TINGKAT KEMANDIRIAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR DI PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
STKIP PGRI SUMATERA BARAT. Febi Yunika Putri1, Fifi Yasmi2, Citra Imelda Usman2 1
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat Febiyunikaputri94@gmail.com
ABSTRACT
This research is motivated by the existence of students who are less independent in completing the final task. The aim of this study was to find out toreveal: 1) the degree of emotional independence, 2) the level of intellectual independence, 3) the level of social independence, 4) the level of economic independence. This type of research is a quantitative descriptive study that attempts to describe a situation as it is. The population of this research is all of students Guidance and Counseling at STKIP PGRI Sumatera Barat who take skilled thesis courses 168 people. This research uses purposive sampling technique. The number of samples in the study 63 people. The instrumentis used a questionnaire. Data analysis used percentage technique. The results of this study are: 1) The degree of student independence seen from the emotional independence is in the independent category, 2) The degree of student independence seen from intellectual independence is in the independent category, 3) the level of student independence seen from social independence in the independent category, 4) independence of students seen from the independence of the economy is in the category of independence. Based on the results of this study on lecturers to be able to provide advice to students to further improve their independence both in the learning process and in completion of the final task.
Keywords: Independence, Students, Final Project
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses pembinaan dan bimbingan yang dilakukan seseorang secara terus-menerus kepada anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan merupakan perjalanan yang tak pernah terhenti sepanjang hidup manusia dan merupakan hal
yang sangat signifikan dalam
kehidupan manusia.
Menurut Ahmad (Hasbullah,
2006: 3), pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik sehingga terbentuknya
kepribadian yang utama dalam diri terdidik. Unsur-unsur yang terdapat
dalam pendidikan dalam hal ini adalah:
a. Usaha (kegiatan), usaha itu
bersifat bimbingan (pertolongan) dan dilakukan secara sadar.
b. Ada pendidik, pembimbing, atau penolong.
c. Ada yang di didik atau si terdidik. d. Bimbingan itu mempuyai dasar
dan tujuan.
Kegiatan belajar, baik itu
dalam proses perkuliahan kata
kemandirian sangatlah penting
karena kemandirian merupakan sikap pribadi yang sangat diperlukan oleh setiap individu. Di perguruan tinggi kemandirian merupakan hal yang utama terdapat pada mahasiswa. Mahasiswa yang mandiri cenderung belajar lebih baik, dia mampu
memantau, mengevaluasi, dan
mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Mahasiswa yang
mempunyai kemandirian belajar
mampu menganalisis permasalahan
yang kompleks, mampu bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan berani mengemukakan gagasan. Begitu pula dengan mahasiswa yang sedang
menyelesaikan tugas akhir,
mahasiswa akan dituntut
penyelesaian studi sesuai yang telah ditentukan, dimana mahasiswa harus
mampu berpikir secara kritis,
menciptakan ide dan gagasan baru
sehingga dapat mendeskripsikan,
menganalisa dan mempertanggung jawabkan hasil penelitian.
Kemandirian biasanya
ditandai dengan kemampuan
menentukan nasib sendiri, kreatif, inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.
Havighurst (Desmita,
2014:186) membedakan kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu:
a. Kemandirian emosi, yaitu
kemampuan mengontrol
tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain.
b. Kemandirian ekonomi, yaitu
kemampuan mengatur
ekonomi sendiri dan tidak
tergantungnya kebutuhan
ekonomi pada orang lain.
c. Kemandirian intelektual,
yaitu kemampuan untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
d. Kemandirian sosial, yaitu
kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan
orang lain dan tidak
tergantung pada aksi orang lain.
Kemandirian dalam belajar merupakan suatu hal yang sangat
penting dan perlu
ditumbuhkembangkan pada individu yang diposisikan sebagai peserta
didik. Dengan ditumbuh
kembangkannya kemandirian pada peserta didik, membuat peserta didik dapat mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan berusaha menyelesaikan
latihan atau tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan yang dimilikinya, sebaliknya peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang rendah akan tergantung pada orang lain, baik hal ini berlaku bagi siswa/ peserta didik dan juga oleh mahasiswa.
Mahasiswa merupakan orang yang sedang belajar atau mereka yang terdaftar di Perguruan Tinggi, baik di Universitas, Institut maupun
Akademi. Mahasiswa adalah
generasi penerus bangsa yang
diyakini mampu bersaing dan
mengharumkan nama bangsa, juga
mampu menyatukan serta
menyampaikan pikiran dan hati nurani untuk memajukan bangsa. Mahasiswa harus berjuang melalui berbagai tantangan untuk mencapai gelar sarjana. Perjuangan tersebut dimulai dari semester pertama hingga semester akhir. Saat mahasiswa telah menempuh semester akhir dan telah
menyelesaikan seluruh mata
kuliahnya, mahasiswa dituntut atau diwajibkan untuk membuat suatu karya ilmiah yaitu skripsi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada mahasiswa
bimbingan dan konseling yang
menyusun skripsi di STKIP PGRI Sumatera Barat pada tanggal 3 Februari 2017, ditemukan adanya mahasiswa yang kurang mandiri dalam menyelesaikan tugas akhir, seperti adanya mahasiswa yang melakukan copy-paste dari internet,
sikap malas mahasiswa untuk
mencari referensi-referensi
tambahan, adanya mahasiswa yang suka minta bantuan kepada teman dalam mengedit skripsi, dan adanya mahasiswa yang bergantung kepada temannya dalam pembuatan angket.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 6 Februari 2017, diperoleh
informasi dari salah seorang
mahasiswa STKIP PGRI Sumatera
Barat, adapun bentuk kurang
kemandirian mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhirnya,
seperti masih ada sebagian
mahasiswa yang menyerahkan
penyelesaian skripsi kepada pihak ketiga, adanya mahasiswa yang menyalin file teman atau senior yang mungkin ada kesamaan pembahasan
tanpa mengedit ulang kalimatnya,
masih ada mahasiswa yang
membebani atau minta tolong kepada teman dalam pengentrian data hasil penelitian, masih ada mahasiswa yang membayar orang lain untuk pengolahan data.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang: 1. Tujuan Umum.
Tingkat kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir. 2. Tujuan Khusus.
a. Tingkat kemandirian
mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir
dilihat dari kemandirian emosi.
b. Tingkat kemandirian
mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir
dilihat dari kemandirian
intelektual.
c. Tingkat kemandirian
mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir
dilihat dari kemandirian sosial.
d. Tingkat kemandirian
mahasiswa dalam
dilihat dari kemandirian ekonomi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang
bertujuan menggambarkan suatu
keadaan atau situasi tertentu
sebagaimana adanya secara
sistematis, aktual, akurat, kemudian ditentukan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian
ini penulis berupaya
mendeskripsikan, mengungkap,
menafsirkan data yang berhubungan
dengan “Tingkat Kemandirian
Mahasiswa dalam Menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat”.
Populasi yang menjadi objek
penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa Bimbingan dan
Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat yang sedang menyelesaikan tugas akhir khususnya pada angkatan 2013, dimana seluruh mahasiswa angkatan 2013 berjumlah 177 orang, sedangkan yang mengambil mata kuliah skripsi berjumlah 168 orang.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 63 orang mahasiswa dengan ketentuan presisi 10% (Riduwan, 2010:56).
Setelah semua data dari responden terkumpul, maka data yang terkumpul akan dianalisa untuk
melihat bagaimana tingkat
kemandirian mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir. Data
tersebut dianalisis dengan
menggunakan persentase Sudijono (2010:43) sebagai berikut:
P = × 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Tingkat
Kemandirian Mahasiswa dalam Menyelesaikan Tugas Akhir.
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat
dideskripsikan bahwa tingkat
kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir secara
umum berada pada kategori
mandiri. Dilihat dari hasil
dari pengolahan data bertolak belakang dengan asumsi atau
temuan awal yang peneliti
jabarkan pada latar belakang masalah sebelumnya, hal ini
dipicu oleh adanya faktor
eksternal dan internal yang
mendukung meningkatnya
kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir, seperti
mahasiswa yang memiliki
motivasi yang tinggi, mahasiswa
yang mampu menyelesaikan
sendiri tugas akhirnya, mahasiswa
mampu menyikapi
masalah-masalah yang muncul secara positif serta mampu mengontol emosinya dengan baik. Adapun faktor eksternal seperti sikap hangat dosen dalam membimbing mahasiswa menyelesaikan tugas akhir, fasilitas kampus yang
menunjang mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir seperti ruang baca yang nyaman, buku yang lengkap dan adanya jaringan internet.
Hurlock (Rintyastini dan
Suzy, 2006: 98) menyatakan
bahwa kemandirian adalah
kemampuan seseorang untuk
mengarahkan dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Menjadi orang mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain sama sekali, hanya saja kita tidak menggantungkan semua urusan kita kepada orang lain.
Kita sendirilah yang harus
membuat keputusan terhadap
semua urusan kita. Menjadi
mandiri bukan berarti harus
berpisah jauh secara fisik dan kehilangan orang-orang yang kita cintai karena kita tidak pernah berhenti membutuhkan hubungan
erat dan mendalam, serta
dukungan dari keluarga dan
teman. Maknanya lebih pada perilaku, emosi, kognitif, atau pikiran. Mandiri berarti tahu garis batas diri kita dan orang lain. Pikiran kita tidak berbaur dengan orang lain. Kita bukan hasil fotokopi, kita adalah diri kita sendiri.
Jadi, dalam menyelesaikan tugas akhir kemandirian sangat dibutuhkan pada diri mahasiswa, dimana mahasiswa yang mandiri
akan memiliki motivasi belajar yang tinggi, tidak mudah putus asa, mampu menyikapi masalah-masalah secara positif, tidak
bergantung pada orang lain
dimana dia mampu mengerjakan
sendiri tugas-tugasnya dan
memanfaatkan sarana dan
prasarana belajar yang baik untuk menunjang penyelesaian tugas akhir.
2. Tingkat Kemandirian
Mahasiswa dalam
Menyelesaikan Tugas Akhir Dilihat dari Kemandirian Emosional.
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap
mahasiswa dalam proses
penyelesaian tugas akhir di
program studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, yaitu melalui pemberian intrumen yang berisikan item-item pernyataan yang dijawab langsung oleh mahasiswa, diperoleh hasil
yang menggambarkan tingkat
kemandirian emosional
mahasiswa program studi
Bimbingan dan Konseling berada
pada kategori mandiri dengan persentase 57,14%.
Keterangan di atas
menjelaskan mahasiswa yang
dijadikan sampel teridentifikasi memiliki kemandirian emosional
yang mandiri dalam
menyelesaikan tugas akhir,
dimana bertolak belakang dengan asumsi atau temuan awal yang
peneliti jabarkan pada latar
belakang masalah. Hal ini dipicu karena adanya faktor internal dan
eksternal yang menunjang
mahasiswa mandiri dalam
menyelesaikan tugas akhir, seperti motivasi dan semangat belajar
mahasiswa yang tinggi,
mahasiswa yang sabar serta tidak mudah putus asa menghadapi masalah dan mampu menyikapi masalah secara positif. Adapun faktor eksternal diantaranya sikap hangat dosen dalam membimbing mahasiswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh para ahli.
Menurut Steigberg (Desmita, 2014:186) kemandirian emosional yaitu aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan
hubungan emosional antar
individu, seperti hubungan
emosional antara mahasiswa
dengan dosen dan lingkungan kampus. Rintyastini dan Suzy
(2006: 105-106) menyatakan
mandiri secara emosi berarti belajar untuk mengontrol emosi
dan meninggalkan perasaan
kekanak-kanakan atau manja
dengan orang tua. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan bentuk hubungan antara orang tua dan remaja, bukan dengan putusnya hubungan tersebut. Remaja yang
mandiri secara emosi tetap
menjaga hubungannya dengan anggota keluarga, namun disatu
sisi dirinya tetap memiliki
kemandirian dalam emosi.
Misalnya, seorang mahasiswa
yang terus didesak oleh orang
tuanya untuk cepat dalam
menyelesaikan tugas akhir, jika
mahasiswa tersebut memiliki
tingkat kemandirian emosional yang kurang mandiri maka dia akan panik bahkan depresi, tapi jika mahasiswa tersebut memilki tingkat kemandirian emosional
yang sangat mandiri maka dia akan menjadikan desakan orang tua tersebut menjadi motivasi.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir harus mampu dalam mengontrol emosinya, karena dengan berbagai
rintangan yang ditemukan
mahasiswa dituntut untuk mandiri dalam mengatasinya, mahasiswa
mampu memotivasi dirinya
sendiri dan lingkungan, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, seperti sabar dalam menunggu bimbingan, tidak mudah putus
asa, mahasiswa dan dosen
menjaga hubungan yang baik dan erat dimana adanya kedekatan emosional antar individu, lalu
mahasiswa mampu menjaga
hubungan dan kedekatan
emosional dengan lingkungan
kampus maupun masyarakat,
karena hal itu mendukung
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir.
3. Tingkat Kemandirian
Mahasiswa dalam
Menyelesaikan Tugas Akhir Dilihat dari Kemandirian Intelektual.
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap
mahasiswa dalam proses
penyelesaian tugas akhir di
program studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, yaitu melalui pemberian intrumen yang berisikan item-item pernyataan yang dijawab langsung oleh mahasiswa, diperoleh hasil
yang menggambarkan tingkat
kemandirian intelektual
mahasiswa program studi
Bimbingan dan Konseling berada pada kategori mandiri dengan persentase 49,21%.
Keterangan di atas
menjelaskan mahasiswa yang
dijadikan sampel teridentifikasi memiliki kemandirian intelektual
yang mandiri dalam
menyelesaikan tugas akhir,
dimana bertolak belakang dengan asumsi atau temuan awal yang
peneliti jabarkan pada latar
belakang masalah. Hal ini dipicu
karena adanya faktor internal dan
eksternal yang menunjang
mahasiswa mandiri dalam
menyelesaikan tugas akhir, seperti motivasi dan semangat belajar mahasiswa yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir sendiri serta mahasiswa yang
memiliki keterampilan belajar
yang mandiri dan mahasiswa mampu menuangkan ide-ide dan gagasan baru dalam pembuatan tugas akhir.
Kemandirian intelektual pada proses penyelesaian tugas akhir
merupakan hal yang sangat
penting, karena penulisan karya ilmiah menuntut mahasiswa untuk berpikir lebih kreatif, kritis, dan mampu menciptakan ide dan
gagasan baru, serta melatih
mahasiswa berpikir logis dan sistematis. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh para ahli.
Menurut Prayitno, dkk (2002: 18) tugas akhir atau skripsi merupakan syarat akhir yang harus dipenuhi mahasiswa untuk menyelesaikan studinya. Banyak manfaat yang dapat diperoleh
mahasiswa apabila menulis tugas akhir atau skripsi. Tugas akhir atau skripsi merupakan sarana
bagi mahasiswa untuk
mengimplementasikan
pengetahuan dan keterampilan
yang diperolehnya semenjak
semester pertama sampai semester
terakhir. Dengan demikian
dituntut mahasiswa untuk
mengeluarkan ide-ide dan gagasan
yang dimilikinya tanpa
bergantung pada orang lain, mahasiswa harus berpikir secara kreatif dan inovatif.
Terkait dengan kemandirian
intelektual, Thoha (Syahputa,
2013: 34) membagi ciri
kemandirian sebagai berikut: a. Mampu berpikir secara kritis,
kreatif dan inovatif.
b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. c. Tidak lari atau menghindari
masalah.
d. Memecahkan masalah dengan berpikir yang mendalam. e. Apabila menjumpai masalah
dipecahkan sendiri tanpa
meminta bantuan orang lain.
f. Tidak merasa rendah diri
apabila harus berbeda dengan orang lain.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir harus mampu mandiri secara
intelektual, karena mahasiswa
dituntut menyelesaikan tugas
akhir sesuai dengan yang telah ditentukan, dimana mahasiswa
harus mampu berpikir
menciptakan ide dan gagasan baru sehingga dapat mendeskripsikan dan menganalisa hasil penelitian
yang telah dilakukan dan
mempertanggung jawabkan hasil penelitian tersebut.
4. Tingkat Kemandirian
Mahasiswa dalam
Menyelesaikan Tugas Akhir Dilihat dari Kemandirian Sosial.
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap
mahasiswa dalam proses
penyelesaian tugas akhir di
program studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, yaitu melalui pemberian intrumen yang berisikan item-item
pernyataan yang dijawab langsung oleh mahasiswa, diperoleh hasil
yang menggambarkan tingkat
kemandirian sosial mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling berada pada kategori
mandiri dengan persentase
73,02%.
Keterangan di atas
menjelaskan mahasiswa yang
dijadikan sampel teridentifikasi memiliki kemandirian sosial yang
mandiri dalam menyelesaikan
tugas akhir, dimana bertolak belakang dengan asumsi atau
temuan awal yang peneliti
jabarkan pada latar belakang masalah. Hal ini dipicu karena
adanya faktor internal dan
eksternal yang menunjang
mahasiswa mandiri dalam
menyelesaikan tugas akhir, seperti memiliki hubungan yang baik
dengan lingkungan kampus,
misalnya sikap baik dengan
dosen, kerja sama yang baik
dengan teman dalam
menyelesaikan tugas akhir seperti saling memberikan motivasi dan
informasi dalam menyelesaikan tugas akhir.
Kemandirian sosial sangat dituntut pada mahasiswa, dimana
mahasiswa harus memiliki
hubungan yang baik dengan
lingkungannya dan tidak
bergantung kepada orang lain terutama dalam menyelesaikan tugas akhir. Menurut Havighurst
(Desmita, 2014:186)
“Kemandirian sosial yaitu
kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada aksi orang lain”.
Adapun karakteristik
kemandirian menurut Prayitno dan Erman (2008: 117) adalah sebagai berikut:
a. Mengenal diri sendiri dan
lingkungan sebagaimana
adanya.
b. Menerima diri sendirian dan lingkungan secara positif dan dinamis.
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
d. Mengarahkan diri sesuai
e. Mewujudkan secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
Menurut Hurlock (Rintyastini dan Suzy, 2006: 98) kemandirian
adalah kemampuan seseorang
untuk mengarahkan dirinya
sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Menjadi orang
mandiri bukan berarti tidak
membutuhkan orang lain sama sekali, hanya saja kita tidak menggantungkan semua urusan kita kepada orang lain. Kita sendirilah yang harus membuat keputusan terhadap semua urusan kita. Menjadi mandiri bukan berarti harus berpisah jauh secara fisik dan kehilangan orang-orang yang kita cintai karena kita tidak pernah berhenti membutuhkan hubungan erat dan mendalam, serta dukungan dari keluarga dan teman. Maknanya lebih pada perilaku, emosi, kognitif, atau pikiran.
Jadi, mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir
dituntut untuk mandiri secara
sosial, mampu mengenal diri
sendiri serta lingkungan.
Mahasiswa mampu berdiri sendiri tanpa bergantung pada kebutuhan
orang lain serta memiliki
hubungan yang hangat dengan lingkungan kampus maupun luar
kampus. Mahasiswa yang
memiliki kemandirian sosial akan
mampu berinteraksi dengan
mudah dan memiliki hubungan yang baik dengan sekitarnya,
dimana itu bisa membantu
mahasiswa dalam studinya.
5. Tingkat Kemandirian
Mahasiswa dalam
Menyelesaikan Tugas Akhir Dilihat dari Kemandirian Ekonomi.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan pada 63 orang mahasiswa di program Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat yang dijadikan sampel, maka diperoleh hasil yang
menggambarkan tingkat
kemandirian ekonomi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling dalam menyelesaikan tugas akhir berada pada kategori
mandiri dengan persentase 46,03%.
Keterangan di atas
menjelaskan mahasiswa yang
dijadikan sampel teridentifikasi memiliki kemandirian ekonomi
yang mandiri dalam
menyelesaikan tugas akhir,
dimana bertolak belakang dengan asumsi atau temuan awal yang
peneliti jabarkan pada latar
belakang masalah. Hal ini dipicu karena adanya faktor internal dan
eksternal yang menunjang
mahasiswa mandiri dalam
menyelesaikan tugas akhir, seperti mahasiswa cenderung memilih mengerjakan sendiri tugas akhir tanpa membayar pihak lain dalam
pembuatan tugas akhir dan
mahasiswa memanfaatkan sarana dan prasana di kampus seperti menggunakan buku-buku yang
ada di perpustakaan tanpa
membeli buku di luar. Dimana Havighurst (Desmita, 2014: 186)
menyatakan “Kemandirian
ekonomi yaitu kemampuan
mengatur ekonomi sendiri dan
tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain”.
Jadi, mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir
dituntut mandiri pada bidang ekonomi, karena mahasiswa akan lebih banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan tugas akhir, seperti membeli buku. Seorang mahasiswa yang mandiri dalam
bidang ekonomi akan bisa
memanajemen waktu sehingga mampu mencari ide yang dapat menunjang bidang ekonominya.
Seperti: memanfaatkan waktu
yang kosong untuk bekerja,
memanfaatkan media sosial untuk
berjualan tas/baju dan
menciptakan suatu karya yang diminati orang lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa tingkat
kemandirian mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir di
program studi Bimbingan dan
Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat sebagai berikut:
1. Kesimpulan Umum.
Tingkat kemandirian mahasiswa
dalam menyelesaikan tugas
akhir berkategori mandiri. 2. Kesimpulan Khusus.
a. Tingkat kemandirian
mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir
dilihat dari kemandirian
emosional berada pada
kategori mandiri.
b. Tingkat kemandirian
mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir
dilihat dari kemandirian
intelektual berada pada
kategori mandiri.
c. Tingkat kemandirian
mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir
dilihat dari kemandirian
sosial berada pada kategori mandiri.
d. Tingkat kemandirian
mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir
dilihat dari kemandirian
ekonomi berada pada
kategori mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyanti.
2007. Ilmu Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta. Desmita. 2014. Psikologi Sosial
Perkembangan Peserta
Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Kependidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Prayitno dan Erman Amti. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Riduwan. 2010. Pengukuran
Variabel-variabel
Penelitian. Bandung:
Alfbeta.
Rintyastini, Yuli & Suzy Yulia Charlotte. 2006. Bimbingan dan Konseling untuk SMP
Kelas VII. Jakarta:
Erlangga.
Sudijono, Annas. 2010. Pengantar
Statistik Pendidikan.
Jakarta: Raja Wali Press. Syahputra, Robi. 2013. “Pola Asuh
Orang Tua dalam Membina Kemandirian Belajar Peserta Didik di SMP Negeri 9
Padang. Padang STKIP
PGRI SUMBAR”. Skripsi tidak diterbitkan. STKIP PGRI SUMBAR.