BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hakikat Menulis
Keterampilan menulis, merupakan salah satu komponen keterampilan berbahasa yang sangat penting, meskipun keempatnya memiliki hubungan yang sangat erat yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Namun, keterampilan menulis dan keterampilan membaca berbeda dengan keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Perbedaannya terletak pada proses kreativitas yang diperlukan dalam keterampilan menulis dan membaca. Seseorang yang membaca dan menulis memerlukan perhatian yang harus benar-benar terfokus pada apa yang dibacanya agar ia bisa menangkap apa yang disampaikan oleh penulis atau apa yang akan disampaikan pada pembaca.
Menulis merupakan suatu cara untuk mengetahui dan menemukan apa yang diketahui oleh seseorang yang terekam dalam pikirannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pengertian dan hakikat menulis dimaksudkan adalah bahwa untuk melakukan kegiatan menulis diperlukan kegiatan berpikir atau ketika seseorang ingin menulis, ia menggunakan pikirannnya agar ia dapat menghasilkan tulisan.
2.1.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Dalam hal ini (M. Atar Semi, 2007:14) mengemukakan bahwa menulis
memiliki 3 aspek utama, yaitu adanya: 1) tujuan yang hendak di capai penulis, 2) gagasan yang hendak dikomunikasikan kepada pembaca, 3) sistem pemindahan gagasan yang berupa sistem bahasa yang baik dan benar.
Dalam (Rendi.http://Pl@s.blogspot.com pengertian menulis di akses 16 Januari 2012) dikemukakan beberapa pengertian tentang menulis sebagai berikut:
Menurut Akhadiyah, (1996: 27) menulis adalah aktivitas mengekspresikan ide, gagasan, pikiran/perasaan ke dalam lambang kebahasaan bahasa tulis. Sedangkan Lerner (1985: 413) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam satu bentuk visual. Soemarmo Markam (1989: 7), mengemukakan bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa berbentuk simbol gambar.
Menulis dapat dikatakan juga sebagai aktivitas kompleks yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Menurut Tarigan (2008 : 22) menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Dari sini dapat dipahami bahwa menulis merupakan suatu kegiatan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca dengan menggunakan huruf-huruf (lambang-lambang grafik) sebagai sistem tanda.
Menulis adalah kerja keras, dimana menulis merupakan kerja dengan keseimbangan konsentrasi yang sulit dilakukan “bukan dengan membelakangi dunia, melainkan dengan membiarkan segala sesuatu mengada” (Judith Guest dalam Natalie Goldberg, 2005: 19)
De Porter dan Mike Hernacki (2007: 179) menjelaskan bahwa menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika) . Dalam hal ini yang merupakan bagian logika adalah perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian, dan tanda baca. Sementara itu yang termasuk bagian emosional ialah semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru, dan kegembiraan. Menulis memberikan kontribusi unik untuk belajar.
Melalui menulis kita dapat membuat kemungkinan-kemungkinan baru tidak melekat pada berbicara dan observasi semata (Emig, 1977). Secara garis besar dapat diartikan sebagai berikut menulis adalah proses pembelajaran aktif kunci formal,dan informal lain, dan menulis adalah terutama (walaupun tidak eksklusif) dalam kegiatan sosial (Russell, 1997; Young, 1994).
Dari definisi tentang menulis yang telah diuraikan oleh beberapa ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Menulis merupakan kegiatan menggambarkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan ke dalam bentuk visual atau bentuk lambang-lambang bahasa grafis yang sesuai dengan sistem kebahasaan dan dipahami oleh orang lain.
b. Menulis adalah kegiatan yang berfungsi untuk mencatat dan komunikasi.
c. Menulis merupakan aktivitas kompleks dengan keseimbangan konsentrasi yang melibatkan kemampuan visual (mata) dan kinestetik (gerakan lengan, tangan, jari) yang saling terintregasi.
2.1.2 Kemampuan Menulis
Adapun kemampuan menulis menurut Sabarti, (1996: 2) kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.
St.Y.Slamet (2008: 72) mengemukakan kemampuan menulis yaitu kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan dalam hal ini menghasilkan tulisan.
Menurut Sholehan (2008: 9.4) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Solehan menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan dibawa sejak lahir melainkan diperoleh melalaui tindak pembelajaran. Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan handal tanpa banyak latihan menulis.
Berdasarkan definisi tentang menulis dan kemampuan menulis yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis adalah kemampuan produktif untuk menggambarkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan ke dalam bentuk visual yaitu bentuk lambang-lambang bahasa grafis (bahasa tulis) yang sesuai dengan sistem kebahasaan dengan melibatkan kemampuan visual (mata) dan kinestetik (gerakan lengan, tangan, dan jari) yang saling terintregasi melalui proses pembelajaran dan latihan secara terus menerus.
2.1.3 Tujuan Menulis
(Rendi.http://Pl@s.blogspot.com artikel menulis di akses 16 Januari 2012). Dalam jurnal internasional oleh David Holliway dikemukakan tentang kepentingan menulis mulai digerakkan dalam kurikulum pada tahun 1970-an dengan kepentingan utama dalam membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan akademis dan kewarganegaraan kemampuan untuk berkomunikasi, dan untuk membantu siswa menjadi pelajar yang kritis.
Aktivitas menulis adalah sebuah aktivitas yang memiliki tujuan, setiap orang yang hendak menulis tentu mempunyai tujuan di dalam hati atau pikirannya mengenai apa yang akan dicapainya dengan menulis. Adapun tujuan menulis adalah :
a. Untuk menceritakan sesuatu
Pengalaman, pemikiran, imajinasi, perasaan, dan intuisi yang dimiliki oleh pribadi setiap orang sebaiknya dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu apa yang diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan demikian akan terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan.
Tujuan menulis yang kedua ialah untuk memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti orang tersebut sedang memberikan petunjuk atau pengarahan.
c. Untuk menjelaskan sesuatu
Berikutnya menulis bertujuan untuk menjelaskan sesuatu, dalam hal ini sebuah tulisan dikatakan dapat menjelaskan sesuatu apabila setelah membaca tulisan tersebut pembaca menjadi paham, pengetahuannya bertambah, dan dapat bertindak dengan lebih baik pada masa yang akan datang.
d. Untuk meyakinkan
Ada kalanya menulis bertujuan untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Penulis perlu meyakinkan orang lain tentang pandangannya karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal.
e. Untuk merangkum
Menulis untuk merangkum, tujuan semacam ini umumnya dijumpai pada kalangan murid sekolah dari jenjang sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi. Dengan menuliskan rangkuman akan lebih mudah dalam mempelajari isi buku yang panjang dan tebal. Akan lebih mudah menguasai bahan pelajaran dengan membaca rangkuman dibandingkan jika tidak dirangkum. (M. Atar Semi, 2007:15).
2.1.4 Manfaat Menulis
Kegiatan menulis banyak memiliki manfaat, seperti yang diungkapkan oleh Sabarti dalam St.Y. Slamet, (2008: 169) yaitu :
a. Dapat mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang ditulis.
b. Dapat mengembangkan dan menghubung-hubungkan beberapa gagasan
atau pemikiran.
c. Dapat memperluas wawasan dan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk
teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan.
d. Dapat menjelaskan dan mempertegas permasalahan yang kabur.
e. Dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.
f. Dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat.
g. Dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.
2.2 Huruf Kapital
2.2.1 Pengertian Huruf Kapital
Dalam (Rendi.http://bahasaindonesiasmisgn.blogspot/com artikel huruf kapital di akses 19 Januari 2012) dikemukakan bahwa Huruf kapital disebut juga huruf besar. Huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar dari huruf biasa), biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat, huruf pertama nama diri, dan sebagainya.
2.2.2 Jenis Jenis Huruf Kapital
Adapun jenis – jenis huruf kapital digunakan sebagai berikut :
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya : Adik bertanya, ”Kapan kita pulang?”c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya : Allah, Yang Maha Kuasa, Islam.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya : Sultan Hasanuddin, Nabi Ibrahim.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti mana orang.
Misalnya : Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya : Wakil Presiden Adam Malik.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya : Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
Misalnya : Amir Hamzah, Wage Rudolf Supratman.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama oang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya : Mesin diesel,10 volt.
g. Huruf kapital dipakai dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya : Bangsa Indonesia, suku Sunda.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya : Mengindonesiakan kata asing
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya : Bulan Agustus, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah tang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya : Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya : Asia Tenggara, Danau Toba, Jalan DiponegoroHuruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak memakai unsur nama diri.
Misalnya : Berlayar ke teluk, pergi ke arah tenggara.
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan.
Misalnya : Republik Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai hruf pertama kata yang bukan nama resmi Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya : Menjadi sebuah republik.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya : Perserikatan Bangsa – Bangsa.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya : Dr. doctor
Sdr.
saudara
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya : ”Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Besok Paman akan datang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya : Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya : Surat Anda telah kami terima ( As’ad Sungguh, 2005: 5-10).
p. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti kerterangan,
catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti
oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
http://id.wikisource.org/w/index.php?title=Pedoman_Umum_Ejaan_ Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan&oldid=26951
Metode pemberian tugas ini biasa disebut dengan metode tugas atau penugasan yaitu suatu metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode pemberian tugas menjadi salah satu cara penyampaian pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik agar bersemangat untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas tugas yang diberikan.
2.3.1 Pengertian Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru
Roestiyah (2001:135) mengemukakan melalui metode pemberian tugas siswa mendalami dan mengalami sendiri pengetahuan yang dicari disamping itu siswa dapat mengembangkan daya pikir sendiri, daya inisiatif, daya kreatif, tanggung jawab dan melatih berdiri sendiri.
Sumantri (1999:151) menjelaskan metode pemberian tugas, atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi pembelajaran yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok.
Dalam (Rendi.http://www.sarjanaku.com/2011/05/metode-pemberian-tugas.html di akses 23 Juli 2012) dikemukakan bahwa pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara nyata. Tugas dapat diberikan secara kelompok atau perotangan.
Sagala dalam Soli Abimanyu, (2010: 26) mengemukakan bahwa metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa melkukan kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas itu dilaporkan kepada guru.
Pemberian tugas merupakan sarana yang baik untuk merangsang dan mengarahkan kegiatan belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Tugas membentu siswa mengembangkan sikap yang baik (favorable) terhadap pekerjaan yang dilakukan. Melalui penyelesaian tugas, siswa mendapat kepercayaan diri karena pencapaiannya, dan setiap tugas yang diselesaikan dipandang sebagai motivasi untuk mengerjakan lebih baik pemberian tugas dapatmerupakan sarana untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dan kerja yang tidak tergantung (Lardizabel et el, 1978:236) dalam (Ahmad Fauzi.http://literatur karya.blogspot.com/2010/12/metode-pemeberian-tugas peningkatan.html diakses 23 Juli 2012).
Jadi dapat disimpulkan pemberian tugas menjadi salah satu cara penyampaian pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik agar bersemangat untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas tugas yang diberikan. Selain itu menumbuhkan rasa tanggung jawab dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Tetapi yang perlu diperhatikan dalam memberikan tugas kepada siswa adalah jangan memberikan tugas terlalu banyak dan sukar, karena dapat mengakibatkan siswa putus asa.
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Metode Pemberian Tugas
1. Tujuan
Tujuan metode pemberian tugas membuat siswa aktif seperti dikemukakan oleh Soli Abimanyu (2010:26) adalah memperdalam bahan ajar yang ada, untuk mengecek
pengasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari, dan membuat siswa ktif belajar, baik secara individu maupun kelompok.
Yang menjadi tujuan untuk pemberian tugas menurut Roestiyah (2001:135) menjelaskan tujuan dari metode pemberian tugas adalah agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat terintegrasi. Selanjutnya Sumantri (1999:151) adalah merangsang siswa untuk aktif belajar secara individual maupun kelompok.
Dalam(Jhoni.id.shvoog.com/social-sciences/education/2255217pengertian - metode-pemberian-tugas/#ixzz21WtL.yeu9 di akses 23 Juli 2012) dikemukakan bahwa penggunaan metode pemberian tugas bertujuan untuk menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif, mendorong perilaku kreatif, membiasakan berfikir komprehensif, dan memupuk kemandirian dalam prosespembelajaran.
Metode pemberian tugas digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan – latihanselama mengarjakan tugas. Dari proses seperti itu, siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebihterintegrasi akibat pendalaman dan pengalaman siswa yang berbeda – beda pada saat mengahadpi masalah atau situasi yang baru. Disamping itu, siswa juga dididik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, aktivitas dan rasa tanggung jawab serta kemampuan siswa untuk memanfaatkan waktu belajar secara efektif engan mengisi
kegiatan yang berguna dan konstruktif.
2. Manfaat
Metode pembelajaran yang digunakan secara tepat dan terencana dapat bermanfaat untuk :
a) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan
bersama (kolektif) maupun sendiri
b) Melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar
yang terdapat di lingkungan sekolah, runah, dan masyarakat
c) Menumbuhkan suasana belajar yang menggairahkan
(Jhoni.id.shvoog.com/social-sciences/education/2255217pengertian
-
metode-pemberian-tugas/#ixzz21WtL.yeu9 di akses 23 Juli 2012)
2.3.3 Jenis – Jenis Metode Pemberian Tugas
Adapun jenis – jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar seperti yang diposkan oleh Rahmat dalam (http;//rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/05/pembelajaran-behasa-dengan.html) yaitu,
a. Tugas membuat rangkuman
b. Tugas membuat makalah
c. Menyelasaikan soal
d. Tugas mengadakan observasi
e. Tugas memeraktekkan sesuatu
f. Tugas mendemonstrasikan observasi
2.3.4 Alasan Penggunaan Metode Pemberian TugasMengapa guru menggunakan metode pemerian tugas ? Alasan penggunaan metode pemeberian tugas menurut Soli Abimanyu (2010:26-27) adalah karena metode tersebut :
a. Siswa diaktifkan baik secara mental maupun fisik dalam menguasai
meteri pelajaran.
b. Siswa akan lebih mudah mengusai materi pelajaran dan siswa
diperluas pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut.
c. Siswa dibiasakan tidak cepat puas dengan apa yang dipelajari dari
materi ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap ingin
tahu dan haus akan ilmu pengetahuan.
d. Siswa akan termotivasi dan dilatih problem solving.
2.3.5 Kekuatan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Menurut Soli Abimanyu (2010:27) bahwa metode pemberian tugas mempunyai kekuatan dan kelemahan sebagai berikut :
1) Kekuatan metode pemberian tugas adalah :
a) Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, daln lebih otentik b) Melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan
berdiri sendiri.
c) Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya, atau memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari.
d) Siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri.
e) Metode ni jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa belajar.
2) Keterbatasan metode pemberian tugas adalah :
a) Bagi siswa yang mals cenderung melakukan kecurangan atau mereka hanya meniru pekerjaan orang lain
b) Ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak memperoleh hasil belajar apa – apa.
c) Jika tugas yang diberikan guru telalu berat dapat menimbulkan stress pada siswa
d) Ada kalanya guru member tugas tanpa menyebutkan sumbernya, akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya.
2.3.6 Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Menurut Soli Abimanyu (2010:28) bahwa beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode pemberian tugas antara lain :
1) Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka
tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakannya
2) Beri waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
3) Tugas yang diberikan harus diawasi secara sistematis agar siswa
belajar dengan sungguh – sungguh.
4) Tugas yang telah dikerjakan dan telah diserahkan pada guru harus
dikoreksi dan diberi catatan – catatan perbaikan dan kemudian
dikembalikan pada siswa.
5) Tugas yang diberikan hendaknya menarik minat siswa dan mendorong
siswa untuk menyelesaikannya.
Dalam menggunakan pemberian tugas menurut Djamara dan Zain (1996:97) menyarankan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Fase pemberian tugas 2) Langkah pelaksanaan tugas
3) Fase mempertanggung jawabkan tugas
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut:
1) Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Tugas yang akan dicapai
b) Jenis tugas yang jelas atau tepat sehingga siswa mengerti apa yang ditugaskan tersebut
c) Tugas sesuai dengan kemampuan siswa
d) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa e) Menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut 2) Langkah pelaksanaan tugas
Kegiatan-kegiatan yang diperhatikan dalam langkah ini adalah sebagai berikut:
a) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru b) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
c) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain. d) Diajarkan agar siswa mencatat hasil yang diperoleh dengan baik. 3) Fase mempertanggung jawabkan tugas
Hal-hal yang dikerjakan pada fase ini adalah sebagai berikut :
a) Laporan siswa / tertulis dari apa yang telah dikerjakannya b) Ada tanya jawab / diskusi kelas
c) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun dengan non tes atau cara lainnya.
Soli Abimanyu (2010:28-29) menjelaskan pula bahwa langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas meliputi :
1) Kegiatan persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b) Menyiapkan pokok – pokok materi pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
c) Menyiapkan tugas – tugas kegiatan yang akan diberikan pada siswa.
2) Kegiatan pelaksanaan
a) Kegiatan pembukaan
Mengajukan pertanyaan apersepsi untuk mengingatkan siswa terhadap
materi yang telah diajarkan.
Memotivasi siwa dengan mengemukakan ceritayang ada di masyarakat
yang ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan
Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b) Kegiatan inti pelajaran
Guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan
diajarkan
Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara penyelesaian
tugas tyang diberikan oleh guru termasuk antaranya adalah menggunakan
lembar kegiatan siswa
Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan di rumah, maka siswa
diberitahu kapan hasil penyelesaian tugas itu harus diserahkan pada guru
untuk diperiksa oleh guru
c) Kegiatan mengakhiri pelajaran
Guru menyuruh siswa merangkum materi yang telah diajarkan melalui
kegiatan pemberian tugas itu.
Guru melakukan evaluasi
Guru melakukan tindak lanjut yang kemungkinannya dapat berupa
memberikan penjelasan tentang materi yang belum dikuasai siswa atau
member tugas tambahan untuk memperdalam atau menambah
penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan
Berdasarkan kajian yang dilakukanpeneliti terkait dengan judul yang
diteiti, peneliti mengacu pada beberapa penelitian yang relevan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Rahmawaty Mabuia. 2011. Menulis skripsi yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Menulis Cerpen Melalui Metode Karya Wisata Pada Siswa
Kelas V SDN 9 Bone Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango”.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak
tiga siklus, memperoleh data yaitu pada prasiklus memperoleh 12% dari
17 orang jumlah siswa memperoleh nilai maksimal 65, pada siklus I
memperoleh 60 % dari 17 orang jumlah siswa memperoleh nilai 65 ke
atas, setelah dikenai tindakan pada siklus berikutnya (siklus II) maka 75 %
dari 17 orang jumlah siswa memperoleh hasil tes 65 ke atas. Dengan
demikian penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil.
2) Sri Wahyuni Mile. 2011. Menulis skripsi yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Siswa Menyelesaikan Operasi Penjumlahan Pecahan Yang
Penyebutnya Sama Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas
IV SDN No.85 Kota Tengah Kota Gorontalo”. Berdasarkan data yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus I pada peningkatan kemampuan
siswa menyelesaikan operasi penjumlahan pecahan yang penyebutnya
sama melalui metode pemberian tugas, bahwa jumlah siswa yang
memperoleh nilai 6,5 yaitu 19 orang atau mencapai 65 % dan daya serap
71,68 %. Dengan demikian, masih terdapat 35% dari jumlah siswa yang
memperoleh nilai minimal 6,5. Sedangkan pada siklus II dari segi
kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang memperoleh
nilai minimal 6,5 berjumlah 5 orang atau 18%. Siswa yang memperoleh
nilai maksimal 6,5 ke atas berjumlah 24 orang atau 82% dan daya serap
mencapai 80,48%.
Berdasarkan kerangka teoritik dan konseptual dalam penelitian ini maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Jika guru menerapkan metode pemberian
tugas pada materi penulisan huruf kapital, maka keterampilan menulis siswa
meningkat”.
2.6 Indikator Kinerja
Penelitian ini dinyatakan berhasil mencapai tujuan melalui indikasi peningkatan kualitas model pembelajaran pemberian tugas. Secara operasional indikator keberhasilan kinerja adalah sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam menulis huruf kapital yakni 65 % meningkat menjadi 75 %.