• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Perah Friesian Holstein

Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah dan hitam. Keunggulan sapi ini yaitu memiliki rataan produksi susu tertinggi dibandingkan bangsa sapi perah lainnya sehingga sapi ini cocok untuk pemeliharaan tujuan pemerahan. Berdasarkan USDA Tahun 2002 produksi susu sapi FH mencapai 11.000 l per laktasi (Tyler & Ensminger, 2006). Nilai ini tentu sangat jauh bila dibandingkan dengan produksi sapi FH di Indonesia yang masih rendah.

Sapi FH adalah sapi yang berasal dari iklim sedang dengan kisaran suhu 13-18oC dan kelembaban 55% untuk mencapai produksi maksimalnya. Kondisi seperti ini menyebabkan sapi FH sangat peka terhadap perubahan suhu dan kelembaban. Ternak akan menyesuaikan secara fisiologis dan tingkah laku pada suhu yang lebih tinggi. Usaha peternakan sapi FH di Indonesia yang pada umumnya terdapat pada daerah ketinggian lebih dari 800 m dpl ditujukan untuk penyesuaian lingkungan yang dibutuhkan sapi FH (Yani & Purwanto, 2006).

Peternakan Sapi Perah

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono, 1999). Peternakan rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat di samping usaha taninya sehingga sifat pemeliharaannya masih tradisional berdasarkan pada pengalaman orang tuanya yang turun-temurun hingga beberapa generasi dengan skala kepemilikan ternak sapi perah berkisar antara 2-10 ekor sapi laktasi.

Sudono (1999) menyatakan bahwa faktor yang terpenting untuk mendapatkan sukses dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternak harus dapat menggabungkan kemampuan tata laksana yang baik dengan menentukan lokasi peternakan yang baik, besarnya peternakan, sapi-sapi yang berproduksi tinggi, pemakaian peralatan yang tepat, tanah yang subur untuk tanaman hijauan ternak dan pemasaran yang baik. Keuntungan usaha peternakan sapi perah yaitu peternakan sapi perah termasuk usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori, jaminan pendapatan yang tetap, tenaga kerja yang

(2)

tetap, pakan yang relatif mudah dan murah, kesuburan tanah dapat dipertahankan, pedet jantan dijual untuk sapi potong dan pedet betina bisa dipelihara hingga dewasa dan menghasilkan susu (Sudono et al., 2003).

Faktor Penentu Ternak Sapi Perah

Faktor-faktor penentu (impact points) ternak sapi perah merupakan indikator untuk melihat pengetahuan teknis beternak sapi perah dari para peternak. Faktor-faktor penentu ternak sapi perah meliputi lima aspek sesuai dengan standar penilaian dari Dirjen Peternakan (1983) yaitu (1) Pembibitan dan reproduksi, (2) Makanan ternak, (3) Pengelolaan, (4) Kandang dan peralatan, dan (5) Kesehatan hewan.

Pembibitan dan Reproduksi

Bibit sapi perah yang akan dipelihara menentukan keberhasilan usaha ternak sapi perah. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit sapi perah menurut Blakely dan Bade (1994) yaitu:

1. Genetik dan keturunan: bibit sapi harus berasal dari induk yang produktivitasnya tinggi dan pejantan yang unggul. Hal ini disebabkan sifat unggul kedua tetua akan menurun pada anaknya

2. Bentuk ambing: ambing yang baik adalah ambing yang besar, pertautan antar otot kuat dan memanjang sedikit ke depan, serta puting tidak lebih dari empat 3. Eksterior atau penampilan: secara keseluruhan penampilan bibit sapi perah harus

proporsional, badan dan ambing yang berimbang, kapasitas perut yang besar serta garis atas badan dan punggung yang lurus dan panjang. Sapi juga tidak kurus dan tidak terlalu gemuk, jarak kaki kanan dengan kaki kiri cukup lebar (baik kaki depan maupun kaki belakang) serta bulu mengilat. Ambing besar, lunak, dan lentur untuk menunjukkan bahwa kelenjar susunya aktif. Besar tubuh tidak menjamin atau tidak menentukan kuantitas atau jumlah susu yang dihasilkan dan ketahanannya terhadap penyakit

4. Umur bibit: umur bibit sapi perah betina yang ideal adalah 1,5 tahun dengan bobot badan sekitar 300 kg, sementara itu umur pejantan 2 tahun dengan bobot badan sekitar 350 kg.

Tujuan tata laksana yang baik pada periode keremajaan adalah untuk menghasilkan sapi dara yang besar dan cepat tumbuh dengan biaya yang murah dan

(3)

dapat memulai laktasi lebih awal. Sapi dara dengan asupan nutrisi yang tinggi akan berahi pertama pada umur 9-11 bulan, jika asupan nutrisinya kurang baik maka berahi pertama pada umur 18-20 bulan (Ensminger, 1971). Laktasi pertama pada umur 24 bulan sapi menghasilkan rata-rata 75% susu yang dihasilkan oleh sapi dewasa, dan meningkat ketika laktasi ke-2 85% sampai laktasi ke-5 yaitu 99%. (Schmidt & Van Vleck, 1974). Tyler & Ensminger (2006) menambahkan pubertas dari sapi dara tercapai ketika bobot badan sekitar 35% dari bobot dewasa tubuh (sekitar umur 7-9 bulan). Lama berahi tergantung umur, sapi dara pada umumnya mempunyai masa berahi lebih pendek dibandingkan sapi dewasa. Siklus berahi berkisar antara 18-24 hari (± 21 hari).

Lama bunting sapi perah adalah 9 bulan (Sudono et al., 2003). Salah satu yang mempengaruhi produksi susu yaitu interval beranak. Sapi dengan selang beranak antara 12-15 bulan akan berproduksi lebih tinggi dibandingkan dengan sapi yang selang beranaknya 10-12 bulan tanpa masa kering yang cukup (Ensminger, 1971). Bila interval beranak diperpendek akan menurunkan produksi susu 3,7-9% pada laktasi yang sedang berjalan atau yang berikutnya, sedangkan bila interval beranak diperpanjang sampai 450 hari, maka laktasi yang sedang berlaku dan laktasi yang akan datang akan meningkatkan produksi susu 3,5% tetapi bila ditinjau dari segi ekonomi akan rugi karena hasil yang didapat tidak sesuai dengan makanan yang diberikan (Sudono, 1999).

Perkawinan sapi perah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kawin alam dan kawin suntik (inseminasi buatan). Kawin alam biasa dilakukan oleh peternak besar dengan biaya yang relatif mahal karena harus memelihara pejantan. Peternak kecil biasa melakukan kawin suntik dengan biaya yang lebih murah karena tidak harus memelihara pejantan (Sudono et al., 2003).

Pakan Sapi Perah

Pakan merupakan hal yang sangat penting untuk ternak. Nutrisi dari pakan digunakan untuk kebutuhan hidup pokok ternak seperti menjaga kondisi tubuh, untuk menyeimbangkan suhu tubuhnya dengan lingkungan, menyimpan energi untuk proses penting dalam tubuh, untuk bergerak, dan yang paling penting untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (Tyler & Ensminger, 2006). Lukuyu et al. (2007) menambahkan pemberian pakan yang baik dan benar memungkinkan sapi

(4)

tumbuh dengan sehat, menghasilkan anakan (pedet) yang sehat, dan dapat menghasilkan susu untuk anaknya yang sisanya dapat dikonsumsi sendiri ataupun dijual. Pemberian pakan pada sapi perah harus sesuai dengan bobot badan sapi, kadar lemak susu, dan produksi susu sapi tersebut.

Pakan yang diberikan harus memiliki kualitas dan palatabilitas yang tinggi. Sapi yang memiliki produksi tinggi, tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya apabila tidak diberi pakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Rasio pemberian pakan merupakan imbangan antara pemberian pakan konsentrat dengan hijauan. Rasio pemberian pakan pada sapi laktasi biasanya diformulasi berdasarkan protein dan energi saja. Namun untuk mendapatkan produksi yang maksimal, rasio pemberian pakan harus seimbang dengan memperhatikan karbohidrat nonstruktural, protein tidak terdegradasi rumen, dan protein terlarut. Rasio pemberian pakan biasanya diformulasikan untuk memaksimalkan jumlah mikroba rumen dan kebutuhan untuk asam amino yang tidak terdegradasi dalam rumen (Lee, 2009)

