MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V
MI MA’ARIF GESING 3
MADURESO GESING KANDANGAN TEMANGGUNG
TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: BUDIYONO N IM : 11406465
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN)
DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
JL Tentara Pelajar 2 Telp.323706 Faks. 324333 Salatiga, 50721
NOTA PEMBIMBING Lamp. : 1 (Satu) naskah
Perihal: Pengajuan Naskah Skripsi a.n. Saudara Budiyono
Kepada:
Yth. Ketua S ATAIN Salatiga D
i-S A L A T I G A
Assalam ualaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : BUDIYONO NIM : 11406465
Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam
Judul : PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN QURAN HADITS KELAS V SEMESTER II MI MA ARIF GESING 3 KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN 2008.
Skripsi saudara Budiyono, Nomor Induk Mahasiswa 11406465 dengan judul
PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA
PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF GESING 3 KANDANGAN TEMANGGUNG telah dimunaqasyahkan dalam sidang panitia Ujian STAIN Salatiga pada hari : , tanggal
yang bertepatan dengan tanggal dan telah diterima
sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar SARJANA dalam ilmu Tarbiyah.
Salatiga,...Ramadhan 1429 H. September 2008 M.
PANITIA UJIAN
KETUA SIDANG SEKRETARIS
Dra. Hi. LILIK SRIYANTI. M.Si. NIP. 150 245 903
MOTTO
Seorang yang mendapat ilmu pengetahuan hanya
untuk kebaikan dunia saja, maka ilmu
pengetahuannya itu tidaklah berakar dihatinya
( Ta’limul M uta'alim )
A real friend is o n e w ho takes the hand of his
friend in tim e of distress a n d helplessness.
Teruntuk Bapak, Simbok dan mertua, se rta Is tr i tercinta Sawati atas
perjuangannya dengan cucuran k erin g at, banting tulang, kalimah do'a
dan kasih sayangnya.
Adikku lanang Fahrodin ( T-ko/Endul/Tole ) dan adikku wedok Siti
Zahroatul Mahmudah yang telah memberikan kesempatan dan
mendukung kepada peneliti untuk menimba ilmu.
Kepada Bapak Ibu Dosen STAIN Salatiga terima kasih atas bimbingan
dan pengarahannya.
Segenap keluarga besar MI Ma'arif Gesing 3 Madureso Gesing
Kandangan Temanggung beserta jajaran pengurus dan Komite
Madrasah.
Saudara Ahmad Marzuki ( Komuk/Othonk) yang telah menemani
peneliti dalam berdialektika dan beraktif itas di sekolah dan
dimasyarakat.
Temen-temen seikat tali dan seguyonan, kelas Qasim Amin angkatan
2006 yang kompak dan semanak semuanya. Kebersamaan kita di hari
kemarin akan sangat berarti bagi kehidupan kita di hari-hari yang akan
datang.
Special buat ananda tercinta Ulfa Dwi Zaidah, masa menanti
perjuanganmu kelak di hari tua, jadilah anak yang bisa * Mikul Dhuwur
lan Mendem Je ru * terhadap kedua orang tua dan jadilah anak yang
KATA PENGANTAR
Bism illahirahm annirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWt, Tuhan semesta alam atas segala
petunjuk-Nya sehingga kita tetap berjalan dalam koridor nilai-nilai Islam yang
universal, rahmatan lil ‘alamin, yang mencerminkan identitas muslim sejati.
Shalawat serta salam peneliti haturkan kepada junjungan kita nabi Agung
Muhammad SAW, yang telah mencerahkan kehidupan manusia dari kegelapan.
Penyusunan skripsi yang berjudul PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF GESING 3 MADURESO GESING KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN 2008 ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Yang wujud bantuan tersebut adalah immaterial dan material. Oleh karenanya pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang tiada terkira kepada :
1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag. sebagai ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
2. Drs. M. Hafrzd, M.Ag. sebagai pembimbing dalam penyusunan skripsi ini. Beliau telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan, masukan yang sangat berharga bagi peneliti hingga penyusunan skripsi ini selesai.
terselesainya penyusunan skripsi ini.
5. Segenap sifitas akademika MI Ma’arif Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan
Temanggung.
6. sahabat-sahabatku yang tidak mungkin peneliti sebutkan secara keseluruhan.
Kepada mereka semua penyusun tidak dapat memberikan balasan apa-apa
kecuali untaian kata terima kasih yang tiada terkira dengan diiringi doa semoga
Allah SWT. Membalas amal kebaikan mereka semua.
Setelah melalui proses panjang dan melelahkan, akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang tentu masih banyak kekurangan.
Walaupun demikian peneliti berharap tulisan ini dapat menambah wawasan
keilmuan bagi peneliti khususnya serta para pembaca pada umumnya. Lebih dari
hanya sebuah wawasan, skripsi ini diharapkan bisa menjadi kontribusi bagi
dinamika pendidikan Islam.
Akhirnya hanya kepada Allah-lah peneliti mohon petunjuk, semoga tulisan ini
dapat bermanfaat. Amin ...
A lham dulillahirabbal 'alami n
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 6
C. Rumusan Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian... 8
E. Manfaat Penelitian... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian T eori... 11
B. Kerangka Berfikir... 27
C. Hipotesis Penelitian... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 29
B. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian... 30
C. Rancangan Penelitian... 31
D. Instrumen Penelitian... 36
E. Kriteria Penilaian... 38
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan... 61
B. Saran... 62
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
“ Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam Upaya
Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa M ata Pelajaran Qur’an Hadits Kelas V Semester II Ml M a ’arif Gesing 3 Kandangan Temanggung
Kata Kunci: Metode Belajar Kelompok, Ketuntasan Belajar Siswa.
Metode belajar kelompok perlu diterapkan dan
dikembangkan oleh guru dengan terlebih dahulu menguasai
strategi atau langkah-langkahnya. Metode pembelajaran,
termasuk metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran selain yang konvensional dalam bentuk ceramah. Guru perlu secara cermat memilih materi yang tepat untuk menggunakan metode belajar ini, sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya ditetapkan judul penelitian " Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran Qur'an Hadits Kelas V Semester II Ml Ma’arif Gesing 3 Kandangan Temanggung
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diterapkannya Metode Belajar Kelompok khususnya mata pelajaran Qur'an Hadits.
Penelitian ini merupakan Penelitian eksperimen, dengan Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Instrumen pembelajaran, yaitu berupa Rencana Program Pembelajaran (RPP), tes objektif dan lembar observasi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V semester II Ml Ma’arif Gesing Kandangan Temanggung sebanyak 10 orang. Penelitian ini mengambil subjek kelas V dikarenakan kelas tersebut adalah kelas penentu, yaiitu berhasil dan tidaknya pembelajaran dijenjang sebelumnya dan sebagai bekal sebelum siswa menempuh Ujian Akhir pada jenjang kelas VI.
Prosedur penelitian dimulai dengan penetapan fokus masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan monitoring, serta analisis dan refleksi. Teknik penelitian melalui teknik tes dan non-tes dengan analisisnya adalah ketuntasan belajar siswa.
terakhir menunjukkan 85% siswa mendapat nilai ulangan yang telah memenuhi kriteria belajar tuntas dengan nilai lebih dari atau sama dengan 8,50.
Peningkatan ketuntasan tersebut jauh dari keadaan sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh penerapan metode yang masih menggunakan metode campuran yang cenderung
menggunakan metode hafalan, ceramah dan lainnya hasil
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan di sekolah yang berbasiskan proses
pembelajaran di kelas pada hakekatnya merupakan tanggung jawab semua
pihak, baik sekolah, pemerintah maupun masyarakat. Pihak sekolah
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan proses pendidikan, pemerintah
pemegang keputusan kebijakan, sedangkan masyarakat pendukung sumber
daya yang diperlukan sekolah. Secara khusus dalam kenyataan pihak sekolah
yang lebih banyak berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah
melalui peran kepala sekolah dan para gurunya. Kepala sekolah berperan
sebagai manajer, pemimpin, administrator, dan supervisor pendidikan,
sedangkan guru berperan dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa di
dalam kelas. Oleh karena itulah sebenarnya peranan guru yang sangat
menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Keadaan tersebut dikarenakan
guru merupakan ujung tombak pembelajaran yang apabila gagal sering
dialamatkan kepadanya.
Guru merupakan sosok yang keberadaannya tidak dapat digantikan oleh
media atau fasilitas pembelajaran apapun. Kehadiran guru masih tetap
diperlukan, sebagaimana dikemukakan Sopandi “kehadiran guru sebagai
sosok yang berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat
digantikan oleh media pembelajaran secanggih apapun. Guru harus tetap
melaksanakan pembelajaran secara langsung di depan siswa”.1 Oleh karena itu
apapun alasannya guru harus mengajar langsung di depan siswa agar tujuan
pembelajaran yang ditetaptapkan dapat tercapai.
Seiring dengan perkembangan jaman, yang berdampak terhadap
perubahan kurikulum pembelajaran, kualitas pembelajaran perlu selalu
ditingkatkan. Keadaan tersebut dapat dimulai dengan peningkatan kompetensi
para guru, baik dalam menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode
dan teknik mengajar yang tepat, menggunakan media pembelajaran maupun
kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional pada hakekatnya adalah
mampu menyampaikan materi pembelajaran secara tepat sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian untuk mencapai ke arah
tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran,
termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang
tepat. Dalam pembelajaran fisika, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu
model dan metode tertentu saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai
model dan metode yang sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran,
termasuk dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode
belajar kelompok. Pemilihan model dan metode yang tepat tersebut akan
dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, kurikulum Qur’an Hadits
berbasis kompetensi mengakomodasi berbagi perbedaan secara tanggap
dengan memadukan beragam kepentingan dan kemampuan daerah. Kurikulum
3
Qur’an Hadits berbasis kompetensi menerapkan strategi yang meningkatkan
kebermaknaan pembelajaran untuk semua siswa terlepas dari latar budaya ,
etnik dan jender melalui pengelolaan kurikulum Qur’an Hadits berbasis
madrasah. Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan
filosofis Pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum. Penerapan
filosofis pembelajaran yang mendunia seperti empat pilar belajar, yaitu :
belajar menjadi diri sendiri (learning to be), belajar mengetahui (learning to
know), belajar melakukan (learning to do), dan belajar hidup dalam
kebersamaan (learning to live together). Rekonseptualisasi kurikulum ini
mewujudkan kurikulum mata pelajaran Qur’an Hadits yang berbasis
kompetensi yang berfokus pada : (1) kejelasan kompetensi, hasil belajar dan
indikator hasil belajar siswa, (2) penilaian yang berbasis kelas dan (3)
kegiatan pembelajaran yang merupakan kesatuan perangkat utuh sebagai
acuan standar nasional.
Fenomena yang terjadi pada madrasah saat ini masih adanya sistem
guru kelas, hal tersebut membuka kemungkinan bagi seorang guru untuk
mengalami kesulitan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, guna
mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena guru
dituntut untuk mengejar target materi yang cukup banyak dan harus
diselesaikan pada tiap-tiap semester, sehingga seringkah guru mengabaikan
tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Mata pelajaran Qur’an Hadits yang kita anggap mudah, dan
belajar yang lain, tidak luput dari masalah-masalah tersebut. Hal ini
disebabkan karena mata pelajaran Qur’an Hadits mengandung materi yang
memerlukan praktek keija langsung. Melalui praktek siswa akan memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baru melalui eksperimen sehingga kesan yang
diperoleh akan mendalam. Oleh sebab itu, penghasilan pengajaran Qur’an
Hadits akan bergantung pada keberhasilan dalam proses belajar mengajar,
sedangkan keberhasilan siswa tidak hanya tergantung pada sarana dan
prasarana, pendidikan maupun kurikulum, metode, akan tetapi tergantung juga
pada seorang guru yang mempunyai posisi sangat strategis dalam upaya
meningkatkan prestasi siswa dalam menggunakan strategi pembelajaran yang
tepat sasaran.
Pemilihan metode pembelajaran akan membawa pengaruh terhadap
proses dan hasil pembelajaran, sehingga seorang guru dituntut untuk mampu
memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan suatu materi mata
pelajaran. Pada kenyataannya saat ini, sebagian besar guru hanya
menggunakan metode ceramah dan hafalan saja dalam mengelola kegiatan
pembelajaran mata pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah. Selain itu
kurikulum saat ini belum mampu untuk mendorong siswa dalam belajar secara
aktif, ditambah lagi sekolah ini dengan keterbatasan sarana dan prasarana serta
fasilitas penunjang. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran Qur’an Hadits di
MI kurang berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Model pembelajaran kooperatif dengan metode belajar kelompok sangat
5
sehingga pemahaman setiap siswa menjadi merata. Keadaan tersebut
sebagaimana dikemukakan Mudjiono. Bahwa belajar kelompok memiliki
beberapa keuntungan2, yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah secara rasional;
2. Mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam
kehidupan;
3. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga tiap
anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab;
dan
4. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada tiap
anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
Berdasarkan konsep tersebut menunjukkan bahwa metode belajar
kelompok perlu diterapkan dan dikembangkan guru dengan terlebih dahulu
menguasai strategi atau langkah-langkahnya. Metode pembelajaran, termasuk
metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam melaksanakan
pembelajaran selain yang konvensional dalam bentuk ceramah. Guru perlu
secara cermat memilih materi yang tepat untuk menggunakan metode belajar
ini, sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Keberadaan penerapan metode
belajar kelompok untuk mata pelajaran Qur’an Hadits sangat diperlukan. Para
siswa dapat saling sharing pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama. Keadaan tersebut
memberikan manfaat sebagai pengalaman belajar yang nyata bagi para siswa
apalagi mata pelajaran Qur’an Hadits secara keseluruhan lebih menekankan
kepada praktik dibandingkan dengan hanya memahami konsep secara abstrak
saja.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan selanjutnya menarik untuk
dikaji lebih lanjut dalam bentuk penelitian, sehingga judul yang ditetapkan :
“
Penenerapan M etode B elajar Kelom pok dalam Upaya M eningkatkan Ketuntasan B elajar Sisw a M ata Pelajaran Qur*an H adits K elas V Sem esterI I M adrasah Ibtidaiyah M a ya r if Gesing 3 Gesing Kandungan
Temanggung
. ”
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan pembelajaran merupakan hal yang sangat kompleks yang
dialami guru dan siswa. Permasalahn guru adalah cara menyampaikan materi
pelajaran yang tepat, sedangkan siswa menyerap materi pelajaran secara
keseluruhan (tuntas). Berbagai upaya telah dilakukan kepala sekolah, guru dan
siswa dalam memecahkan permasalahan tersebut, namun demikian dari waktu
ke waktu permasalahan tersebut tetap ada, seiring dengan perubahan dan
perkembangan dunia pendidikan. Demikian pula halnya dengan pembelajaran
Qur’an Hadits beberapa permasalahan yang ditemui berdasarkan hasil
7
1. Menurunnya aktivitas siswa dalam pembelajaran Qur’an Hadits dengan
ditandai sedikitnya pertanyaan yang muncul dari siswa dalam kegiatan
pembelajaran Qur’an Hadits.
2. Tidak semua siswa memiliki buku ajar sesuai dengan yang dianjurkan
guru.
3. Nilai rata-rata setiap ulangan berkisar 6,0 dengan tingkat ketuntasan
belajar 61% yang berarti belum mencapai tuntas belajar.
4. Untuk saat sekarang fasilitas kurang lengkap, sehingga dalam kegiatan
belajar mengajar guru cenderung menggunakan pembelajaran model
ceramah, sehingga siswa menjadi jenuh.
Jika kondisi tersebut tidak segera diperbaiki, maka akan lebih menurunkan kualitas pembelajaran Qur’an Hadits. Oleh karena itu agar proses pembelajaran lebih menarik, guru perlu mendesain proses pembelajaran dengan salah satunya menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui
metode diskusi kelompok.
C. Rumusan Masalah
Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah dalam penelitian ini, berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
Hadits Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Gesing
Kandangan Temanggung ?
2. Apakah dengan penerapan metode belajar kelompok dapat meningkatkan
ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Qur’an Hadits Kelas V Semester
II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan
Temanggung ?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Secara Umum
Memperbaiki dan atau meningkatkan praktek pembelajaran secara
berkesinambungan, sehingga akan terwujudnya misi profesional
kependidikan yang diemban oleh guru, untuk perbaikan dan peningkatan
layanan profesional guru, meningkatkan budaya meneliti guna
memperbaiki kineija guru dalam pembelajaran.
2. Secara Khusus
a. Mengetahui peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah
diterapkannya Metode Belajar Kelompok Mata Pelajaran Qur’an
Hadits pada siswa Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif
Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan Temanggung.
b. Mengetahui hasil penerapan untuk meningkatkan kemampuan guru
9
Hadits pada siswa Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif
Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan Temanggung.
E. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan
kepada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dan Departemen Agama
beserta jajarannya pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
penerapan metode belajar kelompok untuk meningkatkan ketuntasan
belajar siswa mata pelajaran Qur’an Hadits Kelas V Semester II Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Gesing Kandangan Temanggung.
Memperbaiki metode belajar kelompok mata pelajaran Qur’an Hadits
yang telah ada secara lebih menarik, merangsang kreativitas dan
menambah motivasi bagi siswa.
2. Memperkaya khasanah pendidikan yang berhubungan dengan proses
kegiatan belajar-mengajar Qur’an Hadits di sekolah.
3. Penelitian tindakan kelas memberikan manfaat kepada:
a. Murid, yaitu meningkatnya nilai kreativitas, motivasi belajar, sikap
ilmiah, kedisiplinan dan tanggung jawab.
b. Guru, yaitu menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih
profesional dan penuh inovasi serta memperbaiki proses pembelajaran
melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
c. Sekolah, yaitu mengembangkan kualitas sekolah yang lebih kondusif
d. Dengan memahami dan kemudian mencoba melaksanakan penelitian
tindakan kelas, maka kemampuan pendidik dalam proses
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II
A. Kajian Teori
1. Hakekat Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan
sebagai satu kesatuan yang utuh antara siswa dengan guru. Belajar dan
mengajar sering pula disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Dalam
kondisi belajar siswa menerima materi yang diberikan oleh guru,
sedangkan guru itu sendiri memberikan materi sesuai yang ditetapkan
dalam kurikulum. Dalam belajar dan mengajar ini terdapat interaksi aktif
antara murid dan guru, sehingga dapat dikatakan belajar dan mengajar
kurang serasi abapila terjadi hanya satu arah komunikasi saja. Oleh karena
itu belajar dan mengajar harus menjadi satu kesatuan. Namun demikian
untuk lebih memahami konsep belajar dan mengajar dalam konsep
(pengertian) perlu dijelaskan secara terpisah.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada
di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan
untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks
karena itu belajar sangat sulit untuk diamati, sebab meskipun dari luar
kelihatan belum belajar, namun dapat saja siswa tersebut telah.
memperoleh sesuatu yang banyak dari lingkungannya, kondisi tersebut
menunjukkan siswa itu sudah belajar. Istilah belajar dan pembelajaran
yang kita jumpai dalam kepustakaan asing adalah learning dan
Instruction. Istilah learning mengandung pengertian proses perubahan
yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Sedangkan istilah instruction mengandung pengertian proses yang terpusat
pada tujuan (goal directed teaching process) yang dalam banyak hal dapat
direncanakan sebelumnya (pree-planed). Proses belajar yang terjadi adalah
proses pembelajaran, yakni proses membuat orang lain aktif melakukan
proses belajar sesuai dengan rancangan. Gagne mengemukakan “belajar
adalah suatu perilaku”3. Pada saat orang belajar, maka aktivitas yang baik
menjadi meningkat, sebaliknya apabila orang tersebut tidak belajar, maka
aktivitas yang baik menjadi menurun. Dalam belajar diperoleh beberapa
hal yaitu kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan aktivitas
belajar serta konsekuensi yang bersifat menguatkan aktivitas belajar
tersebut. Sedangkan Gagne mengemukakan “belajar merupakan kegiatan
yang kompleks”4. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Orang setelah
belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari simulasi yang berasal dari lingkungan
serta proses kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar.
Sementara itu Winkel mengemukakan “belajar adalah suatu aktivitas
mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan
13
keterampilan dan nilai sikap”5. Dengan demikian belajar merupakan hasil
interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan kemampuan tingkah laku dan keterampilan ke arah yang lebih
baik. Selanjutnya secara lebih rinci Ausubel mengemukakan belajar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi6, yaitu sebagai berikut.
a. Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan
kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan.
b. Menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu
pada struktur kognitif yang merupakan fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa yang telah ada.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat
dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang
menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan bentuk
belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua,
siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan
(berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal
ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya
mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu, tanpa
menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Sedangkan konsep
5 Ibid, him 11
mengajar Sudjana mengemukakan “sebagai suatu proses, yaitu mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar dan pada tahap berikutnya adalah
memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan
proses belajar”7.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar mengajar
merupakan interaksi antara siswa dan guru di dalam kelas untuk
melaksanakan proses pembelajaran sehubungan dengan materi tertentu.
2. Kriteria Tuntas Belajar
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
dikatakan berhasil atau tuntas, setiap guru memiliki pandangan masing-
maasing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi,
kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku dan yang telah
disempurnakan, antara lain bahwa “ Suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional
khusus (TIK)-nya dapat tercapai “.8 Karena itulah, suatu proses belajar
mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila
hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus (TIK) dari bahan tersebut.
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan baik hanya
dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai
penyajian informasi yang runtut.
7 Sudjana, M etode Statistik ( Bandung : Tarsito, 2000 ) him. 29.
15
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu
jenis cara belajar. Grinder menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22
diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya
menghadirkan kegiatan belajar yang kombinasi antara visual, auditori dan
kinestik9. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami
pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai
dengan arah yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini,
pembelajaran harus bersifat multi sensori dan penuh dengan variasi.
Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan
proses pembelajaran, seorang guru hendaknya mengenal faktor penentu
kegiatan pembelajaran. Faktor penentu tersebut antara lain :
a. Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan
nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan
b. Karakteristik mata pelajaran, yang meliputi tujuan, isi pelajaran,
urutan, dan cara mempelajarinya.
c. Karakteristik siswa, mencakup usia, jenis kelamin, dan lainnya
d. Karakteristik lingkungan/ setting pembelajaran, mencakup kualitas
dan kuantitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
e. Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan
pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran,
kebiasaannya, pengalaman pendidikannya dan lainnya.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.
Kegiatan belajar dan mengajar dikelas memang dapat menstimulasi
belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan
teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya
memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan
materi pelajaran. Metode belajar bersama yang terbaik, semisal pelajaran
menyusun gambar, memenuhi persyaratan ini. Pemberian tugas yang
berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar
bersama, namun juga mengajarkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran yang pertama kali dilakukan adalah
merumuskan tujuan tujuan pembelajaran. Kemudian menetukan atau
memilih materi, metode, dan alat peraga yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dimaksud. Ketuntasan belajar (daya serap) adalah
merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan
guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan
belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa
dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan pembelajaran,
keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa10..
Adapun kriteria ketuntasan belajar yang digunakan adalah sesuai yang
dikeluarkan Tim Khusus11 adalah sebagai berikut.
10 Sularyo, Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar dengan M etode Belajar Kelompok ( Semarang : PPS Unnes, 2004 ) him. 6.
17
a. Setiap materi/pokok uji/soal/ yang merupakan ketercapaian TIK
mencapai ketuntasan apabila telah dikuasai oleh 65% siswa sekelas.
b. Setiap siswa mencapai ketuntasan belajar bila telah menguasai
sekurang-kurangnya 65% (atau memperoleh nilai 6,5) dari
keseluruhan materi pokok uji.
c. Setiap kelas siswa (seluruh siswa dalam kelas) mencapai ketuntasan
belajar bila jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 sebanyak 85%
dari jumlah siswa di kelas itu.
Dengan demikian kriteria ketuntasan belajar yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah sesuai dengan yang ditetapkan oleh
peraturan/ketentuan tersebut.
3. Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam rangka mencapai interaksi belajar mengajar, maka perlu
adanya komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga
terpadunya dua kegiatan yaitu kegiatan mengajar oleh guru dan kegiatan
belajar oleh siswa yang berdaya guna dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mengembangkan pola
komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar, karena lemahnya
sistem komunikasi dapat mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian
tujuan. Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi dinamis antara guru dan siswa, sebagaimana
dikemukakan Sudjana yaitu : a) komunikasi sebagai aksi atau komunikasi
c) komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi . Untuk
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Komunikasi sebagai Aksi atau Komunikasi Satu Arah
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan
siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif tetapi siswanya pasif,
sehingga komunikasi seperti ini jelas kurang banyak menghidupkan
kegiatan siswa belajar. Contoh jenis kegiatan pembelajaran ini adalah
dengan metode ceramah.
b. Komunikasi sebagai Interaksi atau Komuikasi Dua Arah
Pada komunikasi ini guru dan siswa bersama-sama berperan
sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya saling memberi
dan menerima, sehingga pola komunikasi ini lebih baik daripada yang
pertama, sebab kegiatan guru dan siswa relatif sama, tetapi
komunikasi antar siswa masih kurang atau sama sekali tidak ada.
c. Komunikasi Banyak Arah atau Komunikasi sebagai Tranaksi
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara
guru dengan siswa, tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara
siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar
dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pembelajaran
yang mengembangkan kegiatan secara optimal, sehingga
menumbuhkan siswa belajar aktif. Contoh jenis kegiatan pembelajaran
ini adalah dengan metode diskusi, simulasi dan belajar kelompok. 12
12 Sudjana, Metode Statistik ( Bandung : Tarsito, 2000 ) him. 45.
19
Berdasarkan ketiga pola komunikasi tersebut pola komunikasi
tranaksi merupakan model yang paling optimal untuk mendapatkan pola
komunikasi yang paling efektif antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa, termasuk di dalam pola tranaksi ini adalah metode belajar
kelompok. Oleh karena itu pemilihan motode belajar kelompok dalam
penelitian ini sudah sesuai, mengingat tujuan antara yang diharapkan
adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa sebelum mencapai tujuan
akhir yaitu kenaikan jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar.
4. Tipe Hasil Belajar
Tipe hasil belajar terdiri dari : ranah kognitif, afektif dan
psikomotor13. Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan membentuk hubungan
hierarki.
Mengenai perubahan status abilitas itu ( Tipe hasil belajar ), menurut
Bloom, masing-masing matra atau domain dirinci menjadi beberapa
jangkauan kemampuan (level o f competence ). Rincian ini dapat
disebutkan sebagai berikut:
a) Kognitif Domain:
1. Knowledge ( pengetahuan, ingatan)
2. Comprehension ( pemahaman, menjelaskan, meringkas contoh )
3. Analysis ( menguraikan, menentukan hubungan )
4. Synthesis ( mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru)
5. Evaluation ( menilai )
6. Application ( menerapkan )
b) Affectif Domain:
1. Recieving ( sikap menerima )
2. Responding ( memberikan respon )
3. Valuing ( nilai)
4. Organization ( organisasi)
5. Characterization ( karakterisasi)
c) Psychomotor Domain:
1. Initiatory level
2. Pre-routine level
3. Rountinized level
Dengan demikian soal yang dipergunakan sebagai alat uji dalam
penelitian ini mengacu pada TPK yang telah ditetapkan dengan tingkat
kesukaran soal disusun agar memenuhi kriteria ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Selanjutnya hasil tes dianalisis untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa. Namun demikian, dalam pelaksanaannya harus
memperhatikan prinsip-prinsip penilaian, diantaranya : Valid, mendidik,
berorientasi pada kompetensi, adil dan obyektif, terbuka,
berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna.14
21
5. Pembelajaran Kelompok
Metode pembelajaran adalah teknik penyajian pelajaran yang
dipergunakan guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap,
dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Metode mengajar bersifat
fleksibel dan sangat tergantung dengan berbagai faktor yang perlu
dipertimbangkan. Dengan kata lain dapat dikatakan “ No Sngle method is
the best ", tidak ada satu metode yang terbaik, yang ada adalah metode
yang sesuai. Ada berbagai macam teknik penyajian dari yang tradisional
yang telah dipergunakan sejak dulu sampai dengan pada teknik modem
yang dipergunakan sekarang ini.
Sedangkan yang dimaksud belajar kelompok adalah mengajar
dengan belajar bekeija sama ( group work ). Dengan kata lain guna
memberi tugas kepada murid secara kelompok untuk diselesaikan
bersama. Pengelompokan ini dapat didasarkan pada kesamaan minat,
kemampuan individu, jenis tugas, sumber, daerah, tempat tinggal, atau
bisa juga jenis kelamin. Dalam pelaksanaannya perlu ada penjelasan
permasalahan, pekeijaan, tugas yang harus diselesaikan. Disamping itu
perlu ada pembagian tugas, mekanismen keija yang jelas, serta perlu ada
dorongan dan bimbingan dalam bekeijasama dan penyelesaian tugas.15
Teknik pembelajaran kelompok merupakan salah satu strategi
belajar mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu
kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok
terdiri dari 3 sampai dengan 5 siswa, mereka bekeijasama dalam
memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan guru. Kerja kelompok
adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang
diorganisir untuk kepentingan belajar, di mana keberhasilan kelompok ini
menuntut kegiatan yang kooperatif dari individu anggota kelompok
tersebut16. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono mengemukakan kerja
kelompok berarti kerja kepemimpinan dan keterpimpinan yang perlu
dipelajari siswa untuk bekal dalam kehidupannya nanti” 17 18. Selanjutnya
secara lebih lengkap Burton menjelaskan “kerja kelompok ialah cara
individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan individu lain untuk
bekerja sama. Relasi di dalam kelompok demokratis artinya setiap
individu berpartisipasi, ikut serta secara aktif dan turut bekerjasama,
sehingga individu akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan
1 o
mengalami perubahan sikap”. Keuntungan yang diperoleh dari adanya
pembelajaran dengan pendekatan kelompok adalah sebagai berikut, a)
siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif
dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi, b) siswa
mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dan berfikir kritis
dan c) terjadinya hubungan yang positif antar siswa.
16 Roesstiyah, Strategi Belajar M engajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2001 ) him.. 34.
17 Ibid him 14
23
Dengan demikian pembelajaran kelompok berhubungan dengan
proses belajar yang dilakukan siswa secara bersama-sama melalui
komunikasi interaktif dengan dipimpin oleh seorang pemimpin untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan materi
pelajaran.
6. Keuntungan Pembelajaran Kelompok
Untuk membentuk manusia demokratis harus ditekankan
pelaksanaan kerjasama atau keija kelompok, karena menurut para ahli
pendidikan prinsip keijasama lebih banyak faedahnya daripada sistem
persaingan. Nasution19 mengemukakan beberapa manfaat dari keija
kelompok sebagai berikut:
a. Mempertinggi hasil belajar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
b. Keputusan kelompok lebih mudah diterima setiap anggota, bila mereka
turut memikirkan dan memutuskan bersama-sama.
c. Mengembangkan perasaan sosial dan pergaulan sosial yang baik.
d. Meningkatkan rasa percaya diri anggota kelompok.
Sedangkan Roestiyah keuntungan menggunakan teknik keija
kelompok adalah : a) mengembangkan keterampilan bertanya, b) siswa
lebih intensif dalam melakukan penyelidikan, c) mengembangan bakat
kepemimpinan, d) guru lebih memperhatikan siswa, e) siswa lebih aktif,
dan f) mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa20.
Selanjutnya Mudjiono menjelaskan “pembelajaran kelompok kecil
merupakan perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal”.21 Adapun pada
pembelajaran kelompok kecil mempunyai tujuan : a) memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
secara rasional, b) mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong
royong dalam kehidupan, c) mendinamiskan kegiatan kelompok dalam
belajar, sehingga setiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok
yang bertanggung jawab dan d) mengembangkan kemampuan
kepemimpinan-kepemimpinan pada setiap anggota kelompokj dalam
pemecahan masalah kelompok.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dapat diperoleh
beberapa ciri yang menonjol dalam pembelajaran secara kelompok, yaitu :
a) siswa sadar sebagai anggota kelompok, b) siswa memiliki tujuan
bersama, c) siswa memiliki rasa saling membutuhkan, d) interkasi dan
komunikasi antar anggota, e) ada tindakan bersama dan f) guru bertindak
sebagai fasilitator, pembimbing dan pengendali ketertiban keija.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa metode
pembelajaran kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang
sedang dihadapi secara bersama-sama.
26
dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang
pendidikan sebelumnya.
Perbaikan
Yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari;
Pencegahan
Yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya
lain yang dapat membahayakan peserta didik dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT.
Pembiasaan
Yaitu menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Hadits
sebagai petunjuk dan pedoman bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari.
Standar kompetensi mata pelajaran Qur’an Hadits berisi
sekumpulan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik selama
menempuh mata pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah.
Kemampuan ini berorientasi kepada perilaku afektif dan
psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka
B. Kerangka Berpikir
Penerapan metode belajar kelompok yang dilakukan guru untuk
meningkatkan ketuntasan belajar siswa merupakan bentuk kreativitas dalam
mengajar. Melalui metode ini siswa saling berinteraksi dalam mengemukakan
pendapat untuk memecahkan masalah bersama. Setiap ide yang dimiliki siswa
dituangkan, ditampung untuk selanjutnya dimodifikasi sebagai ide bersama
dalam menyelesaikan permasalahan.
Adanya metode belajar kelompok menjadikan aktivitas belajar siswa
menjadi lebih tinggi. Untuk kelancaran penerapan metode ini guru perlu
mengeliminer dominasi beberapa siswa, sehingga pengetahuan yang diperoleh
menjadi lebih merata. Secara sederhana penerapan metode belajar diskusi
untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa dapat digambarkan dalam
bentuk kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 2.1
28
Berdasarkan gambar tersebut dapat ditelaah bahwa secara bersama-sama
guru dan siswa melaksanakan proses belajar mengajar (pembelajaran) dengan
posisi guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek didik. Selama proses
pembelajaran terjadi, guru menggunakan metode pembelajaran yang disebut
sebagai metode belajar kelompok. Penggunaan metode tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian. Dengan adanya penggunaan metode tersebut
pada akhirnya diharapkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik, sehingga
siswa memperoleh nilai ketuntasan dalam belajarnya.
C. Hipotesis Penelitian
Suharsimi Arikunto mengemukakan “hipotesis merupakan suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul dan sekurang-kurangnya mengandung
dua variabel atau lebih” .
Berdasarkan konsep tersebut, maka peneliti mengemukakan hipotesis
penelitian yaitu sebagai berikut. “Penerapan metode belajar kelompok dapat
meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Qur’an Hadits Kelas V
Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Gesing Kandangan
Temanggung”.
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan Teknik
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Penelitian tindakan merupakan studi dari situasi sosial dengan suatu
pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakannya. Hal tersebut lebih
dimaksudkan sebagai uji praktek di dalam situasi konkrit di mana validitas
teori atau hipotesis tidak semata-mata tergantung pada “tes kebenaran ilmiah”,
tetapi kepada “kemanfaatan mereka dalam membantu orang untuk bertindak
secara lebih cerdas dan trampil. Penelitian tindakan menurut Rochman
Natawidjaya adalah “pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat
situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang
tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki
sesuatu” . Penelitian tindakan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti
dengan subjek yang diteliti, melalui prosedur penilaian diri.
Selanjutnya Soly Abimanyu mengemukakan “penelitian tindakan
adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman keija
sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap
mawas diri” . Sedangkan menurut Hopkins adalah “suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan 24 25
24 Nata Wijaya. R. Penataan Kualitas Pendidikan ( Bandung: Rosdakarya, 1996 ) him, 45 25 Abimanyu. S. Penelitian Tindakan Kelas ( Semarang : IKIP Semarang Press, 1995 ) him, 34
30
kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan
tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi di mana praktek
pembelajaran dilakukan”26. Sebagai bentuk penelitian praktis, maka dalam
bidang pendidikan/pembelajaran, penelitian tindakan kelas mengacu kepada
apa yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pengajaran yang menjadi
tanggungjawabnya. Hal ini berarti penelitian tindakan kelas dapat dilakukan,
baik secara kelompok maupun pribadi.
Metode penelitian eksperimen dengan teknik PTK dilakukan dengan
tujuan untuk ha-hal sebagai berikut. 1) perbaikan dan peningkatan praktek dan
mutu pembelajaran secara berkesinambungan, 2) pengembangan keterampilan
dosen (guru) dalam menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran yang
dihadapi, dan 3) menumbuhkan budaya meneliti para guru.
B. Subyek, Tempat, Waktu dan Kondisi Penelitian
Subjek penelitian merupakan informan yang secara langsung maupun
tidak Subyek yang diiteliti adalah Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam
Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar siswa Mata Pelajaran Qur’an Hadts
siswa kelas Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3
Gesing Kandangan Temanggung sebanyak 10 siswa. Tempat yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing
3 Gesing Kandangan Temanggung dengan waktu penelitian pada semester II
Tahun Pelajaran 2007/2008. Sementara kondisi penelitian sudah dirasakan
memungkinkan, baik ditinjau dari segi administratif maupun operasional.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). menurut
Muhlis PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh
pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan27.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/ meningkatkan
praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan
penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang
sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada
siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi
permasalahan. Siklus dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk didalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
32
b. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari terapkannya metode pembelajaran kelompok.
c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
d. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1,2 dan 3
dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif
diakhir masing-masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksud
untuk memperbaiki system pengajaran yang telah dilaksanakan.
Namun pada kenyataannya, langkah-langkah tersebut merupakan
titik-titik dalam suatu kegiatan berdaur, yaitu sebagai berikut:
a) Penetapan Fokus Masalah
Kegiatan ini dimulai dengan renungan atau refleksi awal, sehingga
dapat diperoleh gagasan dasar yang bersifat umum dari keseluruhan
permasalahan. Untuk dapat merumuskan fokus masalah diperlukan
pengumpulan data awal agar dapat memilih prioritas permasalahan,
faktor-faktor penyebab permasalahan dan identifikasi alternatif
Refleksi awal ini dilaksanakan dengan menganalisis proses
pembelajaran dan hasilnya dari berbagai pokok bahasan yang
dianjurkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
pemokusan masalah adalah : a) identifikasi permasalahan yang
dirasakan/dihadapi, b) analisis penyebab permasalahan, c) analisis
kemungkinan pemecahan, dan d) perumusan masalah,
b) Perencanaan Tindakan
Kegiatan penyusunan rencana tindakan adalah : a)
memformulasikan alternatif tindakan, b) analisis kelayakan alternatif
tindakan dan c) menyusun persiapan tindakan. Dalam merancang
tindakan perbaikan terhadap masalah yang akan dipecahkan adalah
dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana objeknya,
subjeknya, tujuan yang ingin dicapai, siapa yang melakukannya,
bagaimana melakukannya, hasil yang diharapkan dari tindakan
tersebut. Beberapa hal yang diperhatikan dalam menyusun alternatif
tindakan adalah : a) mempunyai landasan yang mantap secara
konseptual kuat, b) mempunyai relevansi yang kuat dengan tujuan,
kelaikan teknis dan cara pengukurannya, c) memberikan hasil paling
optimal dan d) dapat teramati hasil perubahan yang diharapkan.
Sedangkan pada analisis kelaikan alternatif tindakan yang
diperhatikan adalah : a) komitmen dan minat guru, b) kemampuan
siswa baik segi fisik, psikologi dan sosial budaya dan etik, c) fasilitas
34
kelas. Apabila analisis kelaikan tindakan sudah terselesaikan,
dilanjutkan dengan persiapan tindakan. Langkah-langkah persiapan
tindakan yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Merancang tindakan dalam bentuk skenario pembelajaran yang
menunjukkan langkah-langkah yang dilakukan siswa maupun
guru.
2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan di kelas.
3. Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan pembelajaran, seperti : pedoman
observasi, tes evaluasi, pedoman wawancara, indikator kinerja dan
sebagainya.
4. Melakukan simulasi pembelajarannya jika diperlukan untuk
memantapkan diri.
c) Pelaksanaan Tindakan dan Monitoring (Observasi)
Pelaksanaan penelitian tindakan dalam bidang pengajaran adalah
berupa kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas sesuai
dengan kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan. Rencana
tindakan yang disusun dituangkan dalam bentuk RP (Rencana
Pelajaran) atau RPP (Rencana Program Pembelajaran), sehingga
dokumen RP/RPP tersebut dapat digunakan sebagai dasar monitoring
tingkat kemajuan tindakan penelitian. Sementara bertindak, dilakukan
teijadi, atau yang belum tuntas pada langkah atau upaya sebelumnya.
Hasil refleksi itu digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut
dalam upaya untuk mencapai tujuan penelitian. Refleksi dilaksanakan
berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan, baik terhadap
analisis proses maupun analisis hasil. Dalam penelitian ini refleksi
dilakukan terhadap rencana pengajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
hasil belajar siswa. Untuk keperluan kegiatan tindak lanjut, hal yang
penting adalah merenungkan mengenai kekuatan dan kelemahan dari
tindakan yang telah dilakukan, pertimbangan atau perkiraan mengenai
kesempatan atau peluang yang dapat diperoleh, kendala atau
kesulitan-kesulitan yang dihadapi, mempertimbangkan akibat dan
implikasi dari tindakan yang direncanakan. Jika tujuan atau hasil tindakan belum berhasil, maka hasilkajian refleksi dirumuskan/dituangkan dalam rencana tindakan berikutnya. Dalam bidang pengajaran hasil refleksi disusun dalam bentuk rencana pelajaran untuk kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya.
D. Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto mendefinisikan “reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah
o
baik”. Reliabilitas instrumen dicari dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
37
1. Instrumen Yang Digunakan
a) Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.
b) Rencana Program Pembelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian
hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar
mengajar.
c) Tes Formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar melalui metode
belajar kelompok.
Nilai tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan termasuk ke
dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai-
nilai yang berhubungan dengan mata pelajaran Qur’an Hadits sebanyak 20
buah termasuk ke dalam kategori realibilitas yang tinggi.
2. Validitas Instrumen Penelitian
Usaha untuk uji validitas terhadap tes objektif dilakukan dengan
menganalisis setiap item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan
3. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang diamati adalah mutu proses belajar mengajar
dan hasil belajar siswa sebagai akibat dari penerapkan metode belajar
kelompok.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan fokus
penelitian adalah dengan mengamati kegiatan guru dalam menciptakan
kondisi aktif selama diskusi serta ketuntasan hasil belajar siswa.
E. Kriteria Penilaian
Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa, perlu
dirumuskan kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Kategori benar semua.
2. Kategori benar sebagian
3. Kategori salah semua.
Prosentase dan jumlah kategori 1 dan 2 menunjukkan tingkat keberhasilan
pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar ada dua kategori,
yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk belajar
kurikulum 1994, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor 65% atau nilai 65. dan pembelajaran dikelas dinyatakan tuntas apabila
dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau
sama dengan 65%.
Adapun secara teknis untuk memperoleh atau mengetahui tingkat
39
a) Teknik Test
Teknik test terdiri dari 20 soal objektif Qur’an dan Hadits dengan
option a - d. Teknik test ini diberikan kepada siswa setiap mengakhiri
siklus pembelajaran, baik siklus I, II maupun III.
b) Teknik Non Test
Teknik non test dilakukan dengan menggunakan lembar
pengamatan yang memuat aspek-aspek proses pembelajaran yang
dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran yang
meliputi : aktivitas kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk lebih
memperjelas aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat
dikemukakan indikatornya pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3.4
Aspek-aspek Proses Pembelajaran Yang Dilakukan Guru
No
Indikator Sub Indikator Nilai
A B c D
1. Pendahuluan Menyiapkan kelengkapan alat dan
bahan untuk belajar kelompok di
Menyiapkan lembar pengamatan
untuk siswa
V
Pertanyaan atau cerita kejadian
yang berkaitan dengan konsep
yang akan diajarkan
No
Indikator Sub Indikator Nilai
A B c D
Review atau melanjutkan
pelajaran terdahulu yang belum
lengkap
V
Mengamati/membahas
perencanaan teknis dalam
lingkungan
V
2. Kegiatan
Utama
Merumuskan pertanyaan atau
permasalahan tentang topik
pelajaran
V
Melaksanakan kegiatan belajar kelompok melalui langkah- langkah atau tahapan
V
Permainan/simulasi atau bermain peran
V
Pengamatan data V
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
Penerapan metode belajar kelompok dalam meningkatkan ketuntasan
belajar siswa berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan
penelitian ini merupakan tindakan peneliti (guru/penulis) yang secara
langsung melaksanakan proses penelitian, mulai dari perencanaan
pembelajaran, kegiatan utama dan kegiatan pemantapan yang berhubungan
dengan Qur’an dan Hadits. Setiap konsep disajikan melalui tiga siklus, yaitu
siklus I, II dan III. Pada siklus I disajikan tentang pengertian Al-Qur’an dan
Hadits secara keseluruhan yang selanjutnya dilakukan evaluasi, baik dalam
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun aktivitas siswa yang
berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Apabila hasil evaluasi pada siklus I masih menunjukkan hasil yang
kurang baik, maka dilakukan perbaikan pada siklus II yang bertujuan untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan hasil evaluasi siklus I. Apabila dalam
siklus II masih juga terdapat kelemahan-kelemahan, maka dilakukan
perbaikan lagi pada siklus III sampai hasil evaluasi menunjukkan kriteria
untuk mencapai pembelajaran tuntas. Aktivitas pengamatan setiap siklus
untuk penampilan mengajar guru maupun aktivitas belajar siswa
menggunakan lembar pengamatan (observasi) yang sama. Adapun secara
lebih rinci dan jelasnya pelaksanaan setiap siklus dan hasilnya adalah sebagai
berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan :
1) Menyusun bahan ajar/ perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pembelajaran I, soal tes formatif I. Merumuskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai materi Qur’an dan Hadits dalam
pokok bahasan menghormati orang tua.
2) Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek
proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa
dalam kegiatan pembelajaran Qur’an Hadits
3) Mempersiapkan alat peraga/media ( Qur’an ) yang akan
dipergunakan dalam proses pembelajaran berkaitan dengan materi
pembelajaran tentang Qur’an dan Hadits
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada 20 April 2008 di kelas V dengan jumlah siswa 10 siswa. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
1) Guru melakukan langkah pembelajaran sesuai dengan struktur
43
2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan buku panduan kegiatan belajar mengajar.
3) Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar, pengamatan sesuai dengan instrumen pengamatan
tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Tabel KBM Qur’an Hadits ( QS. Al-Qadar ) Siklus I
No. Nama
Tabel Hasil Tes Formatif siswa pada Siklus I
No Kategori Hasil siklus I
1. Benar semua 20%
2. Benar sebagian 30%
3. Salah semua 50%
Tingkat keberhasilan pada siklus I adalah 20% + 30% = 50%.
Siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan materi
4 siswa. Hal ini menunjukkan siswa kurang memahami penjelasan
guru. Sasaran observasi penelitian adalah aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor masih
kurang memuaskan, karena perhatian siswa diperoleh secara paksa.
45
Adapun hasil pengamatan pada siklus I tentang aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilasanakan guru dan aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran, siswa belum tuntas belajar , karena siswa yang
memahami mata pelajaran Qur’an Hadits tentang menghormati orang
tua hanya sebesar 60% masih jauh dari persentase ketuntasan belajar
yang dikehendaki, yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa
masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dan
digunakan guru dalam menerapkan metode belajar kelompok.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai
ketuntasan belajar siswa pada siklus I hanya mencapai 50%, sehingga
dapat dikatakan bahwa siklus I masih kurang menunjukkan hasil yang
ingin dicapai dari proses penelitian.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi
dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Guru kurang bisa memotivasi siswa dan kurang sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai
2. Guru kurang baik dalam mengalokasikan waktu.
3. Antusiasme siswa kurang selama pembelajaran berlangsung.
d. Refisi
Dari rata-rata persentase tentang aspek-aspek proses pembelajaran
yang dilakukan guru menunjukkan bahwa setengah dari aspek-aspek
mengajarnya dapat dikategorikan cukup, baik dalam menyiapkan
kelengkapan alat dan bahan untuk demontrasi kelas, melakukan
percobaan pendahuluan sebelum melaksanakan demontrasi kelas,
menyiapkan lembar pengamatan untuk siswa, pertanyaan atau cerita
kejadian yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan, review
atau melanjutkan pelajaran terdahulu yang belum lengkap,
mengamati/membahas perencanaan teknis dalam lingkungan,
merumuskan pertanyaan atau permasalahan tentang topik pelajaran,
melaksanakan kegiatan demontrasi atau percobaan melalui langkah-
langkah atau tahapan, permainan/simulasi atau bermain peran,
pengamatan data, melakukan pengamatan hasil kegiatan
mengklasifikasi, mengkomunikasikan data, menginterpretasi,
penjelasan oleh siswa/diskusi, pemecahan masalah, membuat
ringkasan, menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas.
Untuk itulah pada siklus I ini masih terdapat kekurangan. Sehingga
perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya :
1. Penampilan mengajar guru agar ditingkatkan secara lebih baik
dengan mengacu kepada aspek penampilan mengajar yang telah
terjadi. Lebih trampil dalam memotivasi siswa, tujuan
pembelajaran lebih jelas, dimana siswa diajak untuk terlibat