PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
THINK-PAIR-SHARE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS
NEGOSIASI PADA SISWA X SMK AL-FUAD TAHUN
PELAJARAN 2018-2019 PORIS INDAH KOTA
TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Sirojul Huda Ahda
NIM 1113013000024
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
ABSTRACT
SIROJUL HUDA AHDA, NIM 1113013000024. Use of Think-Pair-Share Learning Model Against Ability to Write Class X Negotiation Text for Al-Fuad Vocational School Students in 2018/2019 Academic Year. Thesis majoring in Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2019.
This study aims to describe the results of the application of the Think-Pair-Share cooperative learning model in improving the ability to write negosation teks in students. The study was conducted in Oktober 2018 at SMK Al-Fuad Tangerang. Subjects in this study were class X. The research method used was descriptive qualitative. The research instruments used were tests (write negosation teks) and nontes in the form of observations, interviews, questionnaires, and documentation.
Based on the results of the analysis of the data obtained, the ability to write negosation teks of short stories of class X students has increased. Test results or class average value before applying the Think-Pair-Share cooperative learning model is 63 and has increased after students conducted tests by applying a Think-Pair-Share cooperative learning model with a value of 79.
The results of interviews and the results of questionnaire analysis of students' attitudes toward the Think-Pair-Share cooperative learning model show that learning is fun, makes students more active and easy to understand the material and effective to be applied in learning to write negosation teks. The number of percentage of answers strongly agree and agree to positive statements about the application of the Think-Pair-Share cooperative learning model in a distributed questionnaire proving that the application of the Think-Pair-Share cooperative learning model is very influential in improving the ability to write negosation teks in class X SMK Al-Fuad Tangerang .
Keywords: Cooperative Learning Model, Think-Pair-Share, Write Negosation
ii
ABSTRAK
SIROJUL HUDA AHDA, NIM 1113013000024. Penggunaan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap Kemampuan Menulis Teks Negosiasi Kelas X Siswa SMK Al-Fuad Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini tentang hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dalam meningkatkan kemampuan menulis teks negosiasi pada siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2018 di SMK Al-Fuad Tangerang. Subjek dalam penelitian ini yaitu kelas X. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes (menulis teks negosiasi) dan nontes berupa observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis data didapat, kemampuan menulis teks negosiasi siswa kelas X mengalami peningkatan menulis teks negosiasi. Hasil tes atau nilai rata-rata kelas sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah 63 dan mengalami peningkatan setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan nilai 79.
Hasil wawancara dan hasil analisis angket sikap siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share menunjukan bahwa pembelajaran tersebut menyenangkan, membuat siswa lebih aktif dan mudah memahami materi serta efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis teks negosiasi. Banyaknya presentase jawaban sangat setuju dan setuju terhadap pernyataan-pernyataan positif mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-share pada angket yang disebarkan membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan menulis teks negosiasi pada siswa kelas X Al-Fuad Tangerang.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, Think-Pair-Share, Menulis Teks
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad saw sebagai suri teladan bagi kita.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan menyelesaikan studi S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap Kemampuan Menulis Teks Negosiasi Kelas X Siswa SMK Al-Fuad Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2018/2019”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:]
1. Dr. Sururi, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Novi Diah Hasryanti, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Nur Syamsiyah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan.
6. Mutmainah, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMK Al-Fuad yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
iv
7. Mufroni, S.Pd., selaku Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia SMK Al-Fuad yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis selama penelitian berlangsung.
8. Keluarga tercinta, Ibu, Ayah, Khumaidi Hambali, S.Kom sebagai kakak Adik serta Adik, dan keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
9. Keluarga Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang senantiasa saling mendukung, memberikan pembelajaran dan pengalaman yang berarti. 10. Teman terbaik satu Dosen Pembimbing, Siti Sayyidah Ummayyah, Rizky
Adhitya, Dwifitryanti, Chusnul Khotimah, Annisa Fadhilah, yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Kekasih tercinta, Yusnina, Amd.Keb., yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi yang sangat berarti kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah membalas segala kebaikan semua pihak yang telah diberikan kepada penulis. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.
Jakarta, Juni 2020
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………....
ABSTRAK……….. i
ABSTRACT……… ii
KATA PENGANTAR………... iii
DAFTAR ISI………... iv
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR LAMPIRAN……… ix
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Masalah………...1
B. Identifikasi Masalah………...6
C. Pembatasan Masalah………...6
D. Rumusan Masalah………...6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……….7
F. Manfaat Penelitian………...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA………8
A. Deskripsi Teoretis………..………..8
1. Pengertian Model Pembelajaran………..………..9
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning - Tipe TPS (Think-Pair- Share)...9
a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think-Pair-Share)………...9
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think-Pair-Share)…………...………...10
c. Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think-Pair-Shar)………...11
vi
4. Hakikat Keterampilan Menulis………... 13
a. Pengertian Menulis……….13
b. Langkah-Langkah Menulis………15
5. Teks Negosiasi……….17
6. Menulis Teks Negosiasi………...21
a. Tanda baca...22
B. Penelitian yang Relevan……….28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian………....31
B. Metode Penelitian………...31
C. Objek Penelitian………...31
D. Subjek Penelitian……….. ………32
E. Teknik Pengumpulan Data……….33
F. Teknik Analisis Data………..34
G. Instrumen Penelitian………...35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 38
A. Deskripsi Tempat Penelitian………..38
1. Sejarah Singkat Sekolah………..38
2. Identitas Sekolah SMK Al-Fuad……….38
3. Identitas Kepala Sekolah……….38
4. Visi, Misi, dan Tujuan……….. ..38
5. Siswa………41
6. Prestasi SMK Al-Fuad……….42
7. Keunggulan Sekolah SMK Al-Fuad………42
B. Analisis Penelitian……….………... 43
1. Kemampuan Menulis Teks Negosiasi Siswa Kelas X SMK Al-Fuad Poris Indah Kota Tangerang...43
C. Hasil Penelitian………...……….. 45
1. Penilaian Kemampuan Menulis Teks Negosiasi Siswa Kelas X SMK Al-Fuad Poris Indah Kota Tangerang ……...…… 47
vii A. Simpulan………. 83 B. Saran………... 84 DAFTAR PUSTAKA……….... 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN...87 RIWAYAT PENULIS...105
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Guru dan Tenaga Pendidikan SMK Al-Fuad ... ... 37 Tabel 4.2 Distribusi Siswa SMK Al-Fuad………….. ... ... 39 Tabel 4.3 Sarana dan prasarana SMK Al-Fuad ... ... 39 Tabel 4.4 Nilai Kemampuan Menulis Teks Negosiasi Siswa Kelas X Dilihat dari Alur Kalimat……….... ... 42 Tabel 4.5 Nilai Kemampuan Menulis Teks Negosiasi Siswa Kelas X Dilihat dari Tanda Baca…… ... ... 44 Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Menulis Teks Negosiasi Siswa…… 46
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... Lampiran 2 Instrumen penilaian ... Lampiran 3 Gambar Kegiatan belajar...
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar- manusia, sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia di masa yang akan datang.1 Di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”2
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Proses pembelajaran yang kurang berhasil dapat menyebabkan siswa kurang berminat untuk belajar. Minat siswa yang kurang ditunjukkan dari kurangnya aktivitas belajar, interaksi dalam proses pembelajaran dan persiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kenyataan
1
Muhammad Ali, Guru dalam Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), h.4.
2
2
ini tentu saja tidak terlalu mengejutkan karena hasil belajar anak-anak Indonesia juga tergolong relatif rendah diantaranya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keaktifan sangat perlu untuk diadakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif melakukan kegiatan dalam proses belajar mengajar. Hal ini akan menyebabkan siswa terdorong dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga apa yang diperoleh siswa dari belajar akan lebih bermakna bagi dirinya dan akan memperpanjang daya ingatan dan daya menghafal. Keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur-unsur yang ada di dalamnya. Unsur-unsur yang dimaksud meliputi: pendidik, pesrta didik, tujuan, isi pendidikan, cara, metode, situasi lingkungan. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa unsur-unsur di atas belum terpenuhi dengan baik. Masih banyak guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang meningkatkan partisipasi, konsentrasi dan kerajinan siswa untuk belajar, sehingga membuat pembelajaran menjadi monoton dan membosankan bagi siswa. Akibatnya, keaktifan siswa rendah serta hasil belajar kurang begitu memuaskan bahkan masih ada yang di bawah kriteria ketuntasan belajar.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Interaksi belajar mengajar mempunyai arti yang luas dan tidak hanya hubungan antara guru dan murid, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan
3
pengajaran.3 Guru dituntut untuk meningkatkan peran serta kompetensi dalam proses belajar mengajar. Adapun hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru yang kompeten yang mampu menciptakan lingkungan belajar efektif sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal seperti pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi tentang menulis teks negosiasi.
Menulis merupakan cara berbicara tidak langsung untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, pikiran dan kemauan kepada orang lain secara tertulis. Melalui keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat memaparkan dan mengungkapkan gagasan atau pikiran serta menjelaskan imformasi dan menerangkan sesuatu secara mandiri.
Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit. Nurgiyantoro mengatakan bahwa, dibandingkan kemampuan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur ahli bahasa yang bersangkutan sekalipun4. Menurut Tarigan, “Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.” Sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir dan pengungkapan imajinasi perasaan seseorang dalam bentuk tulisan yang indah5.
Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Dalam bernegoisasi data, fakta, keinginan, dan rasa ingin dirangkaikan sebagai bukti untuk mempertahankan pendapat, menyanggah, dan meyakinkan. Oleh karena itu, atas dasar tersebut maka penulis memilih untuk meneliti bernegoisasi dalam konteks kerja karena untuk melatih keberanian dan kekritisan peserta didik dalam bernegoisasi kerja.
Berdasarkan hasil observasi wawancara yang dilakukan di SMK AL Fuad Poris Plawad Tangerang. Diperoleh hasil belajar siswa rendah
3
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA,2011), h.31
4
Nurgiyantoro, Penilaian Otentik dalam Penilaian Bahasa, (Yogyakarta: UGM, 1995), h.204.
5
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), h.21.
4
terutama pada kelas X dikarenakan materi teks negosiasi menurut siswa sulit. Siswa hanya menerima penjelasan guru tanpa ada proses pembelajaran dalam kehidupan sehasri-hari, sehingga nilai yang di peroleh oleh siswa banyak yang belum mencapai nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70, ternyata hanya sekitar 50% siswa yang dapat mencapai nilai KKM yang ditetapkan tersebut. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut menunjukkan rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi teks negoisasi. Hal ini diduga oleh (1) terlalu banyak materi yang menuntut siswa untuk mengingat pada teks negoisasi, sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi tersebut, dan hal ini akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa; (2) model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih metode ceramah, Tanya jawab, penugasan, sehingga kurangnya keterlibatan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Jadi, hanya guru yang aktif pada saat proses belajar mengajar sedangkan siswa hanya sebagai pendengar saja. Hal ini mengakibatkan siswa cepat merasa bosan ketika belajar sehingga banyak siswa yang akhirnya sibuk dengan kegiatannya sendiri dan tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran.6 Berdasarkan hal tersebut Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X pada dua kelas A dan B. Alasan peneliti memilih kelas ini adalah karena kelas ini salah satu kelas terbanyak antara kelas lainya.
Berdasarkan permasalahan di atas perlu segera diatasi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan hasil yang maksimal. Salah satu upayanya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) thinking (berpikir), pairing (berpasangan), sharing (berbagi) agar siswa mampu mengedepankan aspek berfikir secara mandiri, tanggungjawab terhadap kelompok dan kerjasama dalam kelompok kecil.
6
Wawancara dengan guru Bahasa Indonesia Bapak Mufroni, S.Pd SMK Al-Fuad Poris Gaga Tangerang
5
Think Pair Share (TPS) merupakan pembelajaran kooperatif yang berpasangan dan mendorong siswa untuk terbiasa berpikir mula-mula secara mandiri, kemudian bekerja berpasangan, memberikan banyak waktu untuk berpikir siswa dalam mencari jawaban pertanyaan, untuk merespon dan untuk saling membantu dan semua siswa aktif dalam proses pembelajaran.7 Model TPS ini memperkenalkan gagasan tentang waktu tunggu atau berpikir‟ (wait or think time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan. Memungkinkan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.8
Permasalahan tersebut diperlukannya suatu model pembelajaran untuk meningkatkan standar proses pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satunya pendidikan untuk mencapai standar kompetensi kelulusan. Salah satu faktor penting dalam aktivitas pendidikan yang berlangsung pada proses belajar mengajar adalah strategi dan model pembelajaran, agar terciptanya suatu interaksi pembelajaran yang telah berlangsung secara afektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan, maka disamping dibutuhkan suatu pemilihan bahan atau materi pendidikan yang tepat perlu juga suatu pemilihan strategi dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai pula.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap Keterampilan Menulis Teks Negoisasi Siswa Kelas X SMK AL Fuad Poris Gaga Kota Tangerang 2018/2019.”
7
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya.2016), h.203.
8
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2013), h.206.
6
B. Identifikasi Masalah
a. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. b. Pemilihan strategi yang kurang tepat.
c. Menulis merupakan keterampilan siswa agar informatif, edukatif, dan mandiri.
d. Penggunaan think-pair-share sebagai model dalam pembelajaran. e. Kurangnya ketepatan dalam menulis tesk negosiasi.
f. Kurangnya ketepatan dalam tanda baca.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian difokuskan pada Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap Keterampilan Menulis Teks Negoisasi Siswa Kelas X SMK AL Fuad Poris Gaga Tangerang 2018/2019 Poris Indah Kota Tangerang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :“Bagaimana penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap keterampilan berpikir untuk bernegoisasi pada Siswa-Siswi kelas X semester ganjil di SMK Al-Fuad Poris Gaga Tangerang Tahun Pelajaran 2018/2019 ? “.
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap keterampilan bernegoisasi dalam konteks kerja pada siswa-siswi kelas X SMK Al-Fuad, Poris Indah, Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2018/2019.
7
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam pengajaran keterampilan berpikir bernegoisasi khususnya dalam konteks kerja.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain : a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran bagi guru mengenai model pembelajaran yang dapat digunkan dalam pengajaran negoisasi dalam konteks kerja.
b. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi penulis untuk semakin aktif menyambungkan hasil karya ilmiah bagi dunia pendidikan.
c. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat mengetahui bagaimana penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap keterampilan berpikir bernegoisasi dalam kontek kerja Siswa-Siswi kelas X.
d. Bagi Penulis lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan inspirasi maupun bahan pijakan penulis lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.
8
BAB II
KAJIAN TEORETIS A. Pengertian Model Pembelajaran
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran1. Model pembelajaran merupakan suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaknya, lingkungannya, dan sistem pengelolanya.2 Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
a. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta. 2003), h.175-176.
2
Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2013), h.4
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.3
Menurut Joyce & Weil, (Rusman) mengemukakan: “Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat dijadikan pilihan, artinya seorang guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya”.4
Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Dan hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
1. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think-Pair-
Share)
a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS
(Think-Pair-Share)
Pembelajaran adalah sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Siswa diarahkan untuk bisa bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu. Di dalam pembelajaran terdapat saling ketergantungan positif diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran5. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk model pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan siswa bervariasi. Dalam metode pembelajaran , para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang atau lebih untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.6
3
Ibid., h.22-23
4
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru.Edisi 1.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011), hal.133
5
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet. 3), h.356.
6
Model pembelajaran tipe Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think Pair Share merupakan jenis pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola berpikir siswa. Model ini berkembang dari penilitian belajar dan waktu tunggu. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lainnya.7
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think-Pair-Share)
Think-Pair-Share adalah model pembelajaran yang diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan terkait dengan pelajaran pada siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mendiskusikannya dengan berpasang-pasangan. Kemudian hasil diskusi disampaikan kepada pasangan seluruh kelas, sehingga memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dari pengetahuan yang dipelajari.8 Adapun tahapan dalam pembelajaran Think-Pair-Share sebagai berikut :
Tahap 1: berpikir (thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan atau
masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
Tahap 2: berpasangan (pairing), guru meminta siswa untuk berpasangan
dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
7
Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007), h.61.
8
Tahap 3: berbagi (sharing), guru meminta pasangan-pasangan untuk
berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.9 Sedangka langkah- langkah dalam pembelajaran Think Pair Share sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi atau permasalahan yang disampaikan guru secara individual.
3) Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing- masing tentang topiknya tadi.
4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan seluruh siswa di kelas.
5) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambahkan materi yang belum diungkapkan para siswa.
6) Guru memberikan kesimpulan 7) Penutup.10
c. Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS
(Think-Pair-Share)
Model pembelajaran juga memiliki yang namanya kekurangan dan kelebihan, begitu juga dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think-Pair-Share), adapun kekurangannya yaitu:
9
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasi
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana,2010), h.81-82.
10
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Refrensi bagi Pendidik dalam Implementasi
1. Kekurangan model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) 2. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai
aktivitas.
3. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
4. Peralihan dari seluruh kelas kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang saksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
5. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor lebih sedikit ide muncul.
d. Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS
(Think-Pair-Share)
Adapun kelebihan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think-Pair-Share), yaitu:
1. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. 2. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar
pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. 3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena
menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, di mana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.11
2. Hakikat Keterampilan Menulis a. Pengertian Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting di samping keterampilaan menyimak, berbicara, dan membaca baik selama mengikuti pendidikan diberbagai jenjang dan jenis sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakat. Keterampilan menulis siswa melatih berpikir dan menuangkan ide/gagasan ke dalam bentuk tulisan. Siswa dilatih menggunakan pengetahuan mengenai kebahasaan saat menulis.
Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan mengenai menulis. Di antaranya adalah Suparno dan M. Yunus yang mendefinisikan menulis sebagai “suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.12 Selanjutnya Bell dan Burnaby menyatakan menulis adalah “sebuah kegiatan yang sangat kompleks, karena penulis harus mengendalikan bahasa pada level kalimat (Struktur tatabahasa, kosakata, tanda baca, ejaan, dan pembentukan huruf) serta pada level yang lebih luas dari kalimat (mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi menjadi paragraf-paragraf yang kohesif dan koheren dan selanjutnya menjadi teks yang kohesif dan koheren)”.13
Sedangkan menulis menurut Mc Crimon merupakan “Kegitan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas.14
11 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.57
12
Suparno dan M. Yunus, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: CV. Karya Putra Darwati, Cet. Ke-1, 2012), h.96.
13
Bell dan Burnaby, 1984 dalam struktur Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikatif-interajtif, (Bandung: Refika Aditama, Cet. Ke-1,2010), h. 302.
14
McCrimon 1976 , MeningkatkanKeterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: CV Karya Putra Darwati, Cet. Ke-1, 2012), h.96.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa untuk keterampilan komunikasi secara tidak langsung, secara tidak tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.15. Secara luas dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Seperti hewan-hewan lainya, maka manusia berkomunikasi melalui gerak-gerik reflek yang sederhana dan bunyi-bunyi yang tidak berupa bahasa. Pengertian lain mengenai menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami gambaran grafik itu.16 Jadi, menulis merupakan kegiatan menggali pikiran atau perasaan, pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengetahuan hidup seseorang dalam komunikasi tidak langsung berupa tulisan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Selain itu, menulis merupakan kegiatan menulis dituntut untuk mengetahui ilmu kebahasaan agar dapat menulis dengan baik dan efektif.
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah alat komunikasi secara tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Selain itu, dapat menolong ntuk berpikir secara kritis, memudahkan dalam merasakan hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi dan memecahkan masalah-masalah.
15
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), h.3.
16
b. Langkah-Langkah Menulis
Secara teoretis, proses penulisan meliputi tiga tahap utama, yaitu: tahap prapenulisan, penulisan, dan revisi. Secara praktik, tahapan penulis mencakup:
1) Memilih Topik
Topik berasal dari kata topoi, yang berarti “tempat”. Dalam perkembangan selanjutnya, topic berarti memilih apa yang akan menjadi pokok pembicaraan. Topic dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu: khayalan, pengalaman, pengamatan, pendapat, dan wawancara. Topik-topik yang ditentukan sesuai dengan tujuan tulisan yang hendak dibuat.
2) Membatasi Topik
Topik yang dipilih tidak boleh terlalu luas dan terlalu sempit. Topik yang terlalu luas akan mempersulit dalam mengupas permasalahan, sebaiknya topik yang terlalu sempit juga tidak akan banyak berguna. Contoh:
Topik :”keluarga berencana”
Pembatasan masalah :”keluarga berencana sarana pencapaian keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera” 3) Merumuskan Tujuan
Tujuan penulisan harus dirumuskan agar dapat menentukan jenis tulisan yang dibuat. Terdapat dua macam tujuan yang dapat dirumuskan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan khusus biasanya berkisar antara tiga hal berikut: memberitahukan, memengaruhi atau menghibur. Tujuan khusus meruoakan rumusan spesifik dari tujuan umum.17
4) Menyusun Kerangka Penulisan
Gagasan pokok dituangkan ke dalam kerangka tulisan. Manfaat kerangka karangan adalah sebagai berikut:18
17
Ibid., h.30
18
a) Memudahkan penyusunan karangan sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan teratur;
b) Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dengan yang tidak penting;
c) Menghindari pengulangan pembahasan;
d) Membantu pengumpulan data dan sumber-sumber yang diperlukan;
5) Mengembakan Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan yang telah disusun, lalu dikembangkan menjadi karangan.
6) Penentuan Judul
Judul merupakan nama/label tulisan.
Ada dua model dalam menulis, yaitu:19 1) Model Top-Down
Model Top-Down terdiri dari tiga cara, yaitu pertama, memilih tema. Tema merupakan ide besar sebuah persoalan yang hanya terdiri dari sebuah konsep. Karena merupakan ide besar, tema dapat dibagi menjadi berbagai topik yang lebih spesifik. Misalnya, tema yang diambil adalah pendidikan maka dibatasi lagi menjadi beberapa topik seperti penyelenggaraan Ujian Nasional, pendidikan gratis, dan kasus kriminal oknum pendidikan. Ketiga, topik tersebut harus dikerucutkan lagi dalam sebuah judul. Ketika sudah masuk judul, pokok bahasa tulisan harus fokus dan mengerucut. Judul memiliki arti penting sebagai pintu pembuka bagi pembaca maka judul harus dibuat semenarik mungkin.
2) Model Bottom-up
Berkebalikan dengan model Top-Down, model Bottom-up merupakan usaha menentukan topik dan judul dengan berpatokan
19
pada permasalahan yang diulas. Masalah bisa melintas dalam pikiran sewaktu-waktu dan sering kali muncul dalam diskusi, seminar, kuliah, atau forum lain yang kita ikuti. Masalah juga bisa ditemukan ketika membaca artikel-artikel ilmiah atau berita-berita di berbagai media massa. Oleh karena itu, kecermatan dalam menggamati pokok-pokok persoalan tertentu yang menarik dapat dijadikan permasalahan dalam tulisan. Suatu permasalahan yang belum ditentukan jawabannya berpotensi menjadi topik menarik. Menemukan permasalahan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari.
3. Teks Negosiasi
Menurut Sutrisno dan Kusmawan negosiasi adalah proses komunikasi antara penjual dan calon pembeli baik perorangan maupun kelompok yang di dalamnya terjadi diskusi dan perundingan untuk mencapai kesepakatan tujuan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Negosiasi juga merupakan komunikasi dua arah, yaitu penjual sebagai komunikator dan pembeli sebagai komunikan atau saling bergantian.20 Negosiasi antara penjual dan pembeli sering kita jumpai disekitar kita, contohnya di pasar tradisional.
Pendapat lain dalam buku siswa (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dijelaskan bahwa negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda.21 Dalam negosiasi, pihak-pihak tersebut berusaha menyelesaikan perbedaan itu dengan berdialog. Penyelesaian sengketa Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan Malaysia adalah contoh negosiasi yang nyata.
20
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Modul Melakukan Negosiasi Bisnis dan Manajemen. (Sukabumi: Yudhistira), h.8.
21
Badan Penelitian dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), h.135.
Menurut Pruit negosiasi adalah bentuk pengambilan keputusan di mana dua belah pihak atau lebih berbicara satu sama lain dalam upaya untuk menyelesaikan kepentingan perdebatan mereka.22 Proses negosiasi yang paling baik yaitu kedua pihak bertemu dan merundingkan permasalahan diantara mereka, dengan begitu permasalahan diantara kedua belah pihak dapat terselesaikan.
Dalam proses negosiasi masing-masing kedua belah pihak harus meletakkan negosiasi di atas segalanya untuk mencapai tujuan dan kesepakatan bersama. Kesepakatan dalam negosiasi ini sebagai sebuah dasar dan jaminan untuk keberhasilan dalam negosiasi .23
Proses komunikasi dalam negosiasi dalam (Sutrisno dan Kusmawan, 2007) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Melibatkan dua belah pihak
b. Adanya kesamaan tema masalah yang dinegosiasikan c. Kedua belah pihak menjalin kerja sama
d. Adanya kesamaan tujuan kedua belah pihak
e. Untuk mengkonkretkan masalah yang masih abstrak.
Dalam buku siswa (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) selama melakukan negosiasi, hendaknya dihindari hal-hal yang dapat merugikan kedua belah pihak.24 Untuk itu komunikasi dalam negosiasi dilakukan dengan cara-cara yang santun seperti sebagai berikut:
a. menyesuaikan pembicaraan ke arah tujuan praktis;
b. mengakomodasi butir-butir perbedaan dari kedua belah pihak; c. mengajukan pandangan baru dan mengabaikan pandangan yang
sudah ada tanpa memalukan kedua belah pihak;
22
Lewicki, Roy J., Bruce Barry, dan David M. Saunders. 2012. Negosiasi. (Jakarta: Salemba Humanika), h.3.
23 Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Modul Melakukan Negosiasi Bisnis dan Manajemen.
(Sukabumi: Yudhistira), h.9.
24
Badan Penelitian dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), h.136.
d. mengalokasikan tugas dan tanggung jawab masing-masing, dan;
e. memprioritaskan dan mengelompokkan saran atau pendapat dari kedua belah pihak.
Empat tahap negosiasi menurut Peeling 25 yaitu persiapan, berbagi, tawar menawar atau perundingan, serta penutupan dan komitmen:
a. Persiapan: Anda harus menetapkan terlebih dahulu kerangka negosiasi. Kerangka negosiasi adalah bagian inti dari negosiasi. Kerangka negosiasi adalah bagian inti dari negosiasi. Anda khususnya perlu menemukan semua persoalan yang ingin diselesaikan pemilik kepentingan dari negosiasi ini. Ada banyak bagian informasi yang perlu Anda temukan, seperti standar praktik industri, harga competitor, dan semua yang dapat Anda ketahui tentang lawan Anda dan organisasi mereka.
b. Tahap berbagi: Anda sekarang berhadapan langsung dengan lawan Anda. Langsung membahas tawaran biasanya merupakan suatu kesalahan. Persiapan Anda, seberapa pun baiknya, masih akan membuat. Anda tidak mengetahui beberapa persoalan kunci. Anda memahami kerangka negosiasi, tapi tidak mengetahui banyak tentang kerangka lawan Anda. Biasanya, ada banyak hal yag didapatkan dari bertukar informasi tentang kerangka. Dan dalam sebuah negosiasi besar, sangat penting untuk mengembangkan hubungan yang saling menghormati.
c. Tawar-menawar atau perundingan: kini saatnya untuk tawar-menawar
d. Penutup dan komitmen
25
Strategi negosiasi menurut Sutrisno dan Kusmawan (2007)26 sebagai berikut:
a. Win-Win Solution (solusi menang-menang) Yaitu pendekatan negosiasi yang ditujukan kepada kemenangan kedua belah pihak, meminta tanpa menekan dan memberi tanpa desakan. Negosiasi yang didasarkan pada strategi menang-menang adalah dengan penyelesaian masalah yang didasari rasa manusiawi dan saling menghormati. Dalam strategi negosiasi berdasarkan pola “solusi menangmenang”, apa yang dimaksud adalah anda menang dan saya menang, tidak selalu diartikan sebagai kemenangan bagi-bagi 50% (fifty-fifty) tetapi dilihat pada ukuran siapa yang paling berhak, yaitu kemenangan yang sesuai dengan haknya.
b. Win-Lose Strategy (strategi menang-kalah) Yaitu pendekatan negosiasi yang dikembangkan dengan strategi menang-kalah (win-lose strategy) untuk memperoleh kemenangan mutlak dengan cara mengalahkan orang lain.
c. Lose-Lose Strategy (strategi kalah-kalah) Yaitu pendekatan negosiasi dengan menggunakan strategi kalahkalah (lose-lose strategy), seringkali diambil karena didasari oleh perasaan untuk melampiaskan kemarahan dan cenderung tidak rasional. Kedua belah pihak memutuskan untuk kalah dan sama-sama mengakhiri negosiasi dengan hasil tidak ada kesepakatan.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang teks negosiasi dapat disimpulkan bahwa teks negosiasi adalah sebuah teks yang menuliskan interaksi antara pihak pertama dan kedua baik
26
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Modul Melakukan Negosiasi Bisnis dan Manajemen. (Sukabumi: Yudhistira), h.13.
perorangan maupun kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama yang saling menguntungkan.
4. Menulis Teks Negosiasi
Menulis merupakan kegiatan untuk melatih kegiatan berpikir menjadi lebih kreatif, produktif dan ekspresif. Menulis membutuhkan ketekunan agar dapat mengembangkan suatu kerangka karangan yang baik. Keterampilan menulis harus dilatih secara terus menerus karena menulis tidaklah mudah, harus ada latihan dan praktik yang berkelanjutan. Kegiatan menulis memiliki hubungan yang erat dengan berpikir. Menulis bukan hanya sekadar kegiatan berbahasa, namun juga dapato digunakan sebagai wadah menuangkan hasil pemikiran. Semakin banyak menulis maka siswa akan terlatih untuk berpikir kritis, mempunyai daya nalar yang tinggi dan aktif dalam mengembangkan prestasi akademik.27
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai. Melalui kegiatan menulis, siswa dapat mengungkapkan gagasan dan pikiran dalam suatu kerangka berpikir yang logis dan sistematis. Keterampilan menulis dipelajari sejak pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi. Namun, hal itu tidak dapat menjamin seseorang terampil menuangkan gagasan, inspirasi, pengetahuan, dan pengalamannya dalam bentuk tulisan. Pembelajaran menulis sampai saat ini masih menjadi bahan penelitian yang digemari. Pembelajaran menulis dapat membina para siswa untuk berlatih mengemukakan gagasan.
Struktur Teks Negosiasi
Struktur teks negosiasi menurut buku siswa (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013)28 yaitu: orientasi, pengajuan, penawaran, persetujuan, dan penutup. Sebagai contoh yaitu negosiasi tentang karyawan dan pengusaha.
27
Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuhdi Keterampilan menulis Siswa dalam Teks Negoisasi. (Jakarta PT.Rineka Cipta, 2006), h.126.
28
Badan Penelitian dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), h.156.
a. Tahap orientasi berisi tentang pengantar percakapan, misalnya ucapan selamat pagi atau siang.
b. Pengajuan, berisi tentang pengajuan permintaan karyawan kepada pengusaha, misalnya tentang kenaikan upah.
c. Penawaran, berisi tentang penawaran gaji yang diminta oleh karyawan kepada pengusaha, kemudian pihak pengusaha menawar jumlah upah yang diajukan agar dapat lebih rendah lagi.
d. Persetujuan, pada tahap persetuj uan antara karyawan dan pengusaha sepakat dengan jumlah gaji yang sudah menjadi kesepakatan bersama.
e. Penutup, pada tahap akhir yaitu penutup. Pada tahap ini karyawan dan pengusaha sama-sama mengucapkan terimakasih.
Tanda baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kitamaksudkan.29
Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalamsistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua, dan sebagainya). Tanda baca dapat membantu pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat. Bayangkan jika tulisan tanpa tanda baca. Pasti tulisan tersebut membingungkan pembaca.Tanda baca sangat penting dalam penulisan. Tidak seperti ketika berbicara,lawan bicara dapat memahami maksud pembicara karena pembicara dapat menggunakan intonasi, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonbahasa lainnya. Bahkan lawan bicara dapar bertanya langsung kepada pembicara jika kurang memahami tuturannya. Hal ini tidak terjadi dalam interaksi penulis-pembaca. Oleh karena itulah, penulis perlu menguasai tanda baca sebagai peranti yang dapat mewakili maksud dan pemikirannya.30
29
Abdul Chaer, Praktis Bahasa Indonesia. (Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 2016), h.71-72.
30
Sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesi (PUEBI), ada lima belas tanda baca yang lazim digunakan dalam penulisan, antara lain tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda elipsis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau apostrof.
Jenis-jenis dan Aturan Penggunaan Tanda Baca
Sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesi (PUEBI),, tanda baca terbagi menjadi lima belas jenis. Adapun jenis dan aturan penggunaannya sebagai berikut:
1) Tanda titik (.)
a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan dan seruan.
b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
e) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru dan tempat terbit.
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuaan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
g) Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan.
h) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
i) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah dianggap umum. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebi hanya dipakai satu tanda titik.
j) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
2) Tanda koma ( , )
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi, melainkan.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
d) Tanda koma dipakai di belakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti, o, ya, wah, aduh, dan kasiahan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan seperti, Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam sapaan.
f) Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
g) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
h) Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tinggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
i) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
j) Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan.
k) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
l) Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
m) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
n) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
3) Tanda Titik Dua ( : )
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap uang diikuti rangkaian atau pemerian.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
c) Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
d) Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
4) Tanda Hubung ( - )
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergatian baris.
c) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
d) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. e) Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan
bagian-bagian kata atau ungkapan.
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
g) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa aing.
5) Tanda Pisah ( ‒ )
a) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
b) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
c) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti „sampai dengan‟ atau sampai ke‟. 6) Tanda Tanya (?)
a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
b) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
7) Tanda Seru (!)
a) Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
8) Tanda Elipsis (...)
a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. b) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam
suatu kalimat atau naska ada bagian yang dihilangkan. 9) Tanda Petik ( “...” )
a) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
c) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. 10) Tanda Petik Tunggal ( „... „ )
a) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan-petikan yang terdapat di dalam petikan-petikan lain.
b) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
c) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.
11) Tanda Kurung ( (...) )
a) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
b) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
c) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. d) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf
yang merinci urutan keterangan. 12) Tanda Garis Miring (/)
a) Tanda garis miring di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penadaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.31
Pembelajaran menulis terdapat dalam kurikulum 2013, untuk siswa kelas XI SMK ditetapkan Kompetensi Dasar (KD) 3.10 Menganalisis pengajuan, penawaran dan persetujuan dalam teks negosiasi berkaitan dengan bidang pekerjaan lisan maupun tertulis dan 3.11 Mengevaluasi isi, struktur (orientasi, pengajuan, penawaran, persetujuan, penutup) dan kebahasaan teks negosiasi berkaitan dengan bidang pekerjaan, yaitu memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kajian bahasa Indonesia dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.. Dalam Kompetensi Dasar (KD) ini, siswa diharapkan agar mampu menulis teks negosiasi sesuai dengan strukturnya dan dapat diaplikasikan ke dalam dunia kerja.
Kompetensi menulis khususnya menulis teks negosiasi sangat bermanfaat bagi siswa karena dengan kompetensi ini siswa dapat berpikir untuk menuliskan ide terbaik yang didapat dari kehidupan sehari- hari. dengan adanya teks negosiasi, siswa diharapkan agar dapat lebih memahami pentingnya bernegosiasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa dapat melaksanakan kegiatan menulis teks negosiasi berdasarkan pengalaman sehari- harinya.
Menurut Kosasih, teks negosiasi selalu melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai sebuah kesepakatan. Tujuan teks negosiasi ini adalah untuk mencapai kesepakatan antara dua belah pihak yang tidak saling merugikan, melainkan saling menguntungkan. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa teks negosiasi adalah teks yang disusun dalam bentuk percakapan atau dialog, baik dalam bentuk drama
31
maupun dalam bentuk paragraf yang berisi tawar menawar antara kedua belah pihak dalam mencapai kesepakatan. Kosasih mengungkapkan bahwa struktur teks negosiasi dibentuk oleh tiga bagian, yakni pembukaan, isi, dan penutup.32
Menurut Nuh (2014:118), Tujuan negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. Mereka mencari cara untuk menemukan butir- butir yang sama sehingga akhirnya kesepakatan dapat dibuat dan diterima bersama. Sebelum negosiasi dilakukan, perlu ditetapkan terlebih dahulu orang- orang yang menjadi wakil dari setiap pihak. Selain itu, bentuk dan struktur interaksi yang direncanakan juga perlu disepakati, misalnya dialog langsung atau melalui mediasi. Selanjutnya, terdapat serangkaian tindakan yang dilakukan agar negosiasi berjalan lancar.33
B. Penelitian yang Relevan
Ahmad Rifaldi. “Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Strategi Think-Pair-Share (TPS) pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 2 Serang Banten tahun pelajaran 2017/2018”.
. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Kaujon Serang Banten. Dari penelitian yang dilakukan Ahmad Rifaldi dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas(PTK). Hasil penelitian ini adalah melalui model pembelajaraan kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan menggunakan LKS/terpadu yang terfokus pada aspek aktivitas dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Serang Banten. Keberhasilan aktivitas belajar siswa pada siklus I termasuk dalam kategori”sedang”,
32
Kosasih. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempegaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta.2014), h. 86.
33
meningkat menjadi dalam kategori ”baik”. Selain itu, aktivitas belajar siswa di luar kegiatan pembelajaran di sekolah pada siklus I yaitu sebanyak 3 kelompok yang aktif meningkat pada siklus II sebanyak 6 kelompok yang aktif.
Perbedaan tersebut dengan penelitian ini adalah variabel kedua, subjek yang diteliti, dan metode penelitiannya. Penelitian ini meneliti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share untuk meningkatkan berbicara siswa kelas V SD Negeri 2 Serang Banten dengan menggunakan metode penelitian PTK. Sedangkan, penulis meneliti pengaruh model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share terhadap keterampilan menulis Teks Negoisasi pada siswa kelas X SMK Al-Fuad semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Penelitian lain pun dilakukan oleh Ayu Pujiati dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-share pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Azzahidin Tahun Pelajaran 2016/2017”. Kecamatan Bukit Raya Kota Pekan baru. Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Program Studi Pendidikan Bahas dan Sastra Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Ayu Pujiati dapat disimpulkan bahwa tujuan peneliti ini adalah mendeskripsikan peningkatan: 1)Rata-rata persentase aktivitas on taks siswa, 2)Rata-rata konsep hidrokarbon, 3)Persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sekolah. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran Think-Pair-Share pada materi pokok pada hidrokarbon dapat meningkatkan: (1)Rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on taks siswa, dari siklus I ke siklus II yaitu bertanya pada guru sebesar 15,74%, diskusi kelompok sebesar 23,15%, mengemukakakn pendapat sebsesar 17,59 dan mengerjakan LKS sebsar 25%. (2)Rata-rata penguasaan hidrokarbon dari siklus I ke siklus II sebsar 10,33% persentase
siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sekolah dari seiklus I ke siklus II sebesar 16,67% .
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah variabel kedua, subjek yag diteliti, dan metode penelitiannya. Peneliti ini meneliti penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share dengan metode eksperimen.
Penelitian selanjutnya yaitu Lukman Al Hakim. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share terhadap Pemahaman Konsep Matematis(Studi terhadap Siswa Kelasi IX SMP Alexandria Pinang Kota Tangerang Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIS. Dari penelitian yang dilakukan oleh Lukman Al Hakim dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adlah eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe thin-pair-share terhadap pemahaamn konsep matematis siswa kelas IX SMP Alexandria, Pinang, Kota Tangerang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siwa kelas IX SMP Alexandria, Pinang, Kota Tangerang tahun pelajaran 2016/2017 terdiri dari Sembilan kelas. Melalui tekhnik purposive sampling diperoleh kelas IX F dan IX H sebagai sampel penelitian. Peneliti ini menyimpulkan bahwa metode Think-Pair Share di kelas IX SMP Alexandria, Pinang, Kota Tangherang berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis. Pembelajaran dengan model TPS menunjukan hasil yang baik dibandigkan pemeblajaran konvensional dalam hal: 1) pemahaman konsep matematis; 2) pencapaian indicator pemahaman konsep matmatis.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah variable kedua, subjek yang diteliti, dan tahun ajaran penelitian.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2018 di SMK Al-Fuad kelas X Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2018/2019.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kulitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis teks negosiasi siswa kelas X SMK Al-Fuad Kota Tangerang. Dengan metode ini penulis bermaksud mengumpulkan data dan mengamati aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, sehingga menghasilkan data penelitian. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran mengenai hasil penelitian dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.
Deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas social dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri-ciri, karakter, sifat, dan model dari fenomena tersebut1
C. Objek Penelitian
Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian
yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada objek penelitian ini, peneliti dapat mengamati kegiatan menulis dalam kegiatan pembelajaran siswa yang ada pada tempat tersebut untuk mengetahui kemampuan menulis 2 Objek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMK Al-Fuad Kota Tangerang yang berjumlah 21 Siswa karena kelas tersebut kelas terbanyak dari kelas lainya.
1
Sanjaya wina, penelitian pendidikan jenis, metode, dan prosedur. (Jakarta: Prenadamedia Group. 2013), h.47.
2
Suryani dan Henryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada Penelitian Bidang
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Untuk mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data (purposive). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi, pelaksanaan partisipasi, manfaat partisipasi dan faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan subjek yang memenuhi parameter yang dapat mengungkap hal di atas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh. Parameternya adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui kebijakan kegiatan partisipasi dalam komite kelas. 2) Terlibat langsung sebagai koordinator/ penanggung jawab kegiatan
partisipasi dalam komite kelas.
3) Mengetahui kegiatan partisipasi orang tua siswa kelas lain.
4) Ikut terlibat berkoordinasi dalam kaitannya dengan kegiatan partisipasi dengan kelas-kelas lain.
Dari parameter di atas, subjek penelitian yang dianggap memenuhi karakteristik yaitu pengurus komite kelas merangkap pengurus komite sekolah, wali kelas V, dan kepala sekolah.
1) Orang tua siswa Orang tua siswa yang dimaksud adalah pengurus komite kelas X berkedudukan sebagai wakil komite kelas X, dan sekretaris komite kelas X merangkap sebagai sekretaris komite sekolah yang dianggap mengetahui kegiatan partisipasi orang tua siswa di kelas X dan sekolah.
2) Guru (wali kelas) Guru yang dimaksud adalah guru wali kelas X yang berperan sebagai penghubung antara sekolah dengan orang tua siswa di kelas sekaligus sebagai pendamping dalam kegiatan komite kelas X.