• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED

LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPA SISWA KELAS V SD

I Putu Adhi Suarjana Putra

1

, I Ketut Dharsana

2

, Nyoman Kusmariyatni

3 1

Jurusan PGSD,

2

Jurusan BK,

3

Jurusan PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

putuadhisuarjanaputra@gmail.com

,

profdarsana@yahoo.com

,

nym_kusmariyatni@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan media gambar sumber daya alam melalui lesson study dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional siswa SD kelas IV SD N 1 Kampung Baru, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV SD Gugus VI Kecamatan Buleleng yang berjumlah 81 siswa. Sampel penelitian ini yaitu kelas IV SDN 1 Kampung Baru yang berjumlah 30 siswa dan siswa kelas IV SDN 5 Kampung Baru yang berjumlah 24 siswa. Metode dalam pengumpulan data dengan tes obyektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran PBL dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional, dengan thit= 21,60 > ttab= 2,000 adanya perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil analsis data

model pembelajaran PBL melalui lesson study berpengaruh terhadap hasil belajar IPA. Perbaikan dilakukan dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran PBL melalui lesson study untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu mengatasi kendala-kendala dalam mengajar.

Kata-kata kunci: hasil belajar, media, model PBL.

Abstract

This study is aimed at investigating the significance difference of Science learning outcome among groups of students who is taught by using natural resources pictures assisted PBL model trough lesson study and the group of students taught by using conventional model on 4th grade students in SD N 1 Kampung Baru, Buleleng District, Bulelelng Regency. The

population of this research is the whole students who are in grade IV in elementary school in cluster VI of Buleleng District who are 81 students in total. The samples are the 30 students of 6th grade students of SD N 1 Kampung Baru and 24 students of 6th grade students of SD

N 5 Kampung Baru. The result of the learning process is collected by using a multiple choice test. The data gathered is analyzed by the help of descriptive-statistic analysis technique and inferential statistic T-test that managed with polled variants formula. The result of the study shows that there is a significant different on the student’s science learning outcome between the group of students taught by using PBL learning model and the one taught by using conventional model which shown by tcalculated 21,60 > ttable 2,000. Based on the result of the

present study, PBL learning model through lesson study gives positive impact on the students’ science achievement. The improvement in science learning process can be done

(2)

2

nicely by using PBL model of learning through lesson study and it is also able to solve the teaching’s obstacles.

Keywords: difference, resources pictures, PBL model.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu dan masyarakat. Pendidikan dipandang sebagai proses untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan individu dalam menjalankan kehidupannya, sehingga pendidikan bukan semata-mata untuk melanjutkan ke tingkatan yang lebih tinggi. Melalui pendidikan individu dapat mengetahui keberadaanya dan ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan bangsa. Pendidikan berperan sebagai alat untuk membenahi kehidupan dimasa sekarang dan untuk mempersiapkan kehidupan di masa depan menjadi lebih baik.

Oleh karena itu, pendidikan sangat penting di dapatkan oleh semua kalangan untuk mencetak Sumber Daya Manusia yang mempunyai mental kuat, kecerdasan berfikir, kepribadian yang baik, dan menjadi manusia yang seutuhnya. Dantes (2014: 1) menyatakan “manusia lahir dengan segala potensi untuk berkembang baik sebagai mahluk pribadi, sosial, maupun sebagai mahluk Tuhan. Pandangan seperti itu sejalan dengan pandangan Pancasila, sebagai pandangan dan cara hidup bangsa Indonesia, yang melihat manusia sebagai suatu keutuhan yang berdimensi jamak”. Dantes (2014: 28) menyatakan “sejak tahun 1920an Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia.

Untuk itu suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya, tidak ada pendidikan tanpa dasar cinta kasih.

Dengan demikian hendaknya pendidikan membantu peserta didik untuk berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna”.

Menurut Dantes (2014: 107) menyatakan bahwa “proses pembelajaran, sebagai proses implementasi kurikulum,

menuntut peran guru untuk

mengartikulasikan kurikulum/bahan pelajaran serta mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pembelajaran dalam suatu tindakanyang akurat dan adekuat. Peran ini hanya mungkin dilakukan jika guru memahami betul tujuan dan isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang optimal.

