• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN LAHAN, LINGKUNGAN USAHATANI, DAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN CARUBAN JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN LAHAN, LINGKUNGAN USAHATANI, DAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN CARUBAN JAWA TIMUR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN LAHAN, LINGKUNGAN USAHATANI, DAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI

SAWAH DI KABUPATEN CARUBAN JAWA TIMUR Ulfa Isabella, Suwarto, Suprapto

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457

E-mail: ulfaisabella@yahoo.com

Abstract : This study aimed to determine the effect of institutional land , farming environment, and factors of production in lowland rice farming in Caruban district, East Java. The basic method used is an explanatory method is a method that analyzes the relationship of a variable with the other variables. Farmers in the district Caruban most landowners. Based on the results of testing the hypothesis is proven that the factors of production, institutional land, farming environment, and the location of the irrigation effect on rice production and income of farmers in the district Caruban. Through regression analysis found that during the rainy season, rice production in the district Caruban predominantly influenced by land area nevertheless influenced by land area income and institutional status. In the dry season , rice production in the district Caruban predominantly influenced by land area and the seed however the land area affected by income and institutional status of the land .

Keywords : rice farming, institutional land, farming environment, factors of production

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, dan faktor produksi pada usahatani padi sawah di Kabupaten Caruban, Jawa Timur. Metode dasar yang digunakan ialah metode explanatory yaitu suatu metode yang menganalisis hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Petani pada Kabupaten Caruban sebagian besar pemilik lahan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terbukti bahwa faktor produksi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, dan letak irigasi berpengaruh terhadap produksi padi sawah dan pendapatan petani di Kabupaten Caruban. Melalui analisis regresi diketahui bahwa pada musim hujan, produksi padi sawah di Kabupaten Caruban dominan dipengaruhi oleh luas lahan namun demikian penghasilan dipengaruhi oleh luas lahan dan status kelembagaan. Pada musim kemarau, produksi padi sawah di Kabupaten Caruban dominan dipengaruhi oleh luas lahan dan benih namun demikian penghasilan dipengaruhi oleh luas lahan dan status kelembagaan lahan.

Kata Kunci: Usahatani padi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, faktor produksi

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Usaha-usaha dijalankan dalam pengembangan sektor pertanian untuk menopang sektor perekonomian lain.

Sektor pertanian berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor hortikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Pada tahap awal pembangunan, sektor pertanian merupakan penopang perekonomian karena pertanian memberikan proporsi yang besar. Disamping itu sektor pertanian sebagai pasar yang potensial bagi produk–produk dalam negeri baik untuk barang produksi maupun barang konsumsi, terutama produk yang dihasilkan oleh subsektor tanaman bahan makanan (Departemen Pertanian, 2008).

Ketersediaan, pemerataan distribusi, dan keterjangkauan pangan oleh daya beli masyarakat merupakan hal yang berpengaruh terhadap kebijakan ekonomi nasional. Kekurangan pangan dapat memicu munculnya gejolak sosial dan politik. Pengalaman tahun 1966 dan 1998 menunjukkan bahwa goncangan politik terjadi karena harga pangan melonjak tinggi

dalam waktu singkat dan debat publik selalu muncul apabila harga pangan melonjak atau turun secara drastis. Masyarakat menghendaki pasokan dan harga pangan yang stabil, tersedia sepanjang waktu, terdistribusi secara merata, serta harga yang terjangkau (Surayana dan Mardiyanto, 2001).

Pentingnya peranan tanaman padi sebagai penghasil bahan makanan pokok di Indonesia menjadi alasan yang mendasar tanaman padi diusahakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian. Tujuan petani mengusahakan tanaman padi ialah selain untuk mencukupi kebutuhan pangan juga sebagai sumber pendapatan petani. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka permintaan akan beras juga semakin besar. Dengan demikian, diasumsikan usahatani padi akan mendatangkan keuntungan karena berapapun jumlah produksi yang dihasilkan maka akan habis terjual.

Soemartono dkk (1977) menjelaskan bahwa padi dapat tumbuh dengan baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya banyak mengandung uap air. Di Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai 1300 meter di atas permukaan laut. Lebih tinggi lagi padi tidak diusahakan karena kurang produktif.

Caruban merupakan kota kecil yang pada awalnya termasuk dalam wilayah Kabupaten Madiun. Namun demikian, pada tahun 2011 Caruban resmi menjadi kabupaten mandiri. Caruban terdiri dari tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pilangkenceng, Kecamatan Mejayan, dan Kecamatan Wonoasri. Walaupun sudah resmi

(3)

menjadi Kabupaten Caruban, akan tetapi pemerintahan dan data-data masih masuk dalam Kabupaten Madiun. Awal tahun 2012 pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana umum mulai dibangun dan direncanakan akan selesai tahun 2014.

Wilayah Kabupaten Caruban terdiri dari Kecamatan Pilangkenceng, Kecamatan Mejayan, dan Kecamatan Wonoasri. Kecamatan Pilangkenceng memiliki luas lahan pertanian yang paling besar diikuti oleh Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Wonoasri. Lahan pertanian di Kecamatan Pilangkenceng terdiri dari lahan irigasi teknis dan tadah hujan, lahan pertanian di Kecamatan Mejayan terdiri dari lahan irigasi teknis, irigasi setengah teknis, dan tadah hujan sedangkan lahan pertanian di Kecamatan Wonoasri terdiri dari lahan irigasi teknis dan tadah hujan.

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut (1) Untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan terhadap produksi padi sawah pada musim hujan di Kabupaten Caruban; (2) untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan terhadap produksi padi sawah pada musim kemarau di Kabupaten Caruban; (3) untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan terhadap pendapatan petani pada musim hujan di Kabupaten Caruban. Dan (4) untuk mengetahui

pengaruh kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan terhadap pendapatan petani pada musim kemarau di Kabupaten Caruban.

METODE PENELITIAN Metode penelitian dilakukan dengan rancangan penelitian eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), penelitian eksplanatori adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis.

Penelitian ini sengaja dilakukan di Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Caruban dengan pertimbangan bahwa masih sedikit penelitian mengenai usahatani padi di Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Caruban.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu dari petani padi di Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Pilangkenceng. Sumber data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti BPS Kabupaten Madiun.

Teknik pengumpulan data yang digunakan da lam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan pencatatan. Wawancara digunakan untuk memperoleh data primer dari responden terkait yaitu anggota kelompok tani Dewi Sri di Desa Mejayan dan anggota kelompok tani Margo Mulyo di Desa Pilangkenceng. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

(4)

langsung di lapangan terkait proses produksi dan kondisi wilayah penelitian. Pencatatan dilakukan terkait dengan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Metode Analisis Data

Y = α X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 …. ( 1 ) Ln Y = ln α0 + b1 lnX1 + b2 lnX2 + b3 lnX3 + b4 lnX4 + b5 lnX5 …………...(2)

Dimana Y: Produksi usahatani padi sawah (Kg), α0: Konstanta, X1: Luas lahan (Ha), X2: Benih padi (Kg/Ha), X3: Pupuk (Kg/Ha), X4: Pestisida (L/Ha), X5: Tenaga kerja (HOK/Ha), b1-b5: Koefisien

Untuk pengaruh faktor produksi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, letak irigasi, dan musim terhadap produksi padi sawah diuji dengan Uji t. Disusun model regresi berganda sebagai berikut.

Fungsi produksi padi sawah saat musim hujan:

Ln YMH = ln α + β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + β4 lnX4 + β5 lnX5 + β6 lnX6 + β7 lnX7 + β8 lnX8 + β9 lnX9 + δ1 D1 + δ2 D2 + δ3 D3 + δ4 D4 + δ5 D5 …...……... ( 3 )

Dimana YMH : Produksi usahatani padi sawah musim hujan (Kg), α : Konstanta, βi: koefisien regresi (i = 1s/d 9), δi :koefisien variabel dummy (i = 1 s/d 5), X1:lahan usahatani padi sawah (Ha), X2: benih padi sawah (Kg/Ha), X3: pestisida padat (Kg/Ha), X4: pestisida cair (L/Ha), X5: pupuk nitrogen (Kg/Ha), X6:pupuk phospor (Kg/Ha), X7:pupuk kalium (Kg/Ha), X8:pupuk organik (Kg/Ha), X9: tenaga kerja manusia (HOK/Ha)

R2 = ESS / TSS

= 1 – (RSS / TSS) ………..( 7 )

Keterangan :

R2 : nilai koefisien determinasi ESS : explained sum of squares TSS : total sum of squares RSS : residual sum of square

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Rata-rata responden sebagian besar responden pada penelitian ini berusia 41-50 tahun atau berada dalam usia produktif. Hal ini sangat terkait dengan tingkat produktivitas tenaga kerja dalam berusahatani. Sebagaimana diketahui bahwa hampir seluruh aktivitas usahatani berhubungan dengan tingkat kemampuan fisik, dimana petani dalam usia produktif tentu akan memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan petani-petani yang telah memasuki usia senja. Umur petani juga terkait dengan proses transfer dan adopsi inovasi teknologi, dimana petani-petani muda cenderung bersifat lebih progresif dalam proses transfer inovasi-inovasi baru, sehingga mampu mempercepat proses alih teknologi. Petani-petani yang lebih muda lebih miskin pengalaman dan keterampilan dari petani-petani tua, tetapi memiliki sikap yang lebih progresif terhadap inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi baru akan cenderung membentuk perilaku petani muda usia untuk lebih berani mengambil keputusan dalam berusahatani.

Berdasarkan pendidikannya, dapat diketahui bahwa responden memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, yaitu SD, SMP,

(5)

SMA, dan Perguruan Tinggi. Akan tetapi sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan SD.

Berdasarkan latar belakang pendidikan dari responden penelitian dapat dipahami bahwa pendidikan petani cenderung rendah. Sampai dengan saat ini, fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai petani lebih diminati oleh orang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan

penduduk/masyarakat, maka akan semakin tinggi pula kualitas penduduk (sumber daya manusia). Tingkat pendidikan sangat terkait dengan tingkat kemampuan mengadopsi inovasi teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka proses alih teknologi akan berjalan lebih cepat dan lebih baik. Apabila dilihat dari pendidikan sebagian besar petani yang relatif rendah sedangkan teknologi pertanian berkembang pesat dan semakin maju tentunya dapat dikatakan bahwa pendidikan petani masih kurang memadai.

Analisis Regresi

Tabel 1. Koefisien Regresi Fungsi Produksi Padi Sawah Musim Hujan

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 1 hasil regresi di atas dapat disusun formula fungsi produksi usaha tani padi sawah pendugaan menggunakan metode Varlin adalah sebagaimana berikut. Ln YMK = 6,4852 + 0,53868lnX1 + 0,11314lnX2 - 0,00077lnX3 + 0,00112 lnX4 + 0,27792lnX5 + 0,30689lnX6 - 0,32382lnX7 + 0,06828lnX8 + 0,10205lnX9 + 0,03237D1 + 0,04132D2 - 0,01519D3 - 0,02333D4 -0,13210D5

Model yang disusun untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah menunjukkan bahwa tidak terdapat Variabel

OLS Varlin

Koefisien T-Ratio P-Value Koefisien T-Ratio P-Value Lahan (Ha) 0,46702* 3,438 0,001 0,46702* 3,438 0,000 Benih (Kg/Ha) 0,15522 1,768 0,084 0,15522 1,768 0,106 Pestisida padat (Kg/Ha) -0,00136 -0,1065 0,916 -0,00136 -0,1065 0,923 Pestisida cair (L/Ha) 0,01942 -0,5751 0,568 0,01942 -0,5751 0,962 Pupuk nitrogen (Kg/Ha) 0,11010 0,3411 0,735 0,11010 0,3411 0,328 Pupuk phosphor (Kg/Ha) 0,42204 1,182 0,243 0,42204 1,182 0,058 Pupuk kalium (Kg/Ha) -0,32393 -1,102 0,276 -0,32393 -1,102 0,011 Pupuk organik (Kg/Ha) 0,03082 0,2682 0,790 0,03082 0,2682 0,402 Tenaga kerja (HOK/Ha) 0,22706 1,881 0,066 0,22706 1,881 0,268 D1 (Petani Pemilik) 0,03905 0,9353 0,355 0,03905 0,9353 0,203 D2 (Petani Penyewa) 0,05261 1,206 0,234 0,05261 1,206 0,150 D3 (Hulu) -0,04581 -1,209 0,233 -0,04581 -1,209 0,501 D4 (Hilir) -0,04668 -1,287 0,205 -0,04668 -1,287 0,327 D5 (Dekat Pasar) -0,15825 -1,471 0,148 -0,15825 -1,471 0,004 (Constant) 6,3070* 8,990 0,000 6,3070* 8,990 0,000 F = 148,997 P-Value = 0,000 R2 = 0,9789 LR= 68,752

(6)

multikolinearitas. Hal ini dapat diketahui dari matriks korelasi dari seluruh variabel yang bernilai rendah (< 0,50). Namun model mengindikasikan adanya heterokedastisitas. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil test heterokedastisitas pada model Varlin nyata. Untuk mengatasi pelanggaran terhadap kaidah heterokedastisitas tersebut dilakukan dengan menggunakan regresi model heterokedastisitas Varlin. Nilai Likelihood Ratio (LR) nyata pada taraf kesalahan 5%, yaitu sebesar 68,752 sehingga model heterokedastisitas Varlin dapat memperbaiki model OLS.

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap produksi padi sawah adalah variabel luas lahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang paling besar pada variabel tersebut, yaitu sebesar 0,53868. Untuk lebih jelasnya mengenai interpretasi hasil analisis regresi dapat dilihat sebagaimana berikut.

Nilai konstanta sebesar 6,4852 dapat diartikan bahwa apabila koefisien regresi bersifat konstan maka jumlah produksi usaha tani padi sawah adalah sebanyak 6,4852.

Koefisien regresi lahan (X1) sebesar 0,53868 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada luas lahan maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,53868.

Koefisien regresi benih (X2) sebesar 0,11314 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada jumlah maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,11314.

Koefisien regresi pestisida padat (X3) sebesar -0,00077 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada jumlah pestisida padat maka produksi usaha tani akan menurun sebanyak 0,00077.

Koefisien regresi pestisida cair (X4) sebesar 0,00112 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada pestisida cair maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,00112.

Koefisien regresi pupuk nitrogen (X5) sebesar 0,27792 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada pupuk nitrogen maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,27792.

Koefisien regresi pupuk kalium (X6) sebesar 0,30689 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada pupuk kalium maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,30689.

Koefisien regresi pupuk phospor (X7) sebesar -0,32382menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada pupuk phospor maka produksi usaha tani akan menurun sebanyak 0,32382.

Koefisien regresi pupuk organik (X8) sebesar 0,06828 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada pupuk organik maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,06828.

Koefisien regresi tenaga kerja (X9) sebesar 0,10205 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada tenaga kerja

(7)

maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,10205.

D1 dan D2 merupakan variabel dummy untuk kelembagaan lahan, dengan interpretasi koefisien regresi D1 sebesar 0,03237 dapat diartikan bahwa apabila kelembagaan lahan adalah sebagai petani pemilik, maka produksi usaha tani padi sawah akan bertambah sebesar 0,03237. Sedangkan koefisien regresi D2 sebesar 0,04132 dapat diartikan bahwa apabila kelembagaan lahan adalah sebagai petani penyewa, maka produksi usaha tani padi sawah akan bertambah sebesar 0,04132.

D3 dan D4 merupakan variabel dummy untuk letak irigasi, dengan interpretasi koefisien regresi D3 sebesar -0,01519 dapat diartikan bahwa apabila letak saluran irigasi di hulu, maka produksi usaha tani padi sawah akan berkurang sebesar 0,01519 dan koefisien regresi D4 sebesar -0,02333 dapat diartikan bahwa apabila letak saluran irigasi di hilir, maka produksi usaha tani padi sawah akan berkurang sebesar 0,02333.

D5 merupakan variabel dummy untuk lingkungan usaha tani. Koefisien regresi D5 sebesar -0,13210 dapat diartikan bahwa apabila lokasi usaha tani relatif dekat dengan pasar, maka produksi usaha tani padi sawah akan berkurang sebesar 0,13210.

Selanjutnya perlu dilakukan pengujian statistik guna membuktikan hipotesis penelitian. Pengujian pertama adalah uji F. Hasil uji F pada analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 1 sebelumnya. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah sebesar

148,997 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Adapun nilai F tabel adalah sebesar 1,918. Hasil pengujian menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 148,997 > 1,918 dengan nilai signifkansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi dapat dipakai untuk memprediksi produksi padi sawah. Pengujian ini sekaligus membuktikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima untuk hipotesis 1, yaitu: “kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah dan pendapatan petani pada musim hujan di Kabupaten Caruban”.

Pengujian yang kedua adalah Uji t. Model heterokedastisitas dengan Varlin mendapatkan 3 koefisien regresi nyata dengan nilai t yang signifikan untuk dipergunakan untuk menjelaskan model regresi. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat 3 variabel dengan nilai t hitung > t tabel. Nilai t tabel adalah sebesar 2,014. Variabel dengan nilai t hitung > t tabel adalah variabel luas lahan, jumlah pupuk kalium, dan lokasi usaha tani. Hal ini menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi padi sawah pada musim hujan adalah luas lahan, jumlah pupuk kalium, dan lokasi usaha tani.

Pengujian yang terakhir atau yang ketiga adalah uji determinasi. Uji R2 digunakan untuk mengukur besarnya variasi hubungan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dengan kata lain, uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya variansi atau determinasi

(8)

dari faktor produksi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, letak irigasi, dan musim yang mempengaruhi produksi padi sawah. Dari Tabel 5.10 sebelumnya diketahui bahwa nilai Adjusted R square adalah sebesar 0,9789. Hal ini berarti bahwa sekitar 97,89% produksi padi sawah pada musim hujan secara langsung dipengaruhi faktor produksi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, letak irigasi. Sisanya sebesar 2,11% dipengaruhi oleh faktor lainnya, yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait hasil penelitian ini. Berdasarkan uji F pada hasil analisis regresi fungsi produksi padi sawah musim hujan dapat diketahui bahwa hipotesis 1 penelitian dapat diterima. Hal ini dapat diketahui dari nilai F hitung > F tabel, yaitu 149,960 > 1,918 dengan nilai signifkansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah pada musim hujan di Kabupaten Caruban”.

Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui penelitian ini, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagaimana berikut. (1) Bagi

pemerintah Kabupaten Caruban diharapkan dapat mengambil keputusan dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat khususnya petani melalui peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi padi tentunya dapat dilakukan melalui perluasan lahan pertanian khususnya lahan sawah. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa benih dapat mempengaruhi produksi padi sawah pada musim kemarau. Degan demikian, pemerintah dapat memberikan regulasi yang dapat menguntungkan petani dan mensosialisasikan mengenai status kelembagaan lahan yang dapat menguntungkan kepada petani. (2) Bagi petani di Kabupaten Caruban diharapkan dapat melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi padi sawah sehingga dapat meningkatkan pendapatannya. Faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan petani adalah luas lahan. Dengan demikian diharapkan kepada petani untuk dapat melakukan perluasan lahan, baik dengan cara membeli, menyewa, maupun menyakap. (3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengembangan terhadap penelitian ini. Pengembangan dapat dilakukan melalui penambahan jumlah sampel penelitian dengan melibatkan petani di daerah lainnya sehingga dapat dilakukan perbandingan. Selain itu, pengembangan juga dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya dengan menambah variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi produksi dan pendapatan petani.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2007. Kinerja

Pembangunan Sektor

Pertanian. Jakarta:

Departemen pertanian. Singarimbun, Masri & Effendi,

Sofiam. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES: Jakarta.

Soemartono, dkk. 1977. Bercocok

Tanam Padi. Yasaguna:

Jakarta.

Suryana, Achmad dan Mardiyanto, Sudi. 2001. Bunga Rampai

Ekonomi. LPEM-FEUI:

Referensi

Dokumen terkait

Reliabilitas merupakann sesuatu yang dibutuhkan tetapi bukan persyaratan mutlak untuk validitas suatu instrument (Rasyid dan Mansur,2007).. Masalah dalam penelitian ini

Hasil dari analisis leverage attributes atau atribut sensitif pada dimensi sosial yang memiliki nilai RMS ≥ 2% yaitu, pengetahuan tentang usahatani komoditas

Dengan adanya pendidikan pancasila saya menyadari bahwa ini sangat penting untuk menunjang kehidupan saya untuk lebih memperhatikan norma-norma yang berlaku pada

Dari hasil penelitian, pengolahan citra, perancangan, pembuatan, dan pengujian sistem pada penelitian ini, didapatkan simpulan bahwa metode learning vector

Penelitian ini bertujuan untuk produksi sabun mandi transparan dengan memanfaatkan VCO mengandung karotenoid tomat (VCO+tmt), serta menentukan kombinasi gliserol,

Sintesis surfaktan stearil alkohol etoksilat dari bahan baku stearil alkohol derivat minyak kelapa sawit telah dilakukan dan produk yang dihasilkan memiliki

menunjukkan jika plat resin akrilik yang direparasi dengan penambahan E- JODVV ¿EHU dengan volumetrik 7,4% menghasilkan kekuatan transversal tertinggi dibandingkan

Berdasarkan rumusan masalah yang dimiliki tersebut tujuan yang ingin dicapai dari perancangan interior kapal pesiar cinta laut ini adalah untuk mengetahui