Kebutuhan pokok dan produksi susu sapi perah dapat dipenuhi selain dengan pemberian hijauan sebagai makanan pokoknya, juga dengan penambahan konsentrat. Fungsi utama konsentrat yaitu untuk menyuplai energi tambahan yang diperlukan agar sapi berproduksi optimal. Fungsi kedua yaitu untuk menyesuaikan tingkat protein ransum tertentu (Blakely & Bade, 1994). Hijauan berperan sebagai sumber serat bagi ternak. Hijauan yang diberikan minimal sebanyak 40% dari total bahan kering ransum atau diperkirakan sebanyak 1,5% dari bobot ternak. Pemberian konsentrat dalam ransum dapat ditekan, apabila kualitas hijauan dapat ditingkatkan (Sudono, 1999). Konsentrat menyediakan sumber energi yang mudah dicerna, namun harganya lebih mahal dibanding dengan hijauan (Tyler & Ensminger, 2006). Jumlah pemberian konsentrat ditentukan oleh jumlah hijauan yang dikonsumsi, jumlah produksi susu, dan komposisi (% lemak) yang diproduksi susu (Lee, 2009).

Energi merupakan sumber tenaga bagi semua proses hidup dan produksi. Kekurangan energi pada usia muda dapat menghambat pertumbuhan dan pencapaian dewasa kelamin (Sutardi, 1981). Sudono (1999) menyatakan selain energi, protein juga merupakan zat pakan yang penting untuk proses metabolisme tubuh. Protein penting untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi susu dan

(5)

perkembangan fetus sapi perah. Protein juga digunakan untuk membentuk hormon yang mengontrol reaksi kimia dalam tubuh (Tyler & Ensminger, 2006).

Keberhasilan pemberian pakan dalam usaha peternakan ditentukan oleh kebutuhan dari ternak itu sendiri. Kebutuhan ternak dapat dilihat dari anatomi tubuhnya dan bentuk fisiologinya. Pengetahuan tentang komposisi nutrisi dari pakan, interaksi antar pakan, kebutuhan nutrisi ternak, efek dari lingkungan, dan sistem pemberian pakan harus diperhatikan untuk menentukan jumlah pemberian pakan dan jenis pakan yang diberikan pada ternak (Tyler & Ensminger, 2006).

Vitamin dan mineral juga perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum untuk pakan. Mineral merupakan elemen anorganik yang biasa ditemui dalam garam ataupun di elemen organik dan anorganik. Mineral dibutuhkan untuk fungsi pengaturan dan struktural. Sebanyak 14 mineral dibutuhkan baik dalam jumlah banyak ataupun sedikit untuk mempertahakan fungsi kesehatan dan produktivitas. Diagnosa kekurangan mineral tidak ditunjukkan secara langsung bisa ditunjukkan dengan tanda tidak teraturnya metabolik, nutrisional, atau masalah kesehatan atau tanda yang tidak spesifik (Hill & Andrew, 2000). Mineral dibagi dalam 2 kelompok yaitu makromineral seperti kalsium, posfor, magnesium, potassium, dan sulfur serta mikromineral kobalt, tembaga, iodine, zat besi, mangan, selenium dan seng. Vitamin adalah kompleks bahan organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi dan kesehatan. Vitamin juga digunakan untuk mengoptimalkan performa dari ternak (NRC, 1988).

Air dalam jumlah besar penting bagi sapi untuk kapasitas maksimum produksinya, menjaga keseimbangan air dan ion dalam tubuh, pencernaan, penyerapan, dan metabolisme nutrisi. Air didapat dari ternak yaitu air minum dan air yang terkandung dalam pakan. Air yang diberikan pada ternak sebaiknya air yang bersih yang bebas dari bakteri. Air merupakan salah satu komponen yang paling banyak dalam tubuh sapi perah dan kandungan susu memiliki kandungan air yang tinggi sehingga pemberiannya tidak boleh kurang (NRC, 1988).

Pengelolaan

Kebersihan kandang harus selalu dijaga yaitu dengan cara membersihkan tempat pakan dan minum, membersihkan lantai kandang dan memiliki tempat khusus untuk menyimpan atau membuang kotoran kandang. Kandang yang bersih dapat

(6)

meminimalisir patogen masuk ke kandang. Kandang dimana tempat sapi itu diperah harus dibersihkan atau dicuci dahulu dan dihilangkan dari bau-bauan sebelum sapi diperah, hal ini disebabkan karena air susu mudah sekali menyerap bau-bauan yang dapat mempengaruhi kualitas air susu (Sudono, 1999).

