak anak.

“Empat hak anak adalah, yang pertama, hak hidup. Orangtua harus memastikan anak bisa hidup dengan baik. Yang kedua, hak perlindungan. Orangtua harus bisa melindungi anak dari segala bentuk kekerasan maupun bahaya.”

“Ketiga, hak tumbuh kembang. Orangtua harus mendukung dan memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti gizi dan pendidikan, agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Keempat, hak partisipasi, di mana orangtua harus mendukung anak agar dapat lebih berpartisipasi.”

Rosmawati menutup dengan kesimpulan, “Hak hidup, hak perlindungan, hak tumbuh kembang, dan hak partisipasi. Keempat hak ini harus disediakan dan dipenuhi oleh orangtua, agar anak dapat berkembang dengan baik di masa depan!” Sekitar 300 orang yang hadir pun tertegun mendengarkan jawaban Rosmawati. Hari itu, melalui kegiatan pesta anak di desa, Wahana Visi telah mengkampanyekan tentang pentingnya pendidikan, kesetaraan jender, dan hak anak. (K&P)

* Penulis adalah Monitoring, Evaluation & Learning Coordinator, Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Nias.

Anak-anak berekspresi melalui pesta anak

(7)

Hope

Ambassador

Sidney Mohede Ikut

Mendukung TCC

Suatu kehormatan bagi saya untuk mendukung konser ini,” ungkap Sidney mengawali penampilannya di konser Let Us Stand bersama The Choir Company (TCC), 9 Agustus 2011. Sungguh ungkapan yang menggambarkan betapa rendah hatinya seorang Sidney Mohede. Padahal siapa yang tak kenal penyanyi yang baru saja memenangkan Grammy Award 2011 untuk kategori Best Pop/Contemporary Christian Album ini.

Dalam konser tersebut Sidney, yang baru didaulat menjadi Hope Ambassador Wahana Visi Indonesia mengatakan, “Saya yakin semua orang dapat memberikan kontribusi bagi dunia

Artikel: Beatrice Mertadiwangsa, Fotografer: Mario, Ari, Andre

yang lebih baik, bahkan anak-anak muda sekali pun. Setiap harapan dan cinta kasih yang kita berikan kepada anak-anak lewat Wahana Visi Indonesia memberikan kesempatan untuk dan membuat perbedaan pada generasi mereka.”

Pria kelahiran 27 Maret 1973 ini juga mengungkapkan komitmennya sebagai bagian dari keluarga Wahana Visi Indonesia, ”Saya akan memperkenalkan Wahana Visi kepada orang lain agar mereka peduli dan memberikan kontribusi bagi yang membutuhkan, walau mereka tidak bisa pergi sendiri ke lokasi secara langsung.” (K&P)

(8)

Inspirasi

Penyederhanaan Adat

untuk Kesejahteraan

P

ada tahun 2010, Bupati Rote sudah mengukuhkan dua Forum Adat Peduli Budaya Tingkat Kecamatan. Dan Pada awal Juni 2011 ini kembali dikukuhkan enam kecamatan yang lainnya sekaligus dikukuhkan juga Forum Adat Peduli Budaya Tingkat Kabupaten.

Dengan demikian pada tahun 2011 ini lengkaplah sudah 19 nusak, eks kerajaan, akan menerapkan penyederhaan pesta penguburan dan tu’u belis. Forum Adat tingkat kecamatan beranggotakan beberapa nusak dan diketuai oleh beberapa Maneleo, raja kecil. Semuanya mempunyai beberapa kesepakatan tertulis tentang standardisasi pesta penguburan dan tu’u belis (mas kawin), termasuk memodifikasi tu’u belis menjadi tu’u pendidikan. “Jangan bermimpi untuk menghapus atau menghilangkan adat leluhur!! Namun penyederhanaan itu perlu untuk kesejahteraan rakyat!” tandas John Ndolu Ketua Forum Adat Peduli Budaya Tingkat Kabupaten dalam sambutannya.

Sementara Joseph Budianto, manajer Wahana Visi Indonesi Kantor Operasional Rote mengatakan, melalui penyederhanaan adat ini maka akan dihasilkan banyak lagi Herman Johanes atau Adrianus Mooy di masa mendatang. Wahana Visi memang sempat merevisi project design-nya ketika melihat bahwa sisi budaya pemborosan dalam pesta penguburan dan tu’u belis yang mengakibatkan utang turun-menurun perlu disederhanakan. Bahkan Forum Anak pun turut berkiprah melalui desain baliho yang dipasang di setiap kecamatan untuk mengedepankan pendidikan anak melalui tu’u pendidikan.

“Saya sebagai Bos, bekas orang susah, dipercaya oleh orang-orang susah untuk memimpin orang-orang-orang-orang susah. Maka mari kita saling gandeng tangan membangun Rote Ndao!” ajak Lens Hanning, bupati Rote Ndao kepada semua tokoh adat dan agama di Rote

Perjalanan penyederhanaan adat ini belum berakhir. Ketika John Ndolu mencoba mendobrak sisi pemborosan dan utang

Andries Kooswinanto

turun-menurun di Leo, sukunya, maka Wahana Visi melihat bahwa harus ada reformasi budaya tanpa menghapus budaya itu sendiri.

Bahkan semua harus dikritisi oleh para ilmuwan sehingga Wahana Visi menyelenggarakan Seminar Adat Kabupaten Rote dengan mengundang Prof. Kutut (Satya Wacana), Dr. Marten Ndoen (Satya Wacana), Dr. Lince Pellu (Artha Wacana), dan Wilson Therik, M.Th. (Satya Wacana). Seminar itu menghasilkan Forum Adat Peduli Budaya tingkat Kabupaten.

Ayah Soli Hayon, anak dampingan Wahana Visi yang kemudian mendapatkan tu’u pendidikan, sempat meneteskan air mata karena ia sadar jika hanya mengandalkan profesinya sebagai tukang ojek dan petani, dia tak akan dapat mewujudkan mimpi anaknya untuk menjadi guru.

Sementara mata Soli Hayon berkaca-kaca karena saat yang sama dia bisa mengikuti upacara tersebut sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) guru SMA. Dia penerima manfaat tu’u pendidikan. (K&P)

* Penulis adalah Community Development Coordinator Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Rote.

(9)

Inspirasi

Kemitraan Strategis Menuju

Masa Depan Cerah

K

emitraan adalah kata yang sarat makna ketika diterjemahkan dan dikelola secara strategis. Menyadari hal ini, maka Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Urban Jakarta melakukan kemitraan dengan LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia), suatu institusi pendidikan berorientasi pada dunia kerja di mana pada semester 4 perkualiahan, mahasiswa sudah ditempatkan kerja.

Tanggal 13 Februari 2011 lalu, Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Urban Jakarta menyelenggarakan Seminar Motivasi Kerja yang dihadiri oleh 226 pelajar SMA dan SMK yang bertujuan memberikan wawasan tentang peluang dan tantangan dunia kerja serta pengenalan berbagai jurusan dan lembaga pendidikan.

Lembaga mitra yang hadir dalam seminar ini adalah tiga lembaga pendidikan profesi, yaitu Akademi Pariwisata Indonesia (Akpindo), Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (P2M) UI, dan LP3I. Lembaga-lembaga ini menjadi mitra Wahana Visi Indonesia dalam memberikan bekal pendidikan dan pengembangan ekonomi bagi anak dampingan.

Hadir pula lembaga kursus yang selama ini telah menjadi mitra Wahana Visi Indonesia dalam memberikan pelatihan atau kursus kepada anak dampingan, yaitu Amongraga (kursus mengemudi) dan LPPMS (Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mooryati Soedibyo) untuk kursus kecantikan.

Kemitraan baru yang dilakukan tahun ini adalah dengan LP3I. Terpilih 40 anak dampingan yang mengikuti program

Uran Fabianus

Foto serah terima peserta dari Wahana Visi Indonesia ke pihak LP3I oleh Pak Hendi Julius, Manajer Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Jakarta

Diploma 3 di institusi ini. Sebagai bentuk komitmen dari LP3I untuk kerjasama ini, anak dampingan Wahana Visi Indonesia mendapatkan diskon 40-50% dari total biaya kuliah dan mendapat pinjaman dana kuliah tahun kedua tanpa bunga. Mereka dapat mencicil pinjaman ini setelah mereka ditempatkan kerja sejak semester 4.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, bertempat di kampus LP3I Kramat dilakukan acara pembukaan perkuliahan khusus untuk mahasiswa anak dampingan Wahana Visi Indonesia. Manajer Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Jakarta, Hendi Julius, mengungkapkan dalam sambutannya agar para peserta mengejar peluang yang ada di hadapan mereka. Sementara itu, Direktur LP3I Kampus Kramat, Benny Z Frandana, menegaskan bahwa kuliah di LP3I adalah peluang untuk meraih masa depan karena LP3I menawarkan tenaga kerja bermutu.

“Terima kasih kepada Wahana Visi Indonesia karena telah mendampingi saya dan teman-teman sejak SD sampai mendapat kesempatan kuliah saat ini. Semoga kami bisa kuliah lancar dan meraih sukses,” ucap Dewi, wakil anak dari wilayah dampingan Cilincing.

Dalam kesempatan ini, para mahasiswa LP3I yang sedang kuliah sambil bekerja membagikan pengalaman mereka. Kegiatan ini juga ditandai dengan penyerahan penghargaan dari LP3I ke Wahana Visi Indonesia. (K&P)

* Penulis adalah Senior Field Facilitator Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Penjaringan.

(10)

Inspirasi

SD GMIT Mbueain Mulai

Tunjukkan Prestasi

K

etika SD GMIT Mbueain menjadi SD Model Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Rote, banyak upaya telah dilakukan untuk membuat SD di Kecamatan Rote Barat ini meperoleh hasil yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan di wilayah ini.

Upaya untuk mereplikasi metode pembelajaran selalu dikoordinasikan dengan cabang Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (PPO). Sosialisasi dan pelatihan bagi guru dilakukan secara merata di 13 SD sekecamatan Rote Barat. Dengan kerjasama yang baik dengan Cabang Dinas PPO tahun ini, ujian akhir siswa kelas VI tahun ajaran 2010/2011 membuahkan hasil yang baik. Pada tanggal 20 Juni 2011 bertempat di SD Mbueain,

diumumkan kelulusan anak kelas VI.

Meksi Mooy

Anak-anak turut menyambut gembira revitalisasi adat karena ada tuu pendidikan

Dari rata-rata nilai keseluruhan anak per SD, SD Mbueain meraih peringkat 38 dari 129 SD di Kabupaten Rote Ndao. Boboy Rahel , salah satu anak binaan Wahana Visi, meraih Juara 1 umum di SD Mbueain, dan khusus pada mata pelajaran IPA Rahel memperoleh nilai 9,75.

Sementara di tingkat kecamatan sendiri, Kecamatan Rote Barat pun meraih hasil yang maksimal. Rata-rata nilai siswa per SD tingkat kabupaten, juara 1, 2, 3 dapat diraih oleh 3 SD di Kecamatan Rote Barat, yakni SD Negeri Oly, SD Inpres Oenggaut, dan SD Inpres Andaiko. Sungguh hasil yang sangat memuaskan jika dibandngkan dengan tahun-tahun sebelumnya di mana hanya ibu kota kabupaten saja, yakni Kecamatan Lobalain, yang selalu berprestasi. (K&P)

* Penulis adalah Fasilitator Pengembangan Pendidikan Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Rote.

(11)

Vol.23/2011 Kasih&Peduli | 11

Inspirasi

Buah Pendampingan Wahana

Visi di Sanggau Mulai Terlihat

S

ejak tahun 2005, Wahana Visi Indonesia di wilayah pengembangan masyarakat Sanggau mengadvokasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) di empat kecamatan. Dalam perjalanannya, dilakukan berbagai usaha, seperti pelatihan-pelatihan PAKEM untuk seluruh SD di wilayah layanan, advokasi ke pemerintah, maupun bantuan pengadaan fasilitas belajar.

Dengan segala tantangan yang telah dilalui, terdapat dua sekolah yang benar-benar sudah menerapkan MBS PAKEM, yaitu SDN 10 Padikaye dan SDN 20 Batang Tarang. Metode PAKEM ini berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan, terutama di dua sekolah tersebut, terbukti dari tingkat kelulusan yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2010 tingkat kelulusan mencapai 100%.

Pada tahun 2010 lalu, Wahana Visi kembali memfasilitasi pelatihan PAKEM paket yang terakhir. Jika selama ini MBS PAKEM diaplikasikan untuk semua mata pelajaran utama, pada pelatihan terakhir ini sudah masuk pada mata pelajaran muatan lokal.

Kedua sekolah ini menjadi pilot project untuk penerapan Green School (konteks lokalnya adalah lingkungan hidup) yang kemudian menjadi program di tingkat Regio Kalimantan Barat, walaupun saat ini konsep Green School masih diintegrasikan ke semua mata pelajaran. Wahana Visi menjalin mitra dengan Sekolah Alam “True” Bogor, yang akan dilakukan dalam empat tahap, dan saat ini sudah pada pelatihan tahap tiga.

Erawinta Aritonang

Untuk mendukung Green School tersebut, Wahana Visi juga memfasilitasi pengadaan buku panduan, bermitra dengan Majalah Sains Kuark. Februari 2011 lalu Majalah Sains Kuark menyelenggarakan Olimpiade Sains Kuark tingkat nasional. Wahana Visi Kantor Operasional Sanggau pun mendapat kesempatan untuk mengikutsertakan sebanyak 141 peserta (35 peserta dari SDN 10 Padikaye dan 106 peserta dari SDN 20 Batang Tarang).

Penyelenggaraan berlangsung di sekolah masing-masing dengan mematuhi tata tertib olimpiade. Ini adalah pengalaman pertama bagi anak-anak tersebut dalam mengikuti olimpiade tingkat nasional.

Ketika hasilnya diumumkan, 27 anak tersebut lolos ke babak semifinal (5 peserta dari SDN 10 Padikaye dan 22 peserta dari SDN 20 Batang Tarang). Olimpiade babak semifinal ini diselenggarakan pada tanggal 16 April 2011 lalu di SDN 20 Batang Tarang.

Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi kedua sekolah yang berasal dari desa yang mungkin jarang terdengar tersebut karena ini adalah olimpiade tingkat nasional pertama yang mereka ikuti dan bisa lolos hingga babak semifinal berkompetisi dengan SD favorit di seluruh Indonesia. Semoga apa yang sudah dicapai oleh kedua sekolah ini dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan, dan menjadi stimulan bagi kecamatan lain di Kabupaten Sanggau. (K&P)

* Penulis adalah Monev Coordinator Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Sanggau.

(12)

Seputar

Anak

Pesta Anak Membawa Ilmu

T

idak ada satu orang pun yang tahu akan seperti apa masa depan seorang anak kelak. Peran kita sebagai orangtua adalah membina dan mengarahkan anak-anak untuk menjadi seorang pemimpin: pemimpin bagi dirinya sendiri, pemimpin kelompok, pemimpin desa, bahkan menjadi pemimpin bangsa. Sejak Januari 2011 Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Nias bersama aparat Desa Hiligodu Botomuzoi mulai merancang suatu kegiatan yang melibatkan anak-anak desa, yang diberi nama ‘pesta anak’. Diskusi terus berlangsung, hingga akhirnya pada musyawarah desa di awal Juli 2011,

muncullah usul dari tokoh masyarakat dan beberapa orangtua. Mereka mengusulkan bahwa untuk pelaksanaan kegiatan pesta anak Desa Hiligodu Botomuzoi, perlu adanya pembaharuan agar anak dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat melihat bagaimana sejarah Pulau Nias. Maka dalam musyawarah itu disepakati anak-anak sebaiknya dibawa ke Museum Pusaka Nias, untuk melihat seperti apa wajah dan budaya Nias.

Faevman Gea

Pada tanggal 17 Juli 2011, dengan dukungan dari Wahana Visi Indonesia, anak-anak Desa Hiligodu Botomuzoi dibawa ke Museum Pusaka Nias, dengan total jumlah anak yang hadir berkisar 205 anak, yang didampingi oleh 50 orangtua. Di Museum, secara berkelompok, anak diberikan kebebasan untuk berjalan-jalan melihat isi Museum Pusaka Nias dan juga perpustakaan museum. Hal yang menarik adalah rupanya anak-anak sudah mempersiapkan alat tulis mereka sendiri, dan mencatat hal-hal yang belum mereka ketahui selama ini,

bahkan ada yang bertanya kepada penjaga untuk mendapatkan penjelasan tentang beberapa budaya Nias.

Di sini tergambarkan bahwa keinginan anak untuk belajar dan menambah wawasan sangat tinggi. Antusiasme sangat terlihat di setiap wajah anak-anak yang hadir, karena mungkin selama ini mereka tidak pernah melihat langsung tentang budaya Nias, dan hanya mendengarkan cerita dari orangtua, teman maupun guru di sekolah.

