• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu tersebut adalah sebagai berikut : Malaysia dengan objek 10 universitas terbaik menurut 4 International

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu tersebut adalah sebagai berikut : Malaysia dengan objek 10 universitas terbaik menurut 4 International"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa uraian secara ringkas penelitian terdahulu yang menjadi acuan, bacaan reverensi dan sebagai bukti bahwa telah dilakukan penelitian tentang pengungkapan Intellectual Capital pada webstie Perguruan Tinggi, penelitian terdahulu tersebut adalah sebagai berikut :

Ulum et al., (2019) melakukan penelitian dengan membandingkan jumlah item Intellectual Capital yang diungkapkan antara universitas Indonesia dan Malaysia dengan objek 10 universitas terbaik menurut 4 International College and Universities (4ICU) tahun 2018 di Indonesia dan Malaysia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, jumlah pengungkapan informasi Intellectual Capital melalui website universitas di Indonesia dan Malaysia masi berada kisaran 50 persen saja, sisanya tidak diungkapkan. Penelitian ini juga menggunakan metode content analysis secara deskriptif dan Mann-Whitney Test.

Penelitian pada 35 perguruan tinggi peraih QS-Star dengan menggunakan framework intellectual capital yang terdiri dari 46 item. Yang menghasilkan pengungkapan Intellectual Capital tertinggi dalam Human Capital, Structural Capital, Relational Capital adalah universitas Airlangga yaitu mengungkapkan yang berjumlah 33 item dari 46 item intellectual capital sedangkan yang terendah adalah Institut Teknologi Nasional Bandung yang hanya mengungkapkan 12 item dari 46 item intellectual

(2)

7

capital. Penelitian ini juga menggunakan metode content analysis (Ulum dan Pratiwi, 2012).

Puspitahati et al., (2011) menyatakan bahwa pengungkapan Intellectual Capital pada tiga PTN di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan persentase pengungkapan tertinggi belum mencapai 50% dari jumlah item Intellectual Capital universitas atau tidak satupun perguruan tinggi di Indonesia yang mengungkapkan item secara penuh. Penelitian ini mengacu pada Leitner (2002), yang terdiri dari 39 item intellectual capital. Objek penelitian ini adalah (Ulum et al., 2016) menyatakan bahwa jumlah item pengungkapan Intellectual Capital atau informasi yang diungkapkan universitas di Indonesia dan Malaysia cenderung mengungkapkan informasi dalam dalam bentuk narasi. Objek dari penelitian ini adalah 5 universitas terbaik- versi webometrics 2015 di Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini merupakan penelitian komparasi, yaitu penelitian yang membandingkan dua atau lebih objek kajian dalam satu topik dengan menggunakan metode content analysis dan Mann- Whitney Test

Novitasari dan Ulum (2018) meniliti 30 universitas terbaik situs resmi di Indonesia (4ICU versi 2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa universitas di Indonesia masih mengungkapkan informasi dalam bentuk narasi yang rata berdasarkan situs resmi masing-masing universitas dan penggunaan pengungkapan informasi dalam bentuk angka, IDR/moneter, dan gambar/grafik rata dari bawah 40%.

(3)

8

Aviani dan Siska (2019) menyatakan bahwa pengungkapan IC tertinggi di Indonesia diungkapkan oleh Universitas Indonesia sebesar 66%, sedangkan pengungkapan IC terendah adalah pengungkpan IC di Institut Teknologi Bandung sebesar 33%. Situs web resmi universitas terbaik di China mengungkapkan item IC tertinggi sebesar 65% yang diungkapkan oleh Universitas Wuhan, sementara pengungkapan IC terendah sebesar 33% diungkapkan oleh Universitas Tsinghua. Universitas terbaik di Indonesia dan China sudah mengungkapkan IC cukup banyak, tetapi universitas-universitas ini lebih banyak mengungkapkan hanya dalam bentuk narasi.

Aulia et al (2019) meniliti sampel pengungkapan IC di 41 universitas muhammadiyah . Hasil penelitian dari jumlah pengungkapan IC terbanyak terdiri dari 3 komponen dan 46 item yang diungkapkan adalah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sedangkan universitas terendah yang mengungkapkan IC adalah universitas Muhammadiyah bengkulu yang hanya mengungkapkan 8 item dari total 46 item pengungkapan komponen IC

Ulum (2019) menyatakan bahwa Intellectual Capital framework ini terdiri dari 3 elemen yaitu human capital, structural capital, relational capital yang masing-masing item komponen HC adalah 30, SC adalah 18, dan RC adalah 12 item. Dengan menggunakan metode penelitian eksploratif melalui Focus Group Disscusion (FGD) dan yang merupakan modifikasi Leitner (2002a).

Dari penelitian terdahulu diatas, peniliti dapat menarik kesimpulan bahwa pengungkapan Intellectual Capital pada perguruan tinggi masi realvatif rendah, atau

(4)

9

masi banyak perguruan tinggi yang belum mengungkapkan modal intelektualnya dan cenderung mengungkapkan informasi dalam dalam bentuk narasi.

B. TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 1. Stakeholder Theory

Ramizes dalam bukunya Cultivating Peace, mengindentifikasi berbagi pendapat tentang stakeholder. Freeman dan Reed (1983, h.91) mendefiniskan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa stakeholders adalah seorang yang mempunyai sauatu keterikatan kepentingan yang dapat memberikan arahan ataupun pendapat untuk permaslahan tertentu.

Teori stakeholder adalah sebuah konsep manajemen strategis, tujuannya adalah untuk membantu korporasi memperkuat hubungan dengan kelompok-kelompok eksternal dan mengembangkan keunggulan kompetitif.

Menurut Purnomosidhi (2005) pelaporan aktivitas organisasi, tidak hanya pada pelaporan keuangan saja. Sehingga, pelaporan atas Intellectual Capital dan infomasi lainnya diluar pelaporan wajib (mandatory disclosure) juga penting untuk dilakukan.

Hal ini selaras dengan topik yang peneliti akan lakukan, karena pihak yang berkepentingan juga membutuhkan data mengenai pengungkpan Intellectual Capital pada perguruan tinggi yang digunakan sebagai dasar penguat dalam mendukung entitas dan jika semakin tinggi pengungkapan Intellectual Capital yang dilakukan maka memberika dampak positif juga bagi pengguna seperti kepuasaan memperoleh informasi yang luas, reputasi yang di dapatkan semakin meningkat, dapat tercapainya

(5)

10

visi dan misi perguruan tinggi tersebut, serta bagi para pekerja dapat meningkatkan kepercayaan diri.

2. Intellectual Capital

Bontis et al (2000) menyatakan bahwa secara umum para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari Intellectual Capital, yaitu :human capital(HC),structural capital(SC),dan customer capital (CC).Menrut Brinker (2000) menyamakan intellectual capital sebagai jumlah human capital,dan structural capital (misalnya, hubungan dengan konsumen,jaringan teknologi informasi dan manajemen).

Dalam jurnal Bontis (2000) diatas uraian tiga konstruk utama intellectual sebagai berikut :

a. Human Capital (Modal Manusia)

Human capital merupakan sumber hidup (lifeblood) dalam modal intelektual atau penyampaian informasi yang terdiri dari HC,SC,RC yang di miliki oleh perusahaan dalam laporan tahunan kepada para pengguna laporan.Disinilah sumber inovasi dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit diukur.Human Capital juga merupakan sumbernya pengetahuan yang sangat berguna,keterampilan,dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan.Human Capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang yang ada dalam perusahaan tersebut.HC akan meningkat jika

(6)

11

perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.(Binker,2000)

b. Stuctural Capital

Structural Capital merupakan kemampuan perusahaan atau organisasi dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optima serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya : budaya organisasi,proses manufacturing,filosofi manajemen,sistem operasional dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan.Seorang individu dapat memiliki kemampuan skill atau intelektual yang tinggi, tetapi jika organisasi atau perusahaan memiliki system dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapi kinerja secara optimal dan pontensi yang ada tidak dapat dipergunakan secara maksimal.

c. Relational Capital

Konstruk ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational Capital merupakan hubungan yang harmonis atau asciation network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational Capital dapat muncul dari

(7)

12

berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.

3. Pengungkapan Intellectual Capital pada Perguruan Tinggi

Menurut Hendriksen (1991) mendefinisikan bahwa pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian pasar modal yang efisien. Tujuan pengungkapan intellectual capital adalah untuk mencatat, mengelola dan mendokumentasikan proses berbasis pengetahuan serta menyediakan baik manajemen dan pemangku kepentingan yang relevan dengan informasikualitatif dan kuantitatif baru (warden, 2013)

Menurut Ulum (2019) bahwa pendekatan Intellectual Capital menjadi sangat penting dalam instusi pendidikan tinggi, karena pengetahuan adalah output dan input utama mereka. Pendidikan tinggi menghasilkan pengetahuan, baik melalui penelitian ilmiah maupun teknis (hasil plubikasi,investigasi,dll.) atau melalui pengajaran (siswa dilatih dan hubungan yang produktif dengan stakeholder mereka) Sumber daya perguruan tinggi yang paling berharga juga termasuk dosen, tenaga kependidikan, aktifis mahasiswa, dengan semua hubungan dan rutinitas organisasi mereka (Leitner, 2004). Pendidikan tinggi merupakan kerangka kerja yang ideal untuk pnerapan ide-ide yang berkaitan dengan teori IC (Ramirez dan Gordillo, 2014).

Pelaporan informasi intellectual capital untuk universitas adalah alat yang membungkus seluruh produksi pengetahuan dalam universitas. Persiapan laporan intellectual capital pada perguruan tinggi lebih sulit dari pada untuk industry karena

(8)

13

universitas memiliki berbagai tujuan dan sasaran yang menentukan kinerja meraka (leitner,2002).

4. Framework Instrumen Akreditasi Program Studi (IAPS) 4.0

Ulum (2019) menyatakan bahwa Intellectual capital framework perguruan tinggi berdasarkan Intrumen Akreditasi Program Studi (IAPS) 4.0 ini dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan pedoman dalam menilai pengungkapan IC perguruan tinggi melalui website.

IAPS 4.0 terdiri dari 2 bagian yaitu : 1) Laporan Kinerja Program Studi (LKPS), 2)Laporan Evaluasi Diri (LED) Progam Studi. Berbeda dengan standar akreditasi sebelumnya, IAPS 4.0 menggunakan 9 kriteria,yaitu :

1) Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

2) Tata pamong, Tata Kelola, dan Kerjasama 3) Mahasiswa

4) Sumber Daya Manusia

5) Keuangan, Sarana, dan Prasarana 6) Pendidikan

7) Penelitian

(9)

14 9) Luaran dan Capaian Tridharma

Secara keseluruhan 9 komponen tersebut mengukur tingkat ketercapaian dan/atau pelampauan Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan standar yang ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian terhadap penulisan ini menunjukan bahwa, Kewenangan Pemerintah Kabupaten Badung dalam upaya mempertahankan lahan pertanian tercantum dalam Peraturan

yang didukung oleh gambar, dapat diungkapkan makna ilokusi (makna tersirat) dari tuturan (2), yaitu tokoh Titeuf tidak hanya sekedar memikirkan Nadia (makna lokusi),

Alat-alat Bantu yang digunakan dalam pengajaran BDBG terdiri dari alat-alat yang digunakan untuk latihan gerak dan alat-alat yang dipakai anak untuk bergerak, serta

Pada percobaan lanjutan tahun kedua (2010), pengaruh residu dan pemberian kapur tambahan sebagai perawatan tanah sebesar 25% takaran yang diberikan pada tahun pertama, dengan

bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan teks pre-processing terhadap hasil klasifikasi. Penggunaan data uji dilakukan secara acak sesuai dengan jumlah

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

disimpulkan bahwa semua variabel yaitu kepercayaan, tingkat pengembalian hasil, kesesuaian hukum syariah dan promosi dapat membedakan (discriminator) secara signifikan

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa sistem pengendalian temperatur menggunakan logika fuzzy mendapatkan data yang linier antara data Setting Point dan data