Dalam kajian ini, proses pembelajaran dipandang sebagai proses membantu peserta didik belajar, membantu peserta didik mengembangkan dan mengubah prilaku (pengetahuan, afektif, dan psikomotorik); proses membantu peserta didik merangkai gagasan, sikap, pengetahuan, apresiasi, dan keterampilan. Pada proses pembelajaran, guru terlihat secara mendalam berbagai kegiatan seperti menjelaskan, merumuskan, membuktikan, menyimpulkan, dan mengklasifikasikan. Guru tidak sekedar bertugas mentransfer pengetahuan, sikap, dan keterampilan; mereka membantu peserta didik menterjemahkan semua aspek itu kedalam perilaku-perilaku yang berguna dan bermakna”. Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran dan untuk mengembangkan kreativitas yang dimiliki seseorang yang nantinya bisa diterapkan di masyarakat. Sekolah dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan yang terdiri dari SD, SMP dan SMA.

Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang paling mendasar. Memasuki jenjang sekolah dasar anak akan diajarkan berbagai cara untuk membentuk pola tingkah laku dan memberikan materi dasar. Perubahan yang dialami oleh anak di jenjang sekolah dasar baik dari segi afektif, kognitif, dan psikomotor. Pengenalan dunia pendidikan yang dialami anak secara nyata berawal dari jenjang bangku sekolah dasar. Pada jenjang inilah anak-anak mulai diajarkan dasar dasar pembelajaran, seperti

(3)

3

belajar berbahasa, belajar mengenal huruf, mengenal angka-angka, pengetahuan umum, dan menumbuhkan potensi-potensi dasar yang dapat mengembangkan wawasan anak menjadi lebih luas. Berbagai mata pelajaran diajarkan oleh guru disekolah, baik materi yang bersifat umum, khusus, dan materi yang berkaitan dengan lingkungan hidup sekitar mereka, salah satunya adalah mata pelajaran IPA.

Di jaman era globalisai yang semakin maju ini perhatian masyarakat lebih tertuju pada mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA adalah salah satu bidang pendidikan yang bertujuan membentuk individu IPA, yaitu individu yang mampu menguasai atau memahami konsep dan

prinsip IPA, serta mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran IPA dipandang sebagai tahap awal untuk memberi bekal kemampuan agar siswa mampu berfikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menghadapi berbagai isu dalam masyarakat yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Akan tetapi berbeda dengan kenyataan di lapangan, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru kelas IV SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng, pada tanggal 20-22 Januari 2017 diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran IPA guru cenderung berpedoman pada buku, selain itu guru juga sulit memusatkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran IPA yang dijelaskan, sehingga siswa sulit memahami materi IPA yang diajarkan. Selain wawancara, pencatatan dokumen juga dilakukan dengan guru kelas IV SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng tentang nilai tes Ulangan Tengah Semester (UTS) semester I tahun pelajaran 2016/2017 dari tanggal 17-20 Januari 2017 diperoleh data bahwa masih banyak nilai UTS siswa belum memenuhi syarat KKM. Dari empat sekolah yang termasuk ke dalam SD Gugus VI Kecamatan Buleleng, rata-rata kriteria ketuntasan minimun (KKM) adalah 68.5, sedangkan rata-rata perolehan nilai siswa yaitu 65 dari empat sekolah. (Tersedia pada lampiran 02 halaman 387).

Hasil pengamatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran tepatnya di kelas IV SD Gugus VI Kecamatan Buleleng, ditemukan hasil belajar IPA siswa yang masih di bawah KKM, hal tersebut sebabkan oleh beberapa faktor yaitu, (1) pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), (2) guru menyampaikan materi pelajaran masih menggunakan metode ceramah, (3) guru kurang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, (4) guru jarang menerapkan model pembelajaran yang menarik dan mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitar. Hal ini yang membuat siswa sulit memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru dan siswa cepat merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga hal ini berdampak pada hasil belajar IPA siswa menjadi rendah. Berbagai permasalahan tersebut muncul karena karena dalam proses pembelajaran di kelas guru masih menerapkan Pembelajaran Konvensional.

Menurut Santyasa

(2005:36)“pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lazim diterapkan seperti kegiatan runtinitas sehari-hari. Desain pembelajaran bersifat linier dan dirancang dari part to whole. Pesan pembelajaran menurut pembelajaran konvensional mengutamakan informasi konsep dan prinsip, latihan soal-soal, dan tes”. Dengan penerapan pembelajaran konvensional siswa menjadi kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran karena hanya guru yang memberikan ceramah kepada siswa, sehingga siswa sulit memahami konsep materi yang dipelajari, karena konsep-konsep yang terkandung dalam pelajaran IPA harus diajarkan secara riil atau nyata. Dengan ceramah, siswa cenderung menghafal contoh-contoh yang diberikan oleh guru, tanpa memberikan contoh secara nyata yang ada dilingkungan sekitar siswa. Karena objek pembelajaran IPA yang cenderung berbentuk nyata, guru dituntut untuk berinovasi dalam melaksanakan kegiatan mata pelajaran IPA.

Inovasi guru yang dituntut seperti memilih model pembelajaran dan media pembelajaran yang menarik, agar materi pelajaran yang disampaikan oleh guru

(4)

4

mudah dipahami oleh siswa dan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran terjadi interaksi yang baik antar guru dan siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA menjadi meningkat. Arsyad (2002:3) menyatakan “kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”. Selain pemilihan media pembelajaran yang tepat diperlukan juga pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran

Problem Based Learning.

Marhaeni (2013: 137) menyatakan

Problem Based Learning adalah model

pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, peserta didik belajar bagaimana mengonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah”. Konsep yang baru dipahami siswa perlu diberikan sebuah penguatan, agar dapat bertahan lama dalam memori siswa. Sehingga akan melekat dalam pola pikir siswa dan tingkah lakunya. Untuk inilah, maka diperlukan sebuah proses pembelajaran melalui sebuah perbuatan yang secara nyata, tidak hanya diberikan sebuah hafalan atau berpedoman pada buku materi pelajaran saja karena hal tersebut hanya sebatas melintas dipikiran siswa.

Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning

dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa belajar mengenai bagaimana menganalisis serta mencari pemecahan dari pada masalah yang diberikan. Dari proses ini,

siswa akan memperoleh sebuah keterampilan berpikir kreatif dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Dalam pembelajaran dengan model

Problem Based Learning dimulai oleh

adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.

Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajardan siswa terlibat langsung dalam menemukan ide-ide baru dan konsep pembelajaran IPA yang sebenarnya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain dengan menggunakan model pembelejaran yang dikombinasikan dengan media pembelajaran proses pembelajaran juga bisa dikombinasikan dengan lesson study. Menurut Rusman (2010: 380) menyatakan “lesson study

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru”.

Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensioal. Oleh karena itu, perlu melakukan kajian tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa, sehingga peneliti memfokuskan penilitian yang berjudul Pengaruh Teori Konstruktivisme Model Pembelajaran

Problem Based Learning(PBL)Berbantuan

Media Gambar Sumber Daya AlamUntuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui

Lesson Study Pada Siswa Kelas IV SD N 1

Kampung Baru, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Sedangkan waktu penelitian

direncanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini mengikuti desain penelitian eksperimen

(5)

5

semu (quasi eksperiment). Rancangan penelitian yang digunakan adalah

Posttest Only Control Group Design,

seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

Eksperimen X1 O1

Kontrol X2 O2

Dari rancangan penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian terdapat kelas eksperimen dan kelas control. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan atau treatment berupa model pembelajaran Problem Based Learning (X1) sedangkan pada kelas kontrol mendapatkan perlakuan model pembelajaran konvensional atau pembelajaran seperti biasa dikelas (X2). Pada akhir pertemuan dikelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama diberikan

post-test (O1dan O2) berupa tes objektif. Koyan, (2012:30) menyatakan bahwa “populasi adalah himpunan dari unsur-unsur yang sejenis. Unsur-unsur tersebut bisa berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, zat cair, peristiwa dan sejenisnya”. Berdasarkan pendapat di atas dapat di rangkum populasi adalah keseluruhan subjek dalam rancangan penelitian. “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu” (Agung, 2014:69).

