• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPARASI EFISIENSI PEMASARAN SAYUR-SAYURAN DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH (Comparison of Vegetables Marketing Efficiency in Highland and

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPARASI EFISIENSI PEMASARAN SAYUR-SAYURAN DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH (Comparison of Vegetables Marketing Efficiency in Highland and"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI EFISIENSI PEMASARAN SAYUR

DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH (Comparison of Vegetables Marketing

Ikramatul Fitria

1

Program Studi Agr

Abstrak - Cabai dan bawang merah merupakan salah satu jenis komoditas andalan untuk

bahan pangan jenis holtikultura, peningkatan produksi kedua komo

Aktivitas pemasaran sangat penting agar komoditi hasil petani dapat sampai ke tangan konsumen. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan efisiensi pemasaran dan kendala-kendala dalam pemasaran sayur

tinggi (Kabupaten Bener Meriah) dan dataran rendah (Kabupaten Aceh Besar). Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan metode pengambilan sampel peta

digunakan dalam penelitian ini adalah

untuk pedagang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis margin pemasaran, efisiensi pemasaran, mengitung

untuk mengetahui saluran pemasaran dan kendala

diketahui bahwa terdapat dua saluran pemasaran cabai dan bawang merah dan hasil analisis efisiensi pemasaran yang paling efisien adalah saluran pe

merah di Kabupaten Aceh Besar dibukitkan dengan nilai efisiensi yaitu 2,35%, serta kurangnnya pasokan produk dari petani lokal dan berfluktuasinya harga menjadi kendala didalam pemasaran cabai dan bawang merah.

kedua jenis saluran pemasaran yang terbentuk sudah efisien. Kata Kunci : Cabai, Bawang Merah,

Abstract - Chili and onion are one of the mainstay commodity types for horticultural food,

The increasing of both of these commodities is constantly ceaseless.

absolutely crucial in order to deliver those harvested commodities to the consumers. This study aims to compare the marketing efficiency with its obstacles in vegetables (chilli and onion) marketing process in the highlands (Bener Meriah) and lowland (Aceh Besar). The research was carried out in Bukit, Bener Meriah and Darussalam, Aceh Besar. The researcher applied stratified random sampling to pick the samples from farmers and snowbal

for the traders. The method analysis that has been used in this research is marketing margin analysis, efficiency marketing, farmer’s share counting and descriptive analysis to investigate the marketing channels and the obstacles in the marketin

that there are two marketing channels chili and onions. and through efficiency analysis it can be understood that the most efficient marketing is a chilli marketing channel in Aceh Besar which was proven with a value 2.

fluctuation has been becoming the obstacles in marketing both chili and onions. concluded that both of the formed marketing channel types are efficient.

Keywords: Chili, Onion, Marketing Ef

EFISIENSI PEMASARAN SAYUR-SAYURAN DI DAERAH DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH

Vegetables Marketing Efficiency in Highland and

Ikramatul Fitria1, Akhmad Baihaqi1, Suyanti Kasimin

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Cabai dan bawang merah merupakan salah satu jenis komoditas andalan untuk bahan pangan jenis holtikultura, peningkatan produksi kedua komoditas ini terus meningkat. Aktivitas pemasaran sangat penting agar komoditi hasil petani dapat sampai ke tangan konsumen. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan efisiensi pemasaran dan kendala dalam pemasaran sayur-sayuran (cabai dan bawang merah) di daerah dataran tinggi (Kabupaten Bener Meriah) dan dataran rendah (Kabupaten Aceh Besar). Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan metode pengambilan sampel peta

digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling dan

untuk pedagang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis margin pemasaran, efisiensi pemasaran, mengitung farmer’s share dan

untuk mengetahui saluran pemasaran dan kendala-kendala dalam pemasaran. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat dua saluran pemasaran cabai dan bawang merah dan hasil analisis efisiensi pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran pada cabai dan bawang merah di Kabupaten Aceh Besar dibukitkan dengan nilai efisiensi yaitu 2,35%, serta kurangnnya pasokan produk dari petani lokal dan berfluktuasinya harga menjadi kendala didalam pemasaran cabai dan bawang merah. Dapat diambil kesimpulan diketahui bahwa kedua jenis saluran pemasaran yang terbentuk sudah efisien.

Bawang Merah, Efisiensi Pemasaran.

Chili and onion are one of the mainstay commodity types for horticultural food, both of these commodities is constantly ceaseless.

absolutely crucial in order to deliver those harvested commodities to the consumers. This study aims to compare the marketing efficiency with its obstacles in vegetables (chilli and marketing process in the highlands (Bener Meriah) and lowland (Aceh Besar). The research was carried out in Bukit, Bener Meriah and Darussalam, Aceh Besar. The researcher applied stratified random sampling to pick the samples from farmers and snowbal

for the traders. The method analysis that has been used in this research is marketing margin analysis, efficiency marketing, farmer’s share counting and descriptive analysis to investigate the marketing channels and the obstacles in the marketing. The results of the study revealed that there are two marketing channels chili and onions. and through efficiency analysis it can be understood that the most efficient marketing is a chilli marketing channel in Aceh Besar which was proven with a value 2.35%, a lack of supply from local farmers, and the price fluctuation has been becoming the obstacles in marketing both chili and onions.

concluded that both of the formed marketing channel types are efficient. Onion, Marketing Efficiency.

SAYURAN DI DAERAH DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH

and Lowland Area)

Suyanti Kasimin1*

, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Cabai dan bawang merah merupakan salah satu jenis komoditas andalan untuk ditas ini terus meningkat. Aktivitas pemasaran sangat penting agar komoditi hasil petani dapat sampai ke tangan konsumen. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan efisiensi pemasaran dan ng merah) di daerah dataran tinggi (Kabupaten Bener Meriah) dan dataran rendah (Kabupaten Aceh Besar). Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan metode pengambilan sampel petani yang dan Snowball sampling untuk pedagang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

farmer’s share dan analisis deskriptif

kendala dalam pemasaran. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat dua saluran pemasaran cabai dan bawang merah dan hasil analisis masaran pada cabai dan bawang merah di Kabupaten Aceh Besar dibukitkan dengan nilai efisiensi yaitu 2,35%, serta kurangnnya pasokan produk dari petani lokal dan berfluktuasinya harga menjadi kendala esimpulan diketahui bahwa

Chili and onion are one of the mainstay commodity types for horticultural food, both of these commodities is constantly ceaseless. Marketing activity is absolutely crucial in order to deliver those harvested commodities to the consumers. This study aims to compare the marketing efficiency with its obstacles in vegetables (chilli and marketing process in the highlands (Bener Meriah) and lowland (Aceh Besar). The research was carried out in Bukit, Bener Meriah and Darussalam, Aceh Besar. The researcher applied stratified random sampling to pick the samples from farmers and snowball sampling for the traders. The method analysis that has been used in this research is marketing margin analysis, efficiency marketing, farmer’s share counting and descriptive analysis to investigate g. The results of the study revealed that there are two marketing channels chili and onions. and through efficiency analysis it can be understood that the most efficient marketing is a chilli marketing channel in Aceh Besar 35%, a lack of supply from local farmers, and the price fluctuation has been becoming the obstacles in marketing both chili and onions. It can be concluded that both of the formed marketing channel types are efficient.

(2)

Keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh keberhasilan pemasaran dari produk yang telah dihasilkannya. Meskipun tidak dapat berproduksi secara optimal, namun usaha tersebut tidak akan mampu meningkatkan pendapatan petani

dan dihubungkan dengan situasi pasar (Soetiarso dan Ameriana 1995; Dinas Pertanian Rakyat Provinsi daerah Tingkat I Jawa Timur, 1975). Situasi ini sangat menentukan bagi efisiensi pemasaran suatu komoditas, termasuk bawang merah dan

termasuk salah satu kegiatan perekonomian yang membantu dalam penciptaan nilai ekonomi, sedangkan nilai ekonomi itu sendiri akan menentukan harga barang dan jasa bagi individu individu. Selain itu, pemasaran juga merupakan

bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, pemasaran harus dapat menafsirkan kebutuhan-kebutuhan konsumen dan mengkombinasikannya dengan data pasar seperti lokasi konsumen, jumlah konsumen dan k

Irawan, 1983; Ameriana 1995a dan 1995b).

Keterlibatan lembaga tataniaga tersebut dapat pula menyebabkan tingginya biaya tataniaga yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga eceran (harga konsumen) dan harga pada tingkat petani (produsen) (Soetiarso, 1997). Oleh karena itu, hal penting yang harus diperhatikan dalam tataniaga adalah agar masing

benar menjalankan fungsinya dan menerima imbalan yang adil (Mubyarto 1979). Seringkal pula dikatakan bahwa tataniaga hasil pertanian di Indonesia merupakan bagian yang paling lemah dalam mata rantai perekonomian atau dalam aliran barang

bahwa efisiensi di bidang ini masih rendah. Faktor lain yang dapat mempengaruh pemasaran suatu komoditas adalah faktor kualitas.

Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Aceh yang mempunyai potensi dalam pengembangan usahatani cabai dan bawang merah, hal ini sejalan dengan kondis

kondisi iklim yang dingin dan memiliki tekstur tanah yang gembur sehingga kualitas produksi cabai dan bawang merah yang dihasilkan cukup bagus selain itu jenis tanaman holtikultura ini merupakan salah satu produk pertanian yang menjanjikan, hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat tani di Kabupaten Bener Meriah bercocok tanam atau berusahatani cabai dan bawang merah selain bercocok tanam kentang. Kondisi ini dapat memberikan harapan yang lebih baik untuk meningkatkan produksi dan pendapatan pemasaran dalam sistem agribisnis yang diinginkan. Akan tetapi banyak hal yang berbeda antara teori dan praktek, hal inilah yang banyak menjadi kendala dalam mengembangkan usahatani cabai dan bawang merah.

Daerah dataran rendah Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kawasan yang masyarakatnya masih hidup dari sektor pertanian. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh Besar tahun 2010 untuk sektor pertanian sebesar Rp 647.651,6

dan tahun 2011 sebesar Rp 666.659,02 (25,10%). Besarnya nilai PDRB yang dihasilkan dari sektor pertanian Aceh Besar ternyata sebagian besar disumbangkan oleh sub sektor tanaman pangan sebanyak Rp 399.237,40 (61,64%) pada tahun 2010 dan sebe

416.768,28 (62,52%) pada tahun 2011, sedangkan sisanya merupakan sumbangan dari sub sektor tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan (BPS, 2012).

Produksi tanaman holtikultura di Aceh pada tahun 2013 mencakup dari berbagai daerah baik itu dataran rendah maupun dataran tinggi mencapai 2.225.441 kuintal. Produksi cabai besar memberikan kontribusi paling tinggi yaitu sebesar 19.06 % dari total produksi tanaman sayuran, kemudian disusul cabe rawit dan tomat masing

16,49 % dan 15,65 % (BPS, 2013).

PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh keberhasilan pemasaran dari produk yang telah dihasilkannya. Meskipun tidak dapat berproduksi secara optimal, namun usaha tersebut tidak akan mampu meningkatkan pendapatan petani apabila tidak didukung dan dihubungkan dengan situasi pasar (Soetiarso dan Ameriana 1995; Dinas Pertanian Rakyat Provinsi daerah Tingkat I Jawa Timur, 1975). Situasi ini sangat menentukan bagi efisiensi pemasaran suatu komoditas, termasuk bawang merah dan cabai. Pada prinsipnya pemasaran termasuk salah satu kegiatan perekonomian yang membantu dalam penciptaan nilai ekonomi, sedangkan nilai ekonomi itu sendiri akan menentukan harga barang dan jasa bagi individu individu. Selain itu, pemasaran juga merupakan sebuah faktor penting dalam siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, pemasaran harus dapat kebutuhan konsumen dan mengkombinasikannya dengan data pasar seperti lokasi konsumen, jumlah konsumen dan kesukaan (preferensi) mereka (Swastha dan Irawan, 1983; Ameriana 1995a dan 1995b).

Keterlibatan lembaga tataniaga tersebut dapat pula menyebabkan tingginya biaya tataniaga yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga eceran (harga konsumen) dan pada tingkat petani (produsen) (Soetiarso, 1997). Oleh karena itu, hal penting yang harus diperhatikan dalam tataniaga adalah agar masing-masing pihak yang terlibat benar benar menjalankan fungsinya dan menerima imbalan yang adil (Mubyarto 1979). Seringkal pula dikatakan bahwa tataniaga hasil pertanian di Indonesia merupakan bagian yang paling lemah dalam mata rantai perekonomian atau dalam aliran barang-barang. Dengan kata lain bahwa efisiensi di bidang ini masih rendah. Faktor lain yang dapat mempengaruh

pemasaran suatu komoditas adalah faktor kualitas.

Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Aceh yang mempunyai potensi dalam pengembangan usahatani cabai dan bawang merah, hal ini sejalan dengan kondisi daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Bener Meriah yaitu kondisi iklim yang dingin dan memiliki tekstur tanah yang gembur sehingga kualitas produksi cabai dan bawang merah yang dihasilkan cukup bagus selain itu jenis tanaman holtikultura ini ah satu produk pertanian yang menjanjikan, hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat tani di Kabupaten Bener Meriah bercocok tanam atau berusahatani cabai dan bawang merah selain bercocok tanam kentang. Kondisi ini dapat memberikan harapan h baik untuk meningkatkan produksi dan pendapatan pemasaran dalam sistem agribisnis yang diinginkan. Akan tetapi banyak hal yang berbeda antara teori dan praktek, hal inilah yang banyak menjadi kendala dalam mengembangkan usahatani cabai dan bawang Daerah dataran rendah Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kawasan yang masyarakatnya masih hidup dari sektor pertanian. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh Besar tahun 2010 untuk sektor pertanian sebesar Rp 647.651,6

dan tahun 2011 sebesar Rp 666.659,02 (25,10%). Besarnya nilai PDRB yang dihasilkan dari sektor pertanian Aceh Besar ternyata sebagian besar disumbangkan oleh sub sektor tanaman pangan sebanyak Rp 399.237,40 (61,64%) pada tahun 2010 dan sebe

416.768,28 (62,52%) pada tahun 2011, sedangkan sisanya merupakan sumbangan dari sub sektor tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan (BPS, 2012).

Produksi tanaman holtikultura di Aceh pada tahun 2013 mencakup dari berbagai ah baik itu dataran rendah maupun dataran tinggi mencapai 2.225.441 kuintal. Produksi cabai besar memberikan kontribusi paling tinggi yaitu sebesar 19.06 % dari total produksi tanaman sayuran, kemudian disusul cabe rawit dan tomat masing

16,49 % dan 15,65 % (BPS, 2013).

Keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh keberhasilan pemasaran dari produk yang telah dihasilkannya. Meskipun tidak dapat berproduksi secara optimal, namun apabila tidak didukung dan dihubungkan dengan situasi pasar (Soetiarso dan Ameriana 1995; Dinas Pertanian Rakyat Provinsi daerah Tingkat I Jawa Timur, 1975). Situasi ini sangat menentukan bagi efisiensi cabai. Pada prinsipnya pemasaran termasuk salah satu kegiatan perekonomian yang membantu dalam penciptaan nilai ekonomi, sedangkan nilai ekonomi itu sendiri akan menentukan harga barang dan jasa bagi individu-sebuah faktor penting dalam siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, pemasaran harus dapat kebutuhan konsumen dan mengkombinasikannya dengan data pasar esukaan (preferensi) mereka (Swastha dan Keterlibatan lembaga tataniaga tersebut dapat pula menyebabkan tingginya biaya tataniaga yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga eceran (harga konsumen) dan pada tingkat petani (produsen) (Soetiarso, 1997). Oleh karena itu, hal penting yang masing pihak yang terlibat benar-benar menjalankan fungsinya dan menerima imbalan yang adil (Mubyarto 1979). Seringkali pula dikatakan bahwa tataniaga hasil pertanian di Indonesia merupakan bagian yang paling barang. Dengan kata lain bahwa efisiensi di bidang ini masih rendah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi efisiensi Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Aceh yang mempunyai potensi dalam pengembangan usahatani cabai dan bawang merah, i daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Bener Meriah yaitu kondisi iklim yang dingin dan memiliki tekstur tanah yang gembur sehingga kualitas produksi cabai dan bawang merah yang dihasilkan cukup bagus selain itu jenis tanaman holtikultura ini ah satu produk pertanian yang menjanjikan, hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat tani di Kabupaten Bener Meriah bercocok tanam atau berusahatani cabai dan bawang merah selain bercocok tanam kentang. Kondisi ini dapat memberikan harapan h baik untuk meningkatkan produksi dan pendapatan pemasaran dalam sistem agribisnis yang diinginkan. Akan tetapi banyak hal yang berbeda antara teori dan praktek, hal inilah yang banyak menjadi kendala dalam mengembangkan usahatani cabai dan bawang Daerah dataran rendah Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kawasan yang masyarakatnya masih hidup dari sektor pertanian. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh Besar tahun 2010 untuk sektor pertanian sebesar Rp 647.651,61 (25,69%) dan tahun 2011 sebesar Rp 666.659,02 (25,10%). Besarnya nilai PDRB yang dihasilkan dari sektor pertanian Aceh Besar ternyata sebagian besar disumbangkan oleh sub sektor tanaman pangan sebanyak Rp 399.237,40 (61,64%) pada tahun 2010 dan sebesar Rp 416.768,28 (62,52%) pada tahun 2011, sedangkan sisanya merupakan sumbangan dari sub sektor tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan (BPS, 2012).

Produksi tanaman holtikultura di Aceh pada tahun 2013 mencakup dari berbagai ah baik itu dataran rendah maupun dataran tinggi mencapai 2.225.441 kuintal. Produksi cabai besar memberikan kontribusi paling tinggi yaitu sebesar 19.06 % dari total produksi tanaman sayuran, kemudian disusul cabe rawit dan tomat masing-masing sebesar

(3)

Dapat dilihat dari luas tanam, luas panen dan produksi cabai di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar dari tahun 2009 sampai tahun 2013, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Cabai di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

Tahun

Luas Tanam (Ha) Bener meriah 2009 505 2010 874 2011 584 2012 1084 2013 410

Sumber : Badan Statistik Provinsi Aceh , 2014.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat prospek pengembangan usahatani cabai di Kabupaten Bener Meriah dari tahun 2009

peningkatan produksi masing

Kabupaten Aceh Besar mengalami fluktuasi produksi dan angka produksi lebih kecil dibandingkan dengan hasil produksi cabai di Kabupaten Bener meriah karena luas lahan yang ditanam lebih luas di Kabupaten Bener Meriah. Sedangkan pada tahun 2012 dan tahun 2013 mengalami penurunan produksi cabai di Kabupaten Bener Meriah.

Selain cabai, bawang merah juga termasuk

prospektif dikembangkan di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Produksi Bawang Merah di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009-2013.

No Kabupaten

1 Bener Meriah 2.229 ton 2 Aceh Besar 2.001 ton

Sumber : Badan Statistik Provinsi Aceh , 2013

Tabel 2 menunjukkan

Kabupaten Aceh Besar dimana produksi tertinggi pada tahun 2009 dengan total produksi sebesar 2.229 ton dan 2.001 ton dengan selisih sebesar 228 ton. Produksi terendah pada tahun 2013 dengan total produksi sebesar 996 ton dan 687 ton.

Kedua daerah tersebut, hasil pertanian utama yang diusahakan oleh masyarakat tani adalah tanaman holtikultura baik itu tanaman palawija, sayuran

lain. Walaupun demikian dalam upaya peningkatan

masih tetap dihadapi oleh petani antara lain : tingkat kestabilan harga, keterbatasan modal, luas garapan serta hal lainnya yang belum bisa dicapai oleh petani.

mengetahui manakah yang lebih

di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar dan kendala

pemasaran sayur-sayuran (cabai dan bawang merah) di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar.

Dapat dilihat dari luas tanam, luas panen dan produksi cabai di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar dari tahun 2009 sampai tahun 2013, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Cabai di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009-2013.

Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Aceh Besar Bener

meriah Aceh Besar 450 439 405 410 630 298 501 943 386 523 998 449 495 490 405

Sumber : Badan Statistik Provinsi Aceh , 2014.

Tabel 1 dapat dilihat prospek pengembangan usahatani cabai di Kabupaten Bener Meriah dari tahun 2009-2011 mengalami peningkatan produksi dengan jumlah peningkatan produksi masing-masing sebesar 981 ton dan 5.933 ton sedangkan di mengalami fluktuasi produksi dan angka produksi lebih kecil dibandingkan dengan hasil produksi cabai di Kabupaten Bener meriah karena luas lahan yang ditanam lebih luas di Kabupaten Bener Meriah. Sedangkan pada tahun 2012 dan tahun

nurunan produksi cabai di Kabupaten Bener Meriah.

Selain cabai, bawang merah juga termasuk jenis tanaman holtikultura yang prospektif dikembangkan di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Produksi Bawang Merah di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar 2013.

Tahun

2009 2010 2011 2012

2.229 ton 1.361 ton 1.347 ton 1.565 ton 2.001 ton 867 ton 976 ton 1103 ton

Sumber : Badan Statistik Provinsi Aceh , 2013.

Tabel 2 menunjukkan produksi bawang merah di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar dimana produksi tertinggi pada tahun 2009 dengan total produksi sebesar 2.229 ton dan 2.001 ton dengan selisih sebesar 228 ton. Produksi terendah pada tahun

i sebesar 996 ton dan 687 ton.

Kedua daerah tersebut, hasil pertanian utama yang diusahakan oleh masyarakat tani adalah tanaman holtikultura baik itu tanaman palawija, sayuran

lain. Walaupun demikian dalam upaya peningkatan pendapatan usahatani, kendala lain yang masih tetap dihadapi oleh petani antara lain : tingkat kestabilan harga, keterbatasan modal, luas garapan serta hal lainnya yang belum bisa dicapai oleh petani.

mengetahui manakah yang lebih efisien pemasaran sayur-sayuran (cabai dan bawang merah) di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar dan kendala

sayuran (cabai dan bawang merah) di Kabupaten Bener Meriah dan Dapat dilihat dari luas tanam, luas panen dan produksi cabai di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar dari tahun 2009 sampai tahun 2013, untuk lebih jelasnya Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Cabai di Kabupaten Bener Meriah dan

Produksi (Ton) Bener meriah Aceh Besar 2.142 1.899 3.123 1.515 9.055 2.030 8.972 2.254 6.954 1.891 Tabel 1 dapat dilihat prospek pengembangan usahatani cabai di Kabupaten

2011 mengalami peningkatan produksi dengan jumlah masing sebesar 981 ton dan 5.933 ton sedangkan di mengalami fluktuasi produksi dan angka produksi lebih kecil dibandingkan dengan hasil produksi cabai di Kabupaten Bener meriah karena luas lahan yang ditanam lebih luas di Kabupaten Bener Meriah. Sedangkan pada tahun 2012 dan tahun

nurunan produksi cabai di Kabupaten Bener Meriah.

jenis tanaman holtikultura yang prospektif dikembangkan di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar untuk lebih Tabel 2. Produksi Bawang Merah di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar

2012 2013

1.565 ton 996 ton 1103 ton 687 ton

produksi bawang merah di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar dimana produksi tertinggi pada tahun 2009 dengan total produksi sebesar 2.229 ton dan 2.001 ton dengan selisih sebesar 228 ton. Produksi terendah pada tahun Kedua daerah tersebut, hasil pertanian utama yang diusahakan oleh masyarakat tani adalah tanaman holtikultura baik itu tanaman palawija, sayuran–sayuran, dan lain-pendapatan usahatani, kendala lain yang masih tetap dihadapi oleh petani antara lain : tingkat kestabilan harga, keterbatasan modal, luas garapan serta hal lainnya yang belum bisa dicapai oleh petani. Untuk sayuran (cabai dan bawang merah) di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar dan kendala-kendala dalam sayuran (cabai dan bawang merah) di Kabupaten Bener Meriah dan

(4)

Metode pengambilan sampel petani yang digunakan dalam penelitian ini adalah

stratified random sampling

responden lembaga pemasaran ditentukan dengan metode bola salju (

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula

kemudian sampel ini disuruh memilih teman

2001). Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak

dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk kuantitatif, diolah di lapangan dilakukan bersama-sama dengan kegiatan pengumpulan data.

Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut :

Analisis Marjin Pemasaran

Untuk menghitung jumlah margin pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut : M = Hp

Dimana :

M = Margin Pemasaran Hb = Harga Pembelian Hp = Harga Penjualan

Anlisis Efisiensi Pemasaran

Menurut soekartawi (2002

pemasaran yang terlibat dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Eps =

Keterangan :

Ep = Efisiensi Pemasaran Bp = Biaya Pemasaran HE = Harga Eceran

Dengan kaedah keputusan : 1. Ep < 50% : efisien 2. Ep > 50% : tidak efisien

Analisis Bagian Harga Yang di Terima Oleh Petani ( Farmer’s share)

Untuk menghitung bagian harga yang diterima petani bisa dihitung sebagai berikut :

FS = Pf / Pr x 100% ... (Gultom, 1996) Keterangan :

FS = Farmer’s share

Pf = Harga ditingkat petani

Pr = Harga ditingkat lembaga pemasaran

Karakteritik Responden

Karakteristik yang diambil dari petani dan pedagang cabai dan bawang merah dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman dan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki petani dan pedagang cabai dan bawang merah. Karakteristik responden merupakan gambaran tentang kondisi responden yang diteliti. Beberapa karakteristik

METODE PENELITIAN

Metode pengambilan sampel petani yang digunakan dalam penelitian ini adalah

stratified random sampling karena luas lahan garapan petani yang heterogen dan pengambilan

responden lembaga pemasaran ditentukan dengan metode bola salju (

adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2001). Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Data yang dikumpulkan

am penelitian ini adalah data dalam bentuk kuantitatif, diolah di lapangan sama dengan kegiatan pengumpulan data.

Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sebagai

Analisis Marjin Pemasaran

Untuk menghitung jumlah margin pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut : M = Hp – Hb ... (Hanafiah dan Saefuddin, 1986)

ensi Pemasaran

soekartawi (2002) untuk menghitung efisiensi pemasaran disetiap lembaga pemasaran yang terlibat dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Eps =୆୮

ୌ୉ x 100% ... (Soekartawi, 2002)

Dengan kaedah keputusan : Ep < 50% : efisien Ep > 50% : tidak efisien

Analisis Bagian Harga Yang di Terima Oleh Petani ( Farmer’s share)

Untuk menghitung bagian harga yang diterima petani bisa dihitung Pf / Pr x 100% ... (Gultom, 1996)

= Harga ditingkat petani

= Harga ditingkat lembaga pemasaran

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik yang diambil dari petani dan pedagang cabai dan bawang merah dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman dan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki petani dan pedagang cabai dan bawang merah. Karakteristik responden erupakan gambaran tentang kondisi responden yang diteliti. Beberapa karakteristik Metode pengambilan sampel petani yang digunakan dalam penelitian ini adalah karena luas lahan garapan petani yang heterogen dan pengambilan responden lembaga pemasaran ditentukan dengan metode bola salju (snowball sampling). mula jumlahnya kecil, temannya untuk dijadikan sampel (Sugiyono, Data yang dikumpulkan am penelitian ini adalah data dalam bentuk kuantitatif, diolah di lapangan dan analisis data Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sebagai

Untuk menghitung jumlah margin pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut : ... (Hanafiah dan Saefuddin, 1986)

) untuk menghitung efisiensi pemasaran disetiap lembaga x 100% ... (Soekartawi, 2002)

Analisis Bagian Harga Yang di Terima Oleh Petani ( Farmer’s share)

Untuk menghitung bagian harga yang diterima petani bisa dihitung dengan rumus

Karakteristik yang diambil dari petani dan pedagang cabai dan bawang merah dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman dan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki petani dan pedagang cabai dan bawang merah. Karakteristik responden erupakan gambaran tentang kondisi responden yang diteliti. Beberapa karakteristik

(5)

berpengaruh terhadap kemampuan petani dan pedagang dalam berfikir dan mengambil keputusan sehubungan dengan usahatani dan kegiatan pemasaran cabai dan bawang merah agar dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

Berikut karakteristik petani dan pedagang cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 3 :

Tabel 3. Karakteristik Petani dan

Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

No Karakteristik Petani 1. Umur (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun ) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa)

Rata-rata luas lahan (Ha)

Karakteristik Pedagang 2. Umur (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) Volume Dagang (kg) a.Pedagang Pengumpul Kecamatan

b. Pedagang Besar Antar Kota

c.Pedagang Pengecer

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

berpengaruh terhadap kemampuan petani dan pedagang dalam berfikir dan mengambil keputusan sehubungan dengan usahatani dan kegiatan pemasaran cabai dan bawang merah

meningkatkan pendapatan keluarga.

Berikut karakteristik petani dan pedagang cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dapat Tabel 3. Karakteristik Petani dan Pedagang Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Bukit

Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Karakteristik Petani Bener Meriah Petani Cabai Petani Bawang Merah Petani Cabai 46 47 48 Tingkat Pendidikan 13 11 9 Pengalaman (Tahun) 12 12 12 Jumlah Tanggungan 4 4 4

rata luas lahan (Ha) 0,49 0,37 0,38

Karakteristik Pedagang Pedagang Cabai Pedagang Bawang Merah Pedagang Cabai 45 47 46 Tingkat Pendidikan 11 12 11 Pengalaman (Tahun) 8 9 9 Jumlah Tanggungan 4 5 4 Volume Dagang (kg) 4.000 5.000 4.000 a.Pedagang Pengumpul b. Pedagang Besar Antar

1.500 2.500 1.500

c.Pedagang Pengecer 12 30 12

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

berpengaruh terhadap kemampuan petani dan pedagang dalam berfikir dan mengambil keputusan sehubungan dengan usahatani dan kegiatan pemasaran cabai dan bawang merah Berikut karakteristik petani dan pedagang cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dapat h di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Aceh Besar Petani Cabai Petani Bawang Merah 45 9 12 4 0,29 Pedagang Cabai Pedagang Bawang Merah 46 12 10 3 4.000 5.000 1.500 2.500 30

(6)

Dapat dilihat pada Tabel 3

Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar rata-rata berumur diatas 45 tahun, artinya pada umur tersebut petani dan pedagang sudah mempunyai kemampuan

usahataninya dapat memberikan keuntungan dan pedagang masih produktif dalam bekerja. Tingkat pendidikan petani dan pedagang rata

berpendidikan setingkat SLTP

12 tahun, dinilai sudah cukup berpengalaman dan rata sebanyak 4 jiwa.

Saluran Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Daerah Penelitian Berdasarkan hasil pengamata

cabai maupun bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu per satu dalam uraian dibawah ini:

Saluran pemasaran yang pertama terdiri dari dua mata rantai pemasaran, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Gambar 1. Bagan saluran pemasaran I pada komoditi cabai Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Keca

Pemasaran cabai dan bawang merah pada saluran I

panennya ke pasar terdekat dari lahan petani dan

pengumpul. Pedagang pengumpul menjual cabai dan bawang merah yang dibeli dari petani kepada pedagang Besar, dan kebanyakan pedagang besar yang membeli cabai dan bawang merah itu adalah pedagang yang berjualan di di ti

tidak perlu membawa barang dagangannya keluar dari pasar

berlangsung di pasar yang sama. Pedagang besar lalu membawa cabai dan bawang merah yang dibeli di pasar kabupaten dan dibawa ke

sampai ke tangan konsumen.

pemasaran yaitu pedagang pengumpul Kecamatan dan pedagang pengecer Kecamatan. \

Gambar 2. Bagan saluran pemasaran II pada komod

di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam

Saluran pemasaran yang kedua, hasil panen petani di pasarkan langsung ke pasar terdekat dan di sana hasil panen para petani ditampung langsung oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul akan menjual lagi barang dagangannya kepada para pedag pengumpul yang biasanya berjualan di sekitar pasar simpang tiga dan pasar lambaro maupun para pedagang pengumpul ini akan menjual kembali cabai dan bawang merahnya yang sudah

Petani Pedagang

Pengumpul

Petani Pedagang Pengumpul

Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa petani dan pedagang cabai maupun bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh rata berumur diatas 45 tahun, artinya pada umur tersebut petani dan pedagang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir dan mengambil keputusan agar kegiatan usahataninya dapat memberikan keuntungan dan pedagang masih produktif dalam bekerja. Tingkat pendidikan petani dan pedagang rata-rata 9 sampai 13 tahun, artinya mereka berpendidikan setingkat SLTP dan SMA. Rata-rata pengalaman petani dan pedagang sudah 12 tahun, dinilai sudah cukup berpengalaman dan rata-rata jumlah tanggungan keluarga

Saluran Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terdapat dua jenis saluran pemasaran baik cabai maupun bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu per satu dalam

pemasaran yang pertama terdiri dari dua mata rantai pemasaran, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Gambar 1. Bagan saluran pemasaran I pada komoditi cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh

(Tahun 2016)

Pemasaran cabai dan bawang merah pada saluran I, petani membawa langsung hasil panennya ke pasar terdekat dari lahan petani dan kemudian disana dijual kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjual cabai dan bawang merah yang dibeli dari petani kepada pedagang Besar, dan kebanyakan pedagang besar yang membeli cabai dan bawang merah itu adalah pedagang yang berjualan di di tingkat provinsi, para pedagang pengumpul tidak perlu membawa barang dagangannya keluar dari pasar karena transaksi jual beli juga berlangsung di pasar yang sama. Pedagang besar lalu membawa cabai dan bawang merah yang dibeli di pasar kabupaten dan dibawa ke provinsi dan kemudian dipasarkan hingga sampai ke tangan konsumen. Saluran pemasaran kedua hanya terdiri dari tiga rantai pemasaran yaitu pedagang pengumpul Kecamatan dan pedagang pengecer Kecamatan.

Gambar 2. Bagan saluran pemasaran II pada komoditi cabai dan bawang merah Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam

Kabupaten Aceh Besar (Tahun, 2016)

Saluran pemasaran yang kedua, hasil panen petani di pasarkan langsung ke pasar terdekat dan di sana hasil panen para petani ditampung langsung oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul akan menjual lagi barang dagangannya kepada para pedag pengumpul yang biasanya berjualan di sekitar pasar simpang tiga dan pasar lambaro maupun para pedagang pengumpul ini akan menjual kembali cabai dan bawang merahnya yang sudah

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar Antar Kota Pedagang Besar Antar Kota Pedagang Pengecer

bahwa petani dan pedagang cabai maupun bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh rata berumur diatas 45 tahun, artinya pada umur tersebut petani dan pedagang dalam berfikir dan mengambil keputusan agar kegiatan usahataninya dapat memberikan keuntungan dan pedagang masih produktif dalam bekerja. rata 9 sampai 13 tahun, artinya mereka rata pengalaman petani dan pedagang sudah rata jumlah tanggungan keluarga

Saluran Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Daerah Penelitian

n di lapangan terdapat dua jenis saluran pemasaran baik cabai maupun bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu per satu dalam

pemasaran yang pertama terdiri dari dua mata rantai pemasaran, yaitu

dan bawang merah di Kecamatan matan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

, petani membawa langsung hasil kemudian disana dijual kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjual cabai dan bawang merah yang dibeli dari petani kepada pedagang Besar, dan kebanyakan pedagang besar yang membeli cabai dan bawang ngkat provinsi, para pedagang pengumpul karena transaksi jual beli juga berlangsung di pasar yang sama. Pedagang besar lalu membawa cabai dan bawang merah provinsi dan kemudian dipasarkan hingga

Saluran pemasaran kedua hanya terdiri dari tiga rantai pemasaran yaitu pedagang pengumpul Kecamatan dan pedagang pengecer Kecamatan.

iti cabai dan bawang merah Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam

Saluran pemasaran yang kedua, hasil panen petani di pasarkan langsung ke pasar terdekat dan di sana hasil panen para petani ditampung langsung oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul akan menjual lagi barang dagangannya kepada para pedagang pengumpul yang biasanya berjualan di sekitar pasar simpang tiga dan pasar lambaro maupun para pedagang pengumpul ini akan menjual kembali cabai dan bawang merahnya yang sudah

Konsumen

(7)

dibelinya kepada para pedagang pengencer yang kemudian akan menjualnya lagi

akhirnya cabai dan bawang merah dapat sampai ke tangan konsumen akhir untuk di konsumsi.

Analisis Biaya Pemasaran Pada Usahatani Cabai dan Bawang merah

Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan petani dan pedagang selama kegiatan pemasaran berlangsung. Biaya pemasaran cabai dan bawang merah yang dikeluarkan meliputi biaya transportasi, biaya susut, biaya pengemasan dan biaya restribusi. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada Tabel 4.

Pada Tabel 4 menunjukkan biaya pemasaran paling tinggi ada pada tingkat pedagang pengecer karena volume dagangnya sedikit sehingga pembagian pada biaya restribusi yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer lebih tinggi.

tingkat pedagang pengumpul. Rata

maupun pedagang bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah yaitu masing masing sebesar Rp 521,6 dan Rp 484, sedangkan

pedagang cabai maupun pedagang bawang merah di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yaitu masing-masing sebesar Rp 534,4 dan Rp 508,6 yang meliputi biaya transportasi, pengemasan biaya penyusutan dan biaya re

Tabel 4. Total Biaya Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

No Lembaga Pemasaran

1 Pedagang Pengumpul Kecamatan

2 Pedagang Besar Antar Kota

3 Pedagang Pengecer Rata-rata

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

Komparasi Margin Pemasaran dan Profit Margin Usahatani Cabai dan Bawang Merah di Tiap Lembaga Pemasaran

Margin pemasaran cabai dan bawang merah adalah selisih harga jual dan harga beli cabai dan bawang merah pada tingkat petani,

besar luar kecamatan dan pedagang pengecer cabai dan bawang merah. Profit margin merupakan selisih antara margin pemasaran dengan biaya pemasaran cabai dan bawang merah. Untuk melihat jumlah perbandingan margin pemasa

Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yang diperoleh pada saluran pemasaran pertama dan saluran k

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat harga jual setiap lembaga pemas

saluran I dan II di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah dibandingkan dengan harga jual cabai di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan selisih harga Rp 2000/Kg. Saluran pemasaran I

akhirnya sampai kepada konsumen akhir. Dari pedagang pengumpul, cabai langsung ke pedagang besar, harga jual cabai oleh petani di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah akibat rendahnya kemampuan dalam tawar menawar sehingga pi

selalu mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila hasil produksi cabai di Kecamatan

dibelinya kepada para pedagang pengencer yang kemudian akan menjualnya lagi

akhirnya cabai dan bawang merah dapat sampai ke tangan konsumen akhir untuk di Analisis Biaya Pemasaran Pada Usahatani Cabai dan Bawang merah

Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan petani dan pedagang selama kegiatan pemasaran berlangsung. Biaya pemasaran cabai dan bawang merah yang dikeluarkan meliputi biaya transportasi, biaya susut, biaya pengemasan dan biaya restribusi. Untuk lebih

dilihat pada Tabel 4.

Pada Tabel 4 menunjukkan biaya pemasaran paling tinggi ada pada tingkat pedagang pengecer karena volume dagangnya sedikit sehingga pembagian pada biaya restribusi yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer lebih tinggi. Biaya pemasaran paling rendah ada pada tingkat pedagang pengumpul. Rata-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang cabai maupun pedagang bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah yaitu masing masing sebesar Rp 521,6 dan Rp 484, sedangkan rata-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang cabai maupun pedagang bawang merah di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh masing sebesar Rp 534,4 dan Rp 508,6 yang meliputi biaya transportasi, pengemasan biaya penyusutan dan biaya restribusi.

Tabel 4. Total Biaya Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Lembaga Pemasaran

Total Biaya Pemasaran(Rp/Kg) Bener Meriah Cabai (Rp/Kg) Bawang Merah (Rp/Kg) Cabai (Rp/Kg) Pedagang Pengumpul 169,6 148,2 170,0

Pedagang Besar Antar

561,9 568,2 499,9

Pedagang Pengecer 833,3 735,5 933,3

521,6 484,0 534,4

(Diolah), 2016

Komparasi Margin Pemasaran dan Profit Margin Usahatani Cabai dan Bawang Merah di Tiap Lembaga Pemasaran

Margin pemasaran cabai dan bawang merah adalah selisih harga jual dan harga beli cabai dan bawang merah pada tingkat petani, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar luar kecamatan dan pedagang pengecer cabai dan bawang merah. Profit margin merupakan selisih antara margin pemasaran dengan biaya pemasaran cabai dan bawang Untuk melihat jumlah perbandingan margin pemasaran cabai di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yang diperoleh pada saluran pemasaran pertama dan saluran kedua dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat harga jual setiap lembaga pemas

saluran I dan II di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah dibandingkan dengan harga jual cabai di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan selisih harga Rp 2000/Kg. Saluran pemasaran I hanya melalui dua saluran pemasar

akhirnya sampai kepada konsumen akhir. Dari pedagang pengumpul, cabai langsung ke

harga jual cabai oleh petani di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah akibat rendahnya kemampuan dalam tawar menawar sehingga pi

selalu mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila hasil produksi cabai di Kecamatan

dibelinya kepada para pedagang pengencer yang kemudian akan menjualnya lagi hingga akhirnya cabai dan bawang merah dapat sampai ke tangan konsumen akhir untuk di Analisis Biaya Pemasaran Pada Usahatani Cabai dan Bawang merah

Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan petani dan pedagang selama kegiatan pemasaran berlangsung. Biaya pemasaran cabai dan bawang merah yang dikeluarkan meliputi biaya transportasi, biaya susut, biaya pengemasan dan biaya restribusi. Untuk lebih Pada Tabel 4 menunjukkan biaya pemasaran paling tinggi ada pada tingkat pedagang pengecer karena volume dagangnya sedikit sehingga pembagian pada biaya restribusi yang Biaya pemasaran paling rendah ada pada rata biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang cabai maupun pedagang bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah yaitu masing-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang cabai maupun pedagang bawang merah di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh masing sebesar Rp 534,4 dan Rp 508,6 yang meliputi biaya transportasi, Tabel 4. Total Biaya Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten

Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Total Biaya Pemasaran(Rp/Kg)

Aceh Besar Cabai (Rp/Kg) Bawang Merah (Rp/Kg) 170,0 139,2 499,9 520,2 933,3 866,5 534,4 508,6

Komparasi Margin Pemasaran dan Profit Margin Usahatani Cabai dan Bawang Merah

Margin pemasaran cabai dan bawang merah adalah selisih harga jual dan harga beli pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar luar kecamatan dan pedagang pengecer cabai dan bawang merah. Profit margin merupakan selisih antara margin pemasaran dengan biaya pemasaran cabai dan bawang ran cabai di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yang diperoleh

edua dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat harga jual setiap lembaga pemasaran cabai pada saluran I dan II di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah dibandingkan dengan harga jual cabai di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan selisih

hanya melalui dua saluran pemasaran saja sebelum akhirnya sampai kepada konsumen akhir. Dari pedagang pengumpul, cabai langsung ke

harga jual cabai oleh petani di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah akibat rendahnya kemampuan dalam tawar menawar sehingga pihak pedagang selalu mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila hasil produksi cabai di Kecamatan

(8)

Bukit Kabupaten Bener Meriah dijual kembali di luar Kabupaten dengan harga yang lebih tinggi.

Tabel 5. Perbandingan Margin Pemasaran dan Profit Margin Ca

Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Pada Saluran I

LembagaPemasaran

Saluran I

Pedagang Pengumpul Kecamatan

Pedagang Besar Antar Kota Harga Beli Konsumen Margin Pemasaran

Saluran II

Pedagang Pengumpul Kecamatan

Pedagang Besar Antar Kota Pedagang Pengecer

Harga Beli Konsumen Margin Pemasaran

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

Tabel 6. Perbandingan Margin Pemasaran dan

Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Pada Saluran I dan Saluran II

Lembaga Pemasaran

Saluran I

Pedagang Pengumpul Kecamatan

Pd. Besar Antar Kota Harga Beli Konsumen Margin Pemasaran

Saluran II

Pedagang Pengumpul Kecamatan

Pd. Besar Antar Kota Pedagang Pengecer Harga Beli Konsumen Margin Pemasaran

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

Bukit Kabupaten Bener Meriah dijual kembali di luar Kabupaten dengan harga yang lebih Tabel 5. Perbandingan Margin Pemasaran dan Profit Margin Cabai di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Pada

Bener Meriah Aceh Besar

Harga Beli (Rp/kg) Profit Margin (Rp) Harga Beli (Rp/kg) 18.000 11.830,4 20.000

Pedagang Besar Antar Kota 30.000 14.408,4 28.000 45.000

27.000

18.000 11.830,4 20.000

Pedagang Besar Antar Kota 30.000 7.408,4 28.000

38.000 9.166,7 38.000

48.000 30.000

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

Tabel 6. Perbandingan Margin Pemasaran dan Profit Margin Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Pada Saluran I dan Saluran II

Bener Meriah Harga Beli (Rp/kg) Profit Margin (Rp) Harga Beli (Rp/kg) 13.000 6.851,8 16.000 20.000 14.431,8 23.000 35.000 22.000 13.000 6.851,8 16.000 20.000 7.431,8 23.000 28.000 9.264,5 33.000 38.000 25.000

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

Bukit Kabupaten Bener Meriah dijual kembali di luar Kabupaten dengan harga yang lebih bai di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Pada

Aceh Besar Harga Beli (Rp/kg) Profit Margin (Rp) 7.830,0 21.500,1 50.000 30.000 7.830,0 9.500,1 14.066,7 53.000 33.000

Profit Margin Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Aceh Besar Harga Beli (Rp/kg) Profit Margin (Rp) 16.000 6.860,8 23.000 16.479,8 40.000 24.000 16.000 6.860,8 23.000 9.479,8 33.000 11.133,5 45.000 29.000

(9)

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat harga jual setiap lembaga pemasaran bawang merah pada saluran I dan II di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah dibandingkan dengan harga jual bawang merah di di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar deng selisih harga Rp 3000/Kg. Pada saluran pemasaran I

saja sebelum akhirnya sampai kepada konsumen akhir. Dari Agen, bawang merah langsung ke Pedagang Besar, harga jual bawang merah oleh petani di Kecamatan Bukit Kabupat Bener Meriah lebih rendah akibat rendahnya kemampuan dalam tawar menawar sehingga pihak pedagang selalu mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila hasil produksi bawang di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dijual kembali di luar Kabupaten dengan harga yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang, keuntungan (profit margin), serta

maka profit margin tertinggi untuk bawang merah adalah pada saluran pemasaran saluran I di tingkat pedagang besar antar kota yaitu masing

hasil perhitungan maka dapat diketahui bahwa

share margin pada setiap saluran pemasaran cabai dan bawang merah di daerah penelitian berbeda-beda. Bila terjadi kelangkaan produksi cabai maupun bawang merah di daerah penelitian pedagang membeli cabai dan bawang

Tengah dan Sumatera Utara.

Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Usahatani Cabai dan Bawang Merah

Kegiatan pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam pertanian. Jika kegiatan pemasaran berjalan dengan baik,

pemasaran merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja pemasaran suatu produk. Untuk mengetahui apakah sistem pemasaran yang dilakukan pada saluran I dan saluran II sudah efisien atau belum, maka dapat dihitung tingkat efisiensi nya dengan cara membandingkan margin pemasaran atau total biaya pemasaran dengan nilai produksi cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Jika nilai EP > 50% maka sistem pemasaran cabai dan bawang merah dinilai tidak efisien dan jika nilai EP < atau = 50% maka sistem pemasaran cabai dan bawang merah dinilai efisien.

Perhitungan efisiensi pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Nilai Efisiensi Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Buk

Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada Saluran I dan II Wilayah Komoditi Bener Meriah Cabai Bawang Merah Aceh Besar Cabai Bawang Merah

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa

biaya pemasaran yang paling kecil, saluran yang paling rendah dan rasio biaya/nilai produk.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat harga jual setiap lembaga pemasaran bawang merah pada saluran I dan II di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah dibandingkan dengan harga jual bawang merah di di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar deng selisih harga Rp 3000/Kg. Pada saluran pemasaran I hanya melalui dua saluran pemasaran saja sebelum akhirnya sampai kepada konsumen akhir. Dari Agen, bawang merah langsung

harga jual bawang merah oleh petani di Kecamatan Bukit Kabupat Bener Meriah lebih rendah akibat rendahnya kemampuan dalam tawar menawar sehingga pihak pedagang selalu mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila hasil produksi bawang di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dijual kembali di luar Kabupaten

an harga yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang, keuntungan (profit margin), serta Price spread dan share margin pada setiap saluran yang ada maka profit margin tertinggi untuk bawang merah adalah pada saluran pemasaran saluran I di tingkat pedagang besar antar kota yaitu masing-masing sebesar Rp 16.479,8/Kg. Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diketahui bahwa jumlah biaya pemasaran,

pada setiap saluran pemasaran cabai dan bawang merah di daerah penelitian

Bila terjadi kelangkaan produksi cabai maupun bawang merah di daerah penelitian pedagang membeli cabai dan bawang merah dari pedagang di Gayo lues , Aceh Tengah dan Sumatera Utara.

Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Usahatani Cabai dan Bawang Merah

Kegiatan pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam pertanian. Jika kegiatan pemasaran berjalan dengan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Efisiensi pemasaran merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja pemasaran suatu produk. Untuk mengetahui apakah sistem pemasaran yang dilakukan pada saluran I dan en atau belum, maka dapat dihitung tingkat efisiensi nya dengan cara membandingkan margin pemasaran atau total biaya pemasaran dengan nilai produksi cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam sar. Jika nilai EP > 50% maka sistem pemasaran cabai dan bawang merah dinilai tidak efisien dan jika nilai EP < atau = 50% maka sistem pemasaran cabai dan bawang merah dinilai efisien.

Perhitungan efisiensi pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat Tabel 7. Nilai Efisiensi Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Buk

Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada Saluran I

Komoditi Saluran Pemasaran Efisiensi Pemasaran (EP) Cabai I 1,69% II 3,32% Bawang Merah I 2,05% II 3,92% Cabai I 1,43% II 2,92% Bawang Merah I 1,57% II 3,49%

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa efisiensi pemasaran dapat disimpulkan dari biaya pemasaran yang paling kecil, saluran yang paling rendah dan rasio biaya/nilai produk.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat harga jual setiap lembaga pemasaran bawang merah pada saluran I dan II di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah dibandingkan dengan harga jual bawang merah di di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan

hanya melalui dua saluran pemasaran saja sebelum akhirnya sampai kepada konsumen akhir. Dari Agen, bawang merah langsung

harga jual bawang merah oleh petani di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah lebih rendah akibat rendahnya kemampuan dalam tawar menawar sehingga pihak pedagang selalu mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila hasil produksi bawang di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dijual kembali di luar Kabupaten

Berdasarkan hasil perhitungan biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang, pada setiap saluran yang ada maka profit margin tertinggi untuk bawang merah adalah pada saluran pemasaran saluran I di masing sebesar Rp 16.479,8/Kg. Berdasarkan jumlah biaya pemasaran, Price spread dan pada setiap saluran pemasaran cabai dan bawang merah di daerah penelitian

Bila terjadi kelangkaan produksi cabai maupun bawang merah di daerah merah dari pedagang di Gayo lues , Aceh

Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Usahatani Cabai dan Bawang Merah

Kegiatan pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam pertanian. Jika kegiatan maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Efisiensi pemasaran merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja pemasaran suatu produk. Untuk mengetahui apakah sistem pemasaran yang dilakukan pada saluran I dan en atau belum, maka dapat dihitung tingkat efisiensi nya dengan cara membandingkan margin pemasaran atau total biaya pemasaran dengan nilai produksi cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam sar. Jika nilai EP > 50% maka sistem pemasaran cabai dan bawang merah dinilai tidak efisien dan jika nilai EP < atau = 50% maka sistem pemasaran cabai dan Perhitungan efisiensi pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat Tabel 7. Nilai Efisiensi Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada Saluran I

Efisiensi Pemasaran

Rata-rata

2.74%

2.35%

efisiensi pemasaran dapat disimpulkan dari biaya pemasaran yang paling kecil, saluran yang paling rendah dan rasio biaya/nilai produk.

(10)

Hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran cabai maupun bawang merah sudah efisien namun jika memband

pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan nilai rata-rata efisiensi pemasaran yaitu sebesar 2,35%, dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran

dengan Kabupaten Bener Meriah.

atau = 50% maka saluran tersebut dinilai efisien.

Analisis Bagian Harga Yang di Terima Oleh Petani ( Farmer’s share

Bagian harga yang diterima petani (

harga di tingkat lembaga pemasaran yang dinyatakan dengan persentase (%). Perhitungan Farmer’s share petani cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meria dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada saluran I dan II dap

Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Farmer’s Share Petani Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Wilayah Komoditi Bener Meriah Cabai Bawang Merah Aceh Besar Cabai Bawang Merah

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata

dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar masing

sebanyak 60% didapatkan oleh pedagang perantara dan pedagang pengecer.

Kendala-Kendala Dalam Pemasaran Cabai dan Bawang merah di Daerah Penelitian

Adapun kendala-kendala yang dihadapi pedagang dalam pemasaran cabai dan bawang merah yaitu :

1. Sering terjadi kekurangan pasokan cabai dan bawang merah dari petani lokal, maka petani harus mendatangkan pasokan cabai dan bawang merah dari luar kota seperti dari Gayo Lues, Aceh Tengah dan Sumatera Utara, sehingga biaya pemasaran yang di keluarkan oleh pedagang perantara akan semakin bertambah karena faktor jauhnya jarak yang ditempuh.

2. Harga cabai dan bawang merah yang berfluktuasi, yaitu harga jual cabai di tingkat petani berkisar Rp 5000/Kg sampai Rp 35.000/Kg dan harga jual bawang merah di tingkat petani berkisar Rp 7.000/Kg

dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu, bahkan perhari, atau dapat terjadi dalam jangka panjang.

Hasil penelitian dapat diambil kesimpulan

di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamat

Besar dinilai sama-sama sudah efisien, namun jika dibandingkan kedua wilayah tersebut maka pemasaran di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar lebih efisien dibandingkan Hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran cabai maupun bawang merah sudah efisien namun jika membandingkan keduanya maka yang lebih efisien adalah pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan rata efisiensi pemasaran yaitu sebesar 2,35%, dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran di Kabupaten Aceh Besar lebih efisien dibandingkan dengan Kabupaten Bener Meriah.Nilai tersebut memenuhi syarat ketentuan dimana jika EP < atau = 50% maka saluran tersebut dinilai efisien.

Analisis Bagian Harga Yang di Terima Oleh Petani ( Farmer’s share

Bagian harga yang diterima petani (Farmer’s share) merupakan perbandingan dengan harga di tingkat lembaga pemasaran yang dinyatakan dengan persentase (%). Perhitungan Farmer’s share petani cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meria dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada saluran I dan II dap

Farmer’s Share Petani Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Saluran Pemasaran Farmer's Share (Fs) %

I 40 % II 37,5 % I 37,1% II 34,2% I 40% II 37,7% I 40% II 35,5%

Sumber : Data Primer (Diolah), 2016

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai Farmer’s share

dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar masing-masing mendapatkan nilai dibawah 40%, sedangkan sisanya sebanyak 60% didapatkan oleh pedagang perantara dan pedagang pengecer.

Kendala Dalam Pemasaran Cabai dan Bawang merah di Daerah Penelitian

kendala yang dihadapi pedagang dalam pemasaran cabai dan bawang merah Sering terjadi kekurangan pasokan cabai dan bawang merah dari petani lokal, maka tani harus mendatangkan pasokan cabai dan bawang merah dari luar kota seperti dari Gayo Lues, Aceh Tengah dan Sumatera Utara, sehingga biaya pemasaran yang di keluarkan oleh pedagang perantara akan semakin bertambah karena faktor jauhnya jarak Harga cabai dan bawang merah yang berfluktuasi, yaitu harga jual cabai di tingkat petani berkisar Rp 5000/Kg sampai Rp 35.000/Kg dan harga jual bawang merah di tingkat petani berkisar Rp 7.000/Kg – 30.000/Kg. Naik turunnya harga dapat terjadi gka pendek yaitu per bulan, per minggu, bahkan perhari, atau dapat terjadi dalam jangka panjang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian dapat diambil kesimpulan saluran pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh sama sudah efisien, namun jika dibandingkan kedua wilayah tersebut maka pemasaran di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar lebih efisien dibandingkan Hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran cabai maupun bawang ingkan keduanya maka yang lebih efisien adalah pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan rata efisiensi pemasaran yaitu sebesar 2,35%, dari penelitian ini juga dapat di Kabupaten Aceh Besar lebih efisien dibandingkan

Nilai tersebut memenuhi syarat ketentuan dimana jika EP <

Analisis Bagian Harga Yang di Terima Oleh Petani ( Farmer’s share)

) merupakan perbandingan dengan harga di tingkat lembaga pemasaran yang dinyatakan dengan persentase (%). Perhitungan Farmer’s share petani cabai dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada saluran I dan II dapat dilihat pada Farmer’s Share Petani Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Farmer's Share (Fs) % Rata-rata 37,2%

38,18%

Farmer’s share pemasaran cabai

dan bawang merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam masing mendapatkan nilai dibawah 40%, sedangkan sisanya sebanyak 60% didapatkan oleh pedagang perantara dan pedagang pengecer.

Kendala Dalam Pemasaran Cabai dan Bawang merah di Daerah Penelitian

kendala yang dihadapi pedagang dalam pemasaran cabai dan bawang merah Sering terjadi kekurangan pasokan cabai dan bawang merah dari petani lokal, maka tani harus mendatangkan pasokan cabai dan bawang merah dari luar kota seperti dari Gayo Lues, Aceh Tengah dan Sumatera Utara, sehingga biaya pemasaran yang di keluarkan oleh pedagang perantara akan semakin bertambah karena faktor jauhnya jarak Harga cabai dan bawang merah yang berfluktuasi, yaitu harga jual cabai di tingkat petani berkisar Rp 5000/Kg sampai Rp 35.000/Kg dan harga jual bawang merah di 30.000/Kg. Naik turunnya harga dapat terjadi gka pendek yaitu per bulan, per minggu, bahkan perhari, atau dapat terjadi

saluran pemasaran cabai dan bawang merah an Darussalam Kabupaten Aceh sama sudah efisien, namun jika dibandingkan kedua wilayah tersebut maka pemasaran di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar lebih efisien dibandingkan

(11)

dengan Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yaitu sebesar 2,35%. Terdapat 2 bentuk saluran pemasaran untuk cabai dan bawang merah di daerah penelitian, yaitu: Saluran I : petani

II : petani→ agen → pedagang pengumpul

kendala-kendala yang dihadapi pedagang dalam pemasaran cabai dan bawang merah yaitu kurangnya pasokan dari petani lokal dan berfluktuasi harga yang sangat tinggi.

Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung sepanjang tahun, dengan melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga cabai dan bawang merah dipasarkan akan lebih stabil dan u

dukungan kepada petani dengan membeli cabai dan bawang merah dengan harga yang tidak terlalu rendah sehingga petani mempunyai motivasi

untuk pemerintahan Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar diharapkan

mengembangkan dan menyempurnakan sistem pemasaran dengan cara mengorganisasikan sistem pemasaran yang lebih menguntungkan baik bagi petani maupun pedagang perantara. Serta memperbaiki sarana dan prasarana transportasi Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darus

dalam memasarkan hasil panen cabai dan bawang merah.

Ameriana, M. 1995a. Pengaruh “ petunjuk kualitas” terhadap persepsi konsumen mengenai

kualitas tomat . Bul. Penel. Hort.

Ameriana, M. 1995b. Persepsi konsumen rumah tangga terhadap kualitas tomat (studi kasus

di kotamadya Bandung)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bener Meriah.2012.

Meriah.BPS.Aceh.

Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh.2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh.2014.

Dinas Pertanian Rakyat Provinsi Daerah Ingat I Jawa Timur. 1976 .

dan prospek bawang putih dan kentang di Jawa Timur

Hanafiah dan Saefuddin.1989.

Mubyarto. 1979. Pengantar ekonomi pertanian. LP3ES.Jakarta. Soetiarso, T.A dan Ameriana. 1995.

bawang merah. Pusat Penelit

Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yaitu

Terdapat 2 bentuk saluran pemasaran untuk cabai dan bawang merah di h penelitian, yaitu: Saluran I : petani → agen → Pedagang Besar → konsumen. Saluran

→ agen → pedagang pengumpul → Pedagang Pengecer → konsumen serta

kendala yang dihadapi pedagang dalam pemasaran cabai dan bawang merah yaitu asokan dari petani lokal dan berfluktuasi harga yang sangat tinggi.

Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung sepanjang tahun, daya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga cabai dan bawang ah dipasarkan akan lebih stabil dan untuk pedagang perantara diharapkan dapat memberi ni dengan membeli cabai dan bawang merah dengan harga yang tidak terlalu rendah sehingga petani mempunyai motivasi untuk meningkatkan produksinya serta

pemerintahan Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar diharapkan

nyempurnakan sistem pemasaran dengan cara mengorganisasikan sistem pemasaran yang lebih menguntungkan baik bagi petani maupun pedagang perantara.

memperbaiki sarana dan prasarana transportasi Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar sehingga memudahkan petani dalam memasarkan hasil panen cabai dan bawang merah.

DAFTAR PUSTAKA

Pengaruh “ petunjuk kualitas” terhadap persepsi konsumen mengenai

. Bul. Penel. Hort.

Persepsi konsumen rumah tangga terhadap kualitas tomat (studi kasus di kotamadya Bandung). Bul. Penel. Hort.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bener Meriah.2012.Statistik Daerah Kabupaten Bener

Provinsi Aceh.2013.Aceh Dalam Angka.BPS.Aceh. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh.2014. Aceh Dalam Angka.BPS.Aceh. Dinas Pertanian Rakyat Provinsi Daerah Ingat I Jawa Timur. 1976 .

dan prospek bawang putih dan kentang di Jawa Timur. Jawa Timur.

Hanafiah dan Saefuddin.1989. Tataniaga Pertanian. UI Press.Jakarta. Mubyarto. 1979. Pengantar ekonomi pertanian. LP3ES.Jakarta.

Soetiarso, T.A dan Ameriana. 1995. Analisis usahatani dan pemasaran teknologi produksi Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi pemasaran cabai dan bawang merah di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yaitu

Terdapat 2 bentuk saluran pemasaran untuk cabai dan bawang merah di → agen → Pedagang Besar → konsumen. Saluran

→ Pedagang Pengecer → konsumen serta

kendala yang dihadapi pedagang dalam pemasaran cabai dan bawang merah yaitu asokan dari petani lokal dan berfluktuasi harga yang sangat tinggi.

Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung sepanjang tahun, daya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga cabai dan bawang

ntuk pedagang perantara diharapkan dapat memberi ni dengan membeli cabai dan bawang merah dengan harga yang tidak untuk meningkatkan produksinya serta

pemerintahan Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar diharapkan agar nyempurnakan sistem pemasaran dengan cara mengorganisasikan sistem pemasaran yang lebih menguntungkan baik bagi petani maupun pedagang perantara.

memperbaiki sarana dan prasarana transportasi Kecamatan Bukit Kabupaten Bener salam Kabupaten Aceh Besar sehingga memudahkan petani

Pengaruh “ petunjuk kualitas” terhadap persepsi konsumen mengenai

Persepsi konsumen rumah tangga terhadap kualitas tomat (studi kasus

Statistik Daerah Kabupaten Bener

.BPS.Aceh. BPS.Aceh.

Dinas Pertanian Rakyat Provinsi Daerah Ingat I Jawa Timur. 1976 . Usahatani pemasaran awa Timur.

Analisis usahatani dan pemasaran teknologi produksi

(12)

Soetiarso, T.A 1997. Analisis usahatani dan pemasaran tomat.teknologi produksi tomat. Penelitian Tanaman Sayuran.

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bandung.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Grafindo.Jakarta.

Sugiyono. 2001. Statistika untuk Penelitian Alfabeta

Analisis usahatani dan pemasaran tomat.teknologi produksi tomat.

Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura. Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bandung.

Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian

Statistika untuk Penelitian Alfabeta.Bandung

Analisis usahatani dan pemasaran tomat.teknologi produksi tomat.Balai

Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura. Badan

(13)

Gambar

Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Cabai di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Tabel 3. Karakteristik Petani dan
Gambar 1. Bagan saluran pemasaran I pada komoditi cabai Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Keca
Tabel 4. Total Biaya Pemasaran Cabai dan Bawang Merah di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian terhadap “mafia” dalam lirik lagu gosip jalanan, terdapat kesimpulan bahwa mafia digambarkan sebagai pihak yang memiliki sifat ingin kekuasaan dan

Amin Abdullah dalam membangkitkan keilmun dalam umat Islam dari keterpurukan adalah dengan mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan umum lewat pendekatan

Hasil analisis menunjukkan sebaran sawit aktual yang berada di kubah gambut relatif lebih sedikit, tetapi lebih banyak di luar kubah gambut dan dari data perizinan

Faktor-faktor dominan yang dapat menimbulkan resiko pembengkaan biaya pada tahap pelaksanaan konstruksi gedung yang pertama adalah Faktor perencanaan dan profesionalisme

Banyak faktor lain selain ketiga faktor (komponen) di atas yang dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas, misalnya: penerapan yang keliru terhadap kebijakan dan undang-undang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kondisi keuangan, opinion shopping , dan opini audit tahun sebelumnya

Gerakan sosial keagamaan menggunakan ideologi Islam sebagai faktor penggeraknya, dan sebagai aktivitas kolektif, gerakan tersebut memerlukan ideologi Islam

2. Ganjaran yang pantas. Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak bermakna ganda, dan segaris