97 5.1 Karakteristik Subjek
Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 20 orang sampel, dengan dua jenis perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan konvensional yaitu alat yang dipergunakan secara manual selama ini, dan melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan otomatis yang ergonomis. Karakteristik subjek meliputi umur, pengalaman kerja, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh dan tebal paha disajikan pada Lampiran 8. Hasil analisis data karakteristik subjek dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1
Karakteristik Subjek Penelitian Perajin Midang
No. Variabel Rerata Simpang
baku 1 2 3 4 5 6 Umur (th) Pengalaman kerja (th) Tinggi badan (cm) Berat Badan (kg) Indeks Massa Tubuh Tebal paha (cm) 46,90 17,95 156,20 48,2 19,76 10,93 4,701 9,66 0,894 3,22 1,32 0,29
Subjek penelitian sebanyak 20 orang, berpendidikan SD 13 orang, SMP lima orang dan SMK dua orang. Semuanya berjenis kelamin perempuan. Rerata umur subjek 46,90 ± 4,701 tahun. Rerata pengalaman kerja subjek sebagai perajin midang adalah 17,95 ± 9,66 tahun. Berat badan subjek dengan rerata 48,2 ± 3,22 kg, sedangkan tinggi badan subjek dengan rerata 156,20 ± 0,894 cm. Indeks
massa tubuh dengan rerata 19,76 ± 1,32 kg/m2 kondisi status gizinya masih dalam batas normal.
Data antropometri subjek pada posisi duduk digunakan sebagai dasar untuk menrancang bangun bidang kerja alat pemidangan otomatis yang ergonomis. Data antropometri pada posisi duduk yang diukur adalah tebal paha untuk menentukan tinggi bidang kerja perajin, dengan rerata tebal paha adalah 10,93 ± 0,29 cm, sehingga berdasarkan antropometri perajin ditentukan tinggi bidang kerja dengan menggunakan persentil 95.
5.2 Karakteristik Rancang Bangun Alat Pemidangan Otomatis Yang
Ergonomis
Rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis adalah perancangan dan pembuatan suatu alat pemidangan otomatis yang meliputi rangkaian catu daya berupa transformator berfungsi untuk memberikan suplay tegangan, motor DC 24 Volt untuk menggerakan gear sebagai penggerak bingkai. Sensor infra red akan membaca pergerakan bingkai, sensor ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya suatu objek. Bila objek berada di depan sensor dan dapat terjangkau oleh sensor maka output rangkaian sensor akan berlogika “1” atau “high” yang berarti objek “ada”. Sebaliknya jika objek berada pada posisi yang tidak terjangkau oleh sensor maka output rangkaian sensor akan bernilai “0” atau “low” yang berarti objek “tidak ada”. Sensor infra red menjadi input pada mikrokontroler. Mikrokontroler akan mengendalikan seluruh rangkaian, memberikan perintah kepada motor DC 5 volt untuk bekerja menggerakkan
sensor optocoupler yang bergerak memperhitungkan setiap perpindahan dan penumpukan benang.
Seluruh perangkat atau komponen yang digunakan dalam perancangan alat pemidangan ini tersusun seperti pada blok diagram Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Blok Diagram Sistem Pemrograman
Untuk mengetahui program sudah berjalan sesuai dengan acuan yang dipergunakan saat penelitian pada alat pemidangan ini dilakukan uji coba program. Uji coba alat pemidangan ini bertujuan untuk mengetahui alat tersebut sudah dapat dipergunakan sesuai dengan panduan atau rumus yang dipergunakan oleh perajin saat penelitian. Hasil uji coba alat pemidangan sebanyak 10 kali percobaan dengan motif yang dipergunakan saat penelitian (2x5) AIS, 30 sawa, dan 60 bulihan disajikan pada Tabel 5.2.
Transformator
Sensor infra red
Mikrokontroler Motor DC 5 Volt Motor DC 24 Volt Sensor optocoupler Perajin
Tabel 5.2
Hasil Uji Coba Rancang Bangun Alat Pemidangan Otomatis Yang Ergonomis
Variabel yang diuji
Rumus panduan
Hasil rancang bangun alat pemidangan otomatisyang ergonomis
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 Penumpukan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Pengulangan 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 Bulihan 60 30 60 50 60 60 60 40 60 60 60 Rerata 22,3 12 21,7 19 22,3 22 22,3 15,7 22,3 22,3 22,3 SD 32,7 15,6 33,2 26,9 32,7 32,9 32,7 21,1 32,7 32,7 32,7
H1,2,…10 = hari pertama s/d hari ke 10, SD = standar deviasi
Tabel 5.2 memaparkan uji coba selama 10 hari, sebagai acuannya adalah rumus yang dipergunakan saat pembuatan motif waktu penelitian berlangsung, untuk mengartikan bahwa input dari mikrokontroler pada alat pemidangan otomatis yang ergonomis sudah berjalan dengan benar.
