• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. professional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. professional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjaga citra profesi menjadi tanggung jawab semua akuntan. Secara professional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan secara konsisten menjaga reputasi profesi dan menghindari tindakan yang merendahkan martabat profesi. akuntan dalam segala tindakannya selalu mempertimbangankan diri pada etika profesi serta tanggung jawab sebagai professional.

Pada tahun 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merumuskan kode etik IAI sebagai pedoman etika professional. Etika profesi ini dirumuskan agar dalam memberikan jasa profesional, akuntan selalu bertindak tegas dan jujur. Mematuhi rambu-rambu standar professional dan teknis yang relevan. Namun saat menghadapi penugasan, keahlian dan ketelitiannya berjalan dalam ritme yang tinggi sesuai dengan etika profesi yang berlaku, objektifitas, serta syarat independensi yang berlaku.

Jika seorang auditor tidak dapat bertindak sesuai etika, maka bukan tidak mungkin auditor tersebut dapat melakukan kesalahan bahkan kecurangan. Seperti yang terjadi pada kasus penggelapan pajak yang melibatkan KAP “KPMG Sidharta Sidharta & Harsono” (KPMG-SSH) yang menyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen/PTEC) untuk

(2)

melakukan penyuapan kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas jumlah kewajiban pajak yang harus dibayarnya.

Etika profesi yang dimiliki auditor dalam penerapannya akan terkait dengan kualitas auditor akuntan publik. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kapada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan objektifitas mereka maka syarat-syarat etika suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang mengatur tindakan atau perilaku seorang akuntan dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

Dengan bertindak berdasarkan etika, seorang auditor dapat lebih meningkatkan citra profesional auditor (image professional auditor) itu sendiri. Citra profesional auditor (image professional auditor) sendiri memiliki arti sebagai refleksi yang menggambarkan tentang jati diri seorang auditor, tentang bagaimana pekerjaan yang dilakukannya dan bagaimana kesesuaian kualitas audit dari hasil pekerjaannya. Citra profesional bagi auditor sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki seorang auditor dan kecermatan profesionalnya dalam melaksanakan proses audit sehingga dapat menghasilkan laporan atau kualitas audit yang baik.

Selain etika dan citra profesi, pengalaman seorang auditor juga sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas auditor sebagai perluasan dari

(3)

pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor.

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya. Tubbs (1990) dalam Mayangsari (2003) berhasil menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan.Variabel pengalaman akan diukur dengan menggunakan indicator lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan, dan banyaknya pelatihan yang telah diikutinya.

Kualitas audit dapat diartikan sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam system akuntansi kliennya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Kualitas audit yang baik akan memberikan konsekuensi bagi auditee. Salah satu bentuk konsekuensi tersebut adalah

(4)

kepuasan auditee. Kualitas audit yang dirasakan auditee diperoleh melalui pengalaman diaudit atau diperiksa. Auditee akan terkesan dan merespon atas apa yang dialami termasuk dalam hal pengkomunikasian hasil pemeriksaan. Nilai yang dirasakan atas kualitas jasa audit akan terkait dengan harapan yang melekat pada diri auditee, yang kemudian menimbulkan kepuasan auditee. De Angelo dalam Kusharyanti (2003) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor.

Namun banyaknya kasus pelanggaran SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) yang terjadi akhir-akhir ini, membuat citra negatif bagi akuntan publik. seperti kasus Akuntan Publik (AP)Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan. Dimana Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membekukan izin Akuntan Publik (AP)Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan Samsuar Said dalam siaran pers yang diterima Hukumonline, menjelaskan sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

(5)

Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu, Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004.

Selama izinnya dibekukan, Petrus dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit umum, review, audit kinerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang menjadi pemimpin rekan atau pemimpin cabang KAP, namun dia tetap bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah diberikan, serta wajib memenuhi ketentuan mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL).

Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomo 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003.

Pembekuan izin yang dilakukan oleh Menkeu ini merupakan yang kesekian kalinya. Pada 4 Januari 2007, Menkeu membekukan izin Akuntan Publik (AP) Djoko Sutardjo dari Kantor Akuntan Publik Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrisno selama 18 bulan. Djoko dinilai Menkeu telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit dengan hanya melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Myoh

(6)

Technology Tbk (MYOH). Penugasan ini dilakukan secara berturut-turut sejak tahun buku 2002 hingga 2005.

Sebelumnya, di bulan November tahun lalu, Depkeu juga melakukan pembekuan izin terhadap Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta. Dalam kasus ini, Justinus terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap SPAP berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk (Great River) tahun 2003.

Kasus Great River sendiri mencuat ke publik seiring terjadinya gagal bayar obligasi yang diterbitkan perusahaan produsen pakaian tersebut. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengindikasikan terjadi praktik overstatement (pernyataan berlebihan) penyusunan laporan keuangan yang melibatkan auditor independen, yakni akuntan publik Justinus Aditya Sidharta.

Cukup satu saksi ahli, terhadap kasus Great River, saat ini Bapepam-LK sedang meminta penilaian independen dari saksi ahli untuk menuntaskan pemeriksaan kasus overstatement laporan keuangan emiten berkode saham GRIV itu.

Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK Wahyu Hidayat mengatakan akuntan publik akan dipanggil untuk memberikan penilaian terhadap kasus laporan keuangan Great River. "Penyidikan Great River masih pada tahap penyempurnaan, kami menyiapkan saksi ahli dari akuntan publik," tuturnya kepada pers, pekan lalu.

(7)

Pemanggilan saksi ahli oleh penyidik Bapepam-LK ini dibenarkan oleh UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Alasannya, dalam Pasal 101 ayat 3 h UU Pasar Modal disebutkan, penyidik Bapepam-LK berwenang meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal.

Pasca pengambilan keterangan akuntan publik, otoritas pasar modal segera menyusun berkas pemeriksaan overstatement laporan keuangan Great River yang akan dilimpahkan ke Kejaksaan. Berkas itu, kata Wahyu, akan dibuat terpisah dari berkas pemeriksaan direksi.

Ditambahkan oleh Wahyu saksi ahli kasus Great River bisa diambil dari anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) asalkan independen. Dalam waktu dekat ini, akuntan yang akan ditetapkan sebagai saksi ahli segera diumumkan oleh otoritas pasar modal itu. "Satu saksi ahli cukup. Bisa dari IAI atau siapapun, yang pasti independen. Kalau sudah cukup dengan saksi ahli itu, langsung kami berkas”.

Maka berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengembangkan tentang kurangnya etika dalam menjalankan profesinya, image professional audit dan pengalaman audit terhadap kualitas audit pada kasus diatas. dan untuk itu penulis mengambil judul “PENGARUH ETIKA PROFESI, IMAGE PROFESSIONAL AUDIT DAN PENGALAMAN AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA”

(8)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas diketahui bahwa penelitian ini dilakukan karena auditor sangat berperan dalam system pengendalian perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja dari perusahaan. Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah etika profesi secara parsial berpengaruh positif terhadap kualitas audit ?

2. Apakah image professional audit secara parsial berpengaruh positif terhadap kualitas audit ?

3. Apakah pengalaman audit secara parsial berpengaruh positif terhadap kualitas audit ?

4. Apakah etika profesi, image professional audit dan pengalaman audit secara serentak berpengaruh positif terhadap kualitas audit ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh positif etika profesi terhadap kualitas audit.

2. Untuk menganalisis pengaruh positif image professional audit terhadap kualitas audit.

3. Untuk menganalisis pengaruh positif pengalaman audit terhadap kualitas audit.

(9)

4. Untuk menganalisis apakah etika profesi, image professional audit dan pengalaman audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya:

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman, kemampuan intelektual tentang pengaruh etika profesi, image professional audit, dan pengalaman audit terhadap kualitas audit. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kajian

dibidang pengauditan terutama penerapan teori yang diperoleh selama studi.

3. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kerjanya. 4. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya hasil

penelitian dan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti hal yang sama.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun antara Islam dan negara tidak dapat dipisahkan, karena Islam merupakan landasan hidup dan menjadi kultur kehidupan masyarakat dalam bernegara, namun

Pengertian Aplikasi Pengolahan Data Laporan Kegiatan Operasional pada PT PLN (Persero) WS2JB Area Lahat Rayon Baturaja .... Teori

Apabila dapat ditemukan suatu fungsi V (x , y) yang definit Postif dengan ˙ V < 0, maka sistem PD dikatakan stabil global, sebaliknya sistem tidak stabil... Metode

Buku Kader Posyandu edisi XX telah ditinjau dan disempurnakan oleh Tim Lintas Sektor dan Lintas Program yang terkait dengan kegiatan UPGK yaitu dari Departemen Kesehatan RI,

Walaupun perlakuan tanaman perangkap dan eradikasi tidak memberikan pengaruh peningkatan terhadap berat akar sehat, tetapi dengan perlakuan yang diberikan terutama

Tahap remaja adalah berpusat kepada siapa saya, dengan identitas apa sebetulnya saya. Perubahan pubertas memerlukan remaja untuk mengubah.. konsep fisik mereka,

Kecepatan angin terbesar pada desa Klirong yang didapatkan adalah 4,7 m/s. pada suhu 27 °C dengan tekanan udara 97,78x Pa yang menghasilkan

[r]