Martinus Gulo, salah satu anak sponsor yang ikut serta dalam kegiatan ini, mengatakan bahwa dia sangat berterima kasih kepada Wahana Visi Indonesia, yang memberikan kesempatan untuk dapat berkunjung ke Museum Pusaka Nias. Begitu banyak pengetahuan yang didapat karena selama ini dia tidak pernah melihat alat-alat budaya, hanya pernah mendengar saja dari cerita orangtua dan guru. (K&P)

* Penulis adalah Fasilitator Pengembangan Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Nias.

(13)

Seputar

Anak

Vol.23/2011 Kasih&Peduli | 13

Arti Asrama Kasih Peduli

bagi Patrisia

P

atrisia Suherni (16) merupakan salah satu penghuni Asrama Kasih Peduli di kompleks Wahana Visi Kantor Operasional Sanggau untuk Kecamatan Tayan. Meskipun sederhana, keberadaan asrama ini sangat berarti bagi Patrisia.

Betapa tidak, Patrisia berasal dari sebuah desa berjarak 18 km dari kota kecamatan Tayan, tempat gedung SMA

Patrisia berdiri. Dengan tiadanya sarana transportasi yang memadai dan kondisi jalan yang masih jelek, tidak mungkin bagi Patrisia menjangkau sekolahnya setiap hari.

Dengan tinggal di Asrama Kasih Peduli yang didirikan Wahana Visi itu, Patrisia cukup berjalan kaki ratusan meter untuk mencapai sekolahnya.

Patrisia tinggal di asrama ini sejak duduk di kelas 1 SMA. Ia tahu asrama itu dari kakak kelasnya.

“Saya senang tinggal di asrama karena bisa belajar mandiri,” kata Patrisia yang sejak tinggal di asrama harus mengelola uang sendiri. “Setiap minggu saya mengelola uang Rp 100.000 untuk membeli sayur, lauk, minyak tanah, minyak goreng, dan untuk membeli keperluan sekolah.”

“Di asrama saya harus masak sendiri. Tapi ini bukan hal yang baru karena di rumah saya sudah biasa masak sendiri,” tegas Patrisia.

Di asrama, ia juga mendapatkan teman-teman yang bisa memberikan motivasi jika ia sedang down.

Patrisia pernah terpilih menjadi wakil anak bersama beberapa anak lain dari Sanggau dalam Forum Pemimpin Muda Nasional (FPMN) yang diselenggarakan di Jakarta oleh Wahana Visi Indonesia bersama World Vision Indonesia.

B. Marsudiharjo

Forum ini merupakan pertemuan dua tahunan anak-anak sponsor dari seluruh Area Development Program (ADP) Wahana Visi di Indonesia. Hanya sekitar 200 anak dari 94.000 anak sponsor mendapat kesempatan untuk mengikuti FPMN tahun 2010 ini.

“Dalam forum ini, kami mendapat kesempatan bertemu dengan menteri sosial,” kata Patrisia, yang mengusulkan kepada menteri agar listrik bisa masuk ke desanya.

Patrisia adalah anak pertama pasangan Benu (47) dan Fatimah (37). Patrisia punya dua orang adik, Septianus Karno (9) dan Petronela Angela (8). Septianus sekarang kelas IV SD, sedangkan Petronela kelas II SD. Benu dan Fatimah yang hanya tamat SMP ini menghidupi keluarganya dengan bertani karet. Patrisia bercita-cita suatu hari bisa menjadi dokter. “Tidak ada dokter di desa saya, jadi orang perlu mengeluarkan uang banyak agar bisa berobat ke dokter. Kasihan yang nggak punya uang,” kata Patrisia.

“Kakek saya dulu sakit mendadak dan tidak lama kemudian meninggal,” ia menambahkan.

Saat ini, asrama dihuni 10 orang. Jumlah penghuninya memang tinggal sedikit, namun pada tahun-tahun sebelumnya penghuninya pernah mencapai tiga atau empat kali penghuni saat ini. Penurunan jumlah penghuni asrama ini disebabkan karena membaiknya jalan-jalan di Kecamatan Tayan, sehingga banyak anak yang bisa menjangkau sekolah dari rumah masing-masing.

Tahun 2001/2002, Wahana Visi mendirikan asrama pelajar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Tarang, Tayan Hilir, dan Sekayam. Satu asrama bisa menampung 40 anak SMP dan SMA. (K&P)

(14)

Tali Kasih

Kunjungan Sponsor ke Maro

Gratia Fransisca

P

elayanan Wahana Visi Indonesia di wilayah Maro sudah dimulai sejak tahun 1999, dan merupakan salah satu wilayah pertama yang didanai oleh sponsor dari Indonesia. Saat ini sudah ada 3.000 anak sponsor aktif yang terdaftar dalam program Child Sponsorship, namun sudah lebih dari 109.300 orang anggota masyarakat mendapat manfaat dari pendampingan Wahana Visi Indonesia di Maro. Kisah ini diawali tanggal 11 Agustus 2011, ketika tiga orang sponsor dan satu staf pendamping melakukan perjalanan di malam hari dengan pesawat Merpati. Rute yang ditempuh cukup panjang dan melelahkan, yaitu Jakarta – Makasar – Biak – Jayapura - Merauke. Akhirnya, tibalah rombongan ini besok harinya tanggal 12 Agustus 2011 di Bandara Mopah, Merauke, pada pukul 09.20 WIT.

Di bandara, rombongan pun disambut oleh seorang staf Wahana Visi di Maro, Paulus Budi Wibowo, yang biasa dipanggil Mas Bowo. Mas Bowo menjadi fasilitator rombongan selama kunjungan di Maro.

Setelah makan siang yang dilakukan di kantor Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Maro, kami d i p e r k e n a l k a n

sekilas tentang

Perjalanan para sponsor menyaksikan

wilayah pelayanan Wahana Visi Indonesia

kembali dilakukan pada tanggal 11-16

Agustus 2011. Kali ini wilayah yang dituju

adalah wilayah paling timur Indonesia

di Papua, tepatnya di Kabupaten Maro/

Merauke.

Wahana Visi Kantor Operasional Maro (d/h ADP Maro). ADP Maro ini mencakup empat distrik, yaitu Malind, Semangga, Naukenjerai, dan Merauke. Kami dijelaskan bahwa salah satu tujuan ADP Maro adalah agar “anak bersekolah sesuai dengan usianya” karena ini merupakan permasalahan umum di Maro dikarenakan adanya paradigma orangtua bahwa tanpa pendidikan mereka dapat bertahan hidup. Setelah briefing, kami pun diajak mengelilingi kota Merauke. Agenda hari kedua membawa kami menuju SD YPPK Santo Johanes Don Bosco di Onggari, Distrik Malind. Perjalanannya pun luar biasa karena memakan waktu tiga jam dan harus menggunakan kapal untuk menyeberangi Sungai Kumbe. Di salah satu Kelompok Belajar Anak (KBA) yang menjadi dampingan dari Wahana Visi, kami dapat melihat kegiatan belajar anak-anak dan juga menyanyi bersama mereka. Walaupun tanpa alas kaki (sepatu/sandal), semangat

anak-anak tersebut tetap tinggi untuk belajar. Hal ini sungguh mengingatkan kami untuk selalu bersyukur atas setiap hal yang bisa kami nikmati. Di sana pun ada

perpustakaan, sumbangan Wahana Visi.

Dari Onggari, kami menuju ke Kelompok Swadaya Anak

(KSA) BUM di Kumbe, yang merupakan sebuah bangunan di atas tanah milik sebuah gereja.

(15)

Tali Kasih

Dalam bangunan tersebut, terdapat beberapa perangkat komputer. Seorang tutor sedang mengajar beberapa anak tentang cara menggunakan program komputer. Di sela-sela kesibukan belajar komputer tersebut, anak-anak KSA menyanyikan tiga buah lagu tentang Papua untuk kami yang membuat kami sangat merasa diterima menjadi bagian kehidupan mereka.

Hari ketiga adalah saat yang kami nanti-nantikan, di mana kami bertemu dengan anak-anak sponsor kami. Jika selama ini kami hanya mengenal mereka melalui tulisan mereka, kini kami dapat berjumpa dan bertatap muka dengan mereka. Betapa sukacitanya hati kami ketika satu per satu anak-anak sponsor tiba di kantor operasional Wahana Visi.

Rekan-rekan staf lapangan segera mengenalkan setiap anak kepada masing-masing sponsornya dan mereka diberi kesempatan untuk memiliki waktu bersama walaupun singkat adanya. Tiada pernah terduga oleh kami bahwa anak-anak ini bersama keluarganya telah menyiapkan sebuah tanda mata yang dibuat sendiri. Sangat terharu kami dengan pemberian tulus dari anak-anak ini yang diberikan dengan senyum kebanggaan dan sukacita bahwa mereka bersyukur dan berterima kasih untuk kesempatan bertemu dengan sponsornya.

Setelah pertemuan tersebut, kami pun makan siang bersama dengan anak sponsor. Kebersamaan dalam sebuah kesederhanaan menjadi hal yang sangat membahagiakan. Melihat anak-anak ini dapat merasa nyaman bersama kami yang mungkin merupakan orang-orang baru dalam kehidupan mereka, kami jadi mengerti bahwa sebuah penerimaan tidak harus dinyatakan dalam kemewahan. Kebersamaan ini harus berakhir setelah acara makan siang, namun dengan sebuah kesan mendalam bagi para sponsor dan anak sponsor. Kegiatan hari itu dilanjutkan dengan mengunjungi Tugu 0 Km di Sota. Inilah batas akhir dari Indonesia bagian timur, dan di sini terdapat kembaran dari tugu yang terdapat di Sabaang, yaitu Tugu Sabang – Merauke. Hari berikutnya kami pun kembali melakukan kunjungan ke beberapa sekolah yang sudah didampingi oleh Wahana Visi Indonesia. Salah satunya, SD Maria Fatima, sudah menerapkan metode PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Melalui metode PAKEM ini, proses

belajar-belajar menjadi lebih menyenangkan dan menarik bagi para siswa. Di beberapa sekolah lain, Wahana Visi Indonesia memberikan bantuan berupa pelatihan tim guru pengajar di sekolah tersebut ataupun pembangunan ruangan Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Setelah itu, kami menuju ke rumah salah satu anak dampingan Wahana Visi, dan bertemu dengan anak-anak yang bergabung dalam KSA Mopah Lama yang aktif melakukan kegiatan musik. KSA ini pernah berprestasi menjadi juara III tingkat nasional dalam pemilihan KSA terbaik dalam lingkup Wahana Visi Indonesia.

Di malam terakhir kami di Merauke, kami berkumpul bersama rekan-rekan sraf Wahana Visi Kantor Operasional Maro. Makan malam bersama sambil berefleksi semakin mempererat hubungan kami. Serangkaian perjalanan selama empat hari di Merauke membuat kami mengerti bahwa melalui bagian apa pun yang kami ambil (baik sebagai sponsor maupun staf), ada senyuman anak-anak Indonesia yang menyambut kami.

Meskipun kami sudah tidak di Merauke, dan masing-masing kami kembali ke keseharian kami, senyuman anak-anak Merauke itu selalu ada dalam benak dan hati kami. Menjadi tugas kami untuk menyampaikan kepada setiap sponsor, bahwa di ujung paling timur Indonesia ini, ada anak-anak Merauke yang bisa merasakan kebahagiaan melalui komitmen dan perhatian dari sponsor Wahana Visi Indonesia yang menjadi partner setia kami untuk membawa perubahan yang lebih baik. (K&P)

(16)

Tali Kasih

Fotografer: Christine, Emiria Siregar, Berliana Simanjuntak, Gratia Fransisca, Otis Kawer, Sesilia Theresia, Paulus Wibowo

(17)

Laurensius Turut, Juragan Karet

Unggul dari Nanga Mahap

B. Marsudiharjo

Dari pelatihan Wahana Visi itu saja modalnya,” kata Laurensius Turut (63), yang mendapatkan kesempatan magang di Sintang, Kalimantan Barat.

Berawal dari pelatihan itu, Turut mulai menanam karet unggul ketika orang lain masih enggan mencobanya. Kini ia sudah mulai merasakan jerih payahnya dan banyak orang mulai ikut menanam karet unggul.

Turut sekarang memiliki 8 ha lahan yang ditanami karet unggul, 200-300 pohon di antaranya sudah bisa ditoreh. Sekali menoreh ia mendapat penghasilan Rp200-300 ribu. Dalam tiga tahun ke depan, ribuan pohon karetnya sudah bisa ditoreh semua.

Turut masuk pedalaman Kalimantan, meninggalkan kampung halamannya di Jawa Tengah, pada tahun 1968. Dengan ijazah SPG, Turut kemudian mengajar di SD Yayasan Karya di Nanga Tura. Tahun 2008, Turut pensiun sebagai kepala sekolah. Di luar waktu mengajar, Turut bekerja keras di kebun, hingga banyak tetangga memberikan komentar negatif.

Sosok

“Bapak sudah punya gaji kok masih kerja keras. Untuk apa (kerja keras)?” kata Turut, menirukan salah satu orang yang mengomentarinya.

“Uang itu tidak mencukupi. Kalau saya minta uang kamu, pasti cuma dikasih sedikit,” canda Turut.

Turut mulai bekerjasama dengan Wahana Visi sejak tahun 1998. Sebagai kepala sekolah, ia menjadi orang yang selalu dihubungi staf Wahana Visi karena banyak murid-muridnya direkrut menjadi anak sponsor.

Selain itu, Turut juga dipilih sebagai Komite Proyek, sehingga banyak berhubungan dengan Wahana Visi dalam melayani masyarakat.

Berkat keberhasilannya, banyak anggota KSM dari Sambas dan dari tempat-tempat lain di Kalbar, bahkan dari Aceh dan Nias, belajar dari Turut tentang seluk-beluk mengembangkan karet, seperti jarak tanam dan obat yang dipakai.

Turut menikah dengan perempuan Dayak bernama Anastasia Delon (53) dan dikarunia empat anak bernama Endang Trihastuti (36), Henrikus Sutoyo (34), Adriana Astriningsih (31), dan Bruno Sunaryo. (K&P)

(18)

Sosok

Mantan Anak Sponsor

Mengajar Anak Sponsor

B. Marsudiharjo

B

eberapa tahun lalu, Anna Maria (22) masih merupakan anak sponsor Wahana Visi Indonesia. Sekarang ia sudah menjadi guru Bahasa Inggris di sekolah di mana banyak anak sponsor belajar di situ.

Anna yang mengajar di SMP dan SMA Slamet Riyadi di Kecamatan Batang Tarang, Kabupaten Sanggau, ini merasa bahwa menjadi anak sponsor merupakan berkat, maka dengan profesinya sebagai guru, ia ingin menyalurkan berkat bagi anak-anak didiknya.

Itulah sebabnya, saat mengajar, Anna tidak hanya mentransfer ilmu yang dimilikinya, tetapi juga memberikan dorongan kepada anak-anak didiknya yang kehilangan motivasi. Anna tinggal di Batang Tarang. Dulu ia belajar di SD dekat rumah, yang bisa dicapai selama lima menit dengan berjalan kaki.

Anna menjadi anak sponsor sejak SD hingga SMA. Ia kuliah di Akademi Bahasa Asing (ABA) jurusan Bahasa Inggris di Pontianak dan lulus tahun 2010.

Pengalaman paling menarik sebagai anak sponsor adalah ketika mendapat kesempatan dipilih menjadi duta anak pada tahun 2003. Sebagai duta anak, ia mendapat kesempatan melakukan perjalanan ke Jakarta bersama tiga teman lain dari Sanggau. Kesempatan ini sangat berkesan bagi Anna karena ia bertemu teman-teman dari daerah lain. Di acara itu ada pentas budaya yang menampilkan beragam budaya dari daerah-daerah di seluruh wilayah layanan Wahana Visi.

Selain merupakan pengalaman pertama ke Jakarta, kesempatan itu juga merupakan pengalaman naik pesawat terbang pertama.

“Saya tidak takut karena ramai-ramai (bersama teman-teman lain),” kata Anna.

Anna mengawali kegiatan hariannya dengan bangun pukul 5.30 lalu mempersiapkan diri menuju sekolah untuk mengajar Bahasa Inggris di SMP. Jam 11, Anna pulang ke rumah untuk istirahat, tetapi kembali lagi ke sekolah siang hari dan mengajar di SMP hingga pukul 17.00.

Anna punya satu kakak laki-laki dan satu kakak perempuan, keduanya tamat SMA dan sudah bekerja. Ia punya dua adik laki-laki, satu sudah lulus SMA sedang yang bungsu masih kelas 1 SMP.

Anna bersyukur bisa kuliah hingga di kota Pontianak. “Untuk kakak mungkin tidak ada kesempatan karena orangtua masih membiayai pendidikan beberapa anak secara bersamaan,” kata Anna.

Kehadiran Wahana Visi di wilayahnya sangat bermanfaat bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.

“Talenta saya berkembang karena mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Wahana Visi,” kata Anna.

“Kalau tidak ada Wahana Visi, saya tidak bisa membayangkan seperti apa saya saat ini,” kata Anna, yang pernah mendapat bantuan biaya pendidikan, sepatu, tas, buku dan alat tulis. (K&P)

(19)

Sinergi

”Yuk ..., Kerja Bareng-bareng”

Juliarti Sianturi

K

omunikasi dua arah antara Wahana Visi Indonesia wilayah Penjaringan dengan masyarakat Kelurahan Kamal Muara dan Penjaringan nantinya akan memegang tongkat estafet keberlanjutan program terjalin pada kegiatan triangulasi program yang diselenggarakan tanggal 19 Mei sampai 20 Mei 2011 lalu di Wisma Hijau, Cimanggis, Depok. ”Suatu jejaring yang bagus. Untuk ke depannya, kita perlu sekali jejaring dengan Wahana Visi. Alasannya, Wahana Visi punya program di bidang nutrisi, di bidang ekonomi, dan di bidang HIV. Di wilayah kami, lengkap semuanya (masalah). Nutrisinya ada, ekonominya ada, HIV-nya ada,” ujar Sri Rahayu (58), Direktur Yayasan Putri Mandiri, sebuah yayasan peduli HIV dan AIDS yang berlokasi di RT 02/13, Penjaringan, Jakarta Utara, salah seorang peserta kegiatan ini.

Ibu yang akrab dipanggil Bu Ayu ini berharap melalui jejaring dengan Wahana Visi, maka akan terjalin kemitraan yang saling menguntungkan. Sri berharap yayasan yang dikelolanya akan mampu memberikan program dalam bidang nutrisi dan ekonomi bagi masyarakat, khususnya wanita pekerja seks (WPS), baik yang masih aktif atau tidak, dengan terjalinnya kerja sama tersebut.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menyamakan pandangan di antara anggota masyarakat, termasuk pemerintah di tingkat kelurahan dan yayasan lokal, dalam rangka membangun kemitraan yang strategis dan integratif dalam pengimplementasian program.

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari proses penggalian potensi dan masalah yang ada di Kelurahan Penjaringan dan Kamal Muara, wilayah dampingan Wahana Visi Kantor Operasional Penjaringan.

Sebelumnya, Wahana Visi Indonesia melaksanakan kajian partisipatoris yang berhasil menggali masalah dan potensi masyarakat di Kamal Muara dan Penjaringan. Kajian ini dilakukan dalam rangka merangkum kondisi sosial, ekonomi, fisik, dan demografi. Selain itu, melalui kajian ini dipetakan dan dianalisa kebutuhan atau permasalahan yang terjadi di Kelurahan Kamal Muara dan Penjaringan.

Kajian ini menghasilkan penemuan permasalahan terkait isu kesehatan balita, perilaku remaja berisiko HIV, rendahnya penghasilan keluarga, dan perlindungan anak. Khusus di klaster 2, tergali permasalahan kesehatan menyangkut kesehatan anak usia sekolah (7-18 tahun), yaitu 21 dari 29 anak pernah menderita tifus.

Vol.23/2011 Kasih&Peduli | 19 Lokakarya triangulasi program ini juga terselenggara dengan tujuan untuk mengkonfimasi kembali hasil penemuan kajian tersebut kepada sekitar 50 anggota masyarakat, termasuk anak.

Mereka dibagi per kelompok yang didasarkan kepada pembagian wilayah yang menjadi lokasi kajian, yaitu Klaster 1 (RW 01 dan RW 04 Kelurahan Kamal Muara), Klaster 2 (RW 03, 04, dan 17 Kelurahan Penjaringan), Klaster 3 (RW 07, 09, 10, dan 12 Kelurahan Penjaringan), dan Klaster 4 (RW 13, 14, 15, dan, 16 Kelurahan Penjaringan).

Kemitraan strategis dan integratif pun akan terjalin. Tujuan utama, yaitu peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, terutama anak, pada akhirnya akan tercapai. (K&P)

Salah seorang perwakilan masyarakat dari Kelurahan Penjaringan sedang menjelaskan kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk menanggulangi masalah gizi di wilayahnya. Presentasi ini merupakan rangkaian kegiatan penyusunan program antara Wahana Visi Indonesia kantor operasional Penjaringan dengan masyarakat dan pemerintah yang terselenggara sejak 19 Mei sampai 20 Mei 2011 lalu di Wisma Hijau, Cimanggis, Depok.

(20)

Sinergi

Delon Mengapresiasi 800

Kader Posyandu Jakarta

Mega White

D

elon bersama motivator Eloy Zalukhu memberikan apresiasi kepada 800 kader Posyandu dalam acara Jambore Kader Posyandu bertema ”Tingkatkan Semangat dan Kinerja Kader untuk Mewujudkan Anak Indonesia Sehat, Kreatif, dan Berakhlak Mulia.” Acara ini diselenggarakan Wahana Visi Indonesia mitra dari World Vision Indonesia di Wisma Kinasih, Bogor, 30 Juni - 1 Juli 2011. Delon, finalis Indonesian Idol, hadir bersama Eloy Zalukhu untuk berbagi kisah bersama para kader yang tanpa pamrih mengabdi di posyandu-posyandu di Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Di acara yang dibuka oleh Eka Murdhani, Ketua TP PKK Jakarta Timur ini, Delon dan Eloy mendorong agar para kader terus melangkah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak dan masyarakat.

”Di tengah segala keterbatasan, para kader posyandu telah membuktikan, bahwa dengan semangat, komitmen, dan kerja keras yang tak lekang oleh waktu, siapa pun dapat membuat perubahan yang berarti bagi kesehatan ibu dan anak,” ucap Delon di hadapan para kader.

Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, jambore ini diselenggarakan untuk mendukung upaya pemerintah dalam menjawab tantangan kesehatan ibu dan anak.

Saat ini dari 29.977 kader posyandu yang ada di DKI Jakarta, baru 1.634 yang terdata telah melayani di atas 5 tahun dan karenanya berhak mendapat kartu tanda pengenal, yang berfungsi sebagai kartu berobat gratis di puskesmas dan 17 Rumah Sakit.

Para kader posyandu merupakan penggerak utama upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Menurut Riskesdas 2010, status gizi balita buruk dan kurang di DKI Jakarta yang pada tahun 2007 mencapai 12,9% turun menjadi 11,3% pada tahun 2010. Suatu bukti prestasi yang tak lepas dari peran para kader posyandu.

”Posyandu dapat menjangkau masyarakat hingga ke tingkat yang paling bawah, yang tidak terjangkau oleh fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. Di tengah kurangnya tenaga kesehatan, perhatian untuk para kader harus menjadi prioritas pemerintah dan mendapat dukungan pihak swasta,” kata Hendi Julius, Manajer Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Jakarta.

Sesuai definisi Permendagri, Posyandu merupakan upaya pembangunan kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat serta memberikan pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.

800 kader posyandu dampingan Wahana Visi Indonesia, se-Jakarta Timur dan Jakarta Utara membentuk formasi ‘KADER OK’.

Posyandu juga merupakan media deteksi dini kekurangan gizi pada bayi, balita, dan ibu hamil. Pemeriksaan dan penyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan dan kader di posyandu merupakan sarana efektif mengurangi risiko kematian anak dan ibu. Pemerintah tidak akan dapat mencapai tujuan pembangunan milenium 1c (gizi), 4 (mengurangi angka kematian anak), dan 5 (mengurangi angka kematian ibu) tanpa memberikan perhatian serius pada posyandu dan sumber daya manusianya. (K&P)

(21)

Sinergi

Vol.23/2011 Kasih&Peduli | 21

Pemuka Agama Maju Bersama

Tanggap HIV dan AIDS

Ikene Sere Edwina

T

ujuh pemuka agama tingkat nasional berkumpul dalam Konferensi Lintas Iman tentang HIV dan AIDS di Gedung Kemensos tanggal 18-19 Mei 2011. Acara yang diinisiasi Kemensos RI, World Vision Indonesia, INTERNA, dan Komisi Penanggulangan AIDS ini menjadi ajang mempersatukan para pemuka agama untuk bersinergi membahas isu, bertukar informasi, serta membangun strategi penanggulangan HIV dan AIDS demi anak Indonesia sejahtera. Perang terhadap HIV dan AIDS sudah dimulai lebih dari satu dekade, namun pandemi AIDS di Indonesia masih merupakan yang paling cepat perkembangannya di Asia. Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, pada tahun 2014 diperkirakan Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) akan bertambah dua kali lipat dibandingkan tahun 2008, dari 227.700 menjadi 501.400 orang.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hingga akhir Desember 2010 di Indonesia terdapat 24.131 kasus AIDS yang dilaporkan yang tersebar di 300 kabupaten dan 32 propinsi. Angka kumulatif kasus AIDS di Indonesia adalah 10,46 per 100.000 penduduk, sementara jika dilihat per daerah maka angka tertinggi adalah Papua (16,6 kali angka nasional), Bali (4,7 kali angka nasional), dan DKI Jakarta (4,3 kali angka nasional). Untuk kasus HIV positif terbanyak hingga Desember 2010 adalah DKI Jakarta (14.275), Jawa Timur (7.217), Jawa Barat (4.317), Sumatra Utara (3.789), dan Kalimantan Barat (2.603). Penyebaran HIV dan AIDS kian meluas tanpa memandang suku, agama, profesi, usia, dan identitas sosial lainnya.

Tingkat penyebaran HIV dan AIDS yang semakin mengkhawatirkan ini memerlukan penanggulangan secara

terpadu dari berbagai pihak, baik pemerintah, NGO, tokoh lintas agama maupun masyarakat sipil. Pemuka agama memegang peranan strategis untuk menanggulangi dampak buruk sekaligus memutus mata rantai penyebaran HIV dan AIDS.

Dasar pemikiran ini mendorong World Vision Indonesia, Kementrian Sosial RI, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan Indonesia Interfaith Network on HIV and AIDS (INTERNA), mempersatukan para pemuka agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu dalam “Konferensi Lintas Iman tentang HIV dan AIDS” untuk bersinergi dalam satu pesan “Maju Bersama Tanggap HIV dan AIDS untuk Anak Indonesia Sejahtera.”

Konferensi ini dibuka oleh Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Kependudukan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup, dr. Emil Agustiono, M.Kes. Dokter Emil mengingatkan kembali target penanggulangan AIDS yang telah ditetapkan dalam Strategi Nasional tahun 2010-2014 dan pelaksanaan Inpres No. 3 tahun 2010. “Saya berharap partisipasi lintas agama dapat mendukung pencapaian target nasional ini dan melindungi anak bangsa dari ancaman HIV dan AIDS,” ujarnya. Direktur Nasional World Vision Tjahjono Soerjodibroto dalam sambutannya menyatakan, ”Para pimpinan agama mempunyai kesempatan yang intensif untuk membagikan kepedulian, meningkatkan pengetahuan dan inisiatif kepada umat atau jamaah dalam menanggapi isu HIV dan AIDS. Lewat interaksi dengan umat akan timbul pemahaman lebih utuh untuk menghindari penularan HIV dan AIDS serta menghindari sikap diskriminatif.” (K&P)

Para peserta konferensi lintas iman di Salemba tanggal 18 Mei.

(22)

Berita dalam Gambar

The Choir Company

Kembali Datang ke

Indonesia Mendukung

Child Sponsorship

Program

Indonesia kepada anak-anak yang hidup dalam kemiskinan. Tahun 2011 ini, tim Wahana Visi Indonesia bekerja sama dengan The Choir Company dan beberapa gereja di Bandung dan Jakarta menggelar konser yang bertajuk “Let Us Stand”. Acara ini dimulai di kota Bandung pada tanggal 6 Agustus 2011 di BTC Fashion Mall dan 7 Agustus 2011 di Inspire Community Center, dilanjutkan pada tanggal 9 Agustus 2011 di Gereja Kristus Ketapang - Jakarta, 10 Agustus 2011 di GKI Kayu Putih, 11 Agustus 2011 di GKI Bekasi Timur, dan ditutup pada tanggal 12 Agustus 2011 di GBI Bukit Zaitun.

Sekitar 10 lagu dibawakan oleh TCC di setiap konser, mulai dari lagu-lagu yang dipopulerkan oleh Don Moen seperti

P

ada Jumat siang yang cerah awal bulan Agustus, sekelompok ‘bule’ terlihat bergerombol mendatangi kantor Wahana Visi Indonesia di Jalan Wahid Hasyim 31, Jakarta Pusat. Siapa mereka? Mau apa mereka?

Mereka adalah para anggota The Choir Company (TCC), sebuah group musik asal Belanda yang beranggotakan para penyanyi dan pemusik profesional. Siang itu merupakan kunjungan perdana mereka ke kantor Wahana Visi Indonesia setelah tiba di Jakarta sehari sebelumnya, sekaligus hari pertama di mana mereka akan berangkat ke Bandung dan menggelar konser di Kota Kembang itu.

Sejak tahun 2001, TCC rutin datang ke Indonesia setiap dua tahun sekali untuk menggalang kepedulian dari masyarakat

(23)

Dokumentasi Wahana Visi

Vol.23/2011 Kasih&Peduli | 23

Berita dalam Gambar

The Greatness of You, Arise, Thank You Lord, sampai lagu-lagu yang dipopulerkan oleh Hillsong seperti Mighty to Save dan Still. Beberapa lagu dalam bahasa Indonesia pun fasih dinyanyikan oleh para ‘bule’ ini.

Dan di tahun ini, ada hal yang berbeda dari konser-konser sebelumnya, yaitu adanya 14 orang Backing Vocal TCC yang merupakan para penyanyi Indonesia. Dan di beberapa konser pun ada bintang tamu, seperti Sidney Mohede, Choky Sitohang, The Disciples, dan Edward Chen. Tentu saja mereka tidak hanya ingin ditonton, tetapi mereka mengajak setiap jemaat untuk memuji dan menyembah Tuhan bersama.

Potret kehidupan anak-anak dan masyarakat Indonesia yang berkekurangan merupakan faktor penggerak utama The Choir Company untuk berkomitmen datang ke Indonesia dengan biaya mereka sendiri. Wahana Visi Indonesia sama sekali tidak membayar biaya kedatangan mereka.

Rangkaian konser TCC selama di Indonesia ini menghasilkan sponsor untuk 348 anak. Jika para personil TCC yang notabene berada tinggal nun jauh di Belanda sana mau peduli terhadap anak-anak di negeri ini, lantas bagaimana dengan kita?(K&P)

(24)

Kiprah

Anak

Pesta Tanpa Pengantin di

Desa Baho

Musi Ya’aman Gea

P

esta merupakan hal yang cukup istimewa bagi masyarakat Nias. Pada setiap acara pesta, orang berbondong-bondong untuk menghadirinya, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Menurut perspektif sebagian besar masyarakat Nias, terutama di pelosok pedesaan, pesta selalu identik dengan pengantin, sehingga muncul paradigma: “Tiada pesta tanpa sepasang pengantin.”

Maka sangat mengherankan ketika Wahana Visi Indonesia bersama masyarakat mengadakan Pesta Anak tanpa pengantin di Desa Baho.

Kegiatan ini dilakukan pada hari Minggu, 22 Mei 2011, pukul 14.00 sampai dengan 18.30 WIB. Acara yang berfokus pada kegiatan anak ini dihadiri sekitar 500 orang, atau 70 persen dari total penduduk Desa Baho.

Desa Baho merupakan salah satu desa dampingan Wahana Visi Kantor Operasional Nias sejak 2,5 tahun yang lalu. Di seluruh desa ini tersebar 146 orang wakil anak yang berusia 3-14 tahun. Masyarakat, terutama anak-anak, sudah cukup banyak menerima manfaat melalui kemitraan dengan Wahana Visi, baik di bidang kesehatan, pertanian, dan pendidikan. Salah satu program pendidikan yang dirasakan oleh anak-anak adalah Kelompok Bermain Anak (KBA).

Di Desa Baho ada tiga KBA yang setiap minggunya mengadakan kegiatan bermain sambil belajar bagi anak-anak desa.

Tujuan dari perayaan pesta anak ini adalah untuk meningkatkan motivasi anak dan pendamping dalam berpartisipasi pada kegiatan KBA, meningkatkan kesadaran orangtua betapa pentingnya pendidikan bagi anak, dan untuk meningkatkan kemitraan Wahana Visi dengan masyarakat Desa Baho. Salah seorang anggota DPRD Kabupaten Nias Utara yang merupakan putra Desa Baho juga ikut memeriahkan dan berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Tidak hanya itu saja, warga desa tetangga, yakni Desa Dahana Hiligodu, secara bergerombong datang untuk menyaksikan kegiatan bersejarah bagi anak-anak Desa Baho tersebut.

Adapun acara anak-anak yang dilakukan pada saat itu adalah lomba Tari Maena antar KBA, lomba vocal group antar KBA, lomba tari kreasi antar KBA, lomba joget balon berpasangan antar KBA.

Pada akhir kegiatan ini, anak-anak bersama orangtua mengekspresikan kegembiraan dan antusiasme mereka melalui joget bersama yang diiringi musik dangdut dan remix rohani. Seluruh rangkaian kegiatan, mulai dari penggagasan, pembentukan panitia hingga pelaksanaan acara dilaksanakan dengan baik. Semuanya diatur dan dipandu oleh masyarakat. Panitia bekerjasama dengan pengurus KSM, pendamping KBA, pemerintah desa, dan tokoh-tokoh gereja dalam melakukan kegiatan ini. (K&P)

*Penulis adalah staf Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Nias.

(25)

Kiprah

Anak

Vol.23/2011 Kasih&Peduli | 25

Anak-anak Diajak Menyalurkan

Ide Kreatif Lewat Tulisan

Evi Susanti

D

emi mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, Wahana Visi Indonesia didukung oleh World Vision Indonesia mengajak anak-anak di Aceh Besar, untuk memberikan ide-ide kreatif mereka tentang upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak lewat workshop menulis “Aku Ingin”, pada tanggal 13-14 Juni 2011 di Banda Aceh.

Kegiatan ini dimaksudkan agar anak-anak Aceh Besar mampu bersaing dengan anak-anak lain di tingkat nasional, dalam hal menyalurkan kreativitas mereka lewat tulisan. Dengan tema “Aku Ingin Ibu dan Anak

Indonesia Memiliki Gizi yang Baik”, Wahana Visi Indonesia Kantor Aceh Besar mengikutsertakan 21 anak usia 12-18 tahun dari Kecamatan Lhoknga, Pekan Bada dan Leupung dalam kegiatan workshop sekaligus lomba menulis.

Saat pembukaan workshop, Popi Ferdianti,

Koordinator Program Wahana Visi Indonesia Aceh Besar, menyampaikan perlunya menumbuhkan budaya menulis bagi anak sebagai bentuk pemenuhan hak anak dalam berkreasi.

”Lewat kegiatan ini, anak-anak dimotivasi agar mulai gemar menulis dan membuktikannya lewat lomba menulis ’Aku Ingin’, sebagai persiapan mengikuti lomba sejenis di tingkat nasional,” ungkan Popi.

Ia berharap setelah mengikuti workshop ini, anak-anak mampu menghasilkan karya tulis yang baik dan bisa bersaing dalam kompetisi tingkat nasional tersebut, yang akan diadakan oleh World Vision. ”Workshop ini merupakan stimulus awal bagi anak, untuk ikut berperan menyampaikan idenya lewat tulisan terkait upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak,” tambahnya.

Tabrani Yunis selaku fasilitator yang juga redaktur majalah POTRET mengatakan, bahwa anak-anak kita mempunyai potensi dan talenta yang sangat besar dalam menulis. Oleh

sebab itu, sangat diharapkan potensi dan talenta tersebut terus dikembangkan secara

optimal, baik oleh orangtua maupun guru-guru di sekolah.

”Apa yang dilakukan oleh Wahana Visi

Indonesia Aceh Besar selama dua hari ini, adalah sebuah

aktivitas yang sangat bermanfaat untuk m e n g e m b a n g k a n potensi dan talenta menulis anak-anak,” kata Tabrani. Dia berharap kegiatan serupa bisa dilakukan dan diaplikasikan di daerah lain di Aceh, sehingga akan tumbuh generasi penulis dan bukan hanya penutur lisan. (K&P)

* Penulis adalah Staf Education Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Aceh.

(26)

Kiprah

Anak

Buah Ketekunan Ruvy dalam

Melakukan Kegiatan Rutin

B. Marsudiharjo

R

uvy Rizka (14) biasanya memulai kegiatan hariannya pada jam 04.00 pagi dan selesai pukul 10.00 malam ketika dia pergi tidur.

Segera setelah bangun, Ruvy mandi, sholat subuh, menyiapkan seragam sekolah, membantu ibunya menyiapkan sarapan, menyantap sarapan, lalu pergi ke sekolah hingga jam 2.00 siang. Ia tiba di rumah sekitar pukul 2.30 WIB dan langsung menikmati makan siang, sholat sore, istirahat, mandi, lalu membantu ibunya untuk membuat kue.

Dia istirahat selama satu jam, biasanya menonton televisi, sampai jam 07:00 ketika dia menikmati makan malam. Setelah makan malam, dia akan membahas ulang pelajaran sekolah dan mengerjakan PR sampai jam 9.00 atau 10.00 malam.

Ruvy rajin melakukan tugas rutin harian, tetapi selain dari kegiatan tersebut dia masih punya kegiatan lain.

Ruvy aktif terlibat dalam Forum Anak Da BaJay, yang dibentuk Wahana Visi Indonesia untuk memberikan kesempatan bagi remaja dari Banyu Urip dan Putat Jaya untuk belajar berorganisasi. “Saya ditunjuk sebagai kepala divisi multimedia dalam organisasi,” kata Ruvy, menjelaskan bahwa perannya adalah mempersiapkan dokumentasi kegiatan organisasi.

Para anggota forum anak ini rapat sebulan sekali untuk membahas berbagai isu seperti HIV & AIDS dan penyalahgunaan

obat terlarang, dua masalah terbesar di daerah Banyu Urip dan Putat Jaya. Kedua daerah ini dikenal sebagai daerah pelacuran terbesar di negeri ini.

“Saya ingin menjadi seorang peer educator,” kata Ruvy, yang yakin bahwa peer educator berguna untuk upaya dalam mencegah penyebaran HIV & AIDS.

Sebagai imbalan atas pengorbanan waktunya untuk bergabung dengan kegiatan Wahana Visi Indonesia, Ruvy mengakui bahwa kegiatan ini telah mengubah hidupnya.

“Kegiatan Wahana Visi Indonesia telah menambah pengetahuan saya, membuat saya lebih mandiri, dan saya mendapat banyak teman,” kata Ruvy, yang bercita-cita untuk menjadi seorang perawat.

“Ketika saya di sekolah dasar dan bila teman sekelas saya jatuh dan terluka, saya selalu membawa dia ke klinik sekolah,” katanya, memberikan alasan bahwa apa yang dia lakukan di masa lalu telah memotivasi dia untuk menjadi petugas kesehatan.

Ruvy adalah siswa kelas tiga SMPN di kota Surabaya. Dia adalah anak kedua dari pasangan Evi Handayani (42) dan Rudi Fauzi (46).

Kakaknya, Alif Hamka, kuliahh di Institut Teknologi Surabaya pada semester pertama, sementara adiknya, Rafli Yahya (11), masih di kelas lima SD.

Meskipun empat tahun lagi baru bisa masuk perguruan tinggi, Ruvy benar-benar ingin mendapat kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi negeri, seperti kakaknya.

Itulah sebabnya maka dia rajin belajar di sekolah dan mengikuti KBA (kelompok belajar anak) Wahana Visi Indonesia. “Karena kegiatan KBA di rumah saya, maka saya selalu ikut,” kata Ruvy, mengacu pada kegiatan belajar informal yang dibantu oleh seorang fasilitator. Kegiatan dalam KBA biasanya mengulangi pelajaran di sekolah.

Atas kerja kerasnya, dia tetap berada pada posisi lima besar di kelas. Dia selalu ditempatkan di kelas A, kelas bagi siswa cerdas.

(27)

Vol.23/2011 Kasih&Peduli | 27

Kiprah

Anak

“Tentu saja keterlibatan saya dalam KBA membantu saya mencapai prestasi di sekolah. Jika ada masalah pelajaran di sekolah, maka saya dapat bertanya kepada fasilitator di KBA,” katanya.

Ruvy adalah anak sponsor dari sebuah keluarga di Australia. Setiap tahun Ruvy mendapat kartu ulang tahun, yang ditandatangani oleh empat anak orangtua sponsornya: Marion, Robbie, Catherine, dan Megan. Ruvy senang menerima kartu ulang tahun itu dan dia selalu menjawab dengan mengirim surat.

Sejak di TK, ia sering berprestasi dan sering memenangkan kejuaraan di tingkat provinsi dan mendapat piala.

Ibunya biasanya mengantarnya dengan sepeda motor ke sekolah, tetapi kadang-kadang dia pulang dengan angkutan umum.

“Sejak kelas tiga SD, saya diajarkan untuk mandiri. Jika ibu tidak bisa menjemput, saya akan pulang dengan bemo,” katanya mengacu pada angkutan umum lokal.

Evi, ibu Ruvy, juga aktif dalam kegiatan Wahana Visi Indonesia. Dia adalah anggota Wahana Visi Indonesia Crisis Center, Cahaya Mentari, yang berperan untuk mendampingi anak-anak dan orang dewasa yang mengalami pelecehan.

Evi dan anggota lain dari Crisis Center sering diminta untuk mempresentasikan pekerjaan sosial mereka untuk orang di kabupaten lain, seperti Malang, Blitar, dan bahkan provinsi lain, seperti Jakarta dan Sulawesi Tengah.

Evi bekerja sebagai penjual kue tradisional, sementara suaminya bekerja sebagai penjahit tenda. Dulu mereka punya usaha sendiri, tetapi bangkrut karena kena krisis ekonomi nasional pada tahun 1998.

“Waktu itu kami tidak punya uang untuk makan, dan kami harus memulai kehidupan dari nol,” kata Evi, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Wahana Visi Indonesia karena telah memfasilitasi dia dengan pelatihan cara membuat kue. Saat ini, Evi dapat memproduksi dan menjual 1.000 kue sehari dan mendapat keuntungan bersih sekitar Rp 100.000. (K&P)

S

igrigel RJ Poko (37), ketua Credit Union (CU) Maifali Dusun Oemata Desa Keoen Kecamatan Pantai Baru, Rote, tersenyum bangga karena melalui CU yang dipimpinnya masyarakat dusunnya tetap bisa menyekolahkan anaknya dan membeli pupuk untuk modal pertanian melalui pinjaman dari CU.

CU Maifali didirikan pada bulan Juni 2006 dengan jumlah anggota 27 orang. Sekarang jumlah anggota sudah bertambah menjadi 51 orang dengan aset sekitar Rp 60 juta, yang terkumpul melalui Simpanan Pokok Rp 15.000 dan Simpanan Wajib Rp 5.000 per bulan.

“Kami menerapkan bunga pinjaman 2% dengan jangka waktu tiga bulan, namun jika belum lunas, maka bisa dilunasi pada bulan keempat dengan bunga yang tetap 2%. Jika lebih dari empat bulan, maka bunga akan menjadi 5% karena ini merupakan kesepakatan kami!” kata Rigel, panggilan ketua CU itu.

”Saya sebagai ketua harus tegas, maka saat mertua dan adik ipar saya tak bisa melunasi pinjamannya, mereka juga dengan sukarela menyerahkan sebagian sawahnya untuk melunasi atau pohon tuaknya yang dijadikan agunan!” lanjutnya.

Selain sebagai ketua CU, ternyata Rigel juga aktif dengan semua kegiatan Wahana Visi. Sejak tahun 2006–2007 ia juga aktif

sebagai pendamping Pusat Belajar Anak (PBA). Ia kemudian menjadi kader sponsorship sejak tahun 2008 hingga sekarang. Bapak dua orang anak, yang juga salah satunya menjadi anak layanan Wahana Visi, ini selalu ringan tangan membantu masyarakat.

”Wahana Visi selalu mendorong masyarakat untuk maju dan saya sebagai masyarakat harus sadar termotivasi bersama untuk maju juga. Melalui kegiatan Wahana Visi, saya banyak mendapat manfaat ilmu pengetahuan!” kata Rigel, merujuk pada kesempatan belajar pertanian di Flores yang tidak pernah ia impikan sebelumnya.

Rigel sama seperti masyarakat desa lainnya. Ia juga bertani sawah tadah hujan atau mengolah gula air dari pohon lontar. Namun di sela-sela waktunya, dia tak segan membantu anak-anak layanan untuk menyelesaikan surat-surat buat donaturnya dan terlibat dalam berbagai pelatihan yang diselenggarakan Wahana Visi.

Rigel berjanji, meskipun kegiatan Wahana Visi di Rote akan berakhir, dia akan tetap menjadi kader desanya untuk memajukan masyarakat. (K&P)

* Penulis adalah Community Development Coordinator Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Rote.

(28)

Harapan

Strategi Organisasi 2012-15

Diluncurkan World Vision

B. Marsudiharjo

W

orld Vision Indonesia telah mendapat persetujuan Board untuk meluncurkan strategi organisasi untuk tahun fiskal 2012-2015 pada tanggal 19 Agustus 2011.

Dalam pertemuan kuartal ketiga itu, Ketua Dewan B.Y. Sasmito Dirdjo mengatakan bahwa pada prinsipnya Board menyetujui strategi nasional yang diusulkan dengan beberapa koreksi kecil. Board menunjukkan rasa puas mereka terhadap Strategi Baru itu, khususnya Peta Strategi, dan mereka berkomitmen untuk mendukung World Vision Indonesia untuk menjalankan strategi baru itu.

“Saya telah membaca dokumen dengan cermat dan saya tidak ada komentar selain pujian dan penghargaan untuk pendekatan yang komprehensif dan untuk perumusannya yang jelas,” kata salah satu anggota senior Board, Ny. Nafsiah Mboi.

Board percaya bahwa ke-13 tujuan strategis akan memberikan kontribusi untuk lima mandat kemitraan strategis dan sudah selaras dengan strategi regional.

Strategy Management Directur Luciana Sitanggang mengatakan bahwa pesan utama dari strategi nasional baru itu adalah ‘Anak-anak sebagai Agen Perubahan untuk Masyarakat “.

“Dalam setiap intervensi yang kita lakukan, kita juga melihat bahwa anak-anak adalah agen perubahan, tidak hanya sebagai

28 | Kasih&Peduli Vol.23/2011

penerima manfaat yang pasif, dan keterlibatan aktif mereka akan memberikan nilai tambah bagi komunitas mereka,” jelas Lucy.

Realisasi dari strategi baru ini tidak hanya buah dari kerja keras yang lama dari tim manajemen strategi, tetapi juga buah dari doa setiap kelompok devosi di kantor World Vision. Sejak 1 Februari 2011, ketika organisasi memulai proses pengembangan strategi, setiap staf telah diharapkan untuk berdoa 8:28-8:30 dalam devosi pagi staf untuk meminta bimbingan Tuhan terhadap proses pengembangan strategi. “Kami memiliki kampanye internal, yang disebut ‘Kepala dan Hati yang Berdoa Dua Menit’ untuk dapat melihat apa yang terbaik,” kata Lucy.

Tim Strategi yang melibatkan tim manajemen senior mampu menghasilkan tujuan strategis dan indikator kinerja utama. World Vision Indonesia adalah satu-satunya kantor World Vision di Asia Pasifik yang telah menyelesaikan strategi untuk tahun fiskal 2008-2011 dan berdasarkan evaluasi terhadap strategi yang baru lalu, World Vision Indonesia telah mengembangkan strategi untuk tahun fiskal 2012 hingga 2015.

Trihadi Saptoadi, Regional Leader – South Asia & Pacific, hadir dalam peluncuran strategi baru tersebut. (K&P)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan love style eros (cinta romantik), mania (cinta posesif), dan pragma (cinta realitas) tidak memiliki perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Terselenggaranya Evaluasi Desa/Kelurahan Binaan,Bintek LMPD, Pelatihan P3MD dan Desa P2MBG Kabupaten

Namun tetap saja tidak semua dari pelanggan (donatur) mendapatkan kepuasan dalam pelayanan yang diberikan oleh perusahaan atau lembaga tersebut.. Di bawah ini ada beberapa hal

Sedangkan pada lapisan kedua yaitu terdapat lapisan akuifer yang tersaturasi air, yaitu berupa material lepas yang berukuran sedang, berbutir kecil dan halus, seperti

Koinfeksi itik dengan dua atau lebih subtipe virus sering terjadi (Sharp et al. 1997) sama seperti reassortment memunculkan virus yang sangat virulen pada unggas Galliformes

Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4, konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman akar wangi pada umur 48

Skripsi yang berjudul: Pertimbangan Hakim Dalam Menerima Dispensasi Kawin Di Beberapa Pengadilan Agama, ditulis oleh Taufik Rahman, telah diujikan dalam Sidang Tim Penguji

Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.. Hutan