5.3 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang diukur adalah suhu basah, suhu kering, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, intensitas suara. Statistik deskriptif rerata kondisi lingkungan disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Berdasarkan uji normalitas data (Shapiro-Wilk test) pada Lampiran 16 diketahui uji beda kondisi lingkungan dengan hasil disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa kondisi linkungan suhu basah, suhu kering, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya pada periode satu dan periode dua adalah tidak berbeda bermakna dengan p > 0,05.
Tabel 5.3
Analisis Deskriptif Kondisi Lingkungan Periode I dan Periode II
Variabel Periode I Periode II z/t p Rerata Rerata Suhu basah (oC) Suhu kering (oC) Kelembaban (%) Kecepatan angin (m/s) Intensitas cahaya (lux) Intensitas suara (dB) 25,75 (0,32) 31,05 (0,33) 67,18 (1,86) 0,71 (0,36) 1006,4 (18,09) 85,89 (0,90) 25,65 (0,30) 30,88 (0,35) 67,68 (2,33) 0,95 (0,43) 997,25 (14,7) 79,86 (0,71) -1,504 -1,276 0,806 -1,842 1,70 31,25 0,133a 0,202a 0,420a 0,081b 0,106b 0,000b p = Signifikansi untuk uji beda.
a : Uji Wilcoxon b : Uji t-paired
Intensitas suara menunjukkan hasil yang bermakna dengan p < 0,05, hal ini berarti dengan menggunakan rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat mengurangi intensitas suara dari alat pemidangan yang konvensional.
5.4 Kelelahan
Kelelahan diukur dengan melakukan pengisian kuesioner 30 item kelelahan dengan empat skala Likert. Sebelum dilakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji statistik yang akan digunakan. Statistik deskriptif rerata skor kelelahan sebelum dan sesudah bekerja pada periode satu dan periode dua disajikan pada Lampiran 11, hasil analisisnya disajikan pada Tabel 5.4.
Sebelum dilakukan uji kemaknaan karena efek perlakuan, perlu diuji terlebih dahulu komparabilitas kondisi awal kelelahan perajin yang memang benar karena efek perlakuan bukan karena dipengaruhi faktor lain. Hasil analisis uji
statistik rerata kelelahan sebelum bekerja baik pada periode satu maupun pada periode dua, disajikan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4
Analisis Uji Statistik Rerata Kelelahan Sebelum dan Sesudah Bekerja Periode I & Periode II
Variabel Periode I Periode II Beda rerata t p Mean Mean Kelelahan sebelum bekerja Kelelahan sesudah bekerja 31,77(0,82) 53,07 (4,83) 31,62 (0,75) 44,02 (1,22) 0,15 9,05 0,596 7,510 0,558 0,000
Uji t paired menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna dengan nilai p > 0,05 berarti tidak ada perbedaan secara signifikan di mana nilai t = 0,596 dan p = 0,558 keadaaan ini menunjukkan bahwa kelelahan sebelum bekerja antara periode satu dan periode dua dapat dianggap sama.
Hasil analisis perbedaan rerata kelelahan setelah bekerja pada periode satu dan periode dua, pada Tabel 5.4, diperoleh nilai signifikansinya dengan p < 0,05, artinya terdapat penurunan rerata kelelahan yang bermakna setelah bekerja midang pada periode satu dan periode dua.
5.5 Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah tingkat keluhan pada otot anggota tubuh perajin kain endek pada proses midang, dengan melakukan pengisian kuesioner Nordic Body Map yang diberikan skor dari satu sampai dengan empat. Data hasil kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui adanya keluhan muskuloskeletal pada
perajin sebelum dan sesudah bekerja yang dilakukan pada kondisi periode satu dan periode dua.
Statistik deskriptif rerata skor keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah bekerja pada periode satu dan periode dua disajikan pada Lampiran 12. Hasil analisis uji normalitas data dilakukan dengan Shapiro-Wilk test, disajikan pada Lampiran 18. Hasil analisis uji statistik disajikan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5
Analisis Uji Statistik Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Bekerja Periode I dan Periode II
Variabel Periode I Periode II Beda rerata t p Mean Mean Keluhan Muskuloskeleta sebelum bekerja Keluhan Muskuloskeletal sesudah bekerja 30,10 (0,47) 55,33 (5,90) 29,92 (0,37) 35,85 (1,04) 0,18 19,48 1,330 13,808 0,199 0,000 .
Hasil analisis rerata keluhan muskuloskeletal sebelum bekerja pada periode satu dan periode dua pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa keluhan muskuloskeletal sebelum bekerja pada periode satu dan periode dua adalah tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p > 0,05.
Hasil analisis perbedaan skor keluhan muskuloskeletal setelah bekerja pada periode satu dan periode dua pada Tabel 5.5 diperoleh nilai signifikansinya dengan p < 0,05, artinya terdapat penurunan rerata keluhan muskuloskeletal yang bermakna setelah bekerja pada periode satu dan periode dua.
5.6 Produktivitas
Produktivitas adalah perbandingan antara jumlah luaran (out put) dengan masukan (input) dalam periode waktu tertentu. Keluaran (output), adalah hasil dari proses midang yang dihasilkan, masukan (input), adalah rerata nadi kerja yang didapat dari selisih rerata denyut nadi kerja dikurangi rerata denyut nadi istirahat, dikalikan waktu kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas midang selama tujuh jam kerja setiap hari kerja. Rerata Produktivitas kerja disajikan pada Lampiran 13. Analisis uji statistik rerata produktivitas disajikan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6
Analisis Uji Statistik Produktivitas Kerja Perajin Kain Endek
Pada Proses Midang Periode I dan Periode II
Variabel
Periode I Periode II Beda
rerata t p
Mean Mean
Produktivitas kerja 0,044 (0,008) 0,102 (0,016) 0,058 -21,49 0,000
Produktivitas yang diperoleh dari perbandingan hasil midang dengan beban kerja dikalikan waktu pengerjaan (420 menit) setiap hari kerja pada periode satu dan dua. Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk data produktivitas disajikan pada Lampiran 19.
Uji perbedaan produktivitas pada kondisi periode satu dan periode dua dengan uji t paired pada Tabel 5.6 menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan p <0,05, artinya terdapat peningkatan yang bermakna produktivitas kerja pada
periode satu dan periode dua. Dengan demikian alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat meningkatkan produktivitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gerakan-gerakan tidak efektif pada periode satu dan periode dua yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja perajin. Artinya semakin banyak atau lama waktu terbuang akibat gerakan tidak efektif tersebut, dapat mengurangi jam kerja sehingga produktivitas perajin menurun. Rerata waktu gerakan tidak efektif periode satu dan periode dua, disajikan pada Lampiran 14. Uji normalitas disajikan pada Lampiran 20 dan hasil analisisnya disajikan pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7
Analisis Uji Statistik Lamanya Gerakan Tidak Efektif Perajin Kain Endek
Pada Proses Midang Periode I dan Periode II (detik)
Variabel Median z p Periode I Periode II Gerakan tidak efektif (detik) 14,39 (0,00-142,52) 3,85 (0,00-16,23) -4,432 0,000
Tabel 5.7 menunjukkan hasil analisis uji perbedaan gerakan tidak efektif pada periode satu dan periode dua, ada penurunan secara bermakna dengan nilai p < 0,05. Berarti adanya penurunan atau pengurangan dalam melakukan gerakan tidak efektif yang dilakukan perajin pada periode satu dengan periode dua, sehingga banyak waktu yang bisa dipergunakan untuk melakukan pekerjaan pokoknya.
Hasil analisis rerata gerakan tidak efektif perajin selama bekerja pada periode satu dan periode dua dapat dilihat pada Gambar 5.2. Adanya istirahat pendek yang diberikan pada periode dua diantara istirahat makan siang yaitu pada pukul 10.30-10.45 wita dan sore hari pukul 15.00-15.15 wita.
Gambar 5.2 Rerata Gerakan Tidak Efektif Perajin Selama Bekerja Pada Periode I dan Periode II
5.7 Penghasilan Perajin Kain Endek Pada Proses Midang
Penghasilan perajin dihitung berdasarkan hasil per bingkai dari proses midang dinilai sebesar Rp. 5.000/bingkai selama tujuh jam kerja, statistik deskriptifnya penghasilan perajin pada periode satu dan dua disajikan pada Lampiran 13, hasil analisisn uji statistik disajikan pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8
Analisis Uji Statistik Penghasilan Perajin Kain Endek Pada Proses Midang
Periode I dan Periode II
Variabel Median z p Periode I Rp. (Ribuan) Periode II Rp. (Ribuan) Penghasilan perajin 450 (400 -500) 900 (825-950) -39,43 0,000
Hasil uji normalitas penghasilan perajin dengan Uji Shapiro Wilk disajikan pada Lampiran 21.
Tabel 5.8 menunjukkan hasil analisis kemaknaan dengan uji Wilcoxon, diperoleh nilai p<0,05, dengan demikian dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan penghasilan yang bermakna antara penggunaan alat pemidangan konvensional dengan penggunaan hasil rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis.