• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V MI MA’ARIF GESING 3 MADURESO GESING KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V MI MA’ARIF GESING 3 MADURESO GESING KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN 2008"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA

MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V

MI MA’ARIF GESING 3

MADURESO GESING KANDANGAN TEMANGGUNG

TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh: BUDIYONO N IM : 11406465

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN)

(2)

DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

JL Tentara Pelajar 2 Telp.323706 Faks. 324333 Salatiga, 50721

NOTA PEMBIMBING Lamp. : 1 (Satu) naskah

Perihal: Pengajuan Naskah Skripsi a.n. Saudara Budiyono

Kepada:

Yth. Ketua S ATAIN Salatiga D

i-S A L A T I G A

Assalam ualaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : BUDIYONO NIM : 11406465

Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

Judul : PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN QURAN HADITS KELAS V SEMESTER II MI MA ARIF GESING 3 KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN 2008.

(3)

Skripsi saudara Budiyono, Nomor Induk Mahasiswa 11406465 dengan judul

PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA

MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA

PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF GESING 3 KANDANGAN TEMANGGUNG telah dimunaqasyahkan dalam sidang panitia Ujian STAIN Salatiga pada hari : , tanggal

yang bertepatan dengan tanggal dan telah diterima

sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar SARJANA dalam ilmu Tarbiyah.

Salatiga,...Ramadhan 1429 H. September 2008 M.

PANITIA UJIAN

KETUA SIDANG SEKRETARIS

Dra. Hi. LILIK SRIYANTI. M.Si. NIP. 150 245 903

(4)

MOTTO

Seorang yang mendapat ilmu pengetahuan hanya

untuk kebaikan dunia saja, maka ilmu

pengetahuannya itu tidaklah berakar dihatinya

( Ta’limul M uta'alim )

A real friend is o n e w ho takes the hand of his

friend in tim e of distress a n d helplessness.

(5)

Teruntuk Bapak, Simbok dan mertua, se rta Is tr i tercinta Sawati atas

perjuangannya dengan cucuran k erin g at, banting tulang, kalimah do'a

dan kasih sayangnya.

Adikku lanang Fahrodin ( T-ko/Endul/Tole ) dan adikku wedok Siti

Zahroatul Mahmudah yang telah memberikan kesempatan dan

mendukung kepada peneliti untuk menimba ilmu.

Kepada Bapak Ibu Dosen STAIN Salatiga terima kasih atas bimbingan

dan pengarahannya.

Segenap keluarga besar MI Ma'arif Gesing 3 Madureso Gesing

Kandangan Temanggung beserta jajaran pengurus dan Komite

Madrasah.

Saudara Ahmad Marzuki ( Komuk/Othonk) yang telah menemani

peneliti dalam berdialektika dan beraktif itas di sekolah dan

dimasyarakat.

Temen-temen seikat tali dan seguyonan, kelas Qasim Amin angkatan

2006 yang kompak dan semanak semuanya. Kebersamaan kita di hari

kemarin akan sangat berarti bagi kehidupan kita di hari-hari yang akan

datang.

Special buat ananda tercinta Ulfa Dwi Zaidah, masa menanti

perjuanganmu kelak di hari tua, jadilah anak yang bisa * Mikul Dhuwur

lan Mendem Je ru * terhadap kedua orang tua dan jadilah anak yang

(6)

KATA PENGANTAR

Bism illahirahm annirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWt, Tuhan semesta alam atas segala

petunjuk-Nya sehingga kita tetap berjalan dalam koridor nilai-nilai Islam yang

universal, rahmatan lil ‘alamin, yang mencerminkan identitas muslim sejati.

Shalawat serta salam peneliti haturkan kepada junjungan kita nabi Agung

Muhammad SAW, yang telah mencerahkan kehidupan manusia dari kegelapan.

Penyusunan skripsi yang berjudul PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF GESING 3 MADURESO GESING KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN 2008 ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Yang wujud bantuan tersebut adalah immaterial dan material. Oleh karenanya pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang tiada terkira kepada :

1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag. sebagai ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Drs. M. Hafrzd, M.Ag. sebagai pembimbing dalam penyusunan skripsi ini. Beliau telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan, masukan yang sangat berharga bagi peneliti hingga penyusunan skripsi ini selesai.

(7)

terselesainya penyusunan skripsi ini.

5. Segenap sifitas akademika MI Ma’arif Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan

Temanggung.

6. sahabat-sahabatku yang tidak mungkin peneliti sebutkan secara keseluruhan.

Kepada mereka semua penyusun tidak dapat memberikan balasan apa-apa

kecuali untaian kata terima kasih yang tiada terkira dengan diiringi doa semoga

Allah SWT. Membalas amal kebaikan mereka semua.

Setelah melalui proses panjang dan melelahkan, akhirnya peneliti dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang tentu masih banyak kekurangan.

Walaupun demikian peneliti berharap tulisan ini dapat menambah wawasan

keilmuan bagi peneliti khususnya serta para pembaca pada umumnya. Lebih dari

hanya sebuah wawasan, skripsi ini diharapkan bisa menjadi kontribusi bagi

dinamika pendidikan Islam.

Akhirnya hanya kepada Allah-lah peneliti mohon petunjuk, semoga tulisan ini

dapat bermanfaat. Amin ...

A lham dulillahirabbal 'alami n

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Rumusan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian T eori... 11

B. Kerangka Berfikir... 27

C. Hipotesis Penelitian... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 29

B. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian... 30

C. Rancangan Penelitian... 31

D. Instrumen Penelitian... 36

E. Kriteria Penilaian... 38

(9)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan... 61

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

ABSTRAK

Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam Upaya

Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa M ata Pelajaran Qur’an Hadits Kelas V Semester II Ml M a ’arif Gesing 3 Kandangan Temanggung

Kata Kunci: Metode Belajar Kelompok, Ketuntasan Belajar Siswa.

Metode belajar kelompok perlu diterapkan dan

dikembangkan oleh guru dengan terlebih dahulu menguasai

strategi atau langkah-langkahnya. Metode pembelajaran,

termasuk metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran selain yang konvensional dalam bentuk ceramah. Guru perlu secara cermat memilih materi yang tepat untuk menggunakan metode belajar ini, sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya ditetapkan judul penelitian " Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran Qur'an Hadits Kelas V Semester II Ml Ma’arif Gesing 3 Kandangan Temanggung

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diterapkannya Metode Belajar Kelompok khususnya mata pelajaran Qur'an Hadits.

Penelitian ini merupakan Penelitian eksperimen, dengan Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Instrumen pembelajaran, yaitu berupa Rencana Program Pembelajaran (RPP), tes objektif dan lembar observasi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V semester II Ml Ma’arif Gesing Kandangan Temanggung sebanyak 10 orang. Penelitian ini mengambil subjek kelas V dikarenakan kelas tersebut adalah kelas penentu, yaiitu berhasil dan tidaknya pembelajaran dijenjang sebelumnya dan sebagai bekal sebelum siswa menempuh Ujian Akhir pada jenjang kelas VI.

Prosedur penelitian dimulai dengan penetapan fokus masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan monitoring, serta analisis dan refleksi. Teknik penelitian melalui teknik tes dan non-tes dengan analisisnya adalah ketuntasan belajar siswa.

(11)

terakhir menunjukkan 85% siswa mendapat nilai ulangan yang telah memenuhi kriteria belajar tuntas dengan nilai lebih dari atau sama dengan 8,50.

Peningkatan ketuntasan tersebut jauh dari keadaan sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh penerapan metode yang masih menggunakan metode campuran yang cenderung

menggunakan metode hafalan, ceramah dan lainnya hasil

(12)

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pendidikan di sekolah yang berbasiskan proses

pembelajaran di kelas pada hakekatnya merupakan tanggung jawab semua

pihak, baik sekolah, pemerintah maupun masyarakat. Pihak sekolah

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan proses pendidikan, pemerintah

pemegang keputusan kebijakan, sedangkan masyarakat pendukung sumber

daya yang diperlukan sekolah. Secara khusus dalam kenyataan pihak sekolah

yang lebih banyak berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah

melalui peran kepala sekolah dan para gurunya. Kepala sekolah berperan

sebagai manajer, pemimpin, administrator, dan supervisor pendidikan,

sedangkan guru berperan dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa di

dalam kelas. Oleh karena itulah sebenarnya peranan guru yang sangat

menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Keadaan tersebut dikarenakan

guru merupakan ujung tombak pembelajaran yang apabila gagal sering

dialamatkan kepadanya.

Guru merupakan sosok yang keberadaannya tidak dapat digantikan oleh

media atau fasilitas pembelajaran apapun. Kehadiran guru masih tetap

diperlukan, sebagaimana dikemukakan Sopandi “kehadiran guru sebagai

sosok yang berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat

digantikan oleh media pembelajaran secanggih apapun. Guru harus tetap

(13)

melaksanakan pembelajaran secara langsung di depan siswa”.1 Oleh karena itu

apapun alasannya guru harus mengajar langsung di depan siswa agar tujuan

pembelajaran yang ditetaptapkan dapat tercapai.

Seiring dengan perkembangan jaman, yang berdampak terhadap

perubahan kurikulum pembelajaran, kualitas pembelajaran perlu selalu

ditingkatkan. Keadaan tersebut dapat dimulai dengan peningkatan kompetensi

para guru, baik dalam menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode

dan teknik mengajar yang tepat, menggunakan media pembelajaran maupun

kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional pada hakekatnya adalah

mampu menyampaikan materi pembelajaran secara tepat sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian untuk mencapai ke arah

tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran,

termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang

tepat. Dalam pembelajaran fisika, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu

model dan metode tertentu saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai

model dan metode yang sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran,

termasuk dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode

belajar kelompok. Pemilihan model dan metode yang tepat tersebut akan

dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, kurikulum Qur’an Hadits

berbasis kompetensi mengakomodasi berbagi perbedaan secara tanggap

dengan memadukan beragam kepentingan dan kemampuan daerah. Kurikulum

(14)

3

Qur’an Hadits berbasis kompetensi menerapkan strategi yang meningkatkan

kebermaknaan pembelajaran untuk semua siswa terlepas dari latar budaya ,

etnik dan jender melalui pengelolaan kurikulum Qur’an Hadits berbasis

madrasah. Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan

filosofis Pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum. Penerapan

filosofis pembelajaran yang mendunia seperti empat pilar belajar, yaitu :

belajar menjadi diri sendiri (learning to be), belajar mengetahui (learning to

know), belajar melakukan (learning to do), dan belajar hidup dalam

kebersamaan (learning to live together). Rekonseptualisasi kurikulum ini

mewujudkan kurikulum mata pelajaran Qur’an Hadits yang berbasis

kompetensi yang berfokus pada : (1) kejelasan kompetensi, hasil belajar dan

indikator hasil belajar siswa, (2) penilaian yang berbasis kelas dan (3)

kegiatan pembelajaran yang merupakan kesatuan perangkat utuh sebagai

acuan standar nasional.

Fenomena yang terjadi pada madrasah saat ini masih adanya sistem

guru kelas, hal tersebut membuka kemungkinan bagi seorang guru untuk

mengalami kesulitan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, guna

mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena guru

dituntut untuk mengejar target materi yang cukup banyak dan harus

diselesaikan pada tiap-tiap semester, sehingga seringkah guru mengabaikan

tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Mata pelajaran Qur’an Hadits yang kita anggap mudah, dan

(15)

belajar yang lain, tidak luput dari masalah-masalah tersebut. Hal ini

disebabkan karena mata pelajaran Qur’an Hadits mengandung materi yang

memerlukan praktek keija langsung. Melalui praktek siswa akan memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baru melalui eksperimen sehingga kesan yang

diperoleh akan mendalam. Oleh sebab itu, penghasilan pengajaran Qur’an

Hadits akan bergantung pada keberhasilan dalam proses belajar mengajar,

sedangkan keberhasilan siswa tidak hanya tergantung pada sarana dan

prasarana, pendidikan maupun kurikulum, metode, akan tetapi tergantung juga

pada seorang guru yang mempunyai posisi sangat strategis dalam upaya

meningkatkan prestasi siswa dalam menggunakan strategi pembelajaran yang

tepat sasaran.

Pemilihan metode pembelajaran akan membawa pengaruh terhadap

proses dan hasil pembelajaran, sehingga seorang guru dituntut untuk mampu

memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan suatu materi mata

pelajaran. Pada kenyataannya saat ini, sebagian besar guru hanya

menggunakan metode ceramah dan hafalan saja dalam mengelola kegiatan

pembelajaran mata pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah. Selain itu

kurikulum saat ini belum mampu untuk mendorong siswa dalam belajar secara

aktif, ditambah lagi sekolah ini dengan keterbatasan sarana dan prasarana serta

fasilitas penunjang. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran Qur’an Hadits di

MI kurang berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

Model pembelajaran kooperatif dengan metode belajar kelompok sangat

(16)

5

sehingga pemahaman setiap siswa menjadi merata. Keadaan tersebut

sebagaimana dikemukakan Mudjiono. Bahwa belajar kelompok memiliki

beberapa keuntungan2, yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah secara rasional;

2. Mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam

kehidupan;

3. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga tiap

anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab;

dan

4. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada tiap

anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.

Berdasarkan konsep tersebut menunjukkan bahwa metode belajar

kelompok perlu diterapkan dan dikembangkan guru dengan terlebih dahulu

menguasai strategi atau langkah-langkahnya. Metode pembelajaran, termasuk

metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam melaksanakan

pembelajaran selain yang konvensional dalam bentuk ceramah. Guru perlu

secara cermat memilih materi yang tepat untuk menggunakan metode belajar

ini, sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Keberadaan penerapan metode

belajar kelompok untuk mata pelajaran Qur’an Hadits sangat diperlukan. Para

siswa dapat saling sharing pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk

memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama. Keadaan tersebut

(17)

memberikan manfaat sebagai pengalaman belajar yang nyata bagi para siswa

apalagi mata pelajaran Qur’an Hadits secara keseluruhan lebih menekankan

kepada praktik dibandingkan dengan hanya memahami konsep secara abstrak

saja.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan selanjutnya menarik untuk

dikaji lebih lanjut dalam bentuk penelitian, sehingga judul yang ditetapkan :

Penenerapan M etode B elajar Kelom pok dalam Upaya M eningkatkan Ketuntasan B elajar Sisw a M ata Pelajaran Qur*an H adits K elas V Sem ester

I I M adrasah Ibtidaiyah M a ya r if Gesing 3 Gesing Kandungan

Temanggung

. ”

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan pembelajaran merupakan hal yang sangat kompleks yang

dialami guru dan siswa. Permasalahn guru adalah cara menyampaikan materi

pelajaran yang tepat, sedangkan siswa menyerap materi pelajaran secara

keseluruhan (tuntas). Berbagai upaya telah dilakukan kepala sekolah, guru dan

siswa dalam memecahkan permasalahan tersebut, namun demikian dari waktu

ke waktu permasalahan tersebut tetap ada, seiring dengan perubahan dan

perkembangan dunia pendidikan. Demikian pula halnya dengan pembelajaran

Qur’an Hadits beberapa permasalahan yang ditemui berdasarkan hasil

(18)

7

1. Menurunnya aktivitas siswa dalam pembelajaran Qur’an Hadits dengan

ditandai sedikitnya pertanyaan yang muncul dari siswa dalam kegiatan

pembelajaran Qur’an Hadits.

2. Tidak semua siswa memiliki buku ajar sesuai dengan yang dianjurkan

guru.

3. Nilai rata-rata setiap ulangan berkisar 6,0 dengan tingkat ketuntasan

belajar 61% yang berarti belum mencapai tuntas belajar.

4. Untuk saat sekarang fasilitas kurang lengkap, sehingga dalam kegiatan

belajar mengajar guru cenderung menggunakan pembelajaran model

ceramah, sehingga siswa menjadi jenuh.

Jika kondisi tersebut tidak segera diperbaiki, maka akan lebih menurunkan kualitas pembelajaran Qur’an Hadits. Oleh karena itu agar proses pembelajaran lebih menarik, guru perlu mendesain proses pembelajaran dengan salah satunya menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui

metode diskusi kelompok.

C. Rumusan Masalah

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah dalam penelitian ini, berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

(19)

Hadits Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Gesing

Kandangan Temanggung ?

2. Apakah dengan penerapan metode belajar kelompok dapat meningkatkan

ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Qur’an Hadits Kelas V Semester

II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan

Temanggung ?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka

tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Secara Umum

Memperbaiki dan atau meningkatkan praktek pembelajaran secara

berkesinambungan, sehingga akan terwujudnya misi profesional

kependidikan yang diemban oleh guru, untuk perbaikan dan peningkatan

layanan profesional guru, meningkatkan budaya meneliti guna

memperbaiki kineija guru dalam pembelajaran.

2. Secara Khusus

a. Mengetahui peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah

diterapkannya Metode Belajar Kelompok Mata Pelajaran Qur’an

Hadits pada siswa Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif

Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan Temanggung.

b. Mengetahui hasil penerapan untuk meningkatkan kemampuan guru

(20)

9

Hadits pada siswa Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif

Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan Temanggung.

E. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan

kepada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dan Departemen Agama

beserta jajarannya pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

penerapan metode belajar kelompok untuk meningkatkan ketuntasan

belajar siswa mata pelajaran Qur’an Hadits Kelas V Semester II Madrasah

Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Gesing Kandangan Temanggung.

Memperbaiki metode belajar kelompok mata pelajaran Qur’an Hadits

yang telah ada secara lebih menarik, merangsang kreativitas dan

menambah motivasi bagi siswa.

2. Memperkaya khasanah pendidikan yang berhubungan dengan proses

kegiatan belajar-mengajar Qur’an Hadits di sekolah.

3. Penelitian tindakan kelas memberikan manfaat kepada:

a. Murid, yaitu meningkatnya nilai kreativitas, motivasi belajar, sikap

ilmiah, kedisiplinan dan tanggung jawab.

b. Guru, yaitu menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika

pembelajaran di kelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih

profesional dan penuh inovasi serta memperbaiki proses pembelajaran

melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

c. Sekolah, yaitu mengembangkan kualitas sekolah yang lebih kondusif

(21)

d. Dengan memahami dan kemudian mencoba melaksanakan penelitian

tindakan kelas, maka kemampuan pendidik dalam proses

(22)

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II

A. Kajian Teori

1. Hakekat Belajar Mengajar

Belajar dan mengajar merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan

sebagai satu kesatuan yang utuh antara siswa dengan guru. Belajar dan

mengajar sering pula disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Dalam

kondisi belajar siswa menerima materi yang diberikan oleh guru,

sedangkan guru itu sendiri memberikan materi sesuai yang ditetapkan

dalam kurikulum. Dalam belajar dan mengajar ini terdapat interaksi aktif

antara murid dan guru, sehingga dapat dikatakan belajar dan mengajar

kurang serasi abapila terjadi hanya satu arah komunikasi saja. Oleh karena

itu belajar dan mengajar harus menjadi satu kesatuan. Namun demikian

untuk lebih memahami konsep belajar dan mengajar dalam konsep

(pengertian) perlu dijelaskan secara terpisah.

Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada

di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan

untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks

karena itu belajar sangat sulit untuk diamati, sebab meskipun dari luar

kelihatan belum belajar, namun dapat saja siswa tersebut telah.

memperoleh sesuatu yang banyak dari lingkungannya, kondisi tersebut

menunjukkan siswa itu sudah belajar. Istilah belajar dan pembelajaran

(23)

yang kita jumpai dalam kepustakaan asing adalah learning dan

Instruction. Istilah learning mengandung pengertian proses perubahan

yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

Sedangkan istilah instruction mengandung pengertian proses yang terpusat

pada tujuan (goal directed teaching process) yang dalam banyak hal dapat

direncanakan sebelumnya (pree-planed). Proses belajar yang terjadi adalah

proses pembelajaran, yakni proses membuat orang lain aktif melakukan

proses belajar sesuai dengan rancangan. Gagne mengemukakan “belajar

adalah suatu perilaku”3. Pada saat orang belajar, maka aktivitas yang baik

menjadi meningkat, sebaliknya apabila orang tersebut tidak belajar, maka

aktivitas yang baik menjadi menurun. Dalam belajar diperoleh beberapa

hal yaitu kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan aktivitas

belajar serta konsekuensi yang bersifat menguatkan aktivitas belajar

tersebut. Sedangkan Gagne mengemukakan “belajar merupakan kegiatan

yang kompleks”4. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Orang setelah

belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya

kapabilitas tersebut adalah dari simulasi yang berasal dari lingkungan

serta proses kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar.

Sementara itu Winkel mengemukakan “belajar adalah suatu aktivitas

mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan

(24)

13

keterampilan dan nilai sikap”5. Dengan demikian belajar merupakan hasil

interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan kemampuan tingkah laku dan keterampilan ke arah yang lebih

baik. Selanjutnya secara lebih rinci Ausubel mengemukakan belajar dapat

diklasifikasikan ke dalam dua dimensi6, yaitu sebagai berikut.

a. Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan

kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan.

b. Menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu

pada struktur kognitif yang merupakan fakta-fakta, konsep-konsep dan

generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa yang telah ada.

Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat

dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang

menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan bentuk

belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri

sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua,

siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan

(berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal

ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya

mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu, tanpa

menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur

kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Sedangkan konsep

5 Ibid, him 11

(25)

mengajar Sudjana mengemukakan “sebagai suatu proses, yaitu mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar dan pada tahap berikutnya adalah

memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan

proses belajar”7.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar mengajar

merupakan interaksi antara siswa dan guru di dalam kelas untuk

melaksanakan proses pembelajaran sehubungan dengan materi tertentu.

2. Kriteria Tuntas Belajar

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat

dikatakan berhasil atau tuntas, setiap guru memiliki pandangan masing-

maasing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi,

kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku dan yang telah

disempurnakan, antara lain bahwa “ Suatu proses belajar mengajar tentang

suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional

khusus (TIK)-nya dapat tercapai “.8 Karena itulah, suatu proses belajar

mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila

hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus (TIK) dari bahan tersebut.

Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki

bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan baik hanya

dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai

penyajian informasi yang runtut.

7 Sudjana, M etode Statistik ( Bandung : Tarsito, 2000 ) him. 29.

(26)

15

Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu

jenis cara belajar. Grinder menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22

diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya

menghadirkan kegiatan belajar yang kombinasi antara visual, auditori dan

kinestik9. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami

pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai

dengan arah yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini,

pembelajaran harus bersifat multi sensori dan penuh dengan variasi.

Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan

proses pembelajaran, seorang guru hendaknya mengenal faktor penentu

kegiatan pembelajaran. Faktor penentu tersebut antara lain :

a. Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan

nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan

b. Karakteristik mata pelajaran, yang meliputi tujuan, isi pelajaran,

urutan, dan cara mempelajarinya.

c. Karakteristik siswa, mencakup usia, jenis kelamin, dan lainnya

d. Karakteristik lingkungan/ setting pembelajaran, mencakup kualitas

dan kuantitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.

e. Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan

pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran,

kebiasaannya, pengalaman pendidikannya dan lainnya.

(27)

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.

Kegiatan belajar dan mengajar dikelas memang dapat menstimulasi

belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan

teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya

memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan

materi pelajaran. Metode belajar bersama yang terbaik, semisal pelajaran

menyusun gambar, memenuhi persyaratan ini. Pemberian tugas yang

berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar

bersama, namun juga mengajarkan satu sama lain.

Dalam proses pembelajaran yang pertama kali dilakukan adalah

merumuskan tujuan tujuan pembelajaran. Kemudian menetukan atau

memilih materi, metode, dan alat peraga yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran dimaksud. Ketuntasan belajar (daya serap) adalah

merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan

guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan

belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa

dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan pembelajaran,

keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa10..

Adapun kriteria ketuntasan belajar yang digunakan adalah sesuai yang

dikeluarkan Tim Khusus11 adalah sebagai berikut.

10 Sularyo, Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar dengan M etode Belajar Kelompok ( Semarang : PPS Unnes, 2004 ) him. 6.

(28)

17

a. Setiap materi/pokok uji/soal/ yang merupakan ketercapaian TIK

mencapai ketuntasan apabila telah dikuasai oleh 65% siswa sekelas.

b. Setiap siswa mencapai ketuntasan belajar bila telah menguasai

sekurang-kurangnya 65% (atau memperoleh nilai 6,5) dari

keseluruhan materi pokok uji.

c. Setiap kelas siswa (seluruh siswa dalam kelas) mencapai ketuntasan

belajar bila jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 sebanyak 85%

dari jumlah siswa di kelas itu.

Dengan demikian kriteria ketuntasan belajar yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah sesuai dengan yang ditetapkan oleh

peraturan/ketentuan tersebut.

3. Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam rangka mencapai interaksi belajar mengajar, maka perlu

adanya komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga

terpadunya dua kegiatan yaitu kegiatan mengajar oleh guru dan kegiatan

belajar oleh siswa yang berdaya guna dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mengembangkan pola

komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar, karena lemahnya

sistem komunikasi dapat mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian

tujuan. Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk

mengembangkan interaksi dinamis antara guru dan siswa, sebagaimana

dikemukakan Sudjana yaitu : a) komunikasi sebagai aksi atau komunikasi

(29)

c) komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi . Untuk

lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Komunikasi sebagai Aksi atau Komunikasi Satu Arah

Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan

siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif tetapi siswanya pasif,

sehingga komunikasi seperti ini jelas kurang banyak menghidupkan

kegiatan siswa belajar. Contoh jenis kegiatan pembelajaran ini adalah

dengan metode ceramah.

b. Komunikasi sebagai Interaksi atau Komuikasi Dua Arah

Pada komunikasi ini guru dan siswa bersama-sama berperan

sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya saling memberi

dan menerima, sehingga pola komunikasi ini lebih baik daripada yang

pertama, sebab kegiatan guru dan siswa relatif sama, tetapi

komunikasi antar siswa masih kurang atau sama sekali tidak ada.

c. Komunikasi Banyak Arah atau Komunikasi sebagai Tranaksi

Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara

guru dengan siswa, tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara

siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar

dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pembelajaran

yang mengembangkan kegiatan secara optimal, sehingga

menumbuhkan siswa belajar aktif. Contoh jenis kegiatan pembelajaran

ini adalah dengan metode diskusi, simulasi dan belajar kelompok. 12

12 Sudjana, Metode Statistik ( Bandung : Tarsito, 2000 ) him. 45.

(30)

19

Berdasarkan ketiga pola komunikasi tersebut pola komunikasi

tranaksi merupakan model yang paling optimal untuk mendapatkan pola

komunikasi yang paling efektif antara guru dengan siswa dan antara siswa

dengan siswa, termasuk di dalam pola tranaksi ini adalah metode belajar

kelompok. Oleh karena itu pemilihan motode belajar kelompok dalam

penelitian ini sudah sesuai, mengingat tujuan antara yang diharapkan

adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa sebelum mencapai tujuan

akhir yaitu kenaikan jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar.

4. Tipe Hasil Belajar

Tipe hasil belajar terdiri dari : ranah kognitif, afektif dan

psikomotor13. Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan membentuk hubungan

hierarki.

Mengenai perubahan status abilitas itu ( Tipe hasil belajar ), menurut

Bloom, masing-masing matra atau domain dirinci menjadi beberapa

jangkauan kemampuan (level o f competence ). Rincian ini dapat

disebutkan sebagai berikut:

a) Kognitif Domain:

1. Knowledge ( pengetahuan, ingatan)

2. Comprehension ( pemahaman, menjelaskan, meringkas contoh )

3. Analysis ( menguraikan, menentukan hubungan )

(31)

4. Synthesis ( mengorganisasikan, merencanakan, membentuk

bangunan baru)

5. Evaluation ( menilai )

6. Application ( menerapkan )

b) Affectif Domain:

1. Recieving ( sikap menerima )

2. Responding ( memberikan respon )

3. Valuing ( nilai)

4. Organization ( organisasi)

5. Characterization ( karakterisasi)

c) Psychomotor Domain:

1. Initiatory level

2. Pre-routine level

3. Rountinized level

Dengan demikian soal yang dipergunakan sebagai alat uji dalam

penelitian ini mengacu pada TPK yang telah ditetapkan dengan tingkat

kesukaran soal disusun agar memenuhi kriteria ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Selanjutnya hasil tes dianalisis untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa. Namun demikian, dalam pelaksanaannya harus

memperhatikan prinsip-prinsip penilaian, diantaranya : Valid, mendidik,

berorientasi pada kompetensi, adil dan obyektif, terbuka,

berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna.14

(32)

21

5. Pembelajaran Kelompok

Metode pembelajaran adalah teknik penyajian pelajaran yang

dipergunakan guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran

kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap,

dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Metode mengajar bersifat

fleksibel dan sangat tergantung dengan berbagai faktor yang perlu

dipertimbangkan. Dengan kata lain dapat dikatakan “ No Sngle method is

the best ", tidak ada satu metode yang terbaik, yang ada adalah metode

yang sesuai. Ada berbagai macam teknik penyajian dari yang tradisional

yang telah dipergunakan sejak dulu sampai dengan pada teknik modem

yang dipergunakan sekarang ini.

Sedangkan yang dimaksud belajar kelompok adalah mengajar

dengan belajar bekeija sama ( group work ). Dengan kata lain guna

memberi tugas kepada murid secara kelompok untuk diselesaikan

bersama. Pengelompokan ini dapat didasarkan pada kesamaan minat,

kemampuan individu, jenis tugas, sumber, daerah, tempat tinggal, atau

bisa juga jenis kelamin. Dalam pelaksanaannya perlu ada penjelasan

permasalahan, pekeijaan, tugas yang harus diselesaikan. Disamping itu

perlu ada pembagian tugas, mekanismen keija yang jelas, serta perlu ada

dorongan dan bimbingan dalam bekeijasama dan penyelesaian tugas.15

Teknik pembelajaran kelompok merupakan salah satu strategi

belajar mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu

(33)

kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok

terdiri dari 3 sampai dengan 5 siswa, mereka bekeijasama dalam

memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha

mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan guru. Kerja kelompok

adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang

diorganisir untuk kepentingan belajar, di mana keberhasilan kelompok ini

menuntut kegiatan yang kooperatif dari individu anggota kelompok

tersebut16. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono mengemukakan kerja

kelompok berarti kerja kepemimpinan dan keterpimpinan yang perlu

dipelajari siswa untuk bekal dalam kehidupannya nanti” 17 18. Selanjutnya

secara lebih lengkap Burton menjelaskan “kerja kelompok ialah cara

individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan individu lain untuk

bekerja sama. Relasi di dalam kelompok demokratis artinya setiap

individu berpartisipasi, ikut serta secara aktif dan turut bekerjasama,

sehingga individu akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan

1 o

mengalami perubahan sikap”. Keuntungan yang diperoleh dari adanya

pembelajaran dengan pendekatan kelompok adalah sebagai berikut, a)

siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif

dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi, b) siswa

mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dan berfikir kritis

dan c) terjadinya hubungan yang positif antar siswa.

16 Roesstiyah, Strategi Belajar M engajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2001 ) him.. 34.

17 Ibid him 14

(34)

23

Dengan demikian pembelajaran kelompok berhubungan dengan

proses belajar yang dilakukan siswa secara bersama-sama melalui

komunikasi interaktif dengan dipimpin oleh seorang pemimpin untuk

memecahkan permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan materi

pelajaran.

6. Keuntungan Pembelajaran Kelompok

Untuk membentuk manusia demokratis harus ditekankan

pelaksanaan kerjasama atau keija kelompok, karena menurut para ahli

pendidikan prinsip keijasama lebih banyak faedahnya daripada sistem

persaingan. Nasution19 mengemukakan beberapa manfaat dari keija

kelompok sebagai berikut:

a. Mempertinggi hasil belajar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

b. Keputusan kelompok lebih mudah diterima setiap anggota, bila mereka

turut memikirkan dan memutuskan bersama-sama.

c. Mengembangkan perasaan sosial dan pergaulan sosial yang baik.

d. Meningkatkan rasa percaya diri anggota kelompok.

Sedangkan Roestiyah keuntungan menggunakan teknik keija

kelompok adalah : a) mengembangkan keterampilan bertanya, b) siswa

lebih intensif dalam melakukan penyelidikan, c) mengembangan bakat

kepemimpinan, d) guru lebih memperhatikan siswa, e) siswa lebih aktif,

dan f) mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa20.

(35)

Selanjutnya Mudjiono menjelaskan “pembelajaran kelompok kecil

merupakan perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal”.21 Adapun pada

pembelajaran kelompok kecil mempunyai tujuan : a) memberi kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

secara rasional, b) mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong

royong dalam kehidupan, c) mendinamiskan kegiatan kelompok dalam

belajar, sehingga setiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok

yang bertanggung jawab dan d) mengembangkan kemampuan

kepemimpinan-kepemimpinan pada setiap anggota kelompokj dalam

pemecahan masalah kelompok.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dapat diperoleh

beberapa ciri yang menonjol dalam pembelajaran secara kelompok, yaitu :

a) siswa sadar sebagai anggota kelompok, b) siswa memiliki tujuan

bersama, c) siswa memiliki rasa saling membutuhkan, d) interkasi dan

komunikasi antar anggota, e) ada tindakan bersama dan f) guru bertindak

sebagai fasilitator, pembimbing dan pengendali ketertiban keija.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa metode

pembelajaran kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang

sedang dihadapi secara bersama-sama.

(36)

26

dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang

pendidikan sebelumnya.

Perbaikan

Yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan,

pemahaman dan pengalaman ajaran peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari;

Pencegahan

Yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya

lain yang dapat membahayakan peserta didik dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT.

Pembiasaan

Yaitu menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Hadits

sebagai petunjuk dan pedoman bagi peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari.

Standar kompetensi mata pelajaran Qur’an Hadits berisi

sekumpulan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik selama

menempuh mata pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah.

Kemampuan ini berorientasi kepada perilaku afektif dan

psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka

(37)

B. Kerangka Berpikir

Penerapan metode belajar kelompok yang dilakukan guru untuk

meningkatkan ketuntasan belajar siswa merupakan bentuk kreativitas dalam

mengajar. Melalui metode ini siswa saling berinteraksi dalam mengemukakan

pendapat untuk memecahkan masalah bersama. Setiap ide yang dimiliki siswa

dituangkan, ditampung untuk selanjutnya dimodifikasi sebagai ide bersama

dalam menyelesaikan permasalahan.

Adanya metode belajar kelompok menjadikan aktivitas belajar siswa

menjadi lebih tinggi. Untuk kelancaran penerapan metode ini guru perlu

mengeliminer dominasi beberapa siswa, sehingga pengetahuan yang diperoleh

menjadi lebih merata. Secara sederhana penerapan metode belajar diskusi

untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa dapat digambarkan dalam

bentuk kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.1

(38)

28

Berdasarkan gambar tersebut dapat ditelaah bahwa secara bersama-sama

guru dan siswa melaksanakan proses belajar mengajar (pembelajaran) dengan

posisi guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek didik. Selama proses

pembelajaran terjadi, guru menggunakan metode pembelajaran yang disebut

sebagai metode belajar kelompok. Penggunaan metode tersebut disesuaikan

dengan kebutuhan penelitian. Dengan adanya penggunaan metode tersebut

pada akhirnya diharapkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik, sehingga

siswa memperoleh nilai ketuntasan dalam belajarnya.

C. Hipotesis Penelitian

Suharsimi Arikunto mengemukakan “hipotesis merupakan suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul dan sekurang-kurangnya mengandung

dua variabel atau lebih” .

Berdasarkan konsep tersebut, maka peneliti mengemukakan hipotesis

penelitian yaitu sebagai berikut. “Penerapan metode belajar kelompok dapat

meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Qur’an Hadits Kelas V

Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Gesing Kandangan

Temanggung”.

(39)

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan Teknik

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Penelitian tindakan merupakan studi dari situasi sosial dengan suatu

pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakannya. Hal tersebut lebih

dimaksudkan sebagai uji praktek di dalam situasi konkrit di mana validitas

teori atau hipotesis tidak semata-mata tergantung pada “tes kebenaran ilmiah”,

tetapi kepada “kemanfaatan mereka dalam membantu orang untuk bertindak

secara lebih cerdas dan trampil. Penelitian tindakan menurut Rochman

Natawidjaya adalah “pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat

situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang

tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki

sesuatu” . Penelitian tindakan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti

dengan subjek yang diteliti, melalui prosedur penilaian diri.

Selanjutnya Soly Abimanyu mengemukakan “penelitian tindakan

adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman keija

sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap

mawas diri” . Sedangkan menurut Hopkins adalah “suatu bentuk kajian yang

bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan 24 25

24 Nata Wijaya. R. Penataan Kualitas Pendidikan ( Bandung: Rosdakarya, 1996 ) him, 45 25 Abimanyu. S. Penelitian Tindakan Kelas ( Semarang : IKIP Semarang Press, 1995 ) him, 34

(40)

30

kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan

tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi di mana praktek

pembelajaran dilakukan”26. Sebagai bentuk penelitian praktis, maka dalam

bidang pendidikan/pembelajaran, penelitian tindakan kelas mengacu kepada

apa yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pengajaran yang menjadi

tanggungjawabnya. Hal ini berarti penelitian tindakan kelas dapat dilakukan,

baik secara kelompok maupun pribadi.

Metode penelitian eksperimen dengan teknik PTK dilakukan dengan

tujuan untuk ha-hal sebagai berikut. 1) perbaikan dan peningkatan praktek dan

mutu pembelajaran secara berkesinambungan, 2) pengembangan keterampilan

dosen (guru) dalam menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran yang

dihadapi, dan 3) menumbuhkan budaya meneliti para guru.

B. Subyek, Tempat, Waktu dan Kondisi Penelitian

Subjek penelitian merupakan informan yang secara langsung maupun

tidak Subyek yang diiteliti adalah Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam

Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar siswa Mata Pelajaran Qur’an Hadts

siswa kelas Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3

Gesing Kandangan Temanggung sebanyak 10 siswa. Tempat yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing

3 Gesing Kandangan Temanggung dengan waktu penelitian pada semester II

(41)

Tahun Pelajaran 2007/2008. Sementara kondisi penelitian sudah dirasakan

memungkinkan, baik ditinjau dari segi administratif maupun operasional.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). menurut

Muhlis PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh

pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan27.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/ meningkatkan

praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan

penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan. Setiap siklus

meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan

reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang

sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada

siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi

permasalahan. Siklus dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk didalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

(42)

32

b. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari terapkannya metode pembelajaran kelompok.

c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

d. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1,2 dan 3

dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif

diakhir masing-masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksud

untuk memperbaiki system pengajaran yang telah dilaksanakan.

Namun pada kenyataannya, langkah-langkah tersebut merupakan

titik-titik dalam suatu kegiatan berdaur, yaitu sebagai berikut:

a) Penetapan Fokus Masalah

Kegiatan ini dimulai dengan renungan atau refleksi awal, sehingga

dapat diperoleh gagasan dasar yang bersifat umum dari keseluruhan

permasalahan. Untuk dapat merumuskan fokus masalah diperlukan

pengumpulan data awal agar dapat memilih prioritas permasalahan,

faktor-faktor penyebab permasalahan dan identifikasi alternatif

(43)

Refleksi awal ini dilaksanakan dengan menganalisis proses

pembelajaran dan hasilnya dari berbagai pokok bahasan yang

dianjurkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam

pemokusan masalah adalah : a) identifikasi permasalahan yang

dirasakan/dihadapi, b) analisis penyebab permasalahan, c) analisis

kemungkinan pemecahan, dan d) perumusan masalah,

b) Perencanaan Tindakan

Kegiatan penyusunan rencana tindakan adalah : a)

memformulasikan alternatif tindakan, b) analisis kelayakan alternatif

tindakan dan c) menyusun persiapan tindakan. Dalam merancang

tindakan perbaikan terhadap masalah yang akan dipecahkan adalah

dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana objeknya,

subjeknya, tujuan yang ingin dicapai, siapa yang melakukannya,

bagaimana melakukannya, hasil yang diharapkan dari tindakan

tersebut. Beberapa hal yang diperhatikan dalam menyusun alternatif

tindakan adalah : a) mempunyai landasan yang mantap secara

konseptual kuat, b) mempunyai relevansi yang kuat dengan tujuan,

kelaikan teknis dan cara pengukurannya, c) memberikan hasil paling

optimal dan d) dapat teramati hasil perubahan yang diharapkan.

Sedangkan pada analisis kelaikan alternatif tindakan yang

diperhatikan adalah : a) komitmen dan minat guru, b) kemampuan

siswa baik segi fisik, psikologi dan sosial budaya dan etik, c) fasilitas

(44)

34

kelas. Apabila analisis kelaikan tindakan sudah terselesaikan,

dilanjutkan dengan persiapan tindakan. Langkah-langkah persiapan

tindakan yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Merancang tindakan dalam bentuk skenario pembelajaran yang

menunjukkan langkah-langkah yang dilakukan siswa maupun

guru.

2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan di kelas.

3. Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai

proses dan hasil tindakan pembelajaran, seperti : pedoman

observasi, tes evaluasi, pedoman wawancara, indikator kinerja dan

sebagainya.

4. Melakukan simulasi pembelajarannya jika diperlukan untuk

memantapkan diri.

c) Pelaksanaan Tindakan dan Monitoring (Observasi)

Pelaksanaan penelitian tindakan dalam bidang pengajaran adalah

berupa kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas sesuai

dengan kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan. Rencana

tindakan yang disusun dituangkan dalam bentuk RP (Rencana

Pelajaran) atau RPP (Rencana Program Pembelajaran), sehingga

dokumen RP/RPP tersebut dapat digunakan sebagai dasar monitoring

tingkat kemajuan tindakan penelitian. Sementara bertindak, dilakukan

(45)

teijadi, atau yang belum tuntas pada langkah atau upaya sebelumnya.

Hasil refleksi itu digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut

dalam upaya untuk mencapai tujuan penelitian. Refleksi dilaksanakan

berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan, baik terhadap

analisis proses maupun analisis hasil. Dalam penelitian ini refleksi

dilakukan terhadap rencana pengajaran, pelaksanaan pembelajaran dan

hasil belajar siswa. Untuk keperluan kegiatan tindak lanjut, hal yang

penting adalah merenungkan mengenai kekuatan dan kelemahan dari

tindakan yang telah dilakukan, pertimbangan atau perkiraan mengenai

kesempatan atau peluang yang dapat diperoleh, kendala atau

kesulitan-kesulitan yang dihadapi, mempertimbangkan akibat dan

implikasi dari tindakan yang direncanakan. Jika tujuan atau hasil tindakan belum berhasil, maka hasilkajian refleksi dirumuskan/dituangkan dalam rencana tindakan berikutnya. Dalam bidang pengajaran hasil refleksi disusun dalam bentuk rencana pelajaran untuk kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya.

D. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto mendefinisikan “reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah

o

baik”. Reliabilitas instrumen dicari dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

(46)

37

1. Instrumen Yang Digunakan

a) Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.

b) Rencana Program Pembelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.

Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian

hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar

mengajar.

c) Tes Formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar melalui metode

belajar kelompok.

Nilai tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan termasuk ke

dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai-

nilai yang berhubungan dengan mata pelajaran Qur’an Hadits sebanyak 20

buah termasuk ke dalam kategori realibilitas yang tinggi.

2. Validitas Instrumen Penelitian

Usaha untuk uji validitas terhadap tes objektif dilakukan dengan

menganalisis setiap item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan

(47)

3. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang diamati adalah mutu proses belajar mengajar

dan hasil belajar siswa sebagai akibat dari penerapkan metode belajar

kelompok.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan fokus

penelitian adalah dengan mengamati kegiatan guru dalam menciptakan

kondisi aktif selama diskusi serta ketuntasan hasil belajar siswa.

E. Kriteria Penilaian

Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa, perlu

dirumuskan kriteria penilaian sebagai berikut:

1. Kategori benar semua.

2. Kategori benar sebagian

3. Kategori salah semua.

Prosentase dan jumlah kategori 1 dan 2 menunjukkan tingkat keberhasilan

pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar ada dua kategori,

yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk belajar

kurikulum 1994, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai

skor 65% atau nilai 65. dan pembelajaran dikelas dinyatakan tuntas apabila

dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau

sama dengan 65%.

Adapun secara teknis untuk memperoleh atau mengetahui tingkat

(48)

39

a) Teknik Test

Teknik test terdiri dari 20 soal objektif Qur’an dan Hadits dengan

option a - d. Teknik test ini diberikan kepada siswa setiap mengakhiri

siklus pembelajaran, baik siklus I, II maupun III.

b) Teknik Non Test

Teknik non test dilakukan dengan menggunakan lembar

pengamatan yang memuat aspek-aspek proses pembelajaran yang

dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran yang

meliputi : aktivitas kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk lebih

memperjelas aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat

dikemukakan indikatornya pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.4

Aspek-aspek Proses Pembelajaran Yang Dilakukan Guru

No

Indikator Sub Indikator Nilai

A B c D

1. Pendahuluan Menyiapkan kelengkapan alat dan

bahan untuk belajar kelompok di

Menyiapkan lembar pengamatan

untuk siswa

V

Pertanyaan atau cerita kejadian

yang berkaitan dengan konsep

yang akan diajarkan

(49)

No

Indikator Sub Indikator Nilai

A B c D

Review atau melanjutkan

pelajaran terdahulu yang belum

lengkap

V

Mengamati/membahas

perencanaan teknis dalam

lingkungan

V

2. Kegiatan

Utama

Merumuskan pertanyaan atau

permasalahan tentang topik

pelajaran

V

Melaksanakan kegiatan belajar kelompok melalui langkah- langkah atau tahapan

V

Permainan/simulasi atau bermain peran

V

Pengamatan data V

(50)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

Penerapan metode belajar kelompok dalam meningkatkan ketuntasan

belajar siswa berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan

penelitian ini merupakan tindakan peneliti (guru/penulis) yang secara

langsung melaksanakan proses penelitian, mulai dari perencanaan

pembelajaran, kegiatan utama dan kegiatan pemantapan yang berhubungan

dengan Qur’an dan Hadits. Setiap konsep disajikan melalui tiga siklus, yaitu

siklus I, II dan III. Pada siklus I disajikan tentang pengertian Al-Qur’an dan

Hadits secara keseluruhan yang selanjutnya dilakukan evaluasi, baik dalam

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun aktivitas siswa yang

berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Apabila hasil evaluasi pada siklus I masih menunjukkan hasil yang

kurang baik, maka dilakukan perbaikan pada siklus II yang bertujuan untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahan hasil evaluasi siklus I. Apabila dalam

siklus II masih juga terdapat kelemahan-kelemahan, maka dilakukan

perbaikan lagi pada siklus III sampai hasil evaluasi menunjukkan kriteria

untuk mencapai pembelajaran tuntas. Aktivitas pengamatan setiap siklus

untuk penampilan mengajar guru maupun aktivitas belajar siswa

menggunakan lembar pengamatan (observasi) yang sama. Adapun secara

(51)

lebih rinci dan jelasnya pelaksanaan setiap siklus dan hasilnya adalah sebagai

berikut:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan Pembelajaran

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan :

1) Menyusun bahan ajar/ perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pembelajaran I, soal tes formatif I. Merumuskan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai materi Qur’an dan Hadits dalam

pokok bahasan menghormati orang tua.

2) Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek

proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa

dalam kegiatan pembelajaran Qur’an Hadits

3) Mempersiapkan alat peraga/media ( Qur’an ) yang akan

dipergunakan dalam proses pembelajaran berkaitan dengan materi

pembelajaran tentang Qur’an dan Hadits

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada 20 April 2008 di kelas V dengan jumlah siswa 10 siswa. Dalam

hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

1) Guru melakukan langkah pembelajaran sesuai dengan struktur

(52)

43

2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan melaksanakan

kegiatan sesuai dengan buku panduan kegiatan belajar mengajar.

3) Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar, pengamatan sesuai dengan instrumen pengamatan

tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada akhir proses

belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada

siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Tabel KBM Qur’an Hadits ( QS. Al-Qadar ) Siklus I

(53)

No. Nama

Tabel Hasil Tes Formatif siswa pada Siklus I

No Kategori Hasil siklus I

1. Benar semua 20%

2. Benar sebagian 30%

3. Salah semua 50%

Tingkat keberhasilan pada siklus I adalah 20% + 30% = 50%.

Siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan materi

4 siswa. Hal ini menunjukkan siswa kurang memahami penjelasan

guru. Sasaran observasi penelitian adalah aspek-aspek proses

pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor masih

kurang memuaskan, karena perhatian siswa diperoleh secara paksa.

(54)

45

Adapun hasil pengamatan pada siklus I tentang aspek-aspek proses

pembelajaran yang dilasanakan guru dan aktivitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran, siswa belum tuntas belajar , karena siswa yang

memahami mata pelajaran Qur’an Hadits tentang menghormati orang

tua hanya sebesar 60% masih jauh dari persentase ketuntasan belajar

yang dikehendaki, yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa

masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dan

digunakan guru dalam menerapkan metode belajar kelompok.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai

ketuntasan belajar siswa pada siklus I hanya mencapai 50%, sehingga

dapat dikatakan bahwa siklus I masih kurang menunjukkan hasil yang

ingin dicapai dari proses penelitian.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1. Guru kurang bisa memotivasi siswa dan kurang sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai

2. Guru kurang baik dalam mengalokasikan waktu.

3. Antusiasme siswa kurang selama pembelajaran berlangsung.

d. Refisi

Dari rata-rata persentase tentang aspek-aspek proses pembelajaran

yang dilakukan guru menunjukkan bahwa setengah dari aspek-aspek

(55)

mengajarnya dapat dikategorikan cukup, baik dalam menyiapkan

kelengkapan alat dan bahan untuk demontrasi kelas, melakukan

percobaan pendahuluan sebelum melaksanakan demontrasi kelas,

menyiapkan lembar pengamatan untuk siswa, pertanyaan atau cerita

kejadian yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan, review

atau melanjutkan pelajaran terdahulu yang belum lengkap,

mengamati/membahas perencanaan teknis dalam lingkungan,

merumuskan pertanyaan atau permasalahan tentang topik pelajaran,

melaksanakan kegiatan demontrasi atau percobaan melalui langkah-

langkah atau tahapan, permainan/simulasi atau bermain peran,

pengamatan data, melakukan pengamatan hasil kegiatan

mengklasifikasi, mengkomunikasikan data, menginterpretasi,

penjelasan oleh siswa/diskusi, pemecahan masalah, membuat

ringkasan, menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas.

Untuk itulah pada siklus I ini masih terdapat kekurangan. Sehingga

perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya :

1. Penampilan mengajar guru agar ditingkatkan secara lebih baik

dengan mengacu kepada aspek penampilan mengajar yang telah

terjadi. Lebih trampil dalam memotivasi siswa, tujuan

pembelajaran lebih jelas, dimana siswa diajak untuk terlibat

Gambar

Gambar 2.1Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 3.4Aspek-aspek Proses Pembelajaran Yang Dilakukan Guru
Tabel 4.5Tabel KBM Qur’an Hadits ( QS. Al-Qadar ) Siklus I
Tabel 4.6Tabel Hasil Tes Formatif siswa pada Siklus I
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan

BERMUATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN TEMA KURBAN UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER SISWA SMP/MTS KELAS VIII ” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Sistem Informasi Akuntansi Pemberian Kredit di PT BPR Wilis Putra. Utama Banyuwangi” ini masih

Untuk mempertahan presepsi guru tentang pembelajaran matematika sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual, perlu diyakinkan secara terus menerus bahwa

Gambar 3.25 Chart Tingkat Kenyamanan Berbelanja Melalui Internet 2 74 Gambar 3.26 Chart Kesesuaian Harga Dan Mutu Produk 75 Gambar 3.27 Chart Harga Diinternet Lebih Ekonomis 76

Berbeda dengan smart card yang biasa dipakai di kartu telepon atau kartu bank yang juga menggunakan silikon chip, kode-kode RFID tag bisa dibaca pada jarak yang cukup jauh.. Tag

Nama Obyek : Nama objek dari Skripsi Studio Desain Komunikasi Visual ini adalah “Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Sosialisasi Air Terjun Blemantung di Pujungan” yang

Sedangkan bagi karyawan yang memiliki resiko keamanan saat bekerja cenderung akan menurunkan rasa kepuasan kerja mereka, dan banyak dari mereka akan cenderung