Teknik group random sampling yang digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol dalam penelitian dengan cara undian. Hasil group random

sampling menentukan kelas yang akan

digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada saat analisa data, dari setiap kelompok diambil skor nilai langan tengah semester (UTS) siswa. Skor-skor tersebut kemudian dianalisis untuk memenuhi teknik analisis data. Informasi mengenai skor hasil belajar IPA diperoleh melalui nilai UTS dari masing-masing sekolah. Sebelum dilakukan penentuan sampel penelitian, dilakukan uji kesetaraan pada semua sekolah SD yang ada di gugus VI Kecamatan Buleleng. Data yang digunakan dalam uji kesetaraan adalah nilai

ulangan tengah semester (UTS) ganjil mata pelajaran IPA kelas IV. Uji kesetaraan ini menggunakan analisis Anava A. Hasil analisis dengan Anava A pada taraf signifikansi 5%, diperoleh Fhit = -739,04 dan Ftab =4,73. Jadi Fhit < Ftab. Dengan demikian, maka nilai Fhit < Ftab, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa nilai UTS IPA keempat sekolah tersebut setara (sama). (Hasil perhitungan uji kesetaraan dapat dilihat pada lampiran 02 halaman 396). Setelah melakukan uji kesetaraan terhadap empat SD yang terdapat di Gugus VI Kecamatan Buleleng, maka diambil dua kelas dengan cara random sampling/undian yang diperoleh hasil, yaitu SD N 1 Kampung baru dan SD N 5 Kampung Baru. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan dengan cara pengundian kembali dengan hasil, siswa kelas IV SD N 1 Kampung Baru sebagai kelas eksperimen untuk diterapkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan siswa kelas IV di SD N 5 Kampung Baru sebagai kelas kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode tes, dengan menggunakan tes obyektif. Tes obyektif digunakan pada saat post-test. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik

deskriptif berfungsi untuk

mengelompokkan data, memaparkan serta menyajikan hasil olahan. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mean (rata-rata), median, modus, standar deviasi dan varians. Statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis melalui uji-t (polled varians) yang diawali dengan analisis prasyarat yaitu uji normalitas sebaran data

(6)

6

dan uji homogenitas varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Gugus VI Kecamatan Buleleng. Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa sebagai perlakuan antara untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Berdasarkan pengundian yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu, SD N 1 Kampung Baru sebagai kelas kelompok eksperimen dan SDN 5 kampung Baru sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes pilihan ganda dengan jumlah 30 butir soal. Dalam penelitianini dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1) Hasil belajar IPA yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran PBL pada kelompok eksperimen, dan 2) Hasil belajar IPA yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi hasil perhitungan data hasil post-test disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Belajar IPA

Sampel M Md Mo S S2 Skor Maksimal Skor Minimal R Eksperimen 20,64 21,37 22,83 23,56 4,85 30 11 20,64 Kontrol 13,33 11,75 11,5 19,01 4,36 24 7 13,33

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui kelompok eksperimen memiliki mean= 20,64, median=21,37, dan modus= 22,83 yang berarti mean lebih kecil dari median dan median lebih kecil

dari modus (Mo>Md>M). digambarkan dalam grafik polygon membentuk kurva juling negative yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Adapun kurva disajikan pada Gambar 1. berikut.

Gambar 1. Grafik Poligon Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Berdasarkan grafik poligon data

hasil belajar kelompok eksperimen di atas, grafik di atas adalah grafik juling negatif. Artinya, sebagian besar skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat

dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata.

Mo=22,83 M=20,64

(7)

7

Sedangkan kelompok kontrol memiliki mean= 13,33, median=11,75 dan modus= 11,5 yang berarti modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). digambarkan

dalam grafik polygon membentuk kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Adapun kurva disajikan pada Gambar 2. berikut.

Gambar 2. Grafik Poligon Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol Berdasarkan Grafik poligon data

hasil belajar kelompok kontrol di atas, grafik di atas adalah grafik juling positif. Artinya, sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih kecil dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata.

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu melaukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis data dilakukan sebelum melaksanakan uji hipotesis. Terdapat beberapa persyaratan analisis data yang harus dipenuhi, meliputi: 1) uji normalitas sebaran data, 2) uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa sampel benar-benar

berasal dari populasi yang berdistribusi normal pada dua kelompok data dalam penelitian ini, yaitu (1) hasil belajar IPS pada kelas eksperimen, (2) hasil belajar IPA pada kelas kontrol.

Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan bantuan SPSS-16.0 for windows uji statistik Kolmogorov-Smirnov

pada taraf signifikan 0,05. Uji ini dilakukan terhadap data post-test terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila nilai signifikansi lebih besar daripada signifikansi (ɑ) maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Normalitas sebaran data diuji dengan teknik

Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk

menggunakan bantuan SPSS-16.0 for windows yang diperoleh hasil seperti yang disajikan pada tabel 3.

M=13,33

Md=11,75

(8)

8

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov

dan Shapiro-Wilk dengan Taraf Signifikansi 5%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Eksperimen .115 24 .111 .200* 24 .274

Kontrol .120 24 .170 .200* 24 .331

a. Lilliefors Significance Correction Berdasarkan data pada tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa statistik

Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk

memiliki angka signifiknsi lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan semua sebaran data keterampilan membaca sudah berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians antar kelompok bertujuan untuk memeriksa

kesamaan varians antar kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhit < Ftab. Rekapitulasi hasil uji homogenitas varians antar kelompok eksperimen dan kontrol

disajikan pada tabel 4

.

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Data Fhit Ftab Kesimpulan

Post-Test Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol 1,23 2,02 Homogen

Berdasarkan tabel 4 diatas, diketahui Fhit hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,23, sedangkan Ftab pada dbpembilang = 29,

dbpenyebut = 23, dan taraf signifikansi 5%

adalah 2,02. Hal ini berarti, varians data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen.

Setelah diperoleh hasil uji prasyarat analisis data, analisis dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians berikut.

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thit > ttab, dimana ttab diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan db = n1 + n2 – 2. Rangkuman hasil analisis uji-t ditampilkan pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji-T

Kelompok N Db Mean s2 t

hit ttab

Eksperimen 30

52 20,46 4,85 21,60 2,000

Kontrol 24 13,33 4,36

Berdasarkan tabel 5 analisis diatas, dapat diketahui thit = 21,60 dan ttab = 2,000 untuk db = 52 pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan kriteria pengujian, karena thit > ttab maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara

(9)

9

kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL dan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng.

Berdasarkan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media gambar sumber daya alam untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui

Lesson Study adalah 20,46 dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menngunakan model pembelajaran konvensional adalah 13,33. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA kelompok siswa yang menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media gambar sumber daya alam untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui

Lesson Study lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Menurut Shoimin (2014) adapun kelebihan model pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam memahami materi. 2. Dengan memberikan soal open ended

dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

3. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.

4. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, bahkan dengan diri mereka sendiri.

Terdapat beberapa hal yang dapat menjelaskan penyebab hasil belajar IPA siswa dikelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil belajar IPA siswa di kelompok kontrol baik secara teoritis maupun secara empiris.

Secara teoritis model pembelajaran

Problem Based Learning adalah sebuah

model pembelajaran yang memberikan suatu permasalahan untuk dicarikan alternatif pemecahan masalah yang diberikan sehingga siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media gambar merupakan model pembelajaran yang tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Karena dalam model pembelajaran ini siswa menjadi pusat pembelajaran sehingga siswa menjadi aktif untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru. Dengan bantuan media gambar siswa menjadi lebih tertarik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan dan mengikuti proses pembelajaran.

Sutariyasa (2014) media gambar merupakan suatu benda yang dapat menyalurkan pesan berupa gambar dari sumber ke penerima pesan. Kemampuan gambar dapat berbicara banyak dari seribu kata, hal ini mempunyai makna bahwa gambar merupakan suatu ilustrasi yang memberikan pengertian dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita hanya membaca dan memberikan suatu kejelasan pada sebuah masalah karena sifatnya yang lebih konkrit (nyata). Tujuan penggunaan media gambar dalam pembelajaran adalah: (1) menerjemahkan simbol verbal, (2) mengkonkritkan dan memperbaiki kesan-kesan yang salah dari ilustrasi lisan, (3) memberikan ilustrasi suatu buku, dan (4) membangkitkan motivasi belajar dan menghidupkan suasana kelas. Penggunaan media gambar sangat tepat digunakan untuk siswa Sekolah Dasar pada umumnya masih berada pada tahap berpikir konkret, sehingga harus bekerja dan belajar dengan menggunakan benda-benda konkret terlebih dahulu sebelum mengenal dan memahami hal-hal yang bersifat abstrak.

Model pembelajaran Problem Based

Learning berbantuan media gambar sangat

baik digunakan dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Dengan media gambar siswa diajak untuk mengetahui materi yang akan dibahas secara nyata sehingga memudahkan siswa dalam menyelsaikan suatu permasalahan yang diberikan.

Hal ini berbeda dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol Pembelajaran konvensional merupakan suatu model pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Secara teoritis, pembelajaran yang tidak menggunakan model Problem Based Learning adalah kegiatan belajar mengajar tradisional atau disebut juga metode ceramah, karena dari

(10)

10

dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi dalam lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, terlihat bahwa tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan maksimal untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan tinjauan empiris, perbandingan kedua model pembelajaran tersebut dapat dilihat dari perbedaan pelaksanaan pembelajaran antara kedua model. Pada model pembelajaran Problem

Based Learning pembelajaran berpusat

pada siswa (student center) yaitu siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Sementara pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional siswa hanya menerima informasi dari guru dan tidak berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Mencermati perbedaan kedua model tersebut baik secara teoritis maupun empiris, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan media gambar sumber daya alam untk meningkatkan hasil belajar IPA melalui Lesson Study lebih baik diterapkan dalam proses belajar mengajar jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa rata-rata hasil belajar IPA siswa yang belajar dengan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

gambar sumber daya alam untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui

Lesson Study lebih tinggi yaitu 20,46 dari rata-rata hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 13,33.

Dengan demikian hasil penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

gambar sumber daya alam untk meningkatkan hasil belajar IPA melalui

Lesson Study dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Tentu saja dengan menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan media

gambar sumber daya alam untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui

Lesson Study dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran model Problem Based

Learning berbantuan media gambar sumber

daya alam untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui Lesson Study lebih banyak melibatkan siswa dalam menggali pengetahuannya sendiri dengan melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk memecahkan suatupermasalahan yang diberikan sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar.

Hambatan yang ditemukan ketika dilakukan penelitian pada kelas eksperimen masih dapat disepecahkan. Hanya ada sedikit hambatan seperti masih terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, dan kurangnya konsentrasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran namun hal tersebut sudah dapat ditanggulangi oleh guru dengan memberikan perhatian lebih kepada siswa yang bersangkutan. Sedangkan dikelas kontrol banyak hambatan yang ditemukan. Hambatan-hambatan tersebut adalah siswa tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi, siswa bermain dengan temannya saat diberikan tugas, dan siswa tidak mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. 1. Pembahasan Hasil Lesson Study

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan nyata di lapangan tentang pengelolaan pembelajaran melalui Lesson Study di SD Negeri 1 Kampung Baru. Pelaksanaan

lesson study yang telah dilakukan. a. Pembentukan Tim Lesson Study

Pelaksanaan lesson study dibentuk oleh dosen pembimbing skripsi dengan 9 anggota pelaksana lesson study.

Pelaksanaan lesson study diawali dengan melakukan penjajagan ke sekolah tempat melaksanakan penelitian. Adapun sekolah tersebut yaitu SD Negeri 1 Kampung Baru Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Peneliti meminta ijin terkait pelaksanaan pembelajaran lesson study ke Kepala Sekolah. Berdasarkan ijin yang diberikan Kepala Sekolah,selanjutnya peneliti mengkonfirmasi guru mata pelajaran IPA dan wali kelas untuk bersedia mengikuti

lesson study. Lesson study yang

dilaksanakan di SD Negeri 1 Kampung Baru melibatkan kepala sekolah, guru, siswa dan tim lesson study.

(11)

11

b. Observasi Awal

Observasi awal dilakukan di kelas yang akan diberikan perlakuan lesson

study. Observasi awal bertujuan untuk

menganalisis tingkat kemampuan pengelolaan kelas dan kualitas interaksi kelas. Kegiatan observasi terhadap kemampuan pengelolaan kelas menyesuaikan dengan jumlah guru yang mengikuti lesson study. Observasi terhadap kualitas interaksi kelas dilakukan di kelas yang direncanakan sebagai kelas yang akan diajar oleh guru model.

Hasil observasi secara umum menunjukkan bahwa: 1) pembelajaran masih berpusat pada guru atau teacher

centered. 2) Pengelolaan kelas belum

maksimal. Hal ini dapat dilihat dari pengaturan tempat duduk yang klasik, siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran, dan siswa hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru. 3) Interaksi antar siswa dan guru belum maksimal. Hal ini terlihat dari kegiatan siswa yang hanya mencatat tanpa adanya tanya jawab materi yang maksimal antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru.

