• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN KOTA MEDAN DALAM SISTEM TRANSPORTASI. sampai 37,5 meter di bagian selatan di atas permukaan laut. Kota ini dialiri oleh dua sungai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN KOTA MEDAN DALAM SISTEM TRANSPORTASI. sampai 37,5 meter di bagian selatan di atas permukaan laut. Kota ini dialiri oleh dua sungai"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN KOTA MEDAN DALAM SISTEM TRANSPORTASI

2.1. Kondisi Geografis Kota Medan

Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota terbesar

ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini berada di wilayah dataran rendah

timur dari Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian 22,5 meter di bagian utara Belawan

sampai 37,5 meter di bagian selatan di atas permukaan laut. Kota ini dialiri oleh dua sungai

yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis Kota

Medan terletak pada 3,30°- 3,43° LU dan 98,35°- 98,44° BT dengan topografi cenderung

miring ke utara. Di sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli

Serdang. Di sebelah utara dan selatan berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis

ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang

dan jasa baik itu domestik maupun internasional.8

Dahulu Kota Medan merupakan kampung kecil yang memiliki tanah yang subur di

wilayah dataran rendah timur Provinsi Sumatera Utara dan merupakan tempat pertemuan

Sungai Babura dan Sungai Deli. Tempat ini dahulu dikenal sebagai Kampung Medan Putri

yang dikepalai oleh Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak dan Datuk

      

  8 Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan, Pendataan Penduduk Kelurahan se‐Kota Medan Tahun  2000,  Medan: Kantor BPS Kota Medan,  April 2001, hal 8. 

(2)

Suka Piring, yaitu dua dari empat kepala suku di Kesultanan Deli.9 Menurut John Anderson,

pegawai pemerintahan Inggris di Pulau Pinang yang berkunjung ke Medan tahun 1823.

Dalam bukunya yang berjudul “Mission to the East Coast of Sumatera”, menuliskan bahwa

Medan merupakan sebuah kampung kecil yang masih memiliki penduduk sekitar 200 orang

dan perkampungan ini terletak di pinggiran sungai Deli.10

Medan yang merupakan teritorial Kerajaan Deli yang kemudian berubah menjadi

perkampungan Medan, mulai terkenal setelah orang Belanda yang dipelopori Nienhuys

membuka perkebunan tembakau di sekitar Medan. Dalam waktu beberapa tahun saja, Deli

menjadi terkenal ke seluruh dunia karena tembakaunya mempunyai kualitas istimewa sebagai

pembungkus cerutu. Hal ini menjadi penarik bagi orang asing untuk datang ke Medan guna

menanam modal dan mencari nafkah. Medan terus berkembang pesat dan akhirnya menjadi

pusat pemerintahan Sumatera Timur dan Kerajaan Deli.11

2.1.1. Perluasan Wilayah Kota Medan

Pada tahun 1918, Kota Medan menjadi kota praja, tetapi tidak mencakup Kota Maksum

dan daerah Sungai Kera yang tetap berada di bawah Kesultanan Deli, ketika itu penduduk

kota Medan berjumlah 43.826 jiwa, terdiri dari orang Eropa, Cina dan penduduk pribumi.

         9 Tengku Lukman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Litbang Seni Budaya Melayu, 1991, hal  11‐12.     10 Timbul Siregar, Sejarah Kota Medan, Medan: Yayasan Pembina Jiwa Pancasila Sumatera Utara,  1980, hal 8.      11 Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, J. Rumbo (terj.), Jakarta: Penerbit  Sinar Harapan, 1985, hal  51‐55. 

(3)

Dengan keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara No. 66/ III/ PSU, sejak tanggal 21

September 1951, daerah Kota Medan diperluas tiga kali lipat. Keputusan itu diikuti

Maklumat Walikota Medan No. 21, tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas kota

Medan menjadi 5.130 Ha, dengan empat kecamatan yaitu Kecamatan Medan, Kecamatan

Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Baru. Berdasarkan

Undang-Undang Darurat No. 7 dan 8 tahun 1956, dibentuk Provinsi Sumatera Utara dengan beberapa

kabupaten antara lain Kabupaten Deli Serdang dan Kotamadya Medan.

Pada tahun 1971, melalui SK Walikota No. 342 tanggal 25 Mei 1971 dibentuk Panitia

Penelitian Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh Prof. Mahadi, SH. Berdasarkan hasil

rumusan panitia tersebut dinyatakan bahwa hari jadi Kota Medan jatuh pada tanggal 1 Juli

1590.12 Selanjutnya laju perkembangan di Provinsi Sumatera Utara khususnya di Kotamadya

Medan sangat pesat sehingga memerlukan perluasan daerah. Maka dengan itu dikeluarkan PP

No. 22 Tahun 1973, dimana dimasukkan beberapa bagian dari daerah Kabupaten Deli

Serdang ke dalam Kotamadya Medan.

Pasca diberlakukannya PP No. 22 Tahun 1973 maka luas daerah Kota Medan setiap

kecamatan semakin bertambah sehingga luas Kotamadya Medan menjadi 26.510 Ha, yang

terdiri dari 11 kecamatan dan 116 kelurahan.13 Perkembangan terakhir berdasarkan Surat

Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara No. 140.22/2772.K/1996 tanggal 30

September 1996 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II

Medan, secara administrasi Kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan yang mencakup 151

      

  12 Dada Meuraxa, Sejarah Hari Jadi Kota Medan 1 Juli 1590, Medan: Sastrawan, 1975, hal 21.  13

(4)

Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh

secara geografis, demografis dan sosial ekonomis. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kotamadya Medan (2000)

Kecamatan Luas Daerah

(km²) Kepadatan Penduduk (jiwa/km²) Medan Belawan 26,25 3,500 Medan Labuhan 36,67 2,434 Medan Deli 20,84 6,250 Medan Sunggal 2,98 34,833 Medan Denai 11,19 11,216 Medan Tuntungan 20,68 3,174 Medan Johor 12,81 7,959 Medan Baru 5,84 7,434 Medan Barat 6,82 12,713 Medan Kota 7,99 10,579 Medan Timur 5,33 21,180 Medan Marelan 23,82 3,728 Medan Perjuangan 7,76 12,590 Medan Tembung 4,09 32,790 Medan Helvetia 15,44 8,299 Medan Petisah 13,16 5,302 Medan Area 9,05 12,202 Medan Polonia 5,52 8,391 Medan Maimun 5,27 9,297 Medan Selayang 9,01 8,633 Medan Amplas 14,58 6,079 JUMLAH 265,10 7,267

(5)

Kota Medan sejak berdiri telah ditandai dengan keberagaman masyarakatnya, sudah

pasti berbagai perubahan dan perkembangan baru yang telah mewarnai pembangunan kota

dan desa. Pembangunan perkotaan dilakukan secara berencana dengan lebih memperhatikan

keserasian antara kota dengan daerah pedesaan di sekitarnya, serta keserasian pertumbuhan

kota itu sendiri. Kota harus dipergunakan sebagai alat untuk menggerakkan pembangunan

regional dan nasional. Perlu dikembangkan adanya hubungan timbal-balik yang serasi dan

saling menguntungkan antara perkotaan dengan wilayah yang berpengaruh di sekitarnya dan

antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Perkembangan perkotaan perlu

dilanjutkan dan dilaksanakan secara bersama dan terpadu dengan memperhatikan

pertumbuhan penduduk di kota. Guna menjamin kelestarian lingkungan hidup yang sehat

bagi pemukiman penduduk harus tetap memelihara nilai sosial budaya yang mencerminkan

kepribadian bangsa. Pembangunan di perkotaan seperti kegiatan perdagangan, kegiatan

produksi jasa-jasa yang mempunyai daya tarik bagi masyarakat. Oleh sebab itulah, maka

Kota Medan yang penduduknya terus bertambah padat sehingga memerlukan perluasan

wilayah.

Kota memberikan hal-hal yang berguna dan positif, tetapi pertumbuhan kota juga

menimbulkan berbagai dampak sosial, ekonomi dan politik. Dimanapun juga kota-kota yang

ada di dunia merupakan pelopor bagi perusahaan sosio-ekonomi dan politik suatu negara

ataupun bangsa. Demikian pula kita harus menerima bahwa kota merupakan pusat berbagai

kegiatan yang menentukan dan mempengaruhi kegiatan yang terjadi di desa sekelilingnya

dan juga daerah pengaruhnya. Hal tersebut ditentukan oleh aneka ragam sarana dan prasarana

(6)

barang dan jasa yang diproduksi atau ditangani di pusat kota. Oleh sebab itu pembangunan

kota harus terlihat berbagai disiplin keahlian, yang harus bekerja sama secara terpadu untuk

mewujudkan aspirasi masyarakat dalam satu tatanan kota yang kompleks dengan berbagai

sarana dan prasarana.

2.1.2. Perencanaan Tata Kota Medan

Kedudukan Kota Medan dan peranannya yang sangat penting, telah mendorong

perkembangan kota yang sangat pesat. Agar perkembangan yang terjadi secara langsung,

terpadu dan berkelanjutan maka untuk itu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan wilayah pengembangan pembangunan.

Pembentukan satuan-satuan wilayah pembangunan tersebut didasarkan pada hasil

analisis terhadap kondisi pembangunan yang dicapai. Oleh karena itu perlu upaya untuk

meratakan laju pertumbuhan di setiap Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP).

Pembangunan di setiap sektor akan dioptimalkan dan disesuaikan menjadi lima WPP, yaitu:

1. WPP A, meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Belawan, Medan

Labuhan, dan Medan Marelan dengan pusat pengembangan di Belawan. Wilayah

ini dibangun untuk pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi air, dan usaha

kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septik tank, sarana

pendidikan.

2. WPP B, meliputi satu kecamatan yaitu Kecamatan Medan Deli dengan pusat

(7)

perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, dan permukiman, dengan program

kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah dan

sarana pendidikan.

3. WPP C, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Timur, Medan

Perjuangan, Medan Tembung, Medan Area, Medan Denai dan Medan Amplas

dengan pusat pengembangan di Aksara. Wilayah ini dibangun untuk permukiman,

perdagangan dan rekreasi, dengan program kegiatan pembangunan sambungan air

minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.

4. WPP D, meliputi lima kecamatan yaitu Kecamatan Medan Johor, Medan Baru,

Medan Kota, Medan Maimun, dan Medan Polonia dengan pusat pengembangan

di Inti Kota. Wilayah ini dibangun untuk kawasan perdagangan, perkantoran,

rekreasi indoor dan permukiman, dengan program kegiatan pembangunan

perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan.

5. WPP E, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Barat, Medan

Helvetia, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Selayang dan Medan Tuntungan dengan pusat pengembangan di Sei Sikambing. Wilayah ini dibangun

untuk permukiman, perdagangan, rekreasi, dengan program kegiatan sambungan air

minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.

Pembentukan wilayah pengembangan kota ini dimaksudkan untuk menghindari dan

menanggulangi masalah yang timbul dari padatnya pergerakan lalu lintas dan kepadatan

penduduk di pusat kota.

Wilayah metropolitan MEBIDANG ini meliputi luas 163.378 ha, dengan mempunyai

(8)

Medan sebagai kota inti dan wilayah sekelilingnya dengan beberapa kota kecil yakni: Deli

Tua, Pancur Batu, Namorambe, Tanjung Morawa, Patumbak, Sunggal, Hamparan Perak,

Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Labuhan Deli, Lubuk Pakam, Pantai Labu, Pagar Merbau dan

Beringin.14

Konsepsi pembangunan kawasan metropolitan ini adalah pembangunan terpadu dengan

mewujudkan satu kesatuan sistem, dalam rangka pembangunan ekonomi dengan

memanfaatkan secara maksimal seluruh fasilitas kota yang berskala besar, seperti bandara

udara, pelabuhan laut, rumah sakit dan lain sebagainya.

2.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kota Medan

Pembangunan sarana dan prasarana pada dasarnya untuk kepentingan masyarakat

untuk hal-hal yang berguna dan positif, tetapi pertumbuhan dan pembangunan kota juga

dapat menimbulkan berbagai macam masalah seperti penggusuran pemukiman penduduk

akibat pembangunan kota. Hal ini membuat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang

tinggal di daerah pemukiman tersebut menjadi semakin menurun dan melemah dengan

adanya pembangunan kota. Tetapi dari sudut inilah kita harus melihat dan menilai peranan

kunci kota bagi pembangunan nasional dan juga kita menerima bahwa kota merupakan pusat

berbagai kegiatan yang menentukan atau mempengaruhi berbagai kegiatan pemerintah dan

masyarakat di sekitarnya.

Dan salah satu hakekat dan sifat manusia (masyarakat) yang banyak dapat dilihat

dalam pembangunan, karena secara simbolik manusia itu adalah ”potensi” yang juga disebut

      

  14 Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan, Statistik Perhubungan Provinsi Sumatera Utara 1990,  Medan: Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan, September 1989, hal 54‐56. 

(9)

sebagai sumber daya manusia (SDM). Sehingga oleh karena itu, birokrat atau pemerintah

harus dapat melihat, menampung aspirasi dan menyelesaikan fenomena-fenomena yang

berlangsung di masyarakat.

2.3. Kondisi Sarana dan Prasarana di Kota Medan

Melihat fungsi dan peranan Kota Medan yang serba kompleks sehingga diperlukan

sarana dan prasarana dalam menunjang pembangunan di bidang sosial ekonomi. Dengan

adanya peningkatan penyediaan sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai, maka arus

lalu lintas barang atau jasa, baik dari sentra-sentra produksi dapat berjalan dengan lancar,

sehingga barang-barang untuk kebutuhan yang beredar di pasaran tetap dapat stabil, dan juga

harga barang yang beredar di pasaran tetap dapat terkendali dengan baik.

Dalam hal ini transportasi sangat berperan sekali dalam laju perdagangan baik dalam

negeri maupun luar negeri, karena transportasi sangat dibutuhkan oleh semua pihak baik

transportasi darat, laut dan udara. Berkaitan dengan perhubungan darat, dalam upaya

menghindari kemacetan arus lalu lintas di inti Kota Medan maka Pemerintah Kota Medan

telah membangun 2 unit terminal yaitu :

1. Terminal Terpadu Amplas

2. Terminal Terpadu Pinang Baris

Kedua terminal ini adalah tempat keluar masuk angkutan umum Antar Kota dan Antar

Provinsi (AKAP), dengan kata lain angkutan umum jarak jauh. Dengan adanya terminal ini

volume kemacetan lalu lintas dalam Kota Medan dapat dikurangi, sehingga keluar masuk

(10)

Di samping terminal yang telah ada 2 unit tersebut, ada juga terminal pembantu yaitu :

1. Terminal Sambu

2. Terminal Aksara

Kedua terminal pembantu ini diperuntukkan bagi armada angkutan dalam kota, untuk

mengatasi kepentingan masyarakat Kota Medan, Pemerintah Kota telah mengambil

langkah-langkah kebijaksanaan dengan meningkatkan jumlah armada angkutan umum dalam kota,

yang di antaranya dikelola oleh Koperasi Pengangkutan Umum Medan, sehingga angkutan

umum dalam wilayah Kota Medan dapat dijangkau oleh masyarakat Kota Medan. Dengan

demikian masyarakat Kota Medan, baik yang berada di pinggiran kota mendapat kemudahan

mempergunakan jasa angkutan umum, dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Pembangunan sarana dan prasarana adalah syarat utama pada kota-kota besar di

Indonesia. Keadaan sarana dan prasarana jalan di wilayah Kota Medan pada realitanya sudah

cukup memadai, sehingga seluruh wilayah yang mencapai 21 kecamatan di Kota Medan

telah dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor baik umum dan pribadi.

Dalam hal ini kebijakan Pemerintah Kota Medan diperlukan untuk memberikan

perhatian pada sektor pelayanan jasa angkutan umum sebagai sarana yang menghubungkan

antar wilayah. Mobil Penumpang Umum (MPU) harus dipastikan telah melakukan wajib uji

oleh Dinas LLAJR Kota Medan sebagai uji kelayakan kendaraan tersebut. Hal ini dapat

(11)

Tabel 2

Banyaknya Mobil Penumpang Wajib Uji Tahun 1984-2000 di Kota Medan Tahun Banyaknya Mobil Penumpang

Umum Wajib Uji

1984 9.882 unit 1985 8.370 unit 1986 8.171 unit 1987 8.439 unit 1988 7.873 unit 1989 8.254 unit 1990 9.168 unit 1991 9.533 unit 1992 10.283 unit 1993 12.705 unit 1994 15.051 unit 1995 15.497 unit 1996 17.435 unit 1997 27.689 unit 1998 26.880 unit 1999 26.841 unit 2000 27.687 unit

Sumber: Cabang Dinas LLAJR Kota Medan tahun 2000

2.3.1. Sarana Transportasi

Melihat kondisi sarana transportasi angkutan umum Kota Medan di tahun 1960-an,

dapat dipahami tentunya belum sebaik sekarang, karena yang ada saat itu hanyalah sarana

angkutan umum yang sangat masih minim dan sederhana, seperti Becak Dayung dan

sebagian kecil telah ada Becak Mesin yang masing-masing beroda tiga.

Becak Dayung dianggap kurang layak secara manusiawi, karena menggunakan tenaga

manusia secara langsung, demikian pula mengenai jarak tempuh dan daya angkut, hanya

(12)

terbatas pula. Becak Mesin, meskipun terlihat lebih baik dari Becak Dayung namun faktor

resiko akibat polusi udara oleh asapnya yang tebal dan suaranya yang bising karena

menggunakan mesin tempel, menimbulkan sorotan dari berbagai kalangan masyarakat

terhadap sarana ini, apalagi jumlah penumpang yang dapat diangkut juga terbatas. Di

samping itu, walaupun armada becak cukup banyak, tetapi belum dapat menjangkau

kebutuhan transportasi warga kota Medan, karena tidak mempunyai rute tetap. Ini merupakan

sebuah gambaran bahwa belum adanya sistem transportasi terpadu di Kota Medan pada saat

itu.15

Dalam menyikapi kondisi dinamis Kota Medan, khususnya pertumbuhan penduduk dan

pengembangan wilayah, diikuti pula dengan pertumbuhan jaringan transportasi yang meluas,

tentu membutuhkan sarana pengangkutan umum dan sistem yang harus dapat menjawab

masalah transportasi. Pada saat yang sama, ternyata ada kebijakan Pemerintah Pusat melalui

Menteri Perhubungan yang menetapkan penyaluran 15 unit angkutan Daihatsu Trimobile

(mobil roda tiga yang kemudian populer dengan nama “Bemo”) produksi Jepang untuk Kota

Medan, dengan pelaksanaan impor dilakukan oleh pemerintah Kota Medan. Kebijakan yang

bersumber dari dana Pampasan Perang Jepang, bermula dari kunjungan Presiden Soekarno ke

kota Bangkok (Thailand) pada tahun 1961, yang melihat angkutan kota, produk Daihatsu ini

efektif untuk dijadikan sarana angkutan rakyat. Komitmen kerakyatan ini menyentuh

pemikiran Presiden Soekarno sehingga sekembalinya dari Bangkok, beliau menugaskan

Menteri Perhubungan untuk menetapkan kebijakan agar mengimpor 500 unit Daihatsu

Trimobile dan disalurkan kepada kota-kota di tanah air. Hal ini dijelaskan dari beberapa

      

  15 Wawancara dengan Ibu Roslina Siregar, pegawai Dishub Kota Medan bag. Angkutan Kota pada  tanggal 9 Juli 2013. 

(13)

catatan yang menyangkut latar belakang kondisi angkutan umum perkotaan dan kebijakan

yang diluncurkan serta mengenai nama Daihatsu merupakan Pengangkutan Rakyat. 16

2.3.2. Prasarana Transportasi

Jalan-jalan raya yang digunakan sebagai prasarana dalam lalu lintas angkutan jalan

khususnya angkutan kota pada waktunya perlu dibangun dalam arti dibangun baru maupun

ditingkatkan mutunya untuk diperbaiki dan direhabilitasi. Suatu jalan patut dibangun atau

diperbaiki jika berdasarkan berbagai pertimbangan teknis, finansial, ekonomi, politis, dan

sebagainya yang menunjukkan kelayakannya untuk diperbaiki.

Berhubung karena dalam setiap negara sangat banyak jalan yang perlu dibangun

khususnya ditingkatkan dan diperbaiki, sedangkan di lain pihak dana yang tersedia untuk

keperluan itu sangat terbatas, maka diperlukan penentuan prioritas dalam membangun atau

memperbaiki jalan tersebut. Tujuan dari penetapan prioritas dalam perencanaan

pembangunan prasarana transportasi adalah agar dalam pembangunan dan perbaikan

jalan-jalan tersebut dilakukan lebih utama (lebih dahulu diprioritaskan).17

Pada sektor prasarana yaitu jalan, dalam hal ini menunjukkan adanya peningkatan dan

perbaikan maupun pembangunan jalan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan dan

swadaya masyarakat, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut berdasarkan pada panjang jalan

menurut kondisinya di kota Medan.

      

  16 http://medanpos.com/bemo‐daihatsu/angkot‐medan‐tempodoeloe diakses pkl.17.05 pada tanggal  20 Juli 2013.  

(14)

Tabel 3

Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Medan Tahun 2000 Panjang Jalan (Km)

Kondisi Jalan Penanggung jawab Jumlah Negara Provinsi Kabupaten/Kota

Baik 75,51 25,07 1.334,83 1.435,41 Sedang _ _ 351,92 351,92 Rusak _ _ 121,03 121,03 Rusak Berat _ _ 56,72 56,72 Tidak Diperinci _ _ 386,28 386,28 JUMLAH 75,51 25,07 2.250,78 2.351,36

Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2000

Dengan didukung kondisi prasarana jalan yang baik, maka jumlah jasa angkutan umum

yang melayani masyarakat mendapat kemudahan di dalam pengoperasian armada jasa

angkutan umum, dengan demikian mobilitas masyarakat dalam memanfaatkan jasa

transportasi dapat lebih efektif dalam aktivitas sehari-hari.

2.4. Bemo Sebagai Sarana Transportasi di Kota Medan

Sebagai tahap awal, Pemerintah Kota Medan melakukan beberapa pendekatan dengan

mencari mitra usaha importir yang dianggap layak dan juga dengan pengemudi Becak

(15)

itu, karena dianggap lebih prioritas untuk meningkatkan derajat hidup dan mengalihkan

profesi mereka menjadi pengemudi Daihatsu Trimobile (Bemo).

Becak Mesin yang semula akan dihapuskan dan dicarikan alternatif penggantinya,

justru tidak terkendalikan, dengan tujuan menggantikan Becak Mesin dengan Bemo, tetapi

penggantian ini tidak terlaksana serta masih perlu mempertimbangkan kemampuan dan

persiapan mitra usaha importir yang ada, maka kebijakan Pemerintah Kota Medan akhirnya

tertuju kepada CV. Barisan Medan yang dikelola anggota veteran Republik Indonesia,

sebagai mitra kerjasama untuk mengimpor Bemo. Menyusul kerjasama itu, maka pada tahun

1963 diterbitkan kebijakan mengimpor Daihatsu Trimobile yang ditujukan bagi kalangan

pengemudi Becak Dayung.

Armada Daihatsu Trimobile yang telah diimpor sesuai hasil kebijakan Pemerintah

Pusat berjumlah 15 unit, dihubungkan dengan pendekatan kepada pengemudi Becak Dayung

dan CV. Barisan yang juga membina kalangan veteran, ternyata mengundang minat yang

cukup besar bagi para pengemudi Becak Dayung, anggota veteran dan pensiunan dari

berbagai jawatan kantor pemerintah/swasta.

Pada tanggal 17 April 1963 ditetapkan perkumpulan tersebut bernama KPB (Koperasi

Pengangkutan Bemo)18, dan berkedudukan di Jalan Pemuda No. 148 Medan. Keberadaan

Daihatsu Trimobile alias Bemo merupakan kendaraan bermesin satu piston dengan

menggunakan mobil kecil namun memiliki kapasitas penumpang tujuh orang dengan satu

orang pengemudi.

      

(16)

Mengenai kewajiban dari anggota koperasi pemilik Bemo, diharuskan membayar

cicilan Rp. 700,- per hari, yang harus dibayar selama 200 hari kerja, melalui pengurus

koperasi dan kemudian menyetorkan ke bank. Operasional Bemo ini tumbuh bersama dengan

Becak Dayung dan Becak Mesin yang semula ingin dihapuskan namun keberadaan becak

tetap eksis karena masih banyak masyarakat Kota Medan menggunakan jasa angkutan becak.

Seiring dengan dinamika sistem transportasi di Kota Medan, mulai berkembang

produksi kendaraan roda empat yang mempunyai kelebihan dapat menampung penumpang

lebih banyak serta mencapai jarak tempuh yang lebih jauh dan lebih cepat. Kurangnya daya

saing, ditambah lagi dengan kondisi fisik angkutan Bemo yang tidak layak beroperasi lagi

serta berhentinya produksi Bemo (Daihatsu Trimobile) di negara Jepang sejak tahun 1970,

membuat munculnya peremajaan angkutan kota yang menggunakan armada roda empat jenis

Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi dan lainnya.

Maka sejak dikeluarkan Perda No. 2 Tahun 1981 oleh Pemerintah Kota Medan tentang

pelarangan pengoperasian angkutan jenis Bemo. Hal ini disebabkan karena keberadaan Bemo

di jalan sangat mengganggu sistem kelancaran transportasi jalan dan kenyamanan masyarakat

kota Medan serta menyebabkan polusi udara akibat asap tebal dari pembuangan knalpotnya.

Menyusul kebijakan ini maka Bemo pun mulai tersisih dari jalan raya Kota Medan dan

hingga tahun 1990, Bemo tidak lagi beroperasi di pusat Kota Medan.

Dan sebagai alternatif kendaraan angkutan Kota Medan, sekitar tahun 1980-an

kemudian mulai muncul kendaraan angkutan kota yang menggunakan roda empat yang

sering disebut Sudako. Awalnya penamaan Sudako hanya untuk angkutan kota yang

berwarna kuning saja. Tetapi hingga sekarang, hampir semua angkutan kota juga dinamai

(17)

Pengangkutan Angkutan Umum (KPUM) yang menjadi induk lahirnya Sudako di Kota

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS FUTSAL YOUTHKREW PREMIER LEAGUE DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI DI KOTA SALATIGA ” , ini disusun sebagai salah

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK SARANG BURUNG WALET YANG TERUTANG.

Sakano et al, 2007, Nasal and paranasal sinus endoscopy, computed tomography and microbiology of upper airways and the correlations with genotype and severity of

Gambar D.7 Hasil Uji RVA Pati Biji Mangga dan RVA Larutan Biokomposit dari Pati Biji Mangga dengan Pengisi Hybrid serta Plasticizer Gliserol.. D.8 HASIL UJI

Berdasarkan hasil analisis mengenai hubungan peran orang tua dengan perilaku perawatan diri saat menstruasi pada siswi kelas VII SMPN 3 Bantul Yogyakarta maka

Grafik disamping memperlihatkan Bahwa jumlah responden yang menilai Fasilitas Pendukung Layanan Layanan Perpustakaan Jurusan Bahasa lnggris Baik (hijau)

[r]

In this paper, we present an approach based on RS, GIS and two-dimensional (2D) flood modelling to generate new flood layers (in addition to the usual flood depths and hazard