Sapi sebaiknya dimandikan terlebih dahulu sebelum diperah. Namun jika sapi hendak diperah dan kondisinya kotor, sapi tersebut dapat dimandikan dengan syarat hanya membersihkan bagian tubuh yang kotor disiram dengan air, menyikat bagian tubuh yang kotor dari punggung ke perut dan menjatuhkan bulu-bulu yang lepas. Sudono (1999) menyatakan sebelum sapi diperah hendaknya bagian badan sapi sekitar lipat paha dan bagian belakang dicuci atau dibersihkan untuk mencegah kotoran-kotoran yang menempel pada bagian-bagian tersebut jatuh dalam susu pada waktu sapi itu diperah.

Pemerahan banyak dilakukan dengan menggunakan mesin. Penggunaan mesin ini memberikan keuntungan yaitu karena membutuhkan lebih sedikit tenaga pekerja. Meskipun cara pemerahan yang dilakukan berbeda, tetapi dalam pengerjaan harus sesuai dengan spesifikasinya. Cara pemerahan harus (1) cermat dalam pemerahan tanpa merusak ambing, (2) menghasilkan susu yang bersih, (3) konsumsi konsentrat yang cukup untuk sapi yang berproduksi tinggi, (4) memberikan kenyamanan untuk peternak, dan (5) memiliki peralatan yang mudah dibersihkan dengan efek rendah (Schmidt & Van Vleck, 1974)

Peternakan rakyat biasanya masih manual yakni menggunakan tangan. Penggunaan mesin biasanya dilakukan pada perusahaan-perusahaan besar. Cara pemerahan yakni dilakukan dengan menggunakan kelima jari tangan, yakni puting susu dipegang antara jempol dengan empat jari tangan lainnya, lalu kelima jari tangan meremas-remas sampai susu keluar. Cara lain yaitu dengan cara memegang pangkal puting susu antara ibu jari dan jari tengah, lalu kedua jari tersebut menekan dan menarik ke bawah sampai susu mengalir. Pemerahan cara ini umumnya dilakukan pada sapi-sapi perah yang mempunyai puting susu panjang. Namun sebaiknya dihindari cara pemerahan dengan menarik-narik puting susu dari atas ke bawah karena hal ini dapat membuat puting susu melar dan menjadi panjang ke bawah. Sudono (1999) menyarankan selesai diperah puting dibersihkan dan

(7)

dicelupkan ke dalam larutan desinfektan chlor atau iodophor dengan kepekatan 0,01%.

Susu dipindahkan dari peternakan ke konsumen melalui 3 tahap yaitu (1) Susu dikumpulkan kemudian ditransportasikan ke tempat pemrosesan (2) Pemrosesan dan pengemasan ke dalam berbagai produk susu dan (3) Pendistribusian susu yang telah dikemas atau penjualan langsung kepada konsumen. Proses seperti ini dilakukan dengan cepat karena susu merupakan produk makanan yang mudah rusak (Tyler & Ensminger, 2006). Penyaringan dilakukan untuk mengeluarkan kotoran agar tidak ikut masuk ke dalam susu.

Usaha peternakan sapi perah tergantung pada keberhasilan program pembesaran pedet dan dara sebagai replacement stock untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan produksi susu (Sudono, 1999). Pertumbuhan sapi dara ini tergantung dari cara pemeliharaan dan pemberian pakannya. Pada kondisi normal, ternak yang diberikan pakan baik untuk pertumbuhan dan produksi susu memiliki masalah yang sedikit mengenai pembibitan yang disebabkan oleh kesalahan nutrisi. Kekurangan nutrisi pada ternak dapat mengakibatkan masalah reproduksinya (Etgen, et al., 1987)

Sapi yang sedang berproduksi dan sudah bunting 7-7,5 bulan harus dikeringkan artinya tidak boleh diperah lagi. Cara mengeringkan sapi adalah dengan pemerahan berselang atau penghentian secara mendadak (Sudono, 1999). Tujuan pengeringan yaitu untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberikan istirahat kepada sapi supaya produksi yang akan datang optimal dan menjamin pertumbuhan fetus di dalam kandungan agar tetap berkembang dengan baik.

Kandang dan Peralatan

Kandang merupakan investasi utama yang mahal dalam pengoperasian peternakan. Menurut Schmidt & Van Vleck (1974) setiap kandang harus dapat digunakan oleh ternak untuk :

(1) Menyediakan kenyamanan untuk sapi sehingga sapi dapat berproduksi maksimal sesuai dengan kemampuan genetiknya

(2) Meminimalisir ternak terluka

(3) Meminimalisir ternak terkena penyakit dan stres

(8)

(5) Tempat untuk menghasilkan susu yang berkualitas (6) Menyediakan lingkungan yang nyaman untuk peternak (7) Efisiensi tinggi untuk pekerjanya dalam mengendalikan sapi (8) Ekonomis.

Persyaratan umum kandang untuk sapi perah yaitu sirkulasi udara cukup dan mendapat sinar matahari agar kandang tidak lembab (kelembaban ideal yaitu 60-70%), lantai kandang selalu kering, tempat pakan yang lebar dan tempat air dibuat agar air selalu tersedia sepanjang hari (Sudono et al., 2003).

Peralatan yang digunakan dalam peternakan sapi perah yaitu gerobak pakan, elevator, peralatan susu, dan peralatan kebersihan. Setiap peralatan yang ada di kandang harus memiliki nilai guna, konstruksi yang sederhana, tahan lama, murah, mudah dipindahkan, mudah diakses, menghemat pakan, mengurangi jumlah pekerja (Ensminger, 1971). Peralatan susu yang digunakan untuk menampung dan menyimpan susu segar berupa ember perah dan milk can (Sudono et al., 2003). Peralatan susu lainnya yaitu saringan susu dan gelas ukur.

Kesehatan hewan

Sapi perah maupun pedaging biasanya mendapat penyakit yang sama, tetapi beberapa penyakit lebih serius pada sapi perah dibandingkan pedaging. Sakit yang diderita ternak dapat masuk ke dalam susu lalu dampaknya terhadap manusia yang mengkonsumsi susu tanpa dipasteurisasi terlebih dahulu. Beberapa penyakit, seperti tuberculosis dan brucellosis, dapat mengganggu kesehatan sapi maupun manusia yang mengkonsumsi susunya. Susu dengan grade yang baik dilakukan pemeriksaan dengan ring test untuk tuberculosis dan darahnya diperiksa untuk penyakit brucellosis Taylor & Field, 2004).

Brucellosis disebabkan oleh organisme Brucella abortus yang dapat menurunkan fertilitas pada sapi serta dapat menularkan kepada manusia yang dikenal sebagai undulant fever. Vaksinasi harus dilakukan pada dara agar dapat menimbulkan imunitas. Penyakit lain yang mudah menyerang pada ternak yaitu mastitis yakni inflamasi atau infeksi pada kelenjar ambing. Penyakit ini menyerang jaringan, menghalangi produksi susu, dan menurunkan kualitas susu (Taylor & Field, 2004).

(9)

Kesehatan sapi dalam peternakan harus diperhatikan, karena hal ini akan berpengaruh terhadap sifat produksi dan reproduksinya. Penularan penyakit ini sebenarnya dapat dicegah yakni dengan cara memelihara kebersihan kandang, sapi, bahkan peternaknya. Ternak yang sakit sebaiknya dipisahkan dan diobati dulu hingga sembuh (Darmono, 1993).

Referensi

Dokumen terkait

MajIis Majlis Mesyuarat Kerajaan dibahagikan kepada dua, Majlis Negeri.. yang mempunyai kuasa perundangan dan Jemaah Menteri yang mempunyai kuasa pe1aksanaan. MB Majlis

Ahmad dalam Iklan Televisi XL Terhadap Tingkat Kesadaran akan Merek XL pada Kalangan Remaja (Studi di Kota

Hal ini dapat di maklumi mengingat pelabuhan Bima selain sebagai jembatan penghubung antara wilayah Barat Nusantara (Malaka, Jawa), wilayah Utara (Kalimantan,.. Makassar)

Pertama-tama anda akan mewawancarai salah satu perawat satwa untuk mengetahui rutinitas mereka, perbedaan jenis pakan yang didapatkan oleh satwa (yang mungkin nanti akan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa uji t menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa depan, disebabkan karena arus kas

Pada delay 30 detik dan juga 60 detik, rata-rata selisih waktu tamu terdeteksi yang didapatkan dengan delay 30 detik yaitu 6.05 detik dan delay 60 detik didapatkan

Fungsi media tersebut dalam mengembangkan kompetensi peserta didik pada aspek tarikh dan kebudayaan Islam adalah memudahkan peserta didik dalam memahami materi