2. Pelaksanaan Lesson Study

a. Tahap Perencanaan (Plan) Lesson Study

Pelaksanaan lesson study disekolah tempat penelitian dilakukan pada tanggal 6 Juni 2017. Kegiatan tahap plan

dilaksanakan pada hari kamis tanggal 8 Februari 2017. Perencanaan (plan)

dilakukan di gedung Kuliah PGSD yang dibimbing oleh Prof. Dr. I Ketut Dharsana M.Pd, Kons selaku dosen pembimbing skripsi. Kegiatan perencanaan ini dilakukan bersama tim lesson study, dosen pembimbing, kepala sekolah, guru mata pelajaran dan guru bidang studi lainnya. Adapun metode yang telah direncanakan akan diterapkan pada saat proses belajar mengajar atau yang disebut dengan pelaksanaa (Do). Kegiatan perencanaan (Plan) dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peneliti. Adapun hasil yang diperoleh pada kegiatan perencanaan adalah RPP yang terdiri atas Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang disertai dengan tujuan pembelajaran, media yang digunakan serta model pembelajaran yang telah ditentukan

yaitu model pembelajaran problem based learning. Sedangkan guru lainnya bertindak sebagai pengamat (observer), dan yang diamati adalah semua aktivitas siswa selama proses pembelajaran, bukan guru model.

b. Tahap Pelaksanaan (Do) Lesson Study

Pada tahap ini, pelaksanaan pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi yang berhubungan dengan materi pembelajaran, kemudian membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Pada proses pembelajaran ini semua pengamat fokus mengamati aktivitas siswa dalamkegiatan pembelajaran. Sedangkan guru model dalam menyajikan materi harus mejalankan tugasnya sesuai yang di rencanakan pada waktu plan. Kegiatan pengamatan siswa pada penelitian ini dikenakan terhadap 25 orang siswa yang dilaksanakan oleh dosen pembimbing, kepala sekolah, wali kelas, guru-guru lainnya, dan tim lesson study yang bertindak sebagai pengamat (observer).

Alur pelaksanaan pembelajaran yaitu: 1) siswa duduk di kelompok masing-masing. Jumlah siswa dalam satu kelompok adalah 5 orang, 2) Siswa berdoa sebelum memulai pembelajaran, 3) Guru mengecek kehadiran siswa, 4) Guru memulai pembelajaran dengan menanyakan dampak pengambilan sumber daya alam (apersepsi), 5) Guru menanyakan materi yang diajarkan sebelumnya. 7) Siswa menjawab pertanyaan guru, 7) Guru memberikan permasalahan kepada siswa, 8) Siswa mendiskusikan permasalahanyang diberikan dengan kelompoknya dan sesuai arahan guru, 9) Siswa dapat menanyakan hal yang belum dimengerti tentang permasalahan yang diberikan oleh guru, 10) Siswa terlihat antusias dengan penjelasan guru. 11) Siswa dan guru membahas permasalahan yang dikerjakan. 12) Guru mengkonfirmasi jawaban siswa. 13) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran. 14) Guru memberikan refleksi of jurnal kepada siswa. 15) Guru memberikan evauasi 16) Guru menyampaikan materi untuk pertmuan selanjutnya. 17) Guru memberikan siswa pekerjaan rumah. 18) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.

(12)

12

Kekurangan dalam pembelajaran

lesson study yang telah dilaksanakan yaitu penayangan video yang pertama terlalu banyak tulisan dan kurang penjelasan dari guru model.

c. Tahap Refleksi (See) Lesson Study

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, tim lesson study bersama dosen pembimbing, kepala sekolah dan para guru berkumpul bersama untuk membahas semua aktivitas yang terjadi di dalam kelas baik itu kelebihan maupun kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, hal ini disebut dengan refleksi (See).

Moderator membuka refleksi sekaligus memperkenalkan tim lesson

study. Moderator mempersilahkan guru

model untuk menyampaikan kesan dan pesan pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya para observer secara bergiliran menyampaikan hasil pengamatannya. Guru model kembali menanggapi hasil observasi yang telah disampaikan observer. Kesan pelaksanaan pembelajaran yang disampaikan guru model yaitu pembelajaran lesson study adalah sebuah pembelajaran yang sangat menarik, dengan pembelajaran lesson study memberikan saya pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menambah wawasan saya sebelum terjun ke lapangan menjadi guru yang sebenarnya. Pembelajaran dengan lesson study membuat semua siswa antusias dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil observasi yang disampaikan oleh observer yaitu:

1. Kesan yang diberikan oleh kepala sekolah yaitu kepala sekolah sangat sangat senang dan bangga dengan pelaksanaan penelitian lesson study

karena penelitian melalui lesson study

ini dapat memberikan pengalaman

baru untuk guru-guru yang ada

disekolah dalam kegiatan

pembelajaran, pembelajaran lesson study menarik bagi siswa, siswa aktif mengikuti pembelajaran, video yang ditayangkan memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan dan mengetahui dampak yang terjadi secara nyata akibat dari pengambilan sumber daya alam. Kepala sekolah mengharapkan semua guru nantinya bisa menerapkan pembelajran lesson

study disekolah agar proses

pembelajaran berjalan dengan efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Kesan yang diberikan oleh wali kelas yakni penelitian melalui lesson study

sangat bermanfaat untuk guru dan siswa. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, dan guru dapat meningkatkan cara mengajarnya sehingga siswa tidak jenuh dalam belajar.

3. Kesan yang diberikan oleh guru mata pelajaran yaitu penelitian melalui

lesson study dapat memberikan hal

baru bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, penggunaan video sangat menarik, pembelajaran dengan kelompok dapat membantu siswa dalam memecahakan masalah. Pembelajaran lesson study cocok diterapkan disekolah dasar karena siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa melaksanakan kegiatan bermain peran terkait dengan materi yang diajarkan, dan memberikan reflection of jurnal pada akhir pembelajaran untuk mengetahui kesan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka temuan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL dan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajarankonvensional. Hasil

analisis menunjukkan bahwa thit = 21,60 dengan ttab = 2,000 hal ini berarti nilai thit > ttab. Kualifikasi hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL berada pada kategori tinggi sedangkan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional kategori rendah.

(13)

13

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran PBL melalui lesson study berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA kelas IV Semester Genap di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng.

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut.

1. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran diharapakan selalu terlibat secara aktif agar nantinya dapat meningkatkan keterampilan membaca dan mendapatkan pengetahuan baru

melalui pengalaman yang

ditemukannya sendiri.

2. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas hendaknya lebih berinovasi dalam memilih model pembelajaran yang mana model pembelajaran yang dipilih nantinya

mampu mengatasi kebutuhan belajar dan karakteristik siswa.

3. Kepada sekolah, khususnya sekolah dasar hendaknya dapat menjadikan model pembelajaran Problem Based Learning menjadi salah satu model pembelajaran yang harus diterapkan dalam pembelajaran, pada aturan guru mengajar dikelas.

4. Peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran model pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan

media gambar sumber daya alam untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui

Lesson Study maupun pelajaran

lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A Gede. 2014. Buku Ajar Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing.

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.

Dantes, Nyoman. 2014. Landasan

Pendidikan; Tinjauan dari

Makropedagogis. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Marhaeni, A.A.I.N. 2013. Landasan dan Inovasi Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Santyasa, I Wayan. 2005. Buku Ajar Belajar

dan Pembelajaran. Singaraja:

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model

Pembelajaran Inovatif dalam

Kurikulum2013. Yogyakarta:

AR-RUZZ MEDIA.

Rusman.2010. Model-moedel

Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Gambar

Gambar 1. Grafik Poligon Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen  Berdasarkan  grafik  poligon  data
Gambar 2. Grafik Poligon Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol  Berdasarkan  Grafik  poligon  data

Referensi

Dokumen terkait

Anda mungkin tidak akan bisa mengenal seseorang sedekat itu kalau anda berada di Australia untuk waktu yang singkat saja, tetapi anda dapat berteman dan mendapat kesempatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk adalah Guru merencanakan suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang

Tujuan penelitian fenomenologis ini adalah memahami dan mendeskripsikan penerimaan diri pada wanita dewasa madya yang telah melakukan operasi

Menyebabkan ketagihan. Ia merangsang otak supaya si perokok yang merasa cerdas pada awalnya, kemudian Ia melemahkan kecerdasan otak. Tidak ada kadar yang aman untuk

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

Lebih lanjut Kovenan menetapkan hak setiap orang atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan'beragama serta perlindungan atas hak-hak tersebut (Pasal 18); hak orang untuk mempunyai

4. Anggaran Belanja Negara, Penetapan formasi PNS bagi suatu organisasi pada akhirnya sangat ditentukan oleh tersedianya anggaran. Oleh karena itu

Cabe jawa atau cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fito - farmaka yang penting baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan