• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON SINBIOTIK PROBIOTIK (BAL) DAN PREBIOTIK TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) Buana Basir 1) dan Nursyahran 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON SINBIOTIK PROBIOTIK (BAL) DAN PREBIOTIK TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) Buana Basir 1) dan Nursyahran 2)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON SINBIOTIK PROBIOTIK (BAL) DAN PREBIOTIK TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei)

Buana Basir1) dan Nursyahran2)

1) Budidaya Perairan, Sekolah Tinggi Kelautan Balik Diwa 2)Ilmu Kelautan, Sekolah Tinggi Kelautan Balik Diwa

Surel: fathi.elfikri@gmail.com ABSTRACT

This research was conducted to analyse and evaluates of vanamei shrimp growth rate with added different probiotic bacteria and prebiotic in feed. Utilize aquarium container with capacity 30 liters, with Shrimp tests is vanamei shrimp with average weight of 0.1 grams. Design experimentaling to utilize Completed Randomized Design with 4 treatments and 3 replications, which is : (A) Added bacteria Lactococcus lactis on feed, (B) Added bacteria Lactobacillus bulgaricus on feed, (C) Added bacteria Streptococcus

thermophilus on feed and (D) Without added probiotic bacteria. The analysis of

variance showed that the treatments wassignificantly influenced (P<0,05) to growth rate of vanamei shrimp in the second week, third, and fourth. The result of W-Tukey test showed that the treatment B (3,437±0,405, 4,747±0,193, 5,177±0,319, 3,933±0,109) was significantly different with treatment D (1,467±0,300, 2,467±0,248, 3,060±0,519, 2,360±0,315), and give the most high of the vanamei growth rate. Water quality parameter is normal for growth to shrimp vanamei, but ammonia increased in the third week. Added bacteria Lactobacillus bulgaricus in feed that contains prebiotic to result the best specific growth rate.

Keywords: Bacteria probiotic, prebiotic, shrimp vanamei, Synbiotic.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi laju pertumbuhan udang vanamei dengan penambahan bakteri probiotik yang berbeda dan prebiotik ke dalam pakan. Wadah yang digunakan adalah akuarium dengan kapasitas 30L, dengan hewan uji udang vanamei dengan bobot ±1 g. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 ulangan, yaitu (A) Penambahan bakteri

Lactococcus lactis pada pakan, (B) Penambahan bakteri Lactobacillus bulgaricus pada

pakan, (C) Penambahan bakteri Streptococcus thermophilus pada pakan dan (D) Tanpa penambahan bakteri probiotik. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan udang vanamei di minggu kedua, ketiga, dan keempat percobaan. Hasil uji W-Tukey menunjukkan bahwa perlakuan B (3,437±0,405, 4,747±0,193, 5,177±0,319, 3,933±0,109) berbeda nyata dengan perlakuan D (1,467±0,300, 2,467±0,248, 3,060±0,519, 2,360±0,315), dan menghasilkan laju pertumbuhan tertinggi terhadap udang vanamei. Nilai parameter kualitas air dalam kisaran yang normal untuk pertumbuhan udang vanamei, kecuali nilai amoniak mengalami kenaikan konsentrasi di minggu ketiga percobaan. Penambahan

(2)

bakteri Lactobacillus bulgaricus pada pakan yang mengandung prebiotik menghasilkan laju pertumbuhan spesifik terbaik.

Kata kunci: bakteri probiotik, prebiotik, Sinbiotik, udang vanamei.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Udang vanamei adalah udang introduksi yang banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki beberapa keunggulan. Udang vanamei tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari), sintasan tinggi dan nilai konversi pakan (Feed

Convention Ratio) rendah berkisar 1:1,3 (KKP, 2012). Harga di pasaran internasional

juga cukup baik (Ariawan et al., 2005). Walaupun udang vanamei ini memiliki banyak keunggulan, tetapi lingkungan ataupun media budidaya harus tetap selalu dijaga agar tetap mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang selama budidaya. Begitupun dengan penggunaan pakan selama budidaya, harus diperhatikan agar dapat mendukung pertumbuhan udang secara signifikan dan termanfaatkan secara efesien. Apalagi pakan dalam budidaya kontribusinya paling besar dalam operasional.

Salah satu upaya pengelolaan lingkungan dan pakan adalah dengan penggunaan probiotik. Aplikasi probiotik dalam budidaya udang dapat menciptakan lingkungan budidaya yang kondusif (Wang et al. dalam Amin & Mansyur, 2010), menjaga kesehatan udang (Gaggia et al. dalam Haryati, 2011), serta membantu dalam kecernaan pakan (Bariagi et al. dalam Nopitawati, 2010).

Selain itu, tingginya biaya pakan merupakan kendala yang cukup besar bagi petani tambak dalam mengelola usaha budidaya udang, terutama dalam skala semi dan intensif. Oleh karena itu dengan penggunaan probiotik diharapkan dapat meningkatkan

(3)

efesiensi penggunaan pakan (Murni, 2004), sehingga dapat menekan biaya penyediaan pakan.

Penggunaan probiotik dalam budidaya sudah banyak dilakukan beberapa tahun terakhir. Probiotik dapat menggantikan peran antibiotik, juga dapat mengurai senyawa-senyawa komplek, serta membantu dalam kecernaan pakan. Probiotik memiliki enzim-enzim khusus yang membantu dalam pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana yang mempermudah pencernaan dan penyerapan nutrisi pada saluran pencernaan udang (Nopitawati, 2010). Penyerapan nutrisi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi, sehingga sangat mendukung optimalnya usaha budidaya.

Beberapa jenis bakteri yang tergolong probiotik adalah kelompok bakteri asam laktat (BAL) diantaranya Streptococcus thermophilus, Lactobacillus bulgaricus dan

Lactococcus lactis yang mampu menghasilkan enzim α-galaktosidase yang dapat

menghidrolisis rafinosa dan stakiosa yang banyak terdapat pada kacang hijau (Yusmarini et al., 2009). Selain itu jenis bakteri asam laktat ini mampu dengan cepat memproduksi asam laktat (Piraino et al., 2007), dan mempunyai aktivitas proteolitik lebih besar dari jenis bakteri asam laktat lainnya (Garaba et al., 2007).

Salah satu upaya meningkatkan populasi bakteri dalam saluran pencernaan adalah penambahan prebiotik dalam pakan. Kacang-kacangan adalah salah satu bahan pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai prebiotik ke dalam pakan udang. Kacang-kacangan mengandung oligosakarida tidak tercerna (Widowati & Misgiyarta, 2003), tetapi menguntungkan bagi bakteri probiotik, sehingga kacang-kacangan dapat digunakan sebagai prebiotik. Kacang hijau memiliki kandungan karbohidrat tertinggi dari kacang-kacangan pada umumnya, yaitu sebesar 56,8%/100 g kacang (Fratiwi et al.,

(4)

2008) dalam 100 gram kacang hijau mengandung sukrosa 1,06-2,19%, raffinosa 0,38-0,69%, stakiosa 0,50-1,50 % dan pati yang terdiri dari amilosa 28,8% dan amilopektin 71,2%. Selain itu mengandung pula polisakarida non pati/non starch polisaccharides (NSP) yang terkandung sebesar 10-30 % pada biji-bijian seperti kacang hijau dan serealia lainnya (Haryati, 2011).

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah laju pertumbuhan udang vanamei yang diberi penambahan probiotik L. lactis, L. bulgaricus, dan S.

thermophilus dengan kacang hijau ke dalam pakan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi laju pertumbuhan udang vanamei dengan penambahan probiotik Lactococcus lactis, Lactobacillus

bulgaricus, dan Streptococcus thermophilus dengan prebiotik kacang hijau ke dalam

pakan.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Metode penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Balitbangda, Kabupaten Barru Sulawesi Selatan dengan menggunakan metode eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu (A) Pakan yang mengandung kacang hijau dan probiotik Lactococcus lactis, (B) Pakan yang mengandung kacang hijau dan probiotik Lactobacillus bulgaricus (C) Pakan yang mengandung kacang hijau

(5)

dan probiotik Streptococcus thermopilus dan (D) Pakan yang mengandung kacang hijau tanpa penggunaan probiotik

Metode kerja

1. Persiapan wadah, media air dan hewan uji

Bak dan semua peralatan yang digunakan terlebih dahulu didesinfektan dengan klorida (kaporit) dan dinetralkan dengan Na-thiosulfat. Wadah yang telah disterilisasi masing-masing diisi dengan air laut yang sudah melalui penyaringan sebanyak 40 L, dengan salinitas 15 ppt.

Hewan uji yang digunakan adalah udang vanamei dengan ukuran bobot ± 1 g, yang diambil dari tambak masyarakat sekitar. Sebelum ditebar ke bak-bak uji, hewan uji diaklimatisasi selama 24 jam dengan menempatkannya di bak penampungan dengan media air yang diaerasi. Selama aklimatisasi, hewan uji diberi pakan komersil dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari sebanyak 8% dari bobot tubuh. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 07.00, 12.00, dan pukul 17.00 WITA. Setelah masa aklimatisasi selesai, hewan uji dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan menghilangkan sisa pakan dalam tubuh.

2. Persiapan Pakan dan Probiotik

Pakan yang digunakan diformulasi dengan komposisi gizi sesuai dengan kebutuhan juvenil udang vanamei dan ditambahkan kacang hijau sebagai prebiotik. Bakteri yang digunakan sebagai probiotik adalah bakteri asam laktat jenis Lactococcus

lactis, Lactobacillus bulgaricus, dan Streptococcus thermophilus koleksi PAU UGM,

dengan konsentrasi 2,1 x 109 CFU/mL.

Persiapan pembuatan pakan uji diawali dengan menyiapkan bahan baku pakan meliputi pengeringan dan penghalusan bahan menjadi bentuk tepung. Masing-masing

(6)

bahan baku ditimbang sesuai dengan komposisi bahan baku penyusun pakan. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur hingga homogen. Campuran yang telah homogen ditambah air sebanyak 6% dari berat pakan dan diremas-remas hingga menjadi adonan. Adonan dicetak dengan mesin pencetak pellet. Kemudian pakan dikeringkan dengan oven pada suhu dibawah 70οC selama 2-3 hari.

Metode pencampuran probiotik mengacu pada metode Aslamyah (2006), yaitu probiotik terlebih dahulu diencerkan dengan Buffer Peptone Water dan minyak ikan (dengan perbandingan 1 mL probiotik : 3 mL Buffer Peptone Water : 1 mL minyak ikan). Campuran ini kemudian disemprotkan pada pakan secara merata dengan menggunakan sprayer.

3. Pemeliharaan

Sebelum ditebar ke bak uji, hewan uji ditimbang dahulu untuk mengetahui bobot awal dengan menggunakan timbangan analitik. Udang dipelihara selama sebulan dan diberi pakan dengan waktu dan persentase yang sama dengan masa aklimatisasi.

Selama percobaan, kualitas media budidaya dijaga dalam kisaran yang layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil udang vaname. Kualitas air dijaga dengan cara melakukan penyiponan setiap hari terhadap sisa pakan dan feses di dasar wadah, serta melakukan pergantian air sebanyak 50% setiap hari. Pengukuran kualitas air media dilakukan setiap hari meliputi pengukuran suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut secara in situ dan amoniak diukur 2 kali seminggu dengan menggunakan bahan

ammonia/ammonium test.

Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan terdiri atas: 1. Laju Pertumbuhan

(7)

Laju pertumbuhan diukur menggunakan rumus Effendie (1997) : SGR = ln Wt−ln W0

T

x 100

2. Kualitas Air

Pengukuran Oksigen terlarut, pH, suhu dan salinitas diukur secara manual menggunakan DO meter, pH meter, termometer dan refraktometer. Sementara kadar amonia diukur menggunakan bahan ammonia/ammonium test.

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) melalui program SPSS versi 16. Jika perlakuan berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjut W-Tukey untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik udang vanamei dengan perlakuan probiotik yang berbeda selama 35 hari pemeliharaan ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai rataan bobot tubuh hewan uji selama 35 hari percobaan

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan pengaruh antar perlakuan.

Perlakuan Nilai Rataan±SE

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

A B C D 2,490±0,540a 3,437±0,405a 2,597±0,501a 1,467±0,300a 3,707±0,507a 4,747±0,193a 4,353±0,594a 2,467±0,248ab 4,437±0,380a 5,177±0,319a 4,247±0,296a 3,060±0,519ab 3,273±0,179a 3,933±0,109a 3,390±0,050a 2,360±0,315b

(8)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan probiotik yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan udang vanamei (Litopenaeus

vannamei) di minggu kedua dan minggu ketiga percobaan. Sementara di minggu

pertama, perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan udang vanamei. Hasil uji lanjut W-Tukey menunjukkan bahwa perlakuan B (penggunaan probiotik

Lactobacillus bulgaricus) berbeda nyata dengan perlakuan D (tanpa probiotik), dan

memberikan laju pertumbuhan yang tertinggi dari semua perlakuan mulai dari minggu pertama, sampai kepada minggu keempat percobaan.

Perlakuan A (penggunaan bakteri Lactococcus lactis) tidak berbeda nyata dengan perlakuan B (penggunaan probiotik Lactobacillus bulgaricus), perlakuan C (penggunaan probiotik Streptococcus thermopilus) dan perlakuan D (tanpa probiotik). Demikian pula perlakuan B dengan perlakuan C dan perlakuan C dengan perlakuan D tidak berbeda nyata dalam menghasilkan laju pertumbuhan udang vanamei di minggu kedua dan minggu ketiga percobaan.

Grafik laju pertumbuhan spesifik udang vanamei pada semua perlakuan selama 35 hari percobaan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik garis laju pertumbuhan udang vanamei (Litopenaeus vannamei).

2.49 3.71 4.44 3.27 3.43 4.75 5.17 3.94 2.60 4.35 4.25 3.39 1.47 2.47 3.09 2.36 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 Mg_1 Mg_2 Mg_3 Mg_4 SG R (% /Hari ) Waktu

(9)

Secara deskriptif dari Gambar 2 terlihat bahwa perlakuan B (penggunaan probiotik L. bulgaricus) memberikan laju pertumbuhan (SGR) tertinggi dari awal sampai pada minggu ketiga percobaan. Disusul kemudian dengan perlakuan C (penggunaan probiotik Streptococcus thermopilus), namun tidak jauh berbeda pengaruhnya dengan perlakuan A (penggunaan probiotik Lactococcus lactis). Sementara perlakuan D (tanpa penggunaan probiotik) memberikan hasil terendah terhadap laju pertumbuhan udang vanamei mulai minggu pertama sampai pada minggu ketiga percobaan.

Pada minggu keempat percobaan, grafik pertumbuhan mengalami penurunan terhadap laju pertumbuhan, hal ini diduga karena ukuran bobot dan panjang udang semakin besar. Walaupun demikian linearitas laju pertumbuhan masih signifikan dengan pola laju pertumbuhan yang sama sejak minggu kedua percobaan.

Bakteri probiotik memiliki enzim-enzim khusus yang membantu dalam pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana yang mempermudah pencernaan dan penyerapan nutrisi pada saluran pencernaan udang (Nopitawati, 2010). Penyerapan nutrisi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi, sehingga sangat mendukung optimalnya usaha budidaya (Basir, 2014).

Lactobacillus spp merupakan jenis bakteri yang paling sering digunakan sebagai probiotik dalam pengkayaan dan peningkatan kualitas makanan (Goldin dalam Pato 2003), dan umumnya berpotensi sebagai agen probiotik yang bermanfaat bagi kesehatan manusia dan hewan (Rahayu, 2007).

Sintasan

(10)

Tabel 2. Sintasan Udang Vanamei Selama 35 Hari Percobaan.

Perlakuan Sintasan (%)

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV A B C D 98,3 100 100 98,3 98,3 100 100 98,3 87,3 89 91,7 96,7 79,7 78 76,3 68,3

Sintasan udang vanamei selama percobaan diatas 70% untuk semua perlakuan penggunaan pakan menggunakan bakteri probiotik. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan bakteri probiotik dalam pakan dapat menyeimbangkan kerja mikroflora usus sehingga meningkatkan kecernaan pakan dan kesehatan udang.

Austin (1999) mengatakan bahwa diantara strategi peningkatan nilai sintasan pada budidaya perikanan adalah melalui kontrol biologis. Salah satunya dengan penggunaan bakteri Lactobacillus spp. melalui pengkayaan pada pakan yang akan dimanfaatkan untuk hewan.

Kualitas Air

Nilai parameter kualitas air selama 35 hari percobaan ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Parameter Kualitas Air Selama 35 Hari Percobaan

No. Parameter Kualitas Air Nilai

1. 2. 3. 4. 5. Suhu Salinitas Oksigen terlarut pH Amonia 27-28 0C 15 ppt 4,7-5,6 ppm 8,5-8,7 0-0,5 ppm

(11)

Nilai kualitas air pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kisaran parameter kualitas air selama percobaan masih dalam kisaran kelayakan pertumbuhan udang vanamei. Kisaran kualitas air yang optimal untuk pertumbuhan udang vanamei, yaitu suhu 26-320 C, salinitas 5-30 ppt, pH 7,5-8,5, DO 4-6 ppm (Widodo dan Adijaya, 2008; H. Kordi, 2010), kecuali nilai parameter amonia (NH3). Konsentrasi amonia (NH3) yang berkisar

0,0-0,5 ppm, dimana konsentrasi diatas 0,02 ppm merupakan konsentrasi yang kurang memenuhi standar kelayakan hidup bagi umumnya biota perairan.

Menurut Liviawaty & Afrianto (1998) konsentrasi amonia di bawah 0,02 ppm masih aman bagi sebahagian besar ikan, dan konsentrasi yang lebih besar dari angka tersebut bisa menyebabkan keracunan pada ikan. Kadar amonia (NH3) ini juga diduga

memberi pengaruh terhadap laju pertumbuhan udang yang lambat karena energi yang dihasilkan dari proses metabolisme banyak yang digunakan untuk mempertahankan fungsi sel-sel tubuhnya, sehingga kurang yang terkonversi menjadi sel tubuh.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. Penggunaan probiotik Lactobacillus bulgaricus pada pakan yang mengandung prebiotik memberi laju pertumbuhan terbaik terhadap udang vanamei,

2. Penggunaan bakteri probiotik pada pakan yang mengandung prebiotik memberikan sintasan yang lebih baik dari pakan yang tanpa penambahan bakteri probiotik, 3. Kuaklitas air selama percobaan memenuhi standar kelayakan untuk pemeliharaan

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Amin M & Mansyur A. 2010. Pertumbuhan plankton pada aplikasi probiotik dalam pemeliharaan udang windu (Penaeus monodon Fabricius) di bak terkontrol.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Penelitian dan

Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros.

Aslamyah S. 2006. Penggunaan Mikroflora Saluran Pencernaan sebagai Probiotik untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng. (Disertasi). Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Austin. 1999. Bacterial Fish Phatogens, Diseaseof Farmed and Wild Fish. Springer-Praxis.Goldman. P 263-295.

Basir B. 2014. Kinerja probiotik Lactococcus lactis dalam saluran pencernaan udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) dengan pemberian pakan yang disuplemen prebiotik kacang hijau. Jurnal Balik Diwa Sains dan Teknologi 5(2).

Crittenden RG. 1999. Prebiotics In: Probiotics: A Critical Review. Horizon Scientific Press. Wymondham. pp. 141 – 156.

Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Fratiwi, Yulneriwarni, & Noverita. 2008. Fermentasi Kefir dari Susu

Kacang-kacangan. Vis Vitalis 1(2).

Garabal JI, Alonso PR, & Centeno JA. 2007. Characterization of lactic acid bacteria isolated from raw cow’s milk cheeses currently produced in Galicia (NW Spain).

Swiss Soc. of Food Sci. and Technol.

Gilliland SE. 1990. Health and nutritional benefits from lactic acid bacteria. FEMS

Microbiol Rev. 7 (1-2): 175-88.

Haryati T. 2011. Probiotik dan prebiotik sebagai pakan imbuhan nonruminansia.

Wartazoa 21(3).

Irianto A. 2007. Potensi Mikroorganisma: Di Atas Langit Ada Langit. (Ringkasan Orasi Ilmiah). Fakultas Biologi Universitas Jenderal Sudirman. Tanggal 12 Mei.

Kementerian Kelautan Perikanan. 2012. E-jurnal

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7519/Budidaya-Udang-Vannamei. [15 Desember 2014].

Liviawaty E, & Afrianto E. 2003. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Jogjakarta.

Mansyur A & Malik AT. 2008. Probiotik : Pemanfaatannya untuk pakan ikan berkualitas rendah. Media Akuakultur 3 (2).

(13)

Murni, 2004. Pengaruh Penambahan Bakteri Probiotik Bacillus sp. dalam Pakan Buatan terhadap Aktivitas Enzim Pencernaan, Efesiensi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Gurame. (Tesis). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nopitawati T. 2010. Seleksi bakteri probiotik dari saluran pencernaan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang Vaname (Litopenaeus vannamei). (Tesis). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pato U. 2003. Potensi bakteri asam laktat yang diisolasi dari dadih untuk menurunkan resiko penyakit kanker. Jurnal Natur Indonesia 5(2): 162-166.

Piraino P, Zotta T, Ricciardi A, McSweeney PLH, & Parente E. 2008. Acids production, proteolysis, autolytic and inhibitory properties of lactic acid bacteria isolated from pasta filata cheese: A multivariate screening study. Int. Dairy

Journal.18: 81-92.

Puspita D, Prasetyo B, & Uktolseja JLA. 2012. Viabilitas Keringan Beku Bakteri Asam Laktat untuk Inokulan Probiotik Pakan Ikan. Pascasarjana. Magister Biologi.

Universitas Kristen Satya Wacana.

Rahayu E. 2001. Potensi Bakteri Asam Laktat di Bidang Industri Pangan. Prosiding

Seminar Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia.

Ruzanna. 2011. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Penghasil Antibakteri dari Feses Bayi. (Tesis). Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Widodo RH & Adijaya DS. 2008. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.

Widowati S & Misgiyarta. 2003. Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/susu Nabati. Prosiding Seminar

Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

Wyk PV & Scarpa J. 1999. Water Quality Requirements and Management. Harbor Branch Oceanographic Institution. Florida

Yusmarini, Indrati R., Utami T., dan Marsono Y., 2009. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat proteolitik dari susu kedelai yang terfermentasi spontan. Jurnal Natur

Gambar

Tabel 1. Nilai rataan bobot tubuh hewan uji selama 35 hari percobaan
Gambar 2. Grafik garis laju pertumbuhan udang vanamei (Litopenaeus vannamei).
Tabel 2. Sintasan Udang Vanamei Selama 35 Hari Percobaan.

Referensi

Dokumen terkait

Dan selama acara tersebut telah berlangsung hingga sekarang, telah banyak  kemajuan-kemajuan yang berarti bagi perkembangan di desa kita.. Namun dalam kurun waktu kemajuan-kemajuan

Kondensor merupakan salah satu peralatan penting dalam sebuah proses di power plant khususnya pada sistem PLTU Bukit Asam yang fungsinya adalah untuk mengkondensasikan uap

belakangan udah mulai banyak anggotanya, nggak cukup kalau buat di rumah gitu, terus kita nyewa gedung, pernah nyewa di Balai Widya, terus pernah di polisi itu,

Prav zaradi tega dejstva morajo podjetja, ki se ukvarjajo s ponudbo storitev v turizmu, svojemu ciljnemu občinstvu posredovati takšne informacije in ustvariti takšno podobo, da

bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500 – 1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah (Karkata, 2009). Penanganan..

Dokter bedah plastik RS PHC Surabaya bisa membantu Anda memperbaiki penampilan kulit yang terbakar dengan melakukan tindakan operasi bedah plastik yang meliputi pembebasan

Berdasarkan penelitian Tuminah (2010:70), hasil analisis dari data yang diperoleh perbedaan signifikan antara kelas yang menggunakan media.. pocket book dan tanpa

memanfaatkan potensi kawasan agar dapat difungsikan secara optimal. 2) Merupakan area pemukiman dan pariwisata dimana Sungai Cisadane telah digunakan sebagai objek