• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA WAKTU PEMBERIAN KOLKHISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN POLIPLOID PADA BIJI MUDA KEDELAI YANG DIKULTUR SECARA IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA WAKTU PEMBERIAN KOLKHISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN POLIPLOID PADA BIJI MUDA KEDELAI YANG DIKULTUR SECARA IN VITRO"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA WAKTU PEMBERIAN

KOLKHISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN POLIPLOID

PADA BIJI MUDA KEDELAI YANG DIKULTUR

SECARA IN VITRO

OLEH :

DIANA SOFIA H, SP, MP NIP 132231813

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadlirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Karya tulis ini berjudul : Pengaruh Konsentrasi dan Lama Waktu Pemberian Kolkhisin Terhadap Pertumbuhan dan Poliploid pada Biji Muda Kedelai yang Dikultur Secara In Vitro.

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis ini sangat penulis harapkan.

Medan, Juli 2007

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... ... i

Daftar Isi ... ... ii

Pendahuluan ... ... 1

Metodologi ... ... 2

Hasil dan Pembahasan ... ... 3

Kesimpulan dan Saran ... ... 13 Daftar Pustaka

(4)

PENDAHULUAN

Program pemuliaan tanaman bertumpu pada keragaman individu dalam populasi sasarannya. Keragaman tersebut dapat disebabkan oleh keragaman genetis dan dapat pula terjadi secara vegetatif. Adanya perbedaan genetik pada materi pemuliaan tanaman akan mempermudah seleksi karakter atau sifat suatu tanaman baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Keragaman genetik tanaman dapat ditingkatkan melalui cara introduksi, hibridisasi (persilangan), poliploidi dan mutasi tanaman. Apabila pemuliaan tanaman hanya dari bahan yang telah ada pada suatu saat secara genetik akan terbatas sehingga kemajuannya pun menjadi lambat (Poespodarsono, 1988; Lakitan, 1995).

Pemuliaan tanaman kedelai melalui pemuliaan konvensional terbatas dalam pembudidayaannya karena terbatasnya koleksi plasma nutfah untuk karakter-karakter tertentu. Pemuliaan tanaman dengan mutasi dapat digunakan sebagai metode pendukung dalam meningkatkan program pemuliaan tanaman untuk meningkatkan produksi kedelai (Ratnadewi, dkk, 1996; Ishak dan Gandanegara, 1999).

Salah satu bahan kimia yang dapat digunakan untuk menginduksi mutasi serta menyebabkan poliploid adalah kolkhisin yang diekstrak dari umbi dan biji tanaman Autumn crocus (Colchicum autumnale). Tanaman poliploid merupakan tanaman yang mempunyai lebih dari dua set kromosom pada sel somatis. Cara kerja kolkhisin adalah menghambat pembentukan benang-benang spindel dan pembelahan sel sehingga terjadi penggandaan kromosom (Hess, 1975; Poespodarsono, 1988).

Kolkhisin mempengaruhi morfologi tanaman dimana tanaman berpenampilan kekar dan terjadi juga peningkatan bahan-bahan organik dalam sel seperti protein dan vitamin serta terjadi peningkatan berat total tanaman dan jumlah sel. Namun pemakaian kolkhisin dengan konsentrasi

(5)

tinggi dan waktu yang lama akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga diperlukan konsentrasi kolkhisin yang tepat dan lama waktu aplikasi/perendaman yang efektif (Suryo, 1995).

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman kedelai dengan menggunakan bahan kimia kolkhisin serta biji dari tanaman F1 yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan persilangan atau digunakan untuk mempelajari morfologi serta biologi sel dari tanaman kedelai tersebut.

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di rumah kassa, Fakultas Pertanian USU. Benih kedelai yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Willis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dan perlakuan diulang tiga (3) kali, yang selanjutnya dianalisis menggunakan uji Duncan 5 %. Benih kedelai varietas Willis yang diuji diberi perlakuan tingkat konsentrasi dan lama waktu pemberian kolkhisin, dimana faktor konsentrasi kolkhisin terdiri dari : C0 = 0 pm; C1 = 500 ppm; C2 = 1000 ppm; dan C3 = 1500 ppm, sedangkan faktor lama waktu pemberian kolkhisin terdiri dari : W1 = 0,5 jam; W2 = 1 jam; dan W3 = 1,5 jam.

Media tanam terdiri dari tanah gembur (top soil) dan kompos. Media tanam dicampur secara merata dengan perbandingan 3 : 1. Pada saat pencampuran, media tanam diberi fungisida Dithane M-45 yang dicampurkan secara merata untuk menghindari adanya serangan jamur. Kemudian media tanam dimasukkan ke dalam polibek yang berukuran 10 kg. Polibek diberi label nama sesuai perlakuan dan disusun pada plot dan blok penelitian.

(6)

Benih kedelai varietas Willis diberi perlakuan konsentrasi dan lama waktu perendaman kolkhisin sesuai dengan perlakuan yang diteliti. Kemudian benih kedelai ditiriskan sebelum ditanam lubang tanam. Benih yang ditanam sebanyak 3 biji perlubang pada setiap polibek.

Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada saat tanam dan 14 hari setelah tanam dengan menggunakan pupuk urea, TSP, dan KCl sesuai dengan dosis anjuran, dimana untuk polibag dengan berat tanah 10 kg memerlukan pupuk sebanyak 0,54 g urea, 1,1 g TSP dan 1,9 g KCl.

Kelembaban tanah dijaga dalam kondisi kapasitas lapang. Perawatan tanaman mencakup pemupukan, penyiangan, penjarangan dan pengendalian terhadap hama penyakit.

Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, tebal daun yang diukur setelah tanaman mencapai R1 yaitu saat mulai berbunga, jumlah cabang pertanaman, jumlah polong pertanaman, berat 100 biji per plot dan jumlah stomata daun.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

1. Tinggi tanaman 2 MST

Hasil uji beda rataan konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm) 2 MST Lama perendaman (W) Konsentrasi kolkhisin (C ) W1 W2 W3 Rataan C0 C1 C2 C3 12,1 14,5 15,5 17,2 11,5 13,2 15,4 16,5 11,6 13,8 15,4 16,1 11,7 d 13,8 c 15,4 b 16,6 a Rataan 14,8 14,2 14,3 14,4 Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata

(7)

Secara statistik perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan perbedaan nyata diantara keempatnya. Tabel di atas memperlihatkan tinggi tanaman dengan nilai paling besar adalah C3 (16,6 cm).

Dari table di atas dapat dilihat juga bahwa perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang tidak nyata. Tinggi tanaman tertinggi terletak pada W1 (30 menit) sebesar 14,8 cm.

2. Tinggi tanaman 3 MST

Hasil uji beda rataan konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 2.

Secara statistik perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan perbedaan yang nyata diantara keempatnya. Tabel 2. di atas memperlihatkan tinggi tanaman dengan nilai paling besar adalah C3 (46,6 cm).

Tabel 2. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm) 3 MST Lama perendaman (W) Konsentrasi kolkhisin (C ) W1 W2 W3 Rataan C0 C1 C2 C3 42,1 44,5 45,5 47,2 41,5 43,2 45,4 46,5 41,6 43,8 45,4 46,1 41,7 d 43,8 c 45,4 b 46,6 a Rataan 44,8 44,1 44,2 44,4 Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata

pada taraf 5 % uji jarak Duncan

Dari Tabel 2. di atas dapat dilihat juga bahwa perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang tidak nyata. Tinggi tanaman tertinggi terletak pada W1 (30 menit) sebesar 44,8 cm.

3. Tinggi tanaman 4 MST

Hasil uji beda rataan konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 3.

(8)

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm) 4 MST Lama perendaman (W) Konsentrasi kolkhisin (C ) W1 W2 W3 Rataan C0 C1 C2 C3 84,4 86,2 93,6 93,9 84,1 88,2 91,4 92,9 85,6 89,3 92,2 92,8 84,7 d 87,9 c 92,4 ab 93,2 a Rataan 89,5 89,1 90,0 89,6 Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata

pada taraf 5 % uji jarak Duncan

Secara statistik perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan perbedaan nyata diantara keempatnya. Tabel di atas memperlihatkan tinggi tanaman dengan nilai paling besar adalah C3 (93,2 cm).

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat juga bahwa perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang tidak nyata. Tinggi tanaman tertinggi terletak pada W3 (90 menit) sebesar 90,0 cm.

4. Tinggi tanaman 5 MST

Hasil uji beda rataan konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm) 5 MST Lama perendaman (W) Konsentrasi kolkhisin (C ) W1 W2 W3 Rataan C0 C1 C2 C3 100,6 106,2 108,9 122,6 102,2 108,2 111,4 122,9 98,8 109,3 118,9 122,2 100,5 d 107,9 c 113,1 b 122,5 a Rataan 109,5 111,2 112,2 111,0 Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata

pada taraf 5 % uji jarak Duncan

Secara statistik perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan perbedaan nyata diantara keempatnya. Tabel di atas memperlihatkan tinggi tanaman dengan nilai paling besar adalah C3 (122,5 cm).

(9)

Dari table di atas dapat dilihat juga bahwa perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang tidak nyata. Tinggi tanaman tertinggi terletak pada W3 (90 menit) sebesar 112,3 cm.

Pemberian kolkhisin memberrikan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Dimana analisis data secara statistika menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi kolkhisin dengan nilai tertinggi untuk tinggi tanaman 2 MST adalah C3 (16,6 cm), sedangkan pada 3, 4 dan 5 MST masing-masing C3 (46,5 cm), C3 (93,2 cm) dan C3 (122,5 cm). Hal ini diduga bahwa konsentrasi yang digunakan telah menghasilkan tanaman poliploid. Dimana poliploid disebabkan oleh kromosom menduplikasikan diri sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1995) yang menyatakan bahwa tanaman poliploid mempunyai kromosom yang lebih banyak dari pada diploidnya, maka tanaman kelihatan lebih kekar dan bagian tanamannya menjadi besar

Jumlah cabang (buah)

Pada parameter jumlah cabang, semakin tinggi konsentrasi kolkhisin yang dipergunakan maka jumlah cabangnya semakin sedikit. Hal ini diduga disebabkan selain factor konsentrasi tinggi, ada factor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

Tabel 5. Rataan jumlah cabang tanaman kedelai (cabang) Lama perendaman (W) Konsentrasi kolkhisin (C ) W1 W2 W3 Rataan C0 C1 C2 C3 14.0 12.5 13.6 7.5 11.6 11.0 9.4 9.6 11.8 13.1 10.1 9.0 12.5 a 12.2 a 11.0 a 8.7 b Rataan 11.9 10.4 11.0 11.1 Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata

(10)

Secara statistik perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan perbedaan nyata diantara keempatnya. Tabel di atas memperlihatkan tinggi tanaman dengan nilai paling besar adalah C0 (12,5 buah).

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat juga bahwa perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang tidak nyata. Jumlah cabang tertinggi terletak pada W1 (30 menit) sebesar 11,9 buah.

C. Tebal daun (mm)

Hasil uji beda rataan beberapa konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan tebal daun kedelai (mm)

Lama perendaman (W) Konsentrasi kolkhisin (C ) W1 W2 W3 Rataan C0 C1 C2 C3 0.21 0.24 0.26 0.28 0.22 0.23 0.25 0.29 0.22 0.25 0.28 0.29 0.21 c 0.24 b 0.26 ab 0.29 a Rataan 0.25 0.25 0.26 0.25 Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata

pada taraf 5 % uji jarak Duncan

Secara statistik perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan perbedaan nyata diantara keempatnya. Tabel 6 di atas memperlihatkan tebal daun dengan nilai paling besar adalah C3 (0.29 mm).

Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat juga bahwa perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang tidak nyata. Tebal daun tertinggi terletak pada W3 (90 menit) sebesar 0.26 mm.

D. Jumlah stomata (buah)

Hasil uji beda rataan beberapa konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 7.

(11)

Tabel 7. Rataan jumlah stomata (buah) Lama perendaman (W) Konsentrasi kolkhisin (C ) W1 W2 W3 Rataan C0 C1 C2 C3 36.8 30.6 29.9 28.7 37.4 30.0 29.5 27.0 31.2 30.3 31.1 28.8 35.1 a 30.3 b 30.2 b 28.2 c Rataan 31.5 31.0 30.3 30.9 Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata

pada taraf 5 % uji jarak Duncan

Secara statistik perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan perbedaan nyata diantara keempatnya. Tabel 7 di atas memperlihatkan jumlah stomata dengan nilai paling besar adalah C0 (35.1 buah).

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat juga bahwa perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang tidak nyata. Jumlah stomata tertinggi terletak pada W1 (30 menit) sebesar 31.5 buah.

E. Jumlah polong (buah)

Hasil uji beda rataan beberapa konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan jumlah polong tanaman kedelai (buah) Lama perendaman (W) Konsentrasi kolkhisin (C ) W1 W2 W3 Rataan C0 C1 C2 C3 101.8 84.7 78.5 64.0 102.0 85.8 80.4 59.6 99.7 84.8 78.3 57.6 101.2 a 85.1 b 79.1 c 60.4 d Rataan 82.3 82.0 80.1 81.4 Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata

pada taraf 5 % uji jarak Duncan

Secara statistik perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan perbedaan nyata diantara keempatnya. Tabel 8 di atas memperlihatkan jumlah polong dengan nilai paling besar adalah C0 (101.2 buah).

(12)

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat juga bahwa perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang tidak nyata. Jumlah polong tertinggi terletak pada W1 (30 menit) sebesar 52.3 buah.

F. Berat 100 biji

Hasil uji beda rataan beberapa konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan berat 100 biji (g)

Lama perendaman (W) Konsentrasi kolkhisin (C ) W1 W2 W3 Rataan C0 C1 C2 C3 8.2 8.9 9.1 9.4 8.2 9.0 9.3 9.7 9.0 8.9 9.3 10.0 8.5 d 8.9 c 9.2 b 9.7 a Rataan 8.9 a 9.1 b 9.3 b 9.13

Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % uji jarak Duncan

Secara statistik perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan perbedaan nyata diantara keempatnya. Tabel 9 di atas memperlihatkan berat 100 biji dengan nilai paling besar adalah C3 (9,7 g).

Dari Tabel 9 di atas dapat dilihat juga bahwa perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh yang tidak nyata. Berat 100 biji tertinggi terletak pada W3 (90 menit) sebesar 8.9 g.

G. Pengaruh konsentrasi kolkhisin terhadap morfologi tanaman kedelai

Perlakuan konsentrasi kolkhisin berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2-5 MST, jumlah cabang, tebal daun, jumlah polong, jumlah stomata dan berat 100 biji.

Pemberian kolkhisin memberrikan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Dimana analisis data secara statistika

(13)

menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi kolkhisin dengan nilai tertinggi untuk tinggi tanaman 2 MST adalah C3 (16,6 cm), sedangkan pada 3, 4 dan 5 MST masing-masing C3 (46,5 cm), C3 (93,2 cm) dan C3 (122,5 cm). Hal ini diduga bahwa konsentrasi yang digunakan telah menghasilkan tanaman poliploid. Dimana poliploid disebabkan oleh kromosom menduplikasikan diri sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1995) yang menyatakan bahwa tanaman poliploid mempunyai kromosom yang lebih banyak dari pada diploidnya, maka tanaman kelihatan lebih kekar dan bagian tanamannya menjadi besar.

Pada parameter jumlah cabang, perlakuan konsentrasi kolkhisin memberikan pengaruh yang nyata. Dimana diperoleh hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi yang dipergunakan maka jumlah cabangnya semakin sedikit. Hal ini diduga disebabkan selain factor konsentrasi tinggi, ada factor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Pada pengamatan tebal daun diperoleh perlakuan konsentrasi kolkhisin memerikan pengaruh yang nyata. Dimana diperoleh rataan tertinggi terletak pada C3 (0,2 mm). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi konsentrasi yang dipergunakan maka mempnegaruhi tebal daun. Hal ini sesuai dengan Suryo (1995) yang menyatakan bahwa tanaman poliploid mempunyai jumlah kromosom yang banyak dari tanaman diploidnya. Selain itu pada kebanyakan spesies, tangkai dan helaian daun pun lebih tebal dari pada diploid normal.

Perlakuan konsentrasi kolkhisin memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah polong. Dimana rataan jumlah polong terendah adalah C3 (60,4 buah). Hal ini diduga disebabkan oleh semakin tinggi konsentrasi yang dipergunakan maka jumlah polong akan semakin sedikit. Nasir (2002) menyatakan bahwa pada kenyataannya beberapa

(14)

poliploid menampakkan berbagai kelemahan. Dimana tanaman biji/buah yang lebih sedikit karena pengaruh sel kromosom terhadap infertilitas.

Pada pengamatan jumlah stomata perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan pengaruh nyata. Dimana perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan rataan jumlah stomata menurun. Hal ini diduga dikarenakan oleh kolkhisin yang menyebabkan poliploid, sehingga ukuran stomata menjadi lebih besar dan jumlah dalam satu bidang pandang perbesar 40 x menjadi menurun. Hal ini sesuai dengan Suryo (1995) yang menyatakan bahwa tanaman poliploid menyebabakan sel-selnya ( tampak jelas pada sel epidermis) lebih besar, inti sel juga membesar dan stomata menjadi besar.

Berat 100 biji memperlihatkan pengaruh yang nayat terhadap perlakuan konsentrasi konkhisin. Semakin tinggi konsentrasi yang dipergunakan maka semakin tinggi berat 100 bijinya. Sehingga diperoleh rataan berat 100 biji tertinggi terletak pada C3 (9,7 g). Hal ini diduga disebabkan oleh semakin sedikitnya jumlah polong yang terbentuk maka berat 100 biji akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan tanbaman hanya terpusat untuk membesarkan biji dari polong yag sedikit.

H. Pengaruh lama perendaman kolkhisin terhadap morfologi tanaman kedelai

Hasil analisis secara statistika menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2-5 MST. Hal ini diduga disebabkan oleh waktu perendaman yang digunakan belum optimal. Menurut Suryo (1995) lamanya perlakuan perendaman kolkhisin yang optimal adalah 3-24 jam.

Pada parameter jumlah cabang, perlakuan lama perendaman kolkhisin memberikan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini diduga disebabkan oleh waktu perendaman yang digunakan belum optimal.

(15)

Pada pengamatan tebal daun diperoleh perlakuan lama perendaman kolkhisin memerikan pengaruh yang tidak nyata nyata. Hal ini diduga disebabkan oleh waktu perendaman yang digunakan belum optimal. Hal ini sesuai dengan Kalie (2002) untuk menghasilkan semangka tetraploid dilakukan perendaman biji semangka 2n dalam larutan kolkhisin selama 24 jam.

Perlakuan lama perrendaman kolkhisin memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter jumlah polong. Hal ini diduga disebabkan oleh waktu perendaman yang digunakan belum optimal.

Pada pengamatan jumlah stomata perlakuan lama perendaman kolkhisin menunjukkan pengaruh tidak nyata. Dimana perlakuan konsentrasi kolkhisin menunjukkan rataan jumlah stomata menurun. Suryo (1995) yang menyatakan bahwa tanaman poliploid menyebabakan sel-selnya ( tampak jelas pada sel epidermis) lebih besar, inti sel juga membesar dan stomata menjadi besar.

Berat 100 biji memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap perlakuan lama perendaman konkhisin. Dimana diperoleh rataan berat 100 biji tertinggi terletak pada W3 (9,3 g). Hal ini diduga semakin tinggi konsentrasi yang dipergunakan maka semakin tinggi berat 100 bijinya. Sehingga diperoleh rataan berat 100 biji tertinggi terletak pada C3 (9,7 g). Hal ini diduga disebabkan oleh semakin sedikitnya jumlah polong yang terbentuk maka berat 100 biji akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan tanbaman hanya terpusat untuk membesarkan biji dari polong yag sedikit.

I. Interaksi antara konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman terhadap morfologi tanaman kedelai

Hasil analisis statistika menunjukkan adanya pengaruh yang tidak nyata dari interaksi antara konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman

(16)

pada parameter tinggi tanaman 2-5 MST, jumlah cabang, luas daun, jumlah polong, berat 100 biji, jumlah stomata dan tebal daun. Hal ini diduga disebabkan konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman yang digunakan belum optimal. Hal iji sesuai dengan menurut Suryo (1995) yang menyatakan bahwa konsentrasi larutan dan lama perendaman tergantung dari macam benih. Makin tebal/keras kulit benih, makin kuat konsentrasi kolkhisin yang dubutuhkan dan memerlukan waktu perendaman yang lama.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perlakuan konsentrasi kolkhisin berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman 2-5 MST, jumlah cabang, tebal daun, jumlah polong, berat 100 biji dan jumlah stomata.

2. Perlakuan lama perendaman kolkhisin berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman 2-5 MST, jumlah cabang, tebal daun, jumlah polong, berat 100 biji dan jumlah stomata.

3. Interaksi konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman 2-5 MST, jumlah cabang, tebal daun, jumlah polong, berat 100 biji dan jumlah stomata.

A. Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Considine, D.M. (ed.) and G.D. Considine (Managing ed.), 1989. Van Nostrand∋s Scientific Encyclopedia, Seventh Edition, Vol.1: p. 92. Van Nostrand Reinhold, New York.

Hidajat, O.O., 1985. Morfologi tanaman Kedelai. Dalam S. Somaatmadja, M.Ismunadji, Sumarno, M.Syam, S.O. Manurung, Yuswadi (eds.). Kedelai.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. hal 73-86. Hymowitz, T. and R.J. Singh, 1987. Taxonomy and Speciation. In J.R.

Wilcox (ed.). Soybeans: Improvement, Production, and Uses. American Society of Agronomy, Inc., Crop Science Society of America, Inc., Soil Science Society of America, Inc., Madison, Wisconsin, USA. pp 23-45.

Ishak and Gandanegara, S., 1999. Evaluation of Agronomic Characters and Identification with RAPD Markers of Soybean Mutant Lines. Zuriat, Jurnal Pemuliaan Indonesia, 10(1): 10-19.

Kalie, m.B. 2002. Bewrtanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta Lakitan, B., 1995. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro dengan

Memanfaatkan Variasi Somaklonal : Prospek dan Masalahnya. Hal 1-9. Dalam Kumpulan Makalah Seminar Bioteknologi dan Pelatihan Teknologi DNA. Fakultas Pertanian UISU, Medan.

Handayani, T., 1997. Penggandaan Kromosom Melalui Tunas Aksilar In Vitro Hibrid F1 Diploid Solanum khasianum Clarke x Solanum capsicoides All. Majalah BPPT, Edisi no: LXXXII. BPPT, Jakarta. Hal 24-28.

Hess, D., 1975. Plant Physiology: Molecular, Biochemical and Physiological. Fundamentals of Metabolism and Development. Springer-Verlag New York Inc., New York. pp 144-159.

Newell, C.A. and T. Hymowitz, 1982. Successful Wide Hybridization Between The Soybean and A Wild Perennial Relative, G. tomentella Hayata. Crop Science 22: 1062-1065.

Pardal, S.J., G.A. Wattimena, M.F. Masyhudi dan S. Harran, 1994. Pengaruh Umur Embrio dan Genotipe Tanaman Terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio Muda Kedelai. Zuriat, Jurnal Pemuliaan Indonesia, Vol.5(2): 51-56.

Poespodarsono, S., 1988. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas, IPB, Bogor. hal 41-44.

Suryo, 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 211-333.

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm) 2 MST  Lama perendaman (W) Konsentrasi  kolkhisin (C )  W1 W2 W3  Rataan  C0  C1  C2  C3  12,1 14,5 15,5 17,2  11,5 13,2 15,4 16,5  11,6 13,8 15,4 16,1  11,7 d 13,8 c 15,4 b 16,6 a  Rataan 14,8 14,2 14,3  14,4  Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata
Tabel 2. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm) 3 MST  Lama perendaman (W) Konsentrasi  kolkhisin (C )  W1 W2 W3  Rataan  C0  C1  C2  C3  42,1 44,5 45,5 47,2  41,5 43,2 45,4 46,5  41,6 43,8 45,4 46,1  41,7 d 43,8 c 45,4 b 46,6 a  Rataan 44,8 44,1 44,2  44,4  Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm) 4 MST  Lama perendaman (W) Konsentrasi  kolkhisin (C )  W1 W2 W3  Rataan  C0  C1  C2  C3  84,4 86,2 93,6 93,9  84,1 88,2 91,4 92,9  85,6 89,3 92,2 92,8  84,7 d 87,9 c  92,4 ab 93,2 a  Rataan 89,5 89,1 90,0  89,6  Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata
Tabel 5. Rataan jumlah cabang tanaman kedelai (cabang)  Lama perendaman (W) Konsentrasi  kolkhisin (C )  W1 W2 W3  Rataan  C0  C1  C2  C3  14.0 12.5 13.6 7.5  11.6 11.0 9.4 9.6  11.8 13.1 10.1 9.0  12.5 a 12.2 a 11.0 a 8.7 b  Rataan 11.9 10.4 11.0  11.1  Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama berbeda tidak nyata
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan industri media televisi yang berorientasi pasar dalam beberapa tahun terakhir ini tidak terlepas dari dorongan dan ketersediaanya produk budaya massa terutama dari

Saat ini terdapat dua buah dermaga di kawasan Danau Buatan. Secara umum, dermaga berfungsi sebagai tempat berlabuh kendaraan air, tempat menaikkan dan menurunkan

Jenis antinyamuk yang paling banyak digunakan adalah antinyamuk bakar, bahan aktif insektisida antinyamuk sebagian besar adalah golongan Piretroid, Secara umum

Pagar tenggalong merupakan dinding transparant seperti pagar yang memisahkan ruang luar rumah dengan ruang teras sebagai transisi dari ruang luar ke ruang dalam

Adapun keadaan gedung MI AL-HIKMAH Polaman Mijen Semarang pada saat ini sudah lumayan baik, karena dengan bantuan pemerintah akhirnya gedung dapat direhab

Ia tidak tahan terhadap fluktuasi salinitas yang tinggi, salinitas yang baik berkisar antara 28-35 ppt, untuk memperoleh kondisi perairan dengan kondisi salinitas tersebut

yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Keberadaan Software Musik Komputer Dalam Pembelajaran Pembuatan Karya Musik Di